Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MAKALAH

Ilmu Sosial Budaya Dasar


“Kesetaraan Gender”

Dosen : Bakri La Suhu, S.IP, M.A

Disusun Oleh :
FIKRAM TAMRIN 121055520118050

Universitas Muhammadiyah
Maluku Utara
TAHUN AKADEMIK 2018 – 2019

i|Page
TUGAS MAKALAH Ilmu Sosial Budaya Dasar “Kesetaraan Gender”

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat
dan limpahan rahmat-Nya-lah maka kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu.
Berikut ini kami mempersembahkan sebuah makalah dengan judul "Kesetaraan
Gender", yang menurut kami dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita guna
memahami lebih dalam lagi mengenai kesetaraan gender
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon
permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami buat
kurang tepat
Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima
kasih dan semoga allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan
manfaat.

Ternate, 01 November 2018


Penyusun

FIKRAM TAMRIN

ii | P a g e
TUGAS MAKALAH Ilmu Sosial Budaya Dasar “Kesetaraan Gender”

DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN JUDUL................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR............................................................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................................. iii
BAB I
PENDAHULUAN.................................................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG.............................................................................................................. 1
B. MAKSUD DAN TUJUAN...................................................................................................... 1
C. RUMUSAN MASALAH......................................................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN....................................................................................................................................... 2
A. PENGERTIAN KESETARAAN GENDER........................................................................2
B. KESETARAAN GENDER DI INDONESIA
DALAM BERMASYARAKAT.............................................................................................. 3
C. KESETARAAN GENDER DALAM DUNIA
PENDIDIKAN DI INDONESIA.......................................................................................... 5
D. PANDANGAN AGAMA DALAM TERHADAP
KESETARAAN GENDER..................................................................................................... 6
BAB III
PENUTUP................................................................................................................................................. 9
A. KESIMPULAN......................................................................................................................... 9
B. SARAN...................................................................................................................................... 10s

iii | P a g e
TUGAS MAKALAH Ilmu Sosial Budaya Dasar “Kesetaraan Gender”

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu sendi utama dalam demokrasi yaitu Kesetaraan Gender karena
menjamin bebasnya untuk berpeluang dan mengakses bagi seluruh elemen masyarakat.
Gagalnya dalam mencapai cita – cita demokrasi, seringkali dipicu oleh ketidaksetaraan
dan ketidakadilan gender. Ketidaksetaraan ini dapat berupa diskriminatif yang
dilakukan oleh merekayang dominan baik secara structural maupun cultural. Perlakuan
diskriminatif dan ketidaksetaraan dapat menimbulkan kerugian dan menurunkan
kesejahteraan hidup bagi pihak-pihak yang termarginalisasi dan tersubordinasi. Sampai
saat ini diskriminasi berbasis pada gender masih terasakan hampir di seluruh dunia,
termasuk di negara di mana demokrasi telah dianggap tercapai. Dalam konteks ini,
kaum perempuan yang paling berpotensi mendapatkan perlakuan yang diskriminatif,
meski tidak menutup kemungkinan lakilaki juga dapat mengalaminya. Pembakuan
peran dalam suatu masyarakat merupakan kendala yang paling utama dalam proses
perubahan sosial. Sejauh menyangkut persoalan gender di mana secara global kaum
perempuan yang lebih berpotensi merasakan dampak negatifnya.
Berbagai cara tengah dilakukan diupayakan untuk mengurangi ketidaksetaraan
gender yang menyebabkan ketidakadilan sosial. Upaya tersebut dilakukan baik secara
individu, kelompok bahkan oleh negara dan dalam lingkup lokal, nasioanal dan
internasional. Upaya upaya tersebut diarahkan untuk, Menjamin Kesetaraan Hak-Hak
Azasi, Penyusun Kebijakan Yang Pro Aktif Mengatasi Kesenjangan Gender, dan
Peningkatan Partisipasi Politik.

B. Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan penulis dalam menyusun makalah ini tiada lain
adalah sebagai tugas mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar yang di berikan oleh
Dosen pengajar sebagai tugas perkuliahan Fakultas Ekonomi Universitas Madura. Selain
itu untuk lebih menambah wawasan tentang Kesetaraan Gender.

1|Page
TUGAS MAKALAH Ilmu Sosial Budaya Dasar “Kesetaraan Gender”

C. Rumusan Masalah
o Apa yang perbedaan antara Gender dan Seks (Jenis Kelamin)?
o Apa pengertian dari kesetaraan Gender?
o Bagaimana wujud kesetaraan gender di Indonesia?
o Bagaimana wujud kesetaraan gender di dunia pendidikan?
o Bagaimana pandangan etis Agama terhadap kesetaraan Laki-laki dan
Perempuan?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kesetaraan Gender
Dalam memahami kajian kesetaraan gender, seseorang harus mengetahui
terlebih dahulu perbedaan antara gender dengan seks ( jenis kelamin ). Kurangnya
pemahaman tentang pengertian Gender menjadi salah satu penyebab dalam
pertentangan menerima suatu analisis gender di suatu persoalan ketidakadilan social.
Hungu (2007) mengatakan “seks ( jenis kelamin ) merupakan perbedaan antara
perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir. Seks ( jenis kelamin )
berkaitan dengan tubuh laki-laki dan perempuan, dimana laki-laki memproduksikan
sperma, sementara perempuan menghasilkan sel telur dan secara biologis mampu
untuk menstruasi, hamil dan menyusui. Perbedaan biologis dan fungsi biologis laki-laki
dan perempuan tidak dapat dipertukarkan diantara keduanya…..”.
Sedangkan secara etimologis, gender memiliki arti sebagai perbedaan jenis
kelamin yang diciptakan oleh seseorang itu sendiri melalui proses social budaya yang
panjang. perbedaan perilaku antara laki – laki dengan perempuan selain disebabkan
oleh factor biologis juga factor proses social dan cultural. oleh sebab itu gender dapat
berubah – ubah dari tempat ke tempat, waktu ke waktu, bahkan antar kelas social
ekonomi masyarakat.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan perbedaan antara jenis kelamin dengan
gender yaitu, jenis kelamin lebih condong terhadap fisik seseorang sedangkan gender
lebih condong terhadap tingkah lakunya. selain itu jenis kelamin merupakan status yang
melekat / bawaan sedangkan gender merupakan status yang diperoleh / diperoleh.
Gender tidak bersifat biologis, melainkan dikontruksikan secara sosial. Karena gender

2|Page
TUGAS MAKALAH Ilmu Sosial Budaya Dasar “Kesetaraan Gender”

tidak dibawa sejak lahir, melainkan dipelajari melalui sosialisasi, oleh sebab itu gender
dapat berubah.
Setelah mengetahui perbedaan jenis kelamin dengan gender, maka langkah
selanjutnya yaitu kita dapat memahami pengertian “Kesetaraan Gender”. Kesetaraan
Gender merupakan kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh
kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan
berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan
pertahanan dan keamanan nasional (hankamnas), serta kesamaan dalam menikmati
hasil pembangunan tersebut. Kesetaraan gender juga meliputi penghapusan
diskriminasi dan ketidakadilan struktural, baik terhadap laki-laki maupun perempuan.
Kesetaraan gender memiliki kaitan dengan keadilan gender. keadilan gender
merupakan suatu proses dan perlakuan adil terhadap laki – laki dan perempuan.
terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender ditandai dengan tidak adanya
diskriminasi baik terhadap laki – laki maupun perempuan. sehingga denga hal ini setiap
orang memiliki akses, kesempatan berpartisipasi, dan control atas pembangunan serta
memperoleh manfaat yang setara dan adil dari pembangunan tersebut.
Memiliki akses di atas mempunyai tafsiran yaitu setiap orang mempunyai
peluang / kesempatan dalam memperoleh akses yang adil dan setara terhadap sumber
daya dan memiliki wewenang untuk mengambil keputusan terhadap cara penggunaan
dan hasil sumber daya tersebut. Memiliki partisipasi berarti mempunyai kesempatan
untuk berkreasi / ikut andil dalam pembangunan nasional. Sedangkan memiliki kontrol
berarti memiliki kewenangan untuk mengambil keputusan atas penggunaan dan hasil
sumber daya. Sehingga memperoleh manfaat yang sama dari pembangunan.

B. Kesetaraan Gender di Indonesia dalam Bermasyarakat


Perbedaan gender terkadang dapat menimbulkan suatu ketidakadilan terhadap
kaum laki – laki dan terutama kaum perempuan. Ketidakadilan gender dapat
termanifestasi dalam berbagai bentuk ketidakadilan, yakni :
a. Marginalisasi Perempuan
Salah satu bentuk ketidakadilan terhadap gender yaitu marginalisasi perempuan.
Marginalisasi perempuan ( penyingkiran / pemiskinan ) kerap terjadi di lingkungan
sekitar. Nampak contohnya yaitu banyak pekerja perempuan yang tersingkir dan
menjadi miskin akibat dari program pembangunan seperti internsifikasi pertanian yang

3|Page
TUGAS MAKALAH Ilmu Sosial Budaya Dasar “Kesetaraan Gender”

hanya memfokuskan petani laki-laki. Perempuan dipinggirkan dari berbagai jenis


kegiatan pertanian dan industri yang lebih memerlukan keterampilan yang biasanya
lebih banyak dimiliki laki-laki, dan perkembangan teknologi telah menyebabkan apa
yang semula dikerjakan secara manual oleh perempuan diambil alih oleh mesin yang
umumnya dikerjakan oleh tenaga laki-laki. Dengan hal ini banyak sekali kaum pria yang
beranggapan bahwa perempuan hanya mempunyai tugas di sekitar rumah saja.
b. Subordinasi
Selain Marginalisasi, terdapat juga bentuk keadilan yang berupa subordinasi.
Subordinasi memiliki pengertian yaitu keyakinan bahwa salah satu jenis kelamin
dianggap lebih penting atau lebih utama dibandingkan jenis kelamin lainnya. Sudah
sejak dahulu terdapat pandanganyang menempatkan kedudukan dan peran perempuan
yang lebih rendah dari laki – laki. Salah satu contohnya yaitu perempuan di anggap
makhluk yang lemah, sehingga sering sekali kaum adam bersikap seolah – olah
berkuasa (wanita tidak mampu mengalahkan kehebatan laki – laki). Kadang kala kaum
pria beranggapan bahwa ruang lingkup pekerjaan kaum wanita hanyalah disekitar
rumah. Dengan pandangan seperti itu, maka sama halnya dengan tidak memberikan
kaum perempuan untuk mengapresiasikan pikirannya di luar rumah.
c. Pandangan stereotype
Setereotype dimaksud adalah citra baku tentang individu atau kelompok yang
tidak sesuai dengan kenyataan empiris yang ada. Pelabelan negatif secara umum selalu
melahirkan ketidakadilan. Salah satu stereotipe yang berkembang berdasarkan
pengertian gender, yakni terjadi terhadap salah satu jenis kelamin, (perempuan), Hal ini
mengakibatkan terjadinya diskriminasi dan berbagai ketidakadilan yang merugikan
kaum perempuan. Misalnya pandangan terhadap perempuan yang tugas dan fungsinya
hanya melaksanakan pekerjaan yang berkaitan dengan pekerjaan domistik atau
kerumahtanggaan. Hal ini tidak hanya terjadi dalam lingkup rumah tangga tetapi juga
terjadi di tempat kerja dan masyaraklat, bahkan di tingkat pemerintah dan negara.
Apabila seorang laki-laki marah, ia dianggap tegas, tetapi bila perempuan marah atau
tersinggung dianggap emosional dan tidak dapat menahan diri. Standar nilai terhadap
perilaku perempuan dan laki-laki berbeda, namun standar nilai tersebut banyak
menghakimi dan merugikan perempuan. Label kaum perempuan sebagai “ibu rumah
tangga” merugikan, jika hendak aktif dalam “kegiatan laki-laki” seperti berpolitik, bisnis
atau birokrat. Sementara label laki-laki sebagai pencari nafkah utama, (breadwinner)

4|Page
TUGAS MAKALAH Ilmu Sosial Budaya Dasar “Kesetaraan Gender”

mengakibatkan apa saja yang dihasilkan oleh perempuan dianggap sebagai sambilan
atau tambahan dan cenderung tidak diperhitungkan.
d. Beban Ganda
Bentuk lain dari diskriminasi dan ketidakadilan gender adalah beban ganda yang
harus dilakukan oleh salah satu jenis kalamin tertentu secara berlebihan. Dalam suatu
rumah tangga pada umumnya beberapa jenis kegiatan dilakukan laki-laki, dan beberapa
dilakukan oleh perempuan. Berbagai observasi, menunjukkan perempuan mengerjakan
hampir 90% dari pekerjaan dalam rumah tangga. Sehingga bagi mereka yang bekerja,
selain bekerja di tempat kerja juga masih harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
Dalam proses pembangunan, kenyataannya perempuan sebagai sumber daya insani
masih mendapat pembedan perlakuan, terutama bila bergerak dalam bidang publik.
Dirasakan banyak ketimpangan, meskipun ada juga ketimpangan yang dialami kaum
laki-laki di satu sisi.

C. Kesetaraan Gender dalam Dunia Pendidikan di Indonesia


Perempuan sesungguhnya membutuhkan pendidikan seperti halnya dengan laki
– laki. Akan terlihat jelas apabila dilihat dari sejarah masa lalu saat Indonesia masih di
jajah, Para penjajah kurang menghargai kaum perempuan. Mereka berlaku sewenang –
wenang sesuka hati terhadap kaum perempuan di Indonesia. Peristiwa ini
menggambarkan bahwa kesetaraan gender sama sekali belum ditegakkan. Dampak dari
peristiwa tersebut, pandangan – pandangan masyarakat sepeninggalnya yaitu terdapat
masyarakat yang beranggapan bahwa perempuan belum memiliki kesempatan untuk
berperan sentral diberbagai bidang seperti sekarang ini. Orang tua yang memiliki
pandangan seperti itu, akan menyekolahkan anak laki – lakinya setinggi – tingginya
sedangkan anak perempuan tidak harus bersekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Salah
satu factor peristiwa tersebut yaitu orang tua hanya beranggaoan bahwa peran
perempuan dalam kehidupan tidak lain adalah sebagai ibu rumah tangga yang tak perlu
sekolah tinggi – tinggi. Namun saat ini pemerintahan telah berupaya untuk menegakkan
kesetaraan gender. Hal ini terbukti dengan adanya program pemerataan pendidikan di
seluruh Indonesia, dengan hal ini banyak generasi penerus bangsa yang merupakan
calon pembangunan Negara ini mendapatkan mendapatkan kesempatan yang sama
dalam mengenyam pendidikan. Terlepas dari permasalahan pendidikan yang ada,
namun dapat diakui bahwa pandangan orang tua kolot masa lalu yang tidak

5|Page
TUGAS MAKALAH Ilmu Sosial Budaya Dasar “Kesetaraan Gender”

menyekolahkan anak perempuannya kini telah berubah. Terlihat bahwa pada saat
sekarang kaum perempuan pun banyak yang bersekolah hingga jenjang yang tinggi.
Selain hak untuk mendapatkan pendidikan, di Negara Indonesia sebenarnya telah
menerapkan kesetaraan gender dalam tatanan organisasi dari mulai organisasi yang
kecil hingga pemerintahan. Buktinya ialah perempuan pun memiliki peranan yang sama
dalam hal menduduki jabatan tertentu dalam suatu institusi. Presiden Negara Indonesia
yang pernah diduduki oleh seorang perempuan yaitu Megawati Soekarno Putri
merupakan bukti real-nya.

