Pendidikan Multikultural
Disusun oleh :
UNIVERSITAS DHARMAWANGSA
MEDAN
T.A 2022/2023
1
KATA PENGANTAR
Segala puji kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
Makalah yang berjudul “Epistemologi Multikulturalisme” dengan
Matakuliah Pendidikan Multikultural ini dengan baik dan sesuai waktu yang
telah ditentukan.
Pada kesempatan kali ini penulis juga mengucapkan banyak terima kasih
yang tak terhingga atas bimbingan dosen, rekan-rekan dan semua pihak yang
telah membantu, membimbing dan memberikan saran atas penyusunan
makalah ini
Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat kita
pelajari kembali pada kesempatan yang lain untuk kepentingan proses belajar
kita terutama dalam Matakuliah Pendidikan Multikultural.
Medan, 14 Oktober
2022
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar I……………………………………………………………….i
Daftar Isi ii ………………………………………….…………………………ii
BAB I PENDAHULUAN 1 .…….………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang 1 ….………...…………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah 2 …………………………………………………….. 2
1.3 Tujuan 2 …………………………………………………………………. 3
BAB IPEMBAHASAN 3 ..…………………………………………………. 3
2.1 Pengertian Epistemologi 3 ……..……………………………………....... 3
2.2 Pengertian Multikulturalisme 4 ….……………………………………… 4
2.3 Akar Sejarah Multikulturalisme 6 .……………………………………… 5
2.4 Multikulturalisme dan Persebarannya 8 ………………………………… 6
2.5 Masyarakat Indonesia yang Multikultural 9 …….………………………. 7
2.6 Multikulturalisme dan Kearifan Universal 10 …………………………… 8
BAB III PENUTUP 13 …………………………………………………….. iii
3.1 Kesimpulan 13 …………………………………………………………… 9
3.2 Saran 14 ..……………………………………………………………….. 10
Daftar Pustaka 15 ………………………………………………………….. iiii
3
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
4
5. Bagaimanakah masyarakat Indonesia yang Multikulturalisme ?
6. Bagaimanakah Multikulturalisme dan Kearifan Universal ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari Epistemologi ?
2. Mengetahui pengertian Multikultural ?
3. Mengetahui akar sejarah Multikultural ?
4. Mengetahui Multikulturalisme dan Persebarannya ?
5. Mengetahui masyarakat Indonesia yang Multikulturalisme ?
6. Mengetahui Multikulturalisme dan Kearifan Universal ?
5
PEMBAHASAN
6
atau wahana untuk meningkatkan derajad manusia dan kemanusiaanya, maka
kebudayaan harus dilihat dalam perspektif fungsinya bagi kehidupan manusia.
7
Multikulturalisme berhubungan dengan kebudayaan dan kemungkinan
konsepnya dibatasi dengan muatan nilai atau memiliki kepentinhan tertentu.
8
.
Krisis social budaya yang meluas itu dapat disakasikan dalam berbagai
bentuk disorientasi dan dislokasi banyak kalangan masyarakat kita.,misalnya:
disintegrasi social politik yang bersumber dari euphoria kebebasan yang nyaris
kebablasan; lenyapnya kesabaran social (social temper) dalam menghadapi
realitas social yang semakin sulit sehingga mudah mengamuk dan melakukan
berbagai macam tindak kekerasan dan anarkhi; merosotnya penghargaan dan
kepatuhan terhadap hokum, etika, moral, dan kesantunan sosial; semakin
meluasnya penyebaran narkotika dan penyakit-penyakit sosial lainnya;
berlanjutnya konflik da kekerasan yang bersumber atau sedikitnya bernuansa
politis, etnis dan agama seperti terjadi di Aceh, Kalimantan Barat, dan Tengah,
Maluku Sulawesi tengah, dan lain-lain.
Hal ini bisa dilihat misalnya, dari semakin merebaknya budaya- budaya
Mc Donald, juga makna instant lainnya dan, dengan demikian, budaya serba
9
instant; meluasnya budaya telenofela yang menyebarkan permisivisme, kekerasan,
dan hedonisme; membawanya MTV Asia, falentine’s day, dan kini juga pup night
dikalanga remaja. Meminjam ungkapan Edward Said, gejala ini tidak lain
daripada ”cultural imperialism” baru, yang menggantikan emperialisme klasik
yang terkandung dalam “orientalisme”.
Berbagai ekspresi sosial budaya yang asing dan tidak memiliki basis dan
preseden kurturalnya semakin menyebar dalam masyarakat kita sehingga
memunculkan kecenderungan “gaya hidup” baru yang tidak selalu Sesuai dengan
kehidupan sosial budaya masyarakat dan bangsa.
