Anda di halaman 1dari 16

TUGAS 2

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR


“Makalah mengenai multikulturalisme dalam era globalisasi”

Penyusun

Nanda Adellia Putri


(044572276)
Program Studi Statistika

1 | “ M a k a l a h M u l ti k u l t u r a l d i e r a G l o b a l i s a s i ”
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………...4
1.2 RumusanMasalah…………………………………………………………….....……..4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Globalisasi dalam kebudayaan………………………………………………………...6
2.2 Keberagaman…………………………………………………………..……….……...8
2.3 Multikulturalisme………………………………………………………..…….………12
2.4 Kesetaraan…………………………………………………………………..….……...13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………..………...15

2 | “ M a k a l a h M u l ti k u l t u r a l d i e r a G l o b a l i s a s i ”
KATA PENGANTAR

Dengan penuh rasa kasih dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa,karena atas segala berkat dan rahmatNya yang melimpah sehingga saya
dapat menyelesaikanmakalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah IlmuSosial Budaya Dasar.
Tak lupa saya mengucapkan terimakasih kepada Bapak Muhammad Adi
Saputra,M.Pd atas kesempatan yangdiberikan dalam Tugas Tutorial 2
ini.Kesempurnaan hanya milik Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena itu saya
menyadaribahwa penyusunan tugas makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih
banyak kekurangan.
Untuk itu, saya selalu mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
saya dapatselangkah lebih maju dan lebih belajar lagi. Besar harapan agar kiranya
makalah ini dapatbermanfaat bagi para pembaca. Terimakasih.

Mojokerto, 13 November 2022


Penyusun

Nanda Adellia Putri

BAB I PENDAHULUAN
3 | “ M a k a l a h M u l ti k u l t u r a l d i e r a G l o b a l i s a s i ”
1.1Latar Belakang

Multikulturalisme masih sangat relevan untuk didiskusikan seiring


dangan Era Reformasi yang sedang bergulir di Indonesia. Reformasi
mengharapkan masyarakat yang demokratis, mengakui bahwa martabat
manusia yang sama, menghormati perbedaan yang ada dalam masyrakat.
Mengingat bahwa keadaan masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang
heterogen. Kesadaran penghormatan dan toleransi terhadap kebaragaman
dan perbedaan ini didasarkan pada peristiwa-peristiwa kelam dalam
sejarah di Indonesia. Melihat latar belakang sejarah Indonesia, jika
dibandingkan dengan Amerika yang telah mengembangkan
multikulturalisme memiliki perbedaan. Sehingga dalam hal ini, Moeslim
Abdurrahman berujar, bangsa ini bukan dibangun oleh imigran, namun dari
suku-suku bangsa, tetapi juga bukan seluruh suku bangsa yang lebih dari
tiga ratus memiliki tempat yang sama dalam proses membangun bangsa.
Membincang persoalan tentang multikulturalisme bukan hanya
toleransi moral mupun kebersamaan pasif semata, melainkan kesediaan
untuk melindungi dan mengakui kesetaraan dan rasa persaudaraan
diantara sesama manusia, terlepas dari perbedaan asal-usul etnis,
keyakinan, kepercayaan dan agama yang dianut. Multikulturalisme
memandang identitas yang tidak pernah tunggal. Hal ini dapat dicontohkan
dalam kehidupan sehari-hari, dalam diri seseorang terdapat identitas
kebangsaan, sekaligus terdapat identitas ke-Islaman
Multikulturalisme dalam pandangan antropolog yang diungkapkan
oleh Moeslim Abdurrahman, Multikulturalisme sebagai hak untuk
memperoleh representasi antropologis dalam pembentukan bangsa.
Selanjutnya menurut Moeslim Abdurrahman selama ini Indonesia tidak
memberi ruang representasi sama sekali terhadap suku-suku bangsa yang
secara historis tidak memiliki tokoh-tokoh Nasional. Moeslim Abdurrahman
menegaskan isu multikulturalisme sangat penting, karena merupakan
bagaian abtraksi identitas yang diperluas untuk emansipasi dan tidak hanya
sekedar menerima fakta keragaman yang didasarkan pada pertimbangan
alami bahwa memang kenyataanya Tuhan membuat ciptaa-Nya beragam.
Pasca tumbangnya Orde Baru, pada zaman pemerintahan Soeharto

