Anda di halaman 1dari 192

LAPORAN PENDAHULUAN PK

FISIOLOGIS
TANGGAL 9 NOVEMBER S/D 30 NOVEMBER 2022

Disusun oleh

Kelompok 3/ Semester VII

Kelas B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES DENPASAR
2022

i
DAFTAR ISI

COVER.......................................................................................................i

PRAKATA..................................................................................................ii

DAFTAR ISI...............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1

A. Latar Belakang.................................................................................1

B. Tujuan Penulisan Laporan...............................................................3

C. Metode Penulisan.............................................................................3

D. Sistematika Penulisan Laporan........................................................4

BAB II KAJIAN TEORI...........................................................................5

A. Asuhan Kebidanan Kehamilan.........................................................5

B. Asuhan Kebidanan Persalinan Normal............................................17

C. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui..........................................70

D. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Apras................................101

E. Asuhan Kebidanan KB dan Kespro.................................................125

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................187

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asuhan kebidanan komprehensif merupakan asuhan kebidanan yang
diberikan secara menyeluruh di mulai dari ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru
lahir dan keluarga berencana. Dalam program pemerintah yaitu mengurangi
kemungkinan seorang perempuan menjadi hamil dengan upaya keluarga
berencana, mengurangi kemungkinan seorang perempuan hamil mengalami
komplikasi dalam kehamilan, persalinan atau masa nifas dengan melakukan
asuhan antenatal dan persalinan dengan prinsip bersih dan aman, mengurangi
kemungkinan komplikasi persalinan yang berakhir dengan kematian atau
kesakitan melalui pelayanan obstetrik, neonatal esensial dasar dan
komprehensif (Prawirohardjo, 2009). Kehamilan pada TM III sangat
memerlukan pendampingan bidan untuk mencegah terjadinya komplikasi
seperti anemia, perdarahan dan komplikasi lainnya yang dapat membahayakan
kehamilan. Kunjungan antenatal untuk pemantauan dan pengawasan
kesejahteraan ibu dan janin minimal empat kali selama kehamilan berupa
cakupan K1 dan K4. Dengan adanya kunjungan yang teratur dan rutin dari
bidan atau dokter, maka selama kunjungan tersebut, diharapkan komplikasi
yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,
kebidanan, pembedahan dapat dikenali secara dini dan dapat di tangani dengan
cepat dan tepat. Hal ini dapat mengurangi resiko kematian dan kesakitan bagi
ibu dan janin. Pada Asuhan antenatal yang kurang optimal dapat menimbulkan
dampak atau komplikasi pada kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan
memutuskan menggunakan metode keluarga berencana sehingga sangat
penting mendapatkan pelayanan dari tenaga kesehatan, karna dengan begitu
perkembangan kondisi setiap saat akan terpantau dengan baik (Marmi,2011 : 9-
11). Perlunya asuhan yang berkesinambungan dan berkualitas untuk
mendeteksi dini adanya risiko dan komplikasi, karena kesejahteraan ibu dan
anak selalu terpantau oleh tenaga kesehatan (Sunarti, 2013:31). Salah satu
1
program lainnya yang bersifat menyeluruh dan bermutu kepada ibu dan bayi
dalam lingkup kebidanan adalah COC (continuity of care). Agar tercapainya
derajat kesehatan yang optimal khususnya dalam membantu mengurangi AKI
dan AKB maka peran tenaga kesehatan khususnya bidan sangat penting
terutama dalam mendeteksi adanya penyulit pada masa kehamilan, bersalin,
nifas serta perawatan bayi baru lahir. Pemerikasaan dan pengawasan secara
komprehensif sejak masa kehamilan mutlak diperlukan, karena gangguan
kesehatan yang dialami oleh seorang ibu yang sedang hamil bisa berpengaruh
pada kesehatan janin dikandungan, saat kelahiran hingga pertumbuhan. Untuk
itu pengawasan antenatal dan postnatal sangat penting dalam upaya
menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu maupun perinatal (Manuaba,
2010). Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan yang bersifat menyeluruh dan bermutu kepada ibu dan bayi dalam
lingkup kebidanan adalah melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif
(continuity of care). Continuity of care adalah suatu proses dimana tenaga
kesehatan yang kooperatif terlibat dalam manajemen pelayanan kesehatan
secara terus menerus menuju pelayanan yang berkualitas tinggi, biaya
perawatan medis yang efektif. Kebijakan Kementerian Kesehatan dalam
dekade terakhir menekankan agar setiap persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan dalam rangka menurunkan kematian ibu dan kematian bayi. Oleh
karena itu, kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir harus ditangani oleh
petugas kesehatan yang berwenang demi kesehatan dan keselamatan ibu dan
bayi. Dan Safe Motherhood (GSI) merupakan suatu gerakan yang dilaksanakan
dalam upaya membantu salah satu program pemerintah untuk peningkatan
kualitas hidup perempuan melalui berbagai kegiatan yang berdampak terhadap
upaya penurunan angka kematian ibu karena hamil, melahirkan dan nifas. Oleh
sebab itu, dengan adanya program seperti Gerakan Sayang Ibu (GSI) Gerakan
ini, diharapkan menjadi wadah sekaligus sarana untuk memperhatikan dan
memprioritaskan peningkatan gizi pada ibu hamil. Harapannya ”Ibu Sehat,
Anak Sehat, Bangsa Kuat” dapat terwujud.

2
B. Tujuan Penulisan Laporan
Adapun tujuan dari penulisan laporan praktikum ini, yaitu untuk
meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam memahami dan menerapkan
Asuhan Kebidanan meliputi :
1. Untuk memahami dan memberikan asuhan kebidanan persalinan normal.
2. Untuk memahami dan memberikan asuhan kebidanan nifas dan menyusui.
3. Untuk memahami dan memberikan asuhan kebidanan neonatus, bayi dan
apras.
4. Untuk memahami dan memberikan asuhan kebidanan KB dan Kespro
C. Metode Penulisan Laporan
Dalam meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam memahami dan
menerapkan asuhan kebidanan serta deteksi dini komplikasi yang diberikan
oleh bidan antara lain :
1. Studi Kepustakaan
Metode kepustakaan dilakukan melalui penelitian langsung ke
perpustakaan, guna mencari informasi dan teori-teori yang berkaitan
dengan asuhan kebidanan serta deteksi dini komplikasi berupa buku-
buku serta dokumen yang ada relevansinya dengan pelayanan
kebidanan.
2. Observasi
Metode observasi merupakan suatu cara untuk memperoleh data dengan
mengadakan pengamatan yang sistematis. Dengan metode observasi,
mahasiswa melakukan pengamatan yang sistematis terhadap pelayanan
yang dibeikan oleh bidan terhadap klien secara langsung.
3. Studi Dokumentasi
Metode studi dokumentasi merupakan metode dengan mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, buku, surat kabar,
majalah, agenda dan sebagainya. Dalam metode ini mahasiswa mencari
data mengenai pelayanan yang diberikan oleh bidan dari catatan
maupun buku-buku yang ada.
3
D. Sistematika Penulisan Laporan
Laporan akhir praktik terintegrasi ini terdiri dari lima bab, antara lain
BAB I Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang yang mengangkat
mengenai pengertian pelayanan kesehatan selama persalinan dengan mutu yang
berkualitas. Bagian selanjutnya yaitu tujuan penulisan laporan, metode
penulisan laporan dan sistematika penulisan laporan. BAB II terdapat kajian
teori mengenai asuhan kebidanan persalinan. BAB III terdapat tinjauan kasus
berupa data subjektif, data objekif, analisis dan penatalaksanaan. BAB IV
terdapat pembahasan mengenai asuhan kebidanan persalinan. BAB V penutup.
Dalam laporan akhir ini dilengkapi juga dengan Daftar Pustaka.

4
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Asuhan Kebidanan Kehamilan


1. Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah mata rantai yang bersinambung dan terdiri dari
ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot,
nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh
kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2014). Kehamilan
didefenisikan mulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil
normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari Hari
Pertama Haid Terakhir (HPHT). Kehamilan terbagi menjadi 3 trimester,
dimana trimester pertama dimulai dari konsepsi sampai 12 minggu,
trimester kedua dari 13-28 minggu dan trimester ketiga dari 29-42 minggu
(Rukiah, 2013).
2. Perubahan Fisiologis Kehamilan
Menurut Rukiah (2013), perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi pada ibu
hamil adalah sebagai berikut:
a. Perubahan Uterus
Uterus akan membesar dibawah pengaruh estrogen dan progesteron
yang kadarnya meningkat. Pada akhir kehamilan (40 minggu) berat
uterus menjadi 1000 gram (berat uterus normal 30 gram) dengan
panjang 20 cm dan dinding 2,5 cm. Ketika usia kehamilan sudah aterm
dan pertumbuhan janin normal, maka pada kehamilan 28 minggu tinggi
fundus uteri (TFU) 25 cm, pada 32 minggu 27 cm, pada 36 minggu 30
cm, pada kehamilan 40 minggu TFU turun kembali dan terletak 3 jari
dibawah Prosessus Xyfoideus (PX).
b. Serviks Uteri
Serviks mengalami perubahan yang ditentukan sebulan setelah konsepsi
perubahan itu meliputi perubahan kekenyalan yaitu serviks menjadi

5
lunak (tanda goodel), pembuluh darah meningkat, lendir menutupi
ostium uteri serviks sehingga menjadi lebih mengkilap.
c. Segmen Bawah Uterus
Segmen bawah uterus berkembang dari bagian atas kanalis servikalis
setinggi ostium interna bersama-sama istmus uteri. Segmen bawah lebih
tipis dari pada segmen atas dan menjadi lunak serta berdilatasi selama
minggu-minggu terakhir kehamilan sehingga memungkinkan segmen
tersebut menampung janin. Serviks bagian bawah baru menipis dan
menegang setelah persalinan terjadi.
d. Kontraksi Braxton-Hikcs
Merupakan kontraksi tak teratur rahim dan terjadi tanpa rasa nyeri di
sepanjang kehamilan. Kontraksi ini barang kali membantu sirkulasi
darah dalam plasenta.
e. Vagina dan vulva
Vagina dan serviks akibat hormon estrogen mengalami perubahan pula.
Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak
lebih merah, agak kebiruan (livide) disebut tanda Chadwick. Vagina
membiru karena pelebaran pembuluh darah.
f. Mammae
Mammae akan membesar dan tegang akibat hormon
somatemammotropin, esterogen dan progesteron, akan tetapi belum
mengeluarkan air susu. Pada kehamilan akan terbentuk lemak sehingga
mammae menjadi lebih besar, mammae akan membesar, lebih tegang
dan aerola mammae tampak lebih hitam karena hiperpigmentasi. Pada
kehamilan 12 minggu keatas dari puting susu dapat keluar cairan
berwarna putih agak jernih disebut colostrums.
g. Sistem Endokrin
Perubahan endokrin, sekresi kelenjar hipofisis umumnya menurun dan
penurunan ini selanjutnya akan meningkatkan sekresi kelenjar endokrin
(khususnya kelenjar tiroid, paratiroid, dan adrenal). Kadar hormon
hipofise, prolaktin meningkat secara berangsur-angsur menjelang akhir
6
kehamilan, namun fungsi prolaktin dalam memicu laktasi disurpresi
sampai plasenta dilahirkan dan kadar esterogen menurun.
h. Sistem Kekebalan
Kehamilan dianggap berkaitan dengan penekanan berbagai macam
fungsi imunologi secara hormonal dan seluler untuk menyesuaikan diri
dengan graft janin. Titer antibodi humoral melawan beberapa virus
misalnya herves simpleks, campak, dan influenza A menurun selama
kehamilan.
i. Sistem Respirasi
Pernafasan masih diafragmatik selama kehamilan, tetapi karena
pergerakan diafragma terbatas setelah mingu ke-30, wanita hamil
bernafas lebih dalam, dengan meningkatnya volume tidal dan kecepatan
ventilasi sehingga memungkinkan pencampuran gas dan konsumsi
oksigen meningkat.
j. Tractus Urinarus
Pada akhir kehamilan, kepala janin mulai turun ke PAP (Pintu Atas
Panggul), keluhan sering kencing timbul karena kandung kencing mulai
tertekan. Pada ginjal seorang wanita hamil bertambah besar, misalnya
menemukan bahwa ginjal 1,5 cm lebih panjang selama masa nifas awal
dari pada yang diukur 6 bulan kemudian. Kecepatan fitrasi glomerulus
dan aliran plasma ginjal bertambah pada awal kehamilan, pada awal
trimester kedua sebanyak 50 persen, mekanisme tepat untuk
meningkatnya hal-hal ini pada kehamilan belum diketahui.
k. Traktus Digestivus
Di mulut, gusi menjadi lunak, akibat retensi cairan intraseluler yang
disebabkan oleh progesteron. Sfingter esopagus bawah relaksasi,
sehingga dapat terjadi regorgitasi isi lambung yang menyebabkan rasa
terbakar di dada. Sekresi isi lambung berkurang dan makanan lebih
lama berada di lambung. Otot-otot usus relaksi disertai dengan
penurunan motilitas. Hal ini memungkinkan absorbsi zat nutrisi lebih

7
banyak, sehingga menyebabkan konstipasi yang merupakan salah satu
keluhan utama wanita hamil.
l. Sistem Muskuleskeletal
Perubahan tubuh secara bertahap dari peningkatan berat wanita hamil
menyebabkan postur dan cara berjalan wanita berubah secara
menyolok, peningkatan distensi abdomen yang membuat panggul
miring ke depan, penurunan tonus otot perut, dan peningkatan berat
badan pada akhir kehamilan membutuhkan penyesuaian ulang
(realignment) kurvatura spinalis. Pusat gravitasi wanita bergeser ke
depan.
3. Perubahan Psikologis Pada Kehamilan Trimester III
Trimester tiga sering disebut periode penantian dengan penuh
kewaspadaan. Pada periode ini wanita mulai menyadari kehadiran bayinya
sebagai mahkluk yang terpisah sehingga ia tidak sabar menanti kehadiran
sang bayi. Perasaan was-was mengingat bayi dapat lahir kapan pun,
membuatnya berjaga- jaga dan memperhatikan serta menunggu tanda dan
gejala persalinan muncul (Rukiah, 2013).
Ibu akan merasa khawatir karena di masa ini terjadi perubahan peran
(persiapan ibu untuk menjadi orang tua). Selain khawatir karena perubahan
peran, ibu juga dikhawatir dengan kesehatan bayinya. Ibu khawatir jika
bayinya lahir cacat (tidak normal). Akan tetapi, kesibukan dalam
mempersiapkan kelahiran bayinya dapat mengurangi rasa sakit ini. Hasrat
seksual tidak seperti pada trimester sebelumnya. Hal ini dipengaruhi oleh
perubahan bentuk perut yang semakin membesar dan adanya perasaan
khawatir terjadi sesuatu terhadap dirinya. (Hutahaean, 2013).
Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali pada trimester
ketiga dan banyak ibu yang merasa dirinya aneh dan jelek. Di samping itu
ibu mulai merasa sedih karena akan berpisah dari bayinya dan kehilangan
perhatian khusus yang diterima selama hamil. Pada trimester inilah ibu
memerlukan keterangan dan dukungan dari suami, keluarga dan bidan
(Dewi, 2011).
8
4. Kebutuhan Fisik Ibu Hamil
Kebutuhan kesehatan ibu hamil menurut Nugroho (2014) sebagai berikut:
A. Oksigen
Seorang ibu hamil sering mengeluh tentang rasa sesak dan pendek
nafas. Hal ini disebabkan karena diafragma tertekan akibat
membesarnya rahim. Kebutuhan meningkat 20 %. Ibu hamil sebaiknya
tidak berada di tempat-tempat yang terlalu ramai dan penuh sesak
karena akan mengurangi masukan oksigen.
B. Nutrisi
Pada trimester II dan III, tambahan energi yang dibutuhkan 300
kkal/hari atau sama dengan mengonsumsi tambahan makanan 100 gr
daging atau minum 2 gelas susu. Nutrisi ini berkaitan dengan
pemenuhan kalori yang digunakan oleh tubuh sebagai pengelola. Selain
itu ibu hamil juga perlu mengonsumsi tambahan vitamin dan tablet Fe
sebanyak 90 tablet selama kehamilan yang berguna untuk mencegah
anemia defisiensi besi, meningkatkan jumlah sel darah merah dan
membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Makanan sehari-hari
yang dapat dikonsusmsi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ibu adalah
makanan yang mengandung karbohidrat, asam folat, protein, zat besi,
kalsium, vitamin, semua sumber nutrisi ini dapat diperoleh dengan
mengonsumsi nasi secukupnya, sayuran hijau, buah- buahan, daging
ayam, ikan, telur, tahu, tempe, dan kacang-kacangan.
C. Personal Hygiene
Personal Hygiene penting untuk dijaga oleh seorang ibu hamil karena
bila tidak dijaga akan berdampak pada kesehatan ibu dan janin. Ibu
hamil sebaiknya mandi, menggosok gigi dan mengganti pakaian dalam
minimal 2 kali sehari, menjaga kebersihan alat genitalia dan pakaian
dalam dan menjaga kebersihan payudara.
D. Eliminasi
Ibu hamil sering buang air kecil terutama pada trimester I dan III untuk
memenuhi kebutuhan rasa nyaman ibu, sebaiknya memperbanyak
9
intake di siang hari dan menguranginya di malam hari dan mengganti
pakaian dalam setiap terasa lembab, dan bila selesai buang air ceboklah
dengan baik.
E. Pakaian
Baju hamil yang praktis selama enam bulan kehamilan mengenakan
baju biasa yang longgar, pilihlah bahan yang tidak panas dan mudah
menyerap keringat, bagian dada harus longgar karena payudara akan
membesar, bagian pinggang harus longgar kalau perlu terdapat tali
untuk menyesuaikan perut yang terus membesar. Bra disiapkan paling
sedikit dua buah dengan bukaan di depan untuk memudahkan
menyusui, sepatu kenakan yang rata bukan bertumit.
F. Seksual
Ibu hamil dapat tetap melakukan hubungan seksual dengan suaminya
sepanjang hubungan seksual tersebut tidak menganggu kehamilan. Bila
hendak melakukan hubungan seksual sebaiknya gunakan kondom
karena prostaglandin yang terdapat dalam semen bisa menyebabkan
kontraksi.
G. Istirahat/Tidur
Ibu hamil hendaknya tidur malam ± 8 jam dan tidur siang ± 1 jam.
Posisi tidur untuk ibu hamil dianjurkan dalam posisi miring ke kiri,
letakkan beberapa bantal untuk menyangga. Pada ibu hamil sebaiknya
banyak menggunakan waktu luangnya untuk banyak istirahat atau tidur,
walau bukan benar-benar tidur hanya baringkan badan untuk
memperbaiki sirkulasi darah dan jangan bekerja terlalu lelah.
H. Senam Hamil
Ibu hamil dianjurkan untuk mengikuti senam hamil sesuai dengan
kondisi ibu, senam ringan yang dapat dilakukan ibu adalah jalan pagi,
sambil menghirup udara segar dan sebelum maupun sesudah melakukan
senam ibu harus minum yang cukup.

10
5. Ketidaknyaman dalam Kehamilan Trimester III
Menurut Romauli (2014), ada beberapa ketidaknyamanan yang sering
dialami ibu hamil trimester ketiga yaitu:
a. Peningkatan Frekuensi Berkemih
Peningkatan frekuensi berkemih sering dialami ibu hamil trimester
ketiga. Uterus yang membesar atau bagian presentasi uterus juga
mengambil ruang di dalam rongga panggul sehingga ruang untuk
distensi kandung kemih lebih kecil sebelum wanita tersebut merasa
perlu berkemih. Satu- satunya metode yang dapat dilakukan untuk
mengurangi frekuensi berkemih ini adalah menjelaskan mengapa hal
tersebut terjadi dan mengurangi asupan cairan sebelum tidur malam
sehingga wanita tidak perlu bolak-balik ke kamar mandi saat mencoba
tidur.
b. Keputihan Hiperplasia Mukosa Vagina.
Peningkatan produksi lendir dan kelenjar endocervikal sebagai akibat
dari peningkatan kadar estrogen. Cara mencegah dengan memakai
pakaian dalam yang terbuat dari katun lebih kuat daya serapnya bukan
nilon, menghindari pencucian vagina dengan sabun yang terlalu keras
atau PH-nya basa dan mencuci vagina dengan sabun dari arah depan ke
belakang. Tanda bahaya yang harus diwaspadai dapat dilihat dari
banyaknya keluar cairan atau baunya menyengat atau berwarna
kuning/abu-abu (seperti penyakit kelamin servicitis, vaginitis).
c. Nyeri Ulu Hati
Nyeri ulu hati merupakan ketidaknyamanan yang mulai timbul
menjelang akhir trimester kedua dan bertahan hingga trimester ketiga.
Saran yang dapat diberikan adalah :
1) Makan dalam porsi kecil tetapi sering untuk menghindari lambung
menjadi terlalu penuh.
2) Hindari makanan berlemak, makanan dingin, pedas atau makanan
lain yang dapat mengganggu pencernaan.
3) Hindari makanan berat sesaat sebelum tidur.
11
d. Konstipasi
Wanita yang sebelumnya tidak mengalami konstipasi dapat mengalami
konstipasi saat kehamilan trimester ketiga. Salah satu efek samping dari
penggunaan zat besi adalah konstipasi. Saran yang dapat diberikan
adalah :
1) Minum air putih minimal 8 gelas/hari.
2) Minum air hangat saat bangun dari tempat tidur untuk
menstimulasi peristaltis.
3) Konsumsi buah yang mengandung banyak serat seperti pepaya.
e. Hiperventilasi dan Sesak Nafas
Sesak nafas merupakan ketidaknyamanan terbesar yang dialami pada
trimester ketiga. Selama periode ini, uterus telah mengalami
pembesaran hingga terjadi penekanan diafragma. Hal ini menimbulkan
perasaan atau kesadaran tentang kesulitan bernafas. Saran yang dapat
diberikan adalah :
1) Anjurkan ibu berdiri dan meregangkan lengannya diatas kepala
secara berkala dan mengambil nafas dalam.
2) Anjurkan ibu untuk melakukan peregangan yang sama di tempat
tidur seperti saat sedang berdiri.
3) Jelaskan alasan terjadinya sesak nafas, redakan kecemasan dan
ketakutan ibu
6. Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III
a. Perdarahan Pervaginam
Perdarahan antepartum atau perdarahan pada pada kehamilan lanjut
adalah perdarahan pada trimester terakhir dalam kehamilan sampai bayi
dilahirkan. Pada kehamilan lanjut, perdarahan yang tidak normal adalah
merah, banyak dan kadang-kadang tapi tidak selalu, disertai dengan
rasa nyeri (Pantiawati, 2015).
1) Plasenta Previa
Adalah plasenta yang berimplantasi rendah sehingga menutupi
sebagian/seluruh ostium uteri internum. Implantasi plasenta yang
12
normal adalah pada dinding depan, dinding belakang rahim atau di
daerah fundus uteri. Gejala-gejala yang ditunjukkan seperti gejala
yang terpenting adalah perdarahan tanpa nyeri, bisa terjadi secara
tiba-tiba dan kapan saja, bagian terendah anak sangat tinggi karena
plasenta terletak pada bagian bawah rahim sehingga bagian
terendah tidak dapat mendekati PAP dan ukuran panjang rahim
berkurang maka pada plasenta previa lebih sering disertai kelainan
letak.
2) Solusio Plasenta
Adalah lepasnya plasenta sebelum waktunya. Secara normal
plasenta terlepas setelah anak lahir. Tanda dan gejalanya terjadinya
perdarahan namun terkadang darah tidak keluar, terkumpul di
belakang plasenta. (perdarahan tersembunyi/perdarahan kedalam).
Perdarahan disertai nyeri, nyeri abdomen pada saat dipegang,
palpasi sulit dilakukan, fundus uteri makin lama makin naik dan
denyut jantung bayi biasanya tidak ada.
3) Sakit Kepala yang Berat
Sakit kepala sering kali merupakan ketidaknyamanan yang normal
dalam kehamilan. Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah
serius adalah sakit kepala yang menetap dan tidak hilang dengan
beristirahat. Kadang- kadang dengan sakit kepala yang hebat ibu
mungkin menemukan bahwa penglihatannya menjadi kabur atau
berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala
dari pre eklampsia.
4) Penglihatan Kabur
Karena pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan ibu dapat
berubah dalam kehamilan. Tanda dan gejalanya adalah pandangan
kabur dan berbayang dan perubahan penglihatan ini mungkin
disertai dengan sakit kepala yang hebat dan mungkin menandakan
pre eklampsia.
5) Bengkak di Wajah Dan Jari-Jari Tangan
13
Bengkak bisa menunjukkan adanya masalah serius jika muncul
pada muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat dan disertai
dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini merupakan pertanda
anemia, gagal jantung atau pre eklampsia.
6) Keluar Cairan Pervaginam
Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina normalnya terjadi pada
trimester ketiga namun ketuban dinyatakan pecah dini (KPD) jika
terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Pecahnya selaput
ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm (sebelum kehamilan
37 minggu) maupun pada kehamilan aterm. Normalnya selaput
ketuban pecah pada akhir kala I atau awal kala persalinan, bisa juga
belum pecah saat mengedan.
7) Gerakan Janin Tidak Terasa
Normalnya ibu mulai merasakan gerakan janinnya selama bulan ke
5 atau ke 6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih
awal. Jika bayi tidur, gerakannya akan melemah. Gerakan bayi
akan lebih mudah terasa jika ibu berbaring atau beristirahat dan jika
ibu makan dan minum dengan baik.
8) Nyeri Abdomen yang Hebat
Nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan masalah yang
mengancam keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap dan
tidak hilang setelah beristirahat.
7. Dalam melaksanakan pelayanan antenatal care, ada sepuluh standar
pelayanan yang harus dilakukan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang
dikenal dengan 10 T. Pelayanan atau asuhan standar minimal 10 T
menurut Kemenkes tahun 2016 adalah sebagai berikut:
a. Timbang Berat Badan dan Ukur Tinggi Badan
b. Penambahan berat badan yang kurang dari 9 kg selama kehamilan
atau kurang dari 1 kg setiap bulannya menunjukkan adanya gangguan
pertumbuhan janin. Pengukuran tinggi badan pada pertama kali
kunjungan dilakukan untuk menepis adanya faktor risiko pada ibu
14
hamil. Tinggi badan ibu hamil kurang dari 145 cm meningkatkan resiko
untuk terjadinya Cephalo Pelvic Disproportion (CPD). Cara untuk
menentukan status gizi dengan menghitung IMT (Indeks Massa Tubuh)
dari berat badan dan tinggi badan ibu sebelum hamil menurut Walyani
(2015) adalah sebagai berikut:
1) Nilai IMT < 19,8 : Status gizi kurang
2) Nilai IMT 18,5-26 : Status gizi normal
3) Nilai IMT >29 : Status gizi lebih/ obesitas
b. Ukur Tekanan Darah (TD)
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (TD ≥140/90 mmHg)
pada kehamilan dan pre eklampsia (hipertensi disertai edema wajah dan
atau tungkai bawah dan atau proteinuria.
c. Nilai Status Gizi (Ukur Lingkar Lengan Atas/LILA)
Pengukuran LILA dilakukan pada kontak pertama oleh nakes di
trimester I untuk skrining ibu hamil berisiko KEK. Standar minimal
pengukuran LILA pada wanita dewasa/usia produktif adalah <23,5 cm.
Jika kurang <23,5 cm maka interpretasinya adalah Kurang Energi
Kronis (KEK). Ibu hamil dengan KEK dapat melahirkan bayi berat
lahir rendah (BBLR).
d. Pemeriksaan Tinggi Fundus Uteri (TFU)
Pengukuran TFU dilakukan setiap kali kunjungan kehamilan untuk
menentukan usia kehamilan, mendeteksi pertumbuhan janin, serta
menghitung taksiran berat janin sesuai atau tidak dengan umur
kehamilan. Standar pengukuran menggunakan pita pengukur setelah
kehamilan 24 minggu. Beberapa metode untuk menentukan usia
kehamilan yaitu:
1) Mengukur TFU dari simfisis dengan menggunakan satuan cm.
TFU berdasarkan usia kehamilan menurut Spiegelberg
2) Menurut Mc. Donald dengan mengukur jarak fundus-simfisis
dalam cm dibagi 3,5 merupakan tuanya kehamilan dalam
15
bulan.

16
3) Mengukur TFU dengan Jari
e. Tentukan Presentasi Janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ)
Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan
setiap kali kunjungan ANC. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk
mengetahui letak janin. Jika pada trimester III bagian bawah janin
bukan kepala, atau kepala janin belum masuk ke PAP berarti ada
kelainan posisi janin, atau kelainan panggul sempit. Penilaian DJJ
dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali kunjungan
antenatal usia kehamilan ≥ 13 minggu. DJJ normal 120-160
kali/menit.
f. Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
Pemberian Imunisasi TT adalah untuk melindungi ibu dan janin dari
tetanus neonatorum. Efek samping TT yaitu nyeri, kemerah-merahan
dan bengkak untuk 1-2 hari pada tempat penyuntikkan. Pada saat
pemberian imunisasi TT ada beberapa hal yang harus diperhatikan,
seperti jadwal pemberian dan interval dari pemberian TT pertama
dan TT selanjutnya.
g. Pemberian Tablet Zat Besi (Fe)
Pemberian tablet Fe untuk mencegah anemia pada wanita hamil,
diberikan sebanyak 90 tablet selama kehamilan. Tablet ini diberikan
segera mungkin setelah rasa mual hilang. Tablet Fe diminum 1 x 1
tablet per hari, dan sebaiknya dalam meminum tablet Fe tidak
bersamaan dengan teh atau kopi, karena akan mengganggu penyerapan.
h. Test Laboratorium (Rutin dan Khusus)
Pemeriksaan laboratorium rutin adalah pemeriksaan laboratorium yang
harus dilakukan pada setiap ibu hamil, yaitu golongan darah, Hb dan
pemeriksaan spesifik daerah endemis, malaria, HIV, dll. Sementara
pemeriksaan laboratorium khusus adalah pemeriksaan laboratorium lain
yang dilakukan atas indikasi lain pada ibu hamil yaitu protein urin dan
pemeriksaan kadar gula darah.
i. Tatalaksana Kasus
17
Berdasarkan hasil pemeriksaan ANC dan hasil pemeriksaan
laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil wajib
diberikan pelayanan sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga
kesehatan. Kasus-kasus yang tidak dapat dilayani dirujuk sesuai
dengan sistem rujukan.
j. Temu Wicara (Konseling)
Temu wicara atau konseling dilakukan pada setiap kunjungan ANC
agar ibu memahami kehamilannya dan sebagai upaya preventif
terhadap hal-hal yang tidak diinginkan.

