Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

DIMENSI SOSIAL WANITA DAN PERMASALAHANNYA

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas


Mata Kuliah Kesehatan Reproduksi

Dosen : Fitri Handayani, SST

Disusun Oleh :

DINDA AMELIA
NIM : 014.201.1.012

AKADEMI KEBIDANAN BHAKTI NUGRAHA SUBANG


Jln. Ki Hajar Dewantara No.15 Subang Tlp.( 0260 ) 7707775
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah yang maha kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah “DIMENSI SOSIAL WANITA DAN
PERMASALAHANNYA” ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
mahasiswi Akademi Bhakti Nugraha Subang.
Harapan penulis semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga penulis dapat memperbaik bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini penulis akui masih banyak kekurangan karena pengalaman
yang penulis miliki sangat kurang. Oleh karena itu penulis harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
berperan dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Subang, Juli 2016

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................ 2
D. Manfaat penelitian ..................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi ...................................................................................... 3
B. Status Sosial Wanita .................................................................. 3
C. Permasalahan Kesehatan Wanita Dalam Dimensi Social Dan
Upaya Mengatasinya ................................................................. 5
1. Kekerasan ........................................................................... 5
2. Perkosaan ............................................................................. 7
3. Pelecehan seksual ................................................................ 11
4. Single parent ........................................................................ 12
5. Perkawinan usia muda dan tua ............................................ 14
6. Wanita Di Tempat Kerja .................................................... 17
7. Pekerja Seks Komersial........................................................ 19
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 22
B. Saran .......................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara biologis wanita dan pria memang tidak sama, akan tetapi sebagai
makhluk jasmani dan rohani yang dilengkapi dengan akal budi, kedua macam
insan itu mempunyai persamaan yang hakiki. Keduanya adalah pribadi yang
mempunyai hak sama untuk berkembang.
Dalam masa transisi menuju kemasyarakat industrial terdapat perubahan
system nilai. Hal ini erat hubungannya dengan pembangunan yang
mendatangkan tekhnologi barat bersama dengan nasihat-nasihatnya. Dari
tekhnologi barat ini manfaat yang diambil cukup besar, tetapi disamping itu
terdapat pula dampaknya, berupa benturan-benturan antara kebudayaan
tradisional dan barat.
Pertemuan antara kebudayaan secara mendadak itu menimbulkan
permasalahan social yang erat hubungannya dengan moralitas. Partisipasi
wanita dalam menangani masalah ini sangat diharapkan karena hal ini sesuai
dengan ketentuan tentang peranan wanita dalam GBHN 1988. Ketentuan itu
menerangkan bahwa peran wanita adalah mewujudkan dan mengembangkan
keluarga sehat, sejahterah dan bahagia, termasuk pengembangan generasi
muda, terutama anak dan remaja dalam rangka pembangunan wanita
seutuhnya.
Di era westernisasi seperti sekarang ini, Perempuan sering dijadikan
komoditas bahkan dilecehkan dan menjadi korban dalam berbagai masalah
kehidupan. Hal tersebut yang mendasari bahwa wanita adalah rendah, lemah
dan paling sering mengalami permasalahan yang berkaitan dengan status
kehidupannya dalam dimensi sosial di masyarakat yang disini fokus pada
pemerkosaan.

B. Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini Secara terperinci, penulis
merumuskannya sebagai berikut:

1
1. Apakah Dimensi sosial wanita?
2. Apa saja Status Wanita?
3. Apa saja permasalahan dalam dimensi sosial wanita?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui dimensi sosial wanita dan
permasalahannya dalam kaitannya dengan kesehatan reproduksi. Adapun
tujuan khususnya dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Dimensi sosial wanita
2. Untuk mengetahui Status Wanita
3. Untuk mengetahui apa saja permasalahan permasalahan dalam dimensi
sosial wanita

D. Manfaat penelitian
Secara teoritis, manfaat penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan
penulis mengenai dimensi sosial wanita dan permasalahannya. Secara
praktisnya, bahwa dimensi sosial wanita dan permasalahannya dalam aktivitas
hidup kita sehari-hari sangat penting diketahui dan dipahami oleh diri kita
sebagai wanita dan calon bidan. Kedua unsur standar kompetensi tersebut
dititikberatkan  pada permasalahan sosial wanita khususnya perkosaan, dalam
hal ini motivasi perkosaan, pencegahan, penanganan dan yang berkaitan
dengan masalah perkosaan. Oleh karena itu, hasil penelitian kajian kasus ini
dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam proses kegiatan pembelajaran
bidang kesehatan khususnya di akademi ini. 

