Anda di halaman 1dari 16

MATA KULIAH

AGAMA ISLAM
“Kesetaraan Gender”

Disusun Oleh :

Nita Amelia Putri 216905

JURUSAN PARIWISATA

SEKOLAH TINGGI PARIWISATA AMBARRUKMO


YOGYAKARTA
2021

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas rahmat, hidayah dan ridho-nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Dalam proses pengumpulan materi
dan juga proses pembuatan makalah ini, tidak terlepas dari kerja keras kami. Makalah
yang kami buat ini membahas tentang Kesetaraan Gender
Selain daripada itu, kami juga menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi susunan, kalimat maupun tata bahasa
atau bahkan sumber yang kami masukkan kurang akurat. Oleh karena itu dengan tangan
dan hati terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhir kata, semoga dengan makalah yang kami buat ini dapat menambah
pengetahuan dan pemahaman kita mengenai materi yang telah di paparkan di dalam
makalah ini.

Cilacap, 28 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................1

C. TujuanPenulisan....................................................................................2

BAB III PEMBAHASAN.......................................................................................3

A. Pengertian Kesetaraan Gender............................................................3

B. Kesetaraan Gender di Indonesia dalam Bermasyarakat....................4

C. Kesetaraan Gender dalam Dunia Pendidikan di Indonesia................6

D. Upaya-upaya dan usaha yang dilakukan pemerintah dalam


Rangka Mewujudkan Keadilan&Kesetaraan Gender......................7

BAB III PENUTUP................................................................................................11

A. Kesimpulan...............................................................................................11

B. Saran..........................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu sendi utama dalam demokrasi yaitu Kesetaraan Gender karena
menjamin bebasnya untuk berpeluang dan mengakses bagi seluruh elemen
masyarakat. Gagalnya dalam mencapai cita – cita demokrasi, seringkali dipicu oleh
ketidaksetaraan dan ketidakadilan gender. Ketidaksetaraan ini dapat berupa
diskriminatif yang dilakukan oleh merekayang dominan baik secara structural
maupun cultural. Perlakuan diskriminatif dan ketidaksetaraan dapat menimbulkan
kerugian dan menurunkan kesejahteraan hidup bagi pihak-pihak yang termarginalisasi
dan tersubordinasi. Sampai saat ini diskriminasi berbasis pada gender masih terasakan
hampir di seluruh dunia, termasuk di negara di mana demokrasi telah dianggap
tercapai. Dalam konteks ini, kaum perempuan yang paling berpotensi mendapatkan
perlakuan yang diskriminatif, meski tidak menutup kemungkinan lakilaki juga dapat
mengalaminya. Pembakuan peran dalam suatu masyarakat merupakan kendala yang
paling utama dalam proses perubahan sosial. Sejauh menyangkut persoalan gender di
mana secara global kaum perempuan yang lebih berpotensi merasakan dampak
negatifnya.
Berbagai cara tengah dilakukan diupayakan untuk mengurangi ketidaksetaraan
gender yang menyebabkan ketidakadilan sosial. Upaya tersebut dilakukan baik secara
individu, kelompok bahkan oleh negara dan dalam lingkup lokal, nasioanal dan
internasional. Upaya upaya tersebut diarahkan untuk, Menjamin Kesetaraan Hak-Hak
Azasi, Penyusun Kebijakan Yang Pro Aktif Mengatasi Kesenjangan Gender, dan
Peningkatan Partisipasi Politik.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang perbedaan antara Gender dan Seks (Jenis Kelamin)?

2. Apa pengertian dari kesetaraan Gender?

3. Bagaimana wujud kesetaraan gender di Indonesia?

4. Bagaimana wujud kesetaraan gender di dunia pendidikan?

5. Bagaimana pandangan etis Agama terhadap kesetaraan Laki-laki dan Perempuan?

1
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa yang perbedaan antara Gender dan Seks (Jenis Kelamin)

2. Untuk mengetahui apa pengertian dari kesetaraan Gender

3. Untuk mengetahui bagaimana wujud kesetaraan gender di Indonesia

4. Untuk mengetahui bagaimana wujud kesetaraan gender di dunia pendidikan

5. Untuk mengetahui bagaimana pandangan etis Agama terhadap kesetaraan Laki-


laki dan Perempuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kesetaraan Gender