4 | “ M a k a l a h M u l ti k u l t u r a l d i e r a G l o b a l i s a s i ”
tahun 1998, Indonesia mengalami proses transisi dari corak otoriter menuju
masyarakat sipil demokratis. Reformasi bergulir dengan cita-citanya yang
sangat tinggi. Inti dari cita-cita tersebut adalah sebuah masyarakat sipil
demokratis, hukum ditegakkan untuk supremasi keadilan, pemerintahan
yang bersih dari KKN, terwujudnya keteraturan sosial dan rasa aman dalam
masyarakat yang menjamin kelancaran produktivitas warga masyarakat,
dan kehidupan ekonomi yang mensejahterakan rakyat Indonesia.
Indonesia yang dicita-citakan dengan semangat Orde Baru, yang
mengandaikan realitas masyarakat dengan ide “masyarakat majemuk”
(plural society), sangatlah berbeda dengan Era Reformasi yang
mengandaikan adanya “masyarakat multikultural Indonesia”. Dengan
perubahan sistem pemerintahan, tentunya mempunyai konsekuensi dalam
beberapa hal untuk mengikuti perubahan tersebut, terlebih dalam hal
pendidikan. Sehingga dengan sadar bangsa Indonesia adalah masyarakat
multikultural.

1.2 Rumusan Masalah

Dari Latar belakang di atas diidentifikasi masalah penelitian yaitu :


a. Apa perbedaan Multikultural di masalalu dengan Multikultural di era
globalisasi sekarang ini?
b. Bagaimana mengatasi perkembangan Multikultural di era globalisasi ang
saat ini terjadi?
c. Apakah Multikultural ang saat ini ada di masyarakat berkaitan dengan
sosiologi dan budaya di indonesia?