B. Asuhan Kebidanan Persalinan Normal


1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah suatu proses yang dialami, peristiwa normal, namun
apabila tidak dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal
(Mufdillah & Hidayat, 2008).
Persalinan adalah suatu proses terjadinya pengeluaran bayi yang
cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta
dan selaput janin dari tubuh ibu (Mitayani, 2009).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik
pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2006).
2. Sebab-sebab terjadinya Persalinan
Sebab mulainya persalinan belum diketahui dengan jelas. Agaknya
banyak faktor yang memegang peranan dan bekerjasama sehingga terjadi
persalinan. Beberapa teori yang dikemukakan adalah: penurunan kadar
progesteron, teori oxitosin, keregangan otot-otot, pengaruh janin, dan teori
prostaglandin. Beberapa teori yang menyebabkan mulainya persalinan
adalah sebagai berikut :
a. Penurunan Kadar Progesteron

18
Progesterone menimbulkan relaxasi otot-otot rahim, sebaliknya
estrogen meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat
keseimbangan antara kadar progesteron dan estrogen dalam darah,
tetapi pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun sehingga
timbul his.
Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu,
dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, dan pembuluh darah
mengalami penyempitan dan buntu. Produksi progesterone mengalami
penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitive terhadap oxitosin.
Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat
penurunan progesterone tertentu.
b. Teori Oksitosin
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst posterior.
Perubahan keseimbangan estrogen dan progesterone dapat mengubah
sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi Braxton Hicks.
Di akhir kehamilan kadar progesteron menurun sehingga oxitocin
bertambah dan meningkatkan aktivitas otot-otot rahim yang memicu
terjadinya kontraksi sehingga terdapat tanda-tanda persalinan.
c. Keregangan otot-otot
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas
tertentu. Setelah melewati batas tertentu terjadi kontraksi sehingga
persalinan dapat dimulai. Seperti halnya dengan Bladder dan
Lambung, bila dindingnya teregang oleh isi yang bertambah maka
timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan
rahim, maka dengan majunya kehamilan makin teregang otot-otot dan
otot-otot rahim makin rentan. Contoh, pada kehamilan ganda sering
terjadi kontraksi setelah keregangan tertentu sehingga menimbulkan
proses persalinan.
d. Pengaruh Janin
Hipofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga
memegang peranan karena pada anencephalus kehamilan sering lebih
19
lama dari biasa, karena tidak terbentuk hipotalamus. Pemberian
kortikosteroid dapat menyebabkan maturasi janin, dan induksi
(mulainya) persalinan
e. Teori Prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15
minggu yang dikeluarkan oleh desidua. Prostaglandin yang dihasilkan
oleh desidua diduga menjadi salah satu sebab permulaan persalinan.
Hasil dari percobaan menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau E2
yang diberikan secara intravena, intra dan extra amnial menimbulkan
kontraksi miometrium pada setiap umur kehamilan. Pemberian
prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim
sehingga hasil konsepsi dapat keluar. Prostaglandin dapat dianggap
sebagai pemicu terjadinya persalinan. Hal ini juga didukung dengan
adanya kadar prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun
daerah perifer pada ibu hamil, sebelum melahirkan atau selama
persalinan.
3. Tahapan Persalinan
Persalinan dibagi dalam empat kala menurut Prawirohardjo (2006) yaitu:
a. Kala I ( kala pembukaan)
In partu (partu mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur
darah, servik mulai membuka dan mendatar, darah berasal dari pecahnya
pembuluh darah kapiler, kanalis servikalis. Kala pembukaan dibagi
menjadi 2 fase:
1) Fase Laten
Dimulai dari pembukaan 0 sampai 3cm, biasanya berlangsung hamper
atau hingga 8 jam.
2) Fase Aktif
Berlangsung selama 6 jam dibagi atas 3 sub fase:
a) Periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.
b) Periode dilatasi maksimal (steady) selama 2 jam, pembukaan
berlangsung 2 jam, cepat menjadi 9 cm.
20
c) Periode deselerasi berlangsung lambat dalam waktu 2 jam
pembukaan menjadi 10 cm.
Akhir kala I servik mengalami dilatasi penuh, uterus servik dan
vagina menjadi saluran yang continue, selaput amnio ruptur, kontraksi
uterus kuat tiap 2-3 menit selama 50-60 detik untuk setiap kontraksi,
kepala janin turun ke pelvis.
b. Kala II (pengeluaran janin)
His terkoordinir cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali,
kepala janin telah turun dan masuk ruang panggul, sehingga terjadilah
tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflek menimbulkan
rasa ngedan karena tekanan pada rectum sehingga merasa seperti BAB
dengan tanda anus membuka. Pada waktu his kepala janin mulai
kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang. Dengan his
mengedan yang terpimpin akan lahir dan diikuti oleh seluruh badan janin.
Kala II pada primi 1.5-2 jam, pada multi 0.5 jam.
Mekanisme Persalinan
1) Masuknya kepala janin dalam PAP

 Masuknya kepala ke dalam PAP terutama pada primigravida


terjadi pada bulan terakhir kehamilan tetapi pada multipara
biasanya terjadi pada permulaan persalinan.
 Masuknya kepala ke dalam PAP biasanya dengan sutura
sagitalis melintang menyesuaikan dengan letak punggung
(Contoh: apabila dalam palpasi didapatkan punggung kiri maka
sutura sagitalis akan teraba melintang kekiri/ posisi jam 3 atau
sebaliknya apabila punggung kanan maka sutura sagitalis
melintang ke kanan/posisi jam 9) dan pada saat itu kepala dalam
posisi fleksi ringan.
 Jika sutura sagitalis dalam diameter anteroposterior dari PAP
maka masuknya kepala akan menjadi sulit karena menempati
ukuran yang terkecil dari PAP

21
 Jika sutura sagitalis pada posisi di tengah-tengah jalan lahir yaitu
tepat di antara symphysis dan promontorium, maka dikatakan
dalam posisi ”synclitismus” pada posisi synclitismus os parietale
depan dan belakang sama tingginya.
 Jika sutura sagitalis agak ke depan mendekati symphisis atau
agak ke belakang mendekati promontorium, maka yang kita hadapi
adalah posisi ”asynclitismus”
 Acynclitismus posterior adalah posisi sutura sagitalis mendekati
symphisis dan os parietale belakang lebih rendah dari os parietale
depan. Acynclitismus anterior adalah posisi sutura sagitalis
mendekati promontorium sehingga os parietale depan lebih rendah
dari os parietale belakang
 Pada saat kepala masuk PAP biasanya dalam posisi
asynclitismus posterior ringan. Pada saat kepala janin masuk
PAP akan terfiksasi yang disebut dengan engagement.
2) Majunya Kepala janin
 Pada primi gravida majunya kepala terjadi setelah kepala masuk
ke dalam rongga panggul dan biasanya baru mulai pada kala II
 Pada multi gravida majunya kepala dan masuknya kepala dalam
rongga panggul terjadi bersamaan.
 Majunya kepala bersamaan dengan gerakan-gerakan yang
lain yaitu: fleksi, putaran paksi dalam, dan ekstensi
 Majunya kepala disebabkan karena:
o Tekanan cairan intrauterine
o Tekanan langsung oleh fundus uteri oleh bokong
o Kekuatan mengejan
o Melurusnya badan bayi oleh perubahan bentuk rahim
3) Fleksi

22
 Fleksi kepala janin memasuki ruang panggul dengan ukuran
yang paling kecil yaitu dengan diameter suboccipito bregmatikus
(9,5 cm) menggantikan suboccipito frontalis (11 cm)
 Fleksi disebabkan karena janin didorong maju dan sebaliknya
mendapat tahanan dari pinggir PAP, cervix, dinding panggul atau
dasar panggul
 Akibat adanya dorongan di atas kepala janin menjadi fleksi
karena momement yang menimbulkan fleksi lebih besar daripada
moment yang menimbulkan defleksi.
 Sampai di dasar panggul kepala janin berada dalam posisi fleksi
maksimal. Kepala turun menemui diafragma pelvis yang
berjalan dari belakang atas ke bawah depan
 Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan
intra uterin yang disebabkan oleh his yang berulang-ulang,
kepala mengadakan rotasi yang disebut sebagai putaran paksi
dalam.
4) Putaran paksi dalam
 Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan
sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan
memutar ke depan ke bawah symphisis
 Pada presentasi belakang kepala bagian terendah adalah daerah
ubun-ubun kecil dan bagian ini akan memutar ke depan ke
bawah symphisis
 Putaran paksi dalam mutlak diperlukan untuk kelahiran
kepala, karena putaran paksi merupakan suatu usaha untuk
menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir
khususnya bentuk bidang tengah dan pintu bawah panggul
 Putaran paksi dalam terjadi bersamaan dengan majunya kepala
dan tidak terjadi sebelum kepala sampai di Hodge III, kadang-
kadang baru terjadi setelah kepala sampai di dasar panggul.

23
 Sebab-sebab terjadinya putaran paksi dalam:
o Pada letak fleksi, bagian kepala merupakan bagian terendah
dari kepala
o Bagian terendah dari kepala mencari tahanan yang paling
sedikit terdapat sebelah depan atas dimana terdapat hiatus
genitalis antara muskulus levator ani kiri dan kanan
o Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter
anteroposterior

Gambar putaran paksi dalam


5) Ekstensi
 Setelah putaran paksi dalam selesai dan kepala sampai di
dasar panggul, terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal
ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah
panggul mengarah ke depan di atas, sehingga kepala harus
mengadakan ekstensi untuk dapat melewati pintu bawah
panggul.
 Dalam rotasi UUK akan berputar ke arah depan, sehingga di
dasar panggul UUK berada di bawah simfisis, dengan
suboksiput sebagai hipomoklion kepala mengadakan gerakan
defleksi untuk dapat dilahirkan.

24
 Pada saat ada his vulva akan lebih membuka dan kepala
janin makin tampak. Perineum menjadi makin lebar dan tipis,
anus membuka dinding rektum.
 Dengan kekuatan his dan kekuatan mengejan, maka berturut-
turut tampak bregmatikus, dahi, muka, dan akhirnya dagu
dengan gerakan ekstensi.
 Sesudah kepala lahir, kepala segera mengadakan rotasi, yang
disebut putaran paksi luar
6) Ekstensi
 Setelah putaran paksi dalam selesai dan kepala sampai
di dasar panggul, terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala.
Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu
bawah panggul mengarah ke depan di atas, sehingga
kepala harus mengadakan ekstensi untuk dapat melewati pintu
bawah panggul
 Jika tidak terjadi ekstensi maka kepala akan tertekan
pada perineum dan menembusnya
 Kepala bekerja dengan 2 kekuatan yaitu satu mendesak ke
bawah dan satunya lagi menolak ke atas karena adanya tahanan
dasar panggul
 Setelah subocciput tertahan di pinggir bawah symphysis, maka
yang dapat maju adalah bagian yang berhadapan dengan
subocciput
7) Putaran paksi luar
 Putaran paksi luar adalah gerakan kembali sebelum putaran
paksi dalam terjadi, untuk menyesuaikan kedudukan kepala
dengan punggung janin.
 Bahu melintasi PAP dalam posisi miring.
 Di dalam rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri
dengan bentuk panggul yang dilaluinya hingga di dasar

25
panggul, apabila kepala telah dilahirkan bahu akan berada
dalam posisi depan belakang.
 Selanjutnya dilahirkan bahu depan terlebih dulu baru
kemudian bahu belakang, kemudian bayi lahir seluruhnya.
c. Kala III
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan
lahirnya plasenta dan selaput ketuban
 Berlangsung tidak lebih dari 30 menit
 Disebut dengan kala uri atau kala pengeluaran plasenta
 Peregangan Tali pusat Terkendali (PTT) dilanjutkan pemberian
oksitosin untuk kontraksi uterus dan mengurangi perdarahan
 Tanda-tanda pelepasan plasenta:
o Perubahan ukuran dan bentuk uterus
o Uterus menjadi bundar dan uterus terdorong ke atas
karena plasenta sudah terlepas dari Segmen Bawah Rahim
o Tali pusat memanjang
o Semburan darah tiba-tiba
d. Kala IV
Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah
itu
 Paling kritis karena proses perdarahan yang berlangsung
 Masa 1 jam setelah plasenta lahir
 Pemantauan 15 menit pada jam pertama setelah kelahiran plasenta,
30 menit pada jam kedua setelah persalinan, jika kondisi ibu tidak
stabil, perlu dipantau lebih sering
 Observasi intensif karena perdarahan yang terjadi pada masa ini
 Observasi yang dilakukan :
o Tingkat kesadaran penderita.
o Pemeriksaan tanda vital.
o Kontraksi uterus.

26
o Perdarahan, dianggap masih normal bila jumlahnya tidak
melebihi 400-500cc.
4. Tanda-tanda persalinan
Yang merupakan tanda pasti dari persalinan adalah :
a. Timbulnya kontraksi uterus
Biasa juga disebut dengan his persalinan yaitu his pembukaan yang
mempunyai sifat sebagai berikut :
1) Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan.
2) Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan
3) Sifatnya teratur, inerval makin lama makin pendek dan kekuatannya
makin besar
4) Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan servix.
5) Makin beraktifitas ibu akan menambah kekuatan kontraksi.
6) Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada servix
(frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit).
7) Kontraksi yang terjadi dapat menyebabkan pendataran, penipisan dan
pembukaan serviks.
b. Penipisan dan pembukaan servix
Penipisan dan pembukaan servix ditandai dengan adanya
pengeluaran lendir dan darah sebagai tanda pemula.
c. Bloody Show (lendir disertai darah dari jalan lahir)
Dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis cervicalis
keluar disertai dengan sedikit darah. Perdarahan yang sedikit ini
disebabkan karena lepasnya selaput janin pada bagian bawah segmen
bawah rahim hingga beberapa capillair darah terputus.
d. Premature Rupture of Membrane
Adalah keluarnya cairan banyak dengan sekonyong-konyong dari jalan
lahir. Hal ini terjadi akibat ketuban pecah atau selaput janin robek.
Ketuban biasanya pecah kalau pembukaan lengkap atau hampir
lengkap dan dalam hal ini keluarnya cairan merupakan tanda yang
lambat sekali. Tetapi kadang-kadang ketuban pecah pada pembukaan
27
kecil, malahan kadang-kadang selaput janin robek sebelum
persalinan. Walaupun demikian persalinan diharapkan akan mulai
dalam 24 jam setelah air ketuban keluar.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan
a. Power
1) Kontraksi Uterus
Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his,
kontraksi otot otot perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari ligamen.
Tabel 3.2
Perbedaan his pendahuluan dan
his persalinan

His pendahuluan His persalinan


Tidak teratur Teratur
Tidak nyeri Nyeri
Tidak pernah kuat Tambah kuat sering
Tidak ada pengaruh pada serviks Ada pengaruh pada serviks

a) Pengkajian his
 Frekuensi: jumlah his dalam waktu tertentu
 Durasi : lamanya kontraksi berlangsung dalam satu kontraksi
 Intensitas: kekuatan kontraksi diukur dalam satuan mmhg
dibedakan menjadi; kuat, sedang dan lemah
 Interval: masa relaksasi (diantara dua kontraksi)
 Datangnya kontraksi: dibedakan menjadi; kadang-kadang,
sering, teratur.
b) Cara mengukur kontraksi
 Selama 10 menit
 Contoh hasil pengukuran: 3x/10’/40-50”/kuat dan teratur.
c) Pengaruh his
 Cerviks menipis (effacement)
 Cerviks berdilatasi sehingga mengakibatkan janin turun.
2) Tenaga mengejan

28
a) Setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban pecah tenaga
yang mendorong anak keluar selain his, terutama disebabkan
oleh kontraksi otot-otot dinding perut yang mengakibatkan
peninggian tekanan intra abdominal.
b) Tenaga ini serupa dengan tenaga mengejan waktu kita buang air
besar tapi jauh lebih kuat lagi.
c) Saat kepala sampai pada dasar panggul, timbul suatu reflek yang
mengakibatkan ibu menutup glottisnya, mengkontraksikan otot-
otot perutnya dan menekan diafragmanya kebawah.
d) Tenaga mengejan ini hanya dapat berhasil, bila pembukaan
sudah lengkap dan paling efektif sewaktu ada his.
e) Tanpa tenaga mengejan ini anak tidak dapat lahir, misalnya pada
penderita yang lumpuh otot-otot perutnya, persalinan harus dibantu
dengan forceps
f) Tenaga mengejan ini juga melahirkan placenta setelah
placenta lepas dari dinding rahim.
b. Passage (panggul)
Passage atau faktor jalan lahir dibagi atas:
Bagian keras: tulang tulang panggul (rangka panggul)
Bagian lunak: otot-otot, jaringan- jaringan dan ligament-ligament.

1) Jalan lahir keras


Panggul dibentuk oleh empat buah tulang yaitu: 2 tulang pangkal
paha (os coxae) terdiri dari os illium, os ischium dan os pubis, 1
tulang kelangkang (os sacrum), dan 1 tulang tungging (os cocygis) .

29
a) Os ilium/tulang usus;
Ukurannya terbesar dibanding tulang lainnya. sebagai batas
dinding atas dan belakang panggul/pelvis. Pinggir atas os ilium
yang tumpul dan menebal disebut crista iliaka. Bagian terdepan
Crista iliaka spina iliaka anterior posterior (SIAS) dan beberapa
sentimeter dibawahnya menonjol spina iliaka anterior inferior
(SIAI). Bagian paling belakang dari crista iliaka anterior os
ischium terletak di bawah os ilium, pada bagian posterior superior
(SIPI). Lengkungan di bawah SIPI dinamakan incisura
ischiadika mayor. Pada sisi dalam os ilium merupakan batas
antara panggul mayor dan panggul minor dinamakan incisura
ischiadika mayor. Pada sisi dalam os ilium merupakan batas antara
panggul mayor dan panggul minor dinamakan linia
innominata/linia terminalis
b) Os Ischium/tulang duduk;
Posisi os ischium di bawah os ilium, pada bagian belakang
terdapat cuat duri dinamakan spina ischiadika. Lengkung
dibawah spina ischiadika dinamakan incisura ischiadika
minor, pada bagian bawah menebal, sebagai penopang tubuh saat
duduk dinamakan tuber ischiadikum.
c) Os Pubis/tulang kemaluan:
Membentuk suatu lubang dengan os ischium yaitu foramen
obturatorium, fungsi di dalam persalinan belum diketahui secara
pasti. Di atas foramen obturatorium dibatasi oleh sebuah tangkai
dari os pubis yang menghubungkan dengan os ischium disebut
ramus superior osis pubis. Pada ramus superior osis pubis kanan
dan kiri terdapat tulang yang bersisir, dinamakan pectin ossis
pubis. Kedua ramus inferior ossis pubis membentuk sudut yang
disebut arkus pubis. Pada panggul wanita normal sudutnya tidak
o
kurang dari 90 . Pada bagian atas os pubis terdapat tonjolan yang
dinamakan tuberkulum pubic.
30
d) Os Sacrum/tulang kelangkang
Bentuknya segitiga, dengan dasar segitiga di atas dan puncak
segitiga pada ujung di bawah: terdiri lima ruas yang bersatu,
terletak diantara os coxae dan merupakan dinding belakang
panggul. Permukaan belakang pada bagian tengah terdapat cuat
duri dinamakan crista skralia. Permukaan depan membentuk
cekungan disebut arcus sakralia yang melebar luas panggul
kecil/pelvis minor. Dengan lumbal ke – 5 terdapat artikulasio
lumbo cakralis. Bagian depan paling atas dari tulang sacrum
dinamakan promontorium, dimana bagian ini bila dapat teraba
pada waktu periksa dalam, berarti ada kesempitan panggul.
e) Os Cocsygis/tulang ekor
Dibentuk oleh 3 – 5 ruas tulang yang saling berhubungan dan
berpadu dengan bentuk segitiga. Pada kehamilan tahap akhir
koksigeum dapat bergerak (kecuali jika struktur tersebut patah).
Perhubungan tulang-tulang panggul: di depan panggul terdapat
hubungan antara kedua os pubis kanan dan kiri disebut
simpisis pubis. Di belaka terdapat artikulasio artikulasio sakro-
iliaka yang menhubungkan os sacrum dan os ilium. Di bagian
bawah panggul terdapat artikulasio sakro koksigea yang
menghubungkan os sacrum dengan os koksigis.
Tulang panggul dipisahkan oleh pintu atas panggul menjadi dua
bagian:
 Panggul palsu/false pelvis (pelvis mayor), yaitu bagian pintu
atas panggul dan tidak berkaitan dengan persalinan.
 Pintu Atas Panggul (PAP): bagian anterior pintu atas panggul,
yaitu batas atas panggul sejati dibentuk oleh tepi atas tulang pubis.
Bagian lateral dibentuk oleh linea iliopektenia, yaitu sepanjang
tulang inominata. Bagian posteriornya dibentuk oleh bagian
anterior tepi atas sacrum dan promontorium sacrum.
 Panggul sejati/ true pelvis (pelvis minor)
31
Bentuk pelvis menyerupai saluran yang menyerupai sumbu
melengkung ke depan. Pelvis minor terdiri atas: pintu atas
panggul (PAP) disebut pelvic inlet. Bidang tengah panggul terdiri
dari bidang luas dan bidang sempit panggul.
 Rongga panggul
Merupakan saluran lengkung yang memiliki dinding anterior
(depan) pendek dan dinding posterior jauh lebih cembung dan
panjang. Rongga panggul melekat pada bagian posterior simpisis
pubis, ischium, sebagian ilium, sacrum dan koksigeum.
 Pintu Bawah Panggul
Yaitu batas bawah panggul sejati. Struktur ini berbentuk
lonjong agak menyerupai intan, di bagian anterior dibatasi
oleh lengkung pubis, dibagian lateral oleh tuberosisitas
iskium, dan bagian posterior (belakang) oleh ujung koksigeum
f) Bidang Hodge
Bidang hodge adalah bidang semu sebagai pedoman untuk
menentukan kemajuan persalinan yaitu seberapa jauh penurunan
kepala melalui pemeriksaan dalam/vagina toucher (VT). Adapun
bidang hodge sebagai berikut:
 Hodge I: Bidang yang setinggi Pintu Atas Panggul
(PAP) yang dibentuk oleh promontorium, artikulasio sakro
iliaca, sayap sacrum, linia inominata, ramus superior os pubis,
dan tepi atas symfisis pubis.
 Hodge II: Bidang setinggi pinggir bawah symfisis pubis
berhimpit dengan PAP (Hodge I)
 Hodge III: Bidang setinggi spina ischiadika berhimpit dengan
PAP (Hodge I)
 Hodge IV: Bidang setinggi ujung os coccygis berhimpit
dengan PAP (Hodge I).
2) Jalan lahir lunak

32
a) Tersusun atas segmen bawah uterus, serviks uteri, vagina,
muskulus dan ligamentum yang menyelubungi dinding dalam
dan bawah panggul:
b) Permukaan belakang panggul dihubungkan oleh jaringan ikat
antara os sacrum dan ilium dinamakan ligamentum sacroiliaca
posterior, bagian depan dinamakan ligamentum sacro iliaca
anterior.
c) Ligamentum yang menghubungkan os sacro tuber os sacrum
dan spina ischium dinamakan ligamentum sacro spinosum.
d) Ligamentum antara os sacrum dan os tuber iskhiadikum
dinamakan ligamentum sacro tuberosum.
e) Pada bagian bawah sebagai dasar pangggul. Diafragma pelvis
terdiri dari bagian otot disebut muskulus levator ani.
f) Bagian membrane disebut diafragma urogenetal.
g) Muskulus levator ani menyelubungi rectum, terdiri atas
muskulus pubococcygeus, Musculus iliococcygeus dan muskulus
ishio coccygeus.
h) Ditengah-tengah muskulus pubococcygea kanan dan kiri ada
hiatus urogenetalis yang merupakan celah berbentuk segitiga.
Pada wanita sekat ini dibatasi sekat yang menyelubungi pintu
bawah panggul sebelah depan dan merupakan tempat keluarnya
urettra dan vagina.
i) Fungsi diafragma pelvis adalah untuk menjaga agar genetalia
interna tetap pada tempatnya. Bila muskulus ini menurun
fungsinya, maka akan terjadi prolaps atau turunnya alat
genetalia interna.
c. Passanger
1) Janin
a) Presentasi Janin
 Presentasi janin: bagian janin yang pertama kali memasuki PAP
dan terus melalui jalan lahir saat persalinan mencapai aterm.
33
 Bagian presentasi: bagian tubuh janin yang pertama kali
teraba oleh jari pemeriksa saat melakukan pemeriksaan dalam
 Bagian presentasi: presentasi kepala, presentasi bokong,
presentasi bahu, presentasi muka, dll.
b) Letak Janin
 Letak janin: hubungan antara sumbu panjang (punggung) janin
terhadap sumbu panjang (punggung) ibu.
 Letak janin: memanjang, melintang, obliq/miring
 Letak janin memanjang: letak kepala, letak bokong.
c) Sikap Janin
 Sikap: hubungan bagian tubuh janin yang satu dengan yang
lain, hal ini sebagian merupakan akibat pola pertumbuhan
janin dan sebagian akibat penyesuaian janin terhadap bentuk
rongga rahim.
 Sikap: Fleksi umum, punggung janin sangat fleksi, kepala fleksi
kearah sendi lutut,tangan disilangkan di depan toraks dan tali
pusat terletak di antara lengan dan tungkai.
d) Posisi Janin
Posisi: hubungan antara bagian presentasi (occiput, sacrum,
mentum, sinsiput/puncak kepala menengadah) yang merupakan
indikator untuk menetapkan arah bagian terbawah janin apakah
sebelah kanan, kiri, depan atau belakang terhadap empat kuadran
panggul ibu, missal pada letak belakang kepala (LBK) ubun-ubun
kecil (UUK) kiri depan, UUK kanan belakang.
e) Variasi Posisi Kepala
Letak belakang kepala (LBK) ditentukan dengan Indikator: ubun-
ubun kecil (UUK) Variasi posisi:
 Ubun-ubun kecil kiri depan (uuk ki-dep)
 Ubun-ubun kecil kiri belakang (uuk ki-bel)
 Ubun-ubun kecil melintang kiri (uuk mel-ki)

34
 Ubun-ubun kecil kanan depan (uuk ka-dep)
 Ubun-ubun kecil kanan belakang (uuk ka-bel)
 Ubun-ubun kecil melintang kanan (uuk mel-ka)
f) Presentasi Dahi
Letak dahi ditentukan dengan Indikator: teraba dahi dan ubun-ubun
besar (UUB)
g) Presentasi Muka
Letak muka ditentukan dengan Indikator: dagu (mento).
h) Presentasi Bokong
Letak bokong ditentukan dengan Indikator: sacrum.
2) Plasenta
Plasenta adalah produk kehamilan yang akan lahir mengiringi
kelahiran janin, yang berbentuk bundar atau oval, ukuran diameter
15- 20 cm, tebal 2-3 cm, berat plasenta 500 -600gram. Letak
plasenta yang normal: pada korpus uteri bagian depan atau
bagian belakang agak ke arah fundus uteri. Bagian plasenta:
permukaan maternal, permukaan fetal, selaput ketuban, tali pusat.
3) Air ketuban
Volume air ketuban pada kehamilan cukup bulan kira-kira 1000-1500
cc. Ciri-ciri air ketuban: berwarna putih keruh, berbau amis dan berasa
manis, reaksinya agak alkalis dan netral, dengan berat jenis 1,008.
Komposisi: terdiri atas 98% air, sisanya albumin, urea, asam uric,
kreatinin, sel-sel epitel, rambut lanugo, verniks caseosa, dan garam
organic. Kadar protein kira-kira 2,6% gram per liter, terutama
albumin. Fungsi air ketuban pada persalinan ialah selama selaput
ketuban tetap utuh, cairan amnion/air ketuban melindungi plasenta
dan tali pusat dari tekanan kontraksi uterus. Cairan ketuban juga
membantu penipisan dan dilatasi cerviks.
6. Lima Benang Merah Persalinan
Lima Benang Merah Persalinan terdiri dari :
a. Menentukan keputusan klinik
35
Membuat keputusan klinik merupakan proses yang menentukan untuk
menyelesaikan masalah dan menentukan asuhan yang diperlukan oleh
klien. Keputusan itu harus akurat, komprehensif dan aman, baik bagi
pasien dan keluarganya maupun petugas yang memberikan pertolongan.
Membuat keputusan klinik tersebut dihasilkan melalui serangkaian
proses dan metode yang sistematik menggunakan informasi dan hasil
olah kognitif dan intuitif serta dipadukan dengan kajian teoritis dan
intervensi berdasarkan bukti (evidance base), keterampilan dan
pengalaman yang dikembangkan melalui berbagai tahapan yang logis
dan diperlukan dalam upaya untuk menyelesaikan masalah dan terfokus
pada pasien (Varney,1997).Semua keputusan diatas akan bermuara pada
bagaimana kinerja dan perilaku yang diharapkan dari seorang pemberi
asuhan dalam menjalankan tugas dan pengalaman ilmunya kepada pasien
atau klien. pengetahuan dan keterampilan saja ternyata tidak dapat
menjamin assuhan atau pertolongan yang diberikan dapat memberikan
hasil maksimal atau memenuhi standar kualitas pelayanan dan harapan
pasien apabila tidak disertai dengan perilaku terpuji
b. Asuhan sayang ibu
Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya,
keepercayaan dan keinginan sang ibu. Cara yang paling mudah
membayangkan meengenai asuhan sayang ibu adalah menanyakaan
kepada diri sendiri: “Seperti ini kah asuhan yang saya dapatkan?” atau
apakah “asuhan yang seperti ini yang saya inginkan untuk keluarga saya
yang sedang hamil?”
c. Pencegahan Infeksi
Pencegahan infeksi tidak terpisah dari komponen-komponen lain dalam
asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan ini harus
diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru
lahir, keluarga, penolong persalinan dan tenaga kesehatan lainnya untuk
mengurangi infeksi karena bakteri, virus, dan jamur.
d. Pencatatan
36
Catat semua asuhan yang telah diberikan kepada ibu dan/atau bayinya.
Jika asuhan tidak dicatat, dapat dianggap bahwa hal tersebut tidak
dilakukan
e. Rujukan
Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas rujukan atau
fasilitas yang memiliki sarana lebih lengkap, diharapkan mampu
menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir. Meskipun sebagian
besar ibu akan mengalami persalinan normal namun sekitar 10-15%
diantaranya akan mengalami masalah selama proses persalinan dan
kelahiran bayi sehingga perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan.
7. Perubahan Fisiologi dalam Persalinan
a. Perubahan fisiologi kala I
1) Uterus
Saat mulai persalinan, jaringan dari myometrium berkontraksi dan
berelaksasi seperti otot pada umumnya. Pada saat otot retraksi, ia tidak
akan kembali ke ukuran semula tapi berubah ke ukuran yang lebih
pendek secara progresif. Dengan perubahan bentuk otot uterus
pada proses kontraksi, relaksasi, dan retraksi maka cavum uteri
lama kelamaan akan menjadi semakin mengecil. Proses ini
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan janin turun ke pelvic.
Kontraksi uterus mulai dari fundus dan terus melebar sampai ke
bawah abdomen dengan dominasi tarikan ke arah fundus (fundal
dominan). Kontraksi uterus berakhir dengan masa yang terpanjang
dan sangat kuat pada fundus. Dan berikut adalah perubahan kapasitas
uterus saat persalinan.
2) Serviks
Sebelum onset persalinan, serviks mempersiapkan kelahiran dengan
berubah menjadi lembut. Saat persalinan mendekat, serviks mulai
menipis dan membuka.
a) Penipisan Serviks (effacement)

37
Berhubungan dengan kemajuan pemendekan dan penipisan
serviks. Seiring dengan bertambah efektifnya kontraksi, serviks
mengalami perubahan bentuk menjadi lebih tipis. Hal ini
disebabkan oleh kontraksi uterus yang bersifat fundal dominan
sehingga seolah-olah serviks tertarik ke atas dan lama kelamaan
menjadi tipis. Batas antara segmen atas dan bawah rahim
(retraction ring) mengikuti arah tarikan ke atas sehingga seolah-
olah batas ini letaknya bergeser ke atas. Panjangnya serviks pada
akhir kehamilan normal berubah-ubah (dari beberapa mm menjadi
3 cm). dengan dimulainya persalinan, panjang serviks berkurang
secara teratur sampai menjadi pendek (hanya beberapa mm).
Serviks yang sampai tipis ini disebut dengan “menipis penuh”.
b) Dilatasi
Proses ini merupakan kelanjutan dari effacement. Setelah serviks
dalam kondisi menipis penuh, maka tahap berikutnya adalah
pembukaan. Serviks membuka disebabkan daya tarikan otot
uterus ke atas secara terus-menerus saat uterus berkontraksi.
Dilatasi dan diameter serviks dapat diketahui melalui
pemeriksaan intravaginal.
3) Ketuban
Ketuban akan pecah dengan sendirinya ketika pembukaan hampir atau
sudah lengkap. Tidak jarang ketuban harus dipecahkan ketika
pembukaan sudah lengkap. Bila ketuban telah pecah sebelum
pembukaan 5cm, disebut Ketuban Pecah Dini (KPD).
4) Tekanan Darah
 Tekanan darah akan meningkat selama kontrkasi, disertai
peningkatan sistol rata-rata 15-20 mmHg dan diastole rata-rata 5-10
mmHg.
 Pada waktu-waktu tertentu di antara kontraksi, tekanan darah
kembali ke tingkat sebelum persalinan. Untuk memastikan tekanan

38
darah yang sebenarnya, pastikan untuk melakukan cek tekanan
darah selama interval kontraksi.
 Dengan mengubah posisi pasien dari telenteang ke posisi miring,
perubahan tekanan darah selama persalinan dapat dihindari.
 Nyeri, rasa takut, dan kekhawatiran dapat semakin meningkatkan
tekanan darah.
 Apabila pasien merasa sangat takut atau khawatir, pertimbangkan
kemungkinan bahwa rasa takutnya menyebabkan peningkatan
tekanan darah (bukan pre-eklampsia).
Cek parameter lain untuk menyingkirkan kemungkinan pre-eklamsi.
Berikan perawatan dan obat-obat penunjang yang dapat
merelaksasikan pasien sebelum menegakkan diagnosis akhir, jika pre-
eklampsi tidak terbukti.

5) Metabolisme
Selama persalinan, metabolisme karbohidrat baik aerob maupun
anaerob meningkat dengan kecepatan tetap. Peningkatan ini terutama
diakibatkan oleh kecemasan dan aktivitas otot rangka. Peningkatan
aktivitas metabolic dari peningkatan suhu tubuh, denyut nadi,
pernapasan, curah jantung, dan cairan yang hilang.
6) Suhu Tubuh
 Suhu tubuh meningkat selama persalinan, tertinggi selama dan
segera setelah melahirkan.
 Peningkatan suhu yang tidak lebih dari 0,5-10C dianggap normal,
nilai tersebut mencerminkan peningkatan metabolisme persalinan.
 Peningkatan suhu tubuh sedikit adalah normal dalam persalinan,
namun bila persalinan berlangsung lebih lama peningkatan suhu
tubuh dapat mengindikasikan dehidrasi, sehingga parameter lain
harus di cek. Begitu pula pada kasus ketuban pecah dini,
peningkatan suhu dapat mengindikasikan infeksi dan tidak dapat
dianggap normal dalam keadaan ini.

39
7) Detak jantung
Perubahan yang mencolok selama kontraksi disertai peningkatan
selama fase peningkatan, penurunan selama titik puncak sampai
frekuensi yang lebih rendah daripada frekuensi diantara kontraksi, dan
peningkatan selama fase penurunan hingga mencapai frekuensi lazim
diantara kontraksi. Penurunan yang mencolok selama puncak
kontraksi uterus tidak terjadi jika wanita berada pada posisi miring
bukan telentang. Frekuensi denyut nadi diantara kontraksi sedikit
lebih tinggi di banding selama periode menjelang persalinan. Hal ini
mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi selama
persalinan. Sedikit peningkatan denyut jantung dianggap normal,
maka diperlukan pengecekan parameter lain untuk menyingkirkan
kemungkinan proses infeksi.
8) Pernafasan
Sedikit peningkatan frekuensi pernapasan dianggap normal selama
persalinan, hal tersebut mencerminkan peningkatan metabolisme.
Meskipun sulit untuk memperoleh temuan yang akurat mengenai
frekuensi pernapasan, karena snagat dipengaruhi oleh rasa senang,
nyeri, rasa takut, dan pengggunan teknik pernapasan. Hiperventilasi
yang memanjang adalah temuan abnormal dan dapat menyebabkan
alkalosis. Amati pernapasan pasien dan bantu ia mengendalikannya
untuk menghindari hiperventilasi berkelanjutan, yang ditandai oleh
rasa kesemutan pada ekstremitas dan perasaan pusing.
9) Perubahan Renal
Poliuri sering terjadi selama persalinan. Kondisi ini dapat
diakibatkan karena peningkatan lebih lanjut curah jantung selama
persalinan dan kemungkinan peningkatan laju filtrasi glomerulus dan
aliran plasma ginjal. Poliuri menjadi kurang jelas pada kondisi
telentang karena posisi ini membuat aliran urin berkurang selama
kehamilan.

40
Kandung kemih harus sering dievaluasi (setiap 2 jam) untuk
mengetahui adanya distensi, juga harus dikosongkan untuk mencegah
obstruksi persalinan akibat kandung kemih yang penuh. Yang akan
mencegah penurunan bagian presentasi janin, dan trauma pada
kandung kemih akibat penekanan yang lama, yang akan menyebabkan
hipotonia kandung kemih dan retensi urin selama periode
pascapersalinan. Sedikit proteinuria (+1) umum ditemukan pada
sepertiga sampai setengah jumlah ibu bersalin. Lebih sering terjadi
pada primipara, pasien yang mengalami anemia, atau yang
persalinannya lama. Proteinuria yang nilainya +2 atau lebih adalah
data yang abnormal. Hal ini mengindikasikan pre-eklampsi.

