Dosen Pembimbing :
Dian Aby Restary, SST., M.Keb
Disusun Oleh :
KELOMPOK 1
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISIiii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Rumusan Masalah........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1.....................................................................................Pengertian Kesehatan
......................................................................................................................3
2.2........................................................................................Pengertian Perinatal
......................................................................................................................3
2.3..........Masalah Kesehatan Pada Perinatal, Pencegahan, dan Penanganannya
......................................................................................................................4
2.4...................................................................................Kiat Untuk Pencegahan
....................................................................................................................11
BAB III PENUTUP ............................................................................................12
A. Kesimpulan……….........…………………………………………………12
B. Saran ……..........………………………………………………………….12
DAFTAR PUSTAKA..........……………………………………………………14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan
dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK). seperti yang ditetapkan sesuai
dengan buku pedoman pemantauan wilayah setempat KIA (Depkes RI,
2011). Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga
kesehatan professional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter
umum, bidan dan perawat) kepada ibu hamil selama masa kehamilannya
sesuai pedoman pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat pada
kegiatan promotif dan preventif. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat
dari cakupan K1 dan K4. Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi
anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan
laboratorium rutin dan khusus, serta intervensi umum dan khusus (sesuai
resiko yang ditemukan dalam pemeriksaan) (Depkes RI, 2011).
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kesehatan
2. Untuk mengetahui pengertian perinatal
3. Untuk mengetahui masalah kesehatan kesehatan pada perinatal,
pencegahan, dan penanganannya ?
2
BAB 2
PEMBAHASAN
3
proses kelahiran atau Kehamilan (gravidas) mulai dengan konsepsi
(pembuahan) dan berakhir dengan permulaan persalinan.
4
postpartum. Kadar estrogen yang rendah berkaitan dengan rendahnya
kadar serotonin yang mengatur suasana hati (Thiam, 2017). Status sosial
dan ekonomi yang rendah, riwayat pendidikan, riwayat penyakit mental,
melahirkan prematur, kekerasan, dan kurangnya dukungan sosial juga
menjadi faktor risiko timbulnya perinatal mood and anxiety disorders
(Byrnes, 2018).
Kondisi ibu dengan perinatal mood and anxiety diorders tentunya
mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan janin. Kehamilan dengan
gangguan psikologis dapat memicu meningkatnya sekresi hormon
kortikotropin yang memiliki interaksi dengan hormon oksitoksin dan
progstaglandin. Hormon tersebut dapat memediasi kontraksi uterus,
sehingga dapat menyebabkan bayi berat lahir rendah (BBLR) (Hapisah,
Dasuki, & Prabandari, 2010). Kehamilan dengan gangguan kecemasan
dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah sehingga ibu mengalami
preeklamsi yang berdampak pada BBLR atau kematian janin (Triasani &
Hikmawati, 2016).
Perubahan fisiologis dan psikologis pada ibu hamil tersebut dapat
menyebakan perinatal mood and anxiety disorders(PMADs). Perinatal
mood and anxiety disorders adalah gangguan mood dan kecemasan yang
terjadi selama kehamilan hingga 1 tahun pascapersalinan (Thiam, 2017).
Perinatal mood and anxiety disorders diklasifikasikan menjadi 6 yaitu
baby blues, depresi, psikosis, gangguan panik, gangguan obsesif-
kompulsif, gangguan stres pasca trauma (Beck & Driscoll, 2006).
5
karena gejala disforia tersebut muncul bersamaan dengan
laktasi. Dewasa ini, Baby Blues Syndrome atau sering juga
disebut Maternity Blues atau Post-partum Blues dimengerti
sebagai suatu sindroma gangguan afek ringan yang sering
tampak dalam minggu pertama setelah persalinan, dan ditandai
dengan gejala-gejala seperti : reaksi depresi/ sedih/ disforia,
menangis , mudah tersinggung, cemas, labilitas perasaan,
cenderung menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur dan
gangguan nafsu makan.
b. Pencegahan
Tindakan meminimalisir baby blues menurut Pandji (2010),
antara lain :
1) Mempersiapkan jauh jauh hari kelahiran yang sehat,
ibu yang hamil dan suaminya harus benar benar
dipersiapkan dari segi kesehatan janin pada saat
kehamilan, finansial, dan social
2) Adanya pembagian tugas antara suami dan istri pada
saat proses kehamilan berlangsung.
3) Tanamkan pada mindset ibu hamil bahwa anak adalah
titipan sang ilahi yang akan membawa berkah
4) Bersama sama istri merajut suatu kepercayaan dan
keyakinan dengan adanya anak akan terus berjalan.
5) Meminta bantuan kepada skeluarga jika dirasa
memerlukan bantuan dalam hal mengurus diri dan anak
pasca melahirkan.
c. Pengobatan
1) Jangan bebani diri
Jangan paksakan diri untuk mengerjakan segalanya
sendiri. Kerjakanlah apa yang sanggup Anda kerjakan.
Bila Anda merasa kewalahan, baik dalam mengurus Si
Kecil atau pekerjaan rumah, jangan sungkan untuk
meminta bantuan orang-orang terdekat yang dipercaya.
6
2) Tidur yang cukup
Pastikan waktu tidur Anda tercukupi dengan baik.
Manfaatkan waktu tidur Si Kecil untuk Anda tidur. Jika
Si Kecil terbangun di malam hari karena mengompol
dan Anda masih butuh tidur untuk memulihkan tenaga,
jangan ragu untuk meminta bantuan pasangan untuk
mengganti popok Si Kecil dan menjaganya sejenak.
3) Olahraga rutin dan makan makanan berkualitas
Untuk membantu mengatasi baby blues yang dialami,
Anda disarankan untuk berolahraga secara rutin.
Olahraga tidak hanya dapat mengalihkan perhatian dan
kekhawatiran yang Anda rasakan, tapi juga membantu
meningkatkan mood dan kualitas tidur. Apabila Anda
tidak sempat berolahraga, makanan juga bisa
membantu mengontrol mood Anda. Hindari makanan
yang tinggi akan karbohidrat sederhana seperti sirup,
kue kering kemasan, dan roti putih. Makanan jenis ini
diduga dapat memperparah mood swing.
4) Berbagi cerita
Dianjurkan untuk bersosialisasi dengan ibu baru
lainnya agar dapat bertukar cerita mengenai perasaan
yang Anda alami. Namun, bila ini dirasa berat, Anda
bisa memulai dengan menceritakannya kepada suami
Anda. Lagi pula, suamilah yang berada paling dekat
dengan Anda. Selain dengan beberapa cara di atas,
Anda juga bisa meluangkan waktu selama beberapa
hari untuk me time. Hal tersebut mungkin bisa
membantu mengatasi gejala baby blues yang anda
rasakan.
7
jika keluhan yang Anda rasakan tidak membaik dan
masih menetap lebih dari dua minggu setelah
melahirkan, jangan ragu untuk segera berkonsultasi
dengan psikolog agar keluhan tidak bertambah parah.
b) Depresi Postpartum
Pengertian
Menurut Bobak (2004) depresi postpartum adalah
gangguan suasana hati pada ibu postpatum yang tejadi dalam
enam bulan setelah melahirkan. Depresi post partum ini
pertama kali di temukan oleh Pitt pada tahun 1988, depresi
post partum merupakan suatu keadaan emosional yang
ditunjukkan dengan mengekspresikan rasa lelah, mudah
marah, gangguan nafsu makan, dan kehilangan (Yulianti,
2010).
Depresi postpartum hampir sama dengan baby blues
syndrom, perbedaannya terletak pada frekuensi, intensitas,
serta durasi berlangsungnya gejala-gejala yang timbul. Pada
saat mengalami depresi postpartum, ibu akan merasakan
berbagai gejala yang ada pada baby blues syndrom, tetapi
dengan intensitas yang lebih sering, lebih hebat, serta lebih
lama (Mansur, 2009).
Pencegahan
1. Dukungan Psikologis dari suami dan keluarga.
2. Istirahat yang cukup untuk mencegah dan mengurangi
perubahan perasaan
3. Dukungan dari tenaga kesehatan, seperti dokter obstetri
dan bidan atau perawat sangat diperlukan, misalnya
dengan cara memberikan informasi yang memadai atau
adekuat tentang proses kehamilan dan persalinan,
termasuk penyulit-penyulit yang mungkin timbul pada
masa-masa tersebut beserta penanganannya.
8
4. Diperlukan dukungan psikolog atau konselor jika keadaan
ibu tampak sangat mengganggu. Dukungan bisa diberikan
melalui keprihatinan dan perhatian pada ibu. Selain itu ibu
dapat mencari psikiater, psikolog atau ahli kesehatan
mental lainnya untuk melakukan konseling agar dapat
menemukan cara dalam menanggulangi dan memecahkan
masalah serta menetapkan tujuan realistis.
Pengobatan
Menurut Mansur (2009) penatalaksanaan untuk depresi
postpartum adalah dengan Screening Test. Di luar negeri
seperti di Belanda digunakan Edinburgh Postnatal Depression
Scale (EPDS) yang merupakan kuesioner dengan validitas
teruji yang mampu mengukur intensitas perubahan perasaan
depresi selama 7 hari pasca salin. Pertanyaan - pertanyaannya
berhubungan dengan labilitas perasaan, kecemasan, perasaan
bersalah, serta mencakup hal-hal lain yang terdapat pada
postpartum blues. EPDS juga telah teruji validitasnya di
beberapa negara seperti: Belanda, Swadia, Australia, Italia
dan Indonesia. EPDS dapat dipergunakan dalam minggu
pertama pasca salin.
9
Fakta menunjukkan bahwa baik dikalangan wanita yang
berkebudayaan primitif maupun dikalangan wanita-wanita modern di
kota-kota besar, sering kali berlangsung peristiwa sebagai berikut :
para wanita tersebut ada kalanya dihadapkan pada gangguan-
gangguan yang cukup serius dan macam-macam kesulitan sewaktu
mereka melahirkan bayinya. Kesulitan tersebut kadang kala
mengakibatkan wanita-wanita tadi menjadi invalid atau meninggal
dunia. Proses kelahiran yang sulit inilah yang mendorong orang
untuk mengembangkan ilmu kebidanan dan kedokteran, guna
memperingan penderitaan para ibu yang tengah melahirkan bayinya.
Di daerah pedesaan, kebanyakan ibu hamil masih
mempercayai dukun beranak untuk menolong persalinan yang
biasanya dilakukan di rumah. Beberapa penelitian yang pernah
dilakukan mengungkapkan bahwa masih terdapat praktek-praktek
persalinan oleh dukun yang dapat membahayakan si ibu. Penelitian
Iskandar dkk (1996) menunjukkan beberapa tindakan/praktek yang
membawa resiko infeksi seperti :
a. "ngolesi" (membasahi vagina dengan rninyak kelapa untuk
memperlancar persalinan)
b. "kodok" (memasukkan tangan ke dalam vagina dan uterus untuk
rnengeluarkan placenta)
c. "nyanda" (setelah persalinan, ibu duduk dengan posisi
bersandardan kaki diluruskan ke depan selama berjam-jam yang
dapat menyebabkan perdarahan dan pembengkakan).
Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan agar wanita sehat dan selamat pada
saat hamil, bersalin, maupun nifas adalah dengan memperkaya
pengetahuan dalam bidang kesehatan. Ibu perlu memperoleh
pendidikan kesehatan secara maksimal dari bidan maupun dokter. Hal
ini dimaksudkan agar ibu tidak mudah terpengaruh oleh kebudayaan
yang tidak menguntungkan bagi ibu dan bayi. Selain ibu, pihak suami
dan pihak keluarga juga perlu diedukasi mengenai pendidikan
10
kesehatan. Sebagian besar tingkat psikologis dan fisiologis ibu yang
terganggu adalah karena faktor keluarga yang masih memegang erat
budaya terdahulu. Hal ini tentu saja harus dipilah dan dipilih, mana
kebudayaan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan
11
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kelompok yang rentan mengalami masalah kesehatan mental
adalah ibu hamil. Depresi merupakan gangguan mental umum yang
sering terjadipada wanita hamil dan nifas. Namun gangguan
kesehatan mental ini belum dilihat sebagai penyakit dan masih
dianggap kurang penting. Kesehatan mental yang baik seperti merasa
tenang dan bahagia, sangat diperlukan saat masa perinatal, karena sangat
mempengaruhi kesehatan seorang ibu hamil dan bayi yang dilahirkan.
Kesehatan mental yang baik adalah kondisi ketika batin kita
berada dalam keadaan tentram dan tenang, sehingga memungkinkan kita
untuk menikmati kehidupan sehari-hari dan menghargai orang lain di
sekitar. Seseorang yang bermental sehat dapat menggunakan kemampuan
atau potensi dirinya secara maksimal dalam menghadapi tantangan hidup,
serta menjalin hubungan positif dengan orang lain.
3.2. Saran
1. Bagi Ibu Hamil
Diharapkan memberikan manfaat bagi ibu hamil untuk mengatasi
Kesehatan mental yang baik adalah kondisi ketika batin kita agar
selalu berada dalam keadaan tentram dan tenang, agar ibu dapat
menjalani kehamilan dan persalinan dengan baik dan ibu tidak
mengalami depresi, post partum blues, dll
2. Bagi Keluarga
Diharapkan keluarga dapat meningkatkan kepeduliannya terhadap ibu
hamil agar tingkat perinatal mood and anxiety disorders dapat
terkendali. Dan mengetahui apa saja yang dibutukan ibu hamil untuk
kesehatan mentalnya.
3. Bagi Tenaga Kesehatan (Bidan)
Memberikan manfaat bagi bidan untuk mengetahui salah satu upaya
Asuhan kebidanan yang dapat diterapkan untuk mengatasi perinatal
12
mood and anxiety disorders. pada ibu hamil ketika bidan dalam
menjalankan praktik di BPM, Puskesmas, ataupun rumah sakit. Dan
memberikan solusi cara mengatasi bilamana ada ibu yang mengalami
masalah kesehatan mental pada perinatal
13
DAFTAR PUSTAKA
14