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Dimensi sosial wanita Adalah suatu fenomena gambaran yang terjadi
pada saat sekarang ini. Kenyataannya adalah diskriminasi/ketidakadilan:
1. Marginalisasi
a. Peluang untuk menjadi pembantu rumah tangga lebih banyak diberikan
kepada perempuan.
b. Pemupukan dan pengendalian tekhnologi dilakukan oleh laki-laki
2. Subordinasi
Yaitu keyakinan menetapkan kedudukan dan peran wanita lebih rendah
daripada laki-laki.
3. Pandangan steriotip
Penandaan yang sering bersifat negative secara umum selalu melahirkan
ketidak adilan yang bersumber dari pandangan gender.
4. Kekerasan terhadap perempuan
Berbagai serangan terhadap fisik maupun integritas mental, psikologis
yang dialami oleh wanita.
5. Beban kerja
Suatu bentuk diskriminasi dimana beban kerja harus dijalankan oleh salah
satu jenis kelamin tertentu.
Contoh : pembantu rumah tangga banyak diberikan kepada perempuan.

B. Status Sosial Wanita


1. Pengertian
Status adalah kedudukan seseorang di dalam keluarga dan
masyarakat. Jadi status social wanita adalah kedudukan seorang wanita
yang akan mempengaruhi bagaimana seseorang wanita diperlakukan,
bagaimana dia dihargai dan kegiatan apa yang boleh dilakukan.

3
2. Faktor Yang Mempengaruhu Status Sosial Wanita
a. Rendahnya kedudukan wanita dari pria
Walaupun separuh dari penghuni dunia adalah wanita namun
sampai abad yang lalu dunia seni, politik, ekonomi, perdagangan
adalah dunia laki-laki. Karena itu wanita hidupnya bagaikan
mengambang dalam keremangan senja, bergerak hanyut seperti
bayangan dibelakang panggung pria dan tidak berarti.
Hukum manusia dari dulu hingga sekarang adalah hukum laki-
laki, khususnya dibidang politik, pemerintah adalah pemerintahan pria
dan Negara adalah Negara pria. Terutama dibidang politik, wanita
ditolak untuk menduduki posisi kepemimpinan dan fungsi-fungsi
kunci, karena dianggap kurang mampu dan dilihat sebagai saingan
kaum pria.
b. Rendahnya tingkat pendidikan wanita dibanding pria
Ketika orang tua akan memutuskan untuk membiayai
pendidikan anaknya umumnya kaum laki-laki yang mendapat prioritas
utama untuk memperoleh pendidikan yang tinggi untuk bekal menjadi
kepala keluarga dan pencari nafkah yang baik, sedangkan wanita
kurang perlu mendapat pendidikan tinggi karena nantinya juga harus
bertugas menjadi ibu rumah tangga, kembali mengurus keluarga.
Persepsi ini yang merugikan kaum wanita karena dianggap
kurang penting memperoleh pendidikan yang tinggi sehingga
mengakibatkan banyak wanita tetap terpuruk dalam kebodohan karena
tingkat pendidikan yang rendah.
c. Perlindungan hukum, hak dan kewajiban wanita serta peran ganda
wanita sebagai ibu rumah tangga dan pencari nafkah
Di masyarakat seorang wanita tidak boleh memiliki / mewarisi
hak milik atau mencari penghasilan. Bila wanita dicerai maka dia tidak
boleh merawat anaknya lagi atau hak miliknya.
Meskipun wanita punya hak secara hokum tetapi tradisi tidak
akan mengijinkan untuk mengkontrol hidupnya sendiri. Selain itu

4
karena ekonomi keluarga yang kurang baik, meningkatkan wanita
untuk berperan ganda sebagai ibu rumah tangga dan pencari nafkah.

C. Permasalahan Kesehatan Wanita Dalam Dimensi Social Dan Upaya


Mengatasinya
1. Kekerasan
a. Pengertian kekerasan
Pasal 89 KUHP :
Melakukan kekerasan adalah pempergunakan tenaga atau kekuatan
jasmani tidak kecil secara yang tidak sah misalnya memukul dengan
tangan atau dengan segala macam senjata, menepak, menendang dsb.
Bentuk- Bentuk Kekerasan
1) Kekerasan psikis.
Misalnya: mencemooh, mencerca, men&na, memaki, mengancam,
melarang berhubungan dengan keluarga atau kawan dekat /
raasyarakat, intimidasi, isolasi, melarang istri bekerja.
2) Kekerasan fisik.
Misalnya memukul, membakar, menendang, melempar sesuatu,
menarik rambut, mencekik, dll.
3) Kekerasan ekonomi.
Misalnya: Tidak memberi nafkah, memaksa pasangan untuk
prostitusi, memaksa anak untuk mengemis,mengetatkan istri dalam
keuangan rumah tangga, dan lain-lain.
4) Kekerasan seksual.
Misalnya: perkosaan, pencabulan, pemaksaan kehendak atau
melakukan penyerangan seksual, berhubungan seksual dengan istri
tetapi istri tidak menginginkannya.
Banyak kasus terjadi kekerasan psikis berupa makian, hinaan
(ungkapan verbal) Bering berkembang menjadi kekerasan fisik.
Pada awalnya mungkin belum terjadi, tetapi ketidaksengajaan pria
kemudian berlanjut pada tindakan kekerasan fisilk secara nyata.

