Anda di halaman 1dari 14

PERAN PEREMPUAN DALAM ADVOKASI

DAN REFORMASI KEBIJAKAN KESEHATAN

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK I

1. PURWANINGSIH HARTATI : 2281A0602


2. SITTI CHADIJAH AZIZ : 2281A0607
3. LISA WITA SABA : 2281A0605
4. SILVIANI : 2281A0603
5. LYDIA KESAULYA : 2281A0601
6. WA ODE NAYO : 2281A0606

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN DAN PROFESI BIDAN

INSTITUT ILMU KESEHATAN STRADA INDONESIA

TAHUN 2023

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas limpahan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Modul dengan judul “Peran Perempuan Dalam Advokasi

Dan Reformasi Kebijakan Kesehatan ”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Kebijakan Pelayanan Kebidanan yang diampuh oleh Reni Yuli Astutik, SST, M.Kes pada
program S1 kebidanan Institut Ilmu Kesehatan Strada Indonesia.

Penulis menyadari bahwa modul ini masih banyak kekurangan sehingga kritik dan
saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang
ini.

Kaimana, 21 JUNI 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER………………………………………………………………………………………...i
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………...ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………...............1
B. Tujuan………………………………………………………………………………….2
C. Batasan Masalah ………………………………………………………………………2

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Peran Perempuan………………………………………..………………….………….3
B. Advokasi…………………………………………………………….…………….…..5
C. Reformasi …………………………………………………………………...……….. 7
D. Kebijakan Kesehatan ………………………………………………………………… 7

KESIMPULAN………………………………………………………………………………..9
DAFTAR PUSTAKA…...………………………………………………………..……….....10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konsep partisipasi masyarakat dalam pembangunan sudah mulai dikenalkan oleh

pemerintah sejak awal tahun 1980-an melalui istilah pemberdayaan masyarakat. Masyarakat

diharapkan untuk dapat berpartisipasi dalam membangun serta menjaga lingkungan dimana

mereka berada.Untuk mensukseskan gerakan pemberdayaan masyarakat tersebut kemudian

pemerintah membentuk beberapa lembaga akar rumput, LKMD/k, PKK, dan Karang Taruna

sebagai wadah dalam mendorong komunitas lokal untuk berpartisipasi dan menjunjung

solidaritas bersama. Penggiat pemberdaya masyarakat kebanyakan adalah staf pemerintah atau

yang ditunjuk oleh pemerintah yang bekerja sebagai penghubung antara kebijakan serta agenda

pembangunan dengan apa yang harus dilakukan oleh komunitas. Dalam berbagai literatur,

partisipasi masyarakat dalam pembangunan diinterpretasikan bermacam-macam, diantaranya:

”Partisipasi adalah gerakan masyarakat untuk terlibat dalam proses pembuatan keputusan, dalam

pelaksanaan kegiatan, ikut menikmati hasil dari kegiatan tersebut, dan ikut serta dalmm

mengevaluasinya ”(Upholf,1992). ”Partisipasi adalah suatu proses dimana sebagai pelaku

(stakeholders) dapat mempengaruhi serta membagi wewenang dalam menentukan inisiatif-

inisiatif pebangunan, keputusan serta pengalokasian berbagai sumber daya yang berpengaruh

terhadap mereka.” (Bank Dunia, 1994). Kegiatan pengembangan keilmuan kesehatan masyarakat

memerlukan partisipasi kaum wanita disebabkan lingkup keilmuannya meliputi segala tingkat

usia dan jenis kelamin. Pemikiran-pemikiran yang dimiliki wanita dapat melengkapi pemikiran-

pemikiran kaum laki-laki dalam merancang konsep keilmuan kesehatan masyarakat. Dengan

demikian, ilmu yang diaplikasikan nanti dapat diaplikasi untuk menyelesaikan permasalahan

kesehatan masyarakat yang bebas dari bias gender. Namun, masih terdapat permasalahan

keterlibatan wanita dalam pengembangan keilmuan yang lebih dominan dipengaruhi peran ganda

yang dimiliki wanita yaitu sebagai ibu rumah tangga dan wanita karir. Oleh kerena itu, perlu

1
kebijakan khusus yang berpihak pada wanita dan menciptakan lingkungan kerja yang kondusif

serta waktu kerja yang fleksibel.