BAB II PEMBAHASAN

5 | “ M a k a l a h M u l ti k u l t u r a l d i e r a G l o b a l i s a s i ”
2.1 Globalisasi dalam kebudayaan
Globalisasi budaya adalah penyebaran gagasan, makna, dan nilai ke seluruh
dunia dengan cara tertentu untuk memperluas dan mempererat hubungan
sosial. Proses ini ditandai oleh konsumsi budaya bersama yang dibantu
oleh Internet, media budaya masyarakat, dan perjalanan luar negeri. Konsumsi
budaya bersama turut mendorong pertukaran barang dan kolonisasi yang
menyebarkan budaya ke seluruh dunia. Penyebaran budaya memungkinkan
seseorang terlibat dalam hubungan sosial lintas negara dan kawasan. Penciptaan
dan perluasan hubungan sosial seperti ini tidak terlihat di tingkat
material. Globalisasi budaya melibatkan pembentukan norma dan pengetahuan
bersama yang sesuai dengan identitas budaya mereka, baik individu atau
kelompok. Globalisasi budaya terus meningkatkan keterkaitan penduduk dan
kebudayaan di dunia.
Aspek globalisasi budaya yang terlihat jelas adalah percampuran masakan seperti
yang terjadi di jaringan restoran cepat saji Amerika Serikat. Gerai makanan dan
minuman McDonald's dan Starbucks adalah perusahaan Amerika Serikat yang
sering dijadikan contoh globalisasi; masing-masing perusahaan ini memiliki lebih
dari 32.000 dan 18.000 gerai di seluruh dunia per tahun 2008. Indeks Big
Mac merupakan cara yang tidak biasa untuk mengukur keseimbangan daya beli
mata uang dunia.
Kebudayaan merupakan konsep fundamental dalam disipilin ilmu
antropologi. E.B Taylor, salah satu ahli antropologi mendefinisikan kebudayaan
sebagai hal yang melingkupi semua pengalaman manusia. E.B Taylor mengatakan
bahwa kebudayaan meliputi pengetahuan, seni, moral, hukum, serta kapasitas dan
perilaku lainnya yang diterima atau dipelajari oleh manusia dan anggota
masyarakat (Taylor 1887).
Dari definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa budaya merupakan produk
yang diciptakan oleh manusia dimana budaya tersebut lah yang juga membentuk
manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dalam konteks budaya, manusia disebut
sebagai animal simboli yang merupakan makhluk yang penuh simbol dan makhluk
budaya yang hidupnya terbentuk oleh produk budaya.
Selain itu, budaya tidak diwariskan melalui kode genetik, melainkan melalui
proses enkulturasi yakni proses interaksi manusia dimana seorang individu belajar
dan menerima budayanya. Manusia memperoleh budayanya baik secara sadar
melalui pembelajaran langsung maupun secara tidak sadar melalui interaksi
(Rendell 2010) Budaya bersifat dinamis serta dapat tumbuh dan berkembang
mengikuti perubahan zaman, karena budaya dikontruksi dan direkontruksi oleh
manusia. Namun, terdapat budaya yang tidak dapat di ubah. Koentjaraningrat
membagi budaya menjadi dua wujud budaya, yaitu fisik dan non-fisik
6 | “ M a k a l a h M u l ti k u l t u r a l d i e r a G l o b a l i s a s i ”
(Koentjaraningrat 1982).
Budaya yang berwujud fisik berbentuk produk dan sulit mengalami
perubahan, contohnya candi dan prasasti. Sedangkan budaya non-fisik berbentuk
ide-ide dan aktivitas manusia yang dinamis dan terbuka terhadap perubahanserta
menyesuaikan dengan konteks zaman. Budaya non fisik berbentuk ide meliputi
nilai, norma, gagasan, dan pesan moral. Sedangkan budaya non-fisik berupa
aktivitas meliputi ritual, adat istiadat, tarian dan sebagainya. Budaya non fisik
memiliki keterkaitan yang erat dengan globalisasi karena sifatnya yang dinamis
dan dapat berubah sesuai dengan zaman.
Oleh karena itu, dalam konteks globalisasi definisi budaya merujuk pada
budaya non-fisik dalam bentuk ide dan aktivitas. Perkembangan globalisasi yang
menyentuh setiap lini kehidupan manusia juga berdampak terhadap perubahan
budaya. Seperti yang diketahui, globalisasi menjadi isu yang mendapat perhatian
besar sejak akhir abad ke-20 hingga awal abad ke-21.
Dalam proses globalisasi, batasan geografis suatu negara menjadi kabur
sehingga proses globalisasi dapat mengancam eksistensi budaya suatu bangsa
karena budaya lain dapat dengan mudah masuk dalam suatu kehidupan bangsa.
Tidak dapat dipungkiri jika pengaruh globalisasi Jurnal Hubungan Internasional
Tahun XI, No.1, Januari - Juni 2018 111 Dinda Larasati dalam penyebaran budaya
semakin terlihat dengan adanya perkembangan teknologi informasi, sehingga
penyebaran budaya tidak lagi harus melalui migrasi namun dapat dilakukan
melalui media sosial dan media massa.
Adanya akses internet telah memudahkan penyerapan kebudayaan karena
hampir semua orang terhubung dengan jaringan internet. Media menjadi senjata
utama dalam penyebaran budaya di era globalisasi, mengingat media berperan
sebagai agen penyebaran budaya yang masif dengan menjadi jembatan antara agen
dan konsumen. Media merupakan saluran yang berpengaruh dalam distribusi
kebudayaan global yang secara langsung memengaruhi perubahan gaya hidup
masyarakat dan menjadikan masyarakat sebagai konsumen suatu budaya. Jika
masyarakat telah menjadi konsumen dari suatu budaya baru, maka kemungkinan
akan terjadi perubahan terhadap budaya yang ada di dalam masyarakat tersebut.
Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian oleh para ahli yang mengatakan
bahwa media seringkali dijadikan sebagai alat perubahan masyarakat (Li 2004).
Globalisasi dalam konteks budaya selama ini selalu dikaitkan dengan dominasi
negara-negara Barat yang dikenal dengan istilah Westernisasi. Globalisasi dan
Westernisasi memiliki kerkaitan erat karena globalisasi sendiri merupakan proses
atau strategi negara-negara Barat dalam melakukan ekspansi produk dan pengaruh
termasuk dalam bidang kebudayaa. Jadi, dapat dikatakan bahwa Westernisasi
merupakan salah satu produk dari globalisasi.
Menurut Antony Black, Westernisasi dimulai sejak tahun 1700-an (Black
7 | “ M a k a l a h M u l ti k u l t u r a l d i e r a G l o b a l i s a s i ”
2006). Namun muncul sebuah fenomena baru dalam era globalisasi yang selama
ini didominasi oleh kebudayaan Barat, yakni Hallyu atau Korean Wave sebagai
bentuk globalisasi budaya versi Asia (Valentinda & Istriyani 2013). Sama seperti
Westernisasi, pola penyebaran Korean Wave dilakukan melalui budaya popular
seperti film, drama TV, musik pop, fashion, bahkan bahasa, makanan dan
teknologi.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa saat ini terdapat dua budaya yang
mendominasi kebudayaan global yaitu Westernisasi sebagai kebudayaan dengan
nilai-nilai budaya barat dan Korean Wave sebagai nilai-nilai budaya Korea Selatan.
Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa dalam Korean Wave terdapat unsur-unsur
kebudayaan Barat sebagai efek Westernisasi yang telah berkembang terlebih
dahulu.
Namun saat ini Korean Wave juga menjadi tren tersendiri di berbagai
negara. Hal ini dibuktikan oleh budaya pop Korea yang mampu menembus pasar
dunia dan menyaingi budaya Barat. Korean Wave tidak hanya menyentuh negara-
negara di kawasan Asia seperti Jepang, Indonesia, China, Thailand, India, Fil-
Globalisasi Budaya dan Identitas: Pengaruh dan Eksistensi Hallyu (Korean-Wave)
versus Westernisasi di Indonesia 112 Jurnal Hubungan Internasional Tahun XI,
No.1, Januari - Juni 2018 lipina saja namun juga negara-negara Barat seperti
Amerika dan negara-negara Eropa, bahkan negara-negara Afrika dan Timur
Tengah. Kondisi tersebut membuktikan bahwa Korean Wave menjadi rival yang
paling kuat bagi Westernisasi saat ini.

