Anda di halaman 1dari 35

KEPERAWATAN KRITIS 1

“PENDIDIKAN KESEHATAN PASIEN DAN KELUARGA DALAM


KEPERAWATAN KRITIS”

DOSEN PEMBIMBING : DEWI PURNAMAWATI, M.Kep

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
1. I GEDE PANJI S. (P07120316021) 10. LILIS IDARATUL P. (P07120316032)
2. I G.A. AYU P. S. (P07120316023) 11. LINA SOLIHAN (P07120316033)
3. I MADE WEGA A. (P07120316024) 12. MARESA T. K. (P07120316034)
4. ILHAM SURYANTA (P07120316026) 13. MISKAN PEBRIANI (P07120316035)
5. KADEK WIWIK I. (P07120316027) 14. NADYA FARINYNA S. (P07120316037)
6. LAELY FUZIANI (P07120316028) 15. NI KADEK SULASTRI A. (P07120316038)
7. LAILI SELVI (P07120316029) 16. NI MADE AYU ARI S. (P07120316039)
8. LALA WAHYU R. (P07120316030) 17. NI PUTU GRAHITA K. (P07120316040)
9. LILIK SUGIANTI (P07120316031) 18. NURUL HIKMAWATI (P07120316042)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES MATARAM JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIV KEPERAWATAN MATARAM
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berkat rahmat dan karunia-Nya, kami telah menyelesaikan makalah mengenai
“Penyuluhan Pasien dan Keluarga Dalam Keperawatan Kritis”. Kami juga
menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas
Keperawatan Kritis 1 dari Ibu Dewi Purnamawati, M.Kep selaku dosen
pembimbing.
Kami berharap makalah ini dapat berguna untuk kita semua. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, untuk itu kritik dan saran
sangat kami harapkan demi perbaikan penulisan makalah selanjutnya. Oleh karena
itu, kami meminta maaf bila ada kesalahan atau kekurangan dalam kata-kata
maupun penulisan.

Mataram, Agustus 2019

Penyusun

Keperawatan Kritis 1 i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. RumusahMasalah ................................................................................. 2
C. Tujuan .................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pendidikan Kesehatan
1. Pengertian ........................................................................................ 3
2. Tujuan .............................................................................................. 3
3. Ruang Lingkup ................................................................................ 3
B. Hambatan Pembelajaran ....................................................................... 4
C. Standar Pendidikan Pasien Dan Keluarga ............................................ 6
D. Pengkajian Kebutuhan Belajar ............................................................. 7
E. Penegakan Diagnosis Keperawatan ..................................................... 12
F. Perencanaan Pendidikan Keperawatan ................................................. 12
G. Implementasi Pendidikan Keperawatan ............................................... 15
H. Evaluasi Pendidikan Keperawatan ....................................................... 17

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .......................................................................................... 19
B. Saran .................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA

Keperawatan Kritis 1 ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Istilah pendidikan kesehatan telah dirumuskan oleh para ahli pendidikan
kesehatan dalam berbagai pengertian, tergantung pada sudut pandang masing-
masing. Menurut Wood (1926), dalam definisi yang dikemukakannya (Hanlon,
hlm. 578) yang dikutip Tafal, (1984) mengemukakan bahwa pendidikan
kesehatan sebagai sekumpulan pengalaman yang mendukung kebiasaan, sikap,
dan pengetahuan yang berhubungan dengan kesehatan individu, masyarakat,
dan ras.
Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri seseorang
yang dihubungkan dengan pencapaian tujuan kesehatan individu, dan
masyarakat. Pendidikan kesehatan tidak dapat diberikan kepada seseorang oleh
orang lain, bukan seperangkat prosedur yang harus dilaksanakan atau suatu
prosedur yang harus dicapai, tetapi sesungguhnya merupakan suatu proses
perkembangan yang berubah secara dinamis, yang didalamnya seseorang
menerima atau menolak informasi, sikap, maupun praktek baru, yang
berhubungan dengan tujuan hidup sehat.
Pendidikan Kesehatan dalam keperawatan saat ini sangatlah penting untuk
dipelajari bagi setiap perawat, mengingat bahwa saat ini dorongan zaman terus
menuntut agar perawat dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi setiap
klien. Banyak masyarakat yang masih mengharapkan peningkatan pelayanan
kesehatan dari cara kerja perawat dalam melaksanakan pelayanan, dan tidak
sedikit pula masyarakat yang masih mengeluhkan akan kinerja perawat dalam
melaksanakan pelayanan keperawatan kepada klien. Pendidikan kesehatan juga
bertujuan agar perawat dapat secara mandiri melaksanakan asuhan
keperawatan kepada klien tanpa selalu bergantung pada orang lain.
Berdasarkan permasalahan di atas, penting kiranya penulis yang berkutat di
dalam pemberi asuhan keperawatan bagi klien, mengkaji dan mencarikan
solusi terbaik untuk semua pihak.

Keperawatan Kritis 1 1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Pendidikan Kesehatan
a. Apa pengertian dari pendidikan kesehatan?
b. Apa tujuan pendidikan kesehatan?
c. Apa saja ruang lingkup pendidikan kesehatan?
2. Apa saja hambatan pembelajaran?
3. Bagaimana standar pendidikan pasien dan keluarga?
4. Bagaimana pengkajian kebutuhan belajar?
5. Apa saja contoh diagnosis keperawatan yang muncul?
6. Bagaimana perencanaan pendidikan keperawatan?
7. Bagaimana implementasi pendidikan keperawatan?
8. Bagaimana evaluasi pendidikan keperawatan?

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Agar pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang penyuluhan
pada pasien dan keluarga dalam keperawatan kritis yang akan kami bahas
dan uraikan dalam makalah ini.
2. Tujuan Khusus
1. Pendidikan Kesehatan
a. Untuk mengetahui pengertian dari pendidikan kesehatan.
b. Untuk mengetahui tujuan pendidikan kesehatan.
c. Untuk mengetahuiruang lingkup pendidikan kesehataan.
2. Untuk mengetahuihambatan pembelajaran.
3. Untuk mengetahuistandar pendidikan pasien dan keluarga.
4. Untuk mengetahuipengkajian kebutuhan belajar.
5. Untuk mengetahui contoh diagnosis keperawatan yang muncul.
6. Untuk mengetahui perencanaan pendidikan keperawatan.
7. Untuk mengetahui implementasi pendidikan keperawatan.
8. Untuk mengetahui evaluasi pendidikan keperawatan.

Keperawatan Kritis 1 2
BAB II
PEMBAHASAN

I. KONSEP PENDIDIKAN KESEHATAN PADA PASIEN DAN


KELUARGA DI RUANG KRITIS
A. PENDIDIKAN KESEHATAN
1. Pengertian Pendidikan Kesehatan
Menurut Notoatmodjo tahun 2003, pendidikan kesehatan adalah
proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara
dan meningkatkan kesehatan. Sedangkan dalam keperawatan, pendidikan
kesehatan merupakan satu bentuk intervensi keperawatan yang mandiri
untuk membantu klien baik individu, kelompok, maupun masyarakat
dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran,
yang di dalamnya perawat berperan sebagai perawat pendidik.
2. Tujuan Pendidikan Kesehatan
Secara umum, tujuan dari pendidikan kesehatan ialah meningkatkan
kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan, baik fisik, mental dan sosialnya sehingga produktif secara
ekonomi maupun sosial. (Notoatmodjo, 2003)
3. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan
Menurut Notoatmodjo tahun 2003, ruang lingkup pendidikan
kesehatan dapat dilihat dari berbagai dimensi, antara lain; dimensi aspek
kesehatan, dimensi tatanan atau tempat pelaksanaan pendidikan kesehata,
dan dimensi tingkat pelayanan kesehatan.
a. Aspek Kesehatan
Telah menjadi kesepakatan umum bahwa kesehatan masyarakat itu
mencakup empat aspek pokok yaitu:
1) Promosi (Promotif)
2) Pencegahan(Preventif)
3) Penyembuhan(Kuratif)
4) Pemulihan(Rehabilitatif)

