Anda di halaman 1dari 28

PEMERIKSAAN FISIK PADA MASA REMAJA, PRANIKAH, DAN

PRAKONSEPSI SERTA PENDOKUMENTASIAN PRAKONSEPSI


SESUAI STANDAR DAN KOMPREHENSIF
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Remaja,
Pranikah dan Prakonsepsi
Di Program Studi D IV Alih Jenjang Kebidanan

Disusun Oleh :

Ani Mulyani P20624322005


Dwi Hastuti Setianingsih P20624322014
Enung Mulyani P20624322017
Erlina Nursa’adah P20624322018
Eva Susiana P20624322021
Nurul Fitriana P20624322034
Vinna Milasari Munada P20624322046
Weni Widiarti P20624322047

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
JURUSAN KEBIDANAN
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................................2
1.3. Tujuan..............................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
2.1 Pemeriksaan Fisik............................................................................................3
2.2 Pemeriksaan Fisik pada Remaja.......................................................................3
2.3 Pemeriksaan Fisik pada Masa Pra Nikah dan Pra Konsepsi.............................4
2.4 Pendokumentasian Pada Kasus Pra Konsepsi Sesuai Standar dan
Komprehensif........................................................................................................16
BAB III............................................................................................................................22
3.1 Kesimpulan......................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................23

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

makalah “Pemeriksaan Fisik Pada Masa Remaja, Pranikah, dan Prakonsepsi serta

Pendokumentasian Prakonsepsi Sesuai Standar dan Komprehensif” yang diajukan

untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Remaja,

pranikah dan prakonsepsi. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah

limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Penulis menyadari tanpa bimbingan dari berbagai pihak, makalah ini tidak

akan terselesaikan dengan baik, sehingga dalam kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Hj. Ani Radiati R, S.Pd, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes

Tasikmalaya

2. Nunung Mulyani, APP, M.Keb selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes

Kemenkes Tasikmalaya

3. Dr. Meti Widiya Lestari, SST, MPH selaku Ketua Program Studi Sarjana

Terapan dan Profesi Kebidanan

4. Laila Putri, SST., M.Keb selaku dosen pengampu Asuhan Kebidanan Remaja,

Pranikah dan Prakonsepsi.

5. Pihak-pihak terkait yang telah banyak membantu, yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini, masih

jauh dari kesempurnaan baik dalam hal penulisan maupun tata Bahasa. Oleh

ii
karena itu, kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat penulis

harapkan.

Penulis mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis pada

khususnya dan bagi semua pihak yang membutuhkan pada umumnya. Aamiin

Tasikmalaya, September 2022

Penulis

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Masalah kesehatan merupakan masalah yang kompleks, oleh karena
itu perlu diupayakan secara menyeluruh dan bersama-sama dengan
masyarakat untuk mengatasinya. Dalam pelaksanaannya, pelayanan
kesehatan diupayakan dekat dengan masyarakat, sehingga strategi pelayanan
kesehatan yang utama merupakan pendekatan yang juga menjadi acuan
pelayanan kesehatan yang akan diberikan (Karwati, 2011).
Salah satu masalah kesehatan yang masih menjadi perhatian bagi
pemerintah adalah kematian ibu dan bayi. Angka kematian ibu dan bayi baru
lahir berdasarkan laporan evaluasi Millenium Development Goals tahun 2015
masih tercatat sebesar 305/100.000 kelahiran hidup, padahal target yang
dicanangkan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) adalah 102 per 100.000
kelahiran (Achadi, 2019). Upaya menurunkan kematian ibu dan bayi tidak
hanya dilakukan dengan upaya kuratif dan rehabilitatif, tetapi juga melalui
upaya preventif dan promotif yang dapat menjadi tombak untuk
menghilangkan penyebab kematian ibu dan bayi.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah mengidentifikasi faktor
risiko sebelum dimulainya kehamilan (pra konsepsi) sehingga asuhan yang
tepat dapat disiapkan sesuai kondisi ibu. Dalam kajian asuhan kebidanan,
kesehatan pranikah merupakan bagian dari asuhan prakonsepsi. Asuhan
prakonsepsi memiliki banyak keuntungan dan variasi, diantaranya
memungkinkan identifikasi penyakit medis, pengkajian kesiapan psikologis,
keuangan dan pencapaian tujuan hidup (Varney dalam Kriebs&Gegor, 2012).
Penelitian Dean et al. (2013), mengemukakan bahwa topik-topik penting yang
disarankan dalam perawatan prakonsepsi meliputi pendidikan kesehatan
paada wanita dan pasangannya (health promotion), identifikasi faktor risiko
(risk assessment) dan asuhan sesuai dengan faktor risiko (interventions) pada
wanita dan pasangannya untuk mengurangi faktor risiko yang dapat
mempengaruhi kehamilannya pada masa yang akan datang. Asuhan

1
prakonsepsi adalah program yang dicanangkan oleh World Health
Organisation (WHO) pada tahun 2012 di Geneva yang bertujuan untuk
menurunkan angka kematian ibu, bayi dan kecacatan. Program ini
dilaksanakan oleh semua negara di dunia. Utamanya negara berpenghasilan
rendah dan menengah yang biasa disebut Low and Middle Income Country
(LMICs) salah satunya Indonesia.
Asuhan prakonsepsi berguna untuk mengidentifikasi hal-hal yang
berkaitan dengan masalah kesehatan, kebiasaan gaya hidup, atau masalah
sosial yang kurang baik yang memungkinkan mempengaruhi kehamilan
(Dean et al., 2013). Adapun sasaran program asuhan prakonsepsi adalah
pasangan pengantin. Masa sebelum konsepsi bagi pasangan pengantin sangat
penting untuk diperhatikan dalam rangka mempersiapkan kehamilan yang
sehat. Menurut Kemenkes RI (2014), pelayanan kesehatan masa sebelum
hamil dilakukan untuk mempersiapkan perempuan dalam menjalani
kehamilan dan persalinan yang sehat dan selamat serta memperoleh bayi yang
sehat. Asuhan prakonsepsi merupakan bagian dari upaya preventif dan
promotif yang menjadi tombak untuk menghilangkan penyebab kematian ibu
dan anak. Faktor risiko yang mempengaruhi kehamilan seseorang dapat
dikurangi dengan cara mengidentifikasi faktor risiko tersebut sebelum
dimulainya kehamilan. Sehingga pelayanan kesehatan pada calon pengantin
yang komprehensif merupakan momentum yang tepat untuk mengawali
pencegahan kehamilan berisiko.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana pemeriksaan fisik pada masa remaja, pra nikah dan pra
konsepsi?
2. Bagaimana pendokumentasian pra konsepsi yang komprekensif?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pemeriksaan fisik pada masa remaja, pra nikah, dan pra
konsepsi.
2. Untuk mengetahui pendokumentasian pra konsepsi yang komprehensif.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan fisik merupakan pemeriksaan tubuh untuk menemukan
kelainan dari suatu sistim atau suatu organ tubuh dengan empat metode yaitu
melihat (inspeksi), meraba (palpasi), mengetuk (perkusi) dan mendengarkan
atau auskultasi (Raylene M Rospond, 2009;Lyrawati, 2009). Pemeriksaan
fisik head to toe perlu dilakukan dengan benar karena hasil pemeriksaan fisik
dapat dijadikan dasar untuk menegakkan diagnosa.
Secara umum, pemeriksaan fisik yang dilakukan bertujuan: untuk
mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien, untuk menambah,
mengonfirmasi, atau menyangkal data yang diperoleh dalam riwayat
keperawatan, untuk mengonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa
keperawatan, untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status
kesehatan klien dan penatalaksanaan, serta mengevaluasi hasil fisiologis dari
asuhan.

2.2 Pemeriksaan Fisik pada Remaja


Lingkup asuhan kebidanan pada remaja berfokus pada upaya preventif
dan promotif yang biasanya diaplikasikan pada kegiatan posyandu remaja.
Posyandu remaja adalah suatu bentuk upaya kesehatan yang bersumber daya
masyarakat (UKBM) dan dikelola serta diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat termasuk remaja dalam penyelenggaran kegiatan
kesehatan masyarakat yang tetap didampingi, difasilitasi, serta dilakukan
bersama dengan tenaga kesehatan yaitu Bidan. Sasaran kegiatan Posyandu
Remaja adalah remaja usia 10-18 tahun, laki-laki dan perempuan dengan
tidak memandang status pendidikan dan perkawinan termasuk remaja dengan
disabilitas. Sedangkan untuk sasaran petunjuk pelaksanaan terdiri dari
petugas kesehatan, Pemerintah Desa/Kelurahan (termasuk tokoh masyarakat,

3
tokoh agama, organisasi kemasyarakatan, dan lainnya), pengelola program
remaja, keluarga dan masyarakat, serta kader kesehatan remaja.
Asuhan kebidanan pada remaja putri yang yang berfokus pada upaya
preventif dan promotif ini dikemas dalam bentuk kegiatan posyandu remaja
yang meliputi kegiatan penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan,
pengukuran tekanan darah, pemberian penyuluhan kesehatan atau edukasi
tentang kesehatan reproduksi remaja, bahaya NAPZA, free sex, HIV-AIDS,
pendampingan remaja bagi mereka yang bermasalah baik secara fisik maupun
psikis, pemberian multivitamin untuk menunjang pertumbuhan dan mengatasi
masalah disminorhoe atau nyeri saat menstruasi.
Kegiatan posyandu remaja ini dilakukan rutin setiap satu bulan sekali,
guna untuk memantau serta mendampingi remaja melalui masa labil, masa
pesat dan cepat untuk tumbuh dan berkembang secara fisik, psikis dan
emosinal. Asuhan kebidanan pada remaja putri ini diberikan dengan tujuan
agar semua remaja putri dapat menjalani masa remajanya dengan baik tanpa
timbul suatu masalah baik terjadinya gangguan fisik, psikis, emosi dan
intelektual yang nantinya dapat berpengaruh pada masa dewasa.

2.3 Pemeriksaan Fisik pada Masa Pra Nikah dan Pra Konsepsi
Pelaksanaan skrining prakonsepsi di Indonesia di atur dalam Peraturan
Menteri Kesehatan No 97 Tahun 2014 Tentang pelayanan kesehatan masa
sebelum hamil, masa hamil, persalinan, dan masa sesudah melahirkan,
penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi, serta pelayanan kesehatan seksual.
Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil dilakukan untuk
mempersiapkan perempuan dalam menjalani kehamilan dan persalinan yang
sehat dan selamat serta memperoleh bayi yang sehat. Sasaran pelayanan
kesehatan masa sebelum hamil berdasarkan Permenkes No.97 Tahun 2014
adalah remaja, calon pengantin dan pasangan usia subur.
Kegiatan pelayanan kesehatan masa sebelum hamil berdasarkan
Permenkes No.97 Tahun 2014 meliputi :
1. Pemeriksaan fisik

4
Pemeriksaan fisik yang dimaksudkan paling sedikit meliputi
pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan status gizi. Pemeriksaan status
gizi harus dilakukan terutama untuk menanggulangi masalah kurang
energi kronis (KEK) dan pemeriksaan status anemia. Pemeriksaan fisik
yang dilakukan meliputi pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan status
gizi, dan status anemia. Pemeriksaan status gizi sangat penting bagi
Wanita pra nikah, untuk menditeksi adanya gangguan Kurang energi
kalori (KEK), karena status gizi Wanita pra nikah akan mempengaruhi
status gizi pada masa hamil dan status gizi calon bayinya kelak jika dia
melakukan perencanaan kehamilan.
2. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang merupakan pelayanan kesehatan yang
dilakukan berdasarkan indikasi medis, terdiri atas pemeriksaan darah rutin,
pemeriksaan darah yang dianjurkan, pemeriksaan penyakit menular
seksual, pemeriksaan urin rutin dan pemeriksaan penunjang lainnya atas
indikasi seperti gula darah, malaria, TORCH, Hepatitis B, HIV/AIDS,
tiroid, IVA atau pap smear (bagi catin perempuan yang sudah pernah
menikah).
3. Pemberian imunisasi
Pemberian imunisasi dilakukan dalam upaya pencegahan dan
perlindungan terhadap penyakit Tetanus. Pemberian imunisasi Tetanus
Toxoid (TT) dilakukan untuk mencapai status T5 hasil pemberian
imunisasi dasar dan lanjutan. Status T5 ditujukan agar wanita usia subur
memiliki kekebalan penuh.
4. Suplementasi gizi
Pemberian suplementasi gizi bertujuan untuk pencegahan anemia
gizi. Pemberian suplementasi gizi untuk pencegahan anemia gizi
dilaksanakan dalam bentuk pemberian edukasi gizi seimbang dan tablet
tambah darah. Pada catin, TTD (Tablet Tambah Darah) dapat diperoleh
secara mandiri dan dikonsumsi 1 (satu) tablet setiap minggu sepanjang
tahun. Penanggulangan Anemia pada catin harus dilakukan bersamaan

5
dengan pencegahan dan pengobatan Kurang Energi Kronis (KEK),
kecacingan, malaria, TB, dan HIV-AIDS.

5. Konsultasi kesehatan dan Pelayanan Klinis Medis


Konsultasi kesehatan berupa pemberian komunikasi, informasi,
dan edukasi kepada wanita pra nikah tentang kesehatan wanita usia subur
dan sesuai dengan kebutuhannya.
Pelayanan klinis medis berupa tata laksana medis untuk menangani
masalah kesehatan pada masa sebelum hamil yang dilakukan oleh dokter
dan/atau tenaga kesehatan lainnya sesuai kompetensi dan kewenangan
masing-masing.
Tata laksana dapat berupa pengobatan atau terapi yang diberikan
pada catin sesuai dengan diagnosis/ permasalahannya. Tata laksana dapat
diberikan di FKTP dan jejaringnya yang memberikan pelayanan tingkat
pertama sesuai dengan standar pelayanan di FKTP.
Bila FKTP dan jejaringnya yang memberikan pelayanan tingkat
pertama tersebut tidak mampu memberikan penanganan (terkait
keterbatasan tenaga, sarana-prasarana, obat, maupun kewenangan)
dilakukan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu tata
laksana atau ke FKRTL untuk mendapatkan penanganan lanjutan
6. Pelayanan kesehatan lainnya.
Pelayanan kesehatan yang harus diperhatikan dalam skrining
prakonsepsi adalah pemeriksaan psikologis. Kondisi psikologis sangat
mempengaruhi kehamilan sehingga perlu mendapatkan perhatian khusus.

Lingkup asuhan kebidanan pada wanita pra nikah juga melayani


tentang konseling perencanaan kehamilan sehat. Bagi wanita pra nikah yang
tidak ingin menunda kehamilan segera setelah menikah dapat berkonsultasi
dengan Bidan dalam perencanaan kehamilan sehat.

6
Konseling perencanaan kehamilan sehat harus diberikan kepada
pasangan yang hendak menikah atau merencanakan kehamilan dengan tujuan
untuk mempersiapkan kehamilan sehat sehingga dapat meminimalkan resiko
komplikasi saat kehamilan maupun persalinan. Adapun konseling perencanaan
kehamilan sehat menurut Kemenkes (2018) pada lembar balik kesehatan
reproduksi dan seksual bagi calon pengantin yang diberikan dalam
perencanaan kehamilan sehat meliputi sebagai berikut :
1. Persiapan Fisik
Persiapan fisik meliputi persiapan tanda-tanda vital, pemeriksaan
status gizi (TB, BB, IMT, LILA, Tanda-tanda anemia), pemeriksaan
golongan darah rutin, pemeriksaan urin rutin, dan pemeriksaan lain atas
indikasi seperti gula darah, malaria, TORCH, Hepatitis B, HIV/AIDS,
tiroid, dan lain-lain).
Penapisan status gizi dengan LiLA pada WUS untuk mengetahui
adanya risiko KEK. Ambang batas LiLA pada WUS dengan risiko KEK di
Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila hasil pengukuran kurang dari 23,5 cm
atau dibagian merah pita LiLA, artinya perempuan tersebut mempunyai
risiko KEK, dan diperkirakan akan melahirkan BBLR.
2. Persiapan Gizi
KIE persiapan gizi penting untuk dilakukan untuk memastikan
calon ibu sudah melakukan perbaikan status gizi sebelum hamil. Pada
persiapan gizi terlebih dahulu di ukur status gizi ibu, kemudian bidan
menghitung IMT sebagai dasar memberikan konseling gizi seimbang.
Dalam persiapan gizi, calon pengantin diedukasi untuk mengkonsumsi
asam folat untuk menghindari terjadinya defisiensi asam folat yang dapat
menyebabkan gangguan pada masa organogenesis.

7
Dalam merencanakan kehamilan sehat, calon pengantin/calon ibu
harus memahami mengenai gizi seimbang dan menerapkan 4 pilar gizi
seimbang dalam kehidupan sehari-hari dan ditambah mengonsumsi asam
folat untuk membantu memenuhi kebutuhan asam folat dalam tubuh.
Untuk calon pengantin yang mengalami anemia defisiensi besi,
suplementasi Fe sangat dibutuhkan dan perlu dilakukan evaluasi kenaikan
kadar Hb sebelum terjadi kehamilan.
3. Skrining Status Imunisasi TT
Imunisasi TT menjadi salah satu program yang wajib dilakukan
oleh calon pengantin sebagai syarat mendaftar menikah. Hal ini
merupakan upaya untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum. Adapun
penjelasan imunisasi TT tertera pada gambar berikut ini :

8
Imunisasi Td untuk WUS (Wanita Usia Subur) termasuk ibu hamil
dan catin, merupakan imunisasi lanjutan yang terdiri dari imunisasi
terhadap penyakit Tetanus dan Difteri. Catin perempuan perlu mendapat
imunisasi Tetanus untuk mencegah dan melindungi diri terhadap penyakit
Tetanus, sehingga akan memiliki kekebalan seumur hidup untuk
melindungi ibu dan bayi dari penyakit Tetanus. Tiap WUS (15-49 tahun)
diharapkan sudah mendapat 5 kali imunisasi Tetanus lengkap (T5), jika
status T belum lengkap, maka catin perempuan harus melengkapi status
imunisasi Tetanusnya di Puskesmas. Sebelum Imunisasi dilakukan
penentuan status Imunisasi T melalui skrning terlebih dahulu.
Pemberian Imunisasi Td tidak perlu diberikan, apabila status T
sudah mencapai T5, yang harus dibuktian dengan buku Kesehatan Ibu dan
Anak, buku Raport Kesehatanku, Kohort dan atau rekam medis catin yang
bersangkutan.
Kriteria penentuan status imunisasi T: bila pada waktu bayi
terbukti pernah mendapat DPT-HB-Hib1 dicatat sebagai T1, kemudian
mendapat DPT-HB-Hib2 dicatat sebagai T2, lalu jika mendapat DPT-HB-
Hib pada usia baduta dicatat sebagai T3, Sehingga pemberian DT dan Td
di sekolah dicatat sebagai T4 dan T5. Bila tidak terbukti pernah mendapat
suntikan DPT-HB-Hib pada waktu bayi dan baduta, maka DT dicatat
sebagai T1.
4. Menjaga Kesehatan Organ Reproduksi

9
KIE yang dapat diberikan untuk menjaga kesehatan organ
reproduksi wanita meliputi :
a. Menggunakan pakaian dalam berbahan katun menyerap
b. Cebok dari arah vagina ke dubur
c. Mengganti pembalut maksimal 4 jam sekali
d. Tidak perlu menggunakan cairan pembersih vagina terlalu sering
e. Jangan mengenakan pembalut tipis terlalu sering
f. Gunakan handuk kering dan bersifat pribadi
5. Kondisi Kesehatan yang Perlu Diwaspadai
Beberapa kondisi kesehatan sebelum hamil harus menjadi
perhatian khusus agar tidak mempengaruhi kehamilan. beberapa kondisi
kesehatan yang perlu di waspadai:
a. Anemia
Anemia adalah kondisi dimana kadar hemoglbin (Hb) di dalam
darah kurang dari normal (12 mg/dL). Anemia sering dialami oleh
perempuan Karena kurangnya asupan atau konsumsi makanan yang
mengandung zat besi, pengaturan pola makan yang salah, gangguan
haid/haid abnormal, dan penyakit lainnya (seperti kecacingan,
Malaria, dan lainnya). Kondisi kurang gizi dalam keadaan terus
menerus dapat mengakibatkan Kurang Energi Kronik (KEK). ibu
hamil dengan kekurangan gizi memiliki risiko yang dapat
membahayakan ibu dan janin antara lain:
1) Anemia pada ibu dan janin
2) Perdarahan saat melahirkan
3) Keguguran
4) Mudah terkena penyakit infeksi
5) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
6) Bayi lahir mati
7) Kelainan bawaan pada janin
Tanda anemia yang sering dirasakan yaitu lesu, letih, lemah,
lelah, lunglai (5L) dan sering mengeluh pusing dan mata berkunang-
kunang.

10
Anemia dapat dicegah dan diatasi dengan mengonsumsi
makanan bergizi seimbang, minum tablet tambah darah (TTD) 1 tablet
per minggu sebelum hamil dan 1 tablet per hari selama kehamilan.
Jika ada penyakit yang menyertai, segera ke fasilitas pelayanan
Kesehatan.
Jika catin perempuan mengalami gizi kurang dan atau anemia,
sebaiknya menunda kehamilan dengan ber-KB dan mendapatkan
penanganan kesehatan sampai status gizinya baik dan Hb normal ( ≥
12 mg/dL)
b. Hepatitis B
Hepatitis B adalah peradangan hati yang disebabkan oleh
Virus Hepatitis B. Virus Hepatitis B dapat ditemukan dalam cairan
tubuh penderita, seperti produk darah, cairan serebrospinal, cairan
vagina dan caran tubuh lainnya,
Gejala hepatitis tidak khas bahkan sering tanpa gejala, ketika
muncul gejala seringkali sudah terlambat, sudah sirosis bahkan kanker
hati sehingga hepatitis sering disebut sebagai silent killer. Gejala yang
dapat timbul yaitu demam, kencing berwarna gelap seperti the, mual
dan muntah, lelah, serta mata dan kulit kuning.
Pencegahan Hepatitis B pada catin:
1) Menghindari faktor risiko penularan Hepatitis B
2) lmunisasi Hepatitis B : vaksin Hepatitis B diberikan dalam 3 dosis,
yaitu pada bayi bulan ke-0, 1 dan 6
Catin penting mengetahui dan diskrining Hepatitis B karena
dapat menular melalui hubungan seksual maupun dari ibu hamil ke
bayinya.
c. Diabetes Melitus
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang
ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah ≥ 200 mg/dL
(pada pemeriksaan gula darah sewaktu).
Gejala Diabetes Melitus:
1) Trias DM ( banyak minum, banyak makan, sering kencing)

11
2) Mudah lelah dan mengantuk
3) Penglihatan kabur
4) Penurunan berat badan meskipun nafsu makan mengalami
peningkatan
5) Bila terdapat luka lebih sulit sembuh
6) Masalah pada kulit (misalnya gatal -gatal,iritasi ll)
Dampak Diabetes Melitus dalam kehamilan:
1) Berat badan bayi lahir di atas normal/ bayi lahir besar
2) Bayi berisiko mengalami hiperbilirubinemia (kuning)
3) Peningkatan risiko kelahiran prematur (lahir sebelum waktunya)
4) Peningkatan rsiko hipertensi dalam kehamilan
5) Peningkatan risiko diabetes pada kehamilan berkutnya
6) Bayi berisiko mengidap diabetes saat dewasa
d. Malaria dan TORCH
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh sekelompok
parasit plasmodium yang hidup dalam sel darah merah. Malaria
ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi
parasit plasmodium. Malaria juga dapat ditularkan melalui transfusi
darah yang terkontaminasi parasit plasmodium. Malaria tidak dapat
ditularkan secara kontak langsung dari satu manusia ke manusia
lainnya.
Dampak Malaria pada catin yaitu malaria bisa menyebabkan
anemia pada catin dan kelak dapat mempengaruhi kesehatan ibu hamil
dan janinnya, Anemia pada Kehamilan dapat menyebabkan
keguguran, risiko perdarahan saat melahirkan, bayi lahir sebelum
waktunya, dan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR).
Pencegahan Malaria pada catin:
1) Penggunaan kelambu saat tidur,
2) Tutup pintu dan jendela menggunakan kawat/kasa/kelambu nilon,
3) Gunakan pakaian pelindung yang menutupi lengan dan kaki saat
keluar rumah
4) Gunakan obat/krim anti nyamuk

12
TORCH adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV), dan Herpes simplex
virus Il (HSV-II) serta virus lainnya,
Penularan TORCH secara aktif melalui konsumsi makanan
dan sayuran yang terkontaminasi virus TORCH dan tidak dimasak
sempurna. Makanan/sayuran dapat terkontaminasi virus TORCH dari
kotoran hewan seperti kucing, anjing, ayam, burung, dan lain-lain,
sedangkan penularan pasif dari ibu hamil pengidap TORCH ke janin
Dampak TORCH pada catin:
1) Infertilitas (baik catin perempuan maupun laki-laki)
2) Kelak jika hamil dapat mengakibatkan kecacatan pada janin, misal
kelainan saraf, mata, telinga, otak (mikrosefali atau hidrosefalus),
kelainan paru-paru, limpa, terganggunya fungsi motorik,
Pencegahan TORCH pada catin:
1) Vaksinasi MMR (Mumps Measles Rubella) untuk mencegah
komponen Rubella dari TORCH dilakukan 3-6 bulan dari
rencana hamil.
2) Perilaku hidup bersih dan sehat: cuci tangan pakai sabun,
mencuci bahan makanan (sayuran, buah, dan lainnya) dengan
air bersih yang mengalir, dan memasak makanan sampai
matang sempurna.

13
e. Thalassemia
Thalassemia merupakan penyakit kelainan sel darah merah
akibat kekurangan protein pembentuk sel darah merah yang
menyebabkan sel darah merah mudah pecah, sehingga penderita
mengalami kurang darah berat yang dapat mengancam jiwa, Penyakit
ini diturunkan oleh kedua orang tua pembawa sifat Thalessemia
kepada anak kandung dan keturunanya.
Terdapat 2 jenis Thalassemia yaitu Thalassemia Minor dan
Thalassemia Mayor. Orang dengan Thalassemia Minor/pembawa sifat
tampak sehat dan dapat tidak menunjukkan gejala. Sedangkan orang
dengan Thalassemia Mayor memerlukan pengobatan dan transfusi
darah rutin seumur hidup serta memiliki sisa harapan hidup yang
relatif pendek.

Deteksi dini Thalassemia pada catin:


1) Memiliki riwayat penyakit keluarga dengan anemia atau pasien
Thalassemia
2) Pucat dan lemah
3) Riwayat transfusi berulang
4) Pemeriksaan darah dan analisis Hb

14
Jika kedua pasangan catin merupakan pembawa sifat
Thalassemia dan kelak hamil, maka beresiko (25%) melahirkan anak
dengan Thalassemia Mayor.
Program pengelolaan penyakit Thalassemia pada catin
ditujukan untuk mencegah kelahiran anak dengan Thalassemia Mayor,
melalui:
1) Skrining Thalassemia sedini mungkin atau sebelum menikah pada
catin laki-laki dan perempuan untuk mengetahui apakah pasangan
catin merupakan pembawa sifat Thalassemia,
2) Jika kedua pasangen catin pembawa sifat Thalassemia memutuskan
untuk ttap menikah, anjurkan untuk menghindari kehamdan dengan
selalu menggunakan kontrasepsi.

f. Hemofilia
Hemofilia adalah penyakit gangguan faktor pembekuan darah
dalam tubuh yang menyebabkan perdarahan sulit berhenti atau
berlangsung lebih lama. Penyakit ini diturunkan oleh salah satu atau
kedua orang tua kepada anak kandung dan keturunannya. Pada wanita,
kelainan ini bersifat resesif sebagai pembawa sifat sedangkan pada
laki-laki dapat muncul gejala ringan hingga berat.
Gejala Hemofilia :
1) Perdarahan sulit berhenti atau berlangsung lebih lama misal pada
luka, cedera, operasi, cabut gigi pasca suntikan, dan pasca
imunisasi suntik, Tingkat keparahan tergantung dari jumlah faktor
pembekuan di dalam darah.
2) Gejala lain berupa memar pada kulit bila terbentur, persendian
bengkak dan nyeri, mimisan, sering muntah, sakit kepala, cepat
lelah, dan penglihatan ganda.

15
Jika salah satu catin merupakan pembawa sifat atau penderita
Hemofilia dan kelak hamil, maka berisiko melahirkan anak laki-laki
dengan Hemofilia atau anak perempuan pembawa sifat Hemofilia.
Untuk mencegah risiko kelahiran anak dengan Hemofilia
dilakukan skrining Hemofilia sedini mungkin atau sebelum menikah
pada catin laki-laki dan perempuan untuk mengetahui apakah
pasangan catin merupakan pembawa sifat atau penderita Hemofilia,
jika salah satu catin merupakan pembawa sifat atau penderita
Hemofilia memutuskan untuk tetap menikah, anjurkan penggunaan
kontrasepsi untuk menghindari kehamilan.

2.4 Pendokumentasian Pada Kasus Pra Konsepsi Sesuai Standar dan


Komprehensif

Dokumentasi Asuhan Kebidanan Pra Konsepsi


Pada Ny. N di Puskesmas X

1. Data Subyektif
a. Identitas
Nama Ny. N

16
Umur 24 th

Suku Sunda

Agama Islam

Pendidikan SMA

Pekerjaan IRT

Alamat Kp. C

b. Alasan Kunjungan
Ibu ingin merencanakan kehamilan
c. Riwayat Menstruasi
1) Siklus: 29 hari 
2) Lamanya: 5 hari
3) Banyaknya : normal
4) Warna: kemerahan
5) Konsistensi : cair
6) Fluor albus: -
7) Dismenorhea: -
d. Riwayat Obstetri
Ibu belum pernah hamil dan melahirkan.
e. Riwayat Kontrasepsi
Ibu belum pernah memakai kontrasepsi apapun.
f. Riwayat Kesehatan
Tidak memiliki riwayat terutama pada penyakit menular, menurun, dan
sistemik yang dapat berpengaruh pada keadaan ibu dan janin (HIV,
sifilis, Hep.B, malaria, kelainan darah, kelainan jantung, hipertensi,
Diabetes Mellitus).
g. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga memiliki riwayat terutama pada penyakit menular, menurun,
dan sistemik yang dapat berpengaruh pada keadaan ibu dan janin (HIV,
sifilis, Hep.B, malaria, kelainan darah, kelainan jantung, hipertensi,
Diabetes Mellitus).

17
h. Riwayat Imunisasi TT
Imunisasi TT terakhir saat pemeriksaan catin di Puskesmas 3 bulan
yang lalu. Tertulis di Kartu Catin Sehat status TT1.
i. Riwayat Medis dan Pengobatan
Ibu tidak pernah mendapatkan pengobatan dan tindakan bedah juga
tidak sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu.
j. Riwayat Psikososial
1) Perkawinan ke: 1
2) Lama perkawinan: 2 bulan
3) Penerimaan keluarga: baik
k. Pola Fungsional Kesehatan
1) Pola Nutrisi :
 Makan 3x sehari dengan komposisi menu seimbang (sudah
mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, air)
 Minum 2 liter sehari

2) Pola Eliminasi :
 BAK: klien BAK 4-6x per hari, tidak ada masalah saat BAK,
warna urin terkadang bening atau kuning ringan dan jarang pekat
 BAB : lebih sering BAB pagi hari dengan frekuensi 1x sehari,
tidak ada masalah saat BAB
3) Pola Istirahat : tidur 6-8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang
hari
4) Personal hygiene : mandi 2x sehari, gosok gigi 3x sehari, keramas 2x
seminggu
5) Genital hygiene : ganti CD 2x sehari, saat haid ganti pembalut 3-4x
sehari
6) Pola Aktivitas : aktifitas normal, setiap hari melakukan pekerjaan
rumah dibantu suami.
7) Aktivitas Seksual : melakukan hubungan seksual rutin 3x seminggu

18
8) Pola Kebiasaan : tidak memiliki kebiasaan merokok dan narkoba.
Tidak mengonsumsi jamu, alcohol, dan tidak memiliki binatang
peliharaan.

2. Data Objektif
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan umum : baik
2) Kesadaran : composmentis
3) BB : 59 kg
4) TB : 160 cm
5) IMT : 23
6) LILA : 25 cm
Pemeriksaan tanda-tanda vital :
1) Tekanan darah : 120/ 70 mmHg
2) Nadi : 80x/ menit
3) Suhu badan : 38 ℃
4) Pernapasan : 22x/ menit
b. Pemeriksaan Fisik
1) Muka : normal/ baik, tidak oedema
2) Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih
3) Mulut/gigi : bersih, mukosa tampak lembab, tidak ada karies pada
gigi
4) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, limfe, dan vena
jugularis
5) Payudara : normal, tidak ada kelainan.
6) Abdomen : normal, tidak ada kelainan
7) Genetalia : normal, tidak ada kelainan
8) Ekstremitas : normal, tidak ada edema, tidak ada nyeri tekan, dan
tidak ada varises
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Darah
a) Hb : 12,5 mg/dL

19
b) Goldar : O, Rh+
c) HIV : negative
d) Sifilis : negative
e) Hepatitis B : negative

3. Analisa
Diagnosa : Ny. N 24 th dengan kebutuhan pra konsepsi
Masalah : -
Penanganan segera : -

4. Penatalaksanaan
a. Memberitahu ibu bahwa dirinya saat ini dalam kondisi yang sehat dan
siap untuk hamil
Evaluasi : ibu senang
b. Mengapresiasi pola fungsional kesehatan ibu yang sebagian besar sudah
memenuhi kriteria
Evaluasi : ibu senang
c. Mendiskusikan bersama keluarga khususnya suami keputusan untuk
merencanakan kehamilan agar kehamilan diterima dan mendapat
support yang baik dari keluarga besar
Evaluasi : suami setuju untuk merencanakan kehamilan
d. Mendiskusikan bersama ibu mengenai masa subur
Evaluasi : ibu belum mengetahui tentang masa subur
e. Menjalin KIE bersama ibu seputar masa subur.
Evaluasi : ibu dapat menyebutkan pengertian dari masa subur dan kapan
masa subur terjadi.
f. Merekomendasikan berbagai cara terbaru/modern mengetahui masa
subur yang mungkin belum diketahui ibu (kalender, aplikasi android,
OPK, lendir serviks,suhu)
Evaluasi : ibu tertarik mencoba melalui aplikasi android.
g. Mendiskusikan bersama ibu dan suami untuk memaksimalkan
berhubungan intim dengan suami dalam masa subur.

20
Evaluasi : ibu dan suami sepakat.
h. Mendiskusikan tentang perencanaan kehamilan sehat dengan menjalin
KIE pola hidup sehat pada ibu pra konsepsi dalam mengupayakan
keadaan ibu dan bayi sehat, diantaranya :
1) Mempersiapkan nutrisi yang adekuat dan seimbang untuk
pertumbuhan dan perkembangan janin agar keluarga sehat,
keturunan berkualitas dan mencegah anemia.
2) Mempertahankan pola kebiasaan baik dengan tidak meminum
alcohol, merokok dan memberikan reminder terhadap konsumsi
obat-obatan yang bersifat teratogenic karena dapat membahayakan
janin dikemudian hari.
3) Mengupayakan menjaga kesehatan mental
4) Melakukan olahraga ringan setiap hari minimal 30 menit agar tubuh
tetap bugar dan meningkatkan daya tahan tubuh.
5) Menjaga kesehatan organ reproduksi dengan upaya personal hygiene
khususnya di area genitalia
6) Menghindari substansi yang beracun dan kontaminasi lingkungan
i. Informed consent akan dilakukan tindakan penyuntikan imunisasi TT2
Evaluasi : ibu bersedia
j. Melakukan penyuntikan imunisasi TT
Evaluasi : Imunisasi telah dilakukan.
k. Mencatat telah disuntikkan imunisasi TT2 di Kartu Catin Sehat ibu.
l. Memberikan suplementasi asam folat dan tablet tambah darah
Evaluasi : ibu paham waktu dan cara minum
m. Melakukan dokumentasi

21
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pemeriksaan fisik pada masa remaja biasanya dilakukan saat kegiatan
posyandu remaja yang meliputi kegiatan penimbangan berat badan, pengukuran
tinggi badan, pengukuran tekanan darah, pemberian penyuluhan kesehatan atau
edukasi tentang kesehatan reproduksi remaja, bahaya NAPZA, free sex, HIV-
AIDS, pendampingan remaja bagi mereka yang bermasalah baik secara fisik
maupun psikis, pemberian multivitamin untuk menunjang pertumbuhan dan
mengatasi masalah disminorhoe atau nyeri saat menstruasi.
Pemeriksaan fisik pada masa pra nikah dan pra konsepsi bertujuan untuk
kehamilan tanpa komplikasi, dan kelahiran bayi yang sehat, persiapan harus
dimulai sebelum kehamilan agar jika ditemukan masalah Kesehatan dapat segera
diatasi. Perawatan prakonsepsi bertujuan untuk mengenali dan memodifikasi
risiko medis, perilaku dan sosial pada kesehatan atau hasil kehamilan.
Pemeriksaan dirancang untuk sepenuhnya mengevaluasi dan menyiapkan
kehamilan yang sehat yaitu dengan cara :
1. Persiapan fisik
2. Persiapan gizi
3. Skrining Imunisasi TT
4. Menjaga Kesehatan organ reproduksi
5. Mewaspadai kondisi Kesehatan tertentu seperti : anemia, hepatitis B, malaria,
TORCH, hemofilia, thalassemia

22
DAFTAR PUSTAKA

Firmansyah, Hamdan, dkk. 2022. Pendidikan Ilmu Kebidanan. Bandung : Media

Sains Indonesia

Yulivantina, Eka. V., Suryatanra, B., Kusumawardani, L., Fitri, I. (2019) . Modul

Pratikum Asuhan Pra Nikah Dan Pra Konsepsi. Yogyakarta : STIKes

Guna Bangsa

Yanti, Efrida., Arma, N., Karlinah, N. (2015) . Modul Mata Kuliah Konsep

Kebidanan. Yogjakarta : Deepublish CV Budi Utama.

Suryani, Evi, S. (2011) . Buku Ajar Konsep Kebidanan. Yogyakarta : Nuha

Medika.

23

Anda mungkin juga menyukai