2.2 Keberagaman

Keberagaman Budaya di Era Globalisasi yang mudah mempengaruhi


masyarakat untuk mengikuti gaya Barat.

Kebudayaan merupakan ciri khas ataupun jati diri dan identitas yang


dimiliki oleh setiap bangsa, kebudayaan yang dimiliki oleh suatu bangsa
merupakan keseluruhan hasil cipta, karsa, dan karya manusia.

Globalisasi adalah proses pertukaran pandangan dunia, produk, pemikiran,


dan aspek-aspek kebudayaan lainnya. Kemajuan infrastruktur transportasi dan
telekomunikasi. Indonesia sebagai negara kepulauan dikenal dengan keberagaman
budaya, keberagaman itulah yang menunjukkan betapa pentingnya aspek
kebudayaan bagi bangsa Indonesia. Jika dikaitkan dengan kondisi kebudayaan di
Indonesia saat ini, bangsa Indonesia sedang menghadapi suatu pergeseran-
pergeseran atau Shirf budaya. Bangsa Indonesia telah berada dalam suatu era yang
ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

8 | “ M a k a l a h M u l ti k u l t u r a l d i e r a G l o b a l i s a s i ”
Sehingga akan mampu mengubah dunia secara mendasar, era tersebut sering
dikenal dengan era globalisasi.

Kebudayaan asing atau luar negeri terutama negara barat sudah


mendominanisasi segala aspek. Segala hal selalu mengacu kepada Barat.
Peradaban Barat telah menguasai dunia dan tentunya itu harus hati-hati dalam
mengikuti zaman ini. Banyak perubahan-perubahan peradaban yang terjadi di
penjuru dunia ini. Kebudayan Barat hanya sebagai petaka buruk bagi Timur
terutama Negara kita Indinesia. Timur yang selalu berperadaban mulia, sedikit
demi sedikit mulai mengikuti kebudayaan Barat.
Globalisasi budaya merupakan suatu upaya kontak lintas budaya namun diiringi
dengan berkurangnya keunikan komunitas yang dulunya terisolasi oleh masyarakat
itu sendiri. . Seperti yang kita ketahui bahwa dahulu Indonesia sangat sopan dalam
berbusana, akan tetapi pada saat ini sudah banyak pria maupun wanita
menggunakan pakaian ketat, celana di atas lutut, baju di atas pusar dsb. Hal
tersebut menegaskan bahwa kebudayaan di Indonesia telah terglobalisasi oleh
pengaruhluar.