5
b. Penyebab terjadinya kekerasan
1) Perselisihan tentaing ekonomi.
2) Cemburu pada pasangan.
3) Pasangan mempunyai selingkuhan.
4) Adanya problema seksual (misalnya: impotensi, frigid, hiperseks).
5) Pengaruh kebiasaan minum alkohol, drugs abused.
6) Permasalahan dengan anak.
7) Kehilangan pekerjaan/PHK/menganggur/belum mempunyai
pekerjaan.
8) Istri ingin melanjutkan studi/ingin bekerja.
9) Kehamilan tidak diinginkan atau infertilitas.

c. Alasan Tindak Kekerasan Oleh Pria


1) Tindakan kekerasan dapat mencapai suatu tujuan.
a) Bila terjadi adi konflik, tanpa harus musyawarah kekerasan
merupakan cara cepat penyelesaian masalah.
b) Dengan melakukan perbuatan kekerasan, pria merasa hidup
lebih berarti karena dengan berkelahi maka pria merasa
menjadi lebih digdaya.
c) Pada saat melakukan kekerasan pria merasa memperoleh
kemenangan' dan mendapatkan apa yang dia harapkan, maka

6
korban akan menghindari pada konflik berikutnya karena untuk
menghindari rasa sakit.
2) Pria merasa berkuasa atas wanita. Bila pria merasa mempunyai istri
‘kuat' maka dia berusaha untuk melemahkan wanita agar merasa
tergantung padanya atau membutuhkannya.
3) Ketidaktahuan pria. Bila latar belakang pria dari keluarga yang
selalu mengandalkan kekerasan sebagai satu-satunya jalan
menyelesaikan masalah dan tidak mengerti cara lain maka
kekerasan merupakan jalan pertama dan ut-aina baginya sebagai
cara yang jitu setiap ada kesulitan atau tertekan karena memang dia
tidak pernah belajar cara lain untuk bersikap.
d. Akibat Tindakan Kekerasan
1) Kurang bersemangat atau kurang percaya diri.
2) Gangguan psikologi sampai timbul gagguan system dalam tubuh
(psikosomatik), seperti: cemas, tertekan, stress, anoreksia (kurang
nafsu makan), insomnia (susah tidur, keringat dingin, rnual,
gastritis, nyeri perut, pusing, nyeri kepala.
3) Cidera ringan sampai berat, seperti: lecet, memar, luka terkena
benda tajam, patah tulang, luka bakar.
4) Masalah seksual, ketakutan hubungan seksual, nyeri saat hubungan
seksual, tidak ada hasrat seksual.
5) Bila perempuan korban kekerasan sedang hamil dapat terjadi
abortus/ keguguran.

2. Perkosaan
a. Pengertian perkosaan
Perkosaan adalah setiap tindakan laki-laki memasukkan penis,
jari atau alat lain ke dalam vagina/alat tubuh seorang perempuan tanpa
persetujuannya. Dikatakan suatu tindak perkosaan tidak hanya bila
seorang, perempuan disiksa, dipukuli sampai pingsan, atau ketika
perempuan meronta, melawan, berupaya melarikan setiap diri atau
korban hendak bunuh diri, akan tetapi meskipun perempuan tidak
melawan, apapun yang dilakukan perempuan, bila perbuatan tersebut

7
bukan pilihan keinginan perempuan berarti termasuk tindak perkosaan.
bukan kesalahan wanita.

Dalam rumah tangga, hubungan seksual yang tidak diinginkan


istril termasuk tindakan kekerasan, merupakan tindakan yang salah.

b. Motivasi Perkosaan
1) Pria ingin menunjukkan kekuasaan yang bertujuan untuk
menguasai korban dengan cara mengancam (dengan senjata secara,
fisik menyakiti perempuan, verbal dengan mengertak) dan dengan
penetrasi sebagai simbol kemenangan.
2) Sebagai cara meluapkan rasa marah, penghinaan, balas dendam,
menghancurkan lawan baik masalah individu maupun masalah
kelompok tertentu, sedangkan unsur rasa cinta ataupun kepuasan
seksual tidak penting.
3) Luapan perilaku sadis, pelaku merasa puas telah membuat
penderitaan bagi orang lain.

c. Jenis-Jenis Perkosaan
1)       Perkosaan oleh orang yang dikenal.
2)      Perkosaan oleh suami/bekas suami.
3)      Perkosaan oleh pacar/dating rape.
4)      Perkosaan oleh teman kerja/atasan.
5)      Perkosaan oleh orang yang tidak dikenal.

