Anda di halaman 1dari 17

MENGANALISIS TIPE GENDER, PERAN GENDER DAN

PENDIDIKAN SEKS

Disusun Oleh

Kelompok 7 :

1. Novicha Dwi Safitri (2220210040)

2. Nurhaliza (2220210046)

3. Hikma Ulandari (2220210056)

Dosen Pengampu :

Yecha Febrieanitha Putri, M.Pd

PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Assalamualikum Wa rohmatullahi Wabarokatuh

Alhamdulillah segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Yang telah mem-
berikan rahmat, taupik, dan anugrah-Nya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“MENGANALISIS TIPE GENDER DAN PERAN GENDER”. Dan kedua kalinya tak
lupa shalawat dan salam kami sampaikan kepada nabi besar Muhammad SAW. Yang
telah membawa umatnya dari alam gelap gulita menuju alam yang terang benderang
seperti yang kita rasakan saat ini.

Terima kasih kepada dosen pengampu Ibu Yecha Febrieanitha Putri, M.Pd pada
Mata kuliah “Perkembangan Sosial dan Emosional”, dan penulis merasa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna maka dari itu penulis sangat mengharapkan saran dan
kritik dari Ibu dosen dan teman-teman sekalian. Dengan demikian penulis dapat
mengembangkan makalah ini agar lebih baik lagi, kami ucapkan terima kasih kepada
semua pihak semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Penullis

i
12DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 2
C. Tujuan ............................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 3
A. Pengertian Gender ............................................................................................. 3
B. Peran Gender ..................................................................................................... 4
C. Tipe – Tipe Gender ........................................................................................... 7
D. Pendidikan Sex .................................................................................................. 8
E. Langkang – Langkah Pengenalan Pendidikan Seks pada anak ....................... 10
BAB III PENUTUPAN ............................................................................................. 12
A. Kesimpulan .................................................................................................... 12
B. Saran .............................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 14

ii
BAB I
PENDHULUAN

A. Latar Belakang
Ketimpangan perempuan dan laki-laki hampir terjadi dalam berbagai bidang.
Ketimpangan tersebut terjadi dalam bidang pendidikan, pekerjaan, politik dan se-
bagainya. Masalah ini merupakan masalah yang selalu terjadi di negara-negara yang
masih memegang teguh struktur social patriarkhis. Patriarkhi secara harafiah berarti
kekuasaan bapak atau patriach yang pada mulanya berkembang dalam keluarga yang
dibawah perlindungan sang bapak.

Laki-laki mempunyai kedudukan tertinggi pada saat seluruh kehidupan serta


kegiatan anggota kelompok ditentukan oleh si pemimpin yang laki-laki tersebut. Laki-
laki dianggap orang yang patut memimpin. Akibatnya, terjadi subordinasi terhadap
perempuan. Meskipun secara formal dalam UUD 1945 hak laki-laki dan perempuan
tidak dibedakan tetapi dalam kenyataannya sangat berbeda.

Berbagai studi yang pernah dilakukan menjelaskan bagaimana ketimpangan da-


lam berbagai aspek selalu dialami kaum perempuan Indonesia. Wawasan gender
hingga saat ini masih menjadi isu penting dalam kehidupan masyarakat di berbagai
negara, termasuk Indonesia. Terjadinya ketimpangan dan ketidakadilan gender meru-
pakan salah satu pemicu munculnya gagasan kesetaraan gender di semua aspek ke-
hidupan, baik di ranah domestik maupun publik.

Memperkenalkan masalah gender pada anak selayaknya dilakukan sedini mung-


kin. Karena hal ini sangat erat kaitannya dengan tugas perkembangan sosial anak yang
harus dilewati oleh anak pada fase ini, yaitu mempelajari tentang perbedaan jenis ke-
lamin agar sesuai dengan apa yang diharapkan.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan peran gender?


2. Apa saja Tipe-Tipe pada Gender?
3. Apa yang dimaksud dengan Pendidikan Seks?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahai pengertian dari peran gender
2. Untuk mengetahui apa saja tipe-tipe gender
3. Untuk mengetahui apa itu pendidikan seks

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Gender
Kata “Gender” berasal dari bahasa inggris, gender yang berarti “jenis kelamin”.
Gender diartikan sebagai perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan
dilihat dari segi nilai dan tingkah laku. Gender adalah suatu konsep kultural yang beru-
paya membuat perbedaan dalam hal peran, prilaku, mentalitas dan karakterstik emo-
sional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat.1

Dalam memahami konsep gender, Mansour Fakih membedakannya antara gen-


der dan seks (jenis kelamin). Pengertian seks lebih condong pada pensifatan atau pem-
bagian dua jenis kelamin manusia berdasarkan ciri biologis yang melekat, tidak beru-
bah dan tidak dapat dipertukarkan. Dalam hal ini sering dikatakan sebagai ketentuan
Tuhan atau 'kodrat'. Sedangkan konsep gender adalah sifat yang melekat pada laki-laki
atau perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural dan dapat dipertukar-
kan. Sehingga semua hal yang dapat dipertukarkan antara sifat laki-laki dan per-
empuan, yang bisa berubah dari waktu ke waktu, dari tempat ke tempat lainnya, mau-
pun berbeda dari suatu kelas ke kelas yang lain, itulah yang disebut dengan gender.
Jadi gender diartikan sebagai jenis kelamin sosial, sedangkan sex adalah jenis kelamin
biologis. Maksudnya adalah dalam gender ada perbedaan peran, fungsi dan tanggung
jawab antara laki-laki dan perempuan sebagai hasil konstruksi sosial.2

Gender adalah perbedaan yang tampak pada laki-laki dan perempuan apabila
dilihat dari nilai dan tingkah laku. Gender merupakan suatu istilah yang digunakan un-
tuk menggambarkan perbedaan antara laki-laki dan perempuan secara sosial. Gender

1 Nassaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Gender, ( Jakarta: Dian Rakyat, 2010), hlm 29
2 swah Adriana, Kurikulum Berbasis Gender, Tadrîs. Volume 4. Nomor 1. 2009 hlm 138

3
adalah kelompok atribut dan perilaku secara kultural yang ada pada laki-laki dan per-
empuan. 3

Sejalan dengan itu, Gender merupakan konsep hubungan sosial yang mem-
bedakan (memilahkan atau memisahkan) fungsi dan peran antara perempuan dan lak-
laki. Perbedaan fungsi dan peran antara laki-laki dan perempuan itu tidak ditentukan
karena keduanya terdapat perbedaan biologis atau kodrat, melainkan dibedakan
menurut kedudukan, fungsi dan peranan masing-masing dalam berbagai kehidupan dan
pembangunan.

Perkembangan Gender pada Anak Usia Dini Kebanyakan anak mengalami seku-
rang kurangnya ada tiga tahapan dalam perkembangan gender, yaitu :

a. Anak mengembangkan kepercayaan tentang identitas gender.


b. Anak mengembangkan keistimewaan gender, sikap tentang jenis kelamin mana
yang dikehendaki.
c. Mereka memperoleh ketetapan gender, suatu kepercayaan bahwa jenis kelamin
seseorang ditentukan secara biologis, permanen, dan tak berubah-ubah.

Ketiga aspek tersebut berperan terhadap pengetahuan umum anak tentang peran
gender yang diharapkan oleh masyarakat. Pengetahuan ini sering disebut sebagai peran
jenis kelamin atau stereotif gender. Anak sering membicarakan bahkan bertindak
menurut caracara yang mencerminkan stereotif gender yang telah melekat dalam ling-
kungan masyarakat.4

B. Peran Gender

Peran gender merupakan prilaku, perhatian, sikap keterampilan dan pertim-


bangan ciri kepribadian social yang tepat dari laki-laki atau perempuan. Defenisi lain

3 Dwi Narwoko dan Bagong Yuryanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2004) hlm. 334
4 Desmita. (2005). Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya .

4
menyatakan bahwa peran gender merupakan sebuah harapan yang berisikan mengenai
hal yang seharusnya dilakukan oleh laki-laki atau perempuan dalam bertingkah laku.

Peran Gender adalah perilaku yang dipelajari di dalam suatu masyarakat/komuni-


tas yang dikondisikan bahwa kegiatan, tugas-tugas atau tanggung jawab patut diterima
baik oleh laki-laki maupun perempuan. Peran gender dapat berubah, dan dipengaruhi
oleh umur, kelas, ras, etnik, agama dan lingkungan geografi, ekonomi dan politik. Baik
perempuan maupun laki-laki memiliki peran ganda di dalam masyarakat. Perempuan
kerap mempunyai peran dalam mengatur reproduksi, produksi dan kemasyarakatan.
Laki-laki lebih terfokus pada produksi dan politik kemasyarakatan. Ada tiga jenis peran
dalam gender, yaitu :

1. Peran produksi adalah kegiatan yang dilakukan baik oleh laki-laki dan per-
empuan agar supaya menghasilkan barang dan layanan untuk diperdagangkan,
dipertukarkan atau memenuhi nafkah bagi keluarga. Sebagai contoh di per-
tanian, kegiatan produksi termasuk penanaman, penyiangan, peternakan.
2. Peran masyarakat adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan di tingkat masyara-
kat untuk menjamin ketersediaan dan pengelolaan sumberdaya yang terbatas
seperti air, perawatan kesehatan dan pendidikan. Pekerjaan ini biasanya tidak
dibayar dan kebanyakan dilakukan oleh perempuan.
3. Peran Reproduksi adalah aktivitas untuk menjamin reproduksi angkatan kerja.
Hal ini termasuk pembatasan anak, penjarangan anak, perawatan terhadap ang-
gota keluarga seperti orang tua, anak-anak dan pekerja. Tugas-tugas tersebut
umumnya tidak mendapatkan upah dan kebanyakan dilakukan oleh per-
empuan.5

Berdasarkan sejarah, hampir semua budaya masyarakat perempuan dalam


perannya hanya diharapkan waktunya untuk menyediakan kebutuhan rumah tangga

5KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONE-


SIA

5
seperti memasak, mencuci, menjaga anak serta kebutuhan suami dirumah (bagi yang
telah menikah). sedangkan anak laki-laki diharapkan untuk menyediakan kebutuhan
rumah tangga seperti kebutuhan keuangan keluarga (bekerja) dan menjaga dari bahaya.
Perempuan diharapkan untuk selalu patuh dan merawat, sebaliknya laki-laki menjadi
aktif, agresif, dan berkompetensi. Namun, sekarang ini, peran gender diibaratkan se-
makin beragam dan lebih fleksibel.

Terlepas dari semua itu, dalam pendidikan gender pada anak usia dini terdapat
factor-faktor yang sangat berpengaruh dalam memberikan pendidikan gender pada
anak usia dini yaitu sebagai berikut :

a. Pengaruh Biologis. Setiap orang pada dasarnya menganggap bahwa perilaku


anak-anak sebagai laki-laki atau perempuan adalah disebabkan oleh suatu in-
teraksi faktor biologis dan faktor lingkungan.
b. Pengaruh Sosial. Dalam kebudayaan yang telah berlangsung sejak lama, manu-
sia menentukan jenis kelamin sejak seorang bayi lahir. Orang tua hanyalah sa-
lah satu darisekian banyak sumber tempat individu mempelajari peran gender.
Sedangkan kebudayaan, teman sebaya, media dan anggota keluarga lain adalah
sumbersumber lainnya. Pandangan-pandangan kognitif dari perkembangan
gender yang menekankan bahwa anak-anak membangun aktif dunia gender
mereka sendiri adalah sebagai berikut :
1. pengaruh pengasuhan,
2. pengaruh teman sebaya,
3. pengaruh sekolah dan guru, dan
4. pengaruh media.
c. Pengaruh Kognitif. Konsep anak-anak tentang gender adalah sederhana dan
konkrit. Anak-anak usia dini bersandar pada ciri-ciri fisik, seperti pakaian dan
gaya rambut, untuk mengelompokkan jenis kelaminnya.6

6 Hurlock, Elizabeth B. (1997). Psikologi Perkembangan : Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga

6
C. Tipe-Tipe Gender

1. Tipe Maskulin
Maskulin adalah ciri-ciri yang berkaitan dengan gender yang lebih umum ter-
dapat pada laki-laki, atau suatu peran atau sifat maskulin yang dibentuk oleh
budaya. Dengan demikian maskulin adalah sifat yang dipercaya dan dibentuk
oleh budaya sebagai ciri-ciri yang ideal bagi laki-laki. Misalnya, asertif dan
dominan dianggap sebagai sifat maskulin.
2. Tipe Feminim.
Feminim adalah ciri-ciri atau yang umum terdapat pada perempuan dari pada
lakilaki. Ketika dikombinasikan dengan “stereotipikal”, maka ia mengacu pada
sifat yang diyakini lebih berkaitan pada perempuan dari pada laki-laki secara
kultural pada budaya atau subkultur tertentu. Berarti, feminin merupakan ciri-
ciri atau sifat yang dipercaya dan dibentuk oleh budaya sebagai ideal bagi per-
empuan.
3. Tipe Androgini
Androgini adalah tingginya kehadiran karakteristik maskulin dan feminin yang
diinginkan pada satu individu pada saat bersamaan. Individu yang androgini
adalah seorang laki-laki yang asertif (sifat maskulin) dan mengasihi (sifat fem-
inin), atau seorang perempuan yang dominan (sifat maskulin) dan sensitif ter-
hadap perasaan orang lain (sifat feminin). Beberapa penelitian menemukan
bahwa androgini berhubungan dengan berbagai atribut yang sifatnya positif,
seperti self-esteem yang tinggi, kecemasan rendah, kreatifitas, kemampuan par-
enting yang efektif.

7
4. Tipe Tidak Tergolongkan
Tipe Tidak Tergolongkan Merupakan keadaan laki-laki atau perempuan dengan
skor maskulinitas dan feminitas rendah, sehingga tidak muncul kecenderungan
maskulinitas maupun sisi femininnya.7

D. Pendidikan Sex

Maraknya kasus kekerasan seksual yang terjadi belakangan ini tidak lagi hanya-
mengancam para remaja akan tetapi anak usia dini juga yang rentan terhadap informasi
yang salah mengenai seks. Meningkatnya kasus kekerasan merupakan bukti nyata ku-
rangnya pengetahuan anak mengenai pendidikan seks yang seharusnya sudah mereka
peroleh dari tahun pertama oleh orangtuanya. Pendidikan seks menjadi penting meng-
ingat banyaknya kasus-kasus yang terjadi mengenai tindakke kerasan seksual terhadap
anak dan remaja.

Dikutip dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak


(KemenPPPA) mencatat, jumlah kasus kekerasan hingga tindak kriminal terhadap anak
di Indonesia mencapai 9.645 kasus. Itu terjadi sepanjang Januari sampai 28 Mei 2023.
Dari 9.645 kasus kekerasan hingga tindak kriminal terhadap anak tersebut, korban anak
perempuan mencapai 8.615 kasus. Sementara jumlah korban anak laki-laki sebanyak
1.832 kasus. Jika diperinci berdasarkan jenisnya, kasus kekerasan seksual terhadap
anak menduduki peringkat pertama dengan 4.280 kasus. Lalu diikuti kekerasan fisik
3.152 kasus dan kekerasan psikis 3.053 kasus.

Hal ini menunjukkan bahwa perlunya pendidikan seks untuk diberikan sejak usia
dini guna memberikan informasi dan mengenalkan kepada anak bagaimana ia harus
menjaga dan melindungi organ tubuhnya dari orang yang berniat jahat terhadap
dirinya.

7 Nauly, M (2003) Konflk Preran Gender Pada Pria, Arti, Yogyakarta.

8
Pendidikan Seks (sex education) adalah suatu pengetahuan yang kita ajarkan
mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan jenis kelamin untuk upaya
pengajaran, penyadaran, dan pemberian informasi tentang masalah seksual.. Ini men-
cakup mulai dari pertumbuhan jenis kelamin (Laki-laki atau wanita). Bagaimana fungsi
kelamin sebagai alat reproduksi. Bagaimana perkembangan alat kelamin itu pada
wanita dan pada laki-laki. Tentang menstruasi, mimpi basah dan sebagainya, sampai
kepada timbulnya birahi karena adanya perubahan pada hormon-hormon. Termasuk
nantinya masalah perkawinan, kehamilan dan sebagainya. Pendidikan seks atau pen-
didikan mengenai kesehatan reproduksi atau yang lebih trend-nya “sex education” su-
dah seharusnya diberikan kepada anak sejak usia dini dengan melalui pendidikan for-
mal maupun informal. Ini penting untuk mencegah biasnya sex education maupun
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi di kalangan remaja. 8

Pendidikan Seks untuk Anak Usia Dini adalah salah satu upaya memberikan
pemahaman kepada anak sesuai dengan usianya mengenai fungsi-fungsi alat seksual
dan masalah naluri alamiah yang mulai timbul; bimbingan mengenai pentingnya men-
jaga dan memelihara organ intim mereka, disamping itu juga memberikan pemahaman-
tentang perilaku pergaulan yang sehat serta resiko-resiko yang dapat terjadi seputar-
masalah seksual.9

Manfaat Pendidikan seks bagi anak sangat penting diberikan sejak dini agar anak
mengetahui fungsi organ seks, tanggungjawa mereka yang berkaitan dengan organ
seks, dan panduan menghindari penyimpangan perilaku seksual sejak dini. Selain itu,
pendidikan seks juga memberikan bekal pengetahuan serta membuka wawasan anak
seputar masalah seks secara benar dan jelas. Pemberian pendidikan seks yang benar
berarti menghindarkan anak dari berbagai risiko negatif perilaku seksual ketika mereka

8 Singgih D. Gunarso. (2008). Gaya Hidup Sehat. Asscesed, 4th April.


9
Madani, Y. (2003). Pendidikan Seks Untuk Anak Dalam Islam. Jakarta: Pustaka Zahra.

9
beranjak dewasa, seperti kehamilan di luar nikah, pelecehan seksual dan penyakit men-
ular seksual.

Sebelum anak menginjak usia remaja, informasi tentang seks perlu diberikan
agar mereka mengenal dirinya secara lebih jauh, dan mengerti akan hubungan dirinya
dengan lingkungannya, memiliki bekal ilmu tentang dirinya dan seksualitasnya se-
hingga kelak ketika menginjak masa remaja anak akan lebih percaya diri, mampu
menerima keunikan dirinya sekaligus tahu bagaimana menjaga dirinya sendiri sebaik
mungkin. Informasi tentang seksualitas bisa di dapat melalui pendidikan seks.

Pendidikan seks dipandang dapat memberikan pemahaman yang benar mengenai


seks. Pendidikan seks adalah suatu usaha yang berupaya untuk membekali seseorang
dengan pengetahuan tentang seks. Tujuannya adalah membuat seseorang menjadi pa-
ham tentang seks sehingga dapat menempatkan seks pada perspektif yang baik dan
benar serta mengubah anggapan yang keliru dan negatif mengenai seks. Tujuan lain
dari pendidikan seks adalah dapat mengarahkan individu untuk berperilaku positif dan
menghindarkan diri dari penyalahgunaan seks. Tujuan pendidikan seks pada dasarnya
adalah untuk memenuhi kebutuhan informasi individu akan seks secara jelas dan benar
sehingga mereka dapat menempatkan seks pada perspektif yang tepat.

E. Langkah-langkah Pengenalan Pendidikan Seks pada anak

Dalam melakukan pendidikan seks pada anak usia dini, diperlukan cara-cara dan
strategi yang tepat, sehingga arah dan tujuan dari pendidikan yang diharapkan dapat
tercapai dengan baik. Langkah-langkahnya sebagai berikut :

1. Menanamkan rasa malu pada anak. Rasa malu harus ditanamkankepada anak
sejak dini jangan biasakan anak-anak, bertelanjang di depan orang lain, misal-
nya ketika keluar kamar mandi, berganti pakaian, dan sebagainya.

10
2. Menanamkan jiwa maskulinitas pada anak laki-laki dan feminitas pada anak
perempuan.
3. Memisahkan tempat tidur mereka ketika usia 7-10 tahun.
4. Mengenalkan waktu berkunjung (meminta izin dalam 3 waktu) tiga ketentuan
waktu yang tidak diperbolehkan anak-anak untuk memasuki ruangan (kamar)
orang dewasa kecuali meminta izin terlebih dahulu.
5. Mendidik menjaga kebersihan alat kelamin.
6. Mengenalkan mahramnya. Dengan memahami kedudukan perempuan yang
menjadi mahram, diupayakan agar anak mampu menjaga pergaulan sehari-hari
dengan selain wanita yang bukan mahramnya.
7. Mendidik anak agar selalu menjaga pandangan mata.
8. Mendidik anak agar tidak melakukan ikhtilat, yaitu bercampur-baurnya laki-
laki dan perempuan bukan mahram tanpa adanya keperluan mendesak.
9. Mendidik anak agar tidak melakukan khalwat, yaitu seorang laki-laki dan
wanita bukan mahramnya berada di suatu tempat hanya berdua saja.
10. Mendidik etika berhias, karena terkadang anak perempuan berperilaku kele-
lakian.10

10 Madan, Yusuf ,(2004). Sex Education for Children Panduan Islam bagi Orangtua dalam Pendidikan Seks untuk
Anak, Terjemah dari kitab Al-Tarbiyah AlJinsiyyah li Al-Athfal wa Al-Balighin, Jakarta: PT Mizan Publika Cet.
I.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Peran gender adalah perilaku, perhatian, sikap, keterampilan dan pertimbangan


ciri kepribadian sosial yang tepat dari laki-laki atau perempuan. Berbeda dengan pen-
dapat di atas, menyebutkan bahwa peran gender merupakan sebuah harapan yang berisi
tentang bagaimana seharusnya seorang laki-laki atau perempuan itu berpikir, bertindak,
dan merasakan.

Tipe-tipe gender terbsgi menjadi empat yaitu, feminim ciri-ciri atau sifat yang
dipercaya dan dibentuk oleh budaya sebagai ideal bagi perempuan, Maskulin sifat yang
dipercaya dan dibentuk oleh budaya sebagai ciri-ciri yang ideal bagi laki-laki, Andro-
gini adalah tingginya kehadiran karakteristik maskulin dan feminin yang diinginkan
pada satu individu pada saat bersamaan, dan yang terakhir tipe tidak tergolongkan yaitu
sifat feminism dan maskulin dibawah rata-rata.

Pendidikan seks diberikan sejak dini agar anak mengetahui fungsi organ seks,
tanggung jawab mereka yang berkaitan dengan organ seks, dan panduan menghindari
penyimpangan perilaku seksual sejak dini. Selain itu, pendidikan seks juga mem-
berikan bekal pengetahuan serta membuka wawasan anak seputar masalah seks secara
benar dan jelas.

Oleh karena itu pendidikan seksual sangat diperlukan bagi anak – anak, dengan
tujuan untuk membimbing dan mengasuh seseorang agar mengerti tentang arti, fungsi
dan tujuan seksual sehingga dapat menyalurkannya secara baik, benar dan tidak ilegal.

12
B. Saran

Semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat memberikan gambaran dan


menambah wawasan kita tentang Peran Gender, Tipe Gender, dan Pendidikan Seks.
Dari pembahasan materi ini kami mengalami beberapa kendala dalam penyusunan ma-
kalah ini. Maka ada beberapa kesalahan atau kekurangan oleh karna itu kami juga
membutuhkan saran dari pembaca untuk menyempurnakan makalah ini.

13
DAFTAR PUSTAKA

Madani, Y. (2003). Pendidikan Seks Untuk Anak Dalam Islam. Jakarta: Pustaka
Zahra.

Desmita. (2005). Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Dwi Narwoko dan Bagong Yuryanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, (Ja-
karta: Kencana Prenada Media Group, 2004)

Hurlock, Elizabeth B. (1997). Psikologi Perkembangan : Sepanjang Rentang Ke-


hidupan. Jakarta: Erlangga

KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN


ANAK REPUBLIK INDONESIA

Madan, Yusuf ,(2004). Sex Education for Children Panduan Islam bagi Orangtua da-
lam Pendidikan Seks untuk Anak, Terjemah dari kitab Al-Tarbiyah AlJinsiyyah
li Al-Athfal wa Al-Balighin, Jakarta: PT Mizan Publika Cet. I.

Nassaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Gender, ( Jakarta: Dian Rakyat, 2010),

Nauly, M (2003) Konflk Preran Gender Pada Pria, Arti, Yogyakarta.,

Singgih D. Gunarso. (2008). Gaya Hidup Sehat. Asscesed, 4th April.

Swah Adriana, Kurikulum Berbasis Gender, Tadrîs. Volume 4. Nomor 1. 2009

14

Anda mungkin juga menyukai