Pola pikir serta teknologi maupun telah mempengaruhi seluruh aspek dalam


kehidupan kita. Baik itu sikap, perilaku, bahkan cara kita berbicara. Berkat
globalisasi, kita dapat hidup dengan lebih baik sekarang. Namun, tidak demikian
jika globalisasi merambah ke dua aspek yang penting dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara yaitu sosial dan budaya. Dewasa ini, budaya Indonesia mulai banyak
terkikis dan digantikan oleh sikap kebarat-baratan yang kadang tidak sesuai dengan
budayaIndonesia.

Kemajuan teknologi sebagai dampak dari globalisasi yang begitu pesat telah
membawa kebudayaan asing masuk ke dalam negara Indonesia dan akan
mempengaruhi seluruh masyarakat Indonesia terutama generasi muda. Teknologi
yang berkembang pada era globasisasi ini mempengaruhi karakter sosial dan
kebudayaan dari suatu lingkungan. Oleh karena itu, di dalam diri generasi muda
perlu benar-benar mengerti dan memahami nilai-nilai budaya yang ada pada suatu
kebudayaan di lingkungan masyarakat, karena dengan memahami nilai-nilai
budaya yang sebenarnya maka kebudayaan asing yang masuk akan dapat disaring
secara baik oleh generasi muda.

Gaya hidup yang berkiblat pada barat


Saat ini banyak Negara yang meniru gaya hidup atau lifestyle orang-orang bule
atau lebih berkiblat kebarat-baratan, yakni melakukan sex bebas, berpakaian mini,
ataupun kumpul kebo. Istilah ini digunakan kepada pasangan yang bukan

9 | “ M a k a l a h M u l ti k u l t u r a l d i e r a G l o b a l i s a s i ”
muhrimnya tetapi tinggal seatap tidak dalam tali pernikahan. Di berbagai Negara
gaya hidup ini tidak dibenarkan karena menyalahi beberapa norma yakni norma
agama, norma kesusilaan, norma kesopanan. Sanksi yang diberikan bagi yang
melanggar juga cukup berat terutama pada lingkungan sekitarnya

Salah satu sifat dominan yang mudah diikuti oleh masyarakat adalah cara
Berpakaian Barat yang identik dengan liberalism dengan kata lain penuh
kebebasan dalam berpakaian, sangat bebas dalam berpakaian. Dan karena tren
pakaian dunia berkiblat pada bangsa Barat, maka style/cara berpakaian bangsa
Barat pun perlahan masuk dalam budaya kita dan berpakaian sangat sexy dengan
rok pendek sudah mejadi hal yang lumrah.
Masyarakat Indonesia sangat beragam. Beberapa faktor yang mendorong
keberagaman masyarakat Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Keadaan geografis Indonesia yang terpisah-pisah oleh lautan mengakibatkan


penduduk yang tersebar di pulau-pulau di Indonesia tumbuh menjadi kesatuan-
kesatuan suku bangsa yang terisolasi dengan yang lain. Mereka kemudian
mengembangkan pola perilaku, bahasa, dan ikatan-ikatan kebudayaan lainnya yang
berbeda satu sama lain.
2. Indonesia yang terletak pada posisi silang antara dua samudera dan dua benua
merupakan daya tarik tersendiri bagi bangsa-bangsa asing untuk datang, singgah,
dan menetap di Indonesia, ada yang datang untuk berdagang, menyebarkan agama,
dan sebagainya. Banyak bangsa asing yang berinteraksi dengan penduduk lokal.
Dari interaksi ini terjadi amalgamasi dan asimilasi kebudayaan. Akibatnya
terbentuklah ras, subras, agama, dan kepercayaan yang berbeda-beda di Indonesia.
3. Iklim yang berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang lain di kawasan
Indonesia menimbulkan kondisi alam yang berbeda. Kondisi ini akhirnya
membentuk pola-pola perilaku dan sistem mata pencaharian yang berbeda-beda.
Akibatnya terjadi keragaman regional antara daerah-daerah di Indonesia
4. Pembangunan di berbagai sektor menyebabkan keragaman masyarakat Indonesia,
khususnya secara vertikal. Kemajuan dan industrialisasi yang terjadi menghasilkan
kelas-kelas sosial yang didasarkan pada aspek ekonomi.
Yang menjadi sebuah pertanyaan besar adalah dampak dari keberagaman budaya
bagi integrasi bangsa. Di dalam potensi keberagaman budaya tersebut sebenarnya
terkandung potensi disintegrasi, konflik, dan separatisme sebagai dampak dari
negara kesatuan yang bersifat multietnik dan struktur masyarakat Indonesia yang
majemuk dan plural. Menurut David Lockwood konsensus dan konflik merupakan

10 | “ M a k a l a h M u l ti k u l t u r a l d i e r a G l o b a l i s a s i ”
dua sisi mata uang karena konsensus dan konflik adalah dua gejala yang melekat
secara bersama-sama di dalam masyarakat.

Karena struktur sosial budayanya yang sangat kompleks, Indonesia selalu


berpotensi menghadapi permasalahan konflik antaretnik, kesenjangan sosial, dan
sulitnya terjadi integrasi nasional secara permanen. Hal tersebut disebabkan adanya
perbedaan budaya yang mengakibatkan perbedaan dalam cara pandang terhadap
kehidupan politik, sosial, dan ekonomi masyarakat. Pola kemajemukan masyarakat
Indonesia dapat dibedakan menjadi dua. Pertama, diferensiasi yang disebabkan
oleh perbedaan adat istiadat (custom differentiation) karena adanya perbedaan
etnik, budaya, agama, dan bahasa. Kedua, diferensiasi yang disebabkan oleh
perbedaan struktural (structural differentiation) yang disebabkan oleh adanya
perbedaan kemampuan untuk mengakses potensi ekonomi dan politik antaretnik
yang menyebabkan kesenjangan sosial antaretnik. Sebagai masyarakat majemuk,
Indonesia memiliki dua kecenderungan atau dampak akibat keberagaman budaya
tersebut, antara lain sebagai berikut:

1. Berkembangnya perilaku konflik di antara berbagai kelompok etnik.


     2. Pemaksaan oleh kelompok kuat sebagai kekuatan utama
yang mengintegrasikan masyarakat.

Namun, kemajemukan masyarakat tidak selalu menunjukkan sisi negatif


saja. Pada satu sisi kemajemukan budaya masyarakat menyimpan kekayaaan
budaya dan khazanah tentang kehidupan bersama yang harmonis apabila integrasi
masyarakat berjalan dengan baik. Pada sisi lain, kemajemukan selalu menyimpan
dan menyebabkan terjadinya potensi konflik antaretnik yang bersifat laten (tidak
disadari) maupun manifes (nyata) yang disebabkan oleh adanya sikap
etnosentrisme, primordialisme, dan kesenjangan sosial.

2.3 Multikultural

11 | “ M a k a l a h M u l ti k u l t u r a l d i e r a G l o b a l i s a s i ”
Masyarakat muktikultural adalah masyarakat yang terdiri atas beragam
kelompok sosial dengan sistem norma dan kebudayaan yang berbeda-beda. Mereka
hidup bersama dalam suatu wilayah lokal dan nasional. Bahkan mereka juga
berhubungan dengan masyarakat internasional, baik secara langsung maupun tidak
langsung.

Multikulturalisme tidak hanya bermakna keanekaragaman (kemajemukan),


tetapi juga bermakna kesederajatan antarperbedaan yang ada. Maksudnya dalam
multikulturalisme terkandung pengertian bahwa tidak ada sistem norma dan
budaya yang lebih tinggi daripada budaya lain. Kesederajatan perbedaan
merupakan jantung dari multikulturalisme. Dengan demikian, secara konsep,
masyarakat multikultural tidak sama dengan masyarakat majemuk. Masyarakat
majemuk lebih menitikberatkan pada keanekaragaman suku bangsa dan
kebudayaannya. Sementara itu, masyarakat multikultural merujuk pada kesetaraan
atau kesederajatan kebidayaan yang ada dalam sebuah masyarakat.

Di dalam masyarakat multikultural, perbedaan kelompok sosial,


kebudayaan, dan suku bangsa dijunjung tinggi. Namun hal itu tidak berarti bahwa
ada kesenjangan atau perbedaan hak dan kewajiban di antara kelompok sosial,
kebudayaan, dan suku bangsa yang berbeda tersebut. Masyarakt multikultural tidak
mengenal perbedaan hak dan kewajiban antara kelompok minoritas maupun
mayoritas, baik secara hukum maupun sosial. Multikulturalisme menuntut
masyarakat untuk hidup penuh toleransi, saling pengertian antarbudaya dan
antarbangsa dalam membina suatu dunia baru.

Adapun contoh multikultural yang berkaitan dengan sosiologi dan


kebudayaan indonesia yaitu : toleransi hidup beragama, dimana di indonesia kita
ini mengakui 5 agama, dengan ajaran, kepercayaan, serta tata ibadat yang berbeda.
kita dapat bergabung menjadi satu dalam suatu organisasi dengan tujuan yang
sama walaupun berbeda kepercayaan.

2.4 Kesetaraan
12 | “ M a k a l a h M u l ti k u l t u r a l d i e r a G l o b a l i s a s i ”
Kesetaraan manusia bermakna bahwa manusia sebagai makhluk Tuhan
memiliki tingkat atau kedudukan yang sama. Setiap manusia dilahirkan setara,
meskipun dengan keragaman identitas yang disandang. Kesetaraan merupakan
sesuatu yang inheren yang dimiliki manusia sejak lahir. Dengan identitas pluralis
dan multikulturalis, bangunan interaksi dan relasi antarmanusia Indonesia akan
bersifat setara. Paham kesetaraan akan menandai cara berpikir dan berperilaku
bangsa Indonesia, apabila setiap orang Indonesia berdiri di atas realitas bangsanya
yang plural dan multikultural itu. Identitas kesetaraan ini tidak akan muncul dan
berkembang dalam susunan masyarakat yang didirikan di atas paham dominasi dan
kekuasaan satu kelompok terhadap kelompok lain.

Kesetaraan sosial

     Kemajemukan masyarakat Indonesia selain mengakibatkan adanya konsep


perbedaan sosial juga mengakibatkan munculnya konsep kesetaraan sosial. Konsep
kesetaraaan merupakan sebuah konsep yang harus dipahami dalam menghadapi
masyarakat yang beragam. Tujuannya adalah untuk meminimalisir adanya konflik-
konflik yang ditimbulkan. Jadi, pengertian dari konsep kesetaraan itu sendiri
adalah sebuah konsep yang memandang bahwa setiap manusia dilahirkan setara,
meskipun memiliki keragaman identitas baik dari suku,bangsa, agama, dan
sebagainya. Konsep kesetaraan ini diwujudkan dalam bentuk hak-hak manusia.
Kesetaraan yang ada di masyarakat juga mencakup beberapa bidang kehidupan
seperti hokum,politik, pendidikan, keamanan, dsb.

     Dalam masyarakat Indonesia yang majemuk, prinsip kesetaraan perlu


diterapkan dengan baik. Jika prinsip kesetaraan tersebut tidak diterapkan maka
masyarakat Indonesia sangat rentan dengan adanaya konflik dan kekerasan. Salah
satu bentuk tidak diterapkannya prinsip kesetaraan ialah adanaya perlakuan
diskriminatif terhadap kelompok tertentu. Di Indonesia masih banyak dijumpai
berbagai konflik antarsukubangsa, antarpenganut keyakinan keagamaan, ataupun
antar kelompok. Konflik yang terjadi banayak menjatuhkan korban baik jiwa dan
raga serta harta benda. Contoh konflik yang terjadi di Indonesia adalah kasus
Sambas, Ambon, Poso dan Kalimantan Tengah. Masyarakat majemuk Indonesia
belum menghasilkan tatanan kehidupan yang egalitarian dan demokratis. Dominasi
yang dilakukan oleh sekelompok orang di Indonesia menyebabakan konflik yang

13 | “ M a k a l a h M u l ti k u l t u r a l d i e r a G l o b a l i s a s i ”
dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat tentang keberagaman yang terjadi di
Indonesia.

Harmonisasi Sosial

     Dalam kehidupan bermasyarakat perbedaan pasti ada. Akan tetapi, perbedaan
dan keragaman sosial dalam kehidupan masyarakat bukanlah penghalang untuk
menciptakan kehidupan yang harmonis. Salah satu jalan menciptakan
keharmonisan yaitu dengan penerapan prinsip-prinsip keseteraan. Harmoni sosial
dapat diartikan sebagai sebuah kondisi dimana individu hidup sejalan dan serasi
serta setiap anggota masyarakat dapat menjalani secara baik sesuai kodrat dan
posisi sosialnya. Dalam mencapai harmoni sosial, maka perlu adanya pranata-
pranata sosial di masyarakat. Pranata hukum, sebagai salah satu pranata yang
sangat penting, merupakan lembaga yang mengontrol, mendukung, dan mendorong
terwujudnya prinsip-prinsip kesetaraan dalam kehidupan bermasyarakat. Hierarki
atau tingkatan sosial baik berupa ras, suku bangsa, kebangsawanan ataupun
kekayaan dan kekuasaan tidak ada dalam konsep kesetaraan. Keberagaman tidak
lepas dari masalah.

     Menjaga keharmonisan merupakan kewajiban bagi setiap anggota masyarakat


termasuk kita. Beberapa sikap yang dapat dilakukan untuk menjaga keharmonisan
dalam masyarakat, antara lain:

1. Adanya kesadaran mengenai perbedaan sikap, watak, dan sifat.


2. Menghargai berbagai macam karakteristik masyarakat.
3. Bersikap ramah dengan orang lain
4. Selalu berfikir positif.
     Dari pengertian dan materi-materi di atas, maka dapat disimbulkan bahwa
perbedaan, kesetaraan, dan harmonisasi sosial memiliki keterkaitan satu sama lain.
Meskipun masyarakat Indonesia merupakan masyarakat multicultural dengan
berbagai perbedaan ras, suku bangsa, agama, budaya, dsb antara satu daerah
dengan daerah lainnya. Tetapi pada hakikatnya mereka memiliki kedudukan yang
sama di mata hokum yang ada di negara Indonesia. oleh karena itu, dengan adanya
kesadaran akan adanya kesetaraan antara masyarakat satu dengan masyarakat
lainnya, maka terciptalah harmonisasi sosial.
14 | “ M a k a l a h M u l ti k u l t u r a l d i e r a G l o b a l i s a s i ”
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kebudayaan dan kebangsaan memiliki keterkaitan yang erat satu sama lain
sebagai suatu konsep yang terbuka dalam pengertian tidak bersifat statis, karena
menyangkut proses dinamika cipta, rasa, dan karsa masyarakat serta kehidupan
interaktif dalam kebersamaan dengan segala keragaman dan kepentingan
kelangsungan hidupnya. Kebudayaan pada hakikatnya merupakan suatu upaya
tanpa henti dari masyarakat untuk menjawab tantangan. Sedangkan kebangsaan,
adalah pernyataan kehendak menjadi satu bangsa.

Konsep kebudayaan yang bersifat terbuka mengharuskan bangsa Indonesia


tidak sematamata harus membuka diri dan bersikap menerima terhadap masuknya
unsurunsur budaya luar yang dianggap positif, melainkan juga harus kuat dan
mampu dalam mencegah masuknya elemen-elemen yang destruktif. Menghadapi
tantangan sekaligus ancaman kebudayaan global sebagaimana dijelaskan di atas,
maka diperlukan sebuah landasan yang kokoh. Landasan kokoh ini dibangun
melalui penanaman rasa kepercayaan diri (self confidence) dan kebanggaan
terhadap kebudayaan lokal yang dimiliki.

Di tengah arus multikulturalsme era global ini, kebudayaan Indonesia yang


tidak terpisahkan dari nilai-nilai Islam bukan hanya harus dipertahankan, tetapi
juga harus dikembangkan, hal ini dapat dilakukan dengan melakukan penyesuaian
dan aktualisasi sesuai dengan perkembangan zaman. Cara yang ditempuh adalah
dengan mengembangkan pendidikan multikultural kepada masyarakat Indonesia,
bukan hanya di lembaga pendidikan formal, tetapi juga non-formal.

Langkah ini diperkuat dengan peran budayawan daerah dan peranan lembaga adat.
Langkah penting lainnya yang harus ditempuh adalah dengan memanfaatkan
teknologi informasi modern.

15 | “ M a k a l a h M u l ti k u l t u r a l d i e r a G l o b a l i s a s i ”
Dengan langkah-langkah ini maka kebudayaan Melayu-Islam diharapkan akan
bertahan dan berkembang sesuai dengan perkembangan zaman; serta tidak hanya
menjadi obyek dari masuknya kebudayaan asing, tetapi juga menjadi kebudayaan
yang bisa mendunia dan memberikan nilai positif bagi pembangunan kebudayaan
dan perdaban manusia di muka bumi ini.

16 | “ M a k a l a h M u l ti k u l t u r a l d i e r a G l o b a l i s a s i ”

Anda mungkin juga menyukai