Anda di halaman 1dari 15

BK MULTIBUDAYA

“KONSEP MULTIKULTURALISME”

(Disusun dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah BK Multibudaya Program


Studi Bimbingan dan Konseling Semester Genap )

OLEH :
KELOMPOK 3
KELAS B

PUTRI OKTAVIANI (1944040029)


WALID MAHRAM (1944041030)
AGUS QOMARUZZAMAN (1944041036)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING JURUSAN


PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


2022

i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dengan hati yang tulus ikhlas dan pikiran yang jernih atas hadirat Allah
SWT. Karena dengan rahmat dan hidayah-Nya, makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik
dan tepat pada waktunya. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhamad SAW
beserta keluarga dan para sahabatnya sekalian yang dengan penuh kesetiaan dan telah
mengorbankan jiwa, raga, maupun hartanya demi tegaknya syiar Islam yang pengaruh dan
manfaatnya masih dapat kita rasakan pada saat sekarang ini. Makalah ini membahas tentang
“Konsep Multikulturalisme” Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan dapat
menambah wawasan bagi yang membacanya. Kami harap para pembaca dapat memberikan
saran, kritik maupun koreksinya demi untuk menambah wawasan kami dan dapat menjadi
motivasi bagi kami untuk membuat makalah yang lebih baik lagi. Ucapan terima kasih kami
ucapkan kepada Bapak/Ibu Dosen pengampuh mata kuliah yang selama ini dengan penuh
kesabaran telah memberikan kami kesempatan berupa dari ilmu pengetahuan.

Makassar, 1 Maret 2022

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
A. Pengertian Multikultural ................................................................................................ 3
B. Konsep Multikulturalisme ............................................................................................. 4
C. Macam-Macam Multikulturalisme ................................................................................. 8
D. Ciri-ciri Masyarakat Multikultural ................................................................................ 8
E. Urgensi Konseling Multikulturaliseme ......................................................................... 10
BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 11
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Multikulturalisme masih sangat relevan untuk didiskusikan seiring dangan Era
Reformasi yang sedang bergulir di Indonesia. Reformasi mengharapkan masyarakat
yang demokratis, mengakui bahwa martabat manusia yang sama, menghormati
perbedaan yang ada dalam masyrakat. Mengingat bahwa keadaan masyarakat Indonesia
adalah masyarakat yang heterogen.
Dalam kehidupan masyarakat global seperti sekarang pemikiran para pendiri
republik justru sangat relevan. Ada semacam revitalisasi dan modifikasi peikiran atas
penghargaan kebhinekaan dalam bentuk penghargaan terhadap perbedaan budaya.
Multikultulturalisme sebuah paham dari luar yang dapat bersilang budaya dengan
paham kebhinekaan dari para pendiri republik ini sehingga akan melahirkan masyarakat
madani yang demokratis, menghargai hak asasi manusia.
Multikulturalisme dalam pandangan antropolog yang diungkapkan oleh
Moeslim Abdurrahman, Multikulturalisme sebagai hak untuk memperoleh representasi
antropologis dalam pembentukan bangsaa. (Moeslim Abdurrahman, 2005).
Membincang persoalan tentang multikulturalisme bukan hanya toleransi moral mupun
kebersamaan pasif semata, melainkan kesediaan untuk melindungi dan mengakui
kesetaraan dan rasa persaudaraan diantara sesama manusia, terlepas dari perbedaan
asal-usul etnis, keyakinan, kepercayaan dan agama yang dianut. Multikulturalisme
memandang identitas yang tidak pernah tunggal.
Untuk sepenuhnya menghargai konseling dan pembangunan manusia dalam
konteks keragaman budaya masyarakat, kita harus memahami bahwa gagasan
keragaman secara dramatis dipengaruhi oleh perubahan demografi. Selama bertahun-
tahun, keragaman budaya dianggap dalam batas-batas rasial perbedaan ras atau etnis.
Namun, dalam realitas keragaman sebagai sebuah konse yang harus dipertimbangkan
dalam konteks yang lebih luas. Keragaman yang luas ini harus menjadi dasar untuk
konseling multikultural yang efektif.
Untuk itu penulisan makalah yang berjudul “Konsep Multikulturalisme”
diharapkan dapat bermanfaat mengingat betapa pentingnya mengetahi tentang budaya-
budaya terkhususnya dalam bimbingan dan konseling sehingga dapat dijadikan acuan
dalam proses pemberian layanan

