PENDIDIKAN SEKS
Disusun Oleh
Kelompok 7 :
2. Nurhaliza (2220210046)
Dosen Pengampu :
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Yang telah mem-
berikan rahmat, taupik, dan anugrah-Nya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“MENGANALISIS TIPE GENDER DAN PERAN GENDER”. Dan kedua kalinya tak
lupa shalawat dan salam kami sampaikan kepada nabi besar Muhammad SAW. Yang
telah membawa umatnya dari alam gelap gulita menuju alam yang terang benderang
seperti yang kita rasakan saat ini.
Terima kasih kepada dosen pengampu Ibu Yecha Febrieanitha Putri, M.Pd pada
Mata kuliah “Perkembangan Sosial dan Emosional”, dan penulis merasa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna maka dari itu penulis sangat mengharapkan saran dan
kritik dari Ibu dosen dan teman-teman sekalian. Dengan demikian penulis dapat
mengembangkan makalah ini agar lebih baik lagi, kami ucapkan terima kasih kepada
semua pihak semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penullis
i
12DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDHULUAN
A. Latar Belakang
Ketimpangan perempuan dan laki-laki hampir terjadi dalam berbagai bidang.
Ketimpangan tersebut terjadi dalam bidang pendidikan, pekerjaan, politik dan se-
bagainya. Masalah ini merupakan masalah yang selalu terjadi di negara-negara yang
masih memegang teguh struktur social patriarkhis. Patriarkhi secara harafiah berarti
kekuasaan bapak atau patriach yang pada mulanya berkembang dalam keluarga yang
dibawah perlindungan sang bapak.
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Untuk mengetahai pengertian dari peran gender
2. Untuk mengetahui apa saja tipe-tipe gender
3. Untuk mengetahui apa itu pendidikan seks
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Gender
Kata “Gender” berasal dari bahasa inggris, gender yang berarti “jenis kelamin”.
Gender diartikan sebagai perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan
dilihat dari segi nilai dan tingkah laku. Gender adalah suatu konsep kultural yang beru-
paya membuat perbedaan dalam hal peran, prilaku, mentalitas dan karakterstik emo-
sional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat.1
Gender adalah perbedaan yang tampak pada laki-laki dan perempuan apabila
dilihat dari nilai dan tingkah laku. Gender merupakan suatu istilah yang digunakan un-
tuk menggambarkan perbedaan antara laki-laki dan perempuan secara sosial. Gender
1 Nassaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Gender, ( Jakarta: Dian Rakyat, 2010), hlm 29
2 swah Adriana, Kurikulum Berbasis Gender, Tadrîs. Volume 4. Nomor 1. 2009 hlm 138
3
adalah kelompok atribut dan perilaku secara kultural yang ada pada laki-laki dan per-
empuan. 3
Sejalan dengan itu, Gender merupakan konsep hubungan sosial yang mem-
bedakan (memilahkan atau memisahkan) fungsi dan peran antara perempuan dan lak-
laki. Perbedaan fungsi dan peran antara laki-laki dan perempuan itu tidak ditentukan
karena keduanya terdapat perbedaan biologis atau kodrat, melainkan dibedakan
menurut kedudukan, fungsi dan peranan masing-masing dalam berbagai kehidupan dan
pembangunan.
Perkembangan Gender pada Anak Usia Dini Kebanyakan anak mengalami seku-
rang kurangnya ada tiga tahapan dalam perkembangan gender, yaitu :
Ketiga aspek tersebut berperan terhadap pengetahuan umum anak tentang peran
gender yang diharapkan oleh masyarakat. Pengetahuan ini sering disebut sebagai peran
jenis kelamin atau stereotif gender. Anak sering membicarakan bahkan bertindak
menurut caracara yang mencerminkan stereotif gender yang telah melekat dalam ling-
kungan masyarakat.4
B. Peran Gender
3 Dwi Narwoko dan Bagong Yuryanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2004) hlm. 334
4 Desmita. (2005). Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya .
4
menyatakan bahwa peran gender merupakan sebuah harapan yang berisikan mengenai
hal yang seharusnya dilakukan oleh laki-laki atau perempuan dalam bertingkah laku.