10) Gastrointestinal
Motilitas dan absorbsi lambung terhadap makanan padat jauh
berkurang. Apabila kondisi ini diperburuk oleh penurunan lebih lanjut
sekresi asam lambung selama persalinan, maka saluran cerna bekerja
dengan lambat sehingga waktu pengosongan lambung menjadi lebih
lama. Cairan tidak dipengaruhi dan waktu yang dibutuhkan untuk
pencernaan di lambung tetap seperti biasa. Makanan yang dimakan
selama periode menjelang persalinan atau fase prodromal atau fase
laten persalinan cenderung akan tetap berada di dalam lambung
salama persalinan.
Lambung yang penuh dapat menimbulkan ketidaknyamanan
selama masa transisi. Oleh karena itu, pasien dianjurkan untuk tidak
makan dalam porsi besar atau minum berlebihan, tetapi makan dan
minum ketika keinginan timbul guna mempertahankan energi dan
hidrasi.Mual dan muntah umum terjadi selama fase transisi yang
menandai akhir fase pertama persalinan. Pemebrian obat-obatan oral
tidak efektif selama persalinan. Perubahan saluran cerna
kemungkinan timbul sebagai respon terhadap salah satu kombinsi

41
antara faktor- faktor seperti kontraksi uuerus, nyeri, rasa takut,
khwatir, obat atau komplikasi.
11) Hematologi
Haemoglobin meningkat rata-rata 1,2 mg% selama persalinan dan
kembali ke kadar sebelum persalinan pada hari pertama
pascapersalinan jika tidak ada kehilangan darah yang abnormal.
Jangan terburu-buru yakin bahwa seorang pasien tidak anemia. Tes
darah yang menunjukkan kadar darah berada dalam batas normal
membuat kita terkecoh sehingga mengabaikan peningkatan resiko
pada pasien anemia selama masa persalinan. Selama persalinan, waktu
koagulasi darah berkurang dan terdapat peningkatan fibrinogen
plasma lebih lanjut. Perubahan ini menurunkan resiko perdarahan
pascapersalinan pada pasien normal.

b. Perubahan fisiologi kala II


Menurut Damayanti et al (2014) Perubahan fisiologis pada kala II adalah
sebagai berikut:
1) Uterus
Saat ada his, uterus teraba sangat keras karena seluruh ototnya
berkontraksi. Proses ini akan efektif hanya jika his bersifat fundal
dominan, yaitu kontraksi didominasi oleh otot fundus yang menarik
otot bawah rahim keatas sehinga akan menyebabkan pembukaan
serviks dan dorongan janin ke bawah secara alami.
2) Serviks
Serviks akan mengalami pembukaan yang biasanya didahului oleh
pendataran serviks yaitu pemendekan dari kanalis servikalis, yang
semula berupa sebuah saluran yang panjangnya 1-2 cm, menjadi suatu
lubang saja dengan pinggir yang tipis. Lalu akan terjadi pembersaran
ostium eksternum yang tadinya berupa suatu lubang dengan beberapa
milimeter mejadi lubang yang dapat dilalui anak, kira-kira 10 cm.

42
Pada pembukaan lengkap tidak teraba bibir portio, segmen bawah
rahim, serviks dan vagina telah merupakan satu saluran.
3) Vagina
Sejak kehamilan vagina mengalami perubahan-perubahan sedemikian
rupa, sehingga dapat dilalui bayi. Setelah ketuban pecah, segala
perubahan, terutama pada dasar panggul diregang menjadi saluran
dengan dinding-dinding yang tipis oleh bagian depan anak. Waktu
kepala sampai di vulva, lubang vulva menghadap ke depan atas.
4) Pergeseran organ dasar panggul
Tekanan pada otot dasar panggul oleh kepala janin akan menyebabkan
pasien ingin meneran, serta diikuti dengan perenium yang menonjol
dan menjadi lebar dengan anus membuka. Labia mulai membuka dan
tak lama kemudiaan kepala janin tampak pada vulva saat ada his.

5) Cardiovaskuler
Kontraksi menurunkan aliran darah meuju uterus sehingga jumlah
darah dalam sirkulasi ibu meningkat. Resistensi perifer meningkat
sehingga tekanan darah meningkat Saat mengejan, cardiac output
meningkat 40-50% Tekanan darah sistolik meningkat rata-rata
15mmHg saat kontraksi. Upaya meneran juga akan memengaruhi
tekanan darah, dapat meningkatkan dan kemudian menurun kemudian
akhirnya kembali lagi sedikit di atas normal. Rata-rata normal
peningkatan tekanan darah selama kala II adalah 10 mmHg. Janin
normalnya dapat beradaptasi tanpa masalah. Oksigen yang menurun
selama kontraksi menyebabkan hipoksia tetapi dengan kadar yang
masih adekuat tidak menimbulkan masalah serius.
6) Respirasi
Respon terhadap perubahan sistem kardiovaskuler : konsumsi oksigen
meningkat. Percepatan pematangan surfaktan (fetus labor speed
maturation of surfactant): penekanan pada dada selama proses
persalinan membersihkan paru-paru janin dari cairan yang berlebihan
43
7) Pengaturan suhu.
Aktivitas otot yang meningkat menyebabkan sedikit kenaikan suhu.
Peningkatan suhu tertinggi terjadi pada saat proses persalinan dan
segera setelahnya, peningkatan suhu normal adalah 0,5-10C.
Keseimbangan cairan : kehilangan cairan meningkat oleh karena
meningkatnya kecepatan dan kedalaman respirasi yang menyebabkan
restriksi cairan
8) Urinaria
Penekanan kepala janin menyebabkan tonus vesical kandung kencing
menurun
9) Saluran cerna
Praktis inaktif selama persalinan.Proses pencernaan dan pengosongan
lambung memanjang.Penurunan motilitas lumbung dan absorbsi yang
hebat berlanjut sampai pada kala II. Biasanya mual dan muntah pada
saat transisi akan mereda selama kala II persalinan, tetapi bisa terus
ada pada beberapa pasien. Bila terjadi muntah, normalnya hanya
sesekali. Muntah yang konstan dan menetap selama persalinan
merupakan hal yang abnormal dan mungkin merupakan indikasi dari
komplikasi obstetric, seperti ruptur uterus atau toksemia
10) Denyut nadi
Frekuensi denyut nadi bervariasi tiap kali pasien meneran. Secara
keseluruhan frekuensi nadi meningkat selama kala II disertai takikardi
yang nyata ketika mencapai puncak menjelang kelahiran bayi.
c. Perubahan fisiologi kala III
Menurut Sondakh J S (2013) menjelaskan bahwa ada tiga perubahan
utama yang terjadi pada saat proses persalinan kala III, yaitu :
1) Perubahan bentuk dan tinggi fundus uteri
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi,
uterus berbentuk bulat penuh, dan tinggi fundus biasanya terletak
dibwah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke
bawah, uterus berbentuk segetiga atau berbentuk menyerupai buah
44
pir atau alpukat, dan fundus berada diatas pusat (sering kali
mengarah ke sisi kanan).
2) Tali pusat memanjang
Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva (tanda Ahfeld).
3) Semburan darah mendadak dan singkat
Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu
mendorong plasenta keluar dan dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila
kumpulan darah (retroplacental pooling) dalam ruang di antara
dinding uterus dan permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas
tampungnya, maka darah akan tersembur keluar dari tepi plasenta
yang terlepas.
d. Perubahan fisiologi kala IV
Dua jam pertama setelah persalinan merupakan saat yang paling kritis
bagi pasien dan bayinya. Tubuh pasien melakukan adaptasi yang luar
biasa setelah kelahiran bayinya agar kondisi tubuh kembali stabil,
sedangkan bayi melakukan adaptasi terhadap perubahan lingkungan
hidupnya di luar uterus. Kematian ibu terbanyak terjadi pada kala ini,
oleh karena itu bidan tidak boleh meninggalkan pasien dan bayi
sendirian.
1) Tanda Vital
Dalam dua jam pertama setelah persalinan, tekanan darah, nadi, dan
pernapasan akan berangusr kembali normal. Suhu pasien biasanya
akan mengalami sedikit peningkatan, tapi masih dibawah 380C, hal
ini disebabkan oleh kurangnya cairan dan kelelahan. Jika intake
cairan baik, maka suhu akan berangsur normal kembali setelah dua
jam.
2) Gemetar
Kadang dijumpai pasien pasca persalinan mengalami gemetar, hal ini
normal sepanjang suhu kurang dari 38oC dan tidak dijumpai tanda-
tanda infeksi lain. Gemetar terjadi karena hilangnya ketegangan dan
sejumlah energi selama melahirkan dan merupakan respon fisiologis
45
terhadap penurunan volume intrabdominal serta pergeseran
hematologik.
3) Sistem gastrointestinal
Selama dua jam pascapersalinan kadang dijumpai pasien merasa
mual sampai muntah, atasi hal ini dengan posisi tubuh yang
memungkinkan dapat mencegah terjadinya aspirasi corpus aleanum
ke saluran pernapasan dengan setengah duduk atau duduk di tempat
tidur. Perasaan haus pasti dirasakan pasien, oleh karena itu hidrasi
sangat penting diberikan untuk mencegah dehidrasi.
4) Sistem Renal
Selama 2-4 jam pascapersalinan kandung kemih masih dalam
keadaan hipotonik akibat adanya alostaksis, sehingga sering
dijumpai kandung kemih dalam keadaan penuh dan mengalami
pembesaran. Hal ini disebabkan oleh tekanan pada kandung kemih
dan uretra selama persalinan. Kondisi ini dapat minimalisir dengan
selalu mengusahakan kandung kemih sebaiknya tetap kosong guna
mencegah uterus berubah posisi dan terjadi atoni. Uterus yang
berkontraksi dengan buruk meningkatkan perdarahan dan nyeri.
5) Sistem Kardiovaskular
Selama kehamilan, volume darah normal digunakan untuk
menampung aliran darah yang meningkat yang diperlukan oleh
plasenta dan pembuluh darah uterus. Penarikan kembali estrogen
menyebabkan diuresis yang terjadi secara cepat sehingga
mengurangi volume plasma kembali pada proporsi normal. Aliran ini
terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Pada
persalinan per vagina kehilangan darah
Volume darah pasien relative akan bertambah. Keadaan ini akan
menyebabkan beban pada jantung dan akan menimbulkan
dekompensasio kaordis pada pasien dengan vitum kardio. Keadaan
ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan adanya
hemokonstrasi sehingga volume darah kembali seperti kondisi awal.
46
6) Serviks
Perubahan pada serviks terjadi segera setelah bayi lahir, bentuk
serviks agak menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh
korpus uterus yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks
tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara
korpus dan serviks berbentuk semacam cincin. Serviks berwarna
merah kehitaman karena penuh dengan pembuluh darah. Konsistensi
lunak, kadang-kadang terdapat laserasi atau perlukaan kecil. Karena
robekan kecil terjadi selama berdilatasi, maka serviks tidak akan
pernah kembali lagi ke keadaan seperti sebelum hamil. Muara
serviks yang berdilatasi sampai 10cm sewaktu persalinan akan
menututp secara perlahan dan bertahap. Setelah bayi lahir tangan
bisa masuk ke dalam rongga rahim, setelah dua jam hanya dapat
dimasuki dua atau tiga jari
7) Perenium
Segera setelah melahirkan, perenium menjadi kendur karena
sebelunya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju.
8) Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang
sangat besar selama proses melahirkan, dan dalam beberapa hari
pertama sesudah proses tersebut kedua organ ini tetap dalam keadaan
kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan
tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan
muncul kembali, seperti labia menjadi lebih menonjol.
9) Penegeluaran ASI
Dengan menurunnya hormon estrogen, progesterone, dan Human
Placenta Lacctogen Hormon setelah plasenta lahir prolactin dapat
berfungsi mebentuk ASI dan mengeluarkannya ke dalam alveoli
bahkan sampai ductus kelenjar ASI. Isapan langsung pada puting
susu ibu menyebabkan reflex yang dapat mengeluarkan oksitosin
dari hipofisis sehingga mioepitel yang terdapat di sekitar alveoli dan
47
ductus kelenjar ASI berkontraksi dan mngelluarkan ASI ke dalam
sinus yang disebut “let down reflex”.
8. Adaptasi Psikologis Ibu Bersalin
Banyak wanita normal bisa merasakan kegairahan dan kegembiraan
disaat saat merasakan kesakitan-kesakitan pertama menjelang kelahiran
bayinya. Perasaan positif ini berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat
itulah benar-benar terjadi suatu “realitas kewanitaan” sejati: yaitu
munculnya rasa bangga melahirkan anaknya. Khususnya rasa lega itu
berlangsung ketika proses persalinan dimulai, mereka seolah-olah
mendapatkan kepastian bahwa kehamilan yang semula diangggap sebagai
suatu keaddan yang belum pati, ibu kini benar-benar akan menalami
kejadian yang konkret. Tidak perlu diragukan lagi bahwa sikap wanita
terhadap kehamilan dan persalinannya memengarhi kelancaran persalinan.
Hal ini telah ditemukan oleh Read, yang mencoba menjawab dua pertanyaan
berikut:
“Apakah suatu persalinan lancar karena seorang wanita tenang, atau ia
tenanag karena persalinannya lancar?”
“Apakah seorang wanita menderita nyeri dan ketakutan karena persalinannya
sukar, ataukah persalinannya nyeri dan sukar karena ia ketakutan?”
Akhirnya Read mengambil kesimpulan bahwa ketakutan merupakan faktor
utama yang mempengaruhi kelancaran persalinan, dan lahirlah gagasan
dengan natural childbirth atau Physiological Childbirth, yang kemudian
diubah menjadi Childbirth without fear.
Fenomena perubahan psikologis yang menyertai proses persalinan bermacam-
macam. Adapun menurut Macfarlane A (1980) dan Dixon L, et al (2013)
yakni.
1) Perubahan Psikologis kala I
Pada setiap tahap persalinan, pasien akan mengalami perubahan
psikologis dan perilaku yang cukup spesifik sebagai respon dari apa yang
ia rasakan dari proses persalinannya. Berbagai perubahan ini dapat
digunakan untuk mengevaluasi kemajuan persalinan pada pasien dan
48
bagaiaman ia mengatasi tuntutan terhadap dirinya yang muncul dari
persalinan dan lingungan tempat ia bersalin.
a) Kala I fase laten
Pada awal persalinan, kadang pasien belum cukup yakin bahwa ia
akan benar-benar melahirkan meskipun tanda persalinan sudah
cukup jelas. Pada tahap ini penting bagi orang terdekat dan bidan
untuk meyakinkan dan memberikan support mental terhadap
kemajuan perkembangan persalinan. Seiring denga kemajuan proses
persalinan dan intensitas rasa sakit akibat his yang menngkat, pasien
akan mulai merasakan putus asa dan lelah. Ia akan selalu
menanyakan apakah ini sudah hampir berakhir? Pasien akan senang
setiap kali dilakukan pemeriksaan dalam (vaginal toucher) dan
berharap bahwa hasil pemeriksaan mengindikasikan bahwa proses
persalinan akan segera berakhir. Beberapa pasien akhirnya dapat
mencapai suatu coping mechanism terhadap rasa sakit yang timbul
aktibat his, mislanya dengan pengetauran nafas atau dengan posisi
yang dirasa paling nyaman dan pasien dapat menerima keadaan
bahwa ia harus menghadapi tahap persalinan dari awal sampai
selesai.
b) Kala I fase aktif
Memasuki kala I fase aktif, sebagaian besar pasien akan mengalami
penurunan stamina dan sudah tidak mampu lagi untuk turun dari
tempat tidur, terutama pada primipara. Pada fase ini pasien sangat
tidak suka jika diajak bicara atau diberi nasehat menganai apa yang
seharusnya ia lakukan. Ia lebih fokuss untuk berjuang
mengendalikan rasa sakit dan keinginan untuk meneran. Jika ia tidak
dapat mengendalikan rasa sakit dengan pengaturan nafas dengan
benar. Maka ia akan mulai menangis atau bahkan berteriak-teriak
dan mungkin akan meluapkan kemarahan pada suami atau orang
terdekatnya. Perhatian terhadap orang-orang disekitarnya akan
sangat sedikit berpengaruh, sehingga jika ada keluarga atau teman
49
yang datang untuk memberikan dukungan mental, sama sekali tidak
akan bermanfaat dan mungkin justru akan sangat mengganggunya.
Kondisi ruangan yang tenang dan tidak banyak orang akan sedikit
mengurangi perasaan kesalnya.
Hal yang paling tepat untuk dilakukan adalah membiarkan pasien
mengatasi keadaannya sendiri namun tidak meninggalkannya. Pada
beberapa kasus akan sangat membantu jika suami berada di sisinya
sambil membisikkan doa di telinganya.
Secara singkat berikut perubahan psikologis pada ibu bersalin
kala I.
1) Perasaan tidak enak
2) Takut dan ragu akan persalinan yang akan dihadapi
3) Sering memikirkan apakah persalinan berjalan normal
4) Menganggap persalinan sebagai percobaan
5) Apakah penolong persalinan dapat sabar dan bijaksana dalam
menolongnya
6) Apakah bayinya normal apa tidak
7) Apakah ia sanggup merawat bayinya
8) Ibu merasa cemas
2) Perubahan Psikologi Persalinan Kala II
Menurut Sondakh (2013) mengungkapkan bahwa perubahan emosional
atau psikologi dari ibu bersalin pada kala II ini semakin terlihat,
diantaranya yaitu.
a) Emotional distress
b) Nyeri menurunkan kemampuan mengendalikan emosi, dan cepat
marah
c) Lemah
d) Takut
e) Kultur (respon terhadap nyeri, posisi, pilihan kerabat yang
mendampingi, perbedaan kultur juga harus diperhatikan)
3) Perubahan psikologi kala III dan IV
50
Sesaat setelah bayi lahir hingga 2 jam persalinan, perubahan – perubahan
psikologis ibu juga masih sangat terlihat karena kehadiran buah hati baru
dalam hidupnya. Adapun perubahan psikologis ibu bersalin yang tampak
pada kala III dan IV ini adalah sebagai berikut.
a) Bahagia
Karena saat – saat yang telah lama di tunggu akhirnya datang juga
yaitu kelahiran bayinya dan ia merasa bahagia karena merasa sudah
menjadi wanita yang sempurna (bisa melahirkan, memberikanan
anak untuk suami dan memberikan anggota keluarga yang baru),
bahagia karena bisa melihat anaknya.

b) Cemas dan Takut


Cemas dan takut kalau terjadi bahaya atas dirinya saat persalinan
karena persalinan di anggap sebagai suatu keadaan antara hidup dan
mati
 Cemas dan takut karena pengalaman yang lalu.
 Takut tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya
9. Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin
a. Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan fisiologis ibu bersalin merupakan suatu kebutuhan dasar
pada ibu bersalin yang harus dipenuhi agar proses persalinan dapat
berjalan dengan lancar. Kebutuhan dasar ibu bersalin yang harus
diperhatikan bidan untuk dipenuhi yaitu kebutuhan oksigen, cairan dan
nutrisi, eliminasi, hygiene (kebersihan personal), istirahat, posisi
dan ambulasi, pengurangan rasa nyeri, penjahitan perineum (jika
diperlukan), serta kebutuhan akan pertolongan persalinan yang
terstandar. Pemenuhan kebutuhan dasar ini berbeda-beda, tergantung
pada tahapan persalinan, kala I, II, III atau IV. Adapun kebutuhan
fisiologis ibu bersalin adalah sebagai berikut:
51
1) Kebutuhan Oksigen
Pemenuhan kebutuhan oksigen selama proses persalinan perlu
diperhatikan oleh bidan, terutama pada kala I dan kala II, dimana
oksigen yang ibu hirup sangat penting artinya untuk oksigenasi janin
melalui plasenta. Suplai oksigen yang tidak adekuat, dapat
menghambat kemajuan persalinan dan dapat mengganggu
kesejahteraan janin. Oksigen yang adekuat dapat diupayakan dengan
pengaturan sirkulasi udara yang baik selama persalinan. Ventilasi
udara perlu diperhatikan, apabila ruangan tertutup karena
menggunakan AC, maka pastikan bahwa dalam ruangan tersebut
tidak terdapat banyak orang. Hindari menggunakan pakaian yang
ketat, sebaiknya penopang payudara/BH dapat dilepas/dikurangi
kekencangannya. Indikasi pemenuhan kebutuhan oksigen adekuat
adalah Denyut Jantung Janin (DJJ) baik dan stabil.
2) Kebutuhan Nutrisi
Kebutuhan cairan dan nutrisi (makan dan minum) merupakan
kebutuhan yang harus dipenuhi dengan baik oleh ibu selama
proses persalinan. Pastikan bahwa pada setiap tahapan persalinan
(kala I, II, III, maupun IV), ibu mendapatkan asupan makan dan
minum yang cukup. Asupan makanan yang cukup (makanan utama
maupun makanan ringan), merupakan sumber dari glukosa darah,
yang merupakan sumber utama energi untuk sel-sel tubuh. Kadar
gula darah yang rendah akan mengakibatkan hipoglikemia.
Sedangkan asupan cairan yang kurang, akan mengakibatkan dehidrasi
pada ibi bersalin.
Pada ibu bersalin, hipoglikemia dapat mengakibatkan
komplikasi persalinan baik ibu maupun janin. Pada ibu, akan
mempengaruhi kontraksi/his, sehingga akan menghambat kemajuan
persalinan dan meningkatkan insiden persalinan dengan tindakan,
serta dapat meningkatkan risiko perdarahan postpartum. Pada janin,

52
akan mempengaruhi kesejahteraan janin, sehingga dapat
mengakibatkan komplikasi persalinan seperti asfiksia.
Dehidrasi pada ibu bersalin dapat mengakibatkan
melambatnya kontraksi/his, dan mengakibatkan kontraksi menjadi
tidak teratur. Ibu yang mengalami dehidrasi dapat diamati dari
bibir yang kering, peningkatan suhu tubuh, dan eliminasi yang sedikit.
Dalam memberikan asuhan, bidan dapat dibantu oleh
anggota keluarga yang mendampingi ibu. Selama kala I, anjurkan
ibu untuk cukup makan dan minum, untuk mendukung kemajuan
persalinan. Pada kala II, ibu bersalin mudah sekali mengalami
dehidrasi, karena terjadi peningkatan suhu tubuh dan terjadinya
kelelahan karena proses mengejan. Untuk itu disela-sela kontraksi,
pastikan ibu mencukupi kebutuhan cairannya (minum). Pada kala III
dan IV, setelah ibu berjuang melahirkan bayi, maka bidan juga harus
memastikan bahwa ibu mencukupi kebutuhan nutrisi dan cairannya,
untuk mencegah hilangnya energi setelah mengeluarkan banyak
tenaga selama kelahiran bayi (pada kala II).
3) Kebutuhan Eliminasi
Pemenuhan kebutuhan eliminasi selama persalinan perlu difasilitasi
oleh bidan, untuk membantu kemajuan persalinan dan meningkatkan
kenyamanan pasien. Anjurkan ibu untuk berkemih secara spontan
sesering mungkin atau minimal setiap 2 jam sekali
selama persalinan.
4) Kebutuhan Kebersihan Personal
Kebutuhan hygiene (kebersihan) ibu bersalin perlu
diperhatikan bidan dalam memberikan asuhan pada ibu bersalin,
karena personal hygiene yang baik dapat membuat ibu merasa aman
dan relax, mengurangi kelelahan, mencegah infeksi, mencegah
gangguan sirkulasi darah, mempertahankan integritas pada jaringan
dan memelihara kesejahteraan fisik dan psikis. Tindakan personal
hygiene pada ibu bersalin yang dapat dilakukan bidan diantaranya:
53
membersihkan daerah genetalia (vulva-vagina, anus), dan
memfasilitasi ibu untuk menjaga kebersihan badan dengan mandi.
5) Kebutuhan Istirahat
Selama proses persalinan berlangsung, kebutuhan istirahat
pada ibu bersalin tetap harus dipenuhi. Istirahat selama proses
persalinan (kala I, II, III maupun IV) yang dimaksud adalah bidan
memberikan kesempatan pada ibu untuk mencoba relaks tanpa
adanya tekanan emosional dan fisik. Hal ini dilakukan selama tidak
ada his (disela-sela his). Ibu bisa berhenti sejenak untuk melepas rasa
sakit akibat his, makan atau minum, atau melakukan hal
menyenangkan yang lain untuk melepas lelah, atau apabila
memungkinkan ibu dapat tidur. Namun pada kala II, sebaiknya ibu
diusahakan untuk tidak mengantuk.
Setelah proses persalinan selesai (pada kala IV), sambil
melakukan observasi, bidan dapat mengizinkan ibu untuk tidur apabila
sangat kelelahan. Namun sebagai bidan, memotivasi ibu untuk
memberikan ASI dini harus tetap dilakukan. Istirahat yang cukup
setelah proses persalinan dapat membantu ibu untuk
memulihkan fungsi alat-alat reproduksi dan meminimalisasi trauma
pada saat persalinan.
6) Kebutuhan Posisi dan Ambulasi
Posisi persalinan yang akan dibahas adalah posisi persalinan
pada kala I dan posisi meneran pada kala II. Ambulasi yang
dimaksud adalah mobilisasi ibu yang dilakukan pada kala I.
Persalinan merupakan suatu peristiwa fisiologis tanpa disadari dan
terus berlangsung/progresif. Bidan dapat membantu ibu agar tetap
tenang dan rileks, maka bidan sebaiknya tidak mengatur posisi
persalinan dan posisi meneran ibu. Bidan harus memfasilitasi
ibu dalam memilih sendiri posisi persalinan dan posisi meneran, serta
menjelaskan alternatif-alternatif posisi persalinan dan posisi meneran
bila posisi yang dipilih ibu tidak efektif. Bidan harus memahami
54
posisi-posisi melahirkan, bertujuan untuk menjaga agar proses
kelahiran bayi dapat berjalan senormal mungkin. Dengan memahami
posisi persalinan yang tepat, maka diharapkan dapat menghindari
intervensi yang tidak perlu, sehingga meningkatkan persalinan
normal. Semakin normal proses kelahiran, semakin aman kelahiran
bayi itu sendiri.
Macam-macam posisi meneran diantaranya:
a) Duduk atau setengah duduk, posisi ini memudahkan bidan dalam
membantu kelahiran kepala janin dan memperhatikan keadaan
perineum.
b) Merangkak, posisi merangkak sangat cocok untuk persalinan
dengan rasa sakit pada punggung, mempermudah janin dalam
melakukan rotasi serta peregangan pada perineum berkurang.
c) Jongkok atau berdiri, posisi jongkok atau berdiri memudahkan
penurunan kepala janin, memperluas panggul sebesar 28% lebih besar
pada pintu bawah panggul, dan memperkuat dorongan meneran.
Namun posisi ini beresiko memperbesar terjadinya laserasi
(perlukaan) jalan lahir.
d) Berbaring miring, posisi berbaring miring dapat mengurangi
penekanan pada vena cava inverior, sehingga dapat mengurangi
kemungkinan terjadinya hipoksia janin karena suplai oksigen tidak
terganggu, dapat memberi suasana rileks bagi ibu yang mengalami
kecapekan, dan dapat mencegah terjadinya robekan jalan lahir.
e) Hindari posisi telentang (dorsal recumbent), posisi ini dapat
mengakibatkan: hipotensi (beresiko terjadinya syok dan berkurangnya
suplai oksigen dalam sirkulasi uteroplacenter, sehingga
mengakibatkan hipoksia bagi janin), rasa nyeri yang bertambah,
kemajuan persalinan bertambah lama, ibu mengalami gangguan
untuk bernafas, buang air kecil terganggu, mobilisasi ibu kurang
bebas, ibu kurang semangat, dan dapat mengakibatkan kerusakan
pada syaraf kaki dan punggung.
55
7) Pengurangan Rasa Nyeri
Bidan dapat membantu ibu bersalin dalam mengurangi nyeri
persalinan dengan teknik self-help. Teknik ini merupakan teknik
pengurangan nyeri persalinan yang dapat dilakukan sendiri oleh ibu
bersalin, melalui pernafasan dan relaksasi maupun stimulasi yang
dilakukan oleh bidan. Teknik self-help dapat dimulai sebelum ibu
memasuki tahapan persalinan, yaitu dimulai dengan mempelajari
tentang proses persalinan, dilanjutkan dengan mempelajari cara
bersantai dan tetap tenang, dan mempelajari cara menarik nafas dalam.
Stimulasi yang dapat dilakukan oleh bidan dalam mengurangi nyeri
persalinan dapat berupa kontak fisik maupun pijatan. Pijatan dapat
berupa pijatan/massage di daerah lombo- sacral, pijatan ganda pada
pinggul, penekanan pada lutut, dan counterpressure. Cara lain yang
dapat dilakukan bidan diantaranya adalah: memberikan kompres
hangat dan dingin, mempersilahkan ibu untuk mandi atau berada di air
(berendam). Pada saat ibu memasuki tahapan persalinan, bidan
dapat membimbing ibu untuk melakukan teknik self-help, terutama
saat terjadi his/kontraksi. Untuk mendukung teknik ini, dapat juga
dilakukan perubahan posisi: berjalan, berlutut, goyang ke
depan/belakang dengan bersandar pada suami atau balon besar.
Dalam memberikan asuhan kebidanan, bidan dapat dibantu dan
didukung oleh suami, anggota keluarga ataupun sahabat ibu. Usaha
yang dilakukan bidan agar ibu tetap tenang dan santai selama proses
persalinan berlangsung adalah dengan membiarkan ibu untuk
mendengarkan musik, membimbing ibu untuk mengeluarkan suara
saat merasakan kontraksi, serta visualisasi dan pemusatan perhatian
8) Penjahitan Perineum (Jika diperlukan)
Proses kelahiran bayi dan placenta dapat menyebabkan
berubahnya bentuk jalan lahir, terutama adalah perineum. Pada ibu
yang memiliki perineum yang tidak elastis, maka robekan perineum
seringkali terjadi. Robekan perineum yang tidak diperbaiki, akan
56
mempengaruhi fungsi dan estetika. Oleh karena itu, penjahitan
perineum merupakan salah satu kebutuhan fisiologis ibu bersalin.
Dalam melakukan penjahitan perineum, bidan perlu memperhatikan
prinsip sterilitas dan asuhan sayang ibu. Berikanlah selalu anastesi
sebelum dilakukan penjahitan. Perhatikan juga posisi bidan saat
melakukan penjahitan perineum. Posisikan badan ibu dengan posisi
litotomi/dorsal recumbent, tepat berada di depan bidan. Hindari posisi
bidan yang berada di sisi ibu saat menjahit, karena hal ini dapat
mengganggu kelancaran dan kenyamanan tindakan.
b. Kebutuhan Psikologis
Kebutuhan psikologis pada ibu bersalin merupakan salah satu
kebutuhan dasar pada ibu bersalin yang perlu diperhatikan bidan.
Keadaan psikologis ibu bersalin sangat berpengaruh pada proses dan
hasil akhir persalinan. Kebutuhan ini berupa dukungan emosional dari
bidan sebagai pemberi asuhan, maupun dari pendamping persalinan baik
suami/anggota keluarga ibu. Dukungan psikologis yang baik dapat
mengurangi tingkat kecemasan pada ibu bersalin yang cenderung
meningkat.
Dukungan psikologis yang dapat diberikan bidan untuk dapat
mengurangi tingkat kecemasan ibu adalah dengan membuatnya
merasa nyaman. Hal ini dapat dilakukan dengan: membantu ibu untuk
berpartisipasi dalam proses persalinannya dengan tetap melakukan
komunikasi yang baik, memenuhi harapan ibu akan hasil akhir
persalinan, membantu ibu untuk menghemat tenaga dan mengendalikan
rasa nyeri, serta mempersiapkan tempat persalinan yang mendukung
dengan memperhatikan privasi ibu. Secara terperinci, dukungan
psikologis pada ibu bersalin dapat diberikan dengan cara: memberikan
sugesti positif, mengalihkan perhatian terhadap rasa sakit dan
ketidaknyamanan selama persalinan, dan membangun kepercayaan
dengan komunikasi yang efektif.
1) Pemberian Sugesti
57
Pemberian sugesti bertujuan untuk memberikan pengaruh pada ibu
dengan pemikiran yang dapat diterima secara logis. Sugesti yang
diberikan berupa sugesti positif yang mengarah pada tindakan
memotivasi ibu untuk melalui proses persalinan sebagaimana
mestinya. Menurut psikologis sosial individu, orang yang
mempunyai keadaan psikis labil akan lebih mudah
dipengaruhi/mendapatkan sugesti. Demikian juga pada wanita bersalin
yang mana keadaan psikisnya dalam keadaan kurang stabil, mudah
sekali menerima sugesti/pengaruh
2) Mengalihkan Perhatian
Mengalihkan perhatian dari rasa sakit yang dihadapi selama proses
persalinan berlangsung dapat mengurangi rasa sakit yang sebenarnya.
Secara psikologis, apabila ibu merasakan sakit, dan bidan tetap
fokus pada rasa sakit itu dengan menaruh rasa empati/belas
kasihan yang berlebihan, maka rasa sakit justru akan bertambah.
Upaya yang dapat dilakukan bidan dan pendamping persalinan untuk
mengalihkan perhatian ibu dari rasa sakit selama persalinan misalnya
adalah dengan mengajaknya berbicara, sedikit bersenda gurau,
mendengarkan musik kesukaannya atau menonton televisi/film. Saat
kontraksi berlangsung dan ibu masih tetap merasakan nyeri pada
ambang yang tinggi, maka upaya-upaya mengurangi rasa nyeri misal
dengan teknik relaksasi, pengeluaran suara, dan atau pijatan harus
tetap dilakukan.
3) Membangun rasa percaya diri
Kepercayaan merupakan salah satu poin yang penting dalam
membangun citra diri positif ibu dan membangun sugesti positif
dari bidan. Ibu bersalin yang memiliki kepercayaan diri yang
baik, bahwa dia mampu melahirkan secara normal, dan dia percaya
bahwa proses persalinan yang dihadapi akan berjalan dengan lancar,
maka secara psikologis telah mengafirmasi alam bawah sadar ibu
untuk bersikap dan berperilaku positif selama proses persalinan
58
berlangsung sehingga hasil akhir persalinan sesuai dengan harapan
ibu.
10. Ketidaknyamanan Dalam Persalinan & Cara Mengatasi
11. Deteksi Dini Komplikasi Persalinan
Temuan komplikasi ditemukan di Partograf. Partograf merupakan alat
bantu yang bertujuan untuk memantau kamajuan kala satu persalinan
dan suatu informasi untuk membuat keputusan klinik. Partograf berisikan
catatan hasil pemeriksaan/observasi meliputi kesejahteraan janin (DJJ, air
ketuban, penyusupan kepala), dan kesejahteraan ibu/kemajuan persalinan
(pembukaan, penurunan kepala, kontraksi, nadi, tekanan darah, suhu, dan
pemeriksaan urin).
Partograf juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi dini
adanya distosia persalinan, yaitu persalinan yang panjang, sulit atau
abnormal yang timbul akibat berbagai kondisi yang berhubungan
dengan lima faktor persalinan (setiap keadaan berikut dapat menyebabkan
distosia)
a. Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif dan
atau upaya mengedan ibu (power). Pada pertograf dilihat di kolom
kontraksi.
b. Perubahan struktur pelvis dan atau jalan lahir (passage). Indikator pada
partograf dapat dilihat dari pembukaan yang melewati garis waspada
dan penurunan kepala janin.
c. Sebab-sebab pada janin : kelainan presentasi/posisi, bayi besar, dan
jumlah janin (passengers).
d. Indikator lain pada partograf ditunjukkan dengan DJJ <110 atau
>160 kali per menit.
e. Posisi ibu selama persalinan dan melahirkan.
f. Respon psikologis ibu terhadap persalinan yang berhubungan dengan
pengalaman, persiapan, budaya dan warisannya, serta sistim pendukung.
12. Asuhan Persalinan Kala I
a. Anamnesis
59
Tujuan anamnesis adalah mengumpulkan informasi tentang riwayat
kesehatan, kehamilan dan persalinan. Informasi ini digunakan dalam
proses membuat keputusan klinik untuk menentukan diagnosis dan
mengembangkan rencana asuhan atau perawatan yang sesuai.
b. Pemeriksaan Fisik
Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk menilai kondisi kesehatan ibu
dan bayinya serta tingkat kenyamanan fisik ibu bersalin. Informasi
dari hasil pemeriksaan fisik dan anamnesis diramu/diolah untuk
membuat keputusan klinik, menegakkan diagnosis dan
mengembangkan rencana asuhan atau keperawatan yang paling sesuai
dengan kondisi ibu. Pemeriksaan fisik yang dilakukan yaitu Keadaan
umum ibu, Pemeriksaan tanda-tanda vital, Pemeriksaan abdomen (
Menentukan TFU, Memantau kontraksi uterus, Memantau DJJ,
Menentukan presentasi janin dan Menentukan penurunan bagian
terbawah janin) dan Pemeriksaan dalam. Sebelum melakukan
pemeriksaan abdomen, minta ibu untuk mengosongkan kandung
kemihnya terlebih dahulu.
Lakukan Pemeriksaan Dalam berupa :
1) Inspeksi dan palpasi vulva apakah terdapat keputihan, lesi, kutil,
jengger ayam, oedema, dan pembengkakan kelenjar bartholin
2) Apakah di vagina ada septum/vistel
3) Raba porsio, melunak/tidak
4) Raba serviks, sudah mendatar/belum, kanalis servikalis sudah
mengalami pipisan/belum
5) Periksa pembukaan serviks
6) Periksa selaput ketuban, masih utuh/sudah pecah
7) Tentukan presentasi janin
8) Molase/penyusupan kepala janin
9) Turunnya kepala
10) Memeriksa bagian kecil
11) Periksa keadaan panggul
60
c. Pelaksanaan Asuhan Kala I
1) Penggunaan patograf untuk memantau kemajuan persalinan,
kesejahteraan ibu dan janin. Patograf adalah alat bantu untuk
memantau kemajuan kala I persalinan untuk membuat keputusan
klinik. Patograf terdiri dari 3 komponen besar yaitu Memantau
Kesejahteraan Janin, Kemajuan Persalinan, dan Kesejahteraan
Ibu. Kesejahteraan janin terdari dari: DJJ, air ketuban dan
penyusupan. Kemajuan persalinan terdiri dari: Pembukaan
serviks, penurunan bagian terbawah janin dan kontraksi terus.
Sedangkan Kesejahteraan Ibu terdiri dari : Nadi, Tekanan darah,
hidrasi, urin, dan obat-obatan.
2) Penggunaan Patograf :
a) Informasi tentang ibu : Lengkapi bagian awal (atas) partograf
secara teliti pada saat memulai asuhan persalinan. Waktu
kedatangan dan perhatikan apakah ibu datang pada fase laten
atau aktif
b) Kondisi janin
Bagian di atas grafik pada partograf adalah untuk pencatatan
denyut jantung janin (DJJ), air ketuban dan penyusupan
(kepala janin)
 Denyut jantung janin
Nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30
menit dan lebih sering apabila ada tanda-tanda gawat
janin.
 Warna dan adanya air ketuban
Nilai kondisi air ketuban setiap kali melakukan periksa
dalam dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban
pecah. Catat temuan dalam kotak yang sesuai di bawah
lajur DJJ. Gunakan lambang-lambang berikut :
 U = Selaput ketuban masih utuh