Dalam memahami kajian kesetaraan gender, seseorang harus mengetahui


terlebih dahulu perbedaan antara gender dengan seks ( jenis kelamin ). Kurangnya
pemahaman tentang pengertian Gender menjadi salah satu penyebab dalam
pertentangan menerima suatu analisis gender di suatu persoalan ketidakadilan social.
Hungu (2007) mengatakan “seks ( jenis kelamin ) merupakan perbedaan antara
perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir. Seks ( jenis kelamin
) berkaitan dengan tubuh laki-laki dan perempuan, dimana laki-laki memproduksikan
sperma, sementara perempuan menghasilkan sel telur dan secara biologis mampu
untuk menstruasi, hamil dan menyusui. Perbedaan biologis dan fungsi biologis laki-
laki dan perempuan tidak dapat dipertukarkan diantara keduanya…..”.
Sedangkan secara etimologis, gender memiliki arti sebagai perbedaan jenis
kelamin yang diciptakan oleh seseorang itu sendiri melalui proses social budaya yang
panjang. perbedaan perilaku antara laki – laki dengan perempuan selain disebabkan
oleh factor biologis juga factor proses social dan cultural. oleh sebab itu gender dapat
berubah – ubah dari tempat ke tempat, waktu ke waktu, bahkan antar kelas social
ekonomi masyarakat.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan perbedaan antara jenis kelamin dengan
gender yaitu, jenis kelamin lebih condong terhadap fisik seseorang sedangkan gender
lebih condong terhadap tingkah lakunya. selain itu jenis kelamin merupakan status
yang melekat / bawaan sedangkan gender merupakan status yang diperoleh /
diperoleh. Gender tidak bersifat biologis, melainkan dikontruksikan secara sosial.
Karena gender tidak dibawa sejak lahir, melainkan dipelajari melalui sosialisasi, oleh
sebab itu gender dapat berubah.
Setelah mengetahui perbedaan jenis kelamin dengan gender, maka langkah
selanjutnya yaitu kita dapat memahami pengertian “Kesetaraan Gender”. Kesetaraan
Gender merupakan kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk
memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan
dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan
dan pertahanan dan keamanan nasional (hankamnas), serta kesamaan dalam
menikmati hasil pembangunan tersebut. 1Kesetaraan gender juga meliputi
1
Alan Sigit Fibrianto,” Kesetaraan Gender Dalam Lingkup Organisasi Mahasiswa”, Jurnal Analisa Sosiologi, Vol.5 No.1 (April 2016), 10-27.
penghapusan diskriminasi dan ketidakadilan struktural, baik terhadap laki-laki
maupun perempuan.
Kesetaraan gender memiliki kaitan dengan keadilan gender. keadilan gender
merupakan suatu proses dan perlakuan adil terhadap laki – laki dan perempuan.
terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender ditandai dengan tidak adanya
diskriminasi baik terhadap laki – laki maupun perempuan. sehingga denga hal ini
setiap orang memiliki akses, kesempatan berpartisipasi, dan control atas
pembangunan serta memperoleh manfaat yang setara dan adil dari pembangunan
tersebut.
Memiliki akses di atas mempunyai tafsiran yaitu setiap orang mempunyai
peluang / kesempatan dalam memperoleh akses yang adil dan setara terhadap sumber
daya dan memiliki wewenang untuk mengambil keputusan terhadap cara penggunaan
dan hasil sumber daya tersebut. Memiliki partisipasi berarti mempunyai kesempatan
untuk berkreasi / ikut andil dalam pembangunan nasional.

B. Kesetaraan Gender di Indonesia dalam Bermasyarakat

Perbedaan gender terkadang dapat menimbulkan suatu ketidakadilan terhadap


kaum laki – laki dan terutama kaum perempuan. Ketidakadilan gender dapat
termanifestasi dalam berbagai bentuk ketidakadilan, yakni :
a. Marginalisasi Perempuan

Salah satu bentuk ketidakadilan terhadap gender yaitu marginalisasi


perempuan. Marginalisasi perempuan ( penyingkiran / pemiskinan ) kerap terjadi
di lingkungan sekitar. Nampak contohnya yaitu banyak pekerja perempuan yang
tersingkir dan menjadi miskin akibat dari program pembangunan seperti
internsifikasi pertanian yang hanya memfokuskan petani laki-laki. Perempuan
dipinggirkan dari berbagai jenis kegiatan pertanian dan industri yang lebih
memerlukan keterampilan yang biasanya lebih banyak dimiliki laki-laki, dan
perkembangan teknologi telah menyebabkan apa yang semula dikerjakan secara
manual oleh perempuan diambil alih oleh mesin yang umumnya dikerjakan oleh
tenaga laki-laki. Dengan hal ini banyak sekali kaum pria yang beranggapan bahwa
perempuan hanya mempunyai tugas di sekitar rumah saja.2

2
ibid
4
b. Subordinasi

Selain Marginalisasi, terdapat juga bentuk keadilan yang berupa subordinasi.


