Anda di halaman 1dari 17

MULTIKULTURALISME DI INDONESIA

Tugas Kelompok
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan

DOSEN PENGAMPU :
Muhammad Sopiyana S.Pd.I, M.Pd

DISUSUN OLEH :
Erica Putri Nabilah
NIM : 221011201298
Erlin Sembiring
NIM : 221011200644

POGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PAMULANG
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..................................................................................................................i


BAB I .............................................................................................................................2
PEMBAHASAN ............................................................................................................2
A. PENGERTIAN ..................................................................................................2
B. SEJARAH ..........................................................................................................3
C. JENIS – JENIS MULTIKULTURALISME .....................................................4
1. Multikulturali...................................................................................................4
2. Multikulturalisme akomodatif ..........................................................................4
3. Multikulturalisme otonomis .............................................................................4
4. Multikulturalisme kritikal atau interaktif ..........................................................4
5. Multikulturalisme kosmopolitan .......................................................................5
D. MULTIKULTURALISME DI INDONESIA....................................................5
1. Konsep Multikulturalisme di Indonesia ............................................................7
2. Ciri Multikulturalisme .....................................................................................9
3. Bentuk Multikulturalisme ................................................................................9
4. Faktor-faktor tejadinya Multikultural ............................................................. 10
E. TANTANGAN MULTIKULTURALISME .................................................... 11
BAB II ......................................................................................................................... 14
PENUTUP ................................................................................................................... 14
KESIMPULAN ....................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 16

i
BAB I

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Multikulturalisme berhubungan dengan kebudayaan dan kemungkinan
konsepnya dibatasi dengan muatan nilai atau memiliki kepentingan
tertentu.
 “Multikulturalisme” pada dasarnya adalah pandangan dunia yang
kemudian dapat diterjemahkan dalam berbagai kebijakan kebudayaan
yang menekankan penerimaan terhadap realitas keagamaan, pluralitas,
dan multikultural yang terdapat dalam kehidupan masyarakat.
Multikulturalisme dapat juga dipahami sebagai pandangan dunia yang
kemudian diwujudkan dalam kesadaran politik (Azyumardi Azra,
2007).
 Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri dari
beberapa macam komunitas budaya dengan segala kelebihannya,
dengan sedikit perbedaan konsepsi mengenai dunia, suatu sistem arti,
nilai, bentuk organisasi sosial, sejarah, adat serta kebiasaan (“A
Multicultural society, then is one that includes several cultural
communities with their overlapping but none the less distinc
conception of the world, system of [meaning, values, forms of social
organizations, historis, customs and practices”; Parekh, 1997 yang
dikutip dari Azra, 2007).
 Multikulturalisme mencakup suatu pemahaman, penghargaan serta
penilaian atas budaya seseorang, serta suatu penghormatan dan
keingintahuan tentang budaya etnis orang lain (Lawrence Blum,
dikutip Lubis, 2006:174).
 Sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam
kesederajatan baik secara individual maupun secara kebudayaan

2
(Suparlan, 2002, merangkum Fay 2006, Jari dan Jary 1991, Watson
2000).
 Multikulturalisme mencakup gagasan, cara pandang, kebijakan,
penyikapan dan tindakan, oleh masyarakat suatu negara, yang
majemuk dari segi etnis, budaya, agama dan sebagainya, namun
mempunyai cita-cita untuk mengembangkan semangat kebangsaan
yang sama dan mempunyai kebanggan untuk mempertahankan
kemajemukan tersebut (A. Rifai Harahap, 2007, mengutip M. Atho’
Muzhar).

Multikulturalisme memiliki banyak pengertian. Salah satu


pengertiannya menekankan adanya penghargaan terhadap keanekaragaman di
luar kebiasaan atau budaya dominan. Pandangan multikulturalisme
bermanfaat untuk mengetahui bagaimana struktur sosial menciptakan dan
menjaga budaya- budaya yang berbeda dalam suatu masyarakat.