61
 I = Selaput ketuban sudah pecah dan warna air
ketuban
jernih
 M = Selaput ketuban sudah pecah dan bercampur
meconium
 D = Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban
bercampur darah
 K = Selaput ketuban sudah pecah tetapi air ketuban
tidak mengalir lagi (kering)
 Penyusupan (Moulage) tulang kepala janin
Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai
penyusupan antar tulang (moulage) kepala janin. Catat
temuan yang ada di kotak yang sesuai di bawah lajur
(row) air ketuban. Gunakan lambang-lambang berikut :
 0 = Tulang-tulang kepala janin terpisah
 1 = Tulang-tulang kepala janin hanya bersentuhan
 2 = Tulang-tulang kepala janin saling tumpang
tindih tetapi masih dapat dipisahkan
 3 = Tulang-tulang kepala janin saling tumpang
tindih tetapi tidak dapat dipisahkan
c) Kemajuan persalinan
Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk
pencatatan kemajuan persalinan. Angka 0-10 yang tertera di
kolom paling kiri adalah ukuran dilatasi serviks. Nilai setiap
angka sesuai dengan besarnya dilatasi serviks dalam satuan
sentimeter dan menempati lajur dan kotak tersendiri.
Perubahan nilai perpindahan dari lajur satu ke lajur yang lain
menunjukan penambahan dilatasi serviks sebesar 1 cm. Pada
lajur dan kotak yang mencatat penurunan bagian terbawah
janin tercantum angka 1-5 yang sesuai dengan metode
perlimaan. Setiap kotak segi empat atau kubus menunjukan
62
waktu 30 menit untuk pencatatan waktu pemeriksaan denyut
jantung janin, kontraksi uterus dan frekuensi nadi ibu.
 Pembukaan serviks
Nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam. Saat
ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada
partograf setiap temuan dari setiap pemeriksaan. Tanda
‘X’ harus dicantumkan di garis waktu yang sesuai
dengan lajur besarnya pembukaan serviks.
 Penurunan bagian terbawah janin
Dilakukan pemeriksaan setiap kali melakukan
pemeriksaan dalam (4 jam) atau lebih sering.
Cantumkan hasil pemeriksaan penurunan kepala yang
menunjukan seberapa jauh bagian terbawah janin telah
memasuki rongga panggul.
 Garis waspada dan garis bertindak
Garis waspada dimulai pada pembukaan 4 cm dan
berakhir pada titik dimana pembukan lengkap
diharapkan terjadi jika laju pembukaan adalah 1 cm per
jam.jika pembukaan mengarah ke sebelah kanan garis
waspada maka dipertimbangkan adanya penyulit. Garis
bertindak tertera sejajar di sebelah kanan (berjarak 4
jam) garis waspada. Jika pembukaan telah melampaui
sebelah kanan garis bertindak maka ini menunjukan
perlu dilakukan tindakan untuk menyelesaikan
persalinan.sebaiknya ibu harus sudah berada di tempat
rujukan sebelum garis bertindak terlampaui.
d) Jam dan waktu
 Waktu mulainya fase aktif persalinan
Di bagian bawah partograf (pembukan serviks dan
penurunan) tertera kotak-kotak yang diberi angka 1-12.

63
Setiap kotak menyatakan 1 jam sejak dimulainya fase aktif
persalinan
 Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian
Dibawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif, tertera
kotak-kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan
dilakukan. Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan,
cantumkan pembukaan serviks di garis waspada. Kemudian
catatkan waktu aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang
sesuai. Contoh, jika pemeriksaan pembukaan serviks adalah 6
cm pada pukul 15.00, cantumkan tanda ‘X’ di garis waspada
yang sesuai dengan lajur angka 6 yang tertera di sisi luar
kolom paling kiri dan catat waktu aktual di kotak lajur waktu
di bawah lajur pembukaan.
e) Kontraksi uterus.
Di bawah lajur waktu partograf, terdapat 5 kotak dengan
tulisan “kontraksi per 10 menit” di sebelah luar kolom paling
kiri. Setiap kotak menyatakan 1 kontraksi. Setiap 30 menit,
raba da catat jumlah kontraksi per 10 menit dan lamanya
kontraksi dalam satuan detik
 Beri titik-titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan
kontraksi yang lamanya kurang dari 20 detik
 Beri garis-garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan
kontraksi yang lamanya 20-40 detik
 Isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi
yang lamanya lebih dari 40 detik
d. Posisi Bersalin
Posisi bersalin diantaranya yaitu Posisi duduk, Posisi setengah duduk,
Posisi jongkok, posisi berdiri, Posisi merangkak dan Posisi berbaring
miring kiri. Ibu dapat melahirkan bayinya dalam posisi apapun kecuali
pada posisi berbaring terlentang, karena jika berbaring terlentang
maka berat uterus dan isinya (janin, cairan ketuban, placenta, dll) akan
64
menekan vena cava inferior ibu. Hal ini akan mengurangi pasokan
oksigen melalui sirkulasi utero-plasenter sehingga akan menyebabkan
hipoksi pada bayi. Berbaring terlentang juga akan mengganggu
kemajuan persalinan dan menyulitkan ibu untuk meneran secara
efektif.
e. Latihan Meneran
Latihan meneran ini dapat dilakukan sebelum memasuki kala II
persalinan. Dengan latihan meneran ini diharapkan saat bidan siap
membimbing persalinan ibu sudah dapat meneran dengan secara
efektif dan benar.
13. Asuhan Persalinan Kala II
a. Posisi Bersalin
Posisi bersalin diantaranya yaitu Posisi duduk, Posisi setengah duduk,
Posisi jongkok, posisi berdiri, Posisi merangkak dan Posisi berbaring
miring kiri. Ibu dapat melahirkan bayinya dalam posisi apapun kecuali
pada posisi berbaring terlentang, karena jika berbaring terlentang maka
berat uterus dan isinya (janin, cairan ketuban, placenta, dll) akan
menekan vena cava inferior ibu. Hal ini akan mengurangi pasokan
oksigen melalui sirkulasi utero-plasenter sehingga akan menyebabkan
hipoksi pada bayi. Berbaring terlentang juga akan mengganggu
kemajuan persalinan dan menyulitkan ibu untuk meneran secara efektif.
b. Amniotomi
Apabila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap
maka perlu dilakukan tidakan amniotomi. Perhatikan warna dan jumlah
air ketuban yang keluar saat dilakukan amniotomi.
c. Membimbing Ibu Meneran
Bila tanda pasti kala dua telah diperoleh, tunggu sampai ibu merasakan
adanya dorongan spontan untuk meneran. Bimbing ibu untuk meneran
secara efektif dan benar.
1) Mengikuti dorongan alamiah yang terjadi selama kontraksi
2) Untuk tidak menahan nafas saat meneran
65
3) Minta untuk berhenti meneran dan istirahat di antara kontraksi
4) Minta ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran
5) Tidak diperbolehkan mendorong fundus untuk membantu kelahiran
bayi
d. Pencegahan Laserasi
Kejadian laserasi akan meningkat jika bayi dilahirkan terlalu cepat dan
tidak terkendali. Hal ini bisa diatasi dengan episiotomi. Namun
episiotomi rutin tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan:
1) Meningkatnya jumlah darah yang hilang dan resiko hematoma
2) Kejadian laserasi derajat tiga dan empat lebih banyak
3) Meningkatnya rasa nyeri pasca persalinan di daerah perineum
4) Meningkatnya resiko infeksi
Indikasi melakukan episiotomi untuk mempercepat kelahiran bayi
apabila :
1) Gawat janin dan bayi akan segera dilahirkan dengan tindakan
2) Penyulit kelahiran pervaginam
3) Jaringan parut pada perineum atau vagina yang dapat
memperlambat kemajuan persalinan
Alur Penatalaksanaan Fisiologi Kala Dua Persalianan

66
14. Asuhan Persalinan Kala III
a. Manajemen Aktif Kala III
Syarat : Janin tunggal / memastikan tidak ada lagi janin di uterus.
Tujuan :Menghasilkan kontraksi uterus yang efektif sehingga dapat
mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi
kehilangan darah kala III persalinan jika dibandingkan dengan
penatalaksanaan fisiologis
Keuntungan :
 Lama kala III lebih singkat
 Jumlah perdarahan berkurang sehingga dapat mencegah perdarahan
post partum

67
 Menurunkan kejadian retensio
plasenta Manajemen Aktif Kala III terdiri
dari :
 Pemberian oksitosin 10 IU dalam 1 menit setelah bayi lahir
 Penegangan tali pusat terkendali
 Masase fundus uteri
b. Pemeriksaan Plasenta
Selaput ketuban utuh atau tidak
Bagian maternal : jumlah kotiledon , keutuhan pinggir
kotiledon Bagian fetal : utuh atau tidak
Tali pusat : jumlah arteri dan vena, adakan arteri atau vena
yang terputus untuk mendeteksi plasenta suksenturia. Insersi tali pusat,
apakah sentral, marginal serta panjang tali pusat
c. Pemantauan Kala III
Perdarahan : jumlah darah yang keluar, disertai dengan bekuan
darah atau tidak
Kontraksi uterus : bentuk uterus, intensitas, Robekan jalan lahir/ laserasi
, rupture perineum
15. Asuhan Persalinan Kala IV
a. Memperkirakan kehilangan darah
Satu cara untuk menilai kehilangan darah secara tepat adalah
dengan melihat volume darah yang terkumpul dan memperkirakan
berapa banyak botol 500 ml dapat menampung semua darah tersebut.
Jika darah bisa mengisi dua botol, ibu kehilangan 250 ml darah.
Memperkirakan kehilangan darah hanyalah salah satu cara untuk
menilai kondisi ibu.
Cara tak langsung untuk mengukur jumlah kehilangan darah adalah
melalui penampakan gejala dan tekanan darah. Apabila perdarahan
menyebabkan ibu lemas, pusing dan kesadaran menurun serta tekanan
darah sistolik turun lebih dari 10 mmHg dari kondisi sebelumnya maka
telah terjadi perdarah lebih dari 500 ml. bila ibu mengalami syok
68
hipovolemik maka ibu telah kehilangan darah 50% dari total jumlah

69
darah ibu (2000-2500 ml). penting untuk selalu memantau keadaan
umum dan menilai jumlah kehilangan darah ibu selama kala empat
melalui tanda vital, jumlah darah yang keluar dan kontraksi uterus.
b. Memeriksa Perdarahan dari Perineum
Perhatikan dan temukan penyebab perdarahan dari laserasi atau robekan
perineum dan vagna. Nilai perluasan laserasi perineum, laserasi
diklasifikasikan berdasarkan luas robekannya antara lain :

No. Klasifikasi Daerah Robekan Tindakan


Robekan

1. Derajat Satu Mukosa vagina, Tidak perlu dijahit


komisura posterior, jika tidak ada
kulit perineum. perdarahan dan
aposisi luka baik.

2. Derajat Dua Mukosa vagina, Lakukan penjahitan


komisura
posterior, kulit
perineum, otot
perineum.

3. Derajat Tiga Mukosa Vagina, Penolong APN


Komisura tidak dibekali
Posterior, Kulit ketrampilan untuk
Perineum, Otot reparasi laserasi
Perineum, Otot perineum derajat
Sfingter ani. tiga atau empat.
Segera rujuk ke
4. Derajat Empat Mukosa Vagina, fasilitas kesehatan.
Komisura
Posterior, Kulit
Perineum, Otot
Perineum, Otot
Sfingter ani,
dinding depan

70
rectum.
Sumber: Midwifery Manual Of Maternal Care dan Varney’s Midwifery
Edisi 3
c. Pencegahan Infeksi
Setelah persalinan, dekontaminasi alas plastic, tempat tidur dan matras
dengan larutan klorin 0,5% kemudian cuci dengan deterjen dan bilas
dengan air bersih. Jika sudah bersih, keringkan dengan kain bersih
supaya ibu tidak berbaring di atas matras yang basah. Dekontaminasi
linen yang digunakan selama persalinan dalam larutan klorin 0,5% dan
kemudian cuci segera dengan air dan deterjen.
d. Pemantauan Keadaan Umum
Sebagaian besar kejadian kesakitan dan kematian ibu yang disebabkan
oleh perdarahan pascapersalinan terjadi selama empat jam pertama
setelah kelahiran bayi. Karena alasan ini sangatlah ini sangatlah penting
untuk memantau keadaan ibu secara ketat segera setelah persalinan. Jika
tanda-tanda vital dan kontraksi uterus masih dalam batas normal selama
dua jam pertama pascapersalinan, mungkin ibu tidak akan mengalami
perdaran pascapersalinan. Selama dua jam pertama pascapersalinan :
1) Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih dan darah
yang keluar setiap 15 menit selama satu jam pertama dan setiap 30
menit selama satu jam kedua kala empat. Jika ada temuan yang tidak
normal, tingkatkan frekuensi observasi dan penilaian kondisi ibu.
2) Masase uterus.
3) Pantau temperature tubuh setiap jam dalam dua jam pertama
pascapersalianan.
4) Nilai perdarahan. Periksa perineum dan vagina setiap 15 menit selama
satu jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua pada kala
empat.
5) Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menialai kontaksi uterus dan
jumlah darah yang keluar dan bagaimana melakukan masase jika
uterus menjadi lembek.
71
6) Minta anggota keluarga untuk memeluk bayi. Jaga agar bayi
diselimuti dengan baik, bagian kepala tertutup baik, kemudian berikan
bayi ke ibu dan anjurkan untuk dipeluk dan diberi asi.
7) Ajarkan pada mereka bagaimana mencari pertolongan jika ada tanda-
tanda bahaya seperti :Demam, Perdarahan aktif (Keluar banyak
bekuan darah), Bau busuk dari vagina, Pusing, Lemas luar biasa,
Penyulit dalam menyusukan bayinya dan Nyeri panggul atau abdomen
yang lebih hebat dari nyeri kontraksi biasa.

C. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas dan Menyusui


1. Konsep Dasar Masa Nifas
a. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah
plasenta keluar dan berakhir ketika alat- alat kandungan kembali seperti
keadaan semula (sebelum hamil). Biasanya berlangsung selama lebih
kurang 6 minggu. Masa nifas adalah masa segera setelah kelahiran
sampai 6 minggu (42 hari) selama masa ini, saluran reproduktif
anatominya kembali ke keadaan tidak hamil yang normal
Jadi, masa nifas adalah masa pemulihan alat-alat
kandungan sesudah persalinan yangmana dimulai sejak keluarnya
plasenta dan akan berakhir setelah alat-alat tersebut kembali pada
keaadaan semula (6 Minggu).
b. Tujuan Asuhan Masa Nifas
Selama bidan memberikan asuhan sebaiknya bidan mengetahui apa
tujuan dari pemberian asuhan pada ibu masa nifas, tujuan diberikannya
asuhan masa nifas antara lain :
1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun
psikologis dimana dalam asuhan pada masa ini peranan
keluarga sangat pentin, dengan pemberian nutrisi, dukungan
psikologi maka kesehatan ibu dan bayi selalu terjaga.
2) Melaksanakan skrining yang komprehensif (menyeluruh)
dimana bidan harus melakukan manajemen manajemen asuhan
kebidanan pada ibu masa nifas secara sistematis yaitu mulai
pengajian data subjektif, objektif maupun penunjang
72
3) Setelah bidan melaksanakan pengkajian data maka bidan harus
menganalisa data tersebut sehingga tujuan asuhan masa nifas
ini dapat mendeteksi masalah yang terjadi pada ibu dan bayi.
4) Mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu
maupun bayinya, yakni setelah masalah ditemukan maka bidan
dapat langsung masuk ke langkah berikutnya sehingga tujuan di
atas dapat dilaksanakan.
5) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan
kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui,
pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat,
memberikan pelayanan keluarga berencana.
c. Peran dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas
1) Memberi dukungan yang trus-menerus selama masa nifas yang
baik dan sesuai dengan kebutuhan ibu agar mengurangi
ketegangan fisik dan psikologis selama persalinan dan nifas.
2) Sebagai promotor hubungan yang erat antara ibu dan bayi
secara fisik dan psikologis.
3) Mengkondisikan ibu untuk menyusui bayinya dengan cara
meningkatkan rasa nyaman.
4) Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan
rasa nyaman.
5) Membuat kebijakan, perencanaan program kesehatan yang
berkaitan ibu dan anak serta mampu melakukan kegiatan
administrasi.
6) Mendeteksi komplikasi dan perlunya dirujuk.
7) Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai
cara mencegah pendarahan, mengenai tanda-tanda bahaya,
menjaga gizi yang baik, serta mempraktikan kebersihan yang
aman.
8) Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan
data, menetapkan diagnosis dan rencana tindakan juga
73
melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan, serta
menjegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan dengan
memnuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas.
d. Tahapan Masa Nifas
Masa nifas seperti dijelaskan diatas merupakan rangkaian
selama proses persalinan di lalui oleh seorang wanita, beberapa
tahapan masa nifas yang harus di fahami oleh seorang bidan antara
lain:
1) Puerperium dini yaitu pemulihan dimana ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
2) Puerperium intermedial yaitu pemulihan menyeluruh alat-alat
genital yang lamanya 6-8 minggu.
3) Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih
dan sehat terutama bila selama hamil atau bersalin memiliki
komplikasi.
e. Kebijakan Program Nasional Nifas
Selama ibu berada pada masa nifas, paling sedikit 4 kali bidan
harus melakukan kunjungan, dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan
bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani
masalah-masalah yang terjadi.Seorang bidan pada saat memberikan
asuhan kepada ibu dalam masa nifas, ada beberapa hal yang harus
dilakukan. Akan tetapi pemberian asuhan kebidanan pada ibu masa
nifas tergantung dari kondisi ibu sesuai dengan tahapan
perkembangannya antara lain :
1) Kunjungan ke-1 ( 6-8 jam post partum) : mencegah perdarahan
masa nifas karena atonia uteri, mendeteksi dan merawat
penyebab lain perdarahan, rujuk bila perdarahan berlanjut,
memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota
keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena
atonia uteri, pemberian ASI awal, melakukan hubungan antar
ibu dan bayi baru lahir, menjaga bayi tetap sehat dengan cara
mencegah hipotermi. Jika petugas kesehatan menolong
persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir

74
selama 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan
bayi dalam keadaan sehat.
2) Kunjungan ke-2 (6 hari post partum) : memastikan involusi
uterus berjalan normal: uterus berkontraksi, fundus dibawah
umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau,
menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan
abnormal, memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan
dan istirahat, memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit, memberikan konseling
pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi
tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
3) Kunjungan ke-3 (2 minggu post partum) Asuhan pada 2
minggu post partum sama dengan asuhan yang diberikan pada
kunjungan 6 hari post partum.
4) Kunjungan ke-4 (6 minggu post partum) menanyakan kepada
ibu tentang penyulit-penyulit yang dirasakan atau yang dialami
bayinya. Serta memberikan konseling untuk KB secara dini.
2. Perubahan Fisiologis dan Psikologis Masa Nifas
Perubahan Sistem Repoduksi (Uterus, Vagina dan Perineum)

a. Perubahan Pada Uterus


1) Pengerutan Rahim (involusi)
Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi
sebelum hamil. Dengan involusi uterus ini, lapisan luar dari
desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi neurotic
(layu/ mati). Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan
pemeriksaan palpasi untuk meraba TFU (tinggi fundus uteri) : Pada
1 minggu post partum, TFU teraba pertengahan pusat simfisis
dengan berat 500 gram diameter 7,5cm.
2) Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea
mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari
dalam uterus. Lokhea dibedakan menjadi 4 jenis berdasarkan warna
dan waktu keluarnya: Lokhea rubra/merah adalah Lokhea yang

75
keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa post partum,
Lokhea sanguinolenta adalah Lokhea yang berwarna merah
kecoklatan dan berlendir, serta berlangsung dari hari ke-4 sampai
hari ke-7 postpartum, Lokhea serosa adalah Lokhea yang berwarna
kuning kecoklatan karena mengandung serum, leukosit,dan robekan
atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke-14,
Lokhea alba/putih adalah Lokhea yang mengandung leukosit, sel
desidua, sel epitel, selaput lender serviks, dan serabut jaringan yang
mati. Lokhea alba ini dapat berlangsung selam 2-6 minggu post
partum. Lokea pada ibu nifas hari ke 5 adalah sanguinolenta .
b. Perubahan Pada Serviks
Pada hari ke 4 sampai 6 post partum 2 jari masih bisa dimasukan ke
serviks.
c. Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang sangat
besar selama proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari pertama
sesudah proses tersebut kedua organ ini tetap dalm keadaan kendur.
Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak
hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul
kembali, sementara labia menjadi lebih menonjol.
d. Perineum
Pada post natal hari ke-5, perineum sudah mendapatkan kembali
sebagian tonusnya, sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan
sebelum hamil.
1. Perubahan Sistem Pernafasan
Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-24 kali per
menit. Pada ibu post partum umumnya pernafasan lambat atau normal. Hal
ini dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat.
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut
nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya,
kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan
pada masa post partum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda
syok.
2. Perubahan Sistem Pencernaan

76
Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari setelah persalinan. Apabila
terjadi konstipasi dan buang air besar nya keras dapat diberikan obat per
oral atau per rektal.

3. Perubahan Sistem Endokrin


a. Hormon Pituitari
Prolaktin darah akan meningkat dengan cepat. Pada wanita yang tidak
menyusui, prolaktin menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH
akan meningkat pada fase konsentrasi folikuler (minggu ke-3) dan LH
tetap rendah hingga ovulasi terjadi.
b. Hipotalamik Pituitari Ovarium
Lamanya seorang wanita mendapat menstruasi juga dipengaruhi oleh
faktor menyusui. Seringkali menstruasi pertama ini bersifat anovulasi
karena rendahnya kadar estrogen dan progesteron.
c. Kadar Estrogen
Setelah persalinan, terjadi penurunan kadar estrogen yang bermakna
sehingga aktivitas prolaktin yang juga sedang meningkat
mempengaruhi kelenjar mamae dalam menghasilkan ASI.
4. Perubahan system musculoskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal terjadi pada saat umur kehamilan
semakin bertambah. Adaptasi muskuloskelatal ini mencakup: peningkatan
berat badan, bergesernya pusat akibat pembesaran rahim, relaksasi dan
mobilitas. Namun demikian, pada saat post partum sistem muskuloskeletal
akan berangsur-angsur pulih kembali. Ambulasi dini dilakukan segera
setelah melahirkan, untuk membantu mencegah komplikasi dan
mempercepat involusi uteri.
Perubahan psikologi masa nifas dan menyusui
1. Adaptasi psikologi masa nifas
a. Taking in
Yaitu periode ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama
sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu , focus perhatian
ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama proses persalina
berulang kali diceritakannya. Hal ini membuat ibu lebih cenderung
menjadi pasif terhadap lingkungannya
b. Tahing hold
Yaitu fase/ periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah
melahirkan. Pada fase ini ,ibu merasa khawatir akan ketidak
mampuannya dan rasa tanggungjawab untuk merawat bayi.
77
c. Letting go
Yaitu fase menerima tanggung jawab akan peran barunya sebagai
seorang ibu baru yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu
sudah dapat menyesuaikan diri,merawat diri dan bayinya, serta
kepercayaan dirinya sudah meningkat. Pendidikan kesehatan yang kita
berikan pada fase sebelumnya akan snagat berguna bagi ibu. Ibu lebih
mandiri dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya
2. Bonding attachment
Bounding adalah suatu langkah untuk mengungkapkan perasaan areksi
(kasih saying) oleh ibu kepada bayinya segera setelah lahir sendangkan
attachment adalah interaksi antara ibu dan bayi secara spesifik sepanjang
waktu.Menurut Maternal neonatal health. Bonding attachment adalah
kontak dini secara lngsung natara ibu dan bayi setelah proses persalinan,
dimulai pada kala III sampai dengan postpartum.Prakondisi yang
mempengaruhi ikatan yaitu:
a. kesehatan emosional orang tua
b. sistem dukungan social yang meliputi pasangna hidup, teman dan
keluarga
c. suatu tigkat keterampilan alam berkomunikasi dan dalam member
asuhan yang kompeten
d. kedekatan orang tua dengan bayi
e. kecocokan orang tua-bayi (termasuk keadaan, temperamen, dan jenis
kelamin).
3. Sibling rivalry
Sibling rivalry atau perselisihan yang terjadi pada anak-anak tersebut
adalah hal yang biasa bagi anak-anak usia antara 5-11 tahun. Bahkan
kurang dari 5 tahun pun sudah sangat mudah terjadi sibling rivalry itu.
Istilah ahli psikologi hubungan antar anak-anak seusia seperti itu bersifat
ambivalent dengan love hate relationship.
a. Penyebabnya :
1) Masing-masing anak bersaing untuk menentukan pribadi mereka
sehingga ingin menunjukkan pada saudara mereka
2) Anak merasa kurang mendapatkan perhatian, disiplin dan mau
mendengarkan dari orang tua mereka

78
3) Anak-anak merasa hubungan dengan orang tua mereka terancam
oleh kedatangan anggota keluarga baru/ bayi,Tahap perkembangan
anak baik fisik maupun emosi yang dapat mempengaruhi proses
kedewasaan dan perhatian terhadap satu sama lain
4) Anak frustasi karena merasa lapar, bosan atau letih sehingga
memulai pertengkaran, Kemungkinan, anak tidak tahu cara untuk
mendapatkan perhatian atau memulai permainan dengan saudara
mereka
5) Dinamika keluarga dalam memainkan peran, Pemikiran orang tua
tentang agresi dan pertengkaran anak yang berlebihan dalam
keluarga adalah normal
6) Tidak memiliki waktu untuk berbagi, berkumpul bersama dengan
anggota keluarga, Orang tua mengalami stres dalam menjalani
kehidupannya
7) Anak-anak mengalami stres dalam kehidupannya
8) Cara orang tua memperlakukan anak dan menangani konflik yang
terjadi pada mereka.
b. Cara mengatasi sibling :
1) Tidak membandingkan antara anak satu sama lain.
2) Membiarkan anak menjadi diri pribadi mereka sendiri.
3) Menyukai bakat dan keberhasilan anak-anak Anda.
4) Membuat anak-anak mampu bekerja sama daripada bersaing antara
satu sama lain.
5) Memberikan perhatian setiap waktu atau pola lain ketika konflik
biasa terjadi.
6) Mengajarkan anak-anak Anda cara-cara positif untuk mendapatkan
perhatian dari satu sama lain.
7) Bersikap adil sangat penting, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan
anak. Sehingga adil bagi anak satu dengan yang lain berbeda.
8) Merencanakan kegiatan keluarga yang menyenangkan bagi semua
orang.
79
9) Meyakinkan setiap anak mendapatkan waktu yang cukup dan
kebebasan mereka sendiri.
10) Orang tua tidak perlu langsung campur tangan kecuali saat tanda-
tanda akan kekerasan fisik.
11) Orang tua harus dapat berperan memberikan otoritas kepada anak-
anak, bukan untuk anak-anak.
12) Orang tua dalam memisahkan anak-anak dari konflik tidak
menyalahkan satu sama lain.
13) Jangan memberi tuduhan tertentu tentang negatifnya sifat anak.
14) Kesabaran dan keuletan serta contoh-contoh yang baik dari
perilaku orang tua sehari-hari adalah cara pendidikan anak-anak
untuk menghindari sibling rivalry yang paling bagus.
3. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Ibu Nifas
1. Nutrisi dan Cairan Pada Seorang Ibu Menyusui
Dahulu biasa untuk membatasi diet wanita masa nifas yang
melahirkan pervaginam, tetapi sekarang diet umum yang
menarik dianjurkan. Kalau pada akhir 2 jam setelah melahirkan setelah
melahirkan per vaginam tidak ada kemungkinan komplikasi yang
memerlukan anestesi, pasien hendaknya diberikan minum dan makan jika
ia lapar dan haus.Sebaiknya selama menyusui ibu tidak melakukan diet
untuk menghilangkan kelebihan berat badan. Konsumsi makanan dengan
menu seimbang, bergizi dan mengandung cukup kalori berguna untuk
produksi ASI dan mengembalikan tenaga setelah persalinan. Jika ibu
menyusui bayi,sebaiknya tidak mengkonsumsi makanan yang
mengandung alkohol. Obat-obatan dikonsumsi sebatas yang dianjurkan
dan tidak berlebihan. Sebaiknya penggunaan obat tradisional dan obat-
obatan selain vitamin dikonsultasikan dengan dokter/bidan.
Ibu menyusui harus:
a. Mengkonsumsi tambahan kalori 500 kalori tiap hari. Jumlah kalori
yang dikonsumsi pada ibu menyusui mempengaruhi kuantitas dari ASI
yang diproduksi.Untuk menghasilkan setiap 100 ml susu,ibu
memerlukan asupan kalori 85 kalori.Pada saat minggu pertama dari 6
bulan menyusui (ASI ekslusif) jumlah susu yang harus dihasilkan oleh
ibu sebanyak 750 ml setiap harinya.Dan mulai minggu kedua susu

80
yang harus dihasilkan adalah sejumlah 600 ml,jadi tambahan jumlah
kalori yang harus dikonsumsi oleh ibu adalah 510 kalori.
b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,mineral,dan
vitamin yang cukup. Minum sedikitnya 1-1,5 liter air setiap
hari(anjurkan ibu untuk minum setelah setiap kali selesai menyusui.
Makanan yang dikonsumsi haruslah makanan yang sehat, makanan
yang sehat adalah makanan dengan menu seimbang yaitu yang
mengandung unsur-unsur, seperti sumber tenaga, pengatur dan
pelindung.
1) Sumber tenaga(energi)
Sumber tenaga diperlukan untuk pembakaran tubuh,
pembentukan jaringan baru serta penghematan protein (jika sumber
tenaga kurang proteindigunakan sebagai cadangan untuk
memenuhi kebutuhan energi). Zat gizi yang termasuk sumber
tenaga adalah, yaitu beras, sagu, jagung dan tepung terigu,
havermount dan ubi.
2) Sumber pembangun
Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan pergantian sel sel
yang rusakdan mati. Protein dari makanan harus diubah menjadi
asam amino sebelum diserap dalam darah. Pencernaannya dibantu
oleh enzim dalam lambung dan pankreas sebelumdiserap oleh sel
mukosa usus dan dibawa ke hati (hepar) melalui pembuluh darah
(vena porta). Sumber protein dapat diperoleh dari protein nabati
dan hewani. Protein nabati anatara lain ikan, udang, kerang,
kepiting, daging ayam, hati, telur, susu, dan keju. Protein nabati
banyak terkandung dalam kacang-kacangan, seperti kacang tanah,
kacang merah, kacang hijau, kacang kedelai, tahu dan tempe.
Sumber protein terlengkap terdapat dalam susu, telur, dan keju.
3) Sumber pengatur dan pelindung
Unsur-unsur tersebut digunakan untuk melindungi kelancaran
metabolismedidalam tubuh dari serangan penyakit dan mengatur
kelancaran metabolisme di dalam tubuh. Sumber buah pengatur
dan pelindung bisa diperoleh dari semua jenis sayur dan buah-
buahan segar. Berikut ini beberapa mineral penting :

81
a) Zat kapur: Zat kapur dibutuhkan untuk pembentukan tulang.
Sumbernya antara lain susu, keju, kacang-kacangan, dan syuran
berdaun hijau.
b) Fosfor: Fosfor dibutuhkan untuk pembentukan kerangka dan
gigi anak. Sumbernya antara lain susu, keju, kacang-kacangan
dan sayuran berdaun hijau.
c) Zat Besi: Tambahan zat besi sangat penting dalam masa
menyusui karena dibutuhkan untuk kenaikan sirkulasi darah
dan sel darah merah sehingga daya angkut oksigen sehingga
mencukupi kebutuhan. Sumber zat besi antara lain kuning telur,
hati, daging, kerang, ikan, kacang-kacangan, dan sayur-sayuran
bewarna hijau.
d) Yodium: Yodium sangat untuk mencegah timbulnya
kelemahan mental (terbelakang) dan kekerdilan fisik yang
serius. Sumber yodium adalah minyak ikan, ikan laut dan
garam beryodium.
e) Kalsium: Ibu menyusui membutuhkan kalsium untuk
pertmbuhan gigi dan anak sebagai sumbernya yaitu susu dan
keju.
f) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya
selama 40 hari pasca persalinan.
g) Memberikan terapi paracetamol (500mg), SF (200mg ),
vitamin C (50mg)
2. Ambulasi
Perubahan penting mulai terjadi dalam penatalaksanaan
masa nifas.Ibu nifas dianjurkan untuk turun dari tempat tidur dalam 24 jam
pertama setelah kelahiran pervaginam. Mobilisasi/ambulasi sangat
bervariasi, sangat tergantung pada komplikasi persalinan,nifas,atau
sembuhnya luka(jika ada luka. Jika tidak ada kelainan lakukan mobilisasi
sedini mungkin,yaitu dua jam setelah persalinan normal. Pada ibu dengan
partus normal ambulasi dini dilakukan paling tidak 6-12 jam post
82
partum,sedangkan pada ibu dengan partus sectio secarea ambulasi dini
dilakukan paling tidak setelah 12 jam post partumsetelah ibu sebelumnya
beristirahat(tidur). Ambulasi dilakukan oleh ibu dengan tahapan:miring
kiri atau kanan terlebih dahulu,kemudian duduk dan apabila ibu sudah
cukup kuat berdiri maka ibu dianjurkan untuk berjalan ( mungkin ke toilet
untuk berkemih)
Banyaknya keuntungan dari ambulasi dini dibuktikan oleh sejumlah
penelitian. Para wanita menyatakan bahwa mereka lebih baik dan lebih
kuat setelah ambulasi awal. Dengan ambulasi dini:
a. Faal usus dan kandung kencing lebih baik
b. Yang paling penting ambulasi dini juga menurunkan banyak frekuensi
trombosis dan emboli paru pada masa nifas
c. Memperlancar sirkulasi darah dan mengeluarkan cairan vagina
(lochea).
3. Eliminasi : BAK/BAB
a. Buang air kecil (bak)
Pengeluaran urin akan meningkat pada 24-48 jam pertama sampai
sekitar hari ke-5, setelah melahirkan.Ini terjadi karena volume darah
ekstra yang dibutuhkan waktu hamil tidak diperlukan lagi
setelah persalinan.Oleh karena itu,ibu belajar berkemih secara spontan
setelah melahirkan.Sebaiknya,ibu tidak menahan buang air kecil ketika
ada rasa sakit pada jahitan.Menahan buang air akan menyebabkan
terjadinya bendungan air seni.Keadaan ini dapat menghambat uterus
berkontraksi dengan baik sehingga menimbulkan perdarahan yang
berlebihan.Dengan mengosongkan kandung kemih secara
adekuat,tonus kandung kemih biasanya akan pulih kembali dalam 5-7
hari post partum.
b. Buang air besar (bab)
Sulit buang air besar (konstipasi) dapat terjadi karena ketakutan akan
rasa sakit,takut jahitan terbuka,atau karena haemorrhoid.Kesulitan ini
dapat dibantu dengan mobilisasi dini,mengkonsumsi makanan tinggi
serat dan cukup minum sehingga bisa buang air besar dengan
lancar.Sebaiknya pada hari kedua ibu sudah bisa buang
air besar.Jika sudah pada hari ketiga ibu masih belum bisa buang air
besar,ibu bisa menggunakan pencahar berbentuk supositoria .Ini
83
penting untuk menghindarkan gangguan pada kontraksi uterus yang
dapat menghambat pengeluaran cairan vagina.Kebersihan
Diri/Perineum.