Subordinasi memiliki pengertian yaitu keyakinan bahwa salah satu jenis kelamin
dianggap lebih penting atau lebih utama dibandingkan jenis kelamin lainnya.
Sudah sejak dahulu terdapat pandanganyang menempatkan kedudukan dan peran
perempuan yang lebih rendah dari laki – laki. Salah satu contohnya yaitu
perempuan di anggap makhluk yang lemah, sehingga sering sekali kaum adam
bersikap seolah – olah berkuasa (wanita tidak mampu mengalahkan kehebatan laki
– laki). Kadang kala kaum pria beranggapan bahwa ruang lingkup pekerjaan kaum
wanita hanyalah disekitar rumah. Dengan pandangan seperti itu, maka sama
halnya dengan tidak memberikan kaum perempuan untuk mengapresiasikan
pikirannya di luar rumah.
c. Pandangan stereotype

Setereotype dimaksud adalah citra baku tentang individu atau kelompok yang
tidak sesuai dengan kenyataan empiris yang ada. Pelabelan negatif secara umum
selalu melahirkan ketidakadilan. Salah satu stereotipe yang berkembang
berdasarkan pengertian gender, yakni terjadi terhadap salah satu jenis kelamin,
(perempuan), Hal ini mengakibatkan terjadinya diskriminasi dan berbagai
ketidakadilan yang merugikan kaum perempuan. Misalnya pandangan terhadap
perempuan yang tugas dan fungsinya hanya melaksanakan pekerjaan yang
berkaitan dengan pekerjaan domistik atau kerumahtanggaan. Hal ini tidak hanya
terjadi dalam lingkup rumah tangga tetapi juga terjadi di tempat kerja dan
masyaraklat, bahkan di tingkat pemerintah dan negara.
Apabila seorang laki-laki marah, ia dianggap tegas, tetapi bila perempuan
marah atau tersinggung dianggap emosional dan tidak dapat menahan diri. Standar
nilai terhadap perilaku perempuan dan laki-laki berbeda, namun standar nilai
tersebut banyak menghakimi dan merugikan perempuan. Label kaum perempuan
sebagai “ibu rumah tangga” merugikan, jika hendak aktif dalam “kegiatan laki-
laki” seperti berpolitik, bisnis atau birokrat. Sementara label laki-laki sebagai
pencari nafkah utama, (breadwinner) mengakibatkan apa saja yang dihasilkan oleh
perempuan dianggap sebagai sambilan atau tambahan dan cenderung tidak
diperhitungkan.
d. Beban Ganda

5
Bentuk lain dari diskriminasi dan ketidakadilan gender adalah beban ganda
yang harus dilakukan oleh salah satu jenis kalamin tertentu secara berlebihan.
Dalam suatu rumah tangga pada umumnya beberapa jenis kegiatan dilakukan laki-
laki, dan beberapa dilakukan oleh perempuan. Berbagai observasi, menunjukkan
perempuan mengerjakan hampir 90% dari pekerjaan dalam rumah tangga.
Sehingga bagi mereka yang bekerja, selain bekerja di tempat kerja juga masih
harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Dalam proses pembangunan,
kenyataannya perempuan sebagai sumber daya insani masih mendapat pembedan
perlakuan, terutama bila bergerak dalam bidang publik. Dirasakan banyak
ketimpangan, meskipun ada juga ketimpangan yang dialami kaum laki-laki di satu
sisi.3