1. Peran produksi adalah kegiatan yang dilakukan baik oleh laki-laki dan per-
empuan agar supaya menghasilkan barang dan layanan untuk diperdagangkan,
dipertukarkan atau memenuhi nafkah bagi keluarga. Sebagai contoh di per-
tanian, kegiatan produksi termasuk penanaman, penyiangan, peternakan.
2. Peran masyarakat adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan di tingkat masyara-
kat untuk menjamin ketersediaan dan pengelolaan sumberdaya yang terbatas
seperti air, perawatan kesehatan dan pendidikan. Pekerjaan ini biasanya tidak
dibayar dan kebanyakan dilakukan oleh perempuan.
3. Peran Reproduksi adalah aktivitas untuk menjamin reproduksi angkatan kerja.
Hal ini termasuk pembatasan anak, penjarangan anak, perawatan terhadap ang-
gota keluarga seperti orang tua, anak-anak dan pekerja. Tugas-tugas tersebut
umumnya tidak mendapatkan upah dan kebanyakan dilakukan oleh per-
empuan.5
5
seperti memasak, mencuci, menjaga anak serta kebutuhan suami dirumah (bagi yang
telah menikah). sedangkan anak laki-laki diharapkan untuk menyediakan kebutuhan
rumah tangga seperti kebutuhan keuangan keluarga (bekerja) dan menjaga dari bahaya.
Perempuan diharapkan untuk selalu patuh dan merawat, sebaliknya laki-laki menjadi
aktif, agresif, dan berkompetensi. Namun, sekarang ini, peran gender diibaratkan se-
makin beragam dan lebih fleksibel.
Terlepas dari semua itu, dalam pendidikan gender pada anak usia dini terdapat
factor-faktor yang sangat berpengaruh dalam memberikan pendidikan gender pada
anak usia dini yaitu sebagai berikut :
6 Hurlock, Elizabeth B. (1997). Psikologi Perkembangan : Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga
6
C. Tipe-Tipe Gender
1. Tipe Maskulin
Maskulin adalah ciri-ciri yang berkaitan dengan gender yang lebih umum ter-
dapat pada laki-laki, atau suatu peran atau sifat maskulin yang dibentuk oleh
budaya. Dengan demikian maskulin adalah sifat yang dipercaya dan dibentuk
oleh budaya sebagai ciri-ciri yang ideal bagi laki-laki. Misalnya, asertif dan
dominan dianggap sebagai sifat maskulin.
2. Tipe Feminim.
Feminim adalah ciri-ciri atau yang umum terdapat pada perempuan dari pada
lakilaki. Ketika dikombinasikan dengan “stereotipikal”, maka ia mengacu pada
sifat yang diyakini lebih berkaitan pada perempuan dari pada laki-laki secara
kultural pada budaya atau subkultur tertentu. Berarti, feminin merupakan ciri-
ciri atau sifat yang dipercaya dan dibentuk oleh budaya sebagai ideal bagi per-
empuan.
3. Tipe Androgini
Androgini adalah tingginya kehadiran karakteristik maskulin dan feminin yang
diinginkan pada satu individu pada saat bersamaan. Individu yang androgini
adalah seorang laki-laki yang asertif (sifat maskulin) dan mengasihi (sifat fem-
inin), atau seorang perempuan yang dominan (sifat maskulin) dan sensitif ter-
hadap perasaan orang lain (sifat feminin). Beberapa penelitian menemukan
bahwa androgini berhubungan dengan berbagai atribut yang sifatnya positif,
seperti self-esteem yang tinggi, kecemasan rendah, kreatifitas, kemampuan par-
enting yang efektif.
7
4. Tipe Tidak Tergolongkan
Tipe Tidak Tergolongkan Merupakan keadaan laki-laki atau perempuan dengan
skor maskulinitas dan feminitas rendah, sehingga tidak muncul kecenderungan
maskulinitas maupun sisi femininnya.7
D. Pendidikan Sex
Maraknya kasus kekerasan seksual yang terjadi belakangan ini tidak lagi hanya-
mengancam para remaja akan tetapi anak usia dini juga yang rentan terhadap informasi
yang salah mengenai seks. Meningkatnya kasus kekerasan merupakan bukti nyata ku-
rangnya pengetahuan anak mengenai pendidikan seks yang seharusnya sudah mereka
peroleh dari tahun pertama oleh orangtuanya. Pendidikan seks menjadi penting meng-
ingat banyaknya kasus-kasus yang terjadi mengenai tindakke kerasan seksual terhadap
anak dan remaja.
Hal ini menunjukkan bahwa perlunya pendidikan seks untuk diberikan sejak usia
dini guna memberikan informasi dan mengenalkan kepada anak bagaimana ia harus
menjaga dan melindungi organ tubuhnya dari orang yang berniat jahat terhadap
dirinya.
8
Pendidikan Seks (sex education) adalah suatu pengetahuan yang kita ajarkan
mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan jenis kelamin untuk upaya
pengajaran, penyadaran, dan pemberian informasi tentang masalah seksual.. Ini men-
cakup mulai dari pertumbuhan jenis kelamin (Laki-laki atau wanita). Bagaimana fungsi
kelamin sebagai alat reproduksi. Bagaimana perkembangan alat kelamin itu pada
wanita dan pada laki-laki. Tentang menstruasi, mimpi basah dan sebagainya, sampai
kepada timbulnya birahi karena adanya perubahan pada hormon-hormon. Termasuk
nantinya masalah perkawinan, kehamilan dan sebagainya. Pendidikan seks atau pen-
didikan mengenai kesehatan reproduksi atau yang lebih trend-nya “sex education” su-
dah seharusnya diberikan kepada anak sejak usia dini dengan melalui pendidikan for-
mal maupun informal. Ini penting untuk mencegah biasnya sex education maupun
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi di kalangan remaja. 8
Pendidikan Seks untuk Anak Usia Dini adalah salah satu upaya memberikan
pemahaman kepada anak sesuai dengan usianya mengenai fungsi-fungsi alat seksual
dan masalah naluri alamiah yang mulai timbul; bimbingan mengenai pentingnya men-
jaga dan memelihara organ intim mereka, disamping itu juga memberikan pemahaman-
tentang perilaku pergaulan yang sehat serta resiko-resiko yang dapat terjadi seputar-
masalah seksual.9
Manfaat Pendidikan seks bagi anak sangat penting diberikan sejak dini agar anak
mengetahui fungsi organ seks, tanggungjawa mereka yang berkaitan dengan organ
seks, dan panduan menghindari penyimpangan perilaku seksual sejak dini. Selain itu,
pendidikan seks juga memberikan bekal pengetahuan serta membuka wawasan anak
seputar masalah seks secara benar dan jelas. Pemberian pendidikan seks yang benar
berarti menghindarkan anak dari berbagai risiko negatif perilaku seksual ketika mereka
9
beranjak dewasa, seperti kehamilan di luar nikah, pelecehan seksual dan penyakit men-
ular seksual.
Sebelum anak menginjak usia remaja, informasi tentang seks perlu diberikan
agar mereka mengenal dirinya secara lebih jauh, dan mengerti akan hubungan dirinya
dengan lingkungannya, memiliki bekal ilmu tentang dirinya dan seksualitasnya se-
hingga kelak ketika menginjak masa remaja anak akan lebih percaya diri, mampu
menerima keunikan dirinya sekaligus tahu bagaimana menjaga dirinya sendiri sebaik
mungkin. Informasi tentang seksualitas bisa di dapat melalui pendidikan seks.