8
d. Pencegahan Pemerkosaan
1) Berpakaian santun, berperilaku, bersolek tidak mengundang
perhatian pria.
2) Melakukan aktifitas secara bersamaan dalam kelompok dengan
banyak teman, tidak berduaan.
3) Di tempat keda bersama teman/berkelompok, tidak berduaan
dengan sesama pegawai atau atasan.
4) Tidak menerima tamu laki-laki ke rumah, bila di rumah seorang
diri.
5) Berjalan - jalan bersama banyak teman, terlebih di waktu malam
hari.
6) Bila merasa diikuti orang, ambil jalan kearah yang berlainan, atau
berbalik dan bertanya ke orang tersebut dengan nada keras, dan
tegas. apa maksud dia.
7) Membawa alat yang bersuara keras seperti peluit, atau alat bela diri
seperti parfum spray, bubuk cabe/merica yang bisa ditiupkan ke
mata.
8) Berteriak sekencang mungkin bila diserang.
9) Jangan ragu mencegah dengan mengatakan 'tidak', walaupun pada
atasan yang punya kekuasaan atau pada pacar yang sangat dicintai.
10) Ketika bepergian, hindari sendirian, tidak menginap, bila orang
tersebut merayu tegaskan bahwa perkataan dan sentuhannya
membuat anda merasa risih, tidak nyaman, dan cepatlah
meninggalkannya.
11) Jangan abaikan kata hati. Ketika tidak nyaman dengan suatu
tindakan yang mengarah seperti dipegang, diraba, dicium, diajak
ke tempat sepi.
12) Waspada terhadap berbagai cara pemerkosaan seperti: hipnotis.
obat-obatan dalarn rninuman, pemen, snack atau hidangan
makanan.
13) Saat ditempat baru, jangan terlihat bingung. Bertanya pada polisi.
hansip atau instapsi.

9
14) Menjaga jarak/space interpersonal derigan. lawan jenis. Di eropa
space interpersonal dengan jarak 1 meter.

e. Sikap Terhadap Korban Perkosaan


1) Menumbuhkan kepercayaan diri bahwa hal ini terjadi bukan
kesalahannya.
2) Menumbuhkan gairah hidup.
3) Mengliargai kemauannya untuk menjaga privasi dan keamanannya.
4) Mendampingi untuk periksa atau lapor pada polisi.

f. Resiko kesehatan pada korban perkosaan


1) Kehamilan.
2) Tejangkit Infeksi menular seksual.
3) Cidera robek dan sayatan, cekikan, memar bahkan sampai ancaman
jiwa.
4) Hubungan seksual dengan suarni mengalami gangguan,
memerlukan waktu terbebas dari trauma ataupun merasa diri telah
temoda.
5) Gejala psik-ologis ringan hingga gangguan psikologi berat. Pada
waktu singkat perempuan korban perkosaan menyaiahkan diri send
iri, sebab merasa dirinya yang menyebabkan perkosaan terjadi,
terlebih pandangan budaya biasanya selalu menyalahkan
perempuan. Selain itu juga terjadi insomma/gangguan tidur,
ancreksia/tidak nafsu makan,kecemasan mendalam, perasaan males
untuk bersosialisasi. Gejala psikologi tersebut dapat berkembang
bila penanganan tidak adekuat seiring dengan makin bertambah,
waktu yaitu perasaan tidak punya daya upaya, marah yang
mernbara, merasa diri tidak berharga, timbul gejala psikosomatis
seperti: mual, mutah, sakit kepala, badan sakit. Selain itu dapat
timbul ketakutan yang luar biasa/fobia, mengurung diri. Gejala
psikologi ini tiap perempuan berbeda tergantung dari tipe
kepribadian terbuka atau tertut,dukungan dari keluarga dan
lingkungan, persepsi diri dengan apa yang dialami, pengalaman

10
dalam menghadapi stress, koping mekanisme/telcnik mengatasi
masalah sebelumnya.

g. Penanganan
Tugas tenaga kesehatan dalam kasus tindak perkosaan:
1) Bersikap dengan baik, penuh perhatian dan empati.
2) Memberikan asuhan untuk menangani gangguan kesehatannya,
misalnya mengobati cidera, pemberian kontrasepsi darurat
3) Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dan apa yang sebenarnya
terjadi.
4) Memberikan asuhan pemenuhan kebutuhan psikologis
5) Memberikan konseling dalam membuat keputusan.
6) Membantu memberitahukan pada keluarga.

h. Pasal dalam undang-undang yang berkaitan dengan tindak perkosaan:


1) Pasal 281-283 KUHP tentang Kejahatan terhadap Kesopanan.
2) Pasal 289-298 KUHP tentang Pencabulan.
3) Undang-undang Perlindungan Anak (UUPA) no 23 tahun 2003.
4) Undang-undang no 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan
Dalam Rumah Tangga (KDRT).