Untuk mencegah terjadinya infeksi baik pada luka jahitan dan


maupun kulit ,maka ibu harus menjaga kebersihan diri secara
keseluruhan. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh

a. Perawatan Perineum
1) Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan
sabun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan
daerah di sekitar kan vulva terlebih dahulu,dari depan ke belakang ,
baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasihatkan
kepada ibu untuk membersihkan vulva setiap kali selesai
BAK/BAB.
2) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut
setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah
dicuci dengan baik dan dikeringkan di bawah matahari atau
disetrika.
3) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum
dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya
b. Pakaian
Sebaiknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap
keringat karena produksi keringat menjadi banyak (di samping urin).
Produksi keringat yang tinggi berguna untuk menghilangkan ekstra
volume saat hamil.Sebaiknya pakaian agak longgar di daerah dada
sehingga payudara tidak tertekan dan kering. Demikian juga dengan
pakaian dalam,agar tidak terjadi iritasi pada daerah sekitarnya akibat
lochea.
c. Kebersihan rambut
Setelah bayi lahir mungkin ibu akan mengalami kerontokan pada
rambut akibat gangguan perubahan hormon sehingga keadaannya
menjadi lebih tipis dibandingkan keadaan normal. Jumlah dan lamanya
kerontokan berbeda-beda antara Satu wanita dengan wanita lain.
Meskipun demikian,kebanyakan akan pulih kembali setelah
beberapa bulan. Cuci rambut dengan conditioner yang cukup, lalu sisir

84
menggunakan sisir yang lembut.Hindari penggunaan pengering
rambut.
d. Kebersihan kulit
Setelah persalinan, ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan saat hamil
akan dikeluarkan kembali melalui air seni dan keringat untuk
menghilangkan pembengkakan pada wajah, kaki, betis dan
tangan ibu.Oleh karena itu, dalam minggu-minggu pertama setelah
melahirkan, ibu akan merasakan jumlah keringat yang lebih banyak
dari biasanya.Usahakan mandi lebih sering dan jaga agar kulit tetap
kering.
e. Perawatan Payudara
Perawatan payudara tidak hanya dilakukan sebelum melahirkan
tetapi juga dilakukan setelah melahirkan.Perawatan yang dilakukan
terhadap payudara bertujuan untuk melancarkan sirkulasi darah dan
mencegah tersumbatnya saluran susu sehingga memperlancar
pengeluaran susu. Agar tujuan perawatan ini dapat tercapai,perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Lakukan perawatan payudara secara teratur.
2) Pelihara kebersihan sehari-hari
3) Pemasukan gizi ibu harus lebih baik dan lebih banyak untuk
mencukupi produksi ASI
4) Ibu harus percaya diri akan kemampuan dirinya menyusui bayi
5) Ibu harus merasa nyaman dan santai
6) Hindari rasa cemas dan stress karena kan menghambat refleks
oksitosin.
7) Perawatan payudara hendaknya dimulai sedini mungki,yaitu 1-2
hari setelah bayi dilahirkan dan dilakukan dua kali sehari.
4. Istirahat
a. Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan
b. Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga secara
perlahan-lahan,serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi
tidur.
c. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal:

85
1) mempengaruhi jumlah ASI yang diproduksi
2) memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan
3) menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat
bayinya dan dirinya sendiri
5. Hubungan Seksual
Pada banyak pasangan, perubahan karena kehamilan dapat
mengganggu keseimbangan dalam hubungan mereka,terutama terutama
dalam hubungan seksual.Begitu juga setelah persalinan.Pada masa ini,ibu
menghadapi peran baru sebagai orang tua sehingga sering melupakan
perannya sebagai pasangan. Namun segera setelah ibu merasa percaya diri
dengan peran barunya,ia akan menemukan waktu dan melihat sekeliling
serta menyadari bahwa ia sudah kehilangan aspek lain dalam
kehidupannya yang juga penting. Oleh karena itu, suami perlu memahami
perubahan dalam diri istri sehingga tidak merasa diabaikan.Kerjasama
dengan pasangan dalam merawat dan memberikan kasih sayang pada
bayinya sangat dianjurkan.Hubungan seksual dapat dilanjutkan setiap saat
ibu merasa nyaman untuk memulai,dan aktivitas itu dapat dinikmati.

a. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami isteri begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke
dalam vagina tanpa rasa nyeri.Begitu darah merah berhenti dan ibu
tidak merasa nyeri,aman untuk memulai melakukan hubungan suami
istri kapan saja ibu siap.
b. Banyak budaya,yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami
istri sampai masa waktu tertentu,misalnya setelah 40 hari atau 6
minggu setelah persalinan.Keputusan bergantung pada pasangan yang
bersangkutan.
6. Keluarga Berencana
Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun
sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri
kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan tentang keluarganya.
Namun petugas kesehatan dapat membantu merencanakan keluarganya
dengan mengajarkan kepada mereka tentang cara mencegah kehamilan
yang tidak diinginkan.Biasanya wanita tidak menghasilkan sel telur
(ovulasi) sebelum ia mendapatkan lagi haidnya selama meneteki. Oleh
86
karena itu metode amenorea laktasi dapat dipakai sebelum haid
pertamanya kembali untuk mencegah terjadinya kehamilan baru. Resiko
cara ini yaitu 2% kehamilan. Meskipun beberapa metode KB mengandung
resiko, menggunakan kontrasepsi tetap lebih aman, terutama apabila ibu
sudah haid lagi.Sebelum menggunakan metode KB, hal-hal berikut
sebaiknya dijelaskan terlebih dahulu kepada ibu: bagaimana metode ini
dapat mencegah kehamilan dan efektivitasnya, kekurangannya, efek
samping, bagaimana menggunakan metode itu, kapan metode itu dapat
digunakan untuk wanita pascasalin yang menyusui.Jika seorang
ibu/pasangan telah memilih metode KB tertentu, ada baiknya untuk
bertemu dengannya lagi dalam 2 minggu untuk mengetahui apakah ada
yang ingin ditanyakan oleh ibu/pasangan itu dan untuk melihat apakah
metode itu sudah bekerja dengan baik.
7. Latihan/ senam nifas
Latihan pasca persalinan dikenal sebagai senam nifas sesungguhnya
lebih sekedar mengencangkan kembali otot-otot yang kendur dan
membuang lemak tubuh yang tidak perlu, banyak lagi manfaat yang
didapat dari senam ini sehingga bidan perlu memberikan penjelasan dan
petunjuk senam nifas kepada ibu pasca persalinan dan keluarganya.
Kondisi yang kendor setelah melahirkan harus segera dipulihkan, karena
selain bayi yang dilahirkan membutuhkan kasih sayang dari seorang
ibunya, juga suami. Untuk itulah pemulihan kondisi harus dilakukan
seawal mungkin sesuai kondisi.Mobilisasi dan gerakan-gerakan sederhana
sudah dapat dimulai selagi ibu masih berada di klinik atau Rumah Sakit,
supaya involusi berjalan dengan baik dan otot-otot mendapatkan tonus,
elastisitas dan fungsinya kembali.Latihan/ senam nifas penting untuk
mengembalikan otot-otot perut dan panggul agar kembali normal. Ibu akan
merasa lebih kuat dan ini menyebabkan otot perutnya menjadi kuat
sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung, jelaskan bahwa latihan
tertentu beberapa menit setiap hari sampai membantu. Beberapa latihan
yang dapat ibu lakukan dengan mudah antara lain: tidur terlentang dengan
lengan kesamping, menarik otot perut selagi menarik nafas, tahan nafas
kedalam dan angkat dagu ke dada tahan satu hitungan sampai 5. Rileks
dan ulangi sebanyak 5 kali.Untuk memperkuat tonus otot vagina (latihan
87
kegel) : berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot-otot, pantat
dan panggul dan sampai 5 hitungan. Kendurkan dan ulangi latihan sampai
5 kali. Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan.
Setiap minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu
ke-6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30
kali. Pada masa nifas ibu sangat membutuhkan asuhan sama seperti pada
saat kehamilan bahkan mungkin lebih.
4. Manajemen Laktasi
Setiap kali bayi menghisap payudara akan merangsang ujung saraf
sensoris disekitar payudara sehingga merangsang kelenjar hipofisis bagian
depan untuk menghasilkan prolaktin. Prolaktin akan masuk ke peredaran
darah kemudian ke payudara menyebabkan sel sekretori di alveolus
(pabrik ASI) menghasilkan ASI. Prolaktin akan berada di peredaran darah
selama 30 menit setelah dihisap, sehingga prolaktin dapat merangsang
payudara menghasilkan ASI untuk minum berikutnya. Sedangkan untuk
minum yg sekarang, bayi mengambil ASI yang sudah ada.Makin banyak
ASI yang dikeluarkan dari gudang ASI (sinus laktiferus), makin banyak
produksi ASI. Dengan kata lain, makin sering bayi menyusui makin
banyak ASI diproduksi. Sebaliknya, makin jarang bayi menghisap, makin
sedikit payudara menghasilkan ASI. Jika bayi berhenti menghisap maka
payudara akan berhenti menghasilkan ASI. Prolaktin umumnya dihasilkan
pada malam hari, sehingga menyusui pada malam hari dapat membantu
mempertahankan produksi ASI. Hormon prolaktin juga akan menekan
ovulasi (fungsi indung telur untuk menghasilkan sel telur), sehingga
menyusui secara eksklusif akan memperlambat kembalinya fungsi
kesuburan dan haid. Oleh karena itu, menyusui pada malam hari penting
untuk tujuan menunda kehamilan. Posisi menyusui yang benar :Posisi
muka bayi menghadap ke payudara (chin to breast),Perut/dada bayi
menempel pada perut/dada ibu (chest to chest),Seluruh badan bayi
menghadap ke badan ibu hingga telinga bayi membentuk garis lurus
dengan lengan bayi dan leher bayi ,Seluruh punggung bayi tersanggah
dengan baik, Ada kontak mata antara ibu dengan bayi,Pegang belakang
bahu jangan kepala bayi, Kepala terletak dilengan bukan didaerah siku
1. Cara Merawat Payudara
a. Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama bagian putting
susu.
b. Menggunakan BH yang menyokong payudara
88
c. Apabila putting susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI yang nkeluar di
sekitar putting setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan
dimulai dari putting susu yang btidak lecet.
d. Apabila lecet sangat berat, dapat di istirahatkan selama 24 jam. ASI
dikeluarkan dan diminumkan menggunakan sendok.
e. Untuk menghilangkan nyeri, ibu dapat minum paracetamol 1 tablet
setiap 4-6 jam
f. Apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI maka ibu dapat
melakukan :
1) pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan
hangat selama 5 menit
2) urut payudara dari arah pangkal ke putting atau gunakan sisir untuk
mengurut payudara dengan arah “Z” menuju putting.
3) Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga
putting susus menjadi lunak.
4) Susukan bayi setiap 2-3 jam. Apabila bayi tidak dapat mengisap
seluruh ASI, sisanya keluarkan dengan tangan.
2. Manfaat Pemberian ASI
a. Bagi bayi
1) ASI yang dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan.
2) Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan.
3) ASI (Kolostrum) mengandung zat pelindung (antibodi).
4) Memperkuat ikatan bathin antara ibu dan bayi.
5) ASI mudah dicerna oleh bayi.
b. Bagi ibu
1) Untuk memulihkan diri dari proses persalinannya. Seperti
membuat rahim berkontraksi dengan cepat dan memperlambat
perdarahan.
2) Ibu lebih cepat pulih atau menurunkan berat badan.
3) Bagi ibu yang menstruasinya belum muncul kembali akan kecil
kemungkinannya untuk menjadi hamil.
89
4) Cara yang baik untuk mencurahkan kasih sayang pada sang buah
hati dan merasa dibutuhkan.
5) Menunda kemungkinan kanker payudara dan ovarium.
3. Komponen Gizi dalam ASI
a. Protein
Kandungan protein pada ASI lebih rendah dibandingkan dengan
susu mamlia lainnya. ASI mengandung whey protein dan casein.Whey
protein adalah protein yang memabantu menyebabkan isi pencernaan
bayi menjadi lebih lembut atau mudah dicerna oleh usus.Casein yaitu
protein yang sukar dicerna. Perbandingan whey protein : casein pada
ASI yaitu 60 : 40, sedangkan pada susu formula 20 : 80 dan 18 :
82.Whey ASI terdiri dari alpha-lactalbumin, serum albumin, laktoferin,
immunoglobulin dan lisozom. Sedangkan whey susu sapi hanya
mengandung beta-lactoglobulin.
b. Lemak
Lemak ASI terdiri dari trigliserid (98-99 %) yang mana dengan
enzim lipase yang terdapat di ASI akan menguraiakannya menjadi
trigliserol dan asam lemak. Keunggulan ASI yaitu mudah di cerna
karena dalam bentuk emulsi, kandungan asam lemak esensial (omega-
3 menjadi DHA dan omega-6 menjadi AA), DHA dan AA yang
berperan dalam pertumbuhan otak.
c. Vitamin
Vitamin yang larut dalam lemak yaitu A, D, E, K. vitamin A sangat
penting / banyak dalam ASI, sedangkan D, dan K sedikit yang
terkandung dalam ASI.Vitamin yang larut dalam air yaitu vitanmin C,
asam nicotinic, B12, B1, B2,B6 sangat dipengaruhi oleh makanan ibu.
d. Zat besi
Zat besi yang terkandung di ASI tidak begitu banyak, namun
sangat berguna untuk mencegah anemia.
e. Laktoferin
Lactoferin banyak terkandung dalam ASI, yangmana fungsinya
sama dengan IgA untuk menyerap zat besi dari pencernaan.
4. Upaya Memperbanyak ASI
a. Menyusui bayi setiap 2 jam dengan lama menyusui 10-15 menit tiap
payudara.

90
b. Bangunkan bayi, lepaskan baju yang menyebabkan rasa resah gerah,
dan duduklah selama menyusui.
c. Pastiakan bayi menyusu dalam posisi menempel dengan baik dan
dengarkan suara menelan yang aktif.
d. Susui bayi di tempat yang tenang dan nyaman dan minumlah setiapkali
habis menyusui.
e. Tidurlah bersebelahan dengan bayi.
f. Ibu harus meningkatkan istirahat dan minum.
g. Petugas kesehatan harus mengamati ibu yang menyusui bayinya dan
mengoreksi setiap kali terdapat masalah pada posisi penempelan.
h. Yakinkan bahwa ibu dapat memproduksi susu lebih banyak dengan
melakukan hal-hal tersebut.
Pendidikan kesehatan yang harus di berikan kepada ibu menyusui :
1) Mengkonsumsi tambahan kalori setindaknya 500 kalori sehari.
2) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan cukup kalori,
protein, vitamin dan mineral.
3) Minum sedikitnya 3 liter setiap hari.
4) Pil zat besi harus diminum untuk menambah gizi setidaknya selama 40
hari setelah kelahiran.
5. Tanda Bayi Cukup ASI
a. Bayi kencing setidaknya 6 kali dalam sehari dan warnanya jernih
sampai kuning muda.
b. Bayi sering BAB berwarna kekuningan (berbiji)
c. Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun, dan tidur
cukup. Bayi setidaknya menyusu 10-12 kali dalam 24 jam.
d. Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali selesai menyusui.
e. Ibu dapat merasakan geli karena aliran ASI, setiap kali bayi mulai
menyusu.
f. Bayi bertambah berat badannya.
6. Masalah dalam Pemberian ASI
a. Pada masa antenatal

91
Masalah yang sering muncul yaitu puting susu yang tidak menonjol,
hal ini tidak begitu jadi masalah. Karena hal ini dapat dia atasi seperti
menarik-narik putting, selain itu juga bisa dilakukan setelah
melahirkan seperti tetap menyusui bayi, dan menarik-narik putting
susu.
b. Pada masa setelah persalinan dini
1) Putting susu lecet
2) Payudara bengkak
3) Abses payudara (mastitis)
7. Dukungan Bidan dalam Pemberian ASI
Pemberian ASI akan berjalan lancar jika ibu mengetahui cara
menyusui yang benar. Peran bidan sangatlah penting bagi ibu yang
menyusui, maka dari itu bidan harus bisa membantu ibu. Peran bidan
dalam pemberian ASI, yaitu:

a. Yakinkan ibu bahwa bayi memperoleh makanan yang mencukupi dari


payudara ibu.
b. Bantulah ibu sedemikian rupa sehingga ia mampu menyusui bayinya
sendiri.
c. Biarkan bayi bersama ibunya segera sesudah dilahirkan selama
beberapa jam pertama.
d. Ajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mancegah
masalah umum yang timbul.
e. Bantulah ibu pada waktu pertama kali member ASI.
f. Bayi harus ditempatkan didekat ibunya (rawat gabung/ rooming in)
g. Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin.
h. Hanya berikan kolostrum dan ASI saja.
i. Hindari susu botol dan dot (empeng).
5. Tanda Bahaya Masa Nifas
a. Perdarahan pervaginam yang luar biasa atau tiba-tiba
bertambah banyak (lebih dari perdarahan haid biasa atau bila
memerlukan pergantian pembalut-pembalut 2 kali dalam
setengah jam).
b. Pengeluaran cairan vagina yang berbau busuk.
92
c. Rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung.
d. Sakit kepala yang terus menerus, nyeri ulu hati, atau
masalah penglihatan.
e. Pembengkakan diwajah atau ditangan.
f. Demam, muntah, rasa sakit sewaktu BAK atau jika merasa tidak
enak badan.
g. Payudara yang bertambah atau berubah menjadi merah panas dan atau
terasa sakit.
h. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama.
i. Rasa sakit merah, lunak dan atau pembengkakan dikaki
j. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya
atau dirinya sendiri.
k. Merasa sangat letih dan nafas terengah-engah
6. Manajemen Kebidanan
Asuhan kebidanan pada masa nifas dan menyusui sesuai dengan
langkah-langkh manajemen varney.
1. Mengumpulkan data subjektif dan objektif
Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan
mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan
klien secara lengkap, yaitu:Riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik pada
kesehatan,Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya,Meninjau
data laboratorium dan membandingkan dengan hasil studi,Pada langkah
pertama ini dikumpulkakan semua informasi yang akurat dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan data
dasar awal yang lengkap. Bila klien mengalami komplikasi yang perlu
dikonsultasikan kepada dokter dalam manajemen kolaborasi bidan akan
melakukan konsultasi.
2. Menginterpretasikan data
Pada langkah ini dilakukan interpretasi data yang benar terhadap
diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang
benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah
dikumpulkan di interpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa
yang spesifik. Masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang
di identifikasikan oleh bidan. Masalah ini sering menyertai diagnosa.
Sebagai contoh yaitu wanita pada trimester ketiga merasa takut terhadap

93
proses persalinan dan persalinan yang sudah tidak dapat ditunda lagi.
Perasaan takut tidak termasuk dalam kategori “nomenklatur standar
diagnosa” tetapi tentu akan menciptakan suatu masalah yang
membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan memerlukan suatu perencanaan
untuk mengurangi rasa sakit.
3. Mengidentifikasi diagnose potensial dan tindakan antisipasi
Pada langkah ini kita mengidentifikasikan masalah atau diagnosa
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat
bersiap-siap bila diagnosa atu masalah potensial benar-benar terjadi.
4. Tindakan segera
Mengindentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan
atau tenaga konsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah keempat
mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi
manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan
prenatal saja tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus
menerus.
5. Menyusun perencanaan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan
oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap masalah atau diagnose yang telah diidentifikasi atau
diantisipasi. Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan
menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan
pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang
apa yang akan dilakukan klien.
6. Melaksanakan ( implementasi)
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang
telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman.
Perencanaan ini bias dilakukan seluruh oleh bidan atau sebagian lagi oleh
klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak
melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggungjawab untuk
mengarahkan pelaksanaannya, misalnya memastikan langkah-langkah
tersebut benar-benar terlaksana.
7. Evaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi kefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah
benar-benar telah terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana telah
94
diidentifikasi dalam diagnose dan masalah. Rencana tersebut dapat
dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya.
Asuhan kebidanan pada masa nifas dan menyusui sesuai dengan
langkah-langkah manajemen varney ( lanjutan)
Pengkajian (mengumpulkan data dasar)
Pengkajian ataupengumpulan data dasar adalah pengumpulan semua
data yang dibutuhkan untuk mengavaluasi keadaan pasien. Merupakan
langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien.
a. Data Subjektif
1) Biodata yang mencangkupi identitas pasien ( Nama, Umur, Agama,
Pendidikan, suku atau bangsa, Pekerjaan, Alamat )
2) Keluhan Utama
Untuk mengetahi masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan
masa nifas, misalnya pasien merasa mulas, sakit pada jalan lahir
karena adanya jahitan pada perineum.
3) Riwayat kesehatan ( riwayat yang lalu, riwayat kesehatan sekarang,
riwayat kesehatan keluarga)
4) Riwayat perkawinan
Hal yang perlu dikaji adalah beberapa kali menikah, status
menikah syah ata tidak.karena bila melahirkan tanpa status yang
jelas akan berkaitan dengan psikologisnya sehingga akan
mempengaruhi proses nifas.
5) Riwayat Obsetrik ( Riwayat kehamilan, Riwayat persalinan)
6) Riwayat KB (untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB
dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama
menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini
dan beralih ke kontrasepsi apa. )
7) Kehidupan social dan budaya(Untuk mengetahui pasien dan
keluarga yang menganut adat istiadat yang akan menguntungkan
atau merugikan pasien khususnya pada masa nifas.)
8) Data Psikososial (Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga
terhadap bayinya. Wnita mengalami banyak perubahan emosi atau
psikologis pada masa nifas sementara ibu akan menyesuaikan diri
menjadi seorang ibu. Cukup sering ibu menunjukan depresi ringan
beberapa hari setelah kelahiran. Depresi tersebut sering disebut
post partum blues. post partum blues sebagian besar perwujudan
fenomena psikologis yang dialami oleh wanita yang terpisah dari
keluarga dan bayinya. Hal ini sering dikibatkan oleh sejumlah
factor).

95
Penyebab yang paling menonjol :
a) Kekecewaan emosional yang mengikuti rasa puas dan takut
yang dialami kebanyakan wanita selama kehamilan dan
persalinan.
b) Rasa sakit pada masa nifas awal
c) Kelelahan karena kurang tidur selama persalinan post partum.
d) Kecemasan pada kemampuannya untuk merawat banyinya
setelah meninggalkan rumah sakit.
e) Rasa takut menjadi menarik lagi bagi suami.
9) Data pengetahuan
Unuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu tentang
perawatan setelah melahirkan sehingga akan menguntungkan
selama masa nifas.
10) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a) Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makanan dan minuman,
frekuensi, banyaknya jenis makanan pantangan.
b) Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air
besar meliputi frekuensi, jumlah,konsistensi dan bau serta
kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna dan
jumlah.
c) Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam
pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur misalnya membaca,
mendengarkan musik,kebiasaan mengonsumsi obat tidur,
kebiasaan tidur siang, penggunaan waktu luang. Istirahat sangat
penting bagi ibu pada masa nifaskarena dengan istirahat yang
cukup dapat mempercepat penyembuhan.

d) Personal hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan
tubuh terutama pada daerag genitalia, karena pada masa nifas
masih menggunakan lochea.
e) Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari. Pada pola ini
perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatan. Mobilisasi
sedini mungkin dapat mempercepat prosespengembalian alat-
alat reproduksi
b. Data Sujektif

96
Dalam menghadapi masa nifas dari srorang klien, seorang bidan
harus mengumpulkan data untuk memastikan bahwa keadaan klien
dalamkeadaan klien dalamkeadaan stabil.
Yang termasuk dalam komponen-komponen pengkajian data obyektif
seperti :
1) Vital sign
Ditunjukan untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan kondisi
yang dialaminya.
a) Temperature
Peningkatan suhu badan mencapai pada 24 jam pertmamasa
nifas pada umumnya disebabkan oleh karena dehidrasi, istirahat
dan tidur yang diperpanjang selama awal persalinan.tetapi pada
umunya setelah 12 jam post partum suhu tubuh
kembalinormal.knaikan suhuyang mencapai >380C adalah
pengaruh ke tanda-tanda infeksi.
b) Nadi dan pernapasan
Nadi berkisar antara 60-80X/menit. Denyut nadi di atas
100X/menit pada masa nifas adalah mengidentifikasi adanya suatu
infeks, hal ini salah satunya bisa diakibatkan oleh proses
persalianan sulit atu karena kehilangan darah yang berlebihan. Jika
takikardi tidak disertai panas kemungkinan disebabkan karena
adanya vitium kordis. Beberapa post partum kadang-kadang
mengalami brakikardi puerperal, yang denyut ndinya mencapai
serendah-rendahnya 40-50X/menit. Pernafasan harusberada dalam
batas normal sekitas 20-30X/menit.
c) Tekanan darah
Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi post
partum, tetapi keadaan ini akan menghilang dengan sendirinya
apabila tidak ada penyakit lain dalamdua bulan pengobatan.
2) Pemeiksaan fisik
Pemeriksaan fisik dari ujung rambut sampai ujung kaki Menjelaskan
pemeriksaan fisik
a) Keadaan buah dada dan puting susu terlihat simetris atau tidak,
konsistensinya ada pembengkakan atau tidak, putting menonjol
atau tidak
b) Keadaan abdomen
(1) Uterus normal : kokoh dan berkontraksi dengan baik. Tidak
teraba di atas ketinggian fundal saat masa nifas
(2) Abnormal : lembek dan di atas ketinggian fundal saat masa post
partum segera.

97
(3) Kandung kemih : bisa buang air kecil atau tidak.
c) Keadaan genitalia
(1) Normal : merah kehitaman (lochea rubra), bau normal,tidak ada
bekuan darah atau butir-butir darah beku, jumlah pendarahan
yang ringan atau sedikit (hanya perlu ganti pembalut setiap 3-5
jam.
(2) Abnormal: Warna lochea merah terang, berbau busuk
mengeluarkan bekuan darah, pendarahan berat
(memerlukan penggantian pembalut setiap 0-2 jam
sekali.
d) Keadaan perineum : adanya oedema, hematum, bekas luka
pisiotomi atau robekan, hecting.
e) Keadaan anus : hemorrhoid
f) Keadaan ekstremitas : melihat adanya varices, oedema, reflex
patella.
2. Inteprestasi data
Mengidentifikasi diagnose kebidanan dan masalah berdasarkan
interprestasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Dalam
langkah ini data yang teah dikumpulkan diinterprestasikan menjadi
diagnose kebidanan dan masalah. Keduanya digunakan karena
beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosatetapi
membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam rencana asuan
terhadappasien, masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita
yang diidentifikasikan oleh bidan.
a. Diagnosa kebidanan
Diagnose dapat ditegakkan yang berkaitan dengan para,
abortus,anak hidup,umur ibu, dan keadaan nifas.
Data dasar meliputi :
1) Data subyektif
Pernyataan ibu tentang jumlah persalinan, apakah pernah abortus
atau tidak, keterangan ibu tentang umur, keterangan ibu tentang
keluhan.
2) Data obyektif
Palpasi tentang tingg fundus uteri dankontraksi, hasil pemeriksaan
tentang pengeluaran pervaginam, hasil pemeriksaan tanda-tanda
vital.
3. Mengidentifikasi diagnose potensial dan tindakan antisipasi
Diagnosa potensial berdasarkan langkah ini diidentifikasikan
masalah atau diagnose potensialberdasarkan rangkaian masalah dan
diagnose, hal ini membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila

98
memungkinkan menunggu mengamati dan bersiap-siap apabila hal
tersebut benar-benar terjadi. Antisipasi masalah:Langkah ini
memerlukan keinambungan dari manajemen kebidanan. Identifikasi
dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan
untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama anggota tim kesehatan
lain sesuai dengan kondisi pasien.
4. Menyusun rencana
Langkah-langkah ini ditentukn leh langkah-langkah sebelumnya
yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telahdi
identifikasi atau di antisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak
hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari
setiap masalah yang berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi
bagi wanita tersebut yaitu apa yang akan terjadi berikunya. Penyuluhan
konsling dari rujukan untuk masalah-masalah social, ekonomi atau
masalah psikososial
Adapun hal-halyang perlu dilakukan pada kasus ini seperti :
a. Observasi meliputikeadaan umum, kesadaraan, tanda-tanda vital,
tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, anjurkan ibu untuk segera
berkemih, observasi mobilisasi dini, jelaskan manfaatnya.
b. Kebersihan diri
Jaga kebersihan seluruh tubuh terutama genitalia, ganti pembalut
minimal duakali sehari atau setiap kali setelah selesai BAK.
c. Istirahat
Beri pengertian manfaat istirahat, dan kembali mengerjakan
pekerjaan sehari-hari.
d. Gizi
Sarankan ibu untuk mengonsumsi makanan berzisi, bermutu dan
cukup kalori, meminum tablet Fe dan meminum vitamin A
e. Perawatan payudara
Jaga kebersihan payudara dan beri asi ekslusif sampai bayi umur 6
bulan
f. Hubungan seksual
Memberi pengertian hubungan seksual kapan boleh dilakukan
g. Keluarga berencana
Anjurkan pada ibu untuk mengikuti KB sesuai dengan keinginan
5. Melaksanakan (implementasi)
Langkah ini merupakan penatalaksanaan rencana asuhan
penyuluhan pada klien dan keluarga. Mengarahkan atau melaksanakan
rencana asuhan secara efisien dan aman.
a. Mengobservasi

99
1) Keadaan umum
2) Kesadaran
3) Tnda-tanda vital dengan mengukur (tekanan darah, suhu, nadi,
respirasi)
4) Tinggi fundus uteri, kontraksi uterus
5) Menganjurkan ibu untuk segera berkemih karena apabila
kandung kencing penuh akan menghambat proses involusi
uterus.
6) Menganjurkan pada ibu untukmobilisasi dini
untukmemperlancar pengeluaran lochea, memperlancar
peredaran darah.
b. Kebersihan diri
1) Menjaga kebersihan seluruh tubuh terutama daerah genitalia.
2) Mengganti pembalut minimal dua kali sehari atau setiap kali
selesai BAK
c. Istirahat
1) Memberi saran pada ibu untuk cukup tidur siang agar tidak
terllu lelah
2) Memberi pengertian pada ibu, apabila kurang istirahat dapat
menyebabkan produksi ASI kurang, proses involusi berjalan
lambat sehingga menyebabkan pendarahan.
3) Menganjurkan ibu untuk kembali mengerjakan kegiatan sehari-
hari.
e. Perawatan payudara
1) Menjaga kebersihan payudara
2) Memberikan ASI ekslusif sampai bayi umur 6 bulan.

f. Hubungan seksual
Memberikan pengertian hubungan seksual kapan boleh dilakukan
g. Keluarga berencana
Menganjurkan pada ibu untuk segera mengikuti KB setelah masa
nifas terlewati sesuai dengan keinginan.
6. Evaluasi
Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa
yang telah dilakkan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang
telah diberikan, ulangi kembali proses manajemen yang benar terhadap
setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum efektif atau
merencanakan kembali yang belum terlaksana.
Pendokumentasian asuhan dalam bentuk laporan asuhan kebidanan
pada masa nifas dan menyusui.