Seiring berkembangnya zaman, peran perempuan mengalami perubahan. Di masa lalu,

perempuan hanya berperan di lingkup rumah tangga saja, namun masa kini selain sebagai ibu

rumah tangga, perempuan dapat berperan menjadi pengacara, guru, pengusaha, politikus,

pemberdaya masyarakat, sehingga lingkungan interaksi perempuan menjadi sangat luas. Mereka

tidak lagi difungsikan sebagai ibu bagi anak-anaknya, istri bagi suaminya, dan anak bagi orang

tuanya, juga difungsikan sebagai mitra kerja di dunia karirnya. Ruang kreativitas perempuan

yang awalnya sedikit tertutup menjadi terbuka. Sehingga, perempuan mampu melebarkan sayap

untuk mengembangkan potensi sesuai minat dan bakat yang diinginkan, dengan tidak

mengorbankan tanggung jawab domestiknya.

1.2 Tujuan penyusunan

Mahasiswa mampu menjelaskan peran perempuan dalam advokasi dan reformasi

kebijakan kesehatan.

1.3 Batasan Masalah

Pembahasan dalam makalah ini berbicara tentang peran perempuan dalam hal ini bidan sebagai

perempuan dalam advokasi dan reformasi kebijakan kesehatan.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Peran Perempuan

Peran wanita sangat vital dalam pembangunan kehidupan bangsa antara lain

peranannya sebagai penerus generasi, pendamping suami dalam keharmonisan rumah

tangga, pendidik kedewasaan sikap mental anak, dan penunjang meningkatkan pendapatan

keluarga (Manuaba, 2010:10).

Menurut Hubies (dalam Alghaasyiyah:2014) bahwa analisis alternatif pemecahan

atau pembagian peran wanita dapat dilihat dari perspektif dalam kaitannya dengan

posisinya sebagai manager rumah tangga, partisipan pembangunan dan pekerja pencari

nafkah. Jika dilihat dari peran wanita dalam rumah tangga, maka dapat digolongkan, antara

lain :

1. Peran Tradisional

Peran ini merupakan wanita harus mengerjakan semua pekerjaan rumah, dari

membersihkan rumah, memasak, mencuci, mengasuh anak serta segala hal yang

berkaitan dengan rumah tangga. Pekerjaan-pekerjaan rumah tangga dalam

mengatur rumah serta membimbing dan mengasuh anak tidak dapat diukur

dengan nilai uang. Ibu merupakan figure yang paling menentukan dalam

membentuk pribadi anak. Hal ini disebabkan karena anak sangat terikat terhadap

ibunya sejak anak masih dalam kandungan.

2. Peran Transisi

Adalah peran wanita yang juga berperan atau terbiasa bekerja untuk mencari

nafkah. Partisipasi tenaga kerja wanita atau ibu disebabkan karena beberapa

faktor, misalnya bidang pertanian, wanita dibutuhkan hanya untuk menambah

tenaga yang ada, sedangkan di bidang industri peluang bagi wanita untuk bekerja

sebagai buruh industri, khususnya industri kecil yang cocok bagi wanita yang

3
berpendidikan rendah. Faktor lain adalah masalah ekonomi yang mendorong

lebih banyak wanita untuk mencari nafkah.

3. Peran kontemporer

Adalah peran dimana seorang wanita hanya memiliki peran di luar rumah tangga

atau sebagai wanita karier.

Dalam Reformasi Kebijakan kesehatan peran wanita sangat diperlukan sebagai

pengembangan keilmuan Dari sisi substansi dan pola pengembangan keilmuan kesehatan

masyarakat, maka dapat dirumuskan alasan pentingnya peran wanita dalam kegiatan

pengembangan keilmuan. Pertama, lingkup permasalahan kesehatan masyarakat tidak hanya

mencapai kesehatan kaum laki-laki saja, tapi juga wanita pada segala tingkatan usia. Oleh

karena itu, yang mengetahui seluruh seluk beluk yang dibutuhkan wanita berkaitan dengan

kesehatannya, mereka yang lebih mengetahuinya dibandingkan laki-laki. Kedua, seorang

wanita dapat memahami dengan baik kebutuhan keluarganya disebabkan cukup besar

perannya di samping suami untuk mengurus pemenuhan kebutuhan keluarga termasuk

kebutuhan terkait kesehatan dan gizi. Ketiga, pada saat ini wanita juga memiliki kebebasan

yang sama dengan kaum pria untuk menempuh pendidikan setinggi mungkin sehingga

penguasaan keilmuan kesehatan masyarakat juga dapat dilakukan oleh kaum wanita. Keempat,

wanita memiliki sisi psikologis yang berbeda dengan kaum pria yang memungkinkan mereka

bisa sebagai pendidik masyarakat yang ulet dan telaten dalam pengaplikasian hidup bersih dan

sehat serta upaya penyehatan lingkungan oleh masyarakat.

Dalam pengembangan keilmuan kesehatan masyarakat, ada tiga peran utama yang

dapat dilakukan oleh wanita:

a. Wanita dapat berperan sebagai pencipta dan pengembang keilmuan itu sendiri dan

sebagai tenaga yang mendiseminasi ilmu tersebut kepada kelompok sasaran. Oleh

karena itu, seorang wanita bisa saja berprofesi sebagai peneliti kesehatan masyarakat.

4
b. Wanita dapat melakukan fungsi diseminasi produk ilmu kesehatan masyarakat dengan

berperan sebagai pendidik kesehatan baik dilingkup sekolah, universitas, maupun

dipusat pelayanan kesehatan masyarakat.

c. Wanita dapat berperan sebagai praktisi kesehatan masyarakat yang bertugas melakukan

dan mengevaluasi intervensi kesehatan masyarakat lewat programprogram yang

dirancang berdasarkan hasil kajian/penelitian ilmiah untuk menyelesaikan permasalahan

kesehatan masyarakat.

B. ADVOKASI

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), advokasi adalah istilah pembelaan.

Jadi secara bahasa, advokasi artinya membela.

Biasanya, advokasi dilakukan manakala ada suatu kondisi yang tidak menunjukkan

keberpihakan orang yang bermasalah, dalam mengakses suatu layanan tertentu.

Dalam e-paper situs id.scribd yang diunggah oleh Ezha Tama, advokasi adalah

proses maupun upaya strategis yang terencana untuk mendapatkan komitmen ataupun

dukungan dari para pihak terkait.

Sementara, dikutip dari repository IAIN Tulungagung oleh R Mubit, advokasi

diartikan sebagai suatu proses yang melibatkan seperangkat tindakan politis yang

terorganisir, yang dilakukan untuk mentransformasikan hubungan-hubungan kekuasaan.

Sebagaimana pernyataan Topatimasang (2000) yang mendefinisikan advokasi adalah

upaya untuk memperbaiki, membela serta mengubah (policy reform) kebijakan, agar sesuai

dengan kepentingan prinsip-prinsip keadilan.

Jadi kesimpulannya, arti advokasi adalah serangkaian kegiatan komunikasi untuk

mempengaruhi penentu kebijakan, demi mendapatkan suatu dukungan.

Dalam melakukan advokasi tersebut dilakukan berbagai cara, seperti menjual ide supaya

diberikan dukungan, membujuk, dan meyakinkan.

Adapun Tujuan Advokasi adalah :

- adanya pemahaman/kesadaran terhadap masala

- adanya ketertarikan untuk mengatasi masalah

5
- adanya kemauan /kepedulian untuk menemukan alternatif solusi

- adanya tindakan nyata : solusi masalah

- adanya tindak lanjut kegiatan

dimana semua tujuan itu bermuara pada adanya komitmen dan dukungan, kebijakan,

sumber daya, kemudahan, keikut sertaan dll.

Peran bidan sebagai advokator dalam reformasi kebijakan kesehatan adalah

- melakukan advokasi terhadap pengambil keputusan dari kategori program ataupun sektor

yang terkait dengan kesehatan maternal dan neonatal.

- Melakukan advokasi berarti melakukan upaya-upaya agar pembuat keputusan atau

penentu kebijakan tersebut mempercayai dan meyakini bahwa program yang ditawarkan

perlu mendapat dukungan melalui kebijakan-kebijakan atau keputusan-keputusan politik.

Beberapa peran bidan sebagai advokator adalah :

1. Advokasi dan strategi pemberdayaan wanita dalam mempromosikan hak-haknya yang di

perlukan untuk mencapai kesehatan yang optimal (kesetaraan dalam memperoleh

pelayanan kebidanan).

2. Advokasi bagi wanita agar bersalin dengan aman.

3. Advokasi terhadap pilihan ibu dalam tatanan pelayanan. (Franciska & Novita, 2013; 138).

Salah satu fakta peran bidan sebagai perempuan dalam reformasi kebijakan

kesehatan sebagaimana ditulis oleh seorang Pemerhati Kebidanan di Indonesia Ayu A

Proboningdyah,AM.Keb dalam Media Informasi Kesehatan Bidan dan Keluarga Indonesia

Vol XXII. No 145 Tahun 2020 berjudul Bidan sebagai Pembela Perempuan, bergerak

merespon Revisi Undang-Undang Perkawinan di Indonesia. Dimana dalam artikel tersebut

disebutkan Revisi Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan akhirnya

disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada 16 September 2019. Jika sebelumnya

6
batas minimum usia untuk menikah bagi pria adalah 19 tahundan bagi wanita 16 tahun, kini di

ubah menjadi minimum 19 tahun untuk kedua belah pihak.

C. REFORMASI

Reformasi merupakan upaya dari pemerintah maupun individu untuk melakukan

perubahan terhadap suatu badan atau lembaga yang berada di suatu lingkungan, dengan

melihat fenomena yang telah terjadi sebelumnya, dan dirasakan tidak memberikan dampak

secara signifikan terhadap perbaikan kesejahteraan anggota melalui sistem pemerintahan

maupun pengorganisasian yang baik. Reformasi bisa dilakukan di semua aspek kehidupan,

tanpa terkecuali di bidang agama, berdasarkan pada dinamika-dinamika kehidupan yang

keliru yang diterapkan selama ini, sehingga membutuhkan perbaikan dan pelurusan tujuan

melalui visi dan misi yang jelas.

Menurut Sinambela, dkk: Pengertian reformasi adalah secara teoretis merupakan suatu

perubahan yang mana secara ke dalaman relatif terbatas tetapi keleluasaan dalam

perubahannya melibatkan seluruh elemen masyarakat.

D. KEBIJAKAN KESEHATAN

Kebikjakan kesehatan didefinisikan sebagai suatu cara atau tindakan yang berpengaruh

terhadap perangkat institusi, organisasi, pelayanan kesehatan dan pengaturan keuangan dari

sistem kesehatan (Walt, 1994).

Kebijakan kesehatan merupakan bagian dari sistem kesehatan (Bornemisza & Sondorp,

2002).

Komponen sistem kesehatan meliputi sumber daya, struktur organisasi, manajemen,

penunjang lain dan pelayanan kesehatan (Cassels, 1995).

Kebijakan kesehatan bertujuan untuk mendisain program-program di tingkat pusat dan

lokal, agar dapat dilakukan perubahan terhadap determinandeterminan kesehatan (Davies

7
2001; Milio 2001), termasuk kebijakan kesehatan internasional (Hunter 2005; Labonte,

1998; Mohindra 2007).

Kebijakan kesehatan adalah suatu hal yang peduli terhadap pengguna pelayanan kesehatan

termasuk manajer dan pekerja kesehatan.

Kebijakan kesehatan dapat dilihat sebagai suatu jaringan keputusan yang saling

berhubungan, yang pada prakteknya peduli kepada pelayanan kesehatan masyarakat (Green

& Thorogood, 1998).

8
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Perempuan bisa menjadi aktor strategis di dalam pembangunan secara nasional yang dapat
mengubah kehidupan masyarakat Indonesia menjadi lebih baik dan sejahtera.

2. Advokasi keterwakilan 30% perempuan dalam politik di lembaga legislatif merupakan


serangkaian tindakan yang dapat dilakukan oleh interest group yang concern memajukan
peran politik perempuan untuk mempengaruhi atau mendukung sumber daya politik yang
berkaitan dengan kebijakan publik dengan cara menekan implementasi dari regulasi atau
kebijakan publik yang telah ditetapkan.

3. perempuan kini mulai bangkit dan berhasil membuktikan bahwasanya keberadaan mereka
layak untuk diperhitungkan. Kecerdasan serta kepiawaian perempuan-perempuan Indonesia,
khususnya, tidak bisa lagi dianggap remeh karena telah turut berkontribusi terhadap
pembangunan.

4. Meskipun, dalam praktiknya, tidak semua perempuan yang berkecimpung di bidang politik
memiliki kewenangan untuk mengambil keputusan-keputusan strategis. Namun setidaknya,
mereka mampu merepresentasikan kehadiran serta menyuarakan aspirasi perempuan di level
kebijakan pemerintah.

9
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kemenkopmk.go.id/optimalisasi-peran-perempuan-dalam-pembangunan

https://dp3a.semarangkota.go.id/storage/app/media/E-book/peranan-pemberdayaan-perempuan-dan-

analisis-gender-pada-penentuan-kebijakan.

https://jia.stialanbandung.ac.id/index.php/jia/article/view/36

https://www.badankebijakan.kemkes.go.id/peran-advokasi-dalam-mendukung-kualitas-kebijakan/

https://www.detik.com/bali/berita/d-6473123/advokasi-adalah-tujuan-fungsi-jenis-dan-contohnya

https://mh.uma.ac.id/pahami-pengertian-dari-reformasi/

https://media.neliti.com/media/publications-test/21293-kebijakan-kesehatan-proses-implementasi-

bbd84bd6

https://spada.uns.ac.id/pluginfile.php/653308/mod_resource/content/1/KONSEP ADVOKASI

DALAM PELAYANAN KEBIDANAN.

https://www.kemenkopmk.go.id/optimalisasi-peran-perempuan-dalam-pembangunan

https://jia.stialanbandung.ac.id/index.php/jia/article/view/36

10
11

Anda mungkin juga menyukai