3. Pelecehan seksual
Pelecehan seksual adalah segala bentuk perilaku maupun perkataan
bermakna seksual yang berefek merendahkan martabat orang yang
menjadi sasaran.
a. Bentuk-bentuk pelecehan seksual
1) Mengucapkan kata-kata jorok tentang tubuh wanita.
2) Main mata, siulan nakal, isyarat jorok, sentuhan, rabaan, remasan,
usapan, elusan, colekan, pelukan, ciuman pada bagian tubuh
wanita.
3) Menggoda, kearah hubungan seksual.
4) Laki-laki memperlihatkan alat kelaminnya atau onani di depan
perempuan.

11
b. Akibat pelecehan seksual
1) Gangguan psikologis: marah, mengumpat, tersinggung
dipermalukan, terhina, trauma sehingga takut keluar rumah.
2) Kehilangan gairah kerja /belajar, malas.

4. Single parent
Single parent adalah keluarga yang mana, hanya ada satu orang tua
tunggal, hanya ayah atau ibu saja. Keluarga yang terbentuk bisa tedadi
pada keluarga sah secara hukum maupun keluarga yang belum sah secara
hukum, baik hukum agama maupun hukum pemerintah.
a. Sebab-sebab terjadinya single parent
1) Perceraian. Adanya, ketidakharmonisan dalam keluarga yang
disebabkan adanya perbedaan persepsi atau perselisihan yang tidak
mungkin ada jalan keluar, masalah ekonomi/pekerjaan, salah satu
pasangan selingkuh, kematangan emosional yang kurang,
perbedaan agama,aktifita.ssuan-iiistri yang tinggi di luar rumah
sehigga kurang komunikasi, problem seksual dapat merupakan
faktor timbulnya perceraian.
2) Orang tua meninggal. Takdir hidup dan mati manusia di tangan
Tuhan. Manusia hanya bisa berdoa dan berupaya. Adapun sebab
kematian ada berbagai macam. Antara lain karma kecelakaan,
bunuh diri, pembunuhan, musibah bencana alam, kecelakaan kerja,
keracunan, penyakit dan lain-lain.
3) Orang tua masuk penjara. Sebab masuk penjara antara lain karena
melakukan tindak kriminal seperti perampokan, pembunuhan,
penciarian, pengedar narkoba atau thicial, perdata seperti hutang,
jual beli, atau karma tidak pidana korupsi sehingga sekian lama
tidak berkumpul dengan keluarga.
4) Study ke pulau lain atau ke negara lain. Tuntutan profesi orang tua
untuk melanjutkan study sebagai peserta tugas belajar
mengakibatkan harus, berpisah dengan keluarga untuk sementara
waktu, atau bisa terjadi seorang anak yang meneruskan pendidikan
di pulau lain atau luar negeri dan hanya bersama ibu saja sehingga

12
menyebabkan anak untuk sekian lama tidak didampingi otch
ayahnya yang hams tetap kerja di negara atau pulau atau kota.
kelahiran.
5) Kerja di luar daerah atau luar negeri. Cita-cita untuk mewujudkan
kehidupan yang lebih baik lagi menyebabkan salah satu orang tua
meninggalkan daerah, terkadang ke luar negeri.
b. Dampak single parent
1) Dampak negative
a) Perubahan perilaku anak. Bagi seorang anak yang tidak siap,
ditinggalkan orang tuanya bisa menjadi mengakibatkan
perubahan tingkah laku. Menjadi pemarah, berkata kasar, suka
melamun, agresif, suka memukul, menendang, menyakiti
temannya. Anak juga tidak berkesempatan untuk belaiar
perilaku yang baik sebagaimana, perilaku keluarga yang
harmonis. Dampak yang paling berbahaya biia anak mencari
pelarian di luar rumah, seperti menjadi anak jalanan,
terpengaruh penggunaaa narkoba untuk melenyapkan segala
kegelisahan dalam hatinya, terutama anak yang kurang kasih
sayang, kurang perhatian orang tuanya.
b) Perempuan merasa terkucil. Terlebih lagi pada perempuan yang
sebagai janda atau yang tidak dinikahi, di masyarakat
terkadang mendapatkan cemooh dan ejekan.
c) Psikologi anak terganggu. Anak Bering mendapat ejekan diri
Leman sepermainan sehingga anak menjadi murung, sedih. Hai
ini dapat mengakibatkan anak menjadi kurang percaya diri dan
kurang kreatif.
2) Dampak positif
a) Anak terhindar dari komunikasi yang kontradiktif dari orang
tua, tidak akan terjadi komunikasi yang berlawanan dari orang
tua, i-nisaInya ibunya mengijinkan teLapi ayahnya
melarangnya. Nilai yang diajarkan oleh ibu atau ayah d iterima
penuh karena tidak terjadi pertentangan.

13
b) Ibu berperan penuh dalam pengambilan keputusan.
c) Anak lebih mandiri dan berkepribadian kuat, karena terbiasa
tidak selalu hal didampingi, terbiasa menyelesaikan berbagai
masalah kehidupan.
c. Penanganan single parent
1) Memberikan kegiatan yang positif. Berbagai macam kegiatan yang
dapat mendukung anak untuk lebih bisa mengah, ualisasikan diri
secara positif antara lain dengan penyaluran. hobi, kursus sehingga
menghindarkan anak melakukan hal-hal yang negatif.
2) Memberi peluang anak belajar berperilaku baik. Bertandang pada
keluarga, lain yang harmonis memberikan kesempatan bagi anak
untuk meneladani figur orang tua yang tidak diperoleh dalam
lingkungan keluarga sendiri.
3) Dukungan komunitas. Bergabung dalam club sesama keluarga
dengan orang tua tunggal dapat memberikan dukungan karena anak
mempunyai banyak teman yang bemasib sama sehingga tidak
merasa sendirian.
d. Upaya pencegahan single parent dan pencegahan dampak negatif
single parent
1) Pencegahan terjadinya kehamilan di luar nikah.
2) Pencegahan perceraian dengan mempersiapkan perkawinan dengan
baik dalam segi psikologis, ke-aangan, spiritual.
3) Menjaga kommikasi dengan berbagai sarana teknologi informasi.
4) Menciptakan kebersamaan antar anggota keluarga.
5) Peningkatan spiritual dalam keluarga.

5. Perkawinan usia muda dan tua


Perkawinan adalah ikatan batin antara pria dan wanita sebagai
suami istri dengan tujuan membentuk  keluarga/ rumah tangga yang
bahagia dan kekal berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa (UU Perkawinan
No 1 Tahun 1974)..

14
a. Pengertian
1) Perawinan usia muda
Menurut UU Perkawinan No 1 Tahun 1974 pasal 7 bahwa
perkawinan diijinkan bila laki-laki berumur 19 tahun dan wanita
berumur 16 tahun. Namun pemerintah mempunyai kebijakan
tentang perilaku reproduksi manusia yang ditegaskan dalam UU
No 10 Tahun 1992 yang menyebutkan bahwa pemerintah
menetapkan kebijakan upaya penyelenggaraan Keluarga
Berencana. Banyaknya resiko kehamilan kurang dari perkawinan
diij inkan bila laki-laki berumur 21 tahun dan perempuan berumur
19 tahun. Sehingga perkawinan usia muda adalah perkawinan yang
dilakukan bila pria kurang dari 21 tahun dan perempuan kurang
dari 19 tahun.
2) Perkawinan usia tua
Adalah perkawinan yang dilakukan bila perempuan
berumur lebih dari 35 tahun.
b. Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan perkawinan usia muda
a. Terhidar dari perilaku seks bebas, karena kebutuhan seksual
terpenuhi.
b. Menginjak usia tua tidak lagi mempunyai anak yang masih kecil.

Kelebihan perkawinan usia tua


Kematangan fisik, psikologis, sosial, financial sehingga harapan
membentuk keluarga sejahtera berkualitas terbentang.

Kekurangan pernikahan usia muda:


a. Meningkatkan angka kelahiran sehingga pertumbuhan penduduk
semakin meningkat.
b. Ditinjau dari segi kesehatan, perkawinan usia muda meningkatkan
angka kematian bayi dan ibu, risiko komplikasi kehamilan,
persalinan dan nifas. Selain itu bagi perempuan meningkatkan
risiko cacerviks karena hubungan seksual dilakukan pada saat

15
secara anatorni sel-sel cerviks belum matur. Bagi bayi risiko
terjadinya kesakitan dan kematian meningkat.
c. Kematangan psikologis belum tercapai sehingga keluarga mengalami
kesakitan mewujudkan keluarga yang berkualitas tinggi.
d. Ditinjau dari segi sosial, dengan perkawinan mengurangi kebebasan
pengembangan diri, mengurangi kesempatan melanjutka pendidikan
jenjang tinggi.
e. Adanya konflik dalam keluarga membuka peluang untuk mencari
pelarian pergaulan di luar rumah sehingga meningkatkan risiko
penggunaan minum alkohol, narkoba dan seks bebas.
f. Tingkat peceraian tinggi. Kegagalan kehiarga dalam melewati berbagai
macam permasalahan meningkatkan risiko perceraian.

Kekurangan pernikahan usia tua


a.   Meningkatkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi. Kemu-
igkinan/risiko tejadi ca mammae meningkat.
b.   Meningkatnya risiko kehamilan dengan anak kelainan bawaan,
misalnya terjadi kromosom non disjunction yaitu kelainan proses
meiosis basil konsepsi (fetus) sehingga menghasilkan kromosom
sejumlah 47. Aneuploidy, yaitu ketika kromosom basil konsepsi tidak
tepat 23 pasang. Contohnya: trisomi 21 (down syndrome), trisomi 13
(patau syndrome) dan trisomi 18 (edwards syndrome).

d. Penanganan Perkawinan Usia Muda


1) Pendewasaan usia kehamilan dengan penggunaan kontrasepsi sehingga
kehamilan pada waktu usia reproduksi sehat.
2) Bimbingan psikologis. Hal ini dimaksudkan untuk membantu pasangan
dalam menghadapi persoalan-persoalan agar mempunyai cara pandang
dengan pertimbangan kedewasaan, tidak mengedepankan emosi.
3) Dukungan keluarga. Peran keluarga sangat banyak mernbantu kell 1,grga
muda baik clukungan berupa material maupun non material untuk
kelanggengan keluarga, sehingga lebih tahan terhadap hambatanhambatan
yang ada.