D. Pandangan Agama terhadap kesetaraan Gender


a. Kesetaraan gender menurut agama muslim
Sejak 15 abad yang lalu Islam telah menghapuskan diskriminasi berdasarkan
jenis kelamin. Islam memberikan posisi yang tinggi kepada perempuan. Prinsip
kesetaraan dan keadilan gender dalam Islam tertuang dalam Kitab Suci Al-Quran. Dalam
ajaran Islam tidak dikenal adanya isu gender yang berdampak merugikan perempuan.
Islam bahkan menetapkan perempuan pada posisi yang terhormat, mempunyai derajat,
harkat, dan martabat yang sama dan setara dengan laki – laki.
Islam memperkenalkan konsep relasi gender yang mengacu kepada ayat – ayat
Al-Qur’an. Suatu kenyataan, masih banyak masyarakat, tidak terkecuali beberapa guru
agama yang belum memahami makna qodrat, apabila berbicara soal jenis kelamin
perempuan, dikaitkan dengan upaya mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender.
Salah satu akibat dari salah memahami alasan untuk mempertahankan subordinasi,
marginalisasi, dan diskriminasi terhadap perempuan.
Al-Qur an sebagai “Hudan linnasi”, petunjuk bagi umat manusia, dan kehadiran
Nabi Muhammad Rasulullah SAW dengan sunnahnya, sebagai “Rahmatan lil alamin”,
tentu saja menolak anggapan di atas. Islam datang untuk membebaskan manusia dari
berbagai bentuk ketidak-adilan. Sejak awal dipromosikan, Islam adalah agama
pembebasan.
Islam adalah agama ketuhanan sekaligus agama kemanusiaan dan
kemasyarakatan. Dalam pandangan Islam, manusia mempunyai dua kapasitas, yaitu
sebagai hamba dan sebagai representasi Tuhan (khalifah) tanpa membedakan jenis
kelamin, etnik, dan warna kulit. Islam mengamanatkan manusia untuk memperhatikan

6|Page
TUGAS MAKALAH Ilmu Sosial Budaya Dasar “Kesetaraan Gender”