B. SEJARAH
Multikulturalisme bertentangan dengan monokulturalisme dan
asimilasi yang telah menjadi norma dalam paradigma negara-bangsa
(nation-state) sejak awal abad ke-19. Monokulturalisme menghendaki
adanya kesatuan budaya secara normatif (istilah 'monokultural' juga dapat
digunakan untuk menggambarkan homogenitas yang belum terwujud (pre-
existing homogeneity). Sementara itu, asimilasi adalah timbulnya
keinginan untuk bersatu antara dua atau lebih kebudayaan yang berbeda
dengan cara mengurangi perbedaan-perbedaan sehingga tercipta sebuah
kebudayaan baru.
Multikulturalisme mulai dijadikan kebijakan resmi di negara
berbahasa-Inggris (English-speaking countries), yang dimulai di Afrika
pada tahun 1999. Kebijakan ini kemudian diadopsi oleh sebagian besar
anggota Uni Eropa, sebagai kebijakan resmi, dan sebagai konsensus sosial
di antara elit.[butuh rujukan] Namun beberapa tahun belakangan, sejumlah

3
negara Eropa, terutama Inggris dan Prancis, mulai mengubah kebijakan
mereka ke arah kebijakan multikulturalisme. Pengubahan kebijakan
tersebut juga mulai menjadi subyek debat di Britania Raya dan Jerman,
dan beberapa negara lainnya.

C. JENIS – JENIS MULTIKULTURALISME


Berbagai macam pengertian dan kecenderungan perkembangan
konsep serta praktik multikulturalisme yang diungkapkan oleh para ahli,
membuat seorang tokoh bernama Parekh (1997:183-185) membedakan
lima macam multikulturalisme (Azra, 2007, meringkas uraian Parekh):
1. Multikulturali, mengacu pada masyarakat di mana berbagai kelompok
kultural menjalankan hidup secara otonom dan terlibat dalam interaksi
yang hanya minimal satu sama lain.
2. Multikulturalisme akomodatif, yaitu masyarakat yang memiliki kultur
dominan yang membuat penyesuaian dan akomodasi-akomodasi tertentu
bagi kebutuhan kultur kaum minoritas. Masyarakat ini merumuskan dan
menerapkan undang-undang, hukum, dan ketentuan-ketentuan yang
sensitif secara kultural, dan memberikan kebebasan kepada kaum
minoritas untuk mempertahankan dan mengembangkan kebudayaan
meraka. Begitupun sebaliknya, kaum minoritas tidak menantang kultur
dominan. Multikulturalisme ini diterapkan di beberapa negara Eropa.
3. Multikulturalisme otonomis, masyarakat plural di mana kelompok-
kelompok kutural utama berusaha mewujudkan kesetaraan (equality)
dengan budaya dominan dan menginginkan kehidupan otonom dalam
kerangka politik yang secara kolektif bisa diterima. Perhatian pokok-
pokok kultural ini adalah untuk mempertahankan cara hidup mereka, yang
memiliki hak yang sama dengan kelompok dominan; mereka menantang
kelompok dominan dan berusaha menciptakan suatu masyarakat di mana
semua kelompok bisa eksis sebagai mitra sejajar.
4. Multikulturalisme kritikal atau interaktif, yakni masyarakat plural di mana
kelompok-kelompok kultural tidak terlalu terfokus (concern) dengan

4
kehidupan kultural otonom; tetapi lebih membentuk penciptaan kolektif
yang mencerminkan dan menegaskan perspektif-perspektif distingtif
mereka.
5. Multikulturalisme kosmopolitan, berusaha menghapus batas-batas kultural
sama sekali untuk menciptakan sebuah masyarakat di mana setiap individu
tidak lagi terikat kepada budaya tertentu dan, sebaliknya, secara bebas
terlibat dalam percobaan-percobaan interkultural dan sekaligus
mengembangkan kehidupan kultural masing-masing.

D. MULTIKULTURALISME DI INDONESIA
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat dengan tingkat
keanekaragaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai
keanekaragaman tersebut dikenal dengan istilah mayarakat multikultural.
Bila kita mengenal masyarakat sebagai sekelompok manusia yang telah
cukup lama hidup dan bekerja sama sehingga mereka mampu
mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai satu
kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu (Linton), maka konsep
masyarakat tersebut jika digabungkan dengan multikurtural memiliki
makna yang sangat luas dan diperlukan pemahaman yang mendalam untuk
dapat mengerti apa sebenarnya masyarakat multikultural itu.
Multikultural dapat diartikan sebagai keragaman atau perbedaan
terhadap suatu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain. Sehingga
masyarakat multikultural dapat diartikan sebagai sekelompok manusia
yang tinggal dan hidup menetap di suatu tempat yang memiliki
kebudayaan dan ciri khas tersendiri yang mampu membedakan antara satu
masyarakat dengan masyarakat yang lain. Setiap masyarakat akan
menghasilkan kebudayaannya masing-masing yang akan menjadi ciri khas
bagi masyarakat tersebut.
Dari sinilah muncul istilah multikulturalisme. Banyak definisi
mengenai multikulturalisme, diantaranya multikulturalisme pada dasarnya
adalah pandangan dunia -yang kemudian dapat diterjemahkan dalam

5
berbagai kebijakan kebudayaan- yang menekankan tentang penerimaan
terhadap realitas keragaman, pluralitas, dan multikultural yang terdapat
dalam kehidupan masyarakat. Multikulturalisme dapat juga dipahami
sebagai pandangan dunia yang kemudian diwujudkan dalam “politics of
recognition” (Azyumardi Azra, 2007). Lawrence Blum mengungkapkan
bahwa multikulturalisme mencakup suatu pemahaman, penghargaan, dan
penilaian atas budaya seseorang, serta penghormatan dan keingintahuan
tentang budaya etnis orang lain. Berbagai pengertian mengenai
multikulturalisme tersebut dapat disimpulkan bahwa inti dari
multikulturalisme adalah mengenai penerimaan dan penghargaan terhadap
suatu kebudayaan, baik kebudayaan sendiri maupun kebudayaan orang
lain. Setiap orang ditekankan untuk saling menghargai dan menghormati
setiap kebudayaan yang ada di masyarakat. Apapun bentuk suatu
kebudayaan harus dapat diterima oleh setiap orang tanpa membeda-
bedakan antara satu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain.
Pada dasarnya, multikulturalisme yang terbentuk di Indonesia
merupakan akibat dari kondisi sosio-kultural maupun geografis yang
begitu beragam dan luas. Menurut kondisi geografis, Indonesia memiliki
banyak pulau di mana setiap pulau tersebut dihuni oleh sekelompok
manusia yang membentuk suatu masyarakat. Dari masyarakat tersebut
terbentuklah sebuah kebudayaan mengenai masyarakat itu sendiri. Tentu
saja hal ini berimbas pada keberadaan kebudayaan yang sangat banyak dan
beraneka ragam.
Dalam konsep multikulturalisme, terdapat kaitan yang erat bagi
pembentukan masyarakat yang berlandaskan bhineka tunggal ika serta
mewujudkan suatu kebudayaan nasional yang menjadi pemersatu bagi
bangsa Indonesia. Namun, dalam pelaksanaannya masih terdapat berbagai
hambatan yang menghalangi terbentuknya multikulturalisme di
masyarakat.

6
1. Konsep Multikulturalisme di Indonesia
Konsep Multikulturalisme sebenarnya telah dituangkan olehpara
pendiri bangsa Indonesia untuk menggambarkankebudayaan bangsa
Indonesia kedalam sebuah konsep ideologi bangsa (Pancasila). namun
tidaklah dapat disamakan konsep Multikulturalisme dengan konsep
keanekaragaman secara sukubangsa atau kebudayaan suku bangsa yang
menjadi ciri masyarakat majemuk, karena multikulturalisme menekankan
keanekaragaman kebudayaan dalam kesederajatan (Bhineka Tunggal Ika).
Permasalahan yang mendukung ideologi ini, yaitupolitik dan demokrasi,
keadilan dan penegakan hukum, kesempatan kerja dan berusaha, HAM,
hak budaya komuniti dangolongan minoritas, prinsip-prinsip etika dan
moral dan tingkat serta mutu produktivitas.
Dalam upaya membangun masa depan bangsa,
pahammultikulturalisme sebagai sebuah ideologi yang harus
diperjuangkan karena dibutuhkan sebagai landasan bagi tegaknya
demokrasi, HAM, dan kesejahteraan hidup masyarakatnya.
Multikulturalisme bukan sebuah ideologi yang berdiri sendiri yang
terpisah dari ideologi-ideologi lainnya. Multikulturalisme membutuhkan
seperangkat konsep-konsep yang merupakanbangunan konsep-konsep
untuk dijadikan acuan untuk memahaminya dan mengembangkannya
dalam kehidupanbermasyarakat. Untuk dapat memahami
multikulturalisme diperlukan landasan pengetahuan yang berupa bangunan
konsep- konsep yang relevan dan mendukung keberadaan serta
berfungsinya multikulturalisme dalam kehidupan manusia.
Sebagai sebuah ideologi, multikulturalisme terdapat
dalamkehidupan sosial, kehidupan ekonomi dan bisnis, dan
kehidupanpolitik, dan berbagai kegiatan lainnya di dalam masyarakat
yaituhubungan antar manusia dalam berbagai manajemen
pengelolaansumber-sumber daya yang ada merupakan sumbangan yang
penting dalam upaya mengembangkan dan memantapkan
multikulturalisme dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