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang disebut dengan multiculturalisme?
2. Bagaimana konsep multikulturalisme?
3. Apa saja macam-macam multiculturalisme?
4. Apa saja ciri-ciri masyarakat multiculturalisme?
5. Apa saja urgensi konseling multikultural?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang pengertian multiculturalisme?
2. Untuk mengetahui tentang konsep multikulturalisme?
3. Untuk mengetahui macam-macam dari multikulturalisme?
4. Untuk mengetahui ciri-ciri masyarakat multiculturalisme?
5. Untuk mengetahu urgensi konseling multicultural?

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Multikulturalisme
Istilah multikulturalisme berasal dari asal kata kultur. Adapun definisi dari kultur
menurut Elizabeth Taylor dan L.H. Morgan (berarti sebuah budaya yang universal bagi
manusia dalam berbagai macam tingkatan yang dianut oleh seluruh anggota
masyarakat. Sementara Emile Durkheim sebagaimana yang dikutip oleh (Muthia,
2013) menjelaskan kultur sebagai sekelompok masyarakat yang menganut sekumpulan
simbol-simbol yang mengikat di dalam masyarakat untuk diterapkan.
Selain itu banyak sekali para ahli yang mendefinisikan mengenai kultur sesuai
dengan kajiannya. Walaupun pengertian kultur demikian beragam namun ada titik
kesamaannya yaitu kultur memiliki beberapa karakter seperti diungkapkan Conrad P.
K (Muthia, 2013)sebagai berikut:
1. Kultur adalah sesuatu yang general dan sekaligus spesifik. General bahwa setiap
manusia di dunia ini mempunyai kultur, spesifik dalam hal ini berarti bahwa satu
kelompok masyarakat satu dengan kelompok masyarakat lain adalah bervariasi,
tergantung pada kelompok masyarakat yang mana kultur itu berada.
2. Kedua, kultur adalah sesuatu yang dipelajari. Pembelajaran dalam hal ini
menyangkut tiga hal yaitu pertama, pembelajaran individu secara situasional.
Kedua, pembelajaran situasi secara sosial. Ketiga, pembelajaran kultural sebagai
suatu kemampuan unik dari manusia dalam membangun kapasitasnya untuk
menggunakan simbol-simbol atau tandatanda yang tidak ada hubungannya dengan
asal-usul di mana seseorang berada
3. Kultur adalah sebuah simbol. Dalam hal ini simbol dapat berbentuk sesuatu yang
verbal ataupun nonverbal dapat juga berwujud bahasa khusus yang hanya dapat
dipahami secara khusus pula atau bahkan tidak dapat diartikan atau dijelaskan.
4. Kultur dapat membentuk dan melengkapi sesuatu yang alami.
5. Kultur adalah sesuatu yang dilakukan secara bersama-sama yang menjadi atribut
bagi individu sebagai anggota dari kelompok masyarakat.
6. Kultur adalah model. Artinya kultur bukan kumpulan adat istiadat dan kepercayaan
yang tidak ada artinya sama sekali. Kultur adalah sesuatu yang disatukan dan

3
sistem-sistem yang tersusun dengan jelas. Adat stiadat, institusi, agama dan nilai-
nilai adalah sesuatu yang saling berkaitan satu sama lain.
7. Kultur adalah suatu yang bersifat adaptif. Artinya kultur merupakan sebuah proses
bagi seluruh populasi untuk membangun hubungan yang baik dengan lingkungan
di sekitarnya, sehingga anggotanya melakukan usaha maksimal untuk bertahan
hidup dan melanjutkan keturunan.

