Kegawatdaruratan Pediatri
Oleh :
D-III KEBIDANAN TINGKAT 3.A
SEMESTER V
Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
segala rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Kegawatdaruratan Pada Pediatri”. Meskipun banyak tantangan dan hambatan
yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tetapi kami berhasil menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
meluruskan penulisan makalah ini, baik dosen maupun teman-teman yang secara
langsung maupun tidak langsung memberikan kontribusi positif dalam proses
pengerjaannya.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, diharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan makalah kami ini
untuk ke depannya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi peningkatan proses
belajar mengajar dan menambah pengetahuan kita bersama. Akhir kata kami
mengucapkan terima kasih.
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengkajian dalam kegawatdaruratan pediatric
1.3.2 Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic dan kolaborasi
kegawatdaruratan pediatric
BAB II
PEMBAHASAN
1.2.1 Pengertian
Pediatric berasal dari bahasa Yunani, yaitu Pedos yang berarti anak dan
Iatrica yang berarti pengobatan. Arti dari bahasa Indonesia adalah ilmu
pengobatan anak dan pengertian ini lebih tepat daripada ilmu penyakit anak yang
ternyata masih sering dipakai
Asuhan gawat darurat adalah rangkaian kegiatan praktek keperawatan
kegawatdaruratan yang diberikan pada klien oleh perawat yang berkompeten
untuk memberikan asuhan keperawatan di ruangan gawat darurat. Asuhan
keperawatan diberikan untuk mengatasi masalah biologi, psikologi dan sosial
klien, baik aktual maupun potensial yang timbul secara bertahap maupun
mendadak.
Kegiatan asuhan keperawatan dilakukan dengan menggunakan sistematikan
proses keperawatan yang merupakan suatu metode ilmiah dan panduan dalam
memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas dalam rangka mengatasi
masalah kesehatan pasien. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan
meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan, tindakan keperawatan, dan evaluasi.
asuhan keperawatan di ruang gawat darurat seringkali dipengaruhi oleh
karakteristik ruang gawat darurat itu sendiri, sehingga dapat menimbulkan asuhan
keperawatan spesifik yang sesuai dengan keadaan ruangan.
2) Upaya napas
Upaya napas merefleksikan usaha anak mengatasi gangguan oksigenasi dan
ventilasi. Karakteristik hal yang dinilai adalah :
Suara napas yang tidak normal
Posisi tubuh yang khas
Retraksi
Cuping hidung
Tabel 2. Penilaian Upaya Napas
Karakteristik Hal yang dinilai
Suara napas yang tidak normal Mengorok, parau, stridor, merintih, menangis
Posisi tubuh yang tidak normal Sniffing, tripoding, menolak berbaring, head
bobbing
Retraksi Supraklavikula, interkosta, subternal
Cuping hidung Napas cuping hidung
3) Sirkulasi kulit
Sirkulasi kulit mencerminkan kecukupan curah jantung dan perfusi ke organ
vital. Hal yang dinilai (tabel 5):
Pucat
Mottling
Sianosis
Tabel 3. Penilaian Sirkulasi Kulit
Karakteristik Hal yang dinilai
Pucat Kulit atau mukosa tampak kurang merah karena kurangnya
aliran darah ke darah tersebut
Mottling Kulit berbecak kebiruan akbiat vasokontriksi
Sianosis Kulit dan mukosa tampak biru
Penilaian ketiga hal ini, tanpa menyentuh anak, telah dapat memberikan
gambaran kasar tentang kegawatan anak dengan cepat. Secara ringkas
penggunaan PAT dapat dilihat pada gambar dibawah.
Gawat Napas
Gagal Napas
Syok
Sirkulasi kulit
Tekanan darah dipengaruhi ukuran manset. Lebar manset yang benar adalah
duapertiga panjang lengan atas. Pemeriksaan tekanan darah membutuhkan
kooperasi anak. Tekanan darah tinggi pada anak yang tidak berkooperasi baik
mungkin dapat menyesatkan. Namun tekanan darah rendah menandakan syok.
Formula tekanan darah sistolik terendah:
Skala lain yang banyak digunakan untuk menilai fungsi korteks adalah skala
koma Glasgow. Penggunaan skala koma Glasgow untuk pasien gawat di lapangan
seringkali di anggap tidak praktis dan kontroversial.
Untuk mengevaluasi fungsi batang otak dilakukan pemeriksaan pola napas
sentral, postur tubuh (dekortikasi/deserebrasi/flacid), pupil dan reaksinya terhadap
cahaya serta evaluasi syaraf kranial lain. Refleks pupil dapat menjadi tidak normal
akibat hipoksia, obat-obatan, kejang atau herniasi batang otak.
Penilaian lebih lanjut dilakukan atas gerakan motorik. Perhatikan gerakan-
gerakan asimetrik, kejang, posture atau flasiditas. Pemeriksaan neurologis lebih
lengkap dilakukan pada tahap pemeriksaan tambahan.
5) Exposure (paparan)
Untuk melengkapi perlu juga dinilai hal lain yang dapat langsung terlihat,
contoh: ruam akibat morbili, hematoma akibat trauma, dan sebagainya. Ketika
melakukan pemeriksaan jagalah agar anak (terutama bayi) tidak kedinginan.
Meneruskan resusitasi
Melakukan pemeriksaan / pemantauan lebih lanjut
Merujuk
Proses ini amat tergantung pada kemampuan petugas, fasilitas yang ada dan sistim
penanggulangan kegawatan medis setempat. Bila fasilitas terbatas, lebih baik
untuk cepat melakukan rujukan untuk anak berisiko, antara lain:
Cedera berat
Riwayat penyakit berat (contoh: serangan asma yang berat yang tidak
memberikan respon adekuat terhadap pengobatan)
Kelainan fisiologi yang terdekteksi pada pengamatan awal
Kelainan anatomis yang dapat memberikan akibat fatal
Nyeri hebat
2. Pengkajian Sekunder
Berikut ini merupakan pengkajian kegawatdaruratan pada pediatric :
1. Identitas
Meliputi nama, usia, jenis kelamin, agama, alamat, tanggal masuk rumah
sakit, no. RM, serta diagnose medis.
2. Keluhan utama, meliputi keluhan yang sedang dialami pasien
3. Pengkajian primer
Pada pengkajian primer membahas mengenai proses evaluasi awal yang
sistematis untuk mengidentifikasi dan memperbaiki dengan segera masalah
yang mengancam kehidupan pada pasien yang mengalami kondisi gawat
darurat, yang meliputi Airway maintenance dengan cervical spine protection,
Breathing dan oxygenation, Circulation dan kontrol perdarahan eksternal,
Disability-pemeriksaan neurologis singkat dan Exposure dengan kontrol
lingkungan.
Setiap langkah dalam melakukan pengkajian primer harus dilakukan
dalam urutan yang benar dan langkah berikutnya hanya dilakukan jika
langkah sebelumnya telah sepenuhnya dinilai dan berhasil. Setiap anggota tim
dapat melaksanakan tugas sesuai urutan sebagai sebuah tim dan anggota yang
telah dialokasikan peran tertentu seperti airway, circulation, dll, sehingga
akan sepenuhnya menyadari mengenai pembagian waktu dalam keterlibatan
mereka (American College of Surgeons, 1997). Primary survey perlu terus
dilakukan berulang-ulang pada seluruh tahapan awal manajemen. Kunci
untuk perawatan trauma yang baik adalah penilaian yang terarah, kemudian
diikuti oleh pemberian intervensi yang tepat dan sesuai serta pengkajian ulang
melalui pendekatan AIR (assessment, intervention, reassessment).
Berikut ini merupakan algoritme pengkajian primer menurut Advanced
Trauma Life Support :
Airway maintenance with C-spine protection (mempertahankan jalan
napas sambil melindungi tulang servikal
Breathing and ventilation ( pernapasan dan ventilasi)
Circulation with hemorrage control (sirkulasi dan pengendalian
perdarahan)
a. Jalan Napas
Nilai dan bebaskan jalan napas sambil melakukan imobilisasi tulang
servikal jika diperlukan
1) Gunakan metode jaw thrust tanpa head tilt jika dicurigai terdapat
cedera tulang servikal
2) Siapkan alat pengisap setiap saat
3) Tentukan perlu-tidaknya pemasangan jalannapas definitif (intubasi)
4) Indikasi pemasangan intubasi:
a) Tidak mampu mempertahankan jalan napas
b) Memerlukan ventilasi tekanan positif
c) Luka bakar pada jalan napas atau cedera inhalasi
d) Cedera kepala berat GCS <8
e) Trauma maksilofasial mayor
b. Pernapasan
Cari penyebab gagal napas:
1) Hipoventilasi akibat cedera otak
2) Pneumothoraks atau tension pneumothoraks
3) Hematotoraks
4) Dada gail (fail chest)
5) Kontusio paru
6) Kebanyakan cedera otak dapat di diagnosis melalui anamnesis,
pemeriksaan, dan rontgen toraks
7) Pneumotoraks terbuka
c. Sirkulasi
Cari tanda syok, tentukan penyebab, dan laksanakan terapi:
1) Nilai adanya perdarahan, cari perdarahan aktif luar dan dalam
(terjadi pada cedera organ dalam yang padat)
2) Pasagang akses pembuluh darah dengan dua akses IV berdiameter
besar dan lakukan resusitasi volume
3) Cari adanya ketidakstabilan hemodinamik, yang dapat tetap ada
eskipun sudah dilakukan resusitasi volume; perimbangkan adanya
perdarahan yang tidak terlihat serta syok spinal.
4) Cegah atau segera atasi penyebb potensial cedera otak sekunder,
seperti hipovolemia, hipetensi, dan hipoksia
d. Disabilitas
Lakukan penilaian neurologik secara cepat untuk engetahui kondisi yang
memerlukan intervensi segera::
1) Terapkan skala respons AVPU:
a) Alert – awas
b) Verbal – responsi terhadap rangsangan verbal
c) Painful – responsiif terhadap rangsangan nyeri
d) Unresponse
e) Pikirkan indikasi
2) Tentukan skala koma Glasgow (Glasgow Coma Scale, GCS)
3) Periksalah pupil lihat adakah perbedaan ukuran, diatasi, atau
respons yang ambat terhadap cahaya.
4) Pikirkan indikasi pemberian ventilasi bantuan (termasuk GCS < 8)
e. Pemeriksaan daerah yang tertutup pakaian dan pengendalian lingkungan
luar
1) Lepas semua baju, cari adanya cedera, ukur suhu inti tubuh, dan
pertahankan lingungan dalam suhuh netral.
2) Cegah dan atasi hipotermia yang signifikan.
Resusitasi awal
1. Bebaskan dan pertahankn jalan napas
2. Tangani masalah pernapasan/toraks akut
3. Pasang dua akses IV berkaliber besar
4. Jika perfusi sistemik tidak adekuat, ganti volume secara cepat
menggunakan NS 20 ml/kg
1. Darah tepi lengkap dan hitung jenis, golongan darah dan skrining
2. Elektrolit, glukosa, kreatinin, urea
3. Fungsi hati: AST ALT, fisfatase alkali
4. Profil koagulasi: PT, PTT, INR
5. Amilase
6. Kadar alkohol darah
7. Urinalisis.
4. Pengkajian sekunder
Membahas mengenai proses anamnesis riwayat kesehatan sekarang, riwayat
kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga dan pemeriksaan fisik head to
toe untuk menilai perubahan bentuk, luka dan cedera yang dialami pasien
dewasa.
3.1 KESIMPULAN
Pemeliharaan kesehatan pada anak tidak dapat berjalan dengan hanya peran orang
tua dan tenaga kesehatan saja, akan tetapi peran – peran yang lain harus dapat
mendukung seperti : peran masyarakat, peran bermacam – macam tingkat sistem
pemeliharaan kesehatan yang lain, dan pengkoordinasian dengan sector – sector
bukan kesehatan yang lain
Metode pemberian keamanan / safety berbeda sesuai usia dan perkembangan
anak, antara lain :
1. Keamanan dan pencegahan cedera pada masa bayi
2. Keamanan dan pencegahan cedera pada masa anak – anak
3. Keamanan dan pencegahan cedera selama usia sekolah
4. keamanan dan pencegahan cedera selama remaja
3.2 SARAN
Debora, Oda. 2017. Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik Edisi 2. Jakarta :
Salemba Medika