C. Kesetaraan Gender dalam Dunia Pendidikan di Indonesia


Perempuan sesungguhnya membutuhkan pendidikan seperti halnya dengan laki –
laki. Akan terlihat jelas apabila dilihat dari sejarah masa lalu saat Indonesia masih di
jajah, Para penjajah kurang menghargai kaum perempuan. Mereka berlaku sewenang –
wenang sesuka hati terhadap kaum perempuan di Indonesia. Peristiwa ini
menggambarkan bahwa kesetaraan gender sama sekali belum ditegakkan. Dampak dari
peristiwa tersebut, pandangan – pandangan masyarakat sepeninggalnya yaitu terdapat
masyarakat yang beranggapan bahwa perempuan belum memiliki kesempatan untuk
berperan sentral diberbagai bidang seperti sekarang ini. Orang tua yang memiliki
pandangan seperti itu, akan menyekolahkan anak laki – lakinya setinggi – tingginya
sedangkan anak perempuan tidak harus bersekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Salah
satu factor peristiwa tersebut yaitu orang tua hanya beranggaoan bahwa peran
perempuan dalam kehidupan tidak lain adalah sebagai ibu rumah tangga yang tak perlu
sekolah tinggi – tinggi. Namun saat ini pemerintahan telah berupaya untuk
menegakkan kesetaraan gender. Hal ini terbukti dengan adanya program pemerataan
pendidikan di seluruh Indonesia, dengan hal ini banyak generasi penerus bangsa yang
merupakan calon pembangunan Negara ini mendapatkan mendapatkan kesempatan
yang sama dalam mengenyam pendidikan. Terlepas dari permasalahan pendidikan
yang ada, namun dapat diakui bahwa pandangan orang tua kolot masa lalu yang tidak
menyekolahkan anak perempuannya kini telah berubah. Terlihat bahwa pada saat
sekarang kaum perempuan pun banyak yang bersekolah hingga jenjang yang tinggi.

3
MaPPI,”Ketidakadilan Gender dan Kekerasan Terhadap Perempuan”, 23 November 2018
Selain hak untuk mendapatkan pendidikan, di Negara Indonesia sebenarnya telah
menerapkan kesetaraan gender dalam tatanan organisasi dari mulai organisasi yang
kecil hingga pemerintahan. Buktinya ialah perempuan pun memiliki peranan yang
sama dalam hal menduduki jabatan tertentu dalam suatu institusi. Presiden Negara
Indonesia yang pernah diduduki oleh seorang perempuan yaitu Megawati Soekarno
Putri merupakan bukti real-nya.

D. Upaya-upaya dan usaha yang dilakukan pemerintah dalam Rangka


Mewujudkan Keadilan dan Kesetaraan Gender.

Prinsip dasar membangun kesetaran gender di Indonesia

• Menghargai pluralistik

• Pendekatan sosio-kultural

• Peningaktan ekonomi dan kesejahteraan rakyat

• Penegakan HAM dan supremasi hukum

• Penghapusan kekerasan dan diskriminasi

• Penyadaran pilar pembangunan

• Pemerintah: sosialisasi dan advokasi

• Masyarkat: sensitisasi dan advokasi

• Dunia usaha, penyadaran dan advokasi

• Penyatuan persepsi, pemahman, dan penyadaran kepada semua pihak untuk


mewujudkan kesetaran gender dan perlindungan anak dalam kehidupan keluarga
dan masyarakat.

Upaya mewujudkan Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG), di Indonesia


dituangkan dalam kebijakan nasional sebagaimana ditetapkan dalam Garis-Garis
Besar Haluan Negara (GBHN) 1999, UU No. 25 th. 2000 tentang Program
Pembangunan Nasional-PROPENAS 2000-2004, dan dipertegas dalam Instruksi
Presiden No. 9 tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam
Pembangunan nasional, sebagai salah satu strategi untuk mewujudkan keadilan dan
kesetaraan gender.
Upaya mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender sebagai visi Kementerian
Pemberdayaan Perempuan RI sebenarnya merupakan bentuk pembaruan
pembangunan pemberdayaan perempuan yang selama tiga dasa warsa telah
memberikan manfaat yang cukup besar. Berbagai peningkatan pemberdayaan
perempuan bisadilihat dengan meningkatnya kualitas hidup perempuan dari berbagai
aspek , meskipun masih belum optimal.
Untuk meningkatkan status dan kualitas perempuan juga telah diupayakan namun
hasilnya masih belum memadai, ini terlihat dari kesempatan kerja perempuan belum
membaik, beban kerja masih berat, kedudukan masih rendah. Di lain pihak, pada saat
ini masih banyak kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang belum peka
gender, yang mana belum mempertimbangkan perbedaan pengalaman, aspirasi dan
kepentingan antara perempuan dan laki-laki serta belum menetapkan kesetaran dan
keadilan gender sebagai sasaran akhir pembangunan.

Penyebabnya antara lain belum adanya kesadaran gender terutama di kalangan


para perencana dan pembuat keputusan; ketidak lengkapan data dan informasi gender
yang dipisahkan menurut jenis kelamin (terpilah); juga masih belum mapannya
hubungan kemitraan antara pemerintah dengan masyarakat maupun lembaga-lembaga
yang memiliki visi pemberdayaan perempuan yaitu dalam tahap-tahap perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi kebijakan dan program pembangunan.

Semakin membaiknya peran perempuan di lingkup keluarga, masyarakat dan


berbangsa serta bernegara merupakan indikator keberhasilan pemberdayaan
perempuan khususnya upaya kesetaraan dan keadilan gender mulai dapat dirasakan.
Meskipun kemajuan perempuan ini hanya bisa dinikmati pada tataran masyarakat
yang sosial ekonominya mapan (menengah ke atas).

Sebaliknya pada tingkat sosial ekonomi menengah ke bawah, masih sering


dijumpai ketimpangan antara laki-laki dan perempuan baik dalam memperoleh
peluang, kesempatan dan akses serta kontrol dalam pembangunan, serta perolehan
manfaat atas hasil pembangunan. Hal ini tidak lain karena masalah struktural
utamanya. Selain nilai-nilai budaya patriarkhi yang dilegitimasi dengan (atas nama)
agama dan sistem sosial yang menempatkan perempuan dan laki-laki dalam
kedudukan dan peran yang berbeda dan dibeda-bedakan.

Dalam GBHN 1999-2004 menetapkan dua arah kebijakan pemberdayaan perempuan


yakni pertama meningkatkan kedudukan dan peranan perempuan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara melalui kebijakan nasional yang diemban oleh lembaga yang
mampu memperjuangkan terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender. Kedua
meningkatkan kualitas peran dan kemandirian organisasi perempuan dengan tetap
mempertahankan nilai persatuan dan kesatuan serta nilai historis perjuangan
perempuan dalam rangka melanjutkan usaha pemberdayaan perempuan serta
kesejahteraan keluarga dan masyarakat.

Berdasarkan arah kebijakan yang dimandatkan oleh GBHN 1999-2004 untuk


butir pemberdayaan perempuan, Propenas 2000-2004 telah melakukan mainstreaming
kebijakan dan program pembangunan pemberdayaan perempuan. Selanjutnya
Propenas telah dirumusakan secara lebih rinci setiap tahunnya ke dalam Rencana
Pembangunan tahunan (Repeta), untuk tahun 2001 (Repeta 2001).

Selanjutnya dalam Rencana Strategi Kementerian Pemberdayaan Perempuan


2001-2004, program yang disusun terdiri dari program dalam rangka pembangunan
pemberdayaan perempuan, peningkatan kesejahteraan dan perlindungan anak dan
upaya peningkatan kemampuan. Mencakup Program Pengembangan dan Keserasian
Kebijakan Pemberdayaan Perempuan; Program Peningkatan Kualitas Hidup
Perempuan; Program Peningkatan Peran Masyarakat Pemampuan Kelembagaan
Pengarusutamaan Gender; Program Peningkatan Kesejahteraan dan Perlindungan
Anak; Program Sumber Daya, Sarana dan Prasarana. Mengingat produk tersebut
merupakan undang-undang, maka untuk mewujudkan kesetaran dan keadilan gender
harus menjadi komitmen bersama.

Dalam rangka mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender melaui program yang
peka akan permasalahan gender, Kementerian Pemberdayaan Perempuan telah
bekerjasama dengan UNFPA dalam melaksanakan serangkaian kegiatan
Mainstreaming Gender Issues in Reproductive Health and Population Policies and
Programmes. Tujuan utama program ini adalah tercapainya perbaikan status
kesehatan reproduksi kaum perempuan dan laki-laki melalui kebijakan program
kesehatan reproduksi dan kependudukan yang sensitif gender.

Hal ini akan dicapai melalui penguatan kapasitas nasional untuk melakukan
pengarusutamaan gender, serta melalui aplikasi konsep gender dalam formulasi dan
pelaksanaan kebijakan dan program untuk kesehatan reproduksi dan kependudukan.