konsep keseimbangan, keserasian, keselarasan, dan keutuhan, baik sesama manusia


maupun manusia dengan lingkungan alamnya.
b. Kesetaraan gender dari sudut pandang agama khatolik
Permasalahan gender dalam Katolik tidak terlepas dari konteks tradisi dan
budaya, khususnya budaya agama Yahudi. Dalam agama Yahudi, laki-laki mempunyai
posisi yang lebih dominan dibandingkan dengan perempuan. Dominasi ini menciptakan
ketidakadilan gender. Ketika suatu perbuatan itu dilakukan oleh laki-laki, maka
dianggap sebagai suatu kebenaran. Begitu juga di Indonesia, ajaran kristen tidak dapat
terlepas dari budaya warga Indonesia. Dalam Kejadian 2 (Kejadian 2 (disingkat Kej 2)
adalah bagian dari Kitab Kejadian dalam Alkitab Ibrani atau Perjanjian Lama di Alkitab
Kristen.) Disebutkan bahwa Allah menciptakan manusia dari bumi. Manusia yang
pertama kali diciptakan adalah Adam. Kemudian dari tulang rusuk Adam diciptakanlah
Hawa. Kemudian disebutkan bahwa Adam jatuh ke dalam dosa karena Hawa. Teks ini
memunculkan pandangan bahwa perempuan adalah manusia kedua. Perempuan juga
dipandang sebagai sumber dosa. Gereja mengambil teks ini sebagai dasar pandangan
hubungan (relasi) antara laki-laki dengan perempuan. Hubungan ini dipandang hanya
berdasarkan jenis kelamin saja. Posisi subordinat (posisi yang rendah) perempuan
seperti inilah yang menjadi dasar pandangan awal gereja mengenai perempuan.
Namun dalam perkembangan selanjutnya, seiring dengan perkembangan zaman,
Gereja menolak ketidakadilan gender, baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat.
Gereja memperhatikan dengan serius dasar-dasar ajaran agama, yaitu; tradisi, teologi
dan filsafat, kitab suci serta ajaran gereja dengan pastoral lainnya.
1. Aspek Tradisi
Salah satu sumber ajaran iman dan moral Katolik adalah tradisi. Tradisi gereja
masih dipengaruhi oleh budaya yang bersifat patriarkhis (Budaya yang menomor
satukan laki – laki). Suami merupakan penguasa dalam keluarga. Wanita diletakkan
dalam posisi subordinat. Hal ini merupakan suatu bentuk ketidakadilan gender yang
mendasar. Namun Perjanjian Baru memandang bahwa laki-laki dan perempuan adalah
sama, sehingga dengan jelas Perjanjian Baru menolak segala bentuk kekerasan dalam
rumah tangga. Berdasarkan hal tersebut maka perlu diadakan perubahan penafsiran
kitab suci, terutama Kitab Perjanjian Lama.
2. Aspek Teologi (Ilmu tentang Ketuhanan) dan Filsafat

7|Page
TUGAS MAKALAH Ilmu Sosial Budaya Dasar “Kesetaraan Gender”

Dalam Kristen, baik itu Katolik maupun Protestan, pencitraan Allah adalah
sebagai Bapak, sehingga muncul pandangan bahwa Allah adalah laki-laki. Hal ini
mengontruksikan suatu pemikiran bahwa laki-laki adalah penguasa dalam keluarga
sehingga sangat berpotensi menimbulkan kekerasan dalam rumah tangga.
Sesungguhnya hubungan manusia dengan Allah adalah bersifat personal sehingga Allah
dapat mempersonifikasikan diri sebagai Bapak maupun sebagai Ibu.
3. Aspek Kitab Suci
Untuk memahami Kitab Suci perlu dipahami latar belakang penulis. Dalam
Kejadian 2 pasal 2 ayat (5) disebutkan bahwa perempuan merupakan manusia kedua,
perempuan sebagai penggoda. Teks normatif ini sangat berpotensi memunculkan
kekerasan dalam rumah tangga jika ditafsirkan secara salah. Padahal dalam Kejadian 1
ayat (26) disbutkan bahwa Allah menciptakan laki-laki dan perempuan sama secitra
dengan Allah, keduanya adalah baik.
Dalam Kitab Perjanjian Lama, banyak ketentuan-ketentuan yang menempatkan
perempuan sebagai mahkluk kedua, dan diposisikan pada posisi yang sub ordinat. Hal
ini sangat berpotensi memunculkan kekerasan psikologis dalam keluarga.Pencitraan
perempuan yang cenderung terasa tidak adil gender ini diperbaharui dan
diformulasikan kembali dalam Kitab Perjanjian Baru. Dalam Kitab Perjanjian Baru,
perempuan mendapat posisi yang sejajar dengan laki-laki. Yesus menempatkan
perempuan pada posisi yang harus dihormati. Bahkan karena dianggap terlalu
memuliakan perempuan dan terlalu memperjuangkan perempuan inilah kemudian
Yesus ditangkap dan kemudian dihukum salib oleh penguasa pada waktu itu yang
memegang faham patriarkal.
4. Aspek Ajaran Gereja
Dalam pandangan Gereja Katolik, perempuan dianggap mempunyai martabat
yang sama dengan laki-laki. Mereka mempunyai hak untuk berperan dalam masyarakat.
Pengakuan kesejajaran antara laki-laki dan perempuan haruslah dihormati. Gereja
mengemukakan sikap keterbukaan dalam keluarga, sehingga interaksi dalam keluarga
muncul kesejajaran. Gereja Katolik dengan jelas bersikap tidak toleran terhadap
ketidakadilan, termasuk ketidakadilan gender yang berpotensi memicu kekerasan
dalam keluarga.
Dalam Katolik ada satu komisi yang melayani urusan keluarga yaitu pastoral keluarga
yang bertugas melakukan pendampingan keluarga, untuk menanggulangi munculnya

8|Page
TUGAS MAKALAH Ilmu Sosial Budaya Dasar “Kesetaraan Gender”

kekerasan dalam rumah tangga, termasuk perceraian. Dari hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa Gereja Katolik menolak ketidakadilan gender. Tetapi untuk
mewujudkan keadilan gender dalam masyarakat masih terdapat hambatan yaitu faktor
tradisi patriarkhis.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Untuk mewujudkan cita – cita demokrasi, suatu Negara harus mampu untuk
menegakkan kesetaraan gender. Gender sering disamakan pengertiannya dengan jenis
kelamin. Jenis kelamin merupakan perbedaan biologis antara fisik laki – laki dengan
fisik perempuan yang dibawa sejak ia dilahirkan. Sedangkan gender merupakan
tperbedaan jenis kelamin yang diciptakan oleh social budaya yang panjang.
Kesetaraan gender berguna untuk memberikan kesempatan setiap orang untuk
berapresiasi terhadap hal – hal yang terjadi disekitarnya. Kesetaraan gender berkaitan
dengan keadilan gender. Keadilan gender merupakan perlakuan adil terhadap laki – laki
dan perempuan. perbedaan antara kesetaraan dan keadilan gender yaitu kesetaraan
lebih condong terhadap peluang sedangkan keadilan gender lebih condong terhadap
tingkah laku laki – laki dan perempuan.
Kesetaraan gender dan keadilan gender harusnya dapat ditegakkan dalam
kehidupan bermasyarakat. Selain bermasyarakat kesetaraan gender dan keadilan
gender haruslah di tegakkan juga di dunia pendidikan. Bukan hanya kaum laki - laki saja
yang harus sekolah tinggi namun perempuan juga punya hak untuk dapat bersekolah
setinggi – tingginya.
Pada dasarnya semua agama di Indonesia memaparkan bagaimana Tuhan
mewujudkan kasihnya terhadap manusia tanpa memandang jenis kelamin, dari
golongan mana, berapa usianya, terang kasih Tuhan tidak ada yang mendominasi.
Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan dibentuk sedemikian rupa menurut rupa
dan gambarnya dan Tuhan melihat bahwa ciptaannya itu sungguh amat baik. Pada
dasarnya perbedaan kodrat laki-laki dan perempuan berkaitan dengan fungsi biologis
dan perbedaan itu adalah untuk saling melengkapi agar menjadi utuh. Dalam agama
mengajarkan bahwa laki-laki maupun perempuan memiliki kesamaan kondisi untuk
memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan
berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan

9|Page
TUGAS MAKALAH Ilmu Sosial Budaya Dasar “Kesetaraan Gender”

pertahanan dan keamanan nasional (hankamnas), serta kesamaan dalam menikmati


hasil pembangunan tersebut.

B. Saran
Manusia ada untuk berpeluang bukan hanya untuk ditindas. Jadi dengan adanya
makalah ini penulis mempunyai saran yaitu sebaiknya sesama manusia saling
menegakkan kesetaraan gender. Agar tidak ada sesuatu yang menjadi permasalahan
dalam kehidupan bersosial.

10 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai