Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

PERAN PEREMPUAN DAN GENDER


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok
Mata Kuliah : Keilmuan dan seni dalam kebidanan
Dosen Pengampu :Desy Widyastutik, SST.,M.Keb

Oleh:

1. Aas Septi Hapsari (PB201001)


2. Dwi Wahyuni (PB201002)
3. Istiqomatud Diniah Achmadah (PB201003)

PROGRAM STUDI PROFESI KEBIDANAN


UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2020

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................i

DAFTAR ISI ...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................4

A. Pengenalan perempuan dalam multiperspektif............................................4


B. Hak-hak perempuan dan anak......................................................................7
C. Peran dan Status perempuan dalam kehidupan keluarga, masyarakat,
negara dan membangun peradaban manusia..............................................16
D. Isu Gender Dalam Kehidupan Perempuan.................................................18
E. Kajian gender dalam pelayanan kebidanan dan kesehatan........................18

BAB III PENUTUP................................................................................................25

A. Kesimpulan................................................................................................25
B. Saran...........................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................26

i2i
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Posisi perempuan dalam system social merupakan salah satu
topik yang menarik untuk dikaji karena selain meneropong perempuan
dalam realitas kehidupan sosial juga melihat perempuan itu sendiri
melalui fungsinya. Fungsi perempuan berbeda dengan laki-laki baik
secara fisik maupun psikisnya perempuan bisa melahirkan anak
sehingga mempunyai konsekuensi untuk bisa merawat, menyusui,
mengasuh, memberikan kasih sayang dengan perasaan keibuan ini
semua merupakan fungsi perempuan secara nyata dalam kehidupan
masyarakat sementara itu fungsi laki-laki sebagai pencari nafkah
karena mempunyai kondisi fisik yang kuat sehingga bisa digunakan
untuk bekerja lebih berat jika dibanding dengan perempuan pembagian
fungsi tersebut pada akhirnya akan menumbuhkan pembagian kerja secara
generalisasi meskipun antara keduanya itu (fungsi dan pembagian
kerja) sebenarnya mempunyai perbedaan yang jelas hal ini dapat kita
ketahui bahwa fungsi itu merupakan potensi yang dimililiki
manusia-manusia yang tidak akan berubah dan sama untuk setiap
manusia sedangkan pembagian kerja lebih mengarah pada
keterampilan individu dan tergantung pada bargaining pelakunya.
Pembagian kerja secara generalisasi seperti itu sebenarnya
membuat posisi perempuan kadang kala tidak menguntungkan karena
perempuan berkewajiban untuk bekerja di dalam rumah tangga
kemudian laki-laki berkewajiban bekerja di luar rumah kondisi
semacam ini telah disadari oleh para perempuan karena mereka
benar-benar mengetahui bahwa masyarakat itu mengharapkan
perubahan tersebut dapat terlihat melalui peran perempuan menjadi istri
dan ibu dan hingga beberapa waktu yang lalu bahkan sampai
sekarangpun nilai-nilai yang mengharuskan perempuan mengurus rumah

1
tangga masih dipegang teguh oleh berbagai kalangan masyarakat
pembagian secara generalisasi telah lama mengakar pada masyarakat
meskipun pada saat ini telah mengalami perubahan sedikit demi sedikit
pada sebagian kecil masyarakat namun masih kelihatan dengan jelas
perubahan tersebut dapat terlihat melalui peran laki-laki dan perempuan
dalam suatu rumah tangga yang keduanya antara suami dan istri sama-
sama bekerja di luar rumah mencari nafkah untuk kehidupan
keluarganya. Laki-laki sebagai suami, karena istrinya merangkap
bekerja di dalam rumah tangga dan di luar rumah tangga untuk
membantu beban suami dalam mencari nafkah maka suami sebisa-
bisanya berupaya membantu tugas istri dalam mengerjakan pekerjaan
rumah tangga tersebut.
Gender merupakan perbedaan jenis kelamin yang bukan
disebabkan oleh perbedaan biologis dan bukan kodrat Tuhan, proses sosial
budaya yang panjang. Perbedaan perilaku antara laki-laki dan perempuan,
selain disebabkan oleh faktor biologis sebagian besar justru terbentuk
melalu proses sosial dan kultural. Gender bisa dikategorikan sebagai
perangkat operasional dalam melakukan measure(pengukuran) terhadap
persoalan laki-laki dan perempuan terutama yang terkait dengan
pembagian peran dalam masyarakat yang dikonstruksi oleh masyarakat itu
sendiri. Istilah gender telah menjadi isu penting dan sering
diperbincangkan akhir-akhir ini. Banyak orang yang mempunyai persepsi
bahwa gender selalu berkaitan dengan perempuan, sehingga setiap
kegiatan yang bersifat perjuangan menuju kesetaraan dan keadilan gender
hanya dilakukan dan diikuti oleh perempuan tanpa harus melibatkan laki-
laki. Perempuan merupakan sumber daya yang jumlahnya cukup besar,
bahkan di seluruh dunia melebihi jumlah laki-laki. Namun perempuan
yang yang berpartisipasi di sektor publik berada jauh di bawah laki-laki,
terutama di bidang politik. Rendahnya partisipasi perempuan di sektor
publik bukan hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia,
termasuk juga di negara negara maju. Sebagai contoh dalam bidang

2
pendidikan kaum perempuan masih tertinggal dibandingkan dengan laki-
laki. Ketertinggalan perempuan tersebut tercermin

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja Pengenalan perempuan dalam kajian multiperspektif ?
2. Apa saja Hak-hak perempuan dan anak ?
3. Apa saja Peran dan Status perempuan dalam kehidupan keluarga,
masyarakat, negara dan membangun peradaban manusia ?
4. Apa saja Isu Gender Dalam Kehidupan Perempuan ?
5. Apa saja Kajian gender dalam pelayanan kebidanan dan kesehatan ?

C. TUJUAN
1. Agar mahasiswa mengerti dan mampu memahami tentang Pengenalan
perempuan dalam kajian multiperspektif
2. Agar mahasiswa mengerti dan mampu memahami tentang Hak-hak
perempuan dan anak
3. Agar mahasiswa mengerti dan mampu memahami tentang Peran dan
Status perempuan dalam kehidupan keluarga, masyarakat, negara dan
membangun peradaban manusia
4. Agar mahasiswa mengerti dan mampu memahami tentang Isu Gender
Dalam Kehidupan Perempuan
5. Agar mahasiswa mengerti dan mampu memahami tentang Kajian
gender dalam pelayanan kebidanan dan kesehatan

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengenalan perempuan dalam multiperspektif


Perempuan dalam konteks gender didefinisikan sebagai sifat yang
melekat pada seseorang untuk menjadi feminim. Sedangkan perempuan
dalam pengertian sex merupakan salah satu jenis kelamin yang ditandai
oleh alat reproduksi berupa rahim, sel telur dan payudara sehingga
perempuan dapat hamil, melahirkan dan menyusui. Kata gender berasal
dari bahasa Inggris, gender, berarti jenis kelamin. Dalam kamus Wabster’s
New World Dictionary, gender diartikan sebagai perbedaan yang tampak
antara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi nilai dan tingkah laku.
Nasiruddin Umar menjelaskan bahwa konsep cultural yang berupaya
membuat perbedaan dalam hal peran, perilaku, mentalitas dan karakter
emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang di
masyarakat. Sedangkan Hillary M Lips sebagaimana dikutip oleh
Nasiruddin mengartikan sebagai harapan-harapan budaya terhadap laki-
laki dan perempuan. H. T. Wilson mengartikan jender sebagai suatu dasar
untuk menentukan perbedaan sumbangan laki-laki dan perempuan pada
kebudayaan dan kehidupan kolektif yang sebagai akibatnya mereka
menjadi laki-laki dan perempuan.
Pada masa ini permasalahan gender marak diperbincangkan
utamanya isu kesetaraan gender oleh para intelektual Muslim maupun
Barat. Bukan saja karena isu ini telah menjadi kenyataan historis dan
sosiologis bangsa-bangsa muslim dimana hak-hak perempuan mengalami
bias dan penindasan. Kini dengan kehidupan modern dengan dampaknya,
masalah perempuan telah mencapai tahapan perbaikan dan kesetaraan.
Terkait masalah hak-hak perempuan, dewasa ini, diletakkan dalam
kerangka-kerangka yang meliputi hak politik formal perempuan (antara
lain masalah kepemimpinan), hak ekonomi perempuan (antara lain nafkah,
maskawin,warisan, pendapatan pribadi, dll), hak seksual perempuan

4
(antara lain hubungan seks, perkawinan, kontrasepsi, aborsi, poligami,
sunat perempuan), dan aurat perempuan (antara lain jilbab, suara
perempuan, mahram, dll).
Apabila ditelusuri dari nash-nash Al-Qur’an yang terkait dengan isu
gender adalah antara lain adalah “An-Nisa” yang artinya adalah
perempuan. Berbagai penafsiran ayat tersebut menurut komentator modern
dianggap mengandung bias gender karena meletakkan kaum perempuan
pada tempat 33 yang rendah dan penuh diskriminatif. Hal ini mendorong
kepada ulama-ulama khalaf mengubah metode penafsiran untuk
menemukan kembali makna yang lebih serasi dengan isu-isu kemanusiaan
yang modern. Ketika teks-teks itu selama kurun waktu berabad-abad
sebagai keyakinan umat Islam, maka hasilnya adalah konstruk fikih yang
sangat tidak adil, diskriminatif, dan menempatkan kaum perempuan pada
peran-peran yang tidak berdaya. Untuk menempatkan perempuan secara
adil serangkaian rekonstruksi pada tataran metodologi mutlak diperlukan.
Konstruksi fikih klasik dan sebagian fikih modern yang masih
mengandung dimensi-dimensi misoginis kini tengah direspon dari arah
yang sangat kuat.
Menurut Hubies , beliau mengatakan bahwa analisis alternatif
mengenai peran wanita dapat dilihat dari tiga perspektif dalam kaitanya
dengan posisinya sebagai manager rumah tangga dan partisipan
pembangunan atau pekerja pencari nafkah, jika dilihat areal peranan
seorang wanita di dalam sebuah rumah tangga maka dapat di bagi
menjadi :
1. Peran Tradisional
Peran ini merupakan semua pekerjaan rumah, dari membersihkan
rumah, memasak, mencuci, mengasuh anak serta segala hal yang
berkaitan dengan rumah tangga, bila ditinjau secara luas tentang
peranan wanita sebagia ibu rumah tangga, wanita telah memberikan
peranan yang sungguh mahal dan penting artinya dalam pembentukan
keluarga sejahtera. Tidak ada kedudukan yang lebih tinggi dan lebih

5
rendah antara ibu dengan ayah. Pekerjaan ibu rumah tangga dalam
mengatur rumah, memasak, mencuci, serta membimbing dan mengasuh
anak tidak dapat diukur dengan nilai mata uang.
2. Peran Transisi
Adalah peran wanita yang juga berperan atau terbiasa bekerja untuk
mencari nafkah. Partisipasi tenaga kerja wanita atau ibu disebabkan
oleh beberapa faktor, misalnya bidang pertanian dalam memenuhi
kebutuhan pokoknya tenaga kerja wanita dibutuhkan untuk menambah
tenaga yang ada. Sedangkan dibidang industri yang membuka peluang
bagi para wanita untuk bekerja karena dengan membuka peluang bagi
para wanita untuk bekerja karena dengan berkembangnya industri
berarti tersedianya pekerjaan yang cocok bagi wanita sehingga
terbukalah kesempatan kerja bagi wanita. Masalah kehidupan
mendorong lebih banyak wanita untuk bekerja mencari nafkah.
3. Peran Kontemporer
Peran kontenporer adalah peran dimana seorang wanita hanya memiliki
peran diluar rumah tangga sebagi wanita karier. Sedangkan menurut
Mary Astuti dalam peran dan kebutuhan jender, peran wanita terbagi
atas :
a. Peran Produktif
Yaitu peran yang dihargai dengan uang atau barang yang
menghasilkan uang atau barang atau yang berkaitan erat dengan
kegiatan ekonomi. Contoh, petani, penjahit, guru dan pengusaha.
b. Peran Reproduktif
Yaitu peran yang tidak dapat dihargai dengan nilai uang atau
barang, peran ini terkait dengan kelangsungan hidup manusia.
Contoh ; sebagaimana peran istri seperti mengandung, melahirkan,
dan menyusui anak adalah kodrat dari seorang ibu serta mendidik
anak, memasak, menyiram tanaman, mencuci, memandikan anak,
menyapu walaupun bisa dikerjakan secara bersama – bersama.

6
c. Peran Sosial
Yaitu peran yang berkaitan dengan peran istri untuk mengikuti
kegiatan masyarakat. Contoh ; kegiatan pengajian, kpk, arisan,
organisasi masyarakat. Dalam pandangan agama perempuan
dianggap sebagai sumber inspirasi sekaligus pemberi motivasi
kepada kaum lelaki yang mana agama memberikan hak-hak yang
sama kepada lelaki maupun wanita. Akan tetapi peranannya tidak
signifikan dan sering dianggap tidak mampu dengan alasan-alasan
seperti perempuan lemah fisik, diciptakan untuk mengandung anak,
mengurus bilik tidur dan mengurus pekerjaan dapur. Dalam sudut
pandang psikologi perempuan dicitrakan atau mencitrakan dirinya
sendiri sebagai makhluk yang emosional, mudah menyerah
(submisif), pasif, subjektif, lemah dalam matematika, mudah
terpengaruh, lemah fisik, dan dorongan seksnya rendah. Sementara
laki-laki dicitrakan dan mencitrakan dirinya sebagai mahluk yang
rasional, logis, mandiri, agresif, kompetitif, objektif, senang
berpetualang, aktif, memiliki fisik dan dorongan seks yang kuat.
Ketidakstabilan hormonal yang mempengaruhi mood dan emosional
perempuan menjadi sebuah stereotip yang dikembangkan di
masyarakat hingga saat ini bahwa perempuan lemah dan tidak
stabil, sehingga membatasi ruang gerak perempuan untuk terlibat
dalam berbagai bidang, seperti: politik, ekonomi, kemiliteran,
maupun eksplorasi ruang angkasa. Kondisi tersebut menimbulkan
pengkotakan, mana area yang pantas dan tidak pantas untuk
perempuan.

B. Hak-hak perempuan dan anak


1. Hak Anak
Anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu
sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita
perjuangan bangsa, yang memiliki peranan strategis dan mempunyai

7
ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan perlindungan dalam
rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan
sosial.

Pasal 1 Konvensi Hak anak mendefinisikan anak sebagai


setiap manusia yang berusia di bawah 18 tahun, kecuali berdasarkan
Undang-Undang yang berlaku bagi anak ditentukan bahwa usia
dewasa dicapai lebih awal, sementara Undang- Undang Republik
Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan anak mendefinisikan anak sebagai seseorang yang
belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih
dalam kandungan. Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 3
Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, anak didefinisikan sebagai
berikut:

Bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumberdaya


manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan
bangsa, yang memiliki peranan strategis dan mempunyai mempunyai
ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan perlindungan
dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik,
mental, dan sosial secara utuh, selaras, serasi, dan seimbang

Hak anak dalam Konvensi Hak Anak (KHA) secara garis besar
dapat dikelompokkan menjadi 5 (lima) klaster yaitu Klaster Hak Sipil
dan Kemerdekaan, Klaster Hak Atas Lingkungan Keluarga dan
Pengasuhan Pengganti, Hak atas Kesehatan dan Kesejahteraan Dasar,
Hak Pendidikan, Waktu luang dan kegiatan Budaya, dan Hak atas
Perlindungan Khusus (Saraswati, 2015).

a. Hak sipil dan Kemerdekaan terdiri atas:


1) Hak anak atas identitas
2) Hak untuk mempertahankan Identitas

8
3) Kekebasan berekspresi
4) Kebebasan berpikir
5) Berhati nurani dan beragama
6) Kebebasan berserikat dan berkumpul dengan damai
7) Perlindungan atas kehidupan pribadi dengan damai
8) Perlindungan atas kehidupan pribadi
9) Hak untuk bebas dari penyiksaan.
b. Hak Atas Lingkungan Keluarga dan Pengasuhan Pengganti terdiri
atas :
1) Bimbingan dan tanggung jawab orang tua
2) Hak anak yang terpisah dari orang tuanya
3) Berkumpul kembali bersama keluarga
4) Pengalihan tangan secara ilegal dan anak yang terdampar di
luar negeri
5) Pemulihan pemeliharaan anak
6) Anak yang terenggut dari lingkungan keluarganya
7) Adopsi
8) Peninjauan berkala atas penempatan anak
9) Kekerasaan dan penelantaraan dalam keluarga
c. Hak atas Kesehatan dan Kesejahteraan Dasar
1) Anak - anak cacat
2) dan pelayanan kesehatan
3) Jaminan sosial
4) Pelayanan fasilitas perawatan anak
d. Hak Pendidikan, Waktu luang dan kegiatan Budaya
e. Hak atas Perlindungan Khusus
1) Anak yang berada dalam keadaan darurat
2) Pengungsi anak
3) Anak dalam konflik bersenjata
4) Anak yang terlibat dengan sistem administrasi pengadilan
anak yang meliputi:

9
a) Administrasi pengadilan anak
b) Perenggutan kemerdekaan
c) Penjatuhan hukuman terhadap anak
5) Anak dalam situasi ekploitasi meliputi :
a) Eksploitasi ekonomi
b) Penyalahgunaan obat (narkotika)
c) Ekploitasi dan kekerasan seksual
d) Penjualan, perdagangan, penculikan anak, serta
eksploitasi dalam bentuk lainnya
e) Anak-anak kelompok minoritas dan suku terasing
Sebagai implementasi jaminan dan perlindungan anak, selain
ratifikasi terhadap konvensi Hak anak, pada tahun 2002 pemerintah
telah menerbitkan Undang-undang yang mengatur tentang
perlindungan anak. Berdasar aspek isinya, Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 terdiri atas norma hukum yang mengatur tentang hak-hak
anak, kewajiban dan tanggung jawab negara, bentuk-bentuk
perlindungan yang dilakukan terhadap anak, peran serta masyarakat,
lembaga independen perlindungan anak, serta ketentuan saksi hukum
pidana dalam hal terjadinya pelanggaran Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002. Menurut Saraswati, 2015 Hak-hak anak yang tertuang
dalam Pasal 4 sampai dengan 19 Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2002 secara garis besar dapat diuraikan berikut:

a. Hak anak atas hidup, tumbuh kembang, perlindungan dan


partisipasi secara wajar
b. Hak atas nama sebagai identitas
c. Hak untuk beribadah menurut agamanya, berfikir dan berekpresi
d. Hak untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan, dan diasuh
orang tua
e. Hak untuk diasuh atau diangkat
f. Hak memperoleh pelayanan kesehatan

10
g. Hak memperoleh jaminan sosial
h. Hak memperoleh pendidikan dan pengajaran
i. Hak memperoleh pendidikan luar biasa bagi anak cacat
j. Hak untuk menyatakan dan didengar pendapatnya
k. Hak menerima, mencari, dan memberikan informasi
l. Hak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul
dengan sebaya, bermain, berekreasi, dan berkreasi
m. Bagi anak yang menyandang cacat, berhak untuk memperoleh
rehabilitasi, bantuan sosial, pemeliharaan taraf kesejahteraan
sosial.
n. Anak yang dalam status pengasuhan, berhak untuk dilindungi dari
diskriminasi, eksploitasi, penelantaran, kekejaman, kekerasaan,
dan penganiayaan, ketidakadilan, perlakuan salah
o. Hak untuk diasuh orang tua sendiri
p. Hak memperoleh perlindungan dari penyalahgunaan dalam
kegiatan politik, pelibatan dalam sengketa senjata, pelibatan
dalam kerusahan sosial, pelibatan dalam peristiwa yang
mengandung unsur kekerasa dan pelibatan dalam peperangan
q. Hak memperoleh perlindungan dari penganiayaan, penyiksaan,
dan penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi
r. Hak memperoleh kebabasan sesuai hukum
s. Hak korban atau pelaku kekerasaan seksual ataupun anak-anak
yang berhadapan dengan hukum, berhak di rahasiakan
identitasnya
t. Hak memperoleh bantuan hukum, dan bantuan lainnya, baik
korban atau pelaku tindak pidana
Sebagai negara peserta Kovensi tentang Hak Anak, negara
Indonesia mempunyai kewajiban untuk melakukan berbagai upaya
dalam perlindungan hak asasi manusia, diantaranya:

11
a. Melakukan pencegahan agar anak terhindar dari penculikan,
penyelundupan, dan penjualan.
b. Melindungi anak dari kehilangan keluarga, ekploitasi ekonomi
baik secara fisik maupun psikologis, prostitusi, segala bentuk
diskriminasi, dan dalam keadaan kritis dan darurat seperti dalam
pengungsian, konflik senjata, dan anak yang berkonfil dengan
hukum.
c. Dilarang memberikan perlakuan/hukuman yang kejam,
penjatuhan hukuman mati, penjara seumur hidup, penahanan
semena-mena dan pemerasan kemerdekaan (Alston & Suseno,
2008)

2. Hak atas Kesehatan


Hak atas kesehatan merupakan hak mendasar bagi manusia,
maka pemenuhan dan kemudahan dalam akses pelayanan kesehatan,
khususnya bagi anak merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh
negara. Pembicaraan tentang pemenuhan pelayanan kesehatan.
pemenuhan pelayanan kesehatan anak sebagai salah satu hak dasar
yang harus dipenuhi oleh negara tidak terlepas dari kesepakatan yang
tertuang dalam Pasal 25 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia
(DUHAM) yang berbunyi.

Setiap orang berhak atas tarif hidup yang menjamin kesehatan


dan kesejahteraan untuk dirinya dan keluarganya, termasuk pangan,
pakaian, perumahan dan perawatan kesehatannya serta pelayanan
sosial yang diperlukan, dan berhak atas jaminan saat menganggur,
menderita sakit, cacat, menjadi janda, mencapai usia lanjut atau
mengalami kekurangan mata pencarian yang lain karena keadaan yang
berada di luar kekuasaannya.

Hak atas kesehatan sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 24


Konvensi Hak Anak secara garis besar merupakan sebuah jaminan

12
bahwa anak mempunyai suatu hak atas perawatan medis dan
kesehatann sampai standar tertinggi yang dapat dicapai. Negara
menepatkan penekanan khusus pada penyediaan perawatan kesehatan
primer dan pencegahan, pendidikan kesehatan umum, dan
pengurangan kematian bayi. Mereka medorong kerja sama
internasional dalam hal ini dan bekerja keras untuk memastikan
bahwa tidak ada anak yang kehilangan akses terhadap layanan
kesehatan.

Dalam konteks hukum nasional, jaminan atas kesehatan


tertuang dalam Undang Undang Dasar Republik Indonesia 1945 Pasal
28 H menyatakan dengan jelas dan tegas bahwa kesehatan merupakan
hak dasar yang dijamin sepenuhnya oleh negara. Artinya negara
sebagai pemangku berkewajiban untuk melindungi dan memenuhi hak
atas kesehatan bagi warga negaranya, termasuk di dalamnya adalah
anak-anak. Diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992
yang kemudian diganti dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan. dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2009 ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama
dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan
terjangkau. Sebaliknya setiap orang juga mempunyai kewajiban turut
serta dalam program jaminan kesehatan sosial (Alston & Suseno,
2008).

3. Anak yang hidup di jalan


Anak jalanan adalah anak-anak yang berusia 7-18 tahun, laki-
laki dan perempuan yang bekerja di jalan raya atau tempat-tempat
umum setiap hari. Mereka mungkin anak yang terpisah dengan
keluarganya, masih mempunyai rumah, tetapi lebih banyak
menghabiskan waktunya di jalan dan dari keluarganya yang hidup di
jalan.

13
Pasal 1 angka 4 Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta Nomor 6 Tahun 2011 tentang Perlindungan Anak yang
Hidup di Jalan mendefinikan anak yang hidup di jalan sebagai anak
yang berusia 18 (delapan belas) tahun yang menghabiskan sebagian
waktunya di jalan dan tempat-tempat umum yang meliputi anak yang
rentan bekerja di jalan, anak yang bekerja di jalanan, dan/atau anak
yang bekerja dan hidup di jalanan yang menghabiskan sebagian besar
waktunya untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari. Menurut
Saraswati, 2015 kriteria anak jalanan sebagai berikut:

a. Anak yang rentan bekerja di jalanan karena suatu sebab


b. Anak yang melakukan aktivitas di jalanan
c. Anak yang bekerja atau dipekerjakan di jalanan
d. Jangka waktu di jalanan lebih dari 6 jam per hari dan dihitung
untuk 1 bulan yang lalu
Hak-hak anak yang tertuang dalam Pasal 15 Peraturan Daerah
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 6 Tahun 2011 tentang
Perlindungan Anak yang Hidup di Jalan secara garis besar dapat
diuraikan berikut:

a. Hak identitas
b. Hak atas pengasuhan
c. Hak atas kebutuhan dasar
d. Hak kesehatan
e. Hak pendidikan
f. Hak untuk mendapatkan bantuan dan perlindungan hukum
4. Hak Perempuan
Perempuan sering kali termarjinalkan oleh konsepsi sosial
budaya di masyarakat yang cenderung patriarkis tanpa melihat
hak.Perlakuan diskriminatif kerap kali diterima perempuan Indonesia,
baik dalam kehidupan sosial maupun dunia profesional. Konvensi
CEDAW merupakan perangkat internasional yang dirancang untuk

14
memerangi kelangsungan segala bentuk diskriminasi terhadap
perempuan yang tetap berlangsung sepanjang kehidupan perempuan
(bidang hukum). Konvensi mengenai Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi terhadap Perempuan (CEDAW), yang ditandatangani
pada 1979 dalam konferensi yang diadakan Komisi Kedudukan
Perempuan PBB sebagai berikut:

5. Hak dalam ketenagakerjaan


Setiap perempuan berhak untuk memiliki kesempatan kerja
yang sama dengan laki-laki.Hak ini meliputi kesempatan yang sama
dari proses seleksi, fasilitas kerja, tunjangan, dan hingga hak untuk
menerima upah yang setara.Selain itu, perempuan berhak untuk
mendapatkan masa cuti yang dibayar, termasuk saat cuti melahirkan.
Perempuan tidak bisa diberhentikan oleh pihak pemberi tenaga kerja
dengan alasan kehamilan maupun status pernikahan (Kemeneg PP dan
PA, 2017).

6. Hak dalam bidang kesehatan


Perempuan berhak untuk mendapatkan kesempatan bebas dari
kematian pada saat melahirkan, dan hak tersebut harus diupayakan
oleh negara.Negara juga berkewajiban menjamin diperolehnya
pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan KB, kehamilan,
persalinan, dan pasca-persalinan (Kemeneg PP dan PA, 2017)..

7. Hak yang sama dalam pendidikan


Seperti salah satu poin perjuangan RA Kartini, setiap
perempuan berhak untuk mendapatkan kesempatan mengikuti
pendidikan, dari tingkat dasar hingga universitas.Harus ada
penghapusan pemikiran stereotip mengenai peranan laki-laki dan
perempuan dalam segala tingkatan dan bentuk pendidikan, termasuk
kesempatan yang sama untuk mendapatkan beasiswa (Kemeneg PP
dan PA, 2017).

15
8. Hak dalam perkawinan dan keluarga
Perempuan harus ingat bahwa ia punya hak yang sama dengan
laki-laki dalam perkawinan.Perempuan punya hak untuk memilih
suaminya secara bebas, dan tidak boleh ada perkawinan paksa.
Perkawinan yang dilakukan haruslah berdasarkan persetujuan dari
kedua belah pihakDalam keluarga, perempuan juga memiliki hak dan
tanggung jawab yang sama, baik sebagai orang tua terhadap anaknya,
maupun pasangan suami-istri (Kemeneg PP dan PA, 2017)..

9. Hak dalam kehidupan publik dan politiK


Dalam kehidupan publik dan politik, setiap perempuan berhak
untuk memilih dan dipilih.Setelah berhasil terpilih lewat proses yang
demokratis, perempuan juga harus mendapatkan kesempatan yang
sama untuk berpartisipasi dalam perumusan kebijakan pemerintah
hingga implementasinya (Kemeneg PP dan PA, 2017).

C. Peran dan Status perempuan dalam kehidupan keluarga, masyarakat,


negara dan membangun peradaban manusia
1. Peran Perempuan dalam Pembangunan
Perempuan pada masyarakat modern dewasa ini dintuntut untuk
berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan yang merupakan
salah satu azas pemerataan yang dituju dalam salah satu PELITA
kita. Perempuan dalam hal ini mendapat kesempatan untuk
mewujudkan potensi-potensinya secara optimal. Hal ini merupakan
kebutuhan perempuan yang harus dipenuhinya dan tidak sedikit pula
bagi perempuan Indonesia yang telah berupaya memenuhi
kebutuhan tersebut baik yang masih berstatus lajang maupun yang
telah berumah tangga. Kondisi seperti ini bisa kita cermati secara
empiric bahwa pada zaman dahulu kebutuhan perempuan pada
umumnya terbatas pada kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa
aman dan perlindungan serta kebutuhan akan cinta dan “belonging”

16
(social needs). Sedangkan pada masa sekarang dapat mengikuti
pendidikan, bekerja di kantor ataupun menduduki jabatan
kepemimpinan dan bahkan kebutuhan akan prestasi serta
perwujudan diri. Aktualisasi diri bisa dirasakan dan dipenuhi oleh
sebagian besar perempuan di Indonesia.
2. Peran Perempuan dalam Masyarakat
Posisi dan kedudukan perempuan dalam bermasyarakat dan
bernegara yakni sebagai anggota masyarakat dan sebagai warga negara
yang memiliki sejumlah hak dan kewajiban (right and obligation)
tercantum dalam firman Allah Qur’an surah An-Nisa’ ayat 29-33
yang menjelaskan bahwa Islam melindungi hak milik laki-laki dan
perempuan, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan.
Perintah Allah untuk berbuat adil dalam seluruh bidang kehidupan
baik ranah domestik maupun publik sangat tegas keadilan harus
ditegakkan.
Keadilan merupakan prinsip ajaran Islam yang harus ditegakkan
dalam menata kehidupan manusia prinsip harus selalu ada dalam setiap
norma, tata nilai, dan perilaku umat manusia sampai akhir zaman.
Dalam posisi sebagai anggota masyarakat perempuan dan laki-laki
memiliki hak dan kewajiban yang sama yaitu sama – sama berhak
menerima perlakuan yang baik dari masyarakat dan berkewajiban
menciptakan masyarakat yang sehat. Peran langsung perempuan dalam
masyarakat antara lain berupa pekerjaan sebagai pendidik, dokter,
pakar ekonomi, dan mubalighat dll. Akan tetapi Islam menganjurkan
agar aktifitas perempuan di luar rumah tidak sampai mengorbankan
tugas utamanya sebagai seorang istri dan ibu. Perempuan ibarat
sekolah, jika dididik dengan baik berarti telah mempersiapkan sebuah
bangsa dengan baik.
Sebagai anggota masyarakat, saat seorang perempuan melihat
bahwa masyarakatnya mengalami gangguan stabilitas atau terkena
penyakit maka ia harus segera mencari jalan penanggulangannya

17
bahkan dalam kondisi tertentu perempuan diharuskan terjun ke
masyarakat misalnya, harus ada perempuan yang bekerja sebagai
dokter untuk melayani kebutuhan kaum perempuan.
D. Isu Gender Dalam Kehidupan Perempuan
1. Isu-isu perempuan
a. Masalah kemiskinan
b. Trafiking perempuan dan anak
c. KDRT
d. TKW Luar negeri
e. HIV/AIDS (kesehata)
f. Narkoba dan pornografi
2. Strategi pemberdayaan perempuan
Pengarusutamaan gender (PUG/GSM), penyadaran gender di
masyarakat, pembaruan dan pengembangan hukum dan peraturan
perundnag-undangan yang memberikan perlindungan terhadap
perempuan, advokasi, fasilitas, dan mediasi. Pengembangan
kemitrasejajaranharmonis, sistem informasi gender, dan pengembangan
sistem penghargaan
E. Kajian gender dalam pelayanan kebidanan dan kesehatan
Persoalan gender bukanlah persoalan baru dalam kajian-kajian sosial,
hukum, keagamaan, kesehatan maupun yang lainnya. Kajian tentang
gender masih tetap aktual dan menarik mengingat masih banyaknya
masyarakat yang belum memahami persoalan ini. Masih banyak terjadi
berbagai ketimpangan dalam penerapan gender, sehingga memunculkan
terjadinya ketidakadilan gender, termasuk dalam kesehatan/ reproduksi.
1. Pengertian Gender
Gender adalah adalah pembedaan peran, status, pembagian kerja
yang dibuat oleh sebuah masyarakat berdasarkan jenis kelamin
(Simatauw, 2001:7), disebut pula hubungan sosial antara laki-laki dan
perempuan sehingga gender merujuk pada hubungan antara laki-laki
dan perempuan, anak laki-laki dan anak perempuan, dan bagaimana

18
hubungan sosial ini dikonstruksikan. Peran gender bersifat dinamis dan
berubah antar waktu (Komnas HAM:2011). Jadi gender merupakan
suatu hubungan sosial antara laki-laki dan hanya dibedakan dengan
peran, status, serta pembagian kerja yang dibuat oleh masyarakat.
a. Perbedaan sex dan gender
SEX GENDER
1. Ciptaan Tuhan 6. Bentukan manusia
2. Bersifat biologis (kodrat) 7. Bersifat sosial, budaya dan
3. Tidak dapat berubah nonbiologis lainnya
4. Tidak dapat ditukar 8. Dapat berubah
5. Berlaku selamanya & di mana 9. Dapat ditukar
saja 10. Berlaku tergantung waktu dan
budaya setempat

b. Perbedaan Gender Dalam Masyarakat


Laki-laki Perempuan
Sifat Maskulin Feminim
Fungsi Produksi Reproduksi
Ruang lingkup Publik Domestik
Tanggung jawab Pencari nafkah Pencarinafkah
utama tambahan

c. Kesetaraan Gender
Kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk
memperoleh kesempatan serta hak-hak sebagi manusia, agar
mampu berperan dan berpartisipasi dalam brbagai kegiatan
(politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan, dan
lainnya), juga kesamaan dalam manikmati hasil-hasil
pembangunan.
d. Keadilan Gender
Suatu proses dan perlakuan adil terhadap perempuan dan laki-
laki, sehingga tidak ada marginilisasi, subordinasi, pembakuan
peran, beban ganda, dan kekerasan terhadap perempuan maupun
laki-laki

19
e. Kesetaraan dan Keadilan Gender
Tidak adanya diskriminasi antara perempuan dan laki-laki,
sehingga keduanya memiliki akses, kesempatan berpartisipasi, dan
kontrol atas pembangunan serta memperoleh manfaat yang setara
dan adil dari pembangunan.
f. Bentuk-bentuk ketidakadilan gender
1) Marginalisasi
a) Upah perempuan lebih kecil dari laki-laki
b) Izin usaha perempuan harus diketahui ayah (jika masih
lajang dan suami jika sudah menikah )
c) Permohonan kredit harus seizin suami
d) Pembatasan kesempatan di bidang pekerjaan terhadap
perempuan
e) Kemajuan teknologi industri meminggirkan peranserta
perempuan
2) Subordinasi (penomorduan)
a) Perempuan sebagai “konco wingking” (orang belakang)
b) Hak menikah perempuan dinomorduakan
c) Bagian waris perempuan lebih sedikit bahkan terkadang
tidak berhak sam sekali
d) Perempuan dinomorduakan dalam peluang di bidang
politik dan jabatan-jabatan penting lainnya
3) Pelabelan/Citra Baku/ Stereotype (pelabelan negative)
a) perempuan : sumur-dapur-kasur
b) perempuan : macak-masak-manak
c) laki-laki : tulang punggung keluarga
d) laki-laki : hebat dalam hal seksual dan berkarir
e) laki-laki : mata keranjang
f) perempuan : sumber kejahatan
g) perempuan (janda) : mudah di rayu

20
4) Beban Ganda/Double Burden
a) Perempuan bekerja di luar maupun dalam rumah
b) Laki-laki bekerja masih harus ikut siskamling
c) Perempuan sebagai perawat, pendidik anak sekaligus
pendamping suami, pencari nafkah tambahan
d) Perempuan pencari nafkah utama sekaligus pengatur
keluarga
5) Tindak Kekerasan/Violence
a) Ekploitasi terhadap perempuan
b) Pelecehan seksual terhadap perempuan
c) Pmerkosaan
d) Perempuan jadi objek iklan
e) Laki-laki dijaruskan/diharapkan sebagai pencari nafkah
f) Laki-laki bertubuh pendek dianggap kurang
g) Laki-laki yang gagal di bidang karir di lecehkan
6) Faktor-faktor penyebab terjadinya kesenjangan gender
a) Nilai sosial dan budaya
b) Produk peraturan perundangan-undangan yang masih
bias gender
c) Pemahaman ajaran agama yang tidak komprehensif dan
cenderung parsial
d) Kelemahan atau kerang percaya diri, tekad, dan
inkosistensi kaum perempuan sendiri dalam
memerjuangkan nasibnya.
7) Isu kesenjangan gender
a) Perempun/istri kurang mendapatkan asupan gizi.
b) Peristiwa kehamilan dianggap sebagai peristiwa biasa.
8) Faktor penyebab kesenjangan
a) Budaya yang masih membedakan pemberian makanan
kepada anggota keluarga

21
b) Masih kurangnya pengetahuan suami dan anggota keluarga
tentang perencanaan kehamilan
c) Perempuan kurang memperoleh informasi dan pelayanan
yang memadai karena alasan ekonomi maupun waktu
d) Status dan posisi perempuan yang masih dianggap lebih
rendah dan tidak mempunyai posisi tawar yang kuat
dalam pengambilan keputusan.
e) Dalam kasus infertilitas, istri menjadi pihak yang pertama
yang disalahkan
f) Superioritas suami (merasa jantan) sehigga dianggap selalu
mampu memberi keturunan
g) Infertilitas diindentikkan dengan mandul
h) Dominasi suami/laki-laki dalam pengamilan keputusan
keluarga, keluarga, termasuk perintah memeriksakan diri
i) Pengetahuan suami tentang infertilitas terbatas.
3. Kesehatan reproduksi
a. Anatomi sistem reproduksi wanita terbagi menjadi dua,
yaitu :
1) Organ-organ internal, terdiri dari : dua ovarium (indung
telur), dua tuba fallopi (saluran telur), uterus (rahim),
vagina.
2) Organ-organ eksternal, terdiiri dari : mons pubis, labia
mayora, labia minora, klitoris, vestibulum, meatus
uretra, introitus vagina, kelenjar skene dan nartholini.
b. Hormon-hormon reproduksi
1) Estrogen
Estrogen dihasilkan oleh ovarium. Ada banyak jenis dari
estrogen tapi yang paling penting untuk reproduksi
adalah estradiol.
Estrogen berguna untuk pembentukan ciri-ciri
perkembangan seksual pada perempuan yaitu :

22
pembentukan payudara, lekuk tubuh, rambut kemaluan,
dll.
Estrogen juga berguna pada siklus menstruasi dengan
membentuk kekebalan endometrium, menjaga kualitas
dan kuantitas cairan serviks dan agina sehingga sesuai
untuk penetrasi sprema
2) Progesteron
Hormon ini di produksi oleh korpus luteum. Progesteron
mempertahankan ketebalan endometrium sehingga dapat
menerima implantasi zigot. Kadar progesteron terus
dipertahankan selama trimester awal kehamilan sampai
plasenta dapat membentuk hormo HCG.
4. Kesehatan Ibu
Sebagian besar kematian ibu disebabkan oleh faktor kesehatan
antara lain : Perdarahan saat melahirkan, eklamsi, infeksi,
persalinan macet dan keguguran. Sedangkan faktor non
kesehatan antara lain kurangnya pengetahuan ibu yang berkaitan
dengan kesehatan termasuk pola makan dan kebersihan diri.
5. Kesehatan reproduksi remaja
Banyak orang dewasa yang tidak siap membantu remaka
menghadapi masa pubertas akibatnya remaja banyak yang
bermsalah ketika memasuki masa pubertas. Masalah yang
dihadapi remaja bisa masalah fisik, psikis, dan emosional yang
bisa menyebabkan stres, depresi, KTD, dll. Batasan usia remaja
menurut BKKBN 10-24tahun. Batsan usia remaja dalam agama
baligh- sebelum menikah.
a. Sumber masalah kesehatan reproduksi
1) Melakukan hubungan seks bebas
2) Melakukan hubungan seks di saat perempuan (isteri)
sedang haid
3) Melakukan hubungan seks pada usia terlalu muda

23
4) Perilaku hidup tidak sehat sehingga memicu terjadinya
sakit yang juga bisa menganggu hubungan seks
b. Kebiasaan jelek remaja sekarang
1) Pacaran yang melampaui batas
2) Pornografi
3) Bersebtuhan dengan narkoba atau napza
4) Kehamilan tidak diinginkan
6. Menopause
Masa awal berakhirnya haid bagi perempuan. Usia menopause
kira-kira 50 tahun ke atas. Banyak perempuan yang tidak siap
menghadapi masa menopause sehingga sering mengalami stres,
depresi, suka marah,dll. Ada anggapan bahwa ketika menopause
tugas perempuan sebagi isteri berakhir. Laki-laki kurang
memahami masalah menopause sehingga menimbulkan masalah
dalam hubungan dengan isterinya.

24
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perempuan dalam konteks gender didefinisikan sebagai sifat
yang melekat pada seseorang untuk menjadi feminim. Sedangkan
perempuan dalam pengertian sex merupakan salah satu jenis kelamin
yang ditandai oleh alat reproduksi berupa rahim, sel telur dan payudara
sehingga perempuan dapat hamil, melahirkan dan menyusui.
Perempuan sering kali termarjinalkan oleh konsepsi sosial budaya di
masyarakat yang cenderung patriarkis tanpa melihat hak. Perlakuan
diskriminatif kerap kali diterima perempuan Indonesia, baik dalam
kehidupan sosial maupun dunia professional.
Ada beberapa Isu perempuan terkait permsalah gender yang
masih ramai di perbincangkan seperti halnya Masalah kemiskinan,
Trafiking perempuan dan anak, KDRT, TKW Luar negeri, HIV/AIDS
(kesehata), Narkoba dan pornografi. Dalam hal ini pemerintah mengatur
hak – hak perempuan dalam undang – undang yang terbagi dalam hak
ketenagakerjaan, pendidikan kesehatan, perkawinan dan kelurga serta
politik dan public yang tujuannya untuk menyetarakan gender baik laki
– laki maupun perempuan.

B. SARAN
Penulis memahami banyaknya kekurangan dalam pembutan makalah
ini sehingga kritik yang sifatnya membangun masih sangat diperlukan
untuk perbaikan pembuatan makalah selanjutnya.

25
DAFTAR PUSTAKA

Alston, Philip., & Suseno, F.M. 2008. Hukum Hak Asasi Manusia. Yogyakarta:
Pusat Studi Hak Asasi Manusia Universitas Islam Indonesia (PUSHAM
UII)

Arisman. 2009. “Gender, Kekuasaan, dan Kesehatan Reproduksi”. Makalah.


Disajikan pada Temu Ilmiah. Widyaiswara dan Peneliti, 28 Februari 2015 di
BKKBN Propinsi DIY. Diakses 13 Desember 2020

Bab II kerangka teori. Peranan Perempuan Avaible from :


https://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21413355013.pdf
Diakses 13 Desember 2020

Fakih, Mansour. 2015. Analisis Gender dan Tranformasi Sosial. Edisi Ke -2.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik


Indonesia. 2017. 5 Hak-Hak Utama Perempuan.
https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/31/1437/5-hak-hak-
utama-perempuan. Diakses 12 Desember 2019

Mulia, Musdah .S . 2001. Islam Menggugat Poligami, Cet 1. Jakarta: Gradedia


Pustaka Utama

Puji Lestari. Peranan Dan Status Perempuan Dalam Sistem Sosial, DIMENSIA,
Vol. 5 No. 1 (Maret 2015) : 1-16.

Ratna Asmarani.Perempuan Dalam Perspektif Kebudayaan, SABDA, Vol. 12 No.


1 (Juni 2017).

Saraswati, Rika. 2015. Hukum Perlindungan Anak di Indonesia. Bandung:


Penerbit PT Citra Aditya Bakti

Umar, Nasarruddin. 1999. Argument Kesetaraan Gender : Perpektif Al-Qur’an


Cet 1. Jakarta: Paramadina

26

Anda mungkin juga menyukai