7
bernegara bagi Indonesia. Multikulturalisme dibutuhkan di Indonesia
untuk meningkatkan masyarakat majemuk yang akansecara bertahap
memasuki masyarakat multikultural. Masyarakat multikultural merupakan
sebuah masyarakat yang berdasarkanpada ideologi multikulturalisme atau
Bhinneka Tunggal Ika yang multikultural, yang melandasi corak struktur
masyarakat Indonesia pada tingkat lokal dan nasional.
Permasalahan multikulturalisme masih mengancam negeri ini.
Terbukti, sepuluh tahun terakhir ini masih ada saja peristiwa- peristiwa
yang berakhir tragis, melanda sejumlah daerah di Indonesia terkait dengan
perbedaan agama, suku atau etnis. Adanya keberagaman di negeri ini
berpotensi sebagai pemicukonflik yang mengarah pada kekerasan,
penyerangan, perusakan, pembakaran, penganiayaan, penangkapan dan
intimidasi. Akibat keanekaragaman kelompok-kelompok sosial dalam
masyarakat multikultural Indonesia sering dijumpai berbagai masalah,
seperti kesenjangan dalam aspek kemasyarakatan, kesenjangan
dalamsosiogeografis, kesenjangan perekonomian, kesenjangan antara
mayoritas, minoritas, pribumi, dan non pribumi serta berbagai konflik
sosial yang berbau Suku Agama Ras dan Antargolongan(SARA).
Beberapa contoh yang masih terekam seperti: tragedi Poso, Sampit, Mei
1998; penutupan dan pembakaran rumah-rumahibadah; Tragedi Monas;
dan sejumlah perselisihan lain yang mengatasnamakan keberagaman.
Permasalahan multikulturalisme yang tercermin dalam berbagai
peristiwa seperti disebut di atas, terlihat sebagai produk sosial
(kolektivitas) yang oleh pemikir Prancis Pierre Bourdieudisebut sebagai
habitus di dalam bukunya The Logic of Practice. Habitus merupakan
sebuah tindakan pengkondisian yang dikaitkan dengan keberadaan suatu
kelas (Bourdieu, 1990). Dalamhal ini, kelas dominanlah yang amat
menentukan jalannya struktur pengkondisian. Kelas dominan ini tentunya
adalahmereka yang memegang kekuasaan penuh, baik secara simbolik,
sosial, atau budaya. Hal ini dilakukan untuk bisa mengontrol segalanya,

8
sehingga pengkondisian terlihat sebagai sebuah gejala alamiah dan
berkembang di lingkungan sosial tertentu.

2. Ciri Multikulturalisme
Adapun karakteristik dari hubungan masyarakat multikultural adalah
sebagai berikut :
1. Intergrasi cenderung terjadi karena adanya pakasaan.
2. Rentan terjadi konflik di dalamnya.
3. Memiliki struktur sosial yang terbagi atas lembaga-lembaga
nonkomplementer.
4. Mengalami segmentasi dalam kelompok dengan sub kebudayaan
yang berbeda.
5. Konsensus diantara para anggota sangat kurang.

3. Bentuk Multikulturalisme
Berikut ini merupakan bentuk-bentuk multikultural yang ada dalam
masyarakat, diantaranya :
1. Keanekaragaman ras dapat menunjukkan pengelompokan
manusiayang berdasarkan pada keadaan fisik dan ciri-ciri fisik.
2. Keberagaman agama merujuk pada berbagai macam masyarakat.
Terdapat beberapa aliran kepercayaan yang telah dianut oleh
beberapa suku bangsa khususnya di Indonesia.
3. Keberagaman etnik atau suku bangsa yang menunjukkan kelompok
manusia memiliki latar belakang budaya dan disadarkan dengan
identitas. Faktor pembeda antar suku bangsa satu dengan yang lain
adalah bahasa, kesenian, sistem kekerabatan, serta adat istiadat.
4. Masyarakat majemuk yang terdiri atas beberapa kelompok etnik
kecil, sehingga tidak memiliki posisi yang dominan dalam aspek
kehidupan bermasyarakat seperti ekonomi dan politik.

9
4. Faktor-faktor tejadinya Multikultural
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan multikultural dalam masyarakat
adalah sebagai berikut :
1. Perbedaan letak geografis
Secara geografis, Indonesia memiliki letak yang cukup strategis, yakni
diapit oleh Samudra Hindia dan Pasifik serta di antara Benua Asia dan
Australia. Hal ini pun membuat Indonesia menjadi jalur perdagangan
internasional. Sebagai jalur perdagangan, Indonesia seringkali
kedatangan bangsa asing yang hendak berdagang. Hal ini menciptakan
kebudayaan baru di Tanah Air dan mendorong terbentuknya
masyarakat multicultural.
2. Adanya pengaruh dari budaya luar
Budaya asing juga menjadi salah satu faktor yang mendorong
masyarakat majemuk. Jika masyarakat Indonesia menerima budaya
asing yang masuk, kebudayaan Indonesia akan semakin beragam.
Kondisi ini pun menyebabkan terjadinya masyarakat multikultural.
3. Kondisi iklim yang berbeda
Perbedaan iklim dan struktur tanah juga mempengaruhi pembentukan
masyarakat multikultural di Indonesia. Masyarakat yang bergantung
pada sektor agrikultur telah memberikan sistem kebudayaan baru
dalam lingkungan masyarakat. Sebagai contoh, penduduk yang tinggal
di pegunungan serta iklim sejuk cenderung lebih ramah.
4. Sejara Indonesia
Indonesia dikenal memiliki sumber daya alam yang melimpah, salah
satunya adalah rempah-rempah. Hal tersebut membuat negara asing
tertarik untuk datang dan menjajah Indonesia. Ketika datang ke
Indonesia, banyak bangsa asing yang menetap dan menikah dengan
penduduk Tanah Air. Alhasil, keragaman budaya dan ras yang ada di
Nusantara pun semakin bertambah.

10
E. TANTANGAN MULTIKULTURALISME
Tantangan Multikulturalisme Kenyataan ini menjadikan suatu
tantangan baru bagi bangsa Indonesia untuk mewujudkan masyarakat
multikultural yang damai. Upaya membangun Indonesia yang
multikultural dapat dilakukan dengan cara dan langkah yang tepat.
Pertama menyebarkan konsep multikulturalisme secara luas dan
memahamkan akan pentingnya multikulturalisme bagi bangsa Indonesia,
serta mendorong keinginan bangsa Indonesia pada tingkat nasional
maupun lokal untuk mengadopsi dan menjadi pedoman hidupnya. Kedua,
membentuk kesamaan pemahaman di antara para ahli mengenai makna
multikulturalisme dan bangunankonsep-konsep yang mendukungnya.
Ketiga, berbagai upaya dilakukan untuk dapat mewujudkan cita-cita ini.

 Contoh Multikultural di Indonesia

Adapun untuk beragam contoh-contoh multikultural yang sering terjadi


dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut :

1. Masyarakat Bali yang sangat menerima perbedaan kebudayaan serta


keberagaman lainnya yang sangat berbeda dari kebudayaan yang
mereka miliki.

2. Toleransi kehidupan beragama di dalam masyarakat yang dapat


mempererat hubungan dan kesatuan dalam bernegara.
3. Saling berbaur antara satu dengan yang lain tanpa memperhatikan latar
belakang orang-orang yang memiliki satu visi dan misi dengan kita.
4. Tidak saling menyinggung kepercayaan yang dianut oleh masyarakat
lainnya.
5. Orang yang berasal suku Jawa, Bali, dan Madura yang berada dalam
satu organisasi yang sama. Mereka tidak mempermasalahkan latar
belakang suku yang dimiliki karena memiliki tujuan bersama untuk
dicapai dalam organisasi tersebut.
6. Lembaga agama yang menaungi beberapa ragam agama dan memiliki
struktur yang berbeda-beda. Lembaga agama tidak saling melengkapi
karena adanya perbedaan karakrteristik dari masyarakat yang berbeda
pula.

11
7. Pecahnya konflik antara mayoritas umat Islam dengan kasus ahok
yang dinilai tidak toleran terhadap agama Islam dan meniali hal
tersebut adalah suatu peistaan.
8. Peraturan anti diskriminasi dalam penggunaan fasilitas publik.
9. Individu yang bekerja dalam perusahaan milik individu lainnya, yang
membuat dirinya harus mematuhi segala peraturan yang telah
ditetapkan.
10. Mayoritas umat Islam yang terdapat di Jakarta yang tidak
menghendaki pemimpin non Islam memimpin daerahnya karena tidak
sesuai dengan aturan agama Islam.
11. Penghancuran masjid-masjid yang beraliran Ahmaidyah akibat ketidak
sesuaian dengan aturan agama Islam yang sudah di tetapkan dalam Al-
Qur’an dan Hadist.
12. Peristiwa yang terjadi di Poso, yang tsebabkan oleh konflik agama
Islam dan Kristen dan unsur-unsur lain dari luar.
13. Munculnya gerakan separatis Gerakan Aceh Merdeka dan Organisasi
Papua Merdeka yang menginginkan pemisahan diri dari negara
Indonesia.
14. Pemotongan papan nisan yang berbentuk salib oleh beberapa oknum
yang mengatasnamakan agama, yang dinilai tidak sesuai dengan
peraturan yang ada di daerah tersebut.
15. Adanya pelarangan dalam mengadakan peribadatan akibat dinilai suara
yang mengganggu.
16. Tidak memperbolehkan menggunakan pengeras suara saat
mengumandangkan adzan.
17. Seorang wanita yang tidak diperbolehkan menggunakan jilbab saat
bekerja di suatu kantor swasta yang dinilai akan mengurangi nilai
penampilan.
18. Mengadakan kegiatan gotong royong disetiap hari Minggu untuk
menjaga kebersihan serta kelestarian lingkungan.

12
19. Menghadiri undangan open house saat teman yang berbeda agama
merayakan hari raya.
20. Tidak menyinggung ciri khas dari ras yang dimiliki oleh teman.
Contohnya adalah menyebutnya sebagai “orang negro” karena
memiliki warna kulit hitam atau menyebutnya dengan sebutan “cina”
karena memiliki mata yang sipit.

13
BAB II

PENUTUP

KESIMPULAN
Keberagaman adalah hal yang tidak dapat dihindarkan di dalam kehidupan
sosial, hal ini adalah konsekuensi logis yang harus dialami di dalam kehidupan
sosial, keberagaman ini bisa dijadikan sebuah khasanah kekhasan di dalam sebuah
daerahatau negara, tetapi hal ini juga dapat menjadi sebuahpermasalahan yang
serius bila tidak ditangani dengan baik. Konflik horisontal, konflik sosial dan
disintegrasi bangsa akan menjadi hal yang sering ditemukan di dalam negara yang
majemuk dantentunya akan menjadikan penghambat dalam pembangunan di
berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Multikulturalisme sebuah
ideologi yang dianggap mampumenyelesaikan berbagai masalah yang berkaitan
dengan Multikulturalisme. Yaitu dengan asas-asas sebagai berikut:
a) Manusia yang tumbuh dan besar pada hubungan sosial di dalam sebuah
tatanan tertentu, dimana sistem nilai diterapkandalam berbagai simbol-
simbol budaya dan ungkapan-ungkapanbangsa. Artinya bahwa simbol-
simbol perbedaan ini harus diakui, sehingga dapat dijadikan sebuah
kekhasan danpembeda dengan simbol-simbol yang lain.
b) Keanekaragaman Budaya menunjukkan adanya visi dan sistemyang
berbeda, sehingga budaya yang satu memerlukan budaya lain. Dengan
mempelajari kebudayaan lain, maka akanmemperluas cakrawala
pemahaman akan dapat mengerti makna multikulturalisme.
c) Setiap kebudayaan secara internal adalah majemuk, sehingga dialog
berkelanjutan sangat diperlukan demi terciptanya persatuan. Atau dengan
kata lain, hal ini akan menumbuhkankomunikasi lintas budaya dan akan
membentuk rasa nasionalisme yang tinggi di dalam kehidupan berbangsa
danbernegara, sehingga partisipasi yang pluralistik akan terwujud dan
akan mempercepat pembangunan di berbagai aspek.

14
Dalam masyarakat multikultural seperti Indonesia, pemahaman timbal
balik sangat dibutuhkan, untuk mengatasi hal-hal yang negatif dari suatu masalah
integrasi bangsa. Paradigma hubungan timbal balik dalam masyarakat
multikultural mensyaratkan tiga kompetensi normatif, yaitu kompetensi
kebudayaan, kemasyarakatan dan kepribadian. Kompetensi kebudayaan adalah
kumpulan pengetahuan yang memungkinkanmereka yang terlibat dalam tindakan
yang komunikatif. Kompetensi kemasyarakatan merupakan tatanan-tatanan yang
memungkinkan mereka yang terlibat dalam tindakan komunikatif membentuk
solidaritas. Kompetensi kepribadian adalahkompetensi yang memungkinkan
seseorang dapat berbicara danbertindak dan mampu berpartisipasi dalam proses
pemahamantimbal balik sesuai konteks tertentu dan mampu memelihara jati
dirinya sendiri dalam berbagai perubahan interaksi.
Semangat kebersamaan dalam perbedaan seperti yang terdapat dalam
"Bhineka Tunggal Ika" perlu menjadi semangat atau spirit penggerak setiap
tindakan khususnya dalam proses pengambilan keputusan politik, keputusan yang
menyangkut persoalan kehidupan bersama sebagai bangsa dan negara. Secara
konstitusional negara Indonesia dibangun untuk mewujudkan dan
mengembangkan bangsa yang religius, humanis, bersatu dalamkeragaman.
Demokratis dan berkeadilan sosial, belum sepenuhnya tercapai. Konsekuensinya
adalah keharusan melanjutkan proses membentuk kehidupan sosial budaya yang
maju dan kreatif, memiliki sikap budaya kosmopolitan dan pluralistik, tatanan
sosial politik yang demokratis dan struktur sosial ekonomi masyarakat yang adil
dan bersifat kerakyatan.
Dengan demikian, dapat terlihat bahwa semboyan ‘Satubangsa, satu tanah
air dan satu bahasa’ dan `Bhinneka Tunggal Ika' masih jauh dari kenyataan
sejarah. Ia masih merupakan mitos yang perlu didekatkan dengan realitas sejarah.
Bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang kokoh, beranekaragam budaya,
etnik, suku, ras dan agama, yang semuanya itu akan menjadikanIndonesia menjadi
sebuah bangsa yang mampu mengakomodasi kemajemukkan itu menjadi suatu
yang tangguh. Sehingga ancaman disintegrasi dan perpecahan bangsa dapat
dihindari.

15
DAFTAR PUSTAKA

Multikulturalisme. (2023, Februari 16). Di Wikipedia, Ensiklopedia Bebas.


Diakses pada 10.05, Februari 27, 2023, dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Multikulturalisme
DosenSosiologi.com. 14 Desember 2022. Contoh Multikultural di Indonesia
Dalam Keseharian. Diakses pada 27 Februari 2023, dari
https://dosensosiologi.com/contoh-multikultural/
Kumparan.com. 16 Desember 2020. Faktor Terbentuknya Masyarakat
Multikultural di Indonesia. Diakses pada 27 Februari 2023, dari
https://kumparan.com/berita-hari-ini/faktor-terbentuknya-masyarakat-
multikultural-di-indonesia-1unBPlwhGFx
Zaenal Abidin. 2016. Menanamkan Konsep Multikulturalisme di Indonesia.
Makalah. Diakses pada 01 Maret 2023, dari http://fisip.unjani.ac.id/wp-
content/uploads/2017/08/MENANAMKAN-KONSEP-
MULTIKULTURALISME-DI-INDONESIA-Zaenal-Abidin-As.pdf

16

Anda mungkin juga menyukai