Dalam melakukan pendidikan seks pada anak usia dini, diperlukan cara-cara dan
strategi yang tepat, sehingga arah dan tujuan dari pendidikan yang diharapkan dapat
tercapai dengan baik. Langkah-langkahnya sebagai berikut :
1. Menanamkan rasa malu pada anak. Rasa malu harus ditanamkankepada anak
sejak dini jangan biasakan anak-anak, bertelanjang di depan orang lain, misal-
nya ketika keluar kamar mandi, berganti pakaian, dan sebagainya.
10
2. Menanamkan jiwa maskulinitas pada anak laki-laki dan feminitas pada anak
perempuan.
3. Memisahkan tempat tidur mereka ketika usia 7-10 tahun.
4. Mengenalkan waktu berkunjung (meminta izin dalam 3 waktu) tiga ketentuan
waktu yang tidak diperbolehkan anak-anak untuk memasuki ruangan (kamar)
orang dewasa kecuali meminta izin terlebih dahulu.
5. Mendidik menjaga kebersihan alat kelamin.
6. Mengenalkan mahramnya. Dengan memahami kedudukan perempuan yang
menjadi mahram, diupayakan agar anak mampu menjaga pergaulan sehari-hari
dengan selain wanita yang bukan mahramnya.
7. Mendidik anak agar selalu menjaga pandangan mata.
8. Mendidik anak agar tidak melakukan ikhtilat, yaitu bercampur-baurnya laki-
laki dan perempuan bukan mahram tanpa adanya keperluan mendesak.
9. Mendidik anak agar tidak melakukan khalwat, yaitu seorang laki-laki dan
wanita bukan mahramnya berada di suatu tempat hanya berdua saja.
10. Mendidik etika berhias, karena terkadang anak perempuan berperilaku kele-
lakian.10
10 Madan, Yusuf ,(2004). Sex Education for Children Panduan Islam bagi Orangtua dalam Pendidikan Seks untuk
Anak, Terjemah dari kitab Al-Tarbiyah AlJinsiyyah li Al-Athfal wa Al-Balighin, Jakarta: PT Mizan Publika Cet.
I.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tipe-tipe gender terbsgi menjadi empat yaitu, feminim ciri-ciri atau sifat yang
dipercaya dan dibentuk oleh budaya sebagai ideal bagi perempuan, Maskulin sifat yang
dipercaya dan dibentuk oleh budaya sebagai ciri-ciri yang ideal bagi laki-laki, Andro-
gini adalah tingginya kehadiran karakteristik maskulin dan feminin yang diinginkan
pada satu individu pada saat bersamaan, dan yang terakhir tipe tidak tergolongkan yaitu
sifat feminism dan maskulin dibawah rata-rata.
Pendidikan seks diberikan sejak dini agar anak mengetahui fungsi organ seks,
tanggung jawab mereka yang berkaitan dengan organ seks, dan panduan menghindari
penyimpangan perilaku seksual sejak dini. Selain itu, pendidikan seks juga mem-
berikan bekal pengetahuan serta membuka wawasan anak seputar masalah seks secara
benar dan jelas.
Oleh karena itu pendidikan seksual sangat diperlukan bagi anak – anak, dengan
tujuan untuk membimbing dan mengasuh seseorang agar mengerti tentang arti, fungsi
dan tujuan seksual sehingga dapat menyalurkannya secara baik, benar dan tidak ilegal.
12
B. Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
Madani, Y. (2003). Pendidikan Seks Untuk Anak Dalam Islam. Jakarta: Pustaka
Zahra.
Dwi Narwoko dan Bagong Yuryanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, (Ja-
karta: Kencana Prenada Media Group, 2004)
Madan, Yusuf ,(2004). Sex Education for Children Panduan Islam bagi Orangtua da-
lam Pendidikan Seks untuk Anak, Terjemah dari kitab Al-Tarbiyah AlJinsiyyah
li Al-Athfal wa Al-Balighin, Jakarta: PT Mizan Publika Cet. I.
14