16
4) Peningkatan kesehatan dengan peningkatan pengetahuan kesehatan,
perbaikan gizi bagi istri yang mengalami kurang gizi.

e. Penanganan Perkawinan Usia Tua


1)  Pengawasan kesehatan: ANC secara rutin pada tenaga kesehatan.
2) Peningkatan kesehatan dengan peningkatan pengetahuan kesehatan,
perbaikan gizi bagi istri yang mengalami kurang gizi.
f. Pencegahan:
a.    Penyuluhan kesehatan untuk menikah pada usia reprodulcsi se-hat.
b.    Merubah cara pandang budaya atau cara pandang diri yang tidak
mendukung.
c.    Meningkatkan kegiatan sosialisasi.

6. Wanita Di Tempat Kerja


a.   Alasan wanita bekerja
1)      Aktualisasi diri.
Wanita yang bekerja akan memperoleh pengakuan dari
lingkungan  karena produktifitas dan kreatifitas yang telah
dihasilkan.
2)      Mata pencaharian.
Penghasilan yang diperoleh dalam rangka mencukupi
kebutuhan sehari-hari agar meningkat kualitas hidup keluarga, baik
untuk memenuhi kebutuhan primer seperti pangan, sandang, papan,
atau kebutuhan sekunder seperti perabot rumah tangga, mobil,
jaminan kesehatan, dll.
3)      Relasi positif dalam keluarga.
Pengetahuan yang luas dan pengalaman rnengambil keputusan
saat bekerja dalam memecahkan suatu masalah ditempat kerja, pola
pikir terbuka memungkinkan jalinan saling mendukung dalam
keluarga.
4)      Pemenuhan kebutuhan social.
Wanita bekerja akan menjumpai banyak relasi, Leman
sehingga dapat memperkaya wawasan bagi wanita.

17
5)      Peningkaan keterampilan/kompetensi.
Dengan bekerja wanita terns terpacu untuk selalu
meningkatkan keterampilan atau kompetensi sehingga dapat
meningkatkan rasa percaya diri dan prestasi yang lebih sebagai
karyawan.
6)      Pengaruh lingkungan.
Lingkungan mayoritas wanita banyak yang bekerja akan
memberikan motivasi bagi wanita lain untuk bekerja.
b. Dampak wanita bekerja
1) Terpapar zat-zat kimia yang mempengaruhi kesehatan dan
infertilitas. Asap rokok, bahan radiologi, bahan organik, bahan
organo fosfat dan organo Morin untuk racun hewan perusak.
2) Resiko pelecehan seksual. Pelaku pelecehan seksual bisa Leman
sejawat, supervisor, manager atau atasan. Adaptor wanita terkadang
tidak kuasa menolak karena ketakutan atau ancaman di PHK.
3) Penundaan usia nikah. Wanita yang sibuk mengejar prestasi
kariemya menyebabkan tidak mempunyai banyak waktu Luang
untuk memperhatikan pernikahannya.
4) Keharmonisan rumah tangga terpengaruh. Kesibukan aktifitas yang
berlebilian memungkinkan wanita tidak mempunyai banyak waktu
untuk keluarga karena pusat perhatiannya pada kesuksesan
kanernya, sehingga bisa menelantarkan peran sebagai istri dan
sebagai ibu.
c.  Upaya pemecahan
1)      Bekerja menggunakan proteksi, seperti masker, sarung Langan,
baju khusus untuk proteksi radiasi.
2)      Cek kesehatan secara berkala.
3)      Melakukan aktifitas bekerja tidak hanya dengan satu pria
misalnya bila lembur, divas luar.
4)      Tidak nebeng kendaraan tanpa ditemani orang lain, sekalipun
ditawari oleh atasan.

18
5)      Jangan ragu mengatakan 'tidak' walaupun pada atasan. Tidak
perlu takut pada ancaman di pecat.
6)      Menetapkan target menikah.
7)      Menjaga komunikasi dengan keluarga. Mencurahkan perhatian
khusus pada keluarga pada hari libur dengan kualitas yang
maksimal, mengagendakan kegiatan bersarna keluarga, memenuhi
hak-hak suami dan anak, berbagi peran dengan suami dan selalu
menghargai suami.

7. Pekerja Seks Komersial


Pekerja seks komersial adalah suatu pekerjaan dimana seorang
perempuan menggunakan atau mengeksploitasi tubuhnya untuk
mendapatkan uang. Akibatnya semakin banyak ditemukan penyakit
menular seksual. Profesi sebagai pekerja seks komersial dengan penyakit
menular seksual merupakan satu lingkaran setan. Biasanya penyakit
menular seksual ini diidap oleh PSK, dimana dalam menjajakan dirinya
terhadap pasangan kencan yang berganti-ganti tanpa menggunakan
pengaman sseperti kondom.
a. Faktor-faktor penyebab adanya PSK
a) Kemiskinan
Kebutuhan yang semakin banyak pada seorang perempuan
memaksa dia untuk mencari sebuah pekerjaan dengan penghasilan
yang memuaskan namun kadang dari beberapa mereka harus
bekerja sebagai PSK untuk pemenuhan kebutuhan tersebut.
b) Kekerasan Seksual
Penelitian menunjukkan banyak faktor penyebab
perempuan menjadi PSK diantaranya kekerasan seksual seperti
perkosaan oleh bapak kandung, paman, guru, dan sebagainya.
c) Penipuan
Faktor lain yaitu penipuan dan pemaksaan dengan berkedok
agen penyalur kerja. Kasus penjualan anak perempuan oleh
orangtua sendiripun kerap ditemui.

19
d) Pornografi
Menurut definisi Undang-Undang Anti Pornografi,
pornografi adalah bentuk ekspresi visual berupa gambar, lukisan,
tulisan, foto, film atau yang dipersamakan dengan film, video,
tayangan atau media komunikasi lainnya yang sengaja dibuat untuk
memperlihatkan secara terang-terangan atau tersamar kepada
publik alat vital dan bagian-bagian tubuh serta gerakan-gerakan
erotis yang menonjolkan sensualitas dan/atau seksualitas, serta
segala bentuk perilaku seksual dan hubungan seks manusia yang
patut diduga menimbulkan rangsangan nafsu birahi pada orang
lain.
b. Persoalan-persoalan psikologis
1)      Akibat gaya hidup modern
Seorang perempuan pastinya ingin tampil dengan
keindahan tubuh dan barang-barang yang dikenakannya. Namun
ada dari beberapa mereka yang terpojok karena masalah
keuangan untuk pemenuhan keinginan tersebut maka mereka
mengambil jalan akhir dengan menjadi PSK untuk pemuasan
dirinya.
2)      Broken Home
Kehidupan keluarga yang kurang baik dapat memaksa
seorang remaja untuk melakukan hal-hal yang kurang baik diluar
rumah dan itu dimanfaatkan oleh seseorang yang tidak
bertanggungjawab dengan mengajaknya bekerja sebagai PSK.
3)      Kenangan masa kecil yang buruk
Tindak pelecehan yang semakin meningkat pada seorang
perempuan bahkan adanya perkosaan pada anak kecil bisa
menjadi faktor dia menjadi seorang PSK.

20
Dampak yang ditimbulkan bila seseorang bekerja sebagai PSK
a. Keluarga dan masyarakat tidak dapat lagi memandang nilainya
sebagai seorang perempuan.
b. Stabilitas sosial pada dirinya akan terhambat, karena masyarakat
hanya akan selalu mencemooh dirinya.
c. Memberikan citra buruk bagi keluarga.
d. Mempermudah penyebaran penyakit menular seksual, seperti
gonore, klamidia, herpes kelamin, sifilis, hepatitis B, HIV/AIDS.

Penanganan masalah PSK


a. Keluarga
1) Meningkatkan pendidikan anak-anak terutama mengenalkan
pendidikan seks secara dini agar terhindar dari perilaku seks
bebas.
2) Meningkatkan bimbingan agama sesuai tameng agar terhindar
dari perbuatan dosa.
b.   Masyarakat
Meningkatkan kepedulian dan melakukan pendekatan terhadap
kehidupan PSK.
c.    Pemerintah
1) Memperbanyak tempat atau panti rehabilitasi.
2) Meregulasi undang-undang khusus tentang PSK.
3) Meningkatkan keamanan dengan lebih menggiatkan razia
lokalisasi PSK untuk dijaring dan mendapatkan rehabilitasi.

21
BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Dimensi sosial wanita Adalah suatu fenomena gambaran yang terjadi
pada saat sekarang ini. Kenyataannya adalah diskriminasi/
ketidakadilan  seperti : Marginalisasi, Subordinasi, Pandangan Steriotip,
Kekerasan terhadap perempuan, beban kerja.
Permasalahan yang berkaitan dengan dimensi sosial wanita yaitu
kekerasan, pemerkosaan, pelecehan seksual, single parent, perkawinan usia
muda dan tua, wanita di tempat kerja dan pekerja seks komersial     

B.  Saran
Kritik dan saran dari para pembaca sangat penulis harapkan demi
perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi
para pembaca.

22
DAFTAR PUSTAKA

http://isanisnurlia.blogspot.co.id/2015/04/makalah-dimensi-sosial-wanita-
dan.html

23

Anda mungkin juga menyukai