Anda di halaman 1dari 12

MODUL

PRIMARY SURVEY DI UNIT GAWAT DARURAT


Mata Kuliah Kegawatdaruratan Neonatal

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III
1. PURWANINGSIH HARTATI : 2281A0602
2. SITTI CHADIJAH AZIZ : 2281A0607
3. LISA WITA SABA : 2281A0605
4. SILVIANI : 2281A0603
5. LYDIA KESAULYA : 2281A0601

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN DAN PROFESI BIDAN


INSTITUT ILMU KESEHATAN STRADA INDONESIA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas limpahan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Modul dengan judul “Primary Survey di
Unit Gawat Darurat”. Modul ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Kegawatdaruratan Neonatal yang diampuh oleh Bd. Retno Palupi Y.,S.Keb., M.Kes pada
program S1 kebidanan Institut Ilmu Kesehatan Strada Indonesia.
Penulis menyadari bahwa modul ini masih banyak kekurangan sehingga kritik dan
saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang
ini.

Kaimana, 21 JUNI 2023

Penyusun

II
DAFTAR ISI

COVER………………………………………………………………………………………...i
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………...ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………...............1
B. Tujuan………………………………………………………………………………….2

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Definisi Kegawatdaruratan Neonatal………………………………………………….3
B. Primary Survey…………………………………………………………….…………..3

KESIMPULAN………………………………………………………………………………..8
DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………………………….....9

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kegawatdaruratan obstetri dan neonatal merupakan suatu kondisi yang dapat
mengancam jiwa seseorang, hal ini dapat terjadi selama kehamilan, ketika kelahiran bahkan
saat hamil. Sangat banyak sekali penyakit serta gangguan selama kehamilan yang bisa
mengancam keselamatan ibu maupun bayi yang akan dilahirkan. Kegawatan tersebut harus
segera ditangani, karena jika lambat dalam menangani akan menyebabkan kematian pada ibu
dan bayi baru lahir (Walyani & Purwoastuti, 2015).
WHO memperkirakan sementara total angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian
bayi (AKB) di ASEAN sekitar 170.000 dan 1,3 juta per tahun. Sebanyak 98% dari seluruh
AKI dan AKB di kawasan ini terjadi di Indonesia, Bangladesh, Nepal, dan Myanmar. AKI di
Indonesia pada tahun 2011 sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB sebesar 34 per
1000 kelahiran hidup. Angka ini masih jauh dari target Millenium Development Goals
(MDGs) tahun 2014, AKI menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB 23 per 1000
kelahiran hidup. Hasil survei penduduk antar sensus (SUPAS) tahun 2015, bahwa jumlah
AKB sebanyak 22,23 per 1.000 jumlah kelahiran hidup, hal ini sudah sesuai dengan target
Millinium Development Goals (MDGs) yaitu sebesar 23 per kelahiran hidup. AKB
merupakan jumlah kematian bayi dalam rentang usia 0 – 11 bulan pertama kehidupan
(Kemenkes, 2017).
Masa neonatal merupakan masa kritis untuk bayi karena bayi dalam masa transisi dari
kehidupan intra uteri ke ekstra uteri. Awalnya semua kebutuhan bayi dalam kandungan sudah
terpenuhi dari ibunya melalui placenta. Namun saat bayi dilahirkan dan berada diluar Rahim
terpapar dengan udara bebas, secara otomatis semua fungsi organ bayi harus mampu bekerja
sendiri baik jantung, pernafasan, ginjal dan lain-lain harus menyesuaikan untuk memenuhi
kebutuhan. Saat itu bayi harus beradaptasi dengan lingkungannya. Kondisi demikian,
memungkinkan ancaman baik dari individu dan lingkungan yang dapat memunculkan
permasalahan terkait dengan kehidupan bayi sehingga menjadi permasalahan
kegawatdaruratan neonatal. Permasalahan kegawatdaruratan neonatal bisa berdampak
meningkatnya Angka Kematian Bayi (AKB) yang sangat membutuhkan ketrampilan
menyelamatkan nasib anak bangsa. Upaya yang dapat dilakukan dengan cara meningkatkan
pengetahuan agar dapat memberikan layanan tepat dan tepat.