Menurut Furnival, masyarakat plural adalah masyarakat yang terdiri dari dua atau
lebih unsur-unsur atau tatanan sosial yang hidup berdampingan, tetapi tidak
bercampur dan menyatu dalam 1 unit politik tunggal
10
Sebagaimana di kemukakan di atas, merupakan kenyataan yang sulit di
ingkari, bahwa negara Indonesia terdiri dari sejumlah besar etnis, budaya, agama,
dll sehingga secara sederhana dapat di sebut sebagai masyarakat multikultural.
Menurut analisis Muhaemin el-ma’hady, akar sejarah multikulturalisme bisa di
lacak secara historis, bahwa sedikitnya selama 3 dasawarsa kebijakan yang
sentralistis dan pengawalan yang ketat terhadap isu perbedaan telah
menghilangkan kemampuan masyarakat untuk memikirkan, membicarakan, dan
memecahkan persoalan yang muncul karena adanya perbedaan secara terbuka,
rasional dan damai.
11
Parekh, membedakan 5 macam multikulturalisme:
1. Multikulturalisme isolasionis
2. Multikulturalisma akomodatif
3. Multikulturalisme otonomis
4. Multikulturalisme kritikal
5. Multikulturalisme cosmopolitan
12
konsep asing. Saya kira perlu adanya tulisan-tulisan yang lebih banyak oleh para
ahli yang kompeten mengenai multikulturalisme di media massa daripada yang
sudah ada selama ini. Konsep multikulturalisme tidaklah dapat disamakan dengan
konsep keanekaragaman secara sukubangsa atau kebudayaan sukubangsa yang
menjadi ciri masyarakat majemuk, karena multikulturalisme menekankan
keanekaragaman kebudayaan dalam kesederajatan. Ulasan mengenai
multikulturalisme akan harus mau tidak mau akan juga mengulas berbagai
permasalahan yang mendukung ideologi ini, yaitu politik dan demokrasi, keadilan
dan penegakkan hukum, kesempatan kerja dan berusaha, HAM, hak budaya
komuniti dan golongan minoritas, prinsip-prinsip etika dan moral, dan tingkat
serta mutu produktivitas.
Kalau kita melihat apa yang terjadi di Amerika Serikat dan di negara-
negara Eropah Barat maka sampai dengan Perang Dunia ke-2 masyarakat-
masyarakat tersebut hanya mengenal adanya satu kebudayaan, yaitu kebudayaan
Kulit Putih yang Kristen. Golongan-golongan lainnya yang ada dalam
masyarakat-masyarakat tersebut digolongkan sebagai minoritas dengan segala
hak-hak mereka yang dibatasi atau dikebiri. Di Amerika Serikat berbagai gejolak
untuk persamaan hak bagi golongan minoritas dan kulit hitam serta kulit berwarna
mulai muncul di akhir tahun 1950an.
13
Hitam, orang Indian atau Pribumi Amerika, dan dari berbagai kebudayaan bangsa
dan sukubangsa yang tergolong minoritas sebagaimana yang dikemukakan oleh
Nieto (1992) dan tulisan-tulisan yang di-edit oleh Reed (1997). Yang dilakukan
oleh para cendekiawan dan pejabat pemerintah yang pro demokrasi dan HAM,
dan yang anti rasisme dan diskriminasi adalah dengan cara menyebarluaskan
konsep multikulturalisme dalam bentuk pengajaran dan pendidikan di sekolah-
sekolah di tahun 1970an. Bahkan anak-anak Cina, Meksiko, dan berbagai
golongan sukubangsa lainnya dewasa ini dapat belajar dengan menggunakan
bahasa ibunya di sekolah sampai dengan tahap-tahap tertentu (Nieto 1992). Jadi
kalau Glazer (1997) mengatakan bahwa ‘we are all multiculturalists now’ dia
menyatakan apa yang sebenarnya terjadi pada masa sekarang ini di Amerika
Serikat, dan gejala tersebut adalah produk dari serangkaian proses-proses
pendidikan multikulturalisme yang dilakukan sejak tahun 1970an.
14
dan publik, HAM, hak budaya komuniti, dan konsep-konsep lainnya yang relevan
(Fay 1996, Rex 1985, Suparlan 2002).
15
Blum mengungkapkan bahwa multikulturalisme mencakup suatu pemahaman,
penghargaan dan penilaian atas budaya seseorang, serta penghormatan dan
keingintahuan tentang budaya etnis orang lain. Berbagai pengertian mengenai
multikulturalisme tersebut dapat ddisimpulkan bahwa inti dari multikulturalisme
adalah mengenai penerimaan dan penghargaan terhadap suatu kebudayaan, baik
kebudayaan sendiri maupun kebudayaan orang lain. Setiap orang ditekankan
untuk saling menghargai dan menghormati setiap kebudayaan yang ada di
masyarakat. Apapun bentuk suatu kebudayaan harus dapat diterima oleh setiap
orang tanpa membeda-bedakan antara satu kebudayaan dengan kebudayaan yang
lain.
16
2.6 Multikulturalisme Dan Kearifan Universal
17
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
18
Daftar Pustaka
19