100
Data Subyektif
a. Identitas istri dan suami
b. Data biologis/fisiologis
1) Keluhan utama
2) Riwayat kelahiran dan persalinan
3) Riwayat kehamilan persalinan dan nifas terdahulu
4) Riwayat kesehatan yang lalu
5) Riwayat penyakit keturunan dalam keluarga
6) Riwayat penyakit menular dalam keluarga
c. Pemenuhan kebutuhan dasar
1) Kebutuhan nutrisi
2) Eliminasi
3) Istirahat
4) Personal hygiene
5) Mobilisasi
6) Sexual
d. Data pengetahuan/perilaku ibu
e. Data psikososial, ekonomi dan spiritual
1) Respons ibu dan suami terhadap kelahiran bayi
2) Pola hubungan ibu, suami dan keluarga
3) Kehidupan spiritual dan ekonomi keluarga
4) Kepercayaan dan adat istiadat
f. Data tambahan
2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan fisik
1) Keaaan umum dan kesadaran
2) Tanda-tanda vital: Tekanan darah, Suhu, Nadi dan Pernapasan
3) Kepala, wajah dan leher
4) Dada dan payudara
5) Abdomen dan uterus
6) Genitalia
7) Ekstremitas
b. Pemeriksaan penunjang
3. Analisa Data
Berasal dari data-data dasar yang di kumpulkan menginterpretasikan
data kemudian diproses menjadi masalah atau diagnosis khusus. Kata
masalah dan diagnosis sama-sama digunakan karena beberapa masalah
tidak dapat diidentifikasikan dalam mengembangkan rencana perawatan
kesehatan yang menyeluruh.

101
Berfikir kritis dalam penerapan standar asuhan kebidanan pada ibu
nifas dan menyusui sesuai evidence based dan program pemerintah
1. Pengertian critical thinking
Critical Thinking (Berpikir Kritis) merupakan proses berfikir secara
aktif dalam menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi
informasi yang dikumpulkan dan atau dihasilkan melalui observasi,
pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi, sebagai acuan dalam
meyakini suatu konsep dan atau dalam melakukan tindakan
2. Komponen critical thinking adalah interpretation, analysis, evaluation,
inference, explanation, dan self-regulation, Halpern membuat taksonomi
ketrampilan berpikirkritis, yaitu:verbal-reasoning skills, argument-analysis
skills, thinking skills, decision-making and problem-solving skills
Karakter individu yang mendukung agar seseorangdapat berpikir kritis
seperti yang dikutip oleh Duldt-Battey antara lain truth seeking, open-
mindness,analyticity, systematicity, self-confidence,inquisitiveness, dan
maturity.
3. Keterampilan berpikir kritis diperlukan untuk :
a. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat akan
menyebabkan informasi yang diterima mahasiswa semakin banyak
ragamnya,
b. Mahasiswa merupakan salah satu kekuatan (people power),
c. Mahasiswa adalah warga masyarakat yang kini maupun kelak akan
menjalani kehidupan yang semakin kompleks.
d. Berpikir kritis adalah kunci menuju berkembangnya kreativitas,
dimana kreativitas muncul karena melihat fenomena-fenomena atau
permasalahan yang kemudian akan menuntut kita untuk berpikir
kreatif.
e. Banyak lapangan pekerjaan baik langsung maupun tidak,
membutuhkan keterampilan berpikir kritis, misalnya sebagai
pengacara atau sebagai guru maka berpikir kritis adalah kunci
keberhasilannya.
Setiap saat manusia selalu dihadapkan pada pengambilan keputusan,
mau ataupun tidak, sengaja atau tidak, dicari ataupun tidak akan
102
memerlukan keterampilan untuk berpikir kritis. Kunci utama untuk
berpikir kritis antara lain:
1) Recognize assumptions (mengenali masalah)
2) Evaluate arguments (menilai beberapa pendapat)
3) Draw conclusions (Menarik kesimpulan)
4) Melaksanakan post natal care sesuai dengan program yang telah
disepakati sebagai upaya pencegahan dan penanganan secara dini
penyulit dan kegawatdaruratan yang mungkin terjadi pada saat
postnatal, dengan menerapkan manajemen kebidanan.

C. Asuhan Kebidanan Pada Neonatus, Bayi dan Anak Prasekolah


A. Adaptasi neonatus
Bayi baru lahir akan mengalami adaptasi sehingga yang semula bersifat
bergantung kemudian menjadi mandiri secara fisiologis karena
mendapatkan oksigen melalui sirkulasi pernapasannya yang baru,
mendapatkan nutrisi oral untuk mempertahankan kadar gula darah yang
cukup, dapat mengatur suhu tubuh dan dapat melawan setiap penyakit dan
infeksi. Sebelum diatur oleh tubuh bayi sendiri, fungsi tersebut dilakukan
oleh plasenta yang kemudian masuk ke periode transisi. Periode transisi
terjadi segera setelah lahir dan dapat berlangsung hingga 1 bulan atau lebih
(untuk beberapa sistem).
Adaptasi fisiologis bayi baru lahir sangat berguna bagi bayi untuk menjaga
kelangsungan hidupnya diluar uterus, karena nantinya bayi harus dapat
melaksanakan sendiri segala kegiatan untuk mempertahankan
kehidupannya. Dalam hal ini yang sangat perlu diperhatikan adalah
bagaimana upaya untuk menjaga agar bayi tetap terjaga kesehatannya.
Yang utama adalah menajag bayi agar tetap hangat, mampu melaksanakan
pernapasan dengan spontan dan bayi menyusu sendiri pada ibunya. Proses
adaptasi fisiologi yang terjadi pada bayi baru lahir harus diketahui dengan
baik oleh tenaga kesehatan, khususnya bidan, perawat maternitas dan

103
perawat perinatology yang bertanggungjawab terhadap ibu dan bayi baru
lahir. Transisi yang terjadi yaitu :
1. Sistem Pernapasan Sistem pernapasan adalah sistem yang paling
tertantang ketika perubahan dari lingkungan intra uterin ke lingkungan
ekstra uterin. Kemampuan bernapas tergantung pada berbagai faktor
yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan fetal,
termasuk pada perkembangan dari sistem pernapasan bayi. Upaya
pernapasan pertama seorang bayi berfungsi untuk mengeluarkan
cairan dalam paru-paru dan mengembangkan alveolus paru-paru untuk
pertama kali. Napas pertama memerlukan tekanan yang sangat tinggi
untuk memasukkan udara ke dalam alveolus yang penuh air. Napas ke
2-4 tekanannya lebih rendah. Surfaktan merendahkan tegangan di
dalam alveoli dan mencegah kolaps paru setelah ekspirasi.
Rangsangan untuk bernapas berasal dari :
a. Kompresi toraks janin pada proses kelahiran sedikit mendesak
cairan dari saluran pernapasan sehingga memperluas ruangan
untuk masuknya udara dan mempercepat pengeluaran air dari
alveolus.
b. Rangsangan fisik ketika penanganan bayi selama persalinan dan
kontak dengan permukaan yang relatif kasar diyakini merangsang
pernapasan secara reflex dari kulit.
c. Rangsangan berupa dingin, nyeri, cahaya atau suara.
2. Sistem Kardiovaskuler
Perubahan sistem kardiovaskuler terjadi akibat perubahan tekanan
pada seluruh sistem pembuluh darah tubuh. Terdapat hukum yang
menyatakan bahwa darah akan mengalir pada daerah yang mempunyai
resistensi yang kecil. Jadi perubahan-perubahan resistensi tersebut
langsung berpengaruh terhadap aliran darah. Oksigen menyebabkan
sistem pembuluh mengubah tekanan dengan cara mengurangi atau
meningkatkan resistensinya, sehingga mengubah aliran darah.
Perubahan sistem kardiovaskuler yang terjadi yaitu :
104
a. Sirkulasi Fetal
Paru-paru tidak berfungsi sebagai alat pernafasan, pertukaran gas
dilakukan oleh plasenta. Pembentukan pembuluh darah dan sel
darah dimulai minggu ke tiga dan bertujuan mensuplai embrio
dengan oksigen dan nutrien dari ibu. Darah mengalir dari plasenta
ke janin melalui vena umbilikalis yang terdapat dalam tali pusat.
Jumlah darah yang mengalir melalui tali pusat sekitar 125
ml/kg/Bb per menit atau sekitar 500 ml per menit. Melalui vena
umbilikalis dan duktus venosus, darah mengalir ke dalam vena
cafa inferior, bercampur darah yang kembali dari bagian bawah
tubuh, masuk atrium kanan di mana aliran darah dari vena cafa
inferior lewat melalui foramen ovale ke atrium kiri, kemudian ke
ventrikel kiri melalui arkus aorta, darah dialirkan ke seluruh
tubuh.
b. Sirkulasi Neonatal
Aliran darah fetal bermula dari vena umbilikalis, akibat tahanan
pembuluh paru yang besar (lebih tinggi dibanding tahanan
vaskuler sistemik =SVR) hanya 10% dari keluaran ventrikel
kanan yang sampai paru, sedang sisanya (90%) terjadi shunting
kanan ke kiri melalui ductus arteriosus Bottali. Pada waktu bayi
lahir, terjadi pelepasan dari plasenta secara mendadak (saat
umbilical cord dipotong/dijepit), tekanan atrium kanan menjadi
rendah, tahanan pembuluh darah sistemik (SVR) naik dan pada
saat yang sama paru mengembang, tahanan vaskuler paru
menyebabkan penutupan foramen ovale (menutup setelah
beberapa minggu), aliran darah di ductus arteriosus Bottali
berbalik dari kiri ke kanan. Kejadian ini disebut sirkulasi transisi.
Penutupan ductus arteriosus secara fisiologis terjadi pada umur
bayi 10-15 jam yang disebabkan kontraksi otot polos pada akhir
arteri pulmonalis dan secara anatomis pada usia 2-3 minggu.
c. Sistem Termoregulasi
105
Bayi baru lahir memilki kecenderungan cepat stress akibat
perubahan suhu lingkungan, karena belum dapat mengatur suhu
tubuh sendiri. Saat neonatus meninggalkan lingkungan rahim ibu
yang hangat, neonatus tersebut kemudian masuk ke dalam
lingkungan kamar bersalin yang jauh lebih dingin. Hilangnya
panas tubuh neonatus melalui kontak dengan udara yang dingin
disekitarnya disebut konveksi. Suhu dingin ini menyebabkan air
ketuban menguap lewat kulit sehingga mendinginkan darah bayi.
Mekanisme pertahanan diri neonatus ketika terpapar dingin
adalah dengan tanpa mekanisme menggigil melainkan
menggunakan lemak cokelat. Suhu normal pada neonatus adalah
36,5- 37,5˚C. Disebut sebagai hipotermi bila suhu tubuh turun
dibawah 36,0˚C. Neonatus mudah sekali terkena hipotermi yang
disebabkan oleh :
1) Pusat pengaturan suhu tubuh pada neonatus belum berfungsi
dengan normal.
2) Neonatus mempunyai area permukaan besar terhadap masa
dibanding dewasa (0,066m²/kg untuk 3 kg bayi dibanding
0,025m²/kg untuk 70 kg dewasa).
3) Tubuh neonatus terlalu kecil untuk memproduksi dan
menyimpan panas.
4) Jumlah otot yang terlalu sedikit.
5) Neonatus belum mampu mengatur posisi tubuh dan
pakaiannya agar ia tidak kedinginan.
Empat mekanisme kemungkinan hilangnya panas tubuh dari bayi
baru lahir ke lingkungannya.
1) Konduksi : Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda
sekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh bayi
(Pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek lain melalui
kontak langsung). Contoh :
a) Menimbang bayi tanpa alas timbangan.
106
b) Tangan penolong yang dingin memegang BBL.
c) Menggunakan stetoskop dingin untuk pemeriksaan BBL.
2) Konveksi : Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya
yang sedang bergerak (jumlah panas yang hilang tergantung
kepada kecepatan dan suhu udara). Contoh :
a) Membiarkan atau menempatkan BBL dekat jendela.
b) Membiarkan BBL di ruang yang terpasang kipas angin.
3) Radiasi : Panas dipancarkan dari BBL, keluar tubuhnya ke
lingkungan yang lebih dingin (Pemindahan panas antara 2
objek yang mempunyai suhu berbeda). Contoh :
a) BBL dibiarkan dalam ruangan AC tanpa diberikan
pemanas (Radiant Warmer).
b) BBL dibiarkan dalam keadaan telanjang
c) BBL ditidurkan berdekatan dengan ruang yang dingin,
misalnya dekat tembok.
4) Evaporasi : Panas hilang melalui proses penguapan
tergantung kepada kecepatan dan kelembaban udara
(Perpindahan panas dengan cara merubah cairan menjadi
uap). Evaporasi dipengaruhi oleh :
a) Jumlah panas yang dipakai.
b) Tingkat kelembaban udara.
c) Aliran udara yang melewati.
Mencegah kehilangan panas :
1) Keringkan bayi secara seksama.
2) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering
dan hangat.
3) Tutup bagian kepala bayi.
4) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya.
5) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru
lahir.
6) Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat.
107
Dalam proses adaptasi kehilangan panas, bayi mengalami :
a) Stress pada BBL menyebabkan hypotermi.
b) BBL mudah kehilangan panas.
c) Bayi menggunakan timbunan lemak coklat untuk
meningkatkan suhu tubuhnya.
d) Lemak coklat terbatas sehingga apabila habis akan
menyebabkan adanya stress dingin.
Pada neonatus, lemak cokelat diyakini banyak terdapat pada
bagian midskapula, leher posterior, disekitar otot leher dan
memanjang di bawah clavikula sampai aksila dan sekitar
trakea, esofagus, interskapula dan arteri mamaria, aorta
abdominal, ginjal dan kelenjar adrenal. Penggunaan lemak
cokelat yaitu glikogen dalam sel lemak cokelat
menghasilkan glukosa untuk sejumlah mitokondria, yang
digunakan untuk menghasilkan energi terutama untuk
produksi panas. Jaringan lemak cokelat kaya vaskularisasi
sehingga memberi 2 manfaat yaitu membawa nutrient seluler
dan sampah metabolis pada tempatnya dan menyebarkan
panas yang dihasilkan dalam jaringan lemak cokelat untuk
istirahat tubuh.
d. Sistem Pencernaan
Kapasitas lambung BBL 30 – 90 ml. Pengosongan lambung antara 2 –
4 jam setelah pemberian makanan yang dipengaruhi oleh waktu dan
volume makanan, jenis dan suhu makanan, stres fisik. Neonatus
memiliki enzim lipase dan amylase dalam jumlah sedikit sehingga
neonatus kehilangan untuk mencerna karbohidrat dan lemak. Saat
sebelum lahir gastrointestinal lebih aktif fetus menelan cairan amnion
dan memperlihatkan gerakan menghisap dan menelan dalam uterus,
tidak ada makanan yang diteima melalui G.I.T, tidak terjadi
pengeluaran feses. Pada keadaan hipoksis atau distress, spingter anal
relaksasi dan mekonium terlepas dalam cairan amnion,
108
mengindikasikan fetal distress. Pada saat setelah lahir bayi dapat
mengisap dan menelan, mampu mencerna dan mengeliminasi ASI dan
susu formula, bayi mudah menelan udara selama makan dan
menangis, peristaltic aktif pada abdomen yang lebih bawah karena
bayi harus mengeluarkan feces. Tidak adanya feces dalam 48 jam
pertama mengindikasikan obstruksi isi usus.
e. System ginjal dan keseimbangan cairan.
Pada bulan keempat kehidupan janin, ginjal sudah terbentuk didalam
rahim, urin sudah terbentuk dan diekskresikan ke dalam cairan
amnion. Ginjal sudah berfungsi, tetapi belum sempurna. BBL harus
BAK dalam 24 jam pertama, jumlah urin 20 – 30 ml/hr dan meningkat
menjadi 100 – 200 ml/hr pada akhir minggu pertama.
f. System hepatic
Fungsi hepar BBL yaitu sebagai penyimpanan zat besi, metabolisme
KH, konjugasi bilirubin, koagulasi. Hepar belum matur untuk
membentuk glukosa sehingga BBL mudah terkena hipoglikemi.
Neonatus telah memiliki kapasitas fungsional untuk mengubah
bilirubin, namun sebagian besar BBL ada yang mengalami
hiperbilirubinemia fisiologis.
g. Immunologi Sistem
Imunologi bayi baru lahir belum matang, sehingga menyebabkan
neonates rentan terhadap berbagai infeksi dan elergi. System imunitas
yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang
didapat. Kekebalan alami terdidi dari struktur pertahanan tubuh yang
berfungsi mencegah atau meminimalkan infeksi.
h. Sistem Integumen
Pada saat lahir, seluruh struktur kulit sudah terdapat, namun fungsi
dari integumen belum optimal. Kelenjar sebasea sangat aktif pada
masa akhir janin dan awal bayi karena tingginya tingkat androgen dari
ibu. Tersumbatnya kelenjar sebasea dapat mengakibatkan milia.
Kelenjar ekrin yang menghasilkan keringat berespon terhadap panas
109
dan emosi, mulai berfungsi pada saat lahir. Fase pertumbuhan folikel
rambut terjadi simultan pada waktu lahir. selang beberapa bulan,
kesinkronan antara kehilangan rambut dengan pertumbuhan rambut
terganggu dan akan menyebabkan banyaknya rambut yang tumbuh,
dan sebaliknya terjadi kebotakan. Pertumbuhan rambut lebih cepat
pada bayi pria daripada bayi wanita.
i. Sistem Neurologis
Pada saat lahir, sistem saraf belum terintegrasi secara keseluruhan,
namun cukup untuk mendukung kehidupan di ekstra uterine.
Kebanyakan fungsi saraf yang sudah berfungsi adalah reflex
primitive. Sistem persyarafan otonom sangat penting pada masa
transisi karena hal ini merangsang pernapasan, menjaga keseimbangan
asam basa dan mengatur temperature. Beberapa aktifitas reflex yang
terdapat pada neonatus antara lain :
1) Refleks morrow/peluk.
2) Rooting reflex.
3) Refleks menghisap dan menelan.
4) Refleks batuk dan bersin.
5) Refleks genggam.
6) Refleks melangkah dan berjalan.
7) Refleks otot leher.
8) Refleks babinsky

B. Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi dan Balita


1. Pertumbuhan bayi
Kata pertumbuhan sering kali dikaitkan dengan kata perkembangan
sehingga ada istilah tumbuh kembang. Kata pertumbuhan dan
perkembangan sering digunakan secara bergantian atau bersamaan.
Ada yang mengatakan bahwa pertumbuhan merupakan bagian dari
perkembangan. Pertumbuhan berarti bertambah besar dalam ukuran
fisik, akibat berlipatgandanya sel dan bertambah banyaknya jumlah
110
zat antarsel. Sebagai contoh, seorang anak tumbuh dari kecil menjadi
besar. Ukuran kecil dan besar ini dapai dicontohkan dengan
perubahan berat badan dari ringan menjadi lebih berat atau dengan
perubahan tinggi badan dari pendek menjadi lebih tinggi. Sedangkan
perkembangan diartikan sebagai bertambahnya fungsi tubuh yaitu
pendengaran, penglihatan, kecerdasan dan tanggung jawab. Sebagai
contoh seorang anak berkembang dari hanya mampu berbaring
menjadi mampu berjalan, atau dari tidak dapat berbicara menjadi
mampu berbicara.
Pertumbuhan seorang anak bukan hanya sekedar gambaran
perubahan berat badan, tinggi badan atau ukuran tubuh lainnya,
tetapi lebih dari itu memberikan gambaran tentang keseimbangan
antara asupan dan kubutuhan zat gizi seorang anak yang sedang
dalam proses tumbuh.
Bila jumlah asupan zat gizi sesuai dengan yang dibutuhkan, maka
disebut gizi seimbang atau gizi baik. Bila jumlah asupan zat gizi
kurang dari yang dibutuhkan disebut gizi kurang. Dalam keadaan
gizi baik dan sehat atau bebas dari penyakit, pertumbuhan seorang
anak akan normal, sebaliknya bila dalam keadaan gizi tidak
seimbang, pertumbuhan scorang anak akan terganggu, misalnya anak
tersebut akan kurus, pendek atau gemuk.
2. Pemantauan Pertumbuhan
Pertumbuhan merupakan parameter kesehatan gizi yang cukup
memadai untuk digunakan dalam penilaian kesehatan anak, terutama
anak bayi dan Balita. Dalam upaya memonitor kesehatan gizi anak
ini dipergunakan Kartu Menuju Sehat (KMS). KMS adalah kartu
yan memuat grafik pertumbuhan BB menurut Umur, yang
menunjukkan batas-batas pertumbuhan BB anak Balita. Anak sehat
digambarkan dengan jalur berat badan yang berwarna hijau. Anak
yang sedang diteliti umurnya dan ditimbang berat badannya. Data
yang didapat ditempatkan di jalur KMS. Bila jatuh dijalur hijau
111
berarti berat badan anak tersebut baik dan anak ada dalam kondisi
kesehatan gizi yang baik.
Pada pemeriksaan yang berturut-turut menunjukkan menunjukkan
suatu grafik pertumbuhan pertumbuhan anak tersebut. Anak sehat
akan meningkatkan pertumbuhan grafik anak terletak pada jalur
hijau. Jika garis grafik menurun ke luar jalur hijau berarti ada
sesuatu yang tidak beres dengan pertumbuhan anak tersebut. Juga
gangguan kesehatan anak tadi. Harus diteliti lebih lanjut, mengapa
kurva menurun dan keluar dari jalur hijau.
Ibu atau mereka yang bertanggung jawab atas pemeliharaannya,
dengan melihat KMS akan segera melihat kondisi kesehatan anak
tersebut. jalur hijau, anak tersebut ada dalam kondisi kesehatan gizi
baik, dan bila menurun ke jalur kuning, anak memerlukan perhatian
yang lebih banyak dan sebaiknya dikonsultasikan kepada seorang
dokter atau di bawa ke puskesmas, sedangkan bila kurva
pertumbuhan anak sudah turun ke bawah garis merah, berarti anak
tersebut sudah masuk ke dalam kondisi kesehatan yang buruk dan
perlu penanganan kesehatan yang serius.
Pengukuran antropometri digunakan untuk mengukur pertumbuhan
fisik seorang anak dengan menggunakan alat ukur tertentu, seperti
timbangan bayi (dacin). Penilaian antropometri dapat dibedakan
menjadi yang berdasar umur dan yang tidak berdasar umur. Berat
badan memiliki hubungan yang linier dengan umur anak. Keadaan
normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan
umur anak dengan kecepatan tertentu. Indeks berat badan menurut
umur anak merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi
saat ini.
3. Perkembangan Bayi
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan
(skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses
112
pematangan. Disini, adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh,
jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang
sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga
perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil
interaksi dengan lingkungannya. Perkembangan anak dan
perkembangan yang teratur dari satu tahap perkembangan ke tahap
perkembangan berikutnya yang berjalan secara umum.
4. Pemantauan Perkembangan
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita.
Pada masa balita perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas,
kesadaran sosial emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat
dan rnerupakan landasan perkembangan berikutnya Perkembangan
moral serta dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada masa ini.
Untuk perkembangan pendidikan anak balita, terdapat 7 aspek yang
dipantau tingkat perkembangannya, antara lain
a. Perkembangan kemampuan gerak kasar.
Gerakan (motorik) adalah semua gerakan yang dapat dilakukan
oleh seluruh tubuh, sebagai perkembangan dari unsur
kematangan dan pengendalian gerak tubuh, dan perkembangan
tersebut erat kaitannya dengan perkembangan pusat motorik di
otak. Disebut gerak kasar karena gerakan yang dilakukan
melibatkan sebagian besar bagian tubuh dan biasanya
memerlukan tenaga karena dilakukan oleh otot-otot yang lebih
besar. Contoh; Gerakan Membalik Telungkup Menjadi
Telentang atau Agak, Gerakan Berjalan, Berjalan Dan Lain-
Lain.
b. Perkembangan kemampuan gerak halus.
Dikatakan gerakan halus karena hanya melibatkan bagian-
bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, karena
itu tidak begitu memerlukan tenaga. Contoh; gerakan
mengambil sesuatu benda dengan hanya menggunakan ibu jari
113
dan telunjuk tangan, memasukan benda ke dalam lubang, ANG
menari, menggambar dan gerakan lainnya.
c. Perkembangan komunikasi pasif.
Komunikasi pasif adalah kesanggupan untuk memahami isyarat
dan pembicaraan orang lain. Contoh; menengok kearah sumber
suara, memahami kalimat sederhana, senang mendengarkan
cerita, mengerti dan dapat melaksanakan perintah dari yang
sederhana hingga yang lebih sukar.
d. Perkembangan kemampuan komunikasi aktif.
Perkembangan komunikasi yaitu kemampuan untuk
mengungkapkan perasaan dan keinginannya melalui tangisan,
gerakan tubuh, maupun dengan kata-kata. Sebagai makhluk
sosial, anak akan selalu berada diantara atau bersama orang lain.
Agar tercapai saling pengetian maka diperlukan suatu
komunikasi, dimana bahasa merupakan alat untuk menyatakan
pikiran dan perasaannya. Baik komunikasi pasif maupun yang
aktif, perlu dikembangkan dengan cara melatih anak secara
bertahap agar mau dan mampu berkomunikasi seperti berbicara,
kalimat-kalimat, menyanyi dan ungkapan verbal (lisan) lainnya.
e. Perkembangan kecerdasan.
Pada anak Balita, kemampuan berpikir mula-mula berkembang
melalui kelima inderanya. Ia melihat warna-warna, mendengar
suara atau bunyi-bunyi, mengenal rasa dan seterusnya. Daya
pikir dan pengertian mula-mula terbatas pada apa yang nyata
dapat dilihat dan dilihat dan dimainkan. Kemudian berbagai
konsep atau pengertian akan dimiliki, seperti konsep tentang
benda, warna, manusia, bentuk, dll.
Semua konsep ini kemudian memungkinkan anak melakukan
pemikiran-pemikiran ke tingkat yang lebih tinggi, yang lebih
abstrak dan majemuk.
f. Perkembangan menolong diri sendiri.
114
Seorang anak pada awal kehidupannya mula-mula masih
bergantung pada orang lain dalam hal pemenuhan
kebutuhannya. Dengan makin mampunya dia melakukan
gerakan motorik dan bicara, anak terdoromg untuk melakukan
sendiri berbagai hal. Orang tua harus melatih usaha mandiri
anak ini, mula-mula dalam hal menolong kebutuhun anak
sehari-hari, misalnya makan, minum, buang air kecil dan besar,
berpakaian, dll. Kemudian ditingkatkan ditingkatkan dalam hal
kebersihan, kesehatan dan kerapihan.
g. Perkembangan tingkah laku sosial.
Yaitu kemampuan anak dan bersosialisasi dengan
lingkungannya. Mula-mula anak hanya mengenal orang-orang
yang paling dekat dengan dirinya ibunya, kemudian orang-orang
serumah. Dengan usia usia anak, luas pergaulan juga perlu
dikembangkan. Anak yang perlu berkawan, perlu diujar tentang
aturan-aturan, disiplin, sopan santun, dan lain-lain.
Untuk perkembangan anak balita menggunakan Kuesioner Pra
Skrining Perkembangan (KPSP) anak yang pertanyaan singkat yang
ditujukan kepada orang tua dan digunakan sebagai alat untuk
melakukan skrining pendahuluan perkembangan anak. Kegunaan
KPSP untuk anak-anak, ada atau tidak hambatan dalam
perkembangan anak. KPSP mencakup 10 pertanyaan singkat kepada
orang tua / pengasuh, berisi tentang kemampuan yang telah dicapai
oleh anak.
Cara menggunakan KPSP yaitu petugas kesehatan dilapangan
membaca KPSP terlebih dahulu dan kemudian memberikan
kesempatan kepada orang tua untuk menjawab kelompok pertanyaan
yang sesuai dengan usia anak. Usia ditetapkan menurut bulan,
kelebihan 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan. Gunakan kuesioner
sesuai umur / lebih muda. Tanyakan isi KPSP sesuai urutan. Cara
mencatat hasil KPSP yaitu: bagi tiap golongan umur terdapat 10
115
pertanyaan untuk orang tua atau pengasuh anak. Hasil Teratas di
dalam kartu data tumbuh kembang anak. Tuliskan jawaban ya atau
tidak pada kotak yang disediakan untuk menjawab pertanyaan
menurut golongan umur anak kemudian hitunglah jawaban ya.
Interpretasi KPSP “Ya" bila orang tua menjawab anak bisa
melakukan atau sering atau kadang-kadang. “Tidak" bila anak belum
pernah melakukan / tidak pernah / ibu tidak tahu. "Ya" arti 9-10
berarti perkembangan anak sesuai tahapnya (S), “Ya" perkembangan
7-8 berarti meragukan (M), “Ya" <6 berarti penyimpangan (P).
4. Tahapan Tumbuh Kembang Bayi 0-6 Bulan
Pada proses perkembangan oleh bertambahnya kemampuan anak. Bagian
Psikologi fakultas Kedokteran Universitas Indonesia bersama Unit
Pediatri Sosial Ikatan Dokter Anak Indonesia menyusun beberapa
tahapan praktis tumbuh kembang anak, yaitu sebagai berikut.
Perubahan dalam pertumbuhan diawali dengan perubahan berat badan
pada usia 0 3 bulan. Bila gizi bayi cukup maka perkiraan berat badan
akan mencapai 700-1000 gram / bulan sedangkan pertumbuhan tinggi
badan agak stabil tidak mengalami kecepatan dalam pertumbuhan badan
tinggi. Perkembangan pada usia ini dapat dilihat dari:
a. 4-6 minggu: tersenyum spontan, dapat mengeluarkan suara 1-2
minggu kemudian.
b. 12-16 minggu: menegakkan kepala, tengkurap sendiri, menoleh ke
arah suara, memegang benda yang ditaruh di ditempatkan,
mengangkat kepala 90 derajat dan mengangkat dada dengan
bertopang tangan.
c. 20 minggu: meraih benda yang didekatkan kepadanya, menaruh
benda-benda di mulutnya.
d. 26 minggu: memindahkan benda dari satu tangan ke tangan
lainnya, duduk dengan bantuan yang dapat diandalkan ke depan,
makan biskuit sendiri Pada umur 3 6 bulan, pertumbuhan dapat
menjadi 2 kali berat badan pada waktu lahir dan rata-rata kenaikan
116
500-600 gram / bulan untuk mendapat gizi yang baik. Sedangkan
badan tinggi tidak mengalami kecepatan dalam pertumbuhan dan
terjadi kestabilan berdasarkan pertambahan umur. Perkembangan
yang terjadi pada umur tersebut seperti: Standar normal untuk
pertumbuhan yang sering digunakan dalam deteksi terbaru tumbuh
kembang anak balita adalah:
1) Berat badan lahir rata-rata: 3,25 kg.
2) Berat badan usia per bulan, menggunakan rumus: U n = (b) + 9
B
5. Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Pola tumbuh kembang
secara normal antara anak yang satu dengan yang lainnya pada akhirnya
tidak selalu sama, karena dapat berinteraksi dengan banyak faktor.
Tumbuh kembang faktor langsung dan faktor tidak langsung yaitu:
a. Faktor Langsung
1) Kecukupan Komsumsi Makanan.
Status gizi masyarakat ditentukan oleh kecukupan makanan dan
kemampuan tubuh yang mengandung zat gizi untuk kesehatan.
Jika kecukupan konsumsi makanan kurang akan mempermudah
jalannya penyakit yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan
mengakibatkan status gizi menurun.
2) Keadaan Kesehatan.
Kurang gizi adalah faktor prakondisi yang memudahkan anak
yang mendapat kesehatan yang kurang baik atau akan
mempermudah timbulnhya penyakit infeksi. Dalam keadaan
gizi yang baik, tubuh yang mempunyai kemampuan untuk
mempertahankan diri terhadap penyakit infeksi.
b. Faktor Tidak Langsung.
1) Asuhan Ibu Bagi Anak
Dalam tumbuh kembang anak, tidak sedikit kepentingan ibu
dalam ekologi anak.
2) Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan dan Sanitasi Lingkungan
117
Perawatan kesehatan yang teratur tidak saja pada anak sakit,
tetapi pemeriksaan kesehatan dan menimbang anak secara rutin
setiap bulan dapat melihat status gizi anak tersebut.
3) Pendidikan
Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang paling
penting dalam tumbuh kembang anak.
4) Faktor Ekonomi
Penghasilan keluarga merupakan faktor mempengaruhi kedua
yang berperan langsung terhadap status gizi.
5) Politik
Kehidupan politik dalam masyarakat akan mempengaruhi
perkembangan anak.

C. Kebutuhan Dasar
Kebutuhan-kebutuhan Dasar Anak untuk Tumbuh Kembang yang
optimal meliputi Asuh, Asih, dan Asah yaitu:
1. Kebutuhan Fisik-Biologis (ASUH):
Meliputi kebutuhan sandang, pangan, papan seperti: nutrisi,
imunisasi, kebersihan tubuh & lingkungan, pakaian,
pelayanan/pemeriksaan kesehatan dan pengobatan, olahraga,
bermain dan beristirahat.
Nutrisi: Harus dipenuhi sejak anak di dalam rahim. Ibu perlu
memberikan nutrisi seimbang melalui konsumsi makanan yang
bergizi dan menu seimbang. Air Susu Ibu (ASI) yang merupakan
nutrisi yang paling lengkap dan seimbang bagi bayi terutama pada 6
bulan pertama (ASI Eksklusif).
a. Imunisasi: anak perlu diberikan imunisasi dasar lengkap agar
terlindung dari penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi.
b. Kebersihan: meliputi kebersihan makanan, minuman, udara,
pakaian, rumah, sekolah, tempat bermain dan transportasi
118
c. Bermain, aktivitas fisik, tidur: anak perlu bermain, melakukan
aktivitas fisik dan tidur karena hal ini dapat merangsang hormon
pertumbuhan, nafsu makan, merangsang metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein merangsang pertumbuhan otot
dan tulang merangsang perkembangan.
d. Pelayanan Kesehatan: anak perlu dipantau/diperiksa
kesehatannya secara teratur. Penimbangan anak minimal 8 kali
setahun dan dilakukan SDIDTK minimal 2 kali setahun.
Pemberian kapsul Vitamin A dosis tinggi setiap bulan Februari
dan bulan Agustus.
e. Tujuan pemantauan yang teratur untuk: mendeteksi secara dini
dan menanggulangi bila ada penyakit dan gangguan tumbuh-
kembang, mencegah penyakit serta memantau pertumbuhan dan
perkembangan anak
2. Kebutuhan kasih sayang dan emosi (ASIH):
Pada tahun-tahun pertama kehidupannya (bahkan sejak dalam
kandungan), anak mutlak memerlukan ikatan yang erat, serasi dan selaras
dengan ibunya untuk menjamin tumbuh kembang fisik-mental dan
psikososial anak dengan cara:
a. Menciptakan rasa aman dan nyaman, anak merasa dilindungi.
b. Diperhatikan minat, keinginan, dan pendapatnya diberi contoh
(bukan dipaksa) dibantu, didorong/dimotivasi, dan dihargai dididik
dengan penuh kegembiraan, melakukan koreksi dengan kegembiraan
dan kasih sayang (bukan ancaman/ hukuman).
3. Kebutuhan Stimulasi (ASAH):
Anak perlu distimulasi sejak dini untuk mengembangkan sedini mungkin
kemampuan sensorik, motorik, emosi-sosial, bicara, kognitif,
kemandirian, kreativitas, kepemimpinan, moral dan spiritual anak. Dasar
perlunya stimulasi dini:
Milyaran sel otak dibentuk sejak anak di dalam kandungan usia 6 bulan
dan belum ada hubungan antar sel-sel otak (sinaps)orang tua perlu
119
merangsang hubungan antar sel-sel otak bila ada rangsangan akan
terbentuk hubungan-hubungan baru (sinaps).
Semakin sering di rangsang akan makin kuat hubungan antar sel-sel otak
semakin banyak variasi maka hubungan antar se-sel otak semakin
kompleks/luas merangsang otak kiri dan kanan secara seimbang untuk
mengembangkan multipel inteligen dan kecerdasan yang lebih luas dan
tinggi. Stimulasi mental secara dini akan mengembangkan mental-
psikososial anak seperti: kecerdasan, budi luhur, moral, agama dan etika,
kepribadian, ketrampilan berbahasa, kemandirian, kreativitas,
produktifitas,
D. Deteksi Dini Komplikasi
Deteksi dini untuk komplikasi pada bayi baru lahir dan neonatus dengan
melihat tanda-tanda atau gejala-gejala sebagai berikut:
1. Tidak mau minum atau menyusu atau memuntahkan semua
2. Riwayat kejang
3. Bergerak hanya jika di rangsang (letargis)
4. Frekuensi nafas <30 kali permenit atau >60 kali permenit
5. Suhu tubuh <36,5°C atau 37°C
6. Tarikan dinding dada kedalam yang sangat kuat
7. Merintih
8. Ada pustule pada kulit
9. Nanah banyak dimata dan mata cekung
10. Pusar kemerahan meluas ke dinding perut
11. Turgor kulit kembali <1 detik
12. Timbul kuning atau tinja berwarna pucat
13. Berat badan menurun umur rendah atau masalah dalam pemberian
ASI
14. Bayi berat lahir rendah <2500 gram atau >4000 gram
15. Kelainan congenital seperti ada celah di bibir atau langit-langit
Masalah atau kondisi akut perlu tindakan segera dalam satu jam
kelahiran (oleh tenaga di kamar bersalin):
120
a. Tidak bernafas
b. Sesak nafas
c. Sianosis sentral (kulit biru)
d. Bayi berat lahir rendah (BBLR) <2500gram
e. Letargis
f. Hipotermi atau stress dingin (suhu aksila <36,5°C)
g. Kejang (kondisi perlu tindakan awal)
h. Potensial infeksi bakteri (pada ketuban pecah dini atau pecah lama)
i. Potensial sifilis (ibu dengan gejala atau serologis positif)
j. Kondisi malformasi atau masalah lain yang tidak perlu tindakan
segera
k. Lakukan asuhan segera bayi baru lahir dalam jam pertama setelah
kelahiran bayi
l. Rujuk ke kamar bayi atau tempat pelayanan yang
sesuai Komplikasi pada bayi baru lahir dan neonatus
1. Prematuritas dan BBLR
2. Asfiksia
3. Infeksi bakteri
4. Kejang
5. Ikterus
6. Diare
7. Hipotermi
8. Tetanus neonatorum
9. Masalah pemberian ASI
10. Trauma lahir
11. Sindroma gangguan permafasan
12. Kelainan congenital

E. Manajemen Kebidanan
Konsep Manajemen Kebidanan Pendokumentasian dengan pendekatan
berorientasi masalah yang bertujuan untuk memudahkan
121
pendokumentasian dengan catatan perkembangan yang terintegrasi.
Keuntungan pendekatan berorientasi masalah salah satunya adalah
berfokus pada masalah klien.
Proses penatalaksanaan asuhan manajemen kebidanan merupakan proses
pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk
mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah.
Penemuan-penemuan, keterampilan dan rangkainan atau tahapan logis
untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien. Proses
penatalaksanaan asuhan kebidanan atau manajemen kebidanan
merupakan langkah-langkah yang berurutan dimulai dari pengumpulan
data dasar dan diakhiri dengan evaluasi. Seorang bidan harus memahami
beberapa pengertian berkaitan dengan praktek pelayanan kebidanan,
antara lain:
1. Pelayanan kebidanan merupakan seluruh tugas yang menjadi
tanggung jawab praktek profesi bidan dalam system pelayanan
kesehatan yang bertujuan meningkatkan kesehatan ibu dan anak
dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat.
Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan dan bertujuan untuk mewujudkan kesehatan keluarga dan
dalam rangka tercapainya keluarga kecil bahagia sejahtera.
Pelayanan kebidanan diberikan sesuai dengan wewenangan bidan:
a. Layanan kebidanan primer adalah layanan bidan sepenuhnya
menjadi tanggung jawab bidan
b. Layanan kebidanan kolaborasi adalah layanan yang dilakukan
oleh bidan sebagai anggota tim yang kegiatannya dilakukan
secara bersamaan atau sebagai urutan dari sebuah proses
kegiatan pelayanan kesehatan.
c. Layanan kebidanan rujukan adalah layanan yang dilakukan oleh
bidan dalam rangka rujukan ke system pelayanan yang lebih
tinggi (rujukan dari dukun bersalin) layanan rujukan secara
horizontal maupun vertical ke profesi kesehatan yang lain.
122
2. Praktek kebidanan adalah penerapan ilmu kebidanan dalam
memberikan pelayanan / asuhan kebidanan kepada klien dengan
pendekatan manajemen kebidanan.
3. Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh
bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara
sistematis mulai dari pengkajian sampai evaluasi.
4. Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang
menjadi tanggung jawab bidan dalam memberikan pelayanan kepada
klien yang mempunyai kebutuhan / masalah di bidang kesehatan ibu
pada masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, KB.

1. Proses manajemen kebidanan menurut Helen Varney (1997)


Varney 1997), menjelaskan bahwa manajemen merupakan proses
pemecahan masalah dengan pengorganisasian, pemikiran dan tindakan –
tindakan yang logis dan menguntungkan baik bagi klien maupun bagi
tenaga kesehatan. Dengan demikian proses manajemen harus mengikuti
urutan yang logis dan memberikan pengertian yang menyatukan
pengetahuan, hasil temuan, dan penilaian yang terpisah – pisah menjadi
satu kesatuan yang berfokus pada manajemen klien. Proses manajemen
kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang berurutan dan setiap langkah
disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dari pengumpulan data
dasarsampai evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu
kerangka lengkap yang dapat diaplikasikan dalam situasi apapun.
Langkah – langkah tersebut:
i. Langkah 1 (satu): Pengumpulan Data Dasar Mengumpulkan semua
informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien. Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan
mengumpulkan semua data yang diperlukan Untuk mengevaluasi
keadaan klien secara lengkap, yaitu:
1) Identitas pasien
2) Riwayat kesehatan
123
3) Pemeriksaan fidik sesuai dengan kebutuhan
4) Meninjau data laboratorium
ii. Langkah 2 (dua): Interpretasi Data
Identifikasi yang benar terhadap diagnosis/ masalah dan kebutuhan
klien berdasarkan interpretasi yang benar atas dasar data- data yang
telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah / diagnosis yang
spesifik. Diagnosis kebidanan adalah diagnosis yang ditegakkan oleh
profesi (bidan) dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi
standar nomenklatur (tata nama) diagnosis kebidanan. Standar
nomenklatur diagnosis kebidanan tersebut adalah:
1) Diagnosis dan telah disyahkan oleh profesi
2) Berhubungan langsung dengan praktis kebidanan
3) Memiliki cirri khas kebidanan
4) Didukung oleh ClinicalJudgement dalam praktek kebidanan
5) Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan.
iii. Langkah 3 (tiga) Mengidentifikasi Diagnosis / Masalah Potensial
Mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan
rangkaian masalah dan diagnosis yang telah diidentifikasi. Langkah
ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan
pencegahan, bidan dapat bersiap – siap bila diagnosis / masalah
potensial benar – benar terjadi.
iv. Langkah 4 (empat): Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan
Memerlukan Penanganan Segera Mengidentifikasi perlunya tindakan
segera oleh bidan / dokter untuk dikonsultasikan / ditangani bersama
dengan anggota tim kesehatan lainnya sesuai dengan kondisi klien.
Data baru dikumpulkan dan dievaluasi kemungkinan bisa terjadi
kegawatdaruratan dimana bidan harus bertindak segera untuk
kepentingan keselamatan jiwa ibu dan anak.
v. Langkah 5 (lima): Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh

124
Melakukan perencanaan menyeluruh yang merupakan kelanjutan
dari manajemen terhadap diagnosis / masalah yang telah
diidentifikasi / diantisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak
hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi pasien /
masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi
terhadap wanita tersebut, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling,
dan apakah merujuk klien atau masalah yang lain.
vi. Langkah 6 (enam) : Melaksanakan Perencanaan
Rencana asuhan yang menyeluruh dilakukan secara efisien dan
aman. Pada saat bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani
klien yang mengalami komplikasi, maka bertanggung jawab
terhadap terlaksanaannya rencana asuhan yang menyeluruh tersebut.
Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta
meningkatkan mutu dari suhan klien.
vii. Langkah 7 (tujuh) : Evaluasi
Melakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan
meliputi pemenuhan kebutuhan sesuai dengan kebutuhan
sebagaimana yang telah teridentifikasi didalam masalah dan
diagnosis.

2. Pendokumentasian Manajemen Kebidanan dengan Metode SOAP


Merupakan catatan tentang interaksi antara tenaga kesehatan, pasien,
keluarga pasien dan tim kesehatan tentang hasil pemeriksaan, prosedur
tindakan, pengobatan pada pasien, pendidikan pasien, dan respon pasien
terhadap semua asuhan yang telah diberikan. Pendokumentasian yang
benar adalah pendokumentasian mengenai asuhan yang telah dan akan
dilakukan pada seorang pasien, didalamnya tersirat proses berfikir bidan
yang sistematis dalam menhadapi seorang pasien sesuai langkah –
langkah manajemen lainnya.
a. S (Data Subjektif)

125
Pengkajian Data yang diperoleh dengan anamnesis, berhubungan
dengan masalah dari sudut pandang pasien. Ekspresi pasien
mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai kutipan
langsung / ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan
diagnosis, data akan menguatkan diagnosis yang akan disusun. Data
yang ditulis hanya yang mrndukung dari diagnose saja.
b. O (Data Objektif)
Data berasal dari hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik
pasien, pemeriksaan laboratorium / pemeriksaan diagnostic lainnya.
Catatan medik dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat
dimasukkan dalam data objektif, data ini akan memberikan bukti
gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis.
c. A (Assessment / Analysis)
Pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan) dari
data subjektif dan objektif. Analisis yang tepat dan akurat mengikuti
perkembangan data pasien akan menjamin cepat diketahuinya
perubahan pasien, dapat terus diikuti dan diambil keputusan /
tindakan yang tepat. Analisi / assessment merupakan
pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Varney langkah
kedua, ketiga, dan keempat yang menyangkut diagnosis/masalh
potensial serta perlunya mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera
untuk antisipasi diagnosis / masalah potensial dan kebutuhan
tindakan segera harus diidentifikasi menurut kewenangan bidan
(tindakan mandiri, kolaborasi, dan rujukan)
d. P (Planning) Perencanaan dibuat saat ini dan yang dan datang.
Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan interpretasi
data yang bertujuan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien
seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraannya. P
menurut Helen Varney masuk pada langkah kelima, keenam dan
ketujuh. Pelaksanaan asuhan sesuai rencana yang telah disusun
sesuai dengan keadaan dan dalam rangka mengatasi masalah pasien.
126
D. Asuhan Kebidanan KB dan Kespro
1. Konsep Dasar KB
a. Pengertian KB dan Akseptor KB
Kontrasepsi adalah cara menghindari atau mencegah
terjadinya kehamilan akibat dari pertemuan sel telur yang
matang dengan sel sperma dengan tehnik memakai alat-alat
,obat, cara perhitungan/pengamatan, cara operasi untuk
menjarangkan (Spacing) atau untuk pembatasan (Limitation)
kehamilan (Proverawati, 2010).
KB atau keluarga berencana adalah upaya mengatur
kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur
kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai
dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang
berkualitas (UU no 52 tahun 2009).
Akseptor KB adalah pasangan usia subur yang salah
seorang daripadanya mengunakan satu dan atau lebih metoda
kontrasepsi dengan tujuan untuk menunda/mengatur/mencegah
kehamilannya.
b. Tujuan Program KB
Tujuan program KB di Indonesia :
1) mengatur kehamilan yang diinginkan
2) menjaga kesehatan dan menurunkan angka kematian
ibu, bayi dan anak
3) meningkatkan akses dan kualitas informasi, pendidikan,
konseling, dan pelayanan keluarga berencana dan
kesehatan reproduksi
4) meningkatkan partisipasi dan kesertaan pria dalam
praktek keluarga berencana
5) mempromosikan penyusuan bayi sebagai upaya untuk
menjarangkan jarak kehamilan
127
c. Ruang Lingkup program KB
Ruang lingkup program KB meliputi :
1) Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE)
Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) adalah Proses
penyampaian pesan kepada orang lain dengan maksud
terjadi peningkatan pengetahuan dan perubahan sikap
dengan tujuan meningkatkan pengetahuan, sikap dan
praktek KB sehingga tercapai penambahan peserta baru.
2) Konseling
Menurut Kamus Bahasa Indonesia, konseling berarti
pemberian bimbingan oleh orang yang ahli kepada
seseorang. Dalam situs Wikipedia bahasa Indonesia,
konseling adalah proses pemberian bantuan yang
dilakukan oleh seorang ahli (konselor) kepada individu
yang mengalami sesuatu masalah yang berakhir pada
teratasinya masalah yang dihadapi klien. Bantuan yang
diberikan kepada individu yang sedang mengalami
hambatan, memecahkan sesuatu melalui pemahaman
terhadap fakta,harapan, kebutuhan dan perasaan-
perasaan klien.
3) Pelayanan kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata “Kontra” yang berarti
mencegah/ menghalangi dan “Konsepsi” yang berarti
pembuahan atau pertemuan antara sel telur
dengan sperma. Jadi kontrasepsi dapat diartikan sebagai
suatu cara untuk mencegah terjadinya kehamilan
sebagai akibat pertemuan antara sel telur dengan
sperma.
4) Pelayanan infertilisas
Pelayanan adalah menolong menyediakan segala apa
yang diperlukan orang lain seperti tamu atau pembeli
128
(kamus umum bahasa indonesia). Infertilitas merupakan
kegagalan suatu pasangan untuk mendapatkan
kehamilan.
d. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan KB di Indonesia
1) Sosial ekonomi
Tinggi rendahnya status social dan keadaan ekonomi
penduduk di Indonesia akan mempengaruhi
perkembangan dan kemajuan program KB di Indonesia.
Kemajuan program KB tidak bisa lepas dari tingkat
ekonomi masyarakat karena berkaitan erat dengan
kemampuan untuk membeli alat kontrasepsi yang
digunakan. Contoh: keluarga dengan penghasilan cukup
akan lebih mampu mengikuti program KB dari pada
keluarga yang tidak mampu, karena bagi keluarga yang
kurang mampu KB bukan merupakan kebutuhan pokok.
Dengan suksesnya program KB maka perekonomian
suatau negara akan lebih baik karena dengan anggota
keluarga yang sedikit kebutuhan dapat lebih tercukupi
dan kesejahteraan dapat terjamin.
2) Budaya
Sejumlah faktor budaya dapat mempengaruhi klien
dalam memilih metode kontrasepsi. Faktor-faktor ini
meliputi salah pengertian dalam masyarakat mengenai
berbagai metode, kepercayaan religius, serta budaya,
tingkat pendidikan persepsi mengenai
resiko kehamilan dan status wanita., Penyedia layanan
harus menyadari bagaimana faktor-faktor tersebut
mempengaruhi pemilihan metode di daerah mereka dan
harus memantau perubahan–perubahan yang mungkin
mempengaruhi pemilihan metode.
3) Pendidikan
129
Tingkat pendidikan tidak saja mempengaruhi kerelaan
menggunakan keluarga berencana tetapi juga pemilihan
suatu metode. Beberapa studi telah memperlihatkan
bahwa metode kalender lebih banyak digunakan oleh
pasangan yang lebih berpendidikan. Dihipotesiskan
bahwa wanita yang berpendidikan menginginkan
keluarga berencana yang efektif, tetapi tidak rela untuk
mengambil resiko yang terkait dengan sebagai metode
kontrasepsi.
4) Agama
Di berbagai daerah kepercayaan religius dapat
mempengaruhi klien dalam memilih metode. Sebagai
contoh penganut katolik yang taat membatasi pemilihan
kontrasepsi mereka pada KB alami. Sebagai pemimpin
islam pengklaim bahwa sterilisasi dilarang sedangkan
sebagian lainnya mengijinkan. Walaupun agama islam
tidak melarang metode kontrasepsi secara umum, para
akseptor wanita mungkin berpendapat bahwa pola
perdarahan yang tidak teratur yang disebabkan sebagian
metode hormonal akan sangat menyulitkan mereka
selama haid mereka dilarang bersembahyang. Di
sebagaian masyarakat, wanita hindu dilarang
mempersiapkan makanan selama haid sehingga pola
haid yang tidak teratur dapat menjadi masalah.
5) Status wanita
Status wanita dalam masyarakat mempengaruhi
kemampuan mereka memperoleh dan menggunakan
berbagai metode kontrasepsi. Di daerah daerah yang
status wanitanya meningkat, sebagian wanita memiliki
pemasukan yang lebih besar untuk membayar metode-
metode yang lebih mahal serta memiliki lebih banyak
130
suara dalam mengambil keputusan. Juga di daerah yang
wanitanya lebih dihargai, mungkin hanya dapat sedikit
pembatasan dalam memperoleh berbagai metode,
misalnya peraturan yang mengharuskan persetujuan
suami sebelum layanan KB dapat diperoleh.
e. Sasaran Program KB
Sasaran Program KB dibagi menjadi 2 yaitu sasaran
langsunf dan sasaran tidak langsung, tergantung dari tujuan
yang ingin di capai. Sasaran langsungnya adalah pasangan usia
subur (PUS) yang bertujuan untuk menurunkan tingkat
kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi secara
berkelanjutan. Sedangkan sasaran tidak langsungnya adalah
pelaksana dan pengelola KB, dengan tujuan menurunkan
tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan
kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang
berkualitas, keluarga sejahtera.
Sasaran dan Strategi pendekatan dan cara operasional
program pelayanan KB yang tertuang dalam Buku II RPJMN
2015-2019

Isu Strategis dan Sasaran Pembangunan KB


(Buku II RPJMN 2015-2019)

NO ISU STRATEGIS SASARAN

1 Peningkatan Meningkatnya pengetahuan dan pemahaman


efektivitas advokasi yang komprehensif tentang kependudukan,
dan KIE tentang keluarga berencana, dan kesehatan reproduksi,
program KKB serta pembangunan keluarga dari PUS, WUS,
remaja dan calon pengantin yang diikuti
dengan perilaku untuk menjadi akseptor KB

131
2 Peningkatan akses 1. Menurunnya laju pertumbuhan penduduk/LPP
dan kualitas 2. Menurunnya TFR dan unmet-need, serta
pelayanan KB yang meningkatnya angka pemakaian
merata kontrasepsi/CPR
3. Menurunnya kesenjangan TFR, CPR, unmet
need antarwilayah dan antar tingkat sosial
ekonomi

3 Peningkatan 1. Meningkatnya pemahaman


pemahaman remaja yang komprehensif pada remaja mengenai
mengenai kesehatan kesehatan reproduksi dan penyiapan
reproduksi dan kehidupan berkeluarga
penyiapan kehidupan 2. Menurunnya kelahiran pada perempuan usia
berkeluarga remaja (15-19 tahun)
3. Meningkatnya median usia kawin pertama
4 Pembangunan Meningkatnya pemahaman dan kesadaran orang tua,
keluarga remaja dan/atau anggota keluarga tentang fungsi
keluarga dalam pembangunan keluarga.
6 Penguatan data dan Tersedianya landasan hukum yang kuat dan serasi
informasi antara kebijakan kependudukan dan KB dan sektor
pembangunan bidang lainnya dan meningkatnya komitmen pemangku
KKB kebijakan terkait dalam perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi
pembangunan kependudukan
7 Penguatan Meningkatnya ketersediaan dan kualitas data dan
kelembagaan informasi kependudukan dan KB yang akurat, tepat
pembangunan bidang waktu, terintegrasi, mudah diakses, dan dapat
KKB dimanfaatkan untuk perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan

Menguatnya kelembagaan pembangunan bidang


kependudukan dan keluarga berencana (KKB) 9

132
f. Dampak Program KB terhadap pencegahan kelahiran
TFR turun dari 5,7 di tahun 1960 menjadi 2,4 di tahun 2015
1) Untuk ibu, dengan jalan mengatur jumlah dan jarak
kelahiran maka manfaatnya : Perbaikan kesehatan badan
karena tercegahnya kehamilan yang berulang kali dan terlalu
pendek. Peningkatan kesehatan mental dan sosial yang
dimungkinkan oleh adanya waktu yang cukup untuk
mengasuh anak, beristirahat, dan menikmati waktu luang
serta melakukan kegiatan lainnya.
2) Untuk anak-anak yang dilahirkan, manfaatnya:
Anak dapat tumbuh secara wajar karena ibu yang
mengandungnya dalam keadaaan sehat.Sesudah lahir, anak
mendapat perhatian, pemeliharaan dan makanan yang cukup
karena kehadiran anak tersebut memang diinginkan dan
direncanakan.
3) Untuk anak-anak yang lain, manfaatnya: Memberi
kesempatan kepada anak agar perkembangan fisiknya lebih
baik, karena setiap anak memperoleh makanan yang cukup
dari sumber yang tersedia dalam keluarga, Perkembangan
mental dan sosialnya lebih sempurna karena pemeliharaan
lebih baik dan lebih banyak waktu yang dapat diberikan oleh
ibu untuk setiap anak, Perencanaan kesempatan pendidikan
yang lebih baik karena sumber-sumber pendapatan keluarga
tidak habis untuk mempertahankan hidup semata-mata.

4) Untuk ayah, memberikan kesmpatan kepadanya agar dapat:


Memperbaiki kesehatan fisiknya.Memperbaiki kesehatan
mental dan sosial karena kecemasan berkurang serta lebih
banyak waktu terluang untuk keluarganya.

133
5) Untuk seluruh keluarga, manfaatnya: Kesehatan mental,
fisik, sosial setiap anggota keluarga tergantung dari
kesehatan seluruh keluarga. Setiap anggota keluarga
mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk
memperoleh pendidikan (Handayani, 2010).
2. Jenis-Jenis Alat Kontrasepsi
a. Metode Sederhana Dengan Alat
1) Kondom (mekanis/barrier)
a) Definisi Kondom
Kondom merupakan alat kontrasepsi sederhana
berupa selubung atau sarung karet yang dapat terbuat
dari berbagai bahan seperti diantaranya lateks (karet),
plastik (vinil), ataupun bahan bahan hewani yang
dipasang pada penis saat berhubungan seksual. Kondom
terbuat dari karet sintetis yang tipis, berbentuk silinder,
dengan muaranya berpinggir tebal, yang apabila
digulung berbentuk rata atau mempunyai bentuk seperti
puting susu.
b) Cara kerja kondom, yaitu
(1) Kondom menghalangi terjadinya pertemuan
antara sel sperma dan sel telur dengan cara
mengemas sperma di ujung selubung karet yang
dipasang pada penis sehingga sperma tersebut
tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi
perempuan.
(2) Mencegah penularan mikroorganisme (IMS
termasuk HBV dan HIV/AIDS) dari satu
pasangan kepada pasangan lainnya (khusus
kondom yang terbuat dari lateks dan vinil).
Alat kontrasepsi berupa kondom memiliki
keefektivitasan yang cukup tinggi apabila
134
dipakai secara benar pada setiap kali
berhubungan seksual. Pada beberapa pasangan,
pemakaian kondom dikatakan tidak efektif
karena tidak digunakan secara konsisten. Secara
ilmiah, didapatkan hanya sedikit angka
kegagalan kondom yaitu 2 – 12 kehamilan per
perempuan pertahunnya.
c) Cara penggunaan Kondom
Berikut adalah beberapa cara penggunaan kondom ,
yaitu sebagai berikut:
(1) Gunakan kondom setiap akan melakukan
hubungan seksual.
(2) Agar efek kontrasepsinya lebih baik, tambahkan
spermisida ke dalam kondom.
(3) Jangan menggunakan gigi, benda tajam seperti
pisau, silet, gunting atau benda tajam lainnya
pada saat akan membuka kemasan kondom.
(4) Pasangkan kondom saat penis sedang ereksi,
tempelkan ujungnya pada glans penis dan
tempatkan bagian penampung sperma pada
ujung uretra. Lepaskan gulungan karetnya
dengan jalan menggeser gulungan tersebut kea
rah pangkan penis. Pemasangan ini harus
dilakukan sebelum penetrasi penis ke vagina.
(5) Bila kondom tidak mempunyai tempat
penampungan sperma pada bagian ujungnya,
maka saat memakai kondom haruslah
dilonggrakan sedikit bagian ujung kondom agar
tidak terjadi robekan pada saat ejakulasi.
(6) Sebaiknya waktu yang tepat melepas kondom
adalah sebelum penis melembek.
135
(7) Pegang bagian pangkal kondom sebelum
mencabut penis sehingga kondom tidak terlepas
saat penis dicabut dan lepaskan kondom di luar
vagina agar tidak terjadi tumpahan cairan
sperma di sekitar vagina.
(8) Gunakan kondom hanya untuk sekali
penggunaan.
(9) Buang kondom bekas pakai pada tempat yang
benar dan aman,
(10) Sediakan kondom dalam jumlah yang cukup di
rumah dan jangan disimpan pada tempat yang
panas karena hal ini dapat menyebabkan
kondom menjadi rusak atau robek saat
digunakan.
(11) Jangan menggunakan kondom apabila
kemasannya robek atau kemasan tampak rapuh
ataupun kusut.
d) Efektifitas
Kegagalan kondom hanya bisa terjadi bila kondom
bocor atau robek, pemakaian kurang teliti mematuhi
petunjuk cara pemakaiannya. Angka kegagalan
adalah berkisar antara 15 - 36 %
e) Efek samping penggunaan kondom
Kondom dapat tertinggal dalam vagina selama
beberapa waktu, menyebabkan wanita mengeluh
keputihan yang banyak dan amat berbau, terjadi
infeksi ringan. Pada sejumlah kecil akseptor
mengeluh alergi terhadap karet
2) Metode Sederhana Spermisida (kimiawi)
a) Definisi Spermisida

136
Spermisida adalah metode kontrasepsi sederhana
yang terbuat dari zat-zat kimia yang kerjanya
melumpuhkan spermatozoa di dalam vagina sebelum
spermatozoa bergerak ke dalam traktus genitalia
interna, spermisida sebagai dasar mekanis yaitu
sebagai menghalangi spermatozoa dan sebagai dasar
kimiawi sebagai imobilisasi atau mematikan
spermatozoa, dan menurunkan kemampuan
pembuahan sel telur.
b) Jenis-jenis Spermisida :
(1) Aerosol (busa): penggunaan aerosol akan efektif
setelah dimasukkan (insersi). Aerosol dianjurkan
bila spermisida digunakan sebagai pilihan
pertama atau metode kontrasepsi lain tidak
sesuai dengan kondisi klien.
(2) Tablet vagina, suppositoria atau dissolvable
film: sangat mudah dibawa dan disimpan.
Penggunaannya dianjurkan menunggu 10-15
menit setelah dimasukkan (insersi) sebelum
hubungan seksual.
(3) Krim: spermisida krim biasanya digunakan
bersamaan dengan diafragma.
c) Adapun cara penggunaan penggunaan Spermisida :
(1) Sebagai alat kontrasepsi, spermisida harus
diaplikasikan dengan benar sebelum melakukan
hubungan seksual.
(2) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
sebelum mengisi aplikator (busa atau krim) dan
insersi spermisida.
(3) Jarak tunggu 10-15 menit pasca insersi
spermisida sebelum melakukan hubungan
137
seksual pada penggunaan tablet vagina. Kecuali
bentuk spermisida aerosol (busa) dan krim tidak
memerlukan waktu tunggu karena langsung larut
dan bekerja aktif.
(4) Perhatikan petunjuk pemakaian spermisida, baik
cara pemakaian maupun penyimpanan dari
setiap produk (misal: kocok terlebih dahulu
sebelum diisi ke dalam aplikator).
(5) Ulangi pemberian spermisida, bila dalam 1-2
jam pasca insersi belum terjadi senggama atau
perlu spermisida, tambahan bila senggama
dilanjutkan berulang kali.
(6) Menempatkan spermisida jauh ke dalam vagina
agar kanalis servikalis tertutup secara
keseluruhan
b. Kontrasepsi Tanpa Alat
1) KB alamiah
Kontrasepsi Alamiah adalah suatu upaya mencegah
/mengahalangi pembuahan atau pertemuan antara sel
telur dengan sperma dengan menggunakan metode-
metode yang tidak membutuhkan alat ataupun bahan
kimia (yang menjadi ciri khas metode perintang ) juga
tidak memerlukan obat-obatan. Keluarga Berencana
Alami (KBA) adalah suatu pilihan yang menarik bagi
beberapa orang, yang memfasilitasi wanita melakukan
interpretasi atas kesuburan dan kemudian
mengendalikannya. Apabila aturan-aturannya ditaati,
maka KBA adalah metode efektif yang membutuhkan
komitmen, pantang berhubungan selama masa subur,
dan hubungan yang saling memahami. Motivasi dan

138
komitmen terhadap metode ini merupakan hal penting
agar metode dapat berhasil. (Glasier & Gebbie, 2012).
2) Metode kalender
Prinsip kerja metode kalender ini berpedoman
kepada kenyataan bahwa wanita dalam siklus haidnya
mengalami ovulasi (subur) hanya satu kali sebulan, dan
biasanya terjadi beberapa hari sebelum atau sesudah
hari ke-14 dari haid yang akan datang. Sel telur dapat
hidup selama 6-24 jam, sedangkan sel mani selama 48-
72 jam, jadi suatu konsepsi mungkin akan terjadi kalau
koitus dilakukan 2 hari sebelum ovulasi.
a) Keuntungan dari kontrasepsi metode kalender :
(1) Ditinjau dari segi ekonomi : KB kalender
dilakukan secara alami dan tanpa biaya sehingga
tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membeli
alat kontrasepsi.
(2) Dari segi kesehatan : sistem kalender ini jelas
jauh lebih sehat karena bisa dihindari adanya
efek sampingan yang merugikan seperti halnya
memakai alat kontrasepsi lainnya (terutama yang
berupa obat).
(3) Dari segi psikologis : yaitu sistem kalender ini
tidak mengurangi kenikmatan hubungan itu
sendiri seperti bila memakai kondom misalnya.
Meski tentu saja dilain pihak dituntut kontrol
diri dari pasangan untuk ketat berpantang selama
masa subur.
b) Kerugian dari kontrasepsi metode kalender :
(1) Kemungkinan kegagalan yang jauh lebih
tinggi. Ini terutama bila tidak dilakukan
pengamatan yang mendalam untuk
139
mengetahui dengan pasti masa subur, karena
tidak ada yang bisa menjamin ketepatan
perhitungan sebab masa suburpun terjadi
secara alami, selain itu kedua pasangan tidak
bisa menikmati hubungan suami istri secara
bebas karena ada aturan yang ditetapkan
dalam sistem ini. Masa berpantang yang
cukup lama dapat membuat pasangan tidak
bisa menanti dan melakukan hubungan pada
waktu berpantang.
(2) Kerugian lain dari KB kalender adalah
bahwa waktu yang tepat dari ovulasi sulit
untuk ditentukan, ovulasi umumnya terjadi 14
±2 hari sebelum hari pertama haid yang akan
datang. Dengan demikian pada wanita dengan
haid yang tidak teratur, saat terjadi ovulasi,
sulit atau sama sekali tidak dapat
diperhitungkan. Selain itu, ada kemungkinan
bahwa pada wanita dengan haid teratur oleh
salah satu sebab (misalnya karena sakit)
ovulasi tidak datang pada saat semestinya.
Bagi wanita dengan siklus haid teratur,
efektifitasnya lebih tinggi dibandingkan wanita yang
siklus haidnya tidak teratur. Angka kegagalan berkisar
antara 6 - 42. Metode kalender akan lebih efektif bila
dilakukan dengan baik dan benar. Sebelum
menggunakan metode kalender ini, pasangan suami istri
harus mengetahui masa subur. Padahal, masa subur
setiap wanita tidaklah sama. Oleh karena itu, diperlukan
pengamatan minimal enam kali siklus menstruasi.
Selain itu, metode ini juga akan lebih efektif bila
140
digunakan bersama dengan metode kontrasepsi lain.
Berdasarkan penelitian dr. Johnson dan kawan-kawan di
Sidney, metode kalender akan efektif tiga kali lipat bila
dikombinasikan dengan metode simptothermal. Angka
kegagalan penggunaan metode kalender adalah 14 per
100 wanita per tahun.
Menghitung masa subur dengan siklus haid dan
melakukan pantang berkala atau lebih dikenal dengan
sistem kalender merupakan salah satu cara atau metode
kontrasepsi alami (Kb alami) dan sederhana yang dapat
dikerjakan sendiri oleh pasangan suami istri dengan cara
tidak melakukan sanggama pada masa subur. Sebelum
menggunakan metode ini, tentunya pasangan suami istri
harus mengetahui masa subur. Siklus masa subur pada
tiap wanita tidak sama. Untuk itu perlu pengamatan
minimal 6 kali siklus menstruasi.
c) Cara mengetahui dan menghitung masa subur:
(1) Bila siklus haid teratur (28 hari) :
(a) Hari pertama dalam siklus haid dihitung
sebagai hari ke-1.
(b) Masa subur adalah hari ke-12 hingga hari ke-
16 dalam siklus haid
(2) Bila siklus haid tidak teratur :
(a) Catat jumlah hari dalam satu siklus haid
selama 6 bulan (6 siklus). Satu siklus haid
dihitung mulai dari hari pertama haid saat ini
hingga hari pertama haid berikutnya, catat
panjang pendeknya.
(b) Masukan dalam rumus; jumlah hari terpendek
dalam 6 kali siklus haid dikurangi 18.