1
B. Tujuan
Terkait dengan permasalahan yang tercantum diatas maka tujuan yang ingin dicapai
dalam pembuatan modul ini adalah agar para pembaca dapat memahami lebih mendalam
terkait kegawatdaruratan neonatal dan primary survey di unit gawat darurat.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Kegawatdaruratan Neonatal


Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi secara tiba-tiba,
seringkali merupakan kejadian yang berbahaya (Dorlan,2011). Kegawatdaruratan dapat
didefinisikan sebagai situasi serius dan kadang kala berbahaya yang terjadi secara tiba-
tiba dan tidak terduga dan membutuhkan tindakan segera guna menyelamatkan
jiwa/nyawa.
Kegawatdaruratan neonatal adalah situasi yang membutuhkan evaluasi dan
manajemen yang tepat pada bayi baru lahir yang sakit kritis (≤ usia 28 hari )
membutuhkan pengetahuan yang dalam mengenai perubahan fisiologi dan kondisi
patologis yang mengancam jiwa yang bisa saja timbul sewaktu-waktu.
Pelayanan gawat darurat merupakan bentuk pelayanan yang bertujuan untuk
menyelamatkan kehidupan penderita, mencegah kerusakan sebelum tindakan/perawatan
selanjutnya dan menyembuhkan penderita pada kondisi yang berguna bagi kehidupan.
Karena sifat pelayanan gawat daruarat yang cepat dan tepat, maka sering dimanfaatkan
untuk memperoleh pelayanan pertolongan pertama dan bahkan pelayanan rawat jalan
bagi penderita dan keluarga yang menginginkan pelayanan secara cepat. Pengkajian pada
kasus gawat darurat dibedakan menjadi dua, yaitu : pengkajian primer dan pengkajian
sekunder. Pertolongan kepada pasien gawat darurat dilakukan dengan terlebih dahulu
melakukan survei primer untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang mengancam
hidup pasien, barulah selanjutnya dilakukan survei sekunder.

B. Primary Survey (Penilaian Awal)


Primary Survey (Penilaian Awal) merupakan usaha yang dilakukan untuk
mempertahankan kehidupan pada saat pasien atau korban mengalami keadaan yang
mengancam jiwa. Primary survey menyediakan evaluasi yang sistematis, pendeteksian
dan manajemen segera terhadap komplikasi akibat trauma parah yang mengancam
kehidupan.
Dalam menangani kasus kegawardaruratan, penentuan permasalahan utama
(diagnosa) dan tindakan pertolongannya harus dilakukan dengan cepat, tepat, dan tenang

3
tidak panik, walaupun suasana keluarga pasien ataupun pengantarnya mungkin dalam
kepanikan. Semuanya dilakukan dengan cepat, cermat, dan terarah.
Penilaian awal ialah langkah pertama untuk menentukan dengan cepat kasus
obstetrik yang dicurigai dalam keadaan gawat darurat dan membutuhkan pertolongan
segera dengan mengidentifikasi penyulit (komplikasi) yang dihadapi. Dalam penilaian
awal ini anamnesis lengkap belum dilakukan. Anamnesis awal dilakukan bersama-sama
dengan periksa pandang, periksa raba, dan penilaian tanda vital dan hanya untuk
mendapatkan informasi yang sangat penting berkaitan dengan kasus misalnya apakah
kasus mengalami perdarahan, deman, tidak sadar, kejang, sudah mengejan atau bersalin
berapa lama. Fokus utama penilaian adalah apakah pasien mengalami syok hipovolemik,
syok septik, syok jenis lain (syok kardiogenik, syok neurologic, dan sebagainya).