Keperawatan Kritis 1 3
b. Tempat Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan
Menurut dimensi pelaksanaannya, pendidikan kesehatan dapat
dikelompokkan menjadi lima, yaitu:
1) Pendidikan kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga)
2) Pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah, dilakukan di sekolah
dengan sasaran murid
3) Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran buruh
atau karyawan yang bersangkutan
4) Pendidikan kesehatan di tempat-tempat umum, yang mencakup
terminal bus, stasiun, bandar udara, tempat-tempat olahraga, dan
sebagainya
5) Pendidikan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan, seperti:
Rumah Sakit, Puskesmas, Poliklinik Rumah Bersalin, dan
sebagainya
c. Tingkat Pelayanan Kesehatan
Dimensi tingkat pelayanan kesehatan pendidikan kesehatan dapat
dilakukan berdasarkan 5 tingkat pencegahan dari Leavel and Clark,
sebagai berikut:
1) Promosi kesehatan seperti peningkatan gizi, kebiasaan hidup, dan
perbaikan sanitasi lingkungan
2) Perlindungan khusus seperti adanya program imunisasi
3) Diagnosis dini dan pengobatan segera
4) Pembatasan cacat yaitu seperti kurangnya pengertian dan kesadaran
masyarakat tentang kesehatan dan penyakit seringkali
mengakibatkan masyakat tidak melanjutkan pengobatannya sampai
tuntas, sedang pengobatan yang tidak sempurna dapat
mengakibatkan orang yang bersangkutan menjadi cacat.
5) Rehabilitasi (pemulihan)

Keperawatan Kritis 1 4
B. PASIEN DAN KELUARGA
1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,
kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental,
emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga (Zaidin Ali, 2009)
2. Ciri Keluarga
Berikut ciri-ciri keluarga menurut Zaidin Ali (2009):
a. Keluarga berbentuk satu kelembagaan yang bekaitan dengan
hubungan perkawinan yang sengaja di bentuk atau di pelihara
b. Keluarga mempunyai suatu sistem tatanama, termasuk perhitungan
garis keturunan
c. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang di bentuk oleh anggota-
anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai
keturunan dan membesarkan anak
d. Keluarga mempunyai tempat tinggal bersama, rumah, atau rumah
tangga
3. Peran Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal,
sifat, kegiatan, yang berhubungan dengan, individu dalam posisi dan
situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga di dasari oleh harapan
perilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat. Menurut Ferry
Effendi, Makhfudli (2009) terdapat berbagai peranan yang terdapat di
dalam keluarga adalah sebagai berikut :
a. Peranan ayah
Ayah sebagai suami dari istri berperan sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga,
sebagai anggota dari kelompok sosialnya, serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya.
b. Peranan ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya ibu mempunyai peranan
untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh, pendidik anak

Keperawatan Kritis 1 5
anaknya, pelindung, dan sebagai salah satu kelompok dari peranan
sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, di
samping itu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dari
keluarga.
c. Peranan anak
Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan
tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
4. Fungsi Keluarga
Meurut Mahfudle Efeendi (2009) dan Zaidin Ali(2009), keluarga
mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Fungsi Afektif (The affective function)
Fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu
untuk mempersiapkan anggota keluarga berdampingan dengan orang
lain, memberikan keamanan, kenyamanan, dan ketentraman kepada
setiap anggota dalam keluarga. Fungsi ini dibutuhkan untuk
perkembangan individu dan psiko sosial anggota keluarga.
b. Fungsi Sosialisasi (Socialalization function)
Fungsi mengembangkan dari tempat melatih anak, untuk
berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk
berdampingan dengan orang lain di luar rumah.
c. Fungsi Reproduksi (Reproduction function)
Fungsi melahirkan untuk mempertahankan generasi dan menjaga
kelangsungan keluarga.
d. Fungi Ekonomi (The economy function)
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara
ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu
meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi Perawatan/Pemeliharaan Kesehatan (The health care function)
Fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota
keluarga agar tetap mempunyai produktifitas tinggi. Keluarga
menyediakan makanan, pakaian perlindungan, dan asuhan
keperawatan atau kesehatan.

Keperawatan Kritis 1 6
Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan mempengaruhi
status kesehatan keluarga dan individu. Fungsi ini di kembangkan
menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan, adapun tugas keluarga
dalam bidang kesehatan adalah sebagai berikut :
1) Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota
keluarga yang sakit.
2) Mengambil keputusan untuk sebuah tindakan kesehatan yang tepat
3) Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit
4) Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk
kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga
5) Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan
fasilitas kesehatan

C. KEPERAWATAN KRITIS
Keperawatan kritis merupakan salah satu spesialisasi di bidang
keperawatan yang secara khusus menangani respon manusia terhadap
masalah yang mengancam kehidupan. Secara keilmuan perawatan kritis
fokus pada penyakit yang kritis atau pasien yang tidak stabil. Untuk pasien
yang kritis, pernyataan penting yang harus dipahami perawat ialah “waktu
adalah vital”. Sedangkan Istilah kritis memiliki arti yang luas penilaian dan
evaluasi secara cermat dan hati-hati terhadap suatu kondisi krusial dalam
rangka mencari penyelesaian/jalan keluar.
American Association of Critical-Care Nurses (AACN) mendefinisikan
Keperawatan kritis adalah keahlian khusus di dalam ilmu perawatan yang
dihadapkan secara rinci dengan manusia (pasien) dan bertanggung jawab
atas masalah yang mengancam jiwa. Perawat kritis adalah perawat
profesional yang resmi yang bertanggung jawab untuk memastikan pasien
dengan sakit kritis dan keluarga pasien mendapatkan kepedulian optimal
(AACN, 2006). American Association of Critical Care Nurses (AACN,
2012) juga menjelaskan secara spesifik bahwa asuhan keperawatan kritis
mencakup diagnosis dan penatalaksanaan respon manusia terhadap penyakit
aktual atau potensial yang mengancam kehidupan. Lingkup praktik asuhan

Keperawatan Kritis 1 7
keperawatan kritis didefinisikan dengan interaksi perawat kritis, pasien
dengan penyakit kritis, dan lingkungan yang memberikan sumber-sumber
adekuat untuk pemberian perawatan.

D. STANDAR PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA DI RUANG


PERAWATAN KRITIS
Terdapat penekanan besar pada pendidikan pasien dan keluarga yang
berasal dari standar perawatan pasien menurut Joint Commission on
Accreditation of Healthcare Organizations (JCAHCO). Standar ini
berfungsi untuk meningkatkan keseluruhan kualitas perawatan pasien
dalam organisasi perawatan kesehatan. Rumah sakit secara suka rela
berpartisipasi dalam survey yang dilakukan JCAHO untuk memastikan
bahwa perawatan pasien yang diberikan memenuhi atau melebihi kriteria
yang ditetapkan dalam standar tersebut. Beberapa contoh JCAHO terkait
dengan pendidikan pasien dan keluarga adalah sebagai berikut:
1. “Rumah sakit merencanakan, mendukung, mengkoordinasi kegiatan dan
sumber untuk pendidikan pasien dan keluarga.”
2. “Pasien mendapatkan pendidikan dan latihan yang spesifik dengan
kebutuhan, kemampuan, pilihan belajar dan kesiapan pasien untuk
belajar yang dikaji sesuai dengan perawatan dan layanan yang diberikan
oleh rumah sakit.
Bagaimana standar ini memengaruhi pendidikan pasien di tatanan
perawatan kritis? Kemungkinan sulit bagi perawat perawatan kritis berpikir
mengenai rencana penyuluhan dan pembelajaran interdisiplin karena pasien
yang sakit krits mengalami banyak sekali ketidakstabilan dan membutuhkan
tingkat kewaspadaan yang tinggi hanya untuk mempertahankan fungsi
fisiologisnya. Akan tetapi, ingat bahwa banyak penyuluhan pasien yang
berlangsung informal dan sekilas tidak jelas terlihat. Perawat diajarkan
untuk menjelaskan tiap prosedur, obat-obatan, intervensi, atau uji diagnostik
pada pasien sebelumnya. Sebagai contoh, perawat yang menjelaskan bahwa
obat yang ia gantung adalah antibiotik yang diberikan melalui jalur
intravena (IV) untuk melawan infeksi luka pada abdomen pasien tengah

Keperawatan Kritis 1 8
melakukan penyuluhan. Meskipun begitu masih banyak perawat yang tidak
mengenali tindakan ini sebagai pendidikan pasien, atau
mendokumentasikannya dalam catatan penyuluhan. Meskipun begitu, tipe
petunjuk informal ini memenuhi standar JCAHO untuk edukasi pasien.
Perawat perawatan kritis mengajari pasien dan keluarga secara rutin, tetapi
sering kali catatan pendidikan pasien tidak diisi karena “tidak ada cukup
waktu untuk mengajar”. Apabila perawat perawatan kritis hanya mengingat
mencatatkan tiap sesi penyuluhan informal, catatan penyuluhan pasien akan
terisi dengan entri setelah hanya satu hari di unit tersebut.

