Oleh:
1940312073
Preseptor:
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Konseling
Prakonsepsi dan Perawatan Antenatal” ini. Makalah ini merupakan salah satu syarat
dalam mengikuti kepaniteraan klinik di Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas RSUP Dr. M. Djamil padang.
Keberhasilan dalam penyusunan makalah ini telah dibantu oleh banyak pihak.
Dalam usaha penyelesaian makalah ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada Dr.
dr. Vaulinne Baasyir, SpOG(K) selaku preseptor yang telah bersedia meluangkan
waktu, pikiran, dan tenaga untuk memberikan bimbingan, saran, dan arahan kepada
penulis dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menerima semua
saran dan kritikan yang membangun guna penyempurnaan makalah ini. Akhir kata,
semoga makalah ini dapat bermanfaaat bagi, akademisi, dunia pendidikan, instansi
terkait, dan masyarakat luas.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………………...ii
Daftar Isi……………………………………………………………………………...iii
Daftar Gambar………………………………………………………………………..iv
Daftar Tabel…………………………………………………………………………...v
Bab 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………1
1.2 Batasan Masalah………………………………………………………………..3
1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………………………….3
1.4 Metode Penulisan………………………………………………………………3
Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konseling Prakonsepsi…………………………………………………………4
2.2 Asuhan Antenatal……………………………………………………………..28
2.3 Pemeriksaan Obstetri………………………………………………………….49
Bab 3 Penutup………………………………………………………………………..50
Daftar Pustaka………………………………………………………………………..51
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB 1
PENDAHULUAN
1
memberikan informasi dan nasehat kepada pasangan usia subur untuk menyiapkan
lingkungan yang optimal bagi perkembangan konseptus, memperhatikan faktor–
faktor yang berpotensi mempengaruhi hasil akhir kehamilan, wanita yang
bersangkutan diberi nasihat tentang resiko yang ada pada dirinya dan diberikan suatu
strategi untuk mengurangi atau mengeliminasi pengaruh patologis yang diketahui
berdasarkan riwayat keluarga, medis atau obstetri. Konseling prakonsepsi yang
diberikan sebelum kehamilan dan asuhan antenatal selama kehamilan sangat penting
untuk menjaga kesehatan dan memastikan kesuksesan kehamilan.1
Setelah terjadinya kehamilan, maka mendukung kesehatan ibu hamil penting
untuk meningkatkan status kesehatan mereka. Salah satu cara meningkatkan derajat
kesehatan ibu hamil adalah memperkuat Antenatal Care (ANC). Antenatal Care
(ANC) merupakan pelayanan pemeriksaan kesehatan rutin ibu hamil untuk
mendiagnosis komplikasi obstetri serta untuk memberikan informasi tentang gaya
hidup, kehamilan dan persalinan. Hal ini membawa ibu hamil lebih dekat ke tenaga
kesehatan dan meningkatkan peluangnya untuk bertahan hidup.2
Pelayanan ANC bertujuan untuk memenuhi hak setiap ibu hamil dalam
mendapatkan pelayanan yang berkualitas sehingga mampu menjalani kehamilan
yang sehat, bersalin dengan selamat dan melahirkan bayi yang sehat. Pelayanan
ANC memiliki manfaat agar ibu mendapatkan pelayanan terkait dengan upaya
memastikan tidak adanya hal-hal yang dapat menyulitkan selama kehamilan dan
persalinan.2
Kunjungan ANC yang dianjurkan adalah minimal 4 kali selama masa
kehamilan, yaitu satu kali selama trimester I (0-12 minggu), satu kali selama
trimester II (12-24 minggu) dan dua kali selama trimester III (usia kehamilan 24-
36 minggu. Standar waktu pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin
perlindungan terhadap ibu hamil dan atau janin berupa deteksi dini faktor risiko,
pencegahan, dan penanganan dini komplikasi kehamilan.4
Berdasarkan Buku Pedoman Pelayanan Antenatal, Persalinan, Nifas, dan
Bayi Baru Lahir di Era Adaptasi Kebiasaan Baru, pelayanan ANC pada kehamilan
normal minimal dilakukan 6 kali dengan rincian 2 kali di Trimester I, 1 kali di
2
Trimester II, dan 3 kali di Trimester III. Minimal 2 kali diperiksa oleh dokter saat
kunjungan 1 di Trimester I dan saat kunjungan ke 5 di Trimester III.2
ANC terbukti dapat meningkatkan kualitas kesehatan ibu hamil. Ibu dengan
riwayat ANC yang teratur dan berkualitas akan menciptakan pondasi yang kuat
terhadap kesehatan ibu dan anak. Oleh karena itu, pelayanan ANC harus dilakukan
secara rutin, sesuai dengan standar yang ditetapkan dan terpadu untuk pelayanan
yang berkualitas agar kehamilan sehat.2
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Tujuan
Tujuan utama konseling dan perawatan prakonsepsi yaitu untuk meningkatkan
kondisi kesehatan ibu, menilai faktor risiko, menerapkan langkah-langkah medis yang
tepat, dan memberikan dukungan mental pada ibu sebelum kehamilan.3
Konseling prakonsepsi memiliki peranan yang penting karena berfungsi bagi
wanita sebagai intervensi dini, seperti mereka yang menderita diabetes melitus atau
hipertensi dan dapat membantu mengurangi insiden cacat janin. Organogenesis
dimulai 17 hari setelah fertilisasi, maka sebaiknya diperhatikan lingkungan yang baik
4
untuk perkembangan hasil konsepsi. Hasil akhir maternal dan perinatal juga
bergantung pada interaksi antara faktor ibu, janin dan lingkungannya, serta sulit untuk
menerangkan hasil akhir kehamilan hanya berdasarkan satu intervensi spesifik.
Tujuan dari konseling prakonsepsi adalah sebagai berikut:
5
dan obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi hasil kehamilan dan kehamilan
tersebut dapat mempengaruhi kesehatan wanita secara umum.1,2 Dalam
konseling prakonsepsi, konselor perlu mengetahui tentang penyakit medis,
riwayat pembedahan, penyakit reproduksi, atau penyakit genetik, dan harus
mampu menginterpretasi data dan rekomendasi yang diberikan oleh spesialis
lain.
Semua wanita pada usia reproduksi dan memiliki potensi untuk hamil yang
datang ke layanan primer adalah kandidat yang dipertimbangkan untuk konseling
prakonsepsi. Dalam konseling dapat diberikan nasihat dasar mengenai diet,
pemakaian alkohol dan obat terlarang, merokok, asupan vitamin, olahraga, dan
perilaku perilaku lain. Catatan medis yang relevan perlu diteliti. Apabila praktisi
kurang nyaman dalam memberikan konseling prakonsepsi maka wanita atau pasangan
yang bersangkutan dapat dirujuk ke konselor yang sesuai.
6
2.1.4 Hal yang Harus Diperhatikan pada Kunjungan Konseling Prakonsepsi
Wanita dengan berat badan kurang (IMT <18,5 kg/m2) dihubungkan dengan
kejadian kelahiran prematur dan bayi berat lahir rendah. Berat badan kurang juga
dikaitkan dengan defisiensi gizi, osteoporosis, amenore, infertilitas, dan aritmia.
Bayi dengan ibu yang memiliki berat badan kurang juga memiliki risiko tinggi
menderita gastroschisis. Wanita dengan IMT kurang harus ditangani sebagai
gangguan makan dan diberikan konseling bahwa berat badan kurang dapat
mempengaruhi kesehatan dan kehamilannya.
7
kelompok berisiko tinggi ini mungkin memerlukan saran para ahli. Gangguan
pernapasan tingkat lanjut dapat berarti bahwa kehamilan merupakan
kontraindikasi. Biasanya akan menjadi jelas bahwa kondisi medis parah akan
terdapat pada pasien dengan kondisi latar belakang medis mereka dengan penyakit
seperti kistik fibrosis atau toleransi latihan mereka terbatas. Saran dari para ahli
harus selalu diminta sebelum menginformasikan pasien bahwa kehamilan
merupakan kontraindikasi.
Pada wanita dengan kanker tertentu seperti kanker payudara, fokus akan
lebih ditujukan untuk memastikan interval bebas penyakit sebelum konsepsi. Pada
wanita dengan kelainan ginjal yang mengancam nyawa, mungkin kehamilan yang
lebih baik yaitu berusaha hamil lebih cepat daripada menundanya. Bahwa konsepsi
sebaiknya terjadi pada gagal ginjal ringan sampai sedang daripada gagal ginjal
berat dengan ibu makin berusia lanjut. Skenario klinis seperti ini adalah peluang
bagus untuk meninjau kebutuhan konseling prakonsepsi dan untuk memastikan
bahwa metode tatalaksana yang digunakan sesuai dengan kondisi medis yang
terlibat.4
2.1.4.4 Mengetahui Obat-obatan Teratogen
Kebanyakan obat aman untuk digunakan dalam kehamilan. Ketika
memberikan konseling prakonsepsi, obat-obat harus ditinjau untuk memastikan
bahwa tidak ada risiko dari efek teratogenik. Perlu dipertimbangkan dan diberikan
saran yang bersifat retrospektif dimana penggunaannya dapat memberikan efek
negatif dan obat mana yang perlu diberikan secara hati-hati serta kapan pemberian
obat yang paling aman. Teratogenesis adalah defek anatomi pertumbuhan pada janin
yang dapat meliputi:
- Defek struktur mayor atau minor organ janin
- Pertumbuhan janin terhambat
- Kematian janin
- Kegagalan implantasi dan pertumbuhan embrio
- Pengaruh neonatal
8
2.1.4.5 Komplikasi Obstetrik
Penyulit obstetrik juga dapat menjadi saran untuk menghindari kehamilan.
Riwayat perdarahan pasca persalinan berulang atau beberapa bekas luka uterus
dengan risiko plasenta akreta. Wanita dengan riwayat onset awal atau preeklampsia
berat atau kelahiran prematur dapat diberi peringatan pada konseling prakonsepsi.
Wanita mungkin datang untuk konseling mengingat riwayat persalinan traumatis
sebelumnya.4
Kunjungan tersebut biasanya sangat berharga dalam membantu wanita
mengetahui penyebab penyulit pada kehamilan sebelumnya, menawarkan
penjelasan untuk rencana pengelolaan bila terdapat penyulit yang sama seperti
sebelumnya dan membuat rencana yang jelas untuk kehamilan berikutnya. Ini tidak
biasa bagi wanita untuk memilih tidak hamil akibat riwayat persalinan traumatis
sebelumnya, karena mereka merasa bahwa mereka tentu akan terkena stres yang
sama dengan kehamilan berikutnya. Sejauh mana situasi seperti ini timbul belum
cukup banyak diteliti. Kunjungan untuk konseling dalam keadaan seperti itu bisa
menjadi sangat bermanfaat.4
2.1.4.6 Masa Nifas
Kebutuhan untuk transisi ke masa kehamilan telah ditekankan selama
konseling prakonsepsi. Maka juga jelas bahwa kelancaran transisi yang sama harus
terjadi setelah melahirkan. Nifas adalah waktu dengan risiko yang sangat tinggi
untuk pasien kelainan jantung dan juga waktu ketika banyak kehilangan fungsi
ginjal dapat terjadi pada wanita dengan penyakit ginjal. Gangguan perdarahan
dapat menyebabkan morbiditas utama dalam masa nifas dan kontrol optimal dari
insulin dapat membantu ibu diabetes untuk menyusui. Penanganan yang cepat dari
adanya masalah imunologi dapat mencegah masalah-masalah besar lainnya di
masa nifas. Hal ini sangat penting ditekankan bahwa komunikasi yang baik antara
spesialis dan tim obstetrik terjadi setelah melahirkan dan saran dari senior ahli yang
terus diberikan untuk pasien tersebut. Rencana untuk transisi ini harus diletakkan
pada saat konseling di awal kehamilan.
Secara umum, CDC mempublikasikan 14 hal yang diutamakan pada
9
konseling dan intervensi prakonsepsi, yaitu sebagai berikut.5
10
dioptimalkan sebelum konsepsi. Aspek penting lain dari konseling berkaitan
dengan seringnya penggunaan penghambat enzim pengubah angiotensin
teratogenik pada ibu hamil.
11
membuat silsilah (pedigree) dengan menggunakan simbol-simbol. Status
kesehatan dan reproduksi masing-masing anggota keluarga perlu dikaji secara
individual untuk penyakit medis, retardasi mental, cacat lahir, infertilitas dan
kematian janin. Ras, etnis atau latar belakang agama tertentu mungkin
menunjukkan peningkatan risiko untuk penyakit resesif tertentu.
B. Defek Tuba Neural
Insiden defek tuba saraf (NTD) adalah 0,9 per 1000 kelahiran hidup, dan
merupakan yang kedua setelah anomali jantung sebagai malformasi struktural
janin yang paling sering. Beberapa NTD, serta kelainan jantung bawaan,
dikaitkan dengan mutasi spesifik. Salah satu contohnya adalah substitusi 677C
-> T dalam gen yang mengkode reduksi metilen tetrahidrofolat. Untuk cacat gen
ini, uji coba yang dilakukan oleh Kelompok Penelitian Studi Vitamin Dewan
Riset Medis (1991) menunjukkan bahwa terapi asam folat prakonsepsi
signifikan secara signifikan mengurangi risiko NTD berulang hingga 72 persen.
Czeizel dan Dudas (1992) menunjukkan bahwa suplementasi mengurangi risiko
apriori kejadian NTD pertama. Oleh karena itu, saat ini disarankan agar semua
wanita yang mungkin hamil mengonsumsi 400- 800 ug asam folat setiap hari
sebelum pembuahan dan selama trimester pertama.
12
2.1.5.4 Usia Orangtua/Parental Age
Saat ini, sekitar 10% kehamilan terjadi pada wanita berusia lebih dari 35 tahun.
Wanita berusia lebih tua lebih sering meminta konseling prakonsepsi, baik karena
ingin menunda kehamilan dan sekarang ingin mengoptimalkan kehamilannya,
maupun karena berencana menjalani terapi infertilitas. Wanita ini mungkin
mengalami peningkatan risiko penyulit obstetrik serta morbiditas dan mortalitas
perinatal jika mereka menderita penyakit kronis atau kondisi fisiknya buruk. Akan
tetapi, untuk wanita yang beratnya normal dan secara fisik bugar tanpa masalah medis,
risiko tampaknya tidak meningkat secara nyata. Angka kematian ibu hamil lebih
tinggi pada wanita berusia 35 tahun atau lebih. Dibandingkan dengan wanita dalam
usia 20-an, wanita berusia 35- 39 tahun 2,5 kali lebih sering dan wanita berusia 40
tahun atau lebih 5,3 kali lebih sering mengalami mortalitas terkait- kehamilan.
Meskipun terdapat peningkatan insiden penyakit genetik pada anak akibat
mutase dominan autosom baru pada pria berusia lebi tua, namun insidennya masih
tetap rendah. Karena itu, masih diperdebatkan apakah pemeriksaan sonografik terarah
perlu dilakukan semata-mata atas indikasi usia ibu atau ayah yang lanjut.
13
janin, dan berat badan lahir rendah serta attention defisit hyperactivity disorder
(ADHD) dan masalah perilaku dan belajar saat anak mencapai usia sekolah.
Merokok juga meningkatkan risiko penyulit kehamilan yang berkaitan dengan
insufisiensi vaskular, seperti insufisiensi uteroplasenta dan solusio plasenta.
Tingkat pemakaian tembakau harus ditentukan dan wanita yang bersangkutan
perlu ditawari program prakehamilan untuk mengurangi atau menghentikan
kebiasaan merokok.
B. Pajanan Lingkungan
14
gestasional, risiko distosia bahu, komplikasi anestesi dan morbiditas terkait
lainnya. Kegemukan dilaporkan berkaitan dengan sejumlah penyulit maternal,
seperti hipertensi, preeklamsia, kesulitan persalinan, kehamilan postmatur,
pelahiran Caesar dan penyulit operasi.
Pika terhadap es, tepung binatu, tanah liat, sampah atau bahan bukan
makanan lainnya harus segera dihentikan. Pada beberapa kasus, hal ini mungkin
mencerminkan respons fisiologik tak lazim terhadap difisiensi besi. Banyak diet
vegetarian kurang mengandung protein, tetapi hal ini dapat diperbaiki dengan
meningkatkan konsumsi telur dan keju. Selain defisiensi gizi, anoreksia dan
bulimia meningkatkan risiko gangguan elektrolit, aritmia jantung dan patologi
saluran cerna. Penyulit terkait kehamilan antara lain adalah peningkatan risiko
berat lahir rendah, lingkar kepala kecil, mikrosefalus dan kecil untuk usia
kehamilan.
D. Olahraga
15
oleh pasangan selama setahun sebelum hamil berisiko lebih besar mengalami
sejumlah penyulit, mecakup hipertensi, perdarahan pervaginam, hiperemesis,
persalinan kurang bulan, dan bayi berat lahir rendah.
Dokter perlu mengajukan pertanyaan mengenai faktor-faktor risiko
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan sebaiknya sekaligus memberikan
intervensi jika memungkinkan. KDRT kemungkinan terjaddi pada wanita yang
pasangannya menyalahgunakan alkohol atau obat, baru menganggur, memiliki
tingkat pendidikan yang rendah atau pendapatan kurang, atau riwayat ditahan
F. Skrining
16
masalah medis tertentu diberi pertimbangan komplikasi yang dapat terjadi pada
trimester pertama
A. Diabetes Melitus
17
Tabel 2.2 Rekomendasi American Diabetes Association untuk
Konseling Prakonsepsi Wanita dengan Diabetes
18
B. Hipertensi
Hasil akhir kehamilan yang merugikan pada hipertensi kronis serupa dengan
yang dijumpai pada penyakit ginjal dan umumnya setara dengan derajat peningkatan
tekanan darah. Hipertensi dapat memburuk selama kehamilan, disertai peningkatan
morbiditas ibu, perlunya tambahan terapi obat, atau perlunya persalinan prematur
iatrogenik.
C. Epilepsi
Wanita dengan riwayat kejang dan wanita yang menggunakan obat antiepilepsi
harus menerima informasi menyeluruh tentang risiko kehamilan bagi ibu dan janin,
penyesuaian dalam rejimen obat mereka, dan suplemen asam folat untuk mengurangi
risiko NTD. Pemakaian valproate untuk kejang harus dihentikan, dan harus diganti
dengan obat alternatif yang memadai, karena valproate merupakan teratogen paling
kuat dibanding obat antiepilepsi lainnya.
19
dengan epilepsi yang minum obat anti konvulsi dengan hasil : 15% yang tidak
mengkonsumsi asam folat anaknya mengalami malformasi congenital, sedangkan
selebihnya yang mengkonsumsi asam folat tidak satupun yang mengidap anomaly.
Seiring kemajuan dalam perawatan neonates dan teknik bedah, banyak wanita
penderita kelianan jantung bawaan dapat bertahan hidup hingga usia subur dan hamil.
Fungsi jantung secara cermat dievaluasi untuk keselamatan janin. Catatan pembedahan
dikaji ulang, dan semua obat dievaluasi untuk keselamatan janin. Sebagai contoh,
warfarin dihentikan. Risiko kematian harus diperkirakan menurut sifat penyakit
jantung dan status fungsional jantung. Wanita hipertensi pulmonal apa pun etiologinya,
koarktasio aorta komplikata atau sindrom Marfan disertai keterlibatan aorta memiliki
risiko kematian yang cukup besar sehingga layak dianjurkan untuk tidak hamil.7
E. Tromboembolisme
F. Trombofilia
20
risiko kekambuhan, dan bahwa kehamilan dapat mempersulit upaya pencegahan.
Informasi juga harus diberikan tentang risiko seumur hidup dan kemungkinan perlunya
profilaksis kronis. Banyak wanita tidak hamil yang mendapat profilaksis diberi
warfarin dan karena teratogenik maka obat ini perlu diganti dengan heparin jika pasien
ingin hamil.
H. Penyakit Psikiatrik
Penyakit jiwa ibu harus diidentifikasi dan diobati dengan adekuat dan ibu harus
menunggu untuk hamil agar dapat menghindari efek obat, efek kejiwaan, dan gangguan
hubungan ibu dengan bayinya. Support suami dan keluarga harus baik, karena penyakit
yang tidak diobati atau diobati tidak adekuat akan mengakibatkan berbagai
konsekuensi.14 Idealnya, pasien harus menunggu sampai ia telah menjadi euthymic,
yang mungkin memakan waktu 6 sampai 12 bulan, sebelum ia mencoba untuk hamil
21
bersifat herediter. Sementara risiko seumur hidup rata-rata untuk menderita skizofrenia
adalah 0,8%; anak dengan satu orang tua skizofrenia memiliki risiko 12%; mereka yang
kedua orang tuanya skizofrenia memiliki risiko 40%; dan saudara kandung dari
penderita skizofrenia memiliki risiko 10%. Rata-rata risiko seumur hidup untuk
gangguan bipolar diperkirakan adalah 0,5-1,0%; tetapi jika salah satu orang tua
penderita gangguan bipolar, maka risiko untuk anak mereka meningkat menjadi 15%.
Anak penderita gangguan afektif juga berisiko mengalami ADHD.
Penyakit jiwa ibu harus diidentifikasi dan diobati dengan adekuat dan ibu harus
menunggu untuk hamil agar dapat menghindari efek obat, efek kejiwaan, dan gangguan
hubungan ibu dengan bayinya. Support suami dan keluarga harus baik, karena penyakit
yang tidak diobati atau diobati tidak adekuat akan mengakibatkan berbagai
konsekuensi.14 Idealnya, pasien harus menunggu sampai ia telah menjadi euthymic,
yang mungkin memakan waktu 6 sampai 12 bulan, sebelum ia mencoba untuk hamil.
22
Berat badan Hitung IMT (Indeks Massa Tubuh) setiap tahunnya.
• IMT ≥ 25 kg/m : konsultasi tentang diet. Lakukan
pemeriksaan untuk diabetes dan sindrom metabolik
jika terdapat indikasi.
• IMT ≤ 25 kg/m : pemeriksaan untuk gangguan
makan (eating disorders)
Penyakit Berikan informasi tentang risiko penyakit kardiovaskular
kardiovaskular yang dapat terjadi selama kehamilan. Berikan informasi
kepada wanita yang mengonsumsi ACE-Inhibitor dan ARB
tentang teratogenisitas obat, tentang kontrasepsi efektif
selama pemakaian obat tersebut dan tentang perlunya
mengganti obat sebelum konsepsi. Tawarkan konsul genetik
bagi pasien dengan kelainan jantung kongenital. Kaji ulang
situasi untuk mengantisipasi terjadinya endokarditis infektif.
Hipertensi kronik Berikan informasi mengenai risiko terhadap jantung selama
kehamilan. Lakukan penilaian terhadap pasien yang
mengidap HTN kronik terhadap resiko hipertrofi ventrikel,
retinopati, dan penyakit ginjal. Optimalkan kontrol tekanan
darah. Diskusikan efek teratogen ARB, warfarin, ACE
inhibitor dan jika mungkin ganti dengan obat yang tidak
23
berbahaya saat konsepsi direncanakan.
24
• Hepatitis C: lakukan uji penapisan pada wanita
berisiko tinggi. Berikan konseling kepada wanita
yang terkena tentang risiko penyakit dan cara
penularannya. Rujuk untuk terapi, bahas rincian
pengobatan selama kehamilan dan tawarkan
kontrasepsi efektif.
Penyakit • Anemia defisiensi besi: beri suplementasi besi
hematologi • Sickle-Cell disease: lakukan skrining pada semua
wanita kulit hitam. Berikan konseling kepada mereka
yang menderita penyakit ini. Periksa pasangan jika
diperlukan.
• Thalassemia: lakukan skrining pada wanita keturunan
Asia Tenggara atau Mediterania
Diabetes Optimalkan kontrol gula darah untunk menurunkan
teratogenisitas dan hiperglikemia. Evaluasi end-organ
damage seperti retinopati, nefropati, hipertensi, dan lain-
lain.
Penyakit tiroid Lakukan skrining bagi pasien yang yang memperlihatkan
gejala penyakit tiroid. Pastikan diet cukup mengandung
iodium. Terapi hipotiroid atau hipertiroidisme sebelum
konsepsi. Berikan konseling tentang risiko penyakit
terhadap kehamilan.
Penyakit jaringan • RA: berikan konseling tentang risiko kekambuhan
ikat setelah kehamilan. Bahaslah tentang teratogenisitas
metotreksat dan leflunomid serta kemungkinan efek
samping imunomedulator lain. Tunda NSAID
hingga usia gestasi 27 minggu.
• SLE: berikan konseling tentang risiko penyakit
selama kehamilan. Optimalkan terapi penyakit
25
sebelum konsepsi. Bahas teratogenisitas
mikrofenolat mofetil dan siklofosfamid serta
kemungkinan efek berbagai imunomedulator
terbaru. Jika memungkinkan, gantilah obat sebelum
konsepsi.
Penyakit • Gangguan kejang: optimalkan kontrol kejang
neuropsikiatri dengan menggunakan monoterapi jika
memungkinkan.
• Depresi: lakukan skrining untuk gejala-gejala
depresi. Pada mereka yang mengidap depresi,
berikan konseling tentang risiko terapi dan risiko
penyakit yang tidak diobati serta risiko tinggi
kekambuhan selama kehamilan dan masa nifas.
Penyakit kulit Bahas teratogenisitas isotretinoin dan etretinat, kontrasepsi
efektif selama pemakaian obat-obat tersebut dan perlunya
mengganti obat sebelum konsepsi.
Kanker • Berikan konseling tentang opsi mempertahankan
kesuburan sebelum terapi kanker dan tentang
penurunan fertilitas setelah pemberian obat-obat
tertentu.
• Bahaslah kemoterapi dan kemungkinan efek
teratogeniknya jika pengobatan berlanjut selama
kehamilan.
Penyakit infeksi • Influenza: berikan vaksinasi kepada wanita yang
berencana hamil selama musim flu. Vaksinasi
wanita risiko tinggi sebelum musim flu.
• Malaria: berikan konseling untuk menghindari
bepergian ke daerah endemik selama konsepsi. Jika
tidak mungkin, tawarkan kontrasepsi efektif selama
26
perjalanan atau berikan kemoprofilaksis bagi
mereka yang berencana hamil.
• Rubella: lakukan pemeriksaan untuk imunitas
rubella. Jika imun, berikan vaksinasi dan konseling
tentang pentingnya kontrasepsi efektif selama 3
bulan berikutnya.
• Tuberkulosis: lakukan skrining untuk wanita risiko-
tinggi dan berikan terapi sebelum konsepsi.
• Tetanus: lakukan vaksinasi, sesuai dengan
kebutuhan pada semua wanita usia subur.
• Varisella: tanyakan tentang imunitas. Jika belum
memiliki imunitas terhadap varisela, berikan
vaksinasi.
Penyakit menular Gonore, sifilis, infeksi klamidia: lakukan skrining untuk
seksual wanita risiko-tinggi dan terapi sesuai indikasi.
• HIV: lakukan skrining terhadap wanita berisiko.
Berikan konseling bagi wanita yang mengidap HIV
tentang risiko selama kehamilan dan penularan
perinatal. Bahaslah tentang inisiasi terapi sebelum
kehamilan untuk menurunkan risiko penularan.
Tawarkan kontrasepsi efektif bagi mereka yang
tidak ingin hamil.
• HPV: lakukan skrining Pap Smear. Kemudian
berikan vksinasi sesuai indikasi.
• HSV: lakukan skrining serologis terhadap wanita
asimptomatik yang pasangannya mengidap penyakit
ini. Berikan konseling bagi pasien mengenai risiko
penularan perinatal dan tindakan
pencegahan selama trimester ketiga dan persalinan.
27
2.2 Perawatan Antenatal/ Antenatal Care (ANC)
2.2.1 Definisi
2.2.2 Tujuan
• Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang bayi.
• Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu
dan bayi.
• Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,
obstetric, dan pembedahan.
• Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu
maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
• Mempersiakan ibu supaya masa nifas berjalan normal dan pemberian
ASI eksklusif.
• Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi
supaya dapat tumbuh dan berkembang secara normal.
28
2.2.3 Standar Pelayanan ANC
1) Standar kuantitas.
Standar kuantitas adalah Kunjungan 4 kali selama periode kehamilan (K4) dengan
ketentuan:
a. Satu kali pada trimester pertama.
b. Satu kali pada trimester kedua.
c. Dua kali pada trimester ketiga.
2) Standar kualitas.
Standar kualitas yaitu pelayanan antenatal yang memenuhi 10T, meliputi:
29
Tabel 2.4 Rangkuman Tatalaksana Asuhan Antenatal Pertrimester
30
2.2.4 Jenis Pelayanan
31
Selama hamil, ibu dianjurkan untuk mendapatkan asupan makanan yang
cukup dengan pola gizi yang seimbang karena hal ini penting untuk
proses tumbuh kembang janin dan derajat kesehatan ibu. Misalnya ibu
hamil disarankan minum tablet tambah darah secara rutin untuk
mencegah anemia pada kehamilannya.
g) Kesiapan menghadapi persalinan dan menyikapi kemungkinan
terjadinya komplikasi dalam kehamilan, antara lain:
• Siapa yang akan menolong persalinan?
• Di mana akan bersalin?
• Siapa yang mendampingi ibu saat bersalin?
• Siapa yang akan menjadi pendonor darah apabila
terjadi pendarahan?
• Transportasi apa yang akan digunakan jika suatu saat harus dirujuk?
• Apakah sudah disiapkan biaya untuk persalinan?
B. Pemeriksaaan
Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk
mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Penambahan berat badan
yang kurang dari 9 kilogram selama kehamilan atau kurang dari 1 kilogram
setiap bulannya menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin.
Pengukuran tinggi badan pada pertama kali kunjungan dilakukan untuk
menapis adanya faktor risiko pada ibu hamil. Tinggi badan ibu hamil kurang
dari 145 cm meningkatkan risiko untuk terjadinya CPD (Cephalo Pelvic
Disproportion).
32
kehamilan dan preeklampsia (hipertensi disertai edema wajah dan atau tungkai
bawah; dan atau proteinuria).
3. Nilai status Gizi (Ukur lingkar lengan atas /LiLA)
33
imunisasi TT tidak mempunyai interval maksimal, hanya terdapat interval
minimal. Interval minimal pemberian imunisasi TT dan lama perlindungannya
dapat dilihat pada tabel berikut :
Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat tablet
tambah darah (tablet zat besi) dan Asam Folat minimal 90 tablet selama
kehamilan yang diberikan sejak kontak pertama.
8. Periksa laboratorium (rutin dan khusus)
34
a. Pemeriksaan golongan darah
Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk mengetahui
jenis golongan darah ibu melainkan juga untuk mempersiapkan calon pendonor
darah yang sewaktu- waktu diperlukan apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.
b. Pemeriksaan kadar Hemoglobin darah (Hb)
Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada trimester
kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui
adanya proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria merupakan salah satu indikator
terjadinya pre-eklampsia pada ibu hamil.
d. Pemeriksaan kadar gula darah.
Pemeriksaan tes sifilis dilakukan di daerah dengan risiko tinggi dan ibu hamil
yang diduga menderita sifilis. Pemeriksaaan sifilis sebaiknya dilakukan sedini
mungkin pada kehamilan.
g. Pemeriksaan HIV
35
Di daerah epidemi HIV meluas dan terkonsentrasi, tenaga kesehatan di
fasilitas pelayanan kesehatan wajib menawarkan tes HIV kepada semua ibu
hamil secara inklusif pada pemeriksaan laboratorium rutin lainnya saat
pemeriksaan antenatal atau menjelang persalinan. Di daerah epidemi HIV
rendah, penawaran tes HIV oleh tenaga kesehatan diprioritaskan pada ibu hamil
dengan IMS dan TB secara inklusif pada pemeriksaan laboratorium rutin
lainnya saat pemeriksaan antenatal atau menjelang persalinan. Teknik
penawaran ini disebut Provider Initiated Testing and Councelling (PITC) atau
Tes HIV atas Inisiatif Pemberi Pelayanan Kesehatan dan Konseling (TIPK).
h. Pemeriksaan BTA
Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang dicurigai menderita
tuberkulosis sebagai pencegahan agar infeksi tuberkulosis tidak mempengaruhi
kesehatan janin. Selain pemeriksaaan tersebut, apabila diperlukan dapat
dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya di fasilitas rujukan. Mengingat kasus
perdarahan dan preeklamsi/eklamsi merupakan penyebab utama kematian ibu,
maka pemeriksaan dengan menggunakan alat deteksi risiko ibu hamil oleh
termasuk bidan alat pemeriksaan laboratorium (golongan darah, Hb), alat
pemeriksaan laboratorium khusus (gluko-protein urin), dan tes hamil.
9. Tatalaksana/penanganan kasus
2.2.5 KIE
KIE efektif termasuk konseling bagian pelayanan antenatal terpadu yang
diberikan sejak kontak pertama untuk membantu ibu hamil mengatasi masalahnya.
36
Tabel 2.6 Materi KIE Efektif dalam Pelayanan Antenatal Terpadu
37
2.2.6 Deteksi Dini Masalah pada Kehamilan
Pemeriksaaan dan pengawasan pada ibu hamil sangat diperlukan, hal ini
bertujuan untuk menyiapkan fisik dan psikologis ibu dalam menjalani kehamilan
persalinan, nifas, dan bayi baru lahir sehingga diharapkan ibu dan bayi dalam
keadaan sehat, serta mendeteksi dini adanya komplikasi/ gangguan pada ibu
sehingga dapat ditangani sedini mungkin.
Setiap ibu hamil memiliki risiko akan terjadi komplikasi atas kehamilannya,
maka setiap ibu hamil dianjurkan untuk datang ke tenaga kesehatan untuk
memeriksakan kehamilannya sejak dirinya merasa hamil atau telat haid. Kader
dapat melakukan deteksi dini tanda bahaya dan masalah pada ibu hamil
sebagaimana tertuang pada BUKU KIA dan segera merujuk ibu hamil ke fasilitas
pelayanan kesehatan untuk ditentukan tingkat kegawatdaruratan.
Pada fasilitas kesehatan tingkat pertama (Puskesmas dan jaringannya serta
bidan/dokter praktik swasta menentukan tingkat kegawatdaruratan kasus yang
ditemui. Sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya mereka harus
menentukan kasus mana yang boleh ditangani sendiri dan kasus mana yang harus
dirujuk.
Sebelum merujuk bidan/dokter praktek swasta melakukan persiapan sebagai
berikut:
1. Sebelum dikirim keadaan umum penderita harus diperbaiki terlebih
dahulu atau dilakukan stabilisasi dan dipertahankan selama perjalanan. Surat
rujukan harus dipersiapkan sesuai format rujukan dan seorang bidan harus
mendampingi penderita dalam perjalanan sampai ke tempat rujukan.
2. Memberikan informasi kepada penderita dan keluarganya. Klien dan
keluarga perlu diberikan informasi tentang perlunya penderita segera dirujuk
untuk mendapatkan pertolongan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang
lebih mampu.
3. Menentukan tempat tujuan rujukan ke fasilitas pelayanan yang
mempunyai kemampuan dan kewenangan, terdekat termasuk fasilitas
pelayanan swasta dengan tidak mengabaikan kesediaan dan kemampuan
penderita. Diawali dengan mengirimkan informasi pada tempat rujukan
yang dituju melalui telepon atau radio komunikasi pelayanan kesehatan yang
38
lebih mampu.
5. Anemia berat
6. Tanda/gejala infeksi
39
Tabel 2.7. Pedoman Pelayanan Permasalahan Antenatal Terpadu.
40
41
2.2.7 Identifikasi Komplikasi
No Masalah Komplikasi
4) Depresi pascapersalinan 5)
Kelahiran prematur (belum genap
bulan)
42
Depresi 1) Kematian (bunuh diri)
43
6) Prematur (lahir tidak cukup
bulan)
4) Lahir cacat
7) Stunting
44
Obesitas 1) Keguguran
2) Diabetes Militus
6) Kematian janin
45
penunjang untuk menentukan proses
persalinan ibu seperti USG).
2) Keguguran
4) Anemia
5) Kematian
2.2.8 Rujukan
Tabel 2.9 Rujukan pada ANC
1. Ibu hamil BB Lebih (kenaikan BB > Rujuk untuk pemeriksaan lebih lanjut.
2Kg/bulan).
2 Ibu hamil dengan status imunisasi Rujuk untuk mendapatkan suntikan vaksin
tetanus kurang dari T5 TT sesuai status imunisasinya
46
5 Gawat Janin Rujuk untuk penanganan gawat janin
47
6 Ibu hamil dengan anemia o Rujuk untuk penanganan anemia
sesuai standar
o Konseling gizi, diet makanan kaya zat
besi dan protein
10 Ibu hamil dengan IMS/ Sifilis o Rujuk untuk penanganan IMS termasuk
Sifilis pada ibu hamil dan suami sesuai
standar
48
2.3 Pemeriksaan Obstetri
49
Gambar 2.1 Pengukuran Tinggi Fundus Uteri
a. Inspeksi
Palpasi abdomen adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh bidan yang
bertujuan untuk memperkirakan usia perkawinan, pemantauan
50
pertumbuhan janin, penentuan letak, posisis dan bagian bawah janin.
Tindakan ini meliputi:
1) Melaksanakan palpasi abdominal pada setiap kunjungan antenatal
Bunyi jantung anak dapat di dengar pada akhir bulan ke-5, walaupun
denga ultrasonografi dapat diketahui akhir bulan ke-3. Bunyi jantung
anak dapat terdengar di kiri dan kanan di bawah tali pusat bila presentasi
kepala, bila terdengar setinggi tali pusat maka presentasi di daerah
bokong. Dalam keadaan sehat bunyi jantung antara 120-140 kali
permenit pada kehamilan cukup bulan, dan 130-170 kali permenit pada
kehamilan kurang bulan
51
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
52
DAFTAR PUSTAKA
53