Pemeriksaan yang dilakukan dalam penilaian awal sebagai berikut:


1. Penilaian dengan periksa pandang
 Menilai kesadaran pasien : pingsan / koma, kejang-kejang, gelisah, tampak
kesakitan.
 Menilai wajah pasien : pucat, kemerahan, banyak berkeringat.
 Menilai pernapasan : cepat, sesak napas.
2. Penilaian dengan periksa raba (palpasi)
 Kulit : dingin, demam
 Nadi : lemah / kuat, cepat / kuat
3. Penilaian tanda-tanda vital

Tujuan dari Primary survey adalah untuk mengidentifikasi dan memperbaiki


dengan segera masalah yang mengancam kehidupan. Prioritas yang dilakukan pada
primary survey antara lain (Fulde, 2009) :

 Airway maintenance dengan cervical spine protection


 Breathing dan oxygenation
 Circulation dan kontrol perdarahan eksternal
 Disability-pemeriksaan neurologis singkat
 Exposure dengan kontrol lingkungan
Sangat penting untuk ditekankan pada waktu melakukan primary survey bahwa
setiap langkah harus dilakukan dalam urutan yang benar dan langkah berikutnya hanya
4
dilakukan jika langkah sebelumnya telah sepenuhnya dinilai dan berhasil. Primary
survey perlu terus dilakukan berulang-ulang pada seluruh tahapan awal manajemen.
Kunci untuk perawatan trauma yang baik adalah penilaian yang terarah, kemudian diikuti
oleh pemberian intervensi yang tepat dan sesuai serta pengkajian ulang melalui
pendekatan AIR (assessment, intervention, reassessment).

1. Airway ( Menjaga Jalan Nafas) dengan kontrol servikal


Tindakan pertama kali yang harus dilakukan adalah memeriksa
responsivitas pasien untuk memastikan ada atau tidaknya sumbatan jalan nafas.
Apabila bayi menangis dengan kencang maka jalan nafas bayi terbuka. Bayi atau
neonatus yang tidak sadar mungkin memerlukan bantuan airway dan ventilasi.
Obstruksi jalan nafas paling sering terjadi pada neonatus adalah Asfiksia.
Airway Manajemen merupakan suatu hal yang terpenting dalam melakukan
resusitasi dan membutuhkan ketrampilan khusus dengan penanganan keadaan gawat
darurat. Oleh sebab itu, hal yang pertama harus segera dinilai adalah kelancaran jalan
nafas, meliputi pemeriksaan jalan nafas yang dapat disebabkan oleh benda asing,
fraktur manibula atau maksila, fraktur laring.

Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian airway pada pasien antara lain :
 Kaji kepatenan jalan nafas pasien. Apakah neonatus menangis atau bernafas
dengan bebas?
 Tanda-tanda terjadinya obstruksi jalan nafas pada pasien antara lain:
 Adanya snoring atau gurgling
 Stridor atau suara napas tidak normal
 Agitasi (hipoksia)
 Sianosis
 Pemeriksaan jalan napas : Look/lihat gerakan nafas atau pengembangan dada,
adanya retraksi sela iga, warna mukosa/kulit dan kesadaran, Listen/dengar aliran
udara pernafasan, Feel/rasakan adanya aliran udara pernafasan. Jika terjadi
obstruksi jalan nafas, maka pastikan jalan nafas pasien terbuka.
 Gunakan berbagai alat bantu untuk mempatenkan jalan nafas pasien sesuai
indikasi:
 Lakukan suction (jika tersedia)

5
 Lakukan resusitasi

2. Breathing (pernapasan)
Periksa pernapasan dengan mencari gerakan dada, letakkan pipi anda di atas
mulut pasien, dan dengarkan dan rasakan gerakan udara. Periksa bibir dan wajah
untuk sianosis serta napas pasien pendek.

3. Circulation
Shock didefinisikan sebagai tidak adekuatnya perfusi organ dan oksigenasi
jaringan. Hipovolemia adalah penyebab syok paling umum pada trauma. Diagnosis
shock didasarkan pada temuan klinis: hipotensi, takikardia, takipnea, hipotermia,
pucat, ekstremitas dingin, penurunan capillary refill, dan penurunan produksi urin.
Oleh karena itu, dengan adanya tanda-tanda hipotensi merupakan salah satu alasan
yang cukup aman untuk mengasumsikan telah terjadi perdarahan dan langsung
mengarahkan tim untuk melakukan upaya menghentikan pendarahan. Penyebab lain
yang mungkin membutuhkan perhatian segera adalah: tension pneumothorax,
cardiac tamponade, cardiac, spinal shock dan anaphylaxis.
Langkah-langkah dalam pengkajian terhadap status sirkulasi pasien, antara lain :
 Cek nadi dan mulai lakukan CPR jika diperlukan.
 CPR harus terus dilakukan sampai defibrilasi siap untuk digunakan.
 Kontrol perdarahan yang dapat mengancam kehidupan dengan pemberian
penekanan secara langsung.
 Palpasi nadi radial jika diperlukan:
 Menentukan ada atau tidaknya
 Menilai kualitas secara umum (kuat/lemah)
 Identifikasi rate (lambat, normal, atau cepat)
 Regularity
 Kaji kulit untuk melihat adanya tanda-tanda hipoperfusi atau hipoksia (capillary
refill).
 Lakukan treatment terhadap hipoperfusi

4. Pengkajian Level of Consciousness dan Disabilities

6
Pada primary survey, disability dikaji dengan menggunakan skala AVPU :
 A - alert, yaitu merespon suara dengan tepat
 V - vocalises, mungkin tidak sesuai atau mengeluarkan suara yang tidak bisa
dimengerti
 P - responds to pain only (harus dinilai semua keempat tungkai jika
ekstremitas awal yang digunakan untuk mengkaji gagal untuk merespon)
 U - unresponsive to pain, jika pasien tidak merespon baik stimulus nyeri
maupun stimulus verbal.

5. Exposure (paparan)
Saat melakukan pemeriksaan fisik bayi untuk memeriksa luka serius yang
tidak terlihat atau cacat pada tubuh bayi, pasien harus benar-benar dibuka
pakaiannya. Untuk mencegah terjadinya hipotermi, saat melakukan pemeriksaan
sebaiknya dilakukan dibawah lampu atau ditempatkan ditempat yang hangat seperti
infant warmer. Kita juga harus menutupi kepala bayi dengan topi dan membungkus
tubuh bayi dengan selimut hangat untuk mencegah terjadinya hipotermia. Cairan
infuse harus dihangatkan dan lingkungan yang hangat dipertahankan (Krisanty, dkk,
2016).

7
KESIMPULAN

Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi secara tiba-tiba,
seringkali merupakan kejadian yang berbahaya. Sedangkan kegawatdaruratan obstetri adalah
kondisi kesehatan yang mengancam jiwa yang terjadi dalam kehamilan atau selama dan
sesudah persalinan dan kelahiran.
Kegawatdaruratan neonatal adalah situasi yang membutuhkan evaluasi
dan manajemen yang tepat pada bayi baru lahir yang sakit kritis (≤ usia 28 hari)
membutuhkan pengetahuan yang dalam mengenali perubahan psikologis dan kondisi
patologis yang mengancam jiwa yang bisa saja timbul sewaktu-waktu.
Tindakan pertolongan harus dilakukan secara sistematis dengan menempatkan
prioritas pada fungsi vital sesuai dengan urutan ABC, yaitu: A (Air Way) , B (Breathing)
dan C (Circulation).
Cara mencegah terjadinya kegawat daruratan adalah dengan melakukan perencanaan
yang baik, mengikuti panduan yang baik dan melakukan pemantauan yang terus menerus
terhadap ibu/klien.

8
DAFTAR PUSTAKA

Walyani, Elisabeth Siwi & Purwoastuti, E. 2015. Ilmu Obstetri Ginekologi Sosial Untuk

Kebidanan. Yogyakarta : PUSTAKABARUPRESS.

Kemenkes RI. 2017. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Jakarta : Kemenkes RI 2017.

Fulde, Gordian. (2009). Emergency medicine 5th edition. Australia : Elsevier.

Paula Krisanty, dkk. (2016). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta : TIM

Anda mungkin juga menyukai