Upaya mengaktualisasikan dan memanifestasikan dan mengakselerasi-kan PUG


di sektor strategis, propinsi dan kabupaten/kota, Kementerian Pemberdayaan
Perempuan juga telah melaksanakan program dan langkah konkrit antara lain:

• Program Pengembangan dan keserasian kebijakan pemberdayaan perempuan,


serta serangkaian koordinasi telah dilakukan dalam upaya perbaikan undang-
undang yang masih bias gender seperti UU No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan
dan UU No. 62 tahun 1958 tentang Kewarganegaraan.
• Program Peningkatan Peranserta masyarakat dan penguatan kelembagaan PUG
dilakukan dengan melalui: sosialisasi, advokasi, dan pelatihan analisis gender
baik di tingkat pusat, propinsi, dan kabupaten/kota;
• Pengembangan modul sosialisasi/advokasi gender;

• Pengembangan alat untuk analisis gender yang digunakan dalam perencanaan


program dan dikenal dengan Gender Analysis Pathway (GAP); dan Problem Base
Analysis (PROBA).
• Pengembanagan Homepage untuk penyediaan data dan informasi program
pembangunan pemberdayaan perempuan, konsep kesetaraan dan keadilan gender
dan jaringan informasi dengan website;
• Penyusunan Profil Gender untuk 26 propinsi;

• Fasilitasi bantuan teknis kepada daerah propinsi, kabupaten dan kota;

• Tersedianya data dan informasi yang terpilah menurut jenis kelamin secara
berkala dan berkesinambungan dari propinsi dan kabupaten/kota mengenai
pengarusutamaan gender dalam pembangunan daerah.4

4
Widya Sandi, “Keseteraan Gender”, 9 April 2021
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Untuk mewujudkan cita – cita demokrasi, suatu Negara harus mampu untuk
menegakkan kesetaraan gender. Gender sering disamakan pengertiannya dengan
jenis kelamin. Jenis kelamin merupakan perbedaan biologis antara fisik laki – laki
dengan fisik perempuan yang dibawa sejak ia dilahirkan. Sedangkan gender
merupakan tperbedaan jenis kelamin yang diciptakan oleh social budaya yang
panjang.

Kesetaraan gender berguna untuk memberikan kesempatan setiap orang


untuk berapresiasi terhadap hal – hal yang terjadi disekitarnya. Kesetaraan gender
berkaitan dengan keadilan gender. Keadilan gender merupakan perlakuan adil
terhadap laki – laki dan perempuan. perbedaan antara kesetaraan dan keadilan
gender yaitu kesetaraan lebih condong terhadap peluang sedangkan keadilan gender
lebih condong terhadap tingkah laku laki – laki dan perempuan.

Kesetaraan gender dan keadilan gender harusnya dapat ditegakkan dalam


kehidupan bermasyarakat. Selain bermasyarakat kesetaraan gender dan keadilan
gender haruslah di tegakkan juga di dunia pendidikan. Bukan hanya kaum laki -
laki saja yang harus sekolah tinggi namun perempuan juga punya hak untuk dapat
bersekolah setinggi – tingginya.

Pada dasarnya semua agama di Indonesia memaparkan bagaimana Tuhan


mewujudkan kasihnya terhadap manusia tanpa memandang jenis kelamin, dari
golongan mana, berapa usianya, terang kasih Tuhan tidak ada yang mendominasi.
Dalam agama mengajarkan bahwa laki-laki maupun perempuan memiliki kesamaan
kondisi untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar
mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial
budaya, pendidikan dan pertahanan dan keamanan nasional (hankamnas), serta
kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan tersebut.
B. Saran

Manusia ada untuk berpeluang bukan hanya untuk ditindas. Jadi


denganadanya makalah ini penulis mempunyai saran yaitu sebaiknya sesama
manusia saling menegakkan kesetaraan gender. Agar tidak ada sesuatu yang menjadi
permasalahan dalam kehidupan bersosial.
DAFTAR PUSTAKA

https://media.neliti.com/media/publications/227585-kesetaraan-gender-dalam-lingkup-
organisa-d53c2121.pdf
http://mappifhui.org/2018/11/23/ketidakadilan-gender-kekerasan-terhadap-perempuan-vol-
ii/
https://id.scribd.com/document/455687627/KESETARAAN-GENDER

Anda mungkin juga menyukai