141
Hitungan ini menentukan hari pertama masa
subur.
(c) Jumlah hari terpanjang selama 6 siklus haid
dikurangi 11. Hitungan ini menentukan hari
terakhir masa subur.
3) Metode suhu basal
Suhu tubuh basal adalah suhu terendah yang dicapai
oleh tubuh selama istirahat atau dalam keadaan istirahat
(tidur). Pengukuran suhu basal dilakukan pada pagi hari
segera setelah bangun tidur dan sebelum
melakukan aktivitas lainnya. Tujuan pencatatan suhu
basal untuk mengetahui kapan terjadinya masa
subur/ovulasi. Suhu basal tubuh diukur dengan alat yang
berupa termometer basal. Saat ovulasi, peningkatan
progesteron menyebabkan peningkatan suhu basal tubuh
(SBT) sekitar 0,20 C- 0,40 C, yang menetap sampai
awitan menstruasi. Peningkatan suhu adalah indikasi
bahwa telah terjadi ovulasi. Selama 3 hari berikutnya-
memperhitungkan waktu ekstra dalam masa hidup sel
telur diperlukan pantanagn hubungan intim. Suhu dapat
diukur per oral (selama 5 menit), per vaginam,atau per
rectum (selama 3 menit) tetapi cara yang dipilih harus
sama selama siklus.
Suhu harus diukur pada waktu yang sama setiap
hari, sebelum bangun dan sebelum minum atau
makan.Suhu dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor
termasuk tidur larut malam, minum alcohol pada malam
sebelumnya,penyakit virus bakteri,dan stress. Metode
suhu basal tubuh akan efektif bila dilakukan dengan
benar dan konsisten. Tingkat keefektian metode suhu

142
tubuh basal sekitar 80 persen atau 20-30 kehamilan per
100 wanita per tahun.
4) Metode lender serviks
Metode mukosa serviks atau ovulasi billings ini
dikembangkan oleh Drs. John, Evelyn Billings dan Fr
Maurice Catarinich di Melbourne, Australia dan
kemudian menyebar ke seluruh dunia. Metode lendir
serviks atau metode ovulasi merupakan metode keluarga
berencana alamiah (KBA) dengan cara mengenali masa
subur dari siklus menstruasi dengan mengamati lendir
serviks dan perubahan rasa pada vulva menjelang hari-
hari ovulasi.
Lendir serviks yang diatur oleh hormon estrogen
dengan progesteron ikut berperan dalam reproduksi.
Lendir/mukosa seviks adalah lendir yang dihasilkan
oleh aktivitas biosintesis sel sekretori serviks dan
mengandung tiga komponen penting, yaitu: molekul
lendir, air, senyawa kimia dan biokimia (natrium
klorida, rantai protein, enzim, dan lain-lain). Pada setiap
siklus haid diproduksi dua macam lendir serviks oleh sel
– sel serviks, yaitu:
a) Lendir type E (Estrogenik)
Diproduksi pada fase akhir pra-ovulasi dan fase
ovulasi, memiliki sifat banyak, tipis, jernih, dan
viskositas (kekentalan) rendah, Spinnborkeit
(elastisitas) besar, Spinnborkeit adalah sampai
seberapa jauh lendir dapat diregangkan sebelum
putus, Spermatozoa dapat menembus lendir ini.
b) Lendir type G (Gestagenik)
Diproduksi pada awal pra-ovulasi dan setelah
ovulasi, memliki sifat kental, viskositas tinggi dan
143
keruh, diproduksi akibat peninggian kadar
progesteron, Spermatozoa tidak dapat menembus
lendir ini
Perubahan lendir serviks selama siklus menstruasi
merupakan pengaruh estrogen pola yang tidak subur
dapat dideteksi baik pada fase pra ovulasi maupun pasca
ovulasi siklus menstruasi. Saat kedua ovarium berada
dalam keadaan diam akan terlihat jumlah estrogen dan
progesteron menurun, hasilnya adalah ketiadaan sensasi
atau lendir pada vulva.
Perubahan lendir serviks selama siklus menstruasi
adalah sebagai berikut :
a) Pada bagan terdapat beberapa hari setelah menstruasi
dimana wanita memiliki pola kering pada vulva yang
tidak berubah. Beberapa wanita dapat
memperlihatkan adanya rabas tetapi biasanya
karakteristik rabas sama dari hari ke hari keadaan ini
dikenal sebagai infertil dasar jumlah hari beragam,
lebih lama pada siklus yang memanjang dan lebih
cepat pada siklus pendek. Pada fase ini dianggap
masa tidak subur.
b) Selanjutnya fase pra ovulasi wanita harus
memperhatikan adanya perubahan dari pola infertil
dasar pada sensasi yang terjadi di vulva atau dari
penampilan lendir perubahan ini menunjukkan
dimulainya masa subur dalam suatu siklus.
Perubahan sensasi dari keadaan basah menjadi licin
dapat terlihat pada vulva jumlah lendir akan
meningkat sehingga menjadi jernih dan mudah
diregangkan, dengan konsistensi seperti putih telur.
Hari terakhir sensasi lendir di vulva disebut hari
144
puncak, ini merupakan hari yang pasti terjadi
walaupun tidak terlihat lendir, keadaan ini
merupakan fase subur yang maksimal. Terjadi
perubahan sensasi dari kering menjadi lengket. Tiga
hari setelah puncak masih merupakan hari-hari subur
karena ovulasi terjadi selama 48 jam pada hari
puncak dan ovum dapat bertahan hidup sampai 24
jam.
c) Hari-hari tidak subur pasca ovulasi dimulai pada hari
keempat setelah masa puncak dan berlanjut sampai
menstruasi. Menstruasi dapat terjadi 11-16 hari
setelah puncak.
5) Metode simtotermal
Metode simptotermal adalah gabungan dari metode
KB alamiah untuk menentukan masa subur atau ovulasi,
antara lain metode basal suhu tubuh dan metode lendir
serviks. Manfaat Dari Metode Simptotermal sebagai alat
kontrasepsi atau menghindari kehamilan dengan tidak
melakukan hubungan seksual ketika berpotensi subur
(pantang masa subur), dan Sebagai konsepsi atau
menginginkan kehamilan dengan melakukan hubungan
seksual ketika berpotensi subur.
Kelebihan dari metode simtoermal adalah Aman,
Murah, Dapat diterima oleh banyak golongan agama,
Sangat berguna untuk merencanakan maupun
menghindari terjadinya kehamilan, Mengajarkan wanita
prihal siklus haid, Tanggung jawab suami istri sehingga
menambah komunikasi dan kerja sama.
Kelemahan dari metode simptotermal adalah
kurang begitu efektif dibandingkan dengan metode-
metode kontrasepsi yang lain, Perlu instruksi dan
145
konseling sebelum memakai metode ini, Memerlukan
catatan siklus haid yang cukup, Dapat menghambat
spontanitas seksual, stres psikologis, dan kesulitan-
kesulitan dalam perkawinan, Bila siklus haid tidak
teratur dapat mempersulit metode kontrasepsi ini.
Pengguna atau klien metode symptotermal harus
mendapatkan instruksi atau petunjuk tentang metode
lendir serviks dan suhu basal, yaitu :
a) Setelah darah haid berhenti, hubungan seksual
dapat dilakukan pada malam hari pada hari
kering dengan berselang sehari selama masa tak
subur. Ini adalah aturan selang hari kering
(aturan awal), atau sama dengan metode lendir
serviks.
b) Masa subur mulai ketika ada perasaan
basah/munculnya lendir ini adalah aturan awal.
Aturan yang sama dengan metode lendir serviks
yaitu berpantang melakukan hubungan seksual
sampai masa subur berakhir.
c) Pantang melakukan hubungan seksual sampai
hari puncak dan aturan perubahan suhu telah
terjadi.
d) Apabila aturan ini tidak mengidentifikasi hari
yang sama sebagai hari akhir masa subur, selalu
ikuti aturan yang paling konservatif yaitu aturan
yang mengidentifikasi masa subur yang aling
panjang.
6) Coitus intetuptus
a) Definisi Coitus Intetuptus
Metode kontrasepsi senggama terputus
merupakan metode kontrasepsi paling tua yang
146
pernah ada. Metode ini sudah ada sejak dulu
sebelum metode kontrasepsi lain ditemukan.
Pada metode ini, pria mengeluarkan/ menarik
penisnya dari vagina sebelum terjadinya
ejakulasi (pelepasan sperma ketika mengalami
orgasme). Metode ini kurang dapat diandalkan
karena sperma bisa keluar sebelum orgasme.
Metode ini juga memerlukan pengendalian diri
yang tinggi serta penentuan waktu yang tepat
pada pria.
Senggama terputus ialah penarikan penis
dari vagina sebelum terjadinya ejakulasi. Hal ini
berdasarkan kenyataan, bahwa akan terjadi
ejakulasi disadari sebelumnya oleh sebagian
besar laki-laki , dan setelah itu masih ada waktu
kira-kita “detik” sebelum ejakulasi terjadi.
Waktu yang singkat ini dapat digunakan untuk
menarik penis keluar dari vagina. Adapun cara
kerjanya yaitu, Alat kelamin (penis) dikeluarkan
sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak masuk
ke dalam vagina, maka tidak ada pertemuan
antara sperma dan ovum, dan kehamilan dapat
dicegah. Ejakulasi di luar vagina untuk
mengurangi kemungkinan air mani mencapai
rahim. (Saifuddin, Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kontrasepsi. Bagian Kedua MK 15-
MK 16).
b) Cara Coitus Interuptus :
1) Sebelum melakukan hubungan seksual,
pasangan harus saling membangun kerjasama
dan pengertian terlebih dahulu. Keduanya
147
harus mendiskusikan dan sepakat untuk
menggunakan metode senggama terputus.
2) Sebelum melakukan hubungan seksual, suami
harus mengosongkan kandung kemih dan
membersihkan ujung penis untuk
menghilangkan sperma dari ejakulasi
sebelumnya.
3) Apabila merasa akan ejakulasi, suami segera
mengeluarkan penisnya dari vagina
pasangannya dan mengeluarkan sperma di
luar vagina.
4) Pastikan tidak ada tumpahan sperma selama
senggama.
5) Pastikan suami tidak terlambat
melaksanakannya.
6) Senggama dianjurkan tidak dilakukan pada
masa subur.
c. Metode kontrasepsi hormonal
1) Oral kontrasepsi ( pil kombinasi)
a) Definisi
Pil kombinasi adalah pil yang mengandung
hormone estrogen dan progesterone yang sangat efektif
bila diminum setiap hari. Pil harus diminum setiap hari
pada jam yang sama. Pada bulan-bulan pertama, efek
samping berupa mual dan perdarahan bercak yang tidak
berbahaya dan segera akan hilang.
b) Jenis-jenis Pil Kombinasi :
(1) Monofasik : pil yang terdiri dari 21 tablet
mengandung hormone aktif estrogen atau
progestine dalam dosis yang sama dengan 7
tablet tanpa hormone aktif tapi berisi zat besi.
148
(2) Bifasik : pil yang terdiri dari 21 tablet
mengandung hormone aktif estrogen atau
progestin dalam 2 dosis yang berbeda dengan 7
tablet tanpa hormone aktif tapi berisi zat besi.
(3) Trifasik : pil yang terdiri dari 21 tablet
mengandung hormone aktif estrogen atau
progestin dalam 3 dosis yang berbeda dengan 7
tablet tanpa hormone aktif tapi berisi zat besi.
c) Cara Kerja Estrogen sebagai kontrasepsi
(1) Bekerja dengan jalan menghambat ovulasi
melalui fungsi hipotalamus-hipofisis-ovarium.
(2) Menghambat perjalanan ovum atau implantasi.
d) Cara kerja progesterone sebagai kontrasepsi
(1) Bekerja dengan cara membuat lender serviks
menjadi kental sehingga transportasi sperma
menjadi sulit.
(2) Menghambat kapasitas sperma.
(3) Menghambat perjalanan ovum dalam tuba.
(4) Menghambat ovulasi melalui fungsi hipotalamus-
hipofisis- ovarium.
e) Indikasi pil kombinasi:
(1) Usia reproduksi.
(2) Tidak memiliki anak atau belum.
(3) Gemuk dan kurus.
(4) metode dengan efektivitas tinggi.
(5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
(6) Pasca keguguran.
(7) Nyeri haid hebat.
(8) Siklus haid teratur.
(9) Menderita TBC.
(10) Anemia akibat haid yang berlebihan.
149
f) Kontraindikasi pil kombinasi :
(1) Hamil atau dicurigai hamil.
(2) Menyusui eksklusif.
(3) Perokok dengan usia 35 tahun.
(4) Penyakit hati akut.
(5) Kanker payudara atau dicurigai.
(6) Tidak dapat teratur menggunakan setiap hari.
(7) Riwayat DM.
(8) Riwayat hipertensi.
g) Waktu Penggunaan Pil Kombinasi
(1) Setiap saat selagi haid untuk meyakinkan kalau
wanita tersebut tidak hamil.
(2) Hari pertama haid.
(3) Setelah melahirkan.
(4) Setelah 6 bulan pemberian ASI ekslusif.
(5) Setelah 3 bulan dan tidak menyusui.
(6) Pasca keguguran.
(7) Bila berhenti menggunakan kontrasepsi suntik
dan ingin menghentikan dengan pil kombinasi,
pil dapat segera diberikan tanpa menunggu haid.
h) Cara Penggunaan Pil Kombinasi
(1) Sebaiknya oil digunakan setiap hari pada saat
yang sama.
(2) Pil yang pertama dimulai pada hari pertama
haid.
(3) Beberapa paket pil mempunyai 28 pil dan yang
lain 21 pil. Bila paket 28 pil habis sebaiknya
pasien mulai minum pil dari paket yang baru.
Bila paket yang 21 habis sebaiknya tunggu 1
minggu kemudian baru mulai minum dari paket
yang baru.
150
(4) Bila muntah dalam 2 jam setelah menggunakan
pil, minumlah pil yang lain atau metode
kontrasepsi yang lain bila pasien berniat
melakukan hubungan seksual pada 48 jam
berikutnya.
(5) Bila terjadi muntah hebat atau diare lebih dari 24
jam, maka bila keadaan memungkinakn dan
tidak memperburuk keadaan makan pil dapat
diteruskan.
(6) Bila muntah dan diare berlangsung dalam 2 hari
atau lebih maka cara penggunaan pil mengikuti
pil lupa. Bila lupa minum 1 pil sebaiknya minum
pil tersebut setelah ingat walaupun harus minum
2 pil pada hari yang sama. Bila lupa 2 pil
sebaiknya minum 2 pil setiap hari sesuai jadwal
yang ditetapkan. Juga gunakan metode
kontrasepsi yang lain atau tidak melakukan
hubungan seksual sampai telah menghabiskan
pil tersebut.
i) Efek samping
(1) Dapat mningkatkan infeksi jamur disekitar
kemaluan
(2) Pedarahan/Spoting (bercak) antara masa haid
(terutama pada pengguna pil yang hanya
mengandng progesterone)
Bila tidak haid segera ke klinik untuk tes kehamilan.
Pada permulaan penggunakaan pil kadang-kadang
timbul mual, sakit kepala, nyeri payudara, serta spotting
yang bisa hilang sendiri. Kelainan seperti ini muncul
terutama pada 3 bulan pertama penggunaan pil dan
makin lama kelainan tersebut akan hilang dengan
151
sendirinya. Cobalah minum pil setaip sebelum tidur atau
pada saat makan malam. Bila keluhan tetap muncul
konsultasi kembali pada dokter atau bidan. Beberapa
jenis obat dapat mengurangi efektivitas pil seperti
antibiotic, obat untuk TBC, dan beberapa obat epilepsi.
Pasien yang menggunakan obat-obatan di atas untuk
jangka panjang sebaiknya menggunakan untuk
dosisentinil estradiol 50 mg atau dianjurkan metode
lain.
2) Oral kontrasepsi (Minipil)
a) Definisi Minipil
Minipil adalah pil kontrasepsi hormonal yang
mengandung hormone progesterone dalam dosis
rendah, Disebut juga pil progestin atau pil menyusui.
Dosis progestin yg digunakan 0.3- 0.5 mg per tablet
b) Cara Kerja Mini Pil:
(1) Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis
steroid seks di ovarium ( tidak begitu kuat )
(2) Endometrium mengalami transformasi lebih
awal sehingga implantasi lebih sulit
(3) Mengentalkan lendir serviks sehingga
menghambat penetrasi sperma
(4) Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi
sperma terganggu
Sangat evektif (98,5%). Pada penggunaan mini pil
jangan sampai terlupa 1-2 tablet atau jangan sampai
terjadi gangguan gastrointestinal (muntah, diare) karena
akibatnya kemungkinan terjadi kehamilan sangat besar
c) Indikasi Menggunakan Mini Pil
(1) Usia reproduksi

152
(2) Telah memiliki anak, atau yang belum memiliki
anak.
(3) Menginginkan suatu metode kontrasepsi yang
sangat efektif selama periode menyusui.
(4) Pasaca persalinan dan tidak menyusui.
(5) Pasca keguguran.
(6) Perokok segala usia.
(7) Mempunyai tekanan darah tinggi ( selama
<180/110 mmHg) atau dengan masalah
pembekuan darah.
(8) Tidak boleh menggunakan estrogen atau lebih
senang tidak menggunakan estrogen.
d) Kontrandikasi Menggunakan Mini Pil :
(1) Hamil atau diduga hamil
(2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas
penyebabnya.
(3) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid.
(4) Menggunakan obat tuberculosis ( rifampisin), atau
obat untuk epilepsi ( fenitoin dan barbiturat)
(5) Kanker payudara atau riwayat kanker payudara
(6) Sering lupa menggunakan pil
(7) Miom uterus, progestin memicu pertumbuhan
miom uterus
(8) Riwayat stroke. Progestin menyebabkan spasme
pembuluh darah.
e) Waktu Mulai Menggunakan Mini Pil
(1) Mulai dari pertama sampai hari kelima siklus haid
tidak diperlukan pencegahan dengan alat
kontrasepsi lain.
(2) Dapat di gunakan setiap saat, asal saja tidak
terjadi kehamilan. Bila menggunakannya setelah
153
hari kelima siklus haid, jangan melakukan
hubungan seksual selama dua hari atau
menggunakan metode kontrasepsi lain untuk dua
hari saja.
(3) Bila klien tidak haid (amenorrhea) mini pil dapat
digunakan setiap saat, asal saja di yakini tidak
hamil. Jangan melakukan hubungan seksual
selama dua hari atau menggunakan metode
kontrasepsi lain untuk dua hari saja.
(4) Bila menyusui antara 6 minggu dan 6 bulan pasca
persalinan dan tidak haid mini pil dapat dimulai
setiap saat. Bila menyusui penuh, tidak
memerlukan metode kontrasepsi tambahan.
(5) Bila lebih dari 6 minggu pasca persalinan dan
klien telah mendapat haid, mini pl dapat dimulai
pada hari 1-5 siklus haid.
(6) Mini pil dapat diberikan segera pasca keguguran.
(7) Bila klien sebelumnya menggunakan kontrasepsi
hormonal lain dan ingin menggantinya dengan
mini pil, mini pil dapat segera diberikan, bila saja
kontrasepsi sebelumnya digunakan dengan benar
atau ibu tersebut sedang tidak hamil tidak perlu
menunggu sampai datangnya haid berikutnya.
(8) Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi
suntikan, mini pil diberikan pada jadwal suntikan
berikutnya. Tidak diperlukan penggunaan metode
kontrasepsi lain.
(9) Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi
non hormonal dan ibu ingin mengganti dengan
mini pil, mini pil diberikan pada hari 1-5 siklus

154
haid dan tidak memerlukan metode kontrasepsi
lain.
(10) Bila kontrasepsi sebelumnya yang
digunakan adalah AKDR ( termasuk AKDR yang
mengandung hormon), Mini Pil dapat dberikan
pada hari 1-5 siklus haid. Dilakukan pengangkatan
AKDR.
3) Suntikan/injeksi ( 1 Bulan)
a) Definisi
Kontrasepsi suntik bulanan merupakan metode
suntikan yang pemberiannya tiap bulan sebagai usaha
pencegahan kehamilan berupa hormon progesteron dan
esterogen pada wanita usia subur. Penggunaan
kontrasepsi suntik memperngaruhi hipotalamus dan
hipofisis yaitu menurunkan kadar FSH dan LH sehingga
perkembangan dan kematangan folikel de Graaf tidak
terjadi. KB Suntik 1 bulan sangat efektif (0,1-0,4
kehamilan per 100 perempuan) selama tahun pertama
penggunaan.
Suntikan 1 bulan di suntik secara intramuskuler.
Suntikan ulang dapat diberikan 2 hari lebih awal,
dengan kemungkinan terjadi gangguan perdarahan.
Dapat juga diberikan setelah 7 hari dari jadwal yang
telah ditentukan, asalkan ibu diyakini tidak hamil. Tidak
dibenarkan melakukan hubungan seksual selama 7 hari
atau menggunakan metode kontrasepsi yang lain untuk
7 hari saja.
b) Cara Kerja KB Suntik 1 Bulan
(1) Menekan ovulasi
(2) Lendir servik menjadi kental dan sedikit,
sehingga sulit ditembus spermatozoa.
155
(3) Membuat endrometrium menjadi kurang baik
untuk implantasi.
(4) Menghambat transpot ovum dalam tuba fallopi
c) Pemakaian Suntik KB 1 Bulan
Suntikan pertama dapat diberikan dalam waktu 7
hari siklus haid. Tidak diperlukan kontrasepsi tambahan.
d) Indikasi memakai suntik KB 1 bulan
(1) Usia reproduksi
(2) Telah memiliki anak ataupun belum memiliki
anak
(3) Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan
efektifitas yang tinggi
(4) Menyusi ASI pascapersalinan >6 bulan
(5) Pascapersalinan dan tidak menyusui
(6) Anemia
(7) Nyeri haid hebat
(8) Haid teratur
(9) Riwayat kehamilan ektopik
(10) Sering juga menggunakan pil kontrasepsi
e) Kontraindikasi memakai suntik KB 1 bulan
(1) Hamil atau di duga hamil
(2) Menyusui dibawah 6 minggu pascapersalinan
(3) Perdarahan pervaginam yang belum jelas
penyebabnya
(4) Penyakit hati akut (virus hepatitis)
(5) Umur >35 tahun yang merokok
(6) Ibu mempunyai riwayat penyakit jantung, stroke,
atau dengan tekanan dara tinggi
(>180/110mmHg)
(7) Ibu mempunyai kelainan tromboemboli atau
dengan kencing manis >20 tahun
156
(8) Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan
sakit kepala ringan atau migran
f) Waktu Mulai Menggunakan Suntik 1 bulan
(1) Suntikan pertama dapat diberikan dalam waktu 7
hari siklus haid. Tidak diperlukan kontrasepsi
tambahan.
(2) Bila suntikan pertama diberikan setelah hari ke-7
siklus haid, ibu tidak boleh melakukan hubungan
seksual selama 7 hari atau menggunakan
kontrasepsi lain untuk 7 hari.
(3) Bila ibu tidak haid, suntikan pertama dapat
diberikan setiap saat, asal saja dapat dipastikan
ibu tersebut tidak hamil. Ibu tidak boleh
melakukan hubungan seksual selama 7 hari dari
suntikan pertama.
(4) Bila ibu pascapersalinan 6 bulan, menyusui, serta
belum haid, suntikan pertama dapat diberikan,
asal dipastikan tidak hamil.
(5) Bila Pascapersalinan > 6 bulan, menyusui, serta
telah mendapat haid, maka suntikan pertama
diberikan pada siklus haid hari1dan 7.
(6) Bila Pascapersalinan < 6 bulan dan menyusui, ibu
tidak boleh diberikan suntik kombinasi.
(7) Bila pascapersalianan 3 minggu dan tidak
menyusui, suntikan kombinasi dapat diberikan.
(8) Ibu yang sedang menggunakan metode
kontrasepsi hormonal yang lain dan ingin
menggantinya dengan kontrasepsi hormonal
kombinasi boleh diberikan tanpa menunggu haid,
asalkan kontrasepsi yang sebelumnya digunakan
secara benar dan tepat. Suntikan kombinasi
157
tersebut dapat diberikan sesuai jadwal kontrasepsi
sebelumnya. Bila ragu ibu harus diuji
kehamilannya terlebih dahulu.
(9) Ibu yang menggunakan metode kontrasepsi non-
hormonal dan ingin menggantinya dengan
suntikan kombinasi, maka suntikan pertama dapat
segera diberikan asal diyakini ibu tersebut tidak
hamil dan pemberiannya tanpa perlu menunggu
datangnya haid. Bila diberikan pada hari 1-7
siklus haid, metode kontrasepsi lain tidak perlu
digunakan.
g) Efek samping
(3) Dapat mningkatkan infeksi jamur disekitar
kemaluan
(4) Pedarahan/Spoting (bercak) antara masa haid
(terutama pada pengguna pil yang hanya
mengandng progesterone
4) Suntikan/injeksi ( 1 Bulan)
a) Defiisi
Suntik KB adalah kontrasepsi hormonal yang
disuntikkan pada bagian tertentu tubuh seperti bokong.
Setelah disuntikkan, kadar hormon akan meningkat dan
kemudian menurun secara bertahap hingga suntikan
selanjutnya.
b) Cara kerja
(1) Mencegah ovulasi
(2) Mengentalkan lender serviks sehingga
menurunkan kemamouan penetrasi sperma
(3) Menjadkan selaput lendir Rahim tipis
(4) Menghambat transportasi oleh tuba
c) Indikasi Kontrasepsi Hormonal Suntik 3 Bulan
158
(1) Ibu usia reproduksi (20-35 tahun)
(2) Ibu pasca persalinan dan Ibu pasca keguguran
(3) Ibu yang tidak dapat menggunakan kontrsepsi
yang menggunakan ekstrogen
(4) Nulipara dan yang telah memiliki anak
(5) Ibu yang sering lupa menggunakan kb pil
(6) Anemia defisiensi besi
(7) Ibu yang tidak memiliki riwayat darah tinggi
(8) Ibu yang sedang menyusui ( jika alat
kontrasepsi yang lain tidak cocok, boleh
menggunakan kb suntik 3 bulan )
(9) Telah banyak anak ,tetapi belum menghendaki
tubektomi
(10) Tekanan darah <180/110 mmHg dengan
masalah gangguan pembekuan darah atau
anemia bulan sabit
d) Kontra Indikasi Kontrasepsi Hormonal Suntik 3
Bulan
(1) Ibu hamil atau dicurigai hamil (resiko cacat pada
janin 7 per 100.000 kelahiran )
(2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas
penyebabnya
(3) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid
terutma amenorea
(4) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker
payudara
(5) Diabetes melitus disertai komplikasi
e) Waktu Yang Diperbolehkan Menggunakan
Kontrasepsi Hormonal Suntik 3 Bulan
(1) Mulai hari pertama sampai hari ke 7 sikus haid

159
(2) Bila suntikan pertama diberikan setelah hari ke 7
siklus haid dan pasien yang tidak hamil, pasien
tidak boleh melakukan hubungan seksual untuk
7 hari lamanya atau penggunaan metode
kontrasepsi yang lain selama waktu 7 hari.
(3) Jika pasien pasca persalinan kurang 6 bulan,
menyusui, serta belum haid, suntikan pertama
dapat diberikan, asalkan ibu tidak hamil.
(4) Bila pasca persalinan 3 minggu dan tidak
menyusui, suntikan kombinasi dapat diberikan.
(5) Ibu pasca keguguran, suntikan progrestin dapat
diberikan.
d. Alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK)/ implant
1) Pengertian AKBK
Susuk disebut alat kontrasespsi bawah kulit, karena
dipasang dibawah kulit pada lengan atas, alat
kontrasepsi ini disusupkan di bawah kulit lengan atas
sebelah dalam. Bentuknya semacam tabung kecil atau
pembungkus plastik berongga dan ukuruannya sebesar
batang korek api. Susuk, dipasang seperti kipas dengan
enam buah kapsul atau tergantung jenis susuk yang akan
dipakai. Didalamnya berisi zat aktif berupa hormone
Implant adalah metode kontrasepsi yang di pakai di
lengan atas bagian sebelah dalam. Berbentuk silastik
(lentur). Berukuran hampir sebesar korek api. Implant di
pakai biasanya pada lengan kiri. Ditanamkan diantara
kulit dan daging. Tepatnya dibawah kulit namun diatas
lapisan daging (otot), sehingga jika dilihat dari luar akan
terlihat menojol dan dapat diraba.
2) Mekanisme kerja

160
Kehamilan dicegah melalui kombinasi beberapa
mekanisme. Dua diantaranya yang paling utama ialah:
a) Membuat lendir serviks menjadi kental untuk
mencegah penetrasi sperma
b) Menghambat ovulasi sekitar 50 % siklus hai
Mekanisme lainnya yang dapat menambah efek
kontrasepsi antara lain :
a) Menekan pertumbuhan endometrium
(hipoplasia)
b) Mengurangi produksi progesterone alami dari
ovarium selama fase pasca ovulasi atau luteal
dalamsiklus tersebut dimana terjadi ovulasi.
c) Pengaruh pada lendir sevik
Pengaruh kontrasepsi yang paling penting dari
LNG dalam implant adalah perubahan yang
terjadi pada komposisi lendir serviks walaupun
siklus haid wanita tersebut teratur. Penelitian
yang dilakukan menunjukan bahwa dalam 24
sampai 48 jam setelah pemasangan, lendir
serviks menjadi kental, jumlahnya berkurang
sehingga mencegah penetrasi sperma
d) Pengaruh pada ovulasi
Sejumlah kecil LNG yang di lepas secara terus
menerus dari kapsul bekerja pada daerah
tertentu di otak (hipotalamus dan kelenjar
hipofise anterior) untuk :
3) Menurunkan sekresi FSH dan LH
4) Menghambat atau mengaurangi sentakan
gelombang LH pada pertengahan siklus.
e) Pengaruh pada endometrium

161
Levonorgestrel dan progestin sintetik lainnya
menghambat reseptor progesterone, mekanisme
kerja ini menyebabkan sel endometrium yang
melapisi cavum uteri menjadi lebih sedikit,
kelenjar menjadi lebih kecil dengan fungsi yang
sangat berkurang. Hal ini menambah efek dari
LNG, sehingga mengurangi kemungkinan
keberhasilan implantasi dan ini merupakan efek
sekunder yang penting pada pemakaian implant.
5) Indikasi Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (Implant)
a) Usia reproduksi
b) Telah memiliki anak ataupun yang belum.
c) Menghendaki kontrasepsi yang memiliki
efektivitas tinggi dan menghendaki pencegahan
kehamilan jangka panjang.
d) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi.
e) Pasca persalinan dan tidak menyusui.
f) Pasca keguguran.
g) Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak
sterilisasi.
h) Riwayat kehamilan ektopik.
i) Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan
masalah pembekuan darah, atau anemia bulan
sabit (sickle cell)
j) Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal
yang mengandung estrogen.
k) Sering lupa menggunakan pil.
6) Kontraindikasi Alat Kontrasepsi Bawah Kulit
(Implant a) Hamil atau diduga hamil.
b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas
penyebabnya.
162
c) Benjolan atau kanker payudara atau riwayat
kanker payudara.
d) Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang
terjadi
e) Mioma uterus dan kanker payudara.
f) Gangguan toleransi glukosa.
7) Waktu Pemasangan
a) Setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai
ke-7. Tidak diperlukan metode kontrasepsi
tambahan.
b) Pemasangan dapat dilakukan setiap saat, dengan
syarat diyakini tidak terjadi kehamilan. Apabila
pemasangan setelah hari ke-7 siklus haid, klien
dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan
seksual.
c) Apabila klien tidak haid, pemasangan dapat
dilakukan setiap saat dengan syarat tidak
diyakini terjadi kehamilan, klien dianjurkan
tidak melakukan hubungan seksual atau
menggunakan metode kontrasepsi lain selama
tujuh hari.
d) Apabila menyusui antara 6 minggu sampai 6
bulan paca persalinan, pemasangan dapat
dilakukan setiap saat. Apabila menyusui penuh
klien tidak perlu menggunakan metode
kontrasepsi lain.
e) Apabila setelah 6 minggu melahirkan dan telah
terjadi haid kembali pemasangan dapat
dilakukan setiap saat, klien dianjurkan tidak
melakukan hubungan seksual selama tujuh hari

163
atau menggunakan metode kontrasepsi lain
untuk tujuh hari
f) Apabila klien menggunakan kontrasepsi
hormonal dan ingin menggantinya dengan
implant pemasangan dapat dilakukan setiap saat,
dengan syarat diyakini klien tersebut tidak
hamil, atau klien menggunakan kontrasepsi
terdahulu dengan benar.
g) Apabila kontrasepsi sebelumnya adalah
kontrasepsi suntik, implant diberikan pada saat
jadwal kontrasepsi suntik. Tidak diperlukan alat
kontrasepsi lain.
h) Apabila kontrasepsi sebelumnya adalah
kontrasepsi hormonal (kecuali AKDR) dan klien
ingin menggantinya dengan implant,
pemasangan dapat dilakukan setiap saat, dengan
syarat diyakini klien tidak hamil. Tidak perlu
menunggu sampai datangnya haid berikutnya.
i) Apabila kontrasepsi sebelumnya adalah AKDR
dan klien ingin menggantinya dengan implant,
maka pemasangan dilakukan pada saat haid hari
ke-7 dan klien dianjurkan tidak melakukan
hubungan seksual selama tujuh hari atau
gunakan metode kontrasepsi lain untuk tujuh
hari saja.
j) Pasca keguguran pemasangan implant dapat
segera dilakukan
e. Metode Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
1) Pengertian AKDR
AKDR adalah suatu alat atau benda yang
dimasukkan kedalam rahim yang sangat efektif,
164
reversibel dan berjangka panjang, dapat dipakai oleh
semua wanita usia reproduktif (Handayani,
2010). AKDR atau spiral adalah suatu alat yang
dimasukkan kedalam rahim wanita untuk tujuan
kontrasepsi (Handayani, 2010).
2) Mekanisme kerja
a) Menurunkan motilitas sperma melalui kavum
uteri
b) Mengentalkan lendir atau mukus serviks
c) Merubah garis/jalur endometrial
d) Mengganggu proses reproduksi sebelum sel telur
mencapai kavum uteri
3) Indikasi dan kontraindikasi
a) Indikasi untuk wanita usia reproduksi yang :
(1) Ingin kontrasepsi efektifitas dan jangka
panjang
(2) Sedang memberikan ASI
(3) Pascapersalinan dan tidak memberikan
ASI
(4) Pasca keguguran
(5) Risiko rendah terhadap PMS
(6) Pelupa/tidak ingat untuk minum pil
setiap hari
(7) Tidak suka/tidak boleh pakai kontrasepsi
hormone
(8) Membutuhkan kontrasepsi darurat
b) Kontraindikasi pada wanita :
(1) Hamil (diketahui atau dicurigai)
(2) Dengan perdarahan per vaginam yang
sebabnya belum diketahui atau diduga

165
mempunyai masalah ginekologis yang
serius
(3) Mengidap PID (riwayat atau sedang)
(4) Mengeluarkan cairan seperti pus (nanah)
dan akut
(5) Mengalami gangguan bentuk atau
anomali kavum uteri
(6) Mengidap penyakit trophoblast yang
berbahaya
(7) Mengidap Tuberkulosis Pelvik
(8) Mengidap kanker ginekologik
(9) Dengan infeksi saluran genital yang aktif
(mis: vaginitis, servisitis)
4) Waktu pemasangan
Waktu pemasangan AKDR :
a) Setiap saat selama 7 hari pertama menstruasi
atau dalam siklus berjalan bila diyakini klien
tidak hamil
b) Pascapersalinan (segera setelah melahirkan,
selama 48 jam pertama atau setelah 4 sampai 6
minggu atau setelah 6 bulan menggunakan
MLA)
c) Pