Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“MULTIKULTURALISME DALAM ERA GLOBALISASI”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar

TUTOR PENGAJAR : MUHAMMAD AGUS HARDIANSYAH, S.Pd., M.Pd

DISUSUN OLEH :

GRACE MAGDALENA

(045361694)

PROGRAM STUDI : ILMU ADMINISTRASI


NEGARA
KATA PENGANTAR

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang… .........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah… ....................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Globalisasi dan Budaya… ............................................................................................2

2.2 Keberagaman… ............................................................................................................3

2.3 Multikulturalisme .........................................................................................................4

2.4 Kesetaraan… ................................................................................................................5

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan… ..............................................................................................................6

3.2 Saran… .........................................................................................................................7


KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala berkat
dan rahmatNya yang melimpah sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar.

Tak lupa saya mengucapkan terimakasih kepada Bp. Muhammad Agus Hardiansyah atas
kesempatan yang diberikan dalam Tugas Tutorial 2 ini.

Kesempurnaan hanya milik Tuhan Yang Maha Esa,Saya menyadari penyusunan tugas
makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih banyak kekurangan. Untuk itu, saya selalu
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari bapak agar saya dapat lebih maju dan
lebih belajar lagi. Besar harapan saya agar kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Terimakasih.

Jakarta, 9 November 2022

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Globalisasi menyentuh seluruh aspek penting kehidupan. Globalisasi menciptakan


berbagai tantangan dan permasalahan baru yang harus dijawab, dipecahkan dalam upaya
memanfaatkan globalisasi untuk kepentingan kehidupan. Proses globalisasi ditandai
dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga mampu
mengubah dunia secara mendasar.Proses perkembangan globalisasi awalnya ditandai
kemajuan bidang teknologi informasi dan komunikasi. Bidang tersebut merupakan
penggerak globalisasi. Dari kemajuan bidang ini kemudian mempengaruhi sektor-sektor
lain dalam kehidupan, seperti bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain. Contoh
sederhana dengan teknologi internet, parabola dan TV, orang di manapun akan dapat
mengakses berita dari belahan dunia yang lain secara cepat. Hal ini akan terjadi interaksi
antar masyarakat dunia secara luas, yang akhirnya akan saling mempengaruhi satu sama
lain, terutama pada kebudayaan daerah,seperti kebudayaan gotong royong,menjenguk
tetangga sakit dan lain-lain. Globalisasi juga berpengaruh terhadap pemuda dalam
kehidupan sehari-hari, seperti budaya berpakaian, gaya rambut dan sebagainya.
Multikulturalisme sendiri dimaknai sebagai hadirnya sejumlah masayarakat dan
kebudayaan serta berdampingan, dimana antara mereka saling terjalin suatu interaksi dan
dalam interaksi tersebut dikembangkan suatu pemahaman satu sama lain untuk dapat saling
menghargai, bertoleransi, rukun dan menghormati. Multikulturalisme memposisikan
manusia, masyarakat dan kebudayaan ada dalam kesejajaran dan kehormatan yang sama
dan seimbang, pada kesanggupan untuk berpandangan, bersikap, dan bertindak atas nama
kemuliaan bersama.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan globalisasi? Apa berkaitan dengan budaya?
2. Apa yang dimaksud keberagaman?
3. Apa yang dimaksud konsep multikulturalisme?
4. Apa yang dimaksud konsep kesetaraan?

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Globalisasi dan Budaya

Globalisasi yang sudah mulai terasa sejak akhir abad ke-20, telah membuat
masyarakat dunia termasuk bangsa Indonesia harus bersiap-siap menerima kenyataan
masuknya pengaruh luar terhadap seluruh aspek kehidupan bangsa. Salah satu aspek yang
terpengaruh adalah kebudayaan. Terkait dengan kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-
nilai yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat
terhadap berbagai hal. Menurut Koentjaraningrat kebudayaan juga dapat didefinisikan
sebagai wujud yang mencakup gagasan atau ide, kelakuan dan hasil kelakuan, dimana hal-
hal tersebut terwujud dalam kesenian tradisional kita. Oleh karena itu nilai-nilai maupun
persepsi berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan atau psikologis, yaitu apa yang terdapat
dalam alam pikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari,
bahwa tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran
orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang
adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan Bagi bangsa Indonesia aspek
kebudayaan merupakan salah satu kekuatan bangsa yang memiliki kekayaan nilai yang
beragam, termasuk keseniannya. Kesenian rakyat, salah satu bagian dari kebudayaan
bangsa Indonesia tidak luput dari pengaruh globalisasi. Globalisasi dalam kebudayaan
dapat berkembang dengan cepat, hal ini tentunya dipengaruhi oleh adanya kecepatan dan
kemudahan dalam memperoleh akses komunikasi dan berita namun hal ini justru menjadi
bumerang tersendiri dan menjadi suatu masalah yang paling krusial atau penting dalam
globalisasi, yaitu kenyataan bahwa perkembangan ilmu pengertahuan dikuasai oleh
negara-negara maju, bukan negara-negara berkembang seperti Indonesia. Akibatnya,
negara-negara berkembang, seperti Indonesia selalu khawatir akan tertinggal dalam arus
globalisai dalam berbagai bidang seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, termasuk
kesenian.

2
Globalisasi sebagai sebuah proses ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi sehingga mampu mengubah dunia secara mendasar.
Komunikasi dan transportasi internasional telah menghilangkan batas-batas budaya setiap
bangsa. Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada globalisasi dan menjadi
peradaban dunia sehingga melibatkan manusia secara menyeluruh. Menurut Simon
Kemoni (Sosiolog Kenya) mengatakan bahwa dalam proses globalisasi, negara-negara
harus memperkokoh dimensi budaya mereka dan memelihara struktur nilai-nilainya agar
tidak dieliminasi oleh budaya asing. Dalam globalisasi, berbagai bangsa harus
mendapatkan informasi ilmiah yang bermanfaat dan menambah pengalaman. Terkait
dengan seni dan budaya, seorang penulis asal Kenya bernama Ngugi Wa Thiong’o
menyebutkan bahwa perilaku dunia Barat, khususnya Amerika seolah-olah sedang
melemparkan bom budaya terhadap rakyat dunia. Mereka berusaha untuk menghancurkan
tradisi dan bahasa pribumi sehingga bangsa-bangsa tersebut kebingungan dalam upaya
mencari indentitas budaya nasionalnya. Penulis Kenya ini meyakini bahwa budaya asing
yang berkuasa di berbagai bangsa, yang dahulu dipaksakan melalui imperialisme, kini
dilakukan dalam bentuk yang lebih luas dengan nama globalisasi[1].

2.2 Keberagaman

Keragaman manusia sudah menjadi fakta social dan fakta sejarah kehidupan. Sehingga
pernah muncul penindasan, perendahan, penghancuran dan penghapusan rasa atau etnis
tertentu. Dalam sejarah kehidupan manusia pernah tumbuh ideology atau pemahaman
bahwa orang berkulit hitam adalah berbeda, mereka lebih rendah dan dari yang berkulit
putih. Contohnya di Indonesia, etnis Tionghoa memperoleh perlakuan diskriminatif, baik
secara social dan politik dari suku-suku lain di Indonesia. Dan ternyata semua yang telah
terjadi adalah kekeliruan, karena perlakuan merendahkan martabat orang atau bangsa lain
adalah tindakan tidak masuk akal dan menyesatkan, sementara semua orang dan semua
bangsa adalah sama dan sederajat. Sehingga keragaman yang dimaksud disini adalah
suatu kondisi masyarakat dimana terdapat perbedaan-perbedaan dalam berbagai bidang,
terutama suku bangsa dan ras, agama dan keyakinan, ideologi, adat kesopanan serta
situasi ekonomi.

3
Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk dan dinamis, antara lain ditandai
oleh keragaman suku bangsa, agama, dan kebudayaan. Sebagaimana diketahui bahwa
bangsa Indonesia memiliki keragaman suku bangsa yang begitu banyak, terdiri dari
berbagai suku bangsa, mulai dari Sabang hingga Merauke, ada suku Batak, suku Minang,
suku Ambon, suku Madura, suku Jawa, suku Asmat, dan masih banyak lainnya.Konsep
keragaman mengandaikan adanya hal-hal yang lebih dari satu, keragaman menunjukan
bahwa keberadaan yang lebih dari satu itu berbeda-beda, heterogen bahkan tidak bisa
disamakan. Keragaman Indonesia terlihat dengan jelas pada aspek-aspek geografis, etnis,
sosiokultural dan agama serta kepercayaan[2].

2.3 Multikulturalisme

Multikultualisme adalah pemahaman atas adanya unsur-unsur yang berbeda dalam


suatu konsep sehingga penekanan makna multikulturalisme terletak adanya seb-isme yang
mengakui perbedaan ada dalam kesederajatan, baik secara individual maupun secara
kebudayaan (kompleks). Multikulturalisme sendiri dimaknai sebagai hadirnya sejumlah
masayarakat dan kebudayaan serta berdampingan, dimana antara mereka saling terjalin
suatu interaksi dan dalam interaksi tersebut dikembangkan suatu pemahaman satu sama
lain untuk dapat saling menghargai, bertoleransi, rukun dan menghormati.
Multikulturalisme memposisikan manusia, masyarakat dan kebudayaan ada dalam
kesejajaran dan kehormatan yang sama dan seimbang, maka keberadaban terletak pada
kesanggupan untuk berpandangan, bersikap, dan bertindak atas nama kemuliaan bersama.
Multikulturalisme dalam pandangan antropolog yang diungkapkan oleh Moeslim
Abdurrahman, Multikulturalisme sebagai hak untuk memperoleh representasi antropologis
dalam pembentukan bangsa.2 Selanjutnya menurut Moeslim Abdurrahman selama ini
Indonesia tidak memberi ruang representasi sama sekali terhadap suku-suku bangsa yang
secara historis tidak memiliki tokoh-tokoh Nasional. Moeslim Abdurrahman menegaskan
isu multikulturalisme sangat penting, karena merupakan bagaian abtraksi identitas yang
diperluas untuk emansipasi dan tidak hanya sekedar menerima fakta keragaman yang
didasarkan pada pertimbangan alami bahwa memang kenyataanya Tuhan membuat ciptaa-
Nya beragam[3].

4
2.4 Kesetaraan

Kesetaraan manusia bermakna bahwa manusia sebagai makhluk Tuhan memiliki


tingkat atau kedudukan yang sama. Setiap manusia dilahirkan setara, meskipun dengan
keragaman identitas yang disandang. Kesetaraan merupakan sesuatu yang inheren yang
dimiliki manusia sejak lahir. Dengan identitas pluralis dan multikulturalis, bangunan
interaksi dan relasi antarmanusia Indonesia akan bersifat setara. Paham kesetaraan akan
menandai cara berpikir dan berperilaku bangsa Indonesia, apabila setiap orang Indonesia
berdiri di atas realitas bangsanya yang plural dan multikultural itu. Identitas kesetaraan ini
tidak akan muncul dan berkembang dalam susunan masyarakat yang didirikan di atas paham
dominasi dan kekuasaan satu kelompok terhadap kelompok lain.
Dalam masyarakat Indonesia yang majemuk, prinsip kesetaraan perlu diterapkan
dengan baik.Jika prinsip kesetaraan tersebut tidak diterapkan maka masyarakat Indonesia
sangat rentan dengan adanaya konflik dan kekerasan. Salah satu bentuk tidak diterapkannya
prinsip kesetaraan ialah adanaya perlakuan diskriminatif terhadap kelompok tertentu. Di
Indonesia masih banyak dijumpai berbagai konflik antarsukubangsa, antarpenganut
keyakinan keagamaan, ataupun antar kelompok. Konflik yang terjadi banayak menjatuhkan
korban baik jiwa dan raga serta harta benda. Contoh konflik yang terjadi di Indonesia adalah
kasus Sambas, Ambon, Poso dan Kalimantan Tengah. Masyarakat majemuk Indonesia
belum menghasilkan tatanan kehidupan yang egalitarian dan demokratis. Dominasi yang
dilakukan oleh sekelompok orang di Indonesia menyebabakan konflik yang dikarenakan
kurangnya kesadaran masyarakat tentang keberagaman yang terjadi di Indonesia[4].

5
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Masyarakat multikultural telah menjadi cri khas bangsa lebih khusus pada
masyarakat Indonesia, dan telah diperbincangkan dalam berbagai kegiatan, seminar, forum
diskusi maupun dalam lingkunganakademik. Namun demikian terkadang
multikulturalisme kurang tepat digunakan, bahkan masyarakat multicultural sering
disamakan dengan masyarakat pluralisme, namun memiliki arti dan makna sejarah yang
berbeda antara satu dengan yang lain, meskipun keduanya sama-sama berbicara tentang
keragaman. Lebih jauh lagi untuk mendapatkan desain pengelolaankeragaman yang lebih
komprehensif dalam menjaga tatanan masyarakat yang seimbang (equilibrium)
dalamkesatuan ‘Bhineka Tunggal Ika’. Sehingga inti multikulturalisme adalah kesediaan
menerima kelompok lainsecara sama sebagai kesatuan, tanpa memedulikan perbedaan
budaya, etnis, gender, bahasa, ataupun agama.Pengaruh globalisasi menimbulkan pengaruh
yang negatif bagi kebudayaan bangsa Indonesia . Norma-norma yang terkandung dalam
kebudayaan bangsa Indonesia perlahan-lahan mulai menghilang. Akibatnya teknologi
disertai nilai-nilai interinsik yang diberlakukan di dalamnya, telah menimbulkan isu
mengenai globalisasi dan pada akhirnya menimbulkan nilai baru tentang kesatuan dunia..
Dari pengertian dan materi-materi di atas, maka dapat disimbulkan bahwa
perbedaan, kesetaraan, dan harmonisasi sosial memiliki keterkaitan satu sama lain.
Meskipun masyarakat Indonesia merupakan masyarakat multicultural dengan berbagai
perbedaan ras, suku bangsa, agama, budaya, dsb antara satu daerah dengan daerah lainnya.
Oleh karena itu, kita sebagai generasi muda harus tetap melestarikan kebudayaan bangsa
kita sendiri agar dalam era globalisasi ini, kebudayaan kita tidak semakin menghilang.

6
3.2 Saran

Diharapkan untuk seluruh Masyarakat INDONmempunyai kesadaran yang tinggi akan


pandangan multikulturalisme dan kesetaraan. Karena sebagai makhluk sosial kita harus selalu
menghormati dan menghargai setiap perbedaan yang ada di sekitar kita.

7
DAFTAR PUSTAKA

[1] D. I. E. R. A. Globalisasi and A. Mufida, “Kebudayaan masyarakat multikulturalisme di era


globalisasi,” pp. 1–10, 2011.
[2] A. Wicaksana, “済無No Title No Title No Title,” Https://Medium.Com/, 2016, [Online].
Available: https://medium.com/@arifwicaksanaa/pengertian-use-case-a7e576e1b6bf.
[3] A. L. Belakang, “Jiptummpp-Gdl-Ahmadherih-31176-2-Bab1,” pp. 1–13.
[4] BMP MKDU4109/3SKS/MODUL5

Anda mungkin juga menyukai