B. Konsep Multikulturalisme
1. Prasangka
a. Pengertian Prasangka
Amovar mengartikan prasangka merupakan perasaan negatif terhadap
kelompok tertentu. Menurut Slade dan Lewis prasangka merupakan sikap
negatif pada etnis atau kelompok minoritas Contoh, ketika Anda di jalan dan
bersimpangan dengan mobil atau motor yang dikendarai oleh perempuan
dan terjadi kecelakaan lalu lintas yang melibatkan kendaraan perempuan
tersebut, lalu muncullah anggapan secara umum bahwa perempuan
bukanlah sopir kendaraan/bermotor yang baik. Ilustrasi diatas merupakan
sebuah anggapan yang mendudukkan perempuan pada deskripsi yang
bersifat negatif. Inilah yang disebut sebagal prasangka (prejudice)
(Triningtyas, 2019).
b. Fungsi Prasangka
Fungsi prasangka secara umum menurut Samovar (Triningtyas, 2019)
terdiri atas:
a) Fungsi pertahanan ego
Fungsi pertahanan ego dari suatu prasangka memungkinkan orang
untuk memiliki prasangka tanpa harus mengakui bahwa mereka
memilikd suatu kepercayaan mengenal suatu kelompok luar. Contoh,
prasangka seperti ini dapat ditemukan dalam perkataan seseorang: "Nilai
sejarah saya semester ini rendah, karena dosennya merasa kasihan pada
mahasiswa yang minoritas dan memberikan mereka nilai yang tinggi.
Ucapan seperti ini memungkinkan orang yang mengatakannya untuk
menyatakan prasangkanya juga mempertahankan harga dirinya
dibandingkan dengan mengintrospeksi mengapa nilainya rendah.
b) Fungsi Utilitarian

4
Fungsi utilitarian memungkinkan orang untuk berpikir bahwa
mereka mendapatkan penghargaan dengan mempertahankan prasangka
yang mereka Contoh, dalam perilaku yang berhubungan dengan bidang
ekonomi. Orang kadang berpikir sangat berguna untuk kepentingan
ekonomi mereka untuk sehingga mereka beruntung dapat mendapatkan
pekan yang kita tawarkan". Kalimat seperti itu mencerminkan prasangka
pemanfaatan, karena pemilik prasangka tersebut dapat menjadikanny
sebagai alasan untuk menawarkan gaji yang rendah
c) Fungsi menyatakan nilai
Fungsi menyatakan nilai ketika orang-orang percaya bahwa
pertłau mereku menunjukkan nilai tertinggi dan paling bermural dari
semua budaya Dalam hal ini, nilai-nilai yang berhubungan dengan
agama pemerintah dan politik. Orang yang percaya bahwa Tuhan
mereka adalah satu-satunya Tuhan yang ada, sedang berprasangka buruk
terhadap orang lain yang memiliki pandangan yang berbeda.
d) Fungsi pengetahuan
Melalui fungsi pengetahuan orang dapat mengelompakkas,
mengatur, dan membentuk persepsi mereka terhadap orang lain dalam
cara yang makakal bagi mereka bahkan jika hal itu tidakarat Dalam hal
ini, dunia ini sangat mudah untuk dihadapi karena kita melihat seseorang
tidak secara personal, tetapi sebahagian dari suatu kelompok.
c. Penyebab Prasangka
Prasangka dapat menjadi penghalang utama dalam suuksesnya suatu
hubungan antar budaya. Hal ini diungkapkan oleh samovar (Triningtyas,
2019) mengenai penyebab prasangka, sebagai berikut:
a) Sumber Sosial
Banyak prasangka yang dibangun dalam organisasi dan institusi
masyarakat yang beasar. Organisasi tersebut menetapkan hukum,
peraturan, dan norma yang menimbulkan prasangka dalam suatu
masnyarakat.
b) Mempertahankan identitas social
Hubungan ini merupakan hubungan yang personal dan emosional.
Hal ini menciptakan hubungan antara individu dan budayanya. Segala
sesuatu yang mengancam ikatan tersebut, seperti anggota kelompok

5
luar, dapat menjadi target prasangka
c) Mencari kambing hitam
Pencarian kambing hitam terjadi Ketika sekelompok orang
tertentu, biasanya kaum minoritas, dipilih untuk dipersilahkan terhaap
suatu kejadian tertentu,
d. Menhindari Prasangka
Menghindari prasagka bukanlah sesuatu hal yang mudah. Samvor, dkk
(2010) menguraikan bahwa ada dua Teknik yang dapat digunakan dalam
mencegah prasangka, yakni:
a) Hubungan personal
Peranan hubungan personal ini sangat sederhana, semakin sering
terjadi hubungan positif antara anggota kelompok dalam dan
kelompok luar, maka semakin rendah leve; prasangka yang terjadi.

b) Pendidikan
Ada dua jenis program Pendidikan yang digunakan untuk
mengurangi prasangka, yakni pertama adalah kurikulum Pendidikan
multicultural, materi dalam kurikulum multicultural ditampilkan
dari sudut pandang kelompok minoritas dibandingkan dari sudut
pandang kelompok dominan.
2. Rasisme
a. Pengertian Rasisme
Rasisme menurut Samavir, (Triningtyas, 2019)merupakan
kepercayaan terhadap superioritas yang diwarisi oleh ras tertentu.
Rasisme menyangkal kesetaraan manusia dan menghubungkan
kemampuan dengan komposisi fisik.

b. Menghindari Rasisme
Samavor,menegaskan bahwa ada 3 (tiga) Langkah yang dapat
dilakukan untuk mengurangi rasisme, baik dalam diri anda atau orang
lain yaitu (Triningtyas, 2019):
a) Mencoba untuk jujur terhadap diri sendiri ketika memiliki
pandangan rasial
b) Nyatakan ketidak-setujuan anda terhadap setiap ;e;ucon atau
hinaan terhadap ras setiap kali anda mendengarnya

6
c) Menghormati kebebasan

3. Stereotip
a. Pengertian Streotip
Menurut Walter Lippman streotip digunakan untuk melukiskan
penilaian terhadap seseorang berdadasarkan kelompok etnik asalnya.
Streotip dapat positif ataupun negative. Streotip yang merajuk
sekelompok orang sebagai orang malas, kasar, jahat atau bodoh
sedangkan streotip positif adalah sebaliknya.
b. Meghindari Streotip
Karena budaya dan streotip dipelajari sejak kecil, Langkah pertama
untuk menghindari streotip dimulai dalam masa kanak-kanak. Ada
banyak bukti bahwa anak yang memiliki hubungan tatap muka yang
positif dengan kelompok lain memiliki sedikit streotip yang negative
dibandingkan anak yang menghindari hubungan seperti itu.

4. Etnosentrisme
a. Pengertian Etnosentrisme
Nanda dan warmas menjelaskan etnosentrisme merupakan
pandangan bahwa budaya seseorang lebih unggul dibandingkan budaya
yang lain. Pandangan bahwa budaya lain dinilai berdasarkab standar
budaya kita. Kita menjadi etnosentris ketika melihat budaya lain melalui
kacamata budaya kita atau posisi social kita.
b. Menghindari Etnosentrisme
1) Coba;ah menghindari digmatisme

2) Belajar untuk memiliki pandangan yang terbuka

5. Akultrasi dalam Komunikasi Multicultural


Akulturasu menurut Sukmono dan junaedi (2014), merupakan istilah yang
digunakan untuk mendeskripsikan apa yang telah terjadi ketika orang dari
budaya tertentu masuk dalam budaya yang baru. Dengan demikian akultrasi
didefinisikan sebagain sebuah fenomena yang menghasilkan ketika kelompok
individu dari budaya yang berbeda dengan pola budaya asli mereka dalam
kontak pertama yang akan berangsung secara berkelanjutan.
Dalam prakteknya, ketika ada dua budaya tertentu, maka yang terjadi adalah

7
salah satu budaya bertemu maka yang terjadi adalah salah satu budaya akan
memiliki posisi yang lebih kuat daripada budaya yang lain. Contoh, imigran
yang dating dengan budaya negara asal mereka. Para imigran ini akan
cenderung untuk menyesuaikan diri dengan budaya negara tujuan mereka
(Triningtyas, 2019).

C. Macam-Macam Multikulturalisme
Multikulturalisme, dengan keragaman dan kecenderungan perkembangan
konsep dan praktek, oleh Parekh dibedakan menjadi lima macam yaitu (Muthia, 2013):
1. Asolasionis, yang mengacu kepada masyarakat yang memiliki berbagai kelompok
kultural yang ada di dalamnya menjalankan hidup secara otonom dan terlibat dalam
interaksi yang hanya minimal antara yang satu dengan yang lainnya.
2. Akomodatif, yakni masyarakat plural yang memiliki kultur dominan, yang
membuat penyesuaian dan akomodasi-akomodasi tertentu bagi kebutuhan kultural
kaum minoritas.
3. Otonomis, yaitu masyarakat plural dimana kelompok-kelompok kultural utama
berusaha mewujudkan kesetaraan (equality) dengan budaya dominan dan
menginginkan kehidupan otonom dalam kerangka politik yang secara kolektif dapat
diterima.
4. Kritikal atau interaktif yakni masyarakat plural dimana kelompok-kelompok
kultural tidak terlalu concern dengan kehidupan kultural otonom, tetapi lebih
menuntut penciptaan kultur kolektif yang mencerminkan dan menegaskan
perspektif-perspektif distingtif mereka.
5. Kosmopolitan, mayarakat ini berusaha menghapuskan batas-batas kultural sama
sekali untuk menciptakan sebuah masyarakat dimana setiap individu tidak lagi
terikat dan commited kepada budaya tertentu, sebaliknya secara bebas terlihat
dalam eksperimen interkultural dan sekaligus mengembangkan kehidupan kultural
masing-masing.

D. Ciri-Ciri Masyarakat Multikultural


Adapun ciri masyarakat yang multicultural adalah (Nurhayati & Agustina, 2020):
1. Masyarakat yang didalamnya banyak sekali keberagaman. Sehingga membuat
struktur budaya nya lebih dari satu

8
2. Adanya segmentasi, yaitu masyarakat terbentuk dari bermacam-macam ras, suku,
budaya, dan lainnya namun tetap masih memiliki hal yang memisahkannya.
Biasanya yang menjadi pemisah tersebut adalah sebuah konsep yang dikenal
dengan primordial. Misalnya saja jika di kota Jakarta terdapat berbagai macam suku
dan ras, dari dalam negeri hingga luar negeri namun tetap saja dalam kenyataannya
mereka memiliki sebuah ikatan primordial daerahnya
3. Memiliki struktur yang ada di dalam lembaga non komplementer. Yang
dimaksudkan disini adalag di dalam suatu masyarakat majemuk akan ada sebuah
lembaga yang memiliki keuslitan dalam mengatur dan menjalankan masyarakatnya
karena kurang lengkapnya persatuan didalamnya akibat terpisah oleh segmen-
segmen tertentu tersebut
4. Konsesusnya rendah, yang dimaksud adalah di dalam kelembagaan tentunya
diperlukan sebuah kebijakan serta keputusan. Keputusan yang dibuat berdasarkan
kesepakatan bersama inilah yang disebuah dengan konsensus, yang mana di dalam
sebuah masyarakat majemuk sangat sulit sekali menga mbil sebuah keputusan
5. Relatif potensi adanya konflik, di dalam sebuah masyarakat majemuk tentunya
teridir dari beragam suku, budaya, adat, serta kebiasaan yang masing-masingnya
berbeda. Di dalam teori yang ada semakin banyaknya sebuah perbedaan yang ada
di dalam masyarakat maka tentu saja semakin memungkinkan jika terjadi konflik
di dalamnya. Hal ini pula lah yang menyebabkan proses pengintegrasianya menjadi
hal yang sulit dilakukan
6. Integrasi bisa tumbuh dengan adanya paksaan, seperti yang dijelaskan sebelumnya
di dalam masyarakat majemuk seringkali sulit untuk melakukan pengintegrasian.
Sehingga mau tidak mau jalan alternatif yang dilakukannya adalah melalui
pemaksa. Namun tentu saja cara seperti ini akan membuat integrasi tidak akan
bertahan lama
7. Adanya dominasi politik kepada kelompok lainnya, hal ini karena di dalam
masyarakat majemuk terdapat segmen-segmen yang mana dapat berakibat pada
ingroup filling yang tinggi sehingga bila suatu ras, suku, atau budaya memiliki
sebuah kekuasaan atas masyarakat maka hal tersebut menyebabkannya akan selalu
mengedepankan kepentingan dari suku atau ras nya
8. Karena keberagaman yang terjadi membuat timbulnya kelompok minoritas dan
mayoritas

9
E. Urgensi Konseling Multikultural
Secara konseptual, konseling multikultural menganggap dinamika kepribadian dan
latar belakang budaya dari kedua konselor dan klien dalam menciptakan lingkungan
yang terapeutik di mana kedua individu sengaja bergaul secara multikultural. Jadi
konseling multikultural suatu aktifitas konseling yang dilakukan dengan
mempertimbangkan beberapa aspek dari konseli, baik; ras, suku, budaya, dan gender.
Oleh karena itu, mempertimbangkan latar belakang budaya dan pengalaman pribadi
dari beragaman klien dan bagaimana kebutuhan psikososial mereka mungkin
pengalaman pribadi dari beragaman klien dan bagaimana kebutuhan psikososial
mereka mungkin dapat diidentifikasi melalui konseling.
Secara signifikan, konsep konseling multikultural telah menjadi dorongan untuk
pengembangan teori generik multikulturalisme yang telah menjadi diakui sebagai
kekuatan teoritis keempat dalam profesi. Dengan demikian, teori multikultural
bergabung teori lain tiga besar tradisipsiko-dinamik, teori kognitif-perilaku, dan
eksistensial-humanistik teoriprimer penjelasan dari pembangunan manusia. Dasar teori
multikulturalisme adalah gagasan bahwa kedua klien dan konselor membawa ke angka
dua terapi berbagai variabel budaya yang berkaitan dengan hal-hal seperti usia, jenis
kelamin, orientasi seksual, pendidikan, kecacatan, agama, latar belakang etnis, dan
status sosial ekonomi. Pada intinya, keragaman budaya merupakan karakteristik dari
semua hubungan konseling (Yusuf, 2016)

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masyarakat multikultural adalah masyarakat yang terdiri atas berbagai macam
suku yang masing-masing mempunyai struktur budaya yang berbeda-beda. Adapun
konsep multikulturalisme ada beberapa yaitu prasangka, rasisme, streotip,
etnosentrisme dan akutrasi dalam komunimkasi multicultural. Ciri-ciri masyarakat
multikultural yaitu Terjadi segmentasi, Memilki struktur, Konsensus rendah, Relatif
potensi ada konflik. Macam- masam multicultural yaitu Asolasionis, akomodatif,
otonomis, kritikal atauinteraktif, dan cosmopolitan.
Secara konseptual, konseling multikultural menganggap dinamika kepribadian dan
latar belakang budaya dari kedua konselor dan klien dalam menciptakan lingkungan
yang terapeutik di mana kedua individu sengaja bergaul secara multikultural. Jadi
konseling multikultural suatu aktifitas konseling yang dilakukan dengan
mempertimbangkan beberapa aspek dari konseli, baik; ras, suku, budaya, dan gender.
Oleh karena itu, mempertimbangkan latar belakang budaya dan pengalaman pribadi
dari beragaman klien dan bagaimana kebutuhan psikososial mereka mungkin
pengalaman pribadi dari beragaman klien dan bagaimana kebutuhan psikososial
mereka mungkin dapat diidentifikasi melalui konseling.

11
DAFTAR PUSTAKA

Azzuhri, M. (2012). Konsep Multikulturalisme Dan Pluralisme Dalam Pendidikan AgamA


(Upaya Menguniversalkan Pendidikan Agama dalam. Forum Tarbiah, Vol 10 No 1.
Boty, M. (2017). Masyarakat Multikultural: Studi Interaksi Sosial Masyarakat Islam Melayu
Dengan Non Melayu Pada Masyarakat Sukabangun Kel. Sukajadi Kec. Sukarami
Palembang. JSA, Vol 1 No 2.
Moeslim Abdurrahman. (2005). Reivensi Islam Multikultural. Surakarta: PSB-PS UMS, .
Mufrihah, A. (2014). Implikasi Prinsip Bimbingan Dan Konseling. Jurnal Pelopor
Pendidikan, Vol 1, No 1.
Muthia, D. A. (2013). Studi Pemikiran H.A.R. Tilaar Terhadap Nilai-Nilai Multikulturalisme
Dalam Perspektif Pendidikan . Univesitas Negeri Yogyakarta
Nurhayati, I., & Agustina, L. (2020). Masyarakat Multikultural: Konsepsi, Ciri dan Faktor
Pembentuknya. Akademika, Volume 14, Nomor 1.
Triningtyas, D. A. (2019). Konseling Lintas Budaya. Solo Moaspati: CV. AE MEDIA
GRAFIKA.
Yusuf, M. (2016). Konseling Multikultural Sebuah Paradigma Baru Untuk Abad Baru. Al-
Tazkiah, Vol 5 No 1.

12

Anda mungkin juga menyukai