II. HAMBATAN PEMBELAJARAN DI RUANG PERAWATAN KRITIS


Menjalankan proses belajar dan mengajar dengan lancar tanpa hambatan
maupun gangguan banyak hambatan atau gangguan terhadap kelancaran
pembelaran. Hambatan ini dikatakan sebagai hambatan yang sudah klasik.
Keluhan seorang perawat umumnya berasal dari sikap dan tingkah laku
pasien selama pembelajaran berlangsung.
1. Sakit kritis dan stres
Biasanya, pasien dan keluarga masuk ke ICU tanpa di harapkan akibat
kejadian yang mengancam jiwa. Awitan penyakit menandakan mulainya
krisis fisik dan emosional untuk semua yang terlibat. Perubahan proses
metabolik, terpajan ansietas umum, penggunaan pintas kardiopulmonari,
episode hipoksia, dan gangguan tidur yang nyata adalah kejadian yang
biasa terjadi pada orang yang sakit kritis. Tiap faktor tersebut dapat
mengganggu ketajaman mental dan menurunkan kemampuan
pembelajaran dan mengingat seseorang. Selain itu, melawan pennyakit
berat menghabiskan sebagian besar energi pasien, yang menyebabkan
pasien memiliki kemampuan terbatas untuk belajar.
Pasien tidak hanya mengalami pengaruh fisik yang terkait dengan
proses penyakit, tetapi juga distress emosional dan spiritual. Pasien
mengungkapkan perasaan putus asa, kehilangan kendali, dan takut mati
saat menghadapi penyakit serius. Perawat perawatan kritis yang waspada
dapat mengenali ketakutan dan kecemasan pasien dan membimbingnya

Keperawatan Kritis 1 9
melewati proses penyakit yang tidak familier, pengobatan, dan pemulihan.
Ini adalah kesempatan istimewa untuk memberikan Pendidikan pada
pasien meskipun terdapat stress hebat karena sakit kritis.
Kecemasan terjadi sebagai proses respon emosional ketika pasien atau
keluarga merasakan ketakutan kemudian akan di ikuti oleh beberapa tanda
dan gejala seperti ketegangan, ketakutan, kecemasan dan kewaspadaan
(Townsend, 2014 dalam Pratiwi dan Dewi, 2016 ). keadaan penyakit kritis
menghadapkan keluarga pasien dan pasien ketingkat tinggi dari tekanan
psikologis. Proporsi anggota keluarga mengalami tekanan psikologis yang
berat dari penyakit kritis akan terus meningkat, sejalan dengan
meningkatnya anggka pasien yang di rawat di unit perawatan intensif
(Ronld& Sarah, 2010 )
Akan tetapi, di tatanan perawatan kritis, focus Pendidikan biasa dengan
mudah beralih dari pasien dan diarahkan kembali untuk memenuhi
kebutuhan pembelajaran anggota keluarga.
2. Sakit dan stres yang berkepanjangan
Kerap kali, masa sakit memanjang melebihi fase krisis awal dan
menimbulkan beban tambahan bagi pasien dan keluarga. Keluarga dipaksa
untuk menyeimbangi jadwal di rumah dan jadwal kerjanya dengan waktu
yang dihabiskan dirumah sakit. Sejalan waktu, keluarga semakin sulit
untuk mendapatkan informasi dan laporan keadaan pasien dari tim
perawatan kesehatan. Jadwal dokter sering tidak dapat diduga dan tidak
bertepatan dengan kunjungan keluarga. Hal ini semakin menekankan peran
penting perawat perawatan kritis sebagai penghubung keluarga. Dengan
sakit kritis yang memanjang, banyak keluarga sering berjuang memelihara
jalur komunikasi tetap terbuka untuk keluarga besar, yang menciptakan
kesempatan munculnya konflik dan informasi yang salah.
Sebagai advokat pasien dan keluarga, perawat memberikan informasi
akurat dan berbagi rencana asuhan denga keluarga. Intervensi tambahan
seperti perawatan pasien atau pertemuan etik daapat diselenggarakan oleh
perawat perawatan kritis guna memberikan kesempatan pada keluarga
untuk mendiskusikan kasus tersebut dengan seluruh tim perawatan

Keperawatan Kritis 1 10
kesehatan. Pertemuan mengenai perawatan pasien memungkinkan
komunikasi terbuka dengan keluarga dan dapat menjadi metode terapeutik
untuk menghilangkan kesalahan informasi dan kesalahpahaman tentang
kemajuan pasien.Jelasnya, perawat perawatan kritis berperan penting
dalam membantu pasien dan keluarga mengatasi krisis akibat sakit kritis
dengan memberikan penndidikan dari saat masuk sampai pulang.
3. Stres lingkungan
Lingkungan belajar yang optimal adalah masa tenang bersama pasien
dan keluarga duduk di kursi yang nyaman yang diatur untuk
mengoptimalkan diskusi disertai pemakaian alat bantu audiovisual, jika
mungkin. Kondisi itu hampir tidak menggambarkan tatanan ICU
konvensional. Akan tetapi, terdapat beberapa tindakan umum yang dapat
membantu mengurangi stress lingkungan dan meningkatkan keberhasilan
belajar. Tindakan sederhana dengan menutup pintu kamar pasien atau
menaruh sebuah kursi yang nyaman di samping tempat tidur dapat cukup
mengurangi suara latar belakang dan dapat meningkatkan rentang
perhatian peserta didik. Mengecilkan volume alarm peralatan di samping
tempat tidur saat perawat berbicara dengan pasien atau keluarga membantu
meminimalkan jumlah interupsi, dan dapat meningkatkan kemampuan
peserta didik memfokuskan perhatian terhadap topik pada sesi pengajaran
tersebut.
Perawat menghadapi berbagai aspek dalam lingkungan kerja antara
lain lingkungan fisik dan lingkungan psikososial. Lingkungan fisik berupa
terdapatnya berbagai jenis pasien dan penyakit, area kerja yang luas,
kebisingan dari para pasien serta penunggu pasien karena jam besuk yang
berlaku menjadikan beban kerja meningkat, tuntutan yang tinggi dari
pasien, pembuatan keputusan yang cepat dan tepat untuk menolong
(Hariyantun, 2006 )

Keperawatan Kritis 1 11
III. MENGATASI HAMBATAN PENDIDIKAN KESEHATAN DI RUANG
PERAWATAN KRITIS
A. PENGKAJIAN KEBUTUHAN BELAJAR
Pengkajian yang komprehensif tentang kebutuhan belajar dapat digali
dari riwayat keperawatan dan hasil pengkajian fisik serta melalui informasi
dari orang yang dekat dengan klien. Pengkajian juga mencakup
karakterisitik klien yang mungkin akan mempengaruhi proses belajar,
misalnya kesiapan belajar, motivasi untuk belajar, dan tingkat
kemampuan membaca. Selain penggalian data melalui wawancara,
perawat juga harus melakukan observasi terhadap kemampuan dan
kebutuhan-kebutuhan klien. Kebutuhan belajar dapat juga di identifikasi
dari pernyatan klien terhadap perawat tentang suatu hal yang tidak mereka
ketahui atau tidak terampil dalam melakukannya.
Perawat perawatan kritis harus sangat peka terhadap peningkatan
kecemasan yang terjadi pada saat masuk ke ICU. Kecemasan dengan nyata
mengurangi kemampuan pasien dan keluarga untuk berkonsentrasi. Oleh
karena itu, perawat harus menghindari penjelasan panjang atau pertanyaan
membosankan. Langkah pertama dalam prosesi pengkajian adalah
mengenal pasien dan keluarga. Hal ini sering dimulai dengan perkenalan
sederhana. Meluangkan waktu beberapa menit untuk mencari tahu nama
keluarga dan hubungannya dengan pasien menunjukkan rasa hormat dan
mulai mebina sebuah hubungan terapeutik dan saling percaya. Tindakan
ini memberikan kesempatan pada perawat untuk mengorientasikan pasein
dan keluarga terhadap ICU, serta mengajarkan pada mereka tentang
beberapa peralatan yang digunakan dalam perawatan pasien tersebut.
1. Pengkajian faktor predisposisi
a. Pengkajian riwayat keperawatan
Informasi tentang usia akan memberi petunjuk mengenai status
perkembangan seseorang, sehingga dapat memberi arah mengenai isi
pendidikan kesehatan dan pendekatan yang harus digunakan.
Pernyataan yang di ajukan hendaknya sederhana. Pada klien lanjut
usia(lansia), pernyataan di ajukan dengan perlahan dan diulang.

Keperawatan Kritis 1 12
Status perkembangan, terutama pada klien anak, dapat dikaji
melalui observasi ketika anak melakukan aktivitas atau bermain,
sehingga perawat mendapat data tentang kemampuan motorik dan
perkembangan intelektualnya.
Perawat perlu mengkaji sistem pendukung klien untuk
menentukan siapa saja sasaran pendidikan kesehatan yang mungkin
dapat mempertingi dan mendorong proses belajar klien. Anggota
keluarga atau teman dekat mungkin dapat membantu klien dalam
mengembangkan keterampilan di rumah dan mempertahankan
perubahan gaya hidup yang diperlukan klien.
b. Pengkajian fisik
Pengkajian fisik secara umum dapat memberikan petunjuk
terhadap untuk belajar klien. Contohnya : status mental, kekuatan
fisik, status nutrisi. Hal lain yang mencakup pengkajian fisik adalah
pernyataan klien terhadap kapasitas fisik untuk belajar dan aktivitas
perawatan diri sendiri. Kemampuan melihat dan mendengar
memberi pengaruh besar terhadap pemilihan subtansi dan
pendekatan dalam mengajar. Fungsi sistem muskuloskeletal
mempengaruhi kemampuan keterampilan psikomotor dan perawatan
diri. Toleransi aktivitas dapat juga mempengaruhi kapasitas klien
untuk melakukan aktivitas.
c. Pengkajian kesiapan klien untuk belajar
Klien yang siap untuk belajar sering dapat dibedakan dengan
klien yang tidak siap. Seorang klien yang siap belajar mungkin
mencari informasi, misalnya melalui bertanya, membaca buku atau
artikel, tukar pendapat dengan sesama klien yang pada umumnya
menunjukan ketertarikan. Di lain pihak, klien tidak siap belajar
biasanya lebih suka untuk menghindari masalah atau situasi.
Kesiapaan fisik penting dikaji oleh perawat, apakah klien dapat
memfokuskan perhatian atau lebih berfokus terhadap status fisiknya
misalnya nyeri, pusing, lelah, mengantuk, atau hal lain. 3 hal yang

Keperawatan Kritis 1 13
perlu dikaji oelh perawat dalam kesiapan klien untuk belajar adalah
sebagai berikut :
1) Kesiapan emosi. Apakah secara emosi klien siap untuk belajar?
Klien dalam keadaan cemas, defresi, atau dalam keadaan berduka
karena keadaan kesehatannya atau keadaan keluarganya biasanya
tidak siap untuk belajar. Perawat tidak dapat memaksakan, tapi
harus menunggu sampai keadaan klien memungkinkan menerima
proses pembelajaran.
2) Kesiapan kognitif. Kognitif merupakan proses belajar yang
sebagian besar yang melibatkan proses berfikir atau pembentukan
mental serta intelektual. Pelajar menyusun dan memproses
informasi sebaik – baiknya sehingga terbentuk suatu pengetahuan.
Proses belajar kognitif terdiri dari tiga tahapan yaitu : 1)
asimilasi, merupakan proses penyatuan informasi baru kedalam
struktur kognitif pada benak pelajar, 2) akomodasi, merupakan
penyesuaian struktur kognitif kedalam situasi baru, dan 3)
ekuilibrasi, merupakan penyesuian kesinambungan antara
asimilasi dan akomodasi. ( Nursalam & Effendi, 2008 ).
Perawat yang menerapkan teori kognitif ini akan berupaya untuk
menyediakan lingkungan sosial, emosional, dan fisik yang
kondusif untuk belajar, mendorong hubungan antara pengajar
dengan pelajar yang positif, memilih strategi pengajaran multi
indrawi karena persepsi di pengaruhi oleh indra, menargetkan
gaya belajar pada setiap karakteristik individu yang berbeda,
menilai perkembangan dan penerimaan seseorang untuk belajar
dan beradaptasi pada strategi pengajaran sesuai tingkat
perkembangan pelajar.
Dapatkah kilen berpikir secara jernih? Apakah klien dalam
keadaan sadar penuuh, apakah klien tidak dalam pengaruh zat
yang mengganggu tingkat kesadaran? Pertanyaan itu sangat
penting untuk dikaji.

Keperawatan Kritis 1 14
3) Kesiapan berkomunikasi. Perawat dapat mengajari pasien setiap
kali adanya pertemuan. Misalnya, klien bisa mendapatkan
pembelajaran tentang menagatasi luka ketika pakaiannya di ganti
oleh perawat (Berman & Snyder, S. J,2012) komunikasi yang
terjalin antar individu di sebut komunikasi interpersonal.
Keefektifan dari komunikasi interpersonal ini di tentukan dalam
tiga hal, yaitu empati, respect, terhadap perasaan dan sikap orang
lain atau klien dan jujur dalam menanggapi pertanyaan ( Maulana,
2007). Perawat akan memberi empati dalam berkomunikasi antara
pengajar ( perawat ) dengan pelajar (klien ), yang akan
mendorong klien untuk menetapkan tujuan dan menerapkan
pembelajaran mandiri, melayani sebagai fasilitator, mentor, atau
sumber daya untuk klien, dan memamparkan informasi yang baru
dan relevan kepada klien dan mengajukan pertanyaan yang tepat
untuk mendorong pelajar untuk mencari jawaban. Untuk
berkomunikasi di proses pembelajaran sebaiknya gunakan bahasa
yang sederhana dan proses komunikasi yang jelas, ada tiga
komponen yang dapat klien tanyakan kepada tenaga kesehatan,
antaralain ( Berman & Snyder, S. J, 2012), yaitu: “apa masalah
utama saya?”,”apa yang harus saya lakukan?”, “mengapa penting
jika saya melakukan ini?”. Sudahkah klien dapat berhubungan
dengan rasa saling percaya dengan perawat? Atau kah klien
belum mau menjalin komunikasi karena masih belum menaruh
rasa percaya. Hubungan saling percaya antara perawat dengan
klien menentukan komunikasi dua arah yang diperlukan dalam
proses belajar mengajar.
Teknik yang dapat di gunakan dalam proses komunikasi, sesuai
dengan dengan The Joint Commission ( 2007, P.8) iyalah : gunakan
bahasa yang sederhana, gunakan teknik “ teach back “ dan “show
back”, informasi yang terbatas di jangkau waktu tertentu, gunakan
media( gambar atau model ).

Keperawatan Kritis 1 15
d. Pengkajian motivasi
Secara umum dapat diterima bahwa seseorang harus mempunyai
keingina belajar demi keefektifan pembelajaran. Motivasi dan
memberi ransangan atau jalan untuk belajar merupakan faktor
penentu yang sangat kuat untuk kesuksesan dalam mendidik klien
dan berhubungan erat dengan pemenuhan kebutuhan klien. Motivasi
seseorang dapat dipengaruhi masalah keuangan, penolakan terhadap
status kesehatan, kurangnya dorongan dari lingkungan sosial,
pengingkaran terhadap penyakit, kecemasan, ketakutan, rasa malu,
atau adanya konsep diri yang negatif. Motivasi juga dipengaruhi oleh
sikap dan kepercayaan. Contohnya motivasi belajar seorang pria
setengah baya dinyatakan hipertensi dan mulai mendapat anti
hipertnsi untuk mengendalikan tekanan darahnya mungkin akan
rendah, jika teman dekatnya menceritakan bahwa ia impoten setelah
mendapat pengobatan yang sama.
Pengkajian tentang motivasi belajar sering merupakan bagian dari
pengkajian kesehatan secara umum atau diangkat sebagai masalah
yang spesifik. Seorang perawat ketika mengkaji motivasi dan
kemapuan klien harus betul-betul mengerti sepenuhnya subyek
belajar. Motivasi memang sulit untuk dikaji, mungkin dapat
ditunjukan secara verbal atau juga secara non verbal.
e. Pengkajian kemapuan membaca
Ketidakmampuan membaca dan menulis dapat ditemukan pada
setiap langkah kehidupan, pada semua suku dan pada setiap tingkat
sosial ekonomi. Penampilan seseorang dan pengguanaan bahasa
tidak mengidinkasikan bahwa ia mampu membaca dan menulis.
Banyak orang dengan kemapuan membaca dan menulis rendah
memiliki intelegensi rata-rata dan berbicara dengan baik. Bagaimana
seorang perawat dapat menentukan tingkat kemapuan membaca
klien? Melakukan pengujian secara langsung adalah cara yang
terbaik, tetapi sering sulit dipraktikan. Berikut ini dijelaskan cara
mengkaji tingkat kemampuan membaca klien.

Keperawatan Kritis 1 16
1) Mengkaji tingkat kesenangan membaca klien; berikan sesuatu
untuk dibaca dan minta klien menjelakan apa yang dibacanya
dengan mengguinakan bahasanya sendiri. Jika memungkinkan,
tawarkan pada klien beberapa pilihan cara belajar(membaca,
menonton/melihat, atau mendengarkan). Jika ragu-ragu, gunakan
materi bacaan yang mudah dan jika seseorang dalam keadaan
stres sebaiknya dimulai dengan materi sederhana, baru kemudian
ditambahkan yang lebih kompleks.
2) Menggunakan indeks SMOG untuk mengkaji tingkat kemampuan
membaca klien terhadap materi pendidikan kesehatan sehingga
kemudian dapat ditentukan kesesuaian materi untuk populasi
yang akan membacanya. Berikut ini disajikan cara menentukan
tingkat kesiapaan daripada materi tertulis dengan menggunakan
indeks SMOG. Untuk menentukan tingkatan materi bacaan, untuk
belajar klien, pilihlah 30 kalimat dalam bacaan. Ambilah 10
kalimat dari bagian awal, 10 kalimat dari bagian tengah, dan 10
kalimat dari bagian akhir bacaan. Hitunglah semua kata yang
mengandung 3 atau lebih suku kata(Syllabes), kemudian
jumlahkan. Kemudian temukan jumlah tersebut di dalam daftar di
bawah ini dan baca menyilang untuk menemukan tingkat/grade
bacaan/materi bacaan.” Untuk menurunkan tingkat bacaan dan
menyederhanakan materi pendidikan kesehatan untuk klien, maka
lakukanlah:
a) Gunakan kata-kata yang lebih pendek.
b) Hindari kata-kata dengan beberapa suku kata.
c) Tulis kalimat-kalimat pendek.
d) Jelaskan peristilahan-peristilahan yang digunakan.
e) Gunakan kata-kata yang mudah dan sering digunakan.
2. Pengkajian faktor pemungkin
Faktor pemungkin mencangkup keterampilan serta sumber daya
yang penting untuk menampilkan perilaku yang sehat, sumber daya
yang di maksud, meliputi fasilitas yang ada, personalia yang

Keperawatan Kritis 1 17
tersedia, ruangan yang ada, atau sumber – sumber lain yang serupa.
Faktor ini juga menyangkut keterjangkauan sumber tersebut oleh
klien : apakah biaya, jarak, waktu dapat di jangkau…? Bagaimana
keterampilan klien untuk melakukan perubahan perilaku perlu di
ketahui, karna dengan mengetahui sejauh mana klien memiliki
kemampuan pemungkin, wawasan yang bernilai bagi perencana
pendidikan kesehatan dapat di peroleh.
3. Pengkajian faktor penguat
Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan
kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Sumber penguat
tersebut bergantung kepada tujuan dan jenis programnya. Di dalam
pendidikan kesehatan klien di rumah sakit, misalnya : penguat di
berikan oleh perawat, dokter, ahli gizi, atau klien lain dan keluarga.
Di dalam pendidikan kesehatan di sekolah penguat mungkin
berasal dari guru, teman sebaya, pimpinan sekolah, dan keluarga.
Apakah faktor penguat tersebut positif atau negatif tergantung pada
sifat dan perilaku orang lain yang berpengaruh pengaruh itu tidak
sama, mungkin sebagian mempunyai pengaruh yang sangat kuat di
bandingkan dengan yang lainnya dalam mempengaruhi perubahan
perilaku. Perawat perlu mengkaji secara cermat faktor penguat ini
untuk menjamin bahwa sasaran pendidikan kesehatan mempunyai
kesemapatan yang maksimum untuk mendapat umpan baik yang
mendukung selama berlangsungnya proses perubahan perilaku.

B. PENEGAKAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Langkah – langkah yang dilakukan oleh praktisi keperawatan dalam


merumuskan diagnosa keperawatan tidak berbeda dengan perumusan
diagnosa yang berorientasi pada masalah ( diagnosa aktual dan resiko )
yang harus di mulai dengan tahap pengkajian yang meliputi pengumpulan
data, analisis data, dan pengelompokan data.

Keperawatan Kritis 1 18
Prosedur pengumpulan data untuk mendukung penegakan diagnose
keperawatan samaa seperti prosedur untuk mendukung diagnose aktual
dan resiko. Pengekajian kekuatan klien dilakukan melalui wawancara
dengna klien, diskusi dengan anggota keluarga, atau meninjau catatan
klien memberi data yang dapat di analisis oleh perawat mengenai pola
perilaku yang berhubungan dengan kesehatan klien, atau mengelompokkan
karakteristik kesehatannya ( Pery & Potter, 1997, & Stolte, 2004 ).
Stolte (2004 ) merumuskan sejumlah proses yang dapat di gunakan
dalam diagnose keperawatan. Proses tersebut mencangkup perolehan
informasi baru, penyembuhan luka, pembelajaran keterampilan baru,
peningkatan status fungsional fisik, penyapihan dari ventilator, perolehan
peran baru, pencapaian tugas perkembangan, perkembangan kekuatan
baru. Kondisi dalam diagnose keperawatan pada umumnya adalah keadaan
yang memperkuat, memperluas atau mempertahankan respon klien.
Diagnosis keperawatan yang berkaitan dengan kebutuhan belajar
dikelompokkan dibawah kategori kurang pengetahuan. Definisi kurang
pengetahuan adalah : pernyataan pada saat individu, keluarga, atau
komunitas tidak dapat memahami, tidak dapat belajar, dan tidak dapat
menunjukan pengetahuannya tentang tindakan-tindakan keperawatan
kesehatan yang penting untuk mempertahankan kesehatan (NANDA).
Karakteristik definisi tersebut adalah : adanya pengungkapan secara verbal
tentang masalah; keakuratan penampilan dalam suatu uji; ketidak
seseuaian perilaku atau adanya perilaku berlebihan, misalnya histeria,
permusuhan, agitasi, apatis. Faktor-faktor yang berhubungan atau menjadi
penyebab dari kurangnya pengetahuan mencakup kurangnya keterpaparan
informasi; kurang mengulang pelajaran, adanya kesalahpenafsiran;
keterbatasan pengetahuan; kurangnya ketertarikan dalam belajar; tidak
familiernya klien dengan sumber informasi.
Sebagai contoh diagnosis keperawatan yang dikemukakan oleh North
Americans NursingDiagnosis Association adalah sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan Aktual

Keperawatan Kritis 1 19
Pada diagnosa keperawatan ini “ kurang pengetahuan” atau “ ketidak
mampuan” yang menjadi pokok masalahnya.
Contoh :
1) Kurang pengetahuan: diet rendah kalori berhubungan dengan
tidak punya pengalaman.
2) Kurang pengetahuan: diet Diabetes Melitus berhubungan dengan
tidak familiernya diri dengan program yang harus diikuti.
3) Kurang pengetahuan: perawatan pra operasi berhubungan dengan
belum adanya pengalaman menghadapi prosedur pembedahan.
2. Diagnosa Keperawatan Resiko
Hal ini biasanya tergantung kondisi klien, “ kurang pengetahuan” bisa
di jadikan sebagai etiologi
contoh :
1) Resiko gizi buruk berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang gizi pada anak balita
2) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang perawatan tali pusat
3) Resiko tinggi terjadi injuri atau/ rudapaksa berhubungan
dengan kurang pengetahuan dalam teknik penggunaan tongkat
untuk berjalan.

C. PERENCANAAN PENDIDIKAN KEPERAWATAN


Pengembangkan perencanaan pengajaran adalah menyelesaikan
sejumlah langkah. Melibatkan klien saat perencanaan dapat meningkatkan
terciptanya perencanaan yang berguna dan merangsang motivasi klien.
Klien yang membantu merumuskan perencanaan pengajaran akan lebih
mudah untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
1. Menentukan prioritas pengajaran
Prioritas dalam pengajaran harus sejalan dengan prioritas masalah
yang ditentukan program yang di tunjang. Penentuan prioritas di
dasarkan pada perannya Kebutuhan belajar klien harus diurutkan
berdasarkan prioritas pada beratnya dampak dan masalah tersebut

Keperawatan Kritis 1 20
sehingga perlu di prioritaskan penanggulangannya, pertimbangan politis
dan sumber daya yang ada
Perawat dan klien hendaknya melakukan bersama-sama. Salah satu
yang menjadikan kriteria yang diprioritaskan adalah motivasi klien
untuk berkonsentrasi pada kebutuhan belajar yang telah diidentifikasi.
Sebagai contoh seseorang yang ingin mengetahui segala sesuatu tentang
penyakit jantung koroner mungkin tidak siap untuk mempelajari
bagaimana mengubah hidupnya sampai pada saat dia menemukan
kebutuhan untuk belajar tentang penyakit tersebut. Perawat juga dapat
mengunakan kerangka pikiran lain, seperti hierarki kebutuhan menurut
teori Maslow untuk menetapkan prioritas belajar.
Jika klien adalah sebuah keluarga, kelompok, atau komunitas yang
lebih besar, penentuan prioritas belajar hendaknya secara lebih luas
mempertimbangkan faktor lain yang telah dikaji yakni, faktor
predisposisi, pemungkin, dan penguat. Khusus untuk memprioritaskan
pengajaran dikeluarga, skala prioritas yang dikembangkan oleh Bailon
dan Maglaya (1988) dapat dipergunakan. Kriteria untuk
memprioritaskan pengajaran didalam komunitas antara lain adalah:
kesadaran komunitas terhadap masalah; motivasi komunitas untuk
memecahkan masalah ; kemampuan perawat untuk mempengaruhi
pemecahan masalah ; berat serta konsekuensi jika masalah tidak
terpecahkan (Goeppinger and Shuster,1988).

2. Menetapkan tujuan belajar


Tujuan belajar yang ditetapkan dapat disamakan dengan tujuan pada
proses asuhan keperawatan. Ketika menetapkan hal ini, baik sekali
diingat mengenai tiga ranah belajar yaitu: kognitif, afektif, dan
psikomotor. Tujuan belajar yang dirancang dengan baik akan menuntun
perencanaan tentang isi atau substansi, metode,strategi, aktivitas, dan
perencanaan metode evaluasi belajar.
Tujuan belajar harus dapat membantu individu, keluarga, kelompok,
dan masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal

Keperawatan Kritis 1 21
(Edelman & Mandle, 2006 dalam ( Potter & Perry, 2009) ) pendidikan
pasien yang komprehensif mencangkup tiga tujuan yang sangat penting,
masing masing melibatkan fase yang terpisah dari pelayanan kesehatan
( Potter & Perry, 2009)

Beberapa ketentuan umum dalam merumuskan tujuan belajar adalah


sebagai berikut:
a. Tujuan belajar dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang
dikehendaki, contohnya : klien dapat menunjukkan atau
mendemonstrasikan teknik pemberian ASI dengan benar
(psikomotor), klien dapat menjelaskan alasan ia harus makan dalam
porsi sedikit, tetapi frekuensinya lebih sering (kognitif), klien dapat
menguraikan perasaan meningkatnya rasa nyaman setelah pemberian
obat (afektif). Tujuan tidak dinyatakan dalam perilaku perawat,
misalnya : perawat tidak mengajari klien tentang diet.
b. Tujuan belajar dapat diobservasi, sementara aktivitasnya dapat
diukur. Misalnya, hal yang dapat dilihat, klien dapat berjalan
disekitar tempat tidur.
c. Dalam tujuan harus terkandung kondisi yang diinginkan untuk
mengklarifikasi dimana, kapan, atau bagaimana perilaku yang
ditampilkan. Contohnya klien dapat berjalan diujung tempat tidur
keujung lainnya tanpa menggunakan tongkat pembantu.
d. Dalam tujuan harus tercakup kriteria waktu yang spesifik.
Contohnya: klien akan menyebutkan tiga hal yang mempengaruhi
kadar gula darah. Pada akhir diskusi kedua, klien dapat
mendemonstrasikan injeksi insulin sendiri dalam dosis dan cara yang
benar sebelum pasien dipulangkan.

3. Memilih substansi atau isi materi harus dipilih

Keperawatan Kritis 1 22
Isi pembelajaran sangat ditentukan oleh tujuan belajar yang hendak
dicapai, atau dengan kata lain, informasi yang dibutuhkan mencapai
tujuan dengan baik harus diseleksi dari berbagai sumber informasi.
Pengetahuan yang dibutuhkan perawat dapat diperoleh melalui
pendidikan, buku, jurnal keperawatan, dan perawat lain atau dokter
atau anggota tim pelayanan kesehatan lainnya. Sumber yang dipilih
hendaknya: akurat, terbaru, didasarkan atas tujuan belajar, disesuaikan
dengan usia klien, budaya, dan kemampuan, konsisten, serta dipilih
dengan mempertimbangkan waktu dan sumber daya yang mungkin
untuk mengajar.
Media pendidikan kesehatan adalah saluran komunikasi yang dipakai
untuk mengirimkan pesan kesehatan. Pemilihan media pendidikan
kesehatan ditentukan oleh banyak sedikitnya sasaran, keadaan
geografis, karakteristik partisipan dan sumber daya pendukung. Berikut
adalah media dan alat peraga dalam sebuah pendidikan kesehatan
menurut Nursalam dan Ferry Effendi (2009):
a. Leaflet atau Pamphlet
Leaflet atau Pamphlet merupakan selembar kertas yang berisi
tulisan tentang suatu masalah khusus untuk sasaran yang dapat
membaca. Biasanya leaflet diberikan kepada partisipan setelah
selesai proses pembelajaran dengan harapan agar dapat dipergunakan
sebagai pengingat pesan atau memperkuat pesan yang telah
disampaikan.
b. Booklet
Media ini berbentuk buku kecil yang berisi tulisan atau gambar
atau keduanya. Sasaran booklet adalah partisuipan atau masyarakat
yang dapat membaca.
c. Flyer
Flyer merupakan salah satu media pendidikan kesehatan yang
berbentuk selebaran, seperti leaflet tapi tidak terlipat dan biasanya
disebarkan melalui udara (pesawat).
d. Billboard

Keperawatan Kritis 1 23
Media pendidikan kesehatan tyang berbentuk papan berukuran 4
meter persegi yang berisi tulisan dan atau gambar yang ditrempatkab
di pinggi jalan besar yang dapat dibaca atau dilihat oleh pemakai
jalan.
e. Poster
Poster merupakan pesan singkat dalam bentuk gambar. Poster
tidak dapat mengajar sendirinya karena keterbatasan kata-kata, oleh
sebab itu poster tidak cocok untuk orang-orang yang tidak kenal
dengan ide-ide yang dituliskan. Poster sesuai untuk tindak lanjut dari
pesan yang sudah disampaikan pada waktu yang lalu. Jadi, tujuan
poster adalah untuk mengingatkan kembali dan mengarahkan
pembaca kearah tindakan tertentu atau sebagai bahan diskusi
kelompok.
f. Lembar balik
Lembar balik atau flipchart adalah alat peraga yang menyerupai
kalender balik bergambar. Digunakan dengan cara membalik
lembaran-lembaran bergambar tersebut satu per satu dan digunakan
untuk pertemuan dengan kelompok yang jumlahnya maksmal 30
orang.
4. Memilih strategi belajar
Memilih metode belajar hendaknya cocok untuk individu, cocok
dengan materi yang dipelajari, dan cocok dengan pengajar dan berbagi
faktor lain perlu diperhitungkan. Simamora (2009) juga memamparkan
metode pengeajaran yang sering kali di gunakan dalam memilih strategi
belajar diantaranya yaitu : metode ceramah, metode diskusi, metode
demonstrasi, metode resitasi, metode eksperimental, metode study tour,
metode drill ( latihan keterampilan), dan metode pengajaran teman
sejawat. Beberapa tujuan belajar mungkin dapat dicapai dengan mudah
melalui tahap muka satu persatu antara perawat dengan klien., tetapi
yang lain dapat dengan mudah dicapai dengan dikosi kelompok.
Sebagai contok, jika tujuan belajarnya adalah: “Klien dapat mengganti
balutun kakinya dengan teknik steril” , diskusi kelompok tidak mungkin

Keperawatan Kritis 1 24
diadakan. Metode yang cocok untuk itu adalah metode privat yang
disarankan oleh perawat. Di lain pihak jika tujuan belajarnya adalah
“Klien dapat mendiskusikan perasaannya tentang bagaimana kembali
ke rumah setelah mengalami serangan jantung” , tujuan akan lebih
mudah dicapai dengan diskusi kelompok dengan klien lain yang
mempuyai perasaan yang sama.
5. Memilih alat bantu mengajar
Alat bantu mengajar telah dibahas pada bab selanjutnya. Alat bantu
mengajar membantu belajar, tetapi bukan suatu pengganti untuk
berhubungan dengan manusia. Alat ini baik sekali digunakan untuk
menambah atau menguatkan mengajar dengan srategi tatap muka. Alat
bantu mengajar sanagat ditentukan oleh tujuan belajar yang hendak
dicapai. Oleh karena itu, pilihan alat bantu secara hati-hati, liat kembali
kegunaan dan kecocokan penggunaan alat bantu.
6. Membuat rencana evaluasi
Rencana evaluasi harus disebutkan dalam perancanaan pelaksanaan
kegiatan pelaksaan kegiatan kesehatan, misalnya waktu dan sasaran
yang akan dievaluasi, dan indikator apa yang akan dicapai dalam
evaluasi itu. Evaluasi dapat dibedakan:
a. Evaluasi pendidikan kesehatan, yakni menilai langkah-langkah yang
telah dijadwalkan dalam perancanaan, apakah sesuai atau terjadi
perubahan dalam pelaksaannya. Misalnya tentang jadwal waktu,
tempat, dan alat bantu peraga.
b. Evaluasi hasil kegiatan, yakni sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai dengan pendididkan kesehatan yang dimaksud. Misalnya
terjadi perubahaan pengetahuan, sikap, dan tindakannya.

D. IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KEPERAWATAN


Perawat perlu fleksibel dalam mengimplementasikan berbagai rencana
pengajaran, karena perencanaan mungkin membutuhkan perbaikkan.
Memplementasi rencana mengajar memerlukan ketrapilan personal, seperti

Keperawatan Kritis 1 25
teknik komunikasi. Perawat dapat memfasilitsi proses belajar klien
melalaui pendekatan yang ramah dan hangat.
Penampilan sikap perawat memiliki efek yang besar dibandingkan
dengan faktor-faktor lain. Dibawah ini adalah petunjuk yang dapat
membantu perawat ketika mengimplementasikan rencana pengajaran.
1. Waktu yang oktimal untuk masing-masing sesi bergantung pada klien
yang belajar. Sebagian klien memilih waktu terbaik untuk belajar pada
pagi hari, sebagian harinya pada sore hari. Jika memungkinkan,
tannyakan pada klien untuk membantu, memilih waktu yang terbaik.
2. Kecepatan dari setiap sesi juga mempengaruhi belajar. Perawat
hendaknya sensitif terhadap berbagai tanda bahwa langkah-langkah
mengajar terlalu lambat dan cepat. Jika kalian nampak bingung atau
tidak memahami materi ketika ditanya, mengkin hal itu karena perawat
mengajar terlalu cepat. Jika kalien tampak bosan dan kehilangan
perhatian, kecepatan atau langkah-langkah mungkin terlalu lambat, atau
periode waktu belajar terlalu lama sehingga klien merasa lelah.
3. Keadaan lingkungan dapat menurunkan atau membantu belajar.
Lingkungan yang bising akan mengurangi kosentrasi, sedangkan
lingkungan yang yaman dapat meningkatkan belajar.
4. Alat bantu mengajar dapat membantu perkembanagan belajar dan
mampu memfokuskan perhatian klien. Untuk membantu klien belajar
rawat hendaknya menggunakan alat bantu yang dapat digunakan klien.
Sebelum mengajar, perawat perlu memasanag semua peralatan dan alat
bantu melihat, serta menyakinkan bahwa semua peralatan berfungsi
secara efektif.
5. Jika menemukan sendiri isi atau substansi, klien akan belajar lebih
efektif. Cara untuk meningkatkan belajar mencakup perangsangan
motivasi dan perangsangan pencarian sendiri, misalnya dengan
memberikan tujuan belajar yang hendak dicapai secara spesifik,
realistik, memberi umpan balik, dan membantu klien mamperoleh
kepuasaan dari belajar. Perawat juga harus mendorong belajar secara

Keperawatan Kritis 1 26
independen dengan mendorong klien menggali sumber-sumber
informasi yang dibutuhkan.
6. Melakukan pengulangan, sebagai contoh, merangkum isi substansi,
mengatakan dengan kata-kata lain, dan mendekatkan materi dari titik-
titik lain kedalam satu pemahaman dapat menguatkan belajar.
7. Materi dari yang tidak diketahui ke yang diketahui dan hubungan diliat
secara logis.
8. Menggunakan bahasa orang awam dapat meningkatkan komunikasi.
Dengan demikian batasi kata-kata yang artinya hanya diketahui oleh
profesional bidang kesehatan.

E. EVALUASI PENDIDIKAN KEPERAWATAN


1. Evaluasi belajar klien
Evaluasi dilakukam selama proses pembelajaran dan pada akhir
pembelajaran. Klien, perawat dan orang-orang yang mendukung klien
menentukan apa yang telah dipelajari. Proses evaluasi ini sama seperti
evaluasi terhadap pencapaian tujuan untuk diagnosis keperawatan lain.
Metode terbaik untuk evaluasi tergantung pada jenis belajar. Dalam
belajar, aspek kognitif , klien akan menunjukan kemahiran
pengetahuan. Beberapa contoh alat evaluasi untuk kognitif adalah :
observasi langsung perilaku, misalnya dengan mengobservasi klien
dengan memilih cara-cara pemecahan yang menggunakan pengetahuan
yang baru, pengukuran dengan cara menulis, misalnya dengan
memberikan tas kepada klien, pernyataan secara oral, misalnya bertanya
kepada klien untuk menyatakan kembali informasi atau memperbaiki
respon verbal atas suatu pelayanan. Pengawasan dan pencatatan sendiri.
Alat evaluasi tersebut digunakan selama program lanjutan melalui
telepon dan kunjungan rumah.
Evaluasi kemahiran aspek psikomotor yang terbaik adalahdengan
mengobservasi bagaimana klien melakukan prosedur, seperti mengganti

Keperawatan Kritis 1 27
balutan atau memandikan bayi premature dirumah. Perawat sebaiknya
memberikan umpan balik tentang apa yang dilakukan klien.
Evaluasi sikap lebih sulit dilakukan. Apakah sikap atau nilai telah
berubah menjadi lebih baik mungkin dapat dinilai dengan cara
mendengarkan respon klien terhadap pertanyaan, mencatat bagaimana
klien berbicara tentang subjek-subjek yang relevan, dan dengan
mengobservasi perilaku klien yang mengekspresikan perasaan dan
nilai-nilai. Setelah dilakukan observasi, perawat mungkin menemukan
hal-hal penting untuk memodifikasi atay mengulang perencanaan
pembelajaran jika tujuan tidak tercapai atau hanya sebagian tujuan yang
dapat dicapai.
Perubahan perilaku tidak selalu segera terjadi setelah belajar.
Seringkali individu menerima perubahan intelektual terlebih dahulu dan
kemudian baru terjadi perubahan perilaku secara periodik sehingga
evaluasi harus dilanjutkan ketika klien sudah berada dirumah dengan
cara melakukan kunjumgan rumah atau melalui telepon.
2. Evaluasi mengajar
Evalusi mengajar adalah hal penting bagi perawat untuk menilai
kemampuannya. Hal itu sama saja dengan evaluasi keefektifan
intervensi keperawatan untuk diagnoga keperawatan lain. Evaluasi
harus mencakup pertimbangan semua factor : waktu, strategi mengajar,
jumlah informasi, dan apakah mengajar cukup berguna. Perawat
mungkin menemukan hal- hal sebagai contoh bahwa klien telah
kebanyakan informasi, telah bosan, atau telah termotivasi untuk belajar
lebih banyak. Keduanya, baik klien maupun perawat, harus
mengevaluasi pengalaman belajar. Klien dapat memberikan evaluasi
kepada perawat apa yang telah membantunya, apa yang menarik
baginya dan lain-lain. Perawat hendaknya tidak merasa bahwa
pekerjaannya tidak efektif bila klien lupa sesuatu.

Keperawatan Kritis 1 28
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri seseorang
yang dihubungkan dengan pencapaian tujuan kesehatan individu, dan
masyarakat. Pendidikan kesehatan tidak dapat diberikan kepada seseorang oleh
orang lain, bukan seperangkat prosedur yang harus dilaksanakan atau suatu
prosedur yang harus dicapai, tetapi sesungguhnya merupakan suatu proses
perkembangan yag berubah secara dinamis, yang didalamnya seseorang
menerima atau menolak informasi, sikap, maupun praktek baru, yang
berhubungan dengan tujuan hidup sehat.
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat,
kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.
Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari
keluarga, kelompok, dan masyarakat.

B. SARAN
Penulis berharap semoga penyusunan makalah tentang “Penyuluhan Pasien
Dan Keluarga Dalam Keperawatan Kritis”ini dapat memberikan ilmu dan
pengetahuan dalam bidang pendidikan dan praktik keperawatan. Dan juga
dengan makalah ini dapat menjadi acuan untuk tindakan proses keperawatan.

Keperawatan Kritis 1 29
DAFTAR PUSTAKA

Ismail, Taufik. 2015. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Perawatan ICU-


ICCU Terhadap Kecemasan Keluarga Pasien Di Rumah Sakit Umum
Daerah dr. Soehadi Prijonegoro Sragen Tahun 2015. Skripsi. Program
Studi S-1 Keperawatan STIKES Kusuma Husada. Surakarta

Morton, Patricia Gonce, dkk. 2011. Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan


Kritis Vol.1 Ed.8. Jakarta: EGC

Notoatmodjo, Soekidjo. 1989. Dasar-Dasar Pendidikan dan Latihan. Jakarta:


BPKM-FKMUI.

Notoatmodjo, Soekidjo, 2003. Ilmu kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar.


Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmojo, Soekidjo, 2007.Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:


Rineka Cipta

Septianingsih, Widia. 2013. Pengaruh Penyuluhan Mobilisasi Dan Terhadap


Pengetahuan Dan Tindakan Pada Pasien Post Operasi Laparatomi Di
Ruang Rawat Inap RSUP NTB Tahun 2013. Skripsi. Tidak diterbitkan.
Program Studi D.IV Keperawatan Poltekkes Mataram. Mataram

Syah M.1997. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya

Uha, Suliha. 2001. Pedidikan Kesehatan Dalam Keperwatan. Jakarta: EGC

Lampiran…
PERTANYAAN DAN JAWABAN MASING-MASING KELOMPOK

Keperawatan Kritis 1 30
1. Balqis Muthi’ah (Kelompok 2)
Bagaimana menurut kelompok solusi untuk mengatasi hambatan-hambatan
pembelajaran pada pasien dan keluarga?
Jawab : (I Gusti Agung Ayu Switari P. S.)
2. Dara Indah Pratiwi (Kelompok 2)
Pengkajian fisik yang bagaimana yang dilakukan kepada pasien?
Jawab : (Ni Kadek Sulastri Astuti)
3. Baiq Reni Komala Sari (Kelompok 2)
Jelaskan mengapa perlu dilakukan pengkajian kesiapan pasien untuk belajar,
motivasi, dan kemampuan membaca?
Jawab : (Nadya Farinyna Siswandi)
4. Rizka Saefani Putri (Kelompok 1)
Bagaimana cara pendidikan kesehatan di tempat kerja dan tempat umum?
Jawab : (Lilik Sugianti)
5. Siti Hasanah (Kelompok 1)
Apa yang dimaksud dari pembatasan cacat dari tingkat pelayanan kesehatan?
Jawab : (Ni Made Ayu Ari Supramawati)
6. Ribka Todingan (Kelompok 1)
Bagaimana cara mengobservasi tujuan belajar dan bagaimana cara aktivitas
tersebut dapat diukur?
Jawab : (Laely Fuziani)

Keperawatan Kritis 1 31
PEMBAHASAN

1) Balqis Muthi’ah (Kelompok 2)


Bagaimana menurut kelompok solusi untuk mengatasi hambatan-hambatan
pembelajaran pada pasien dan keluarga?
Pembahasan :
Untuk mengatasi hambatan-hambatan pembelajaran pada pasien dan
keluarga sebaiknya terlebih dahulu perawat melakukan pengkajian terhadap
pasien maupun keluarga. Dengan mengkaji faktor predisposisi, faktor
pemungkin, dan faktor penguat. Yang mana ketiga faktor ini nantinya akan
memberi solusi dalam mengatasi hambatan hambatan pembelajarn pada
pasien dan keluarga.

Keperawatan Kritis 1 32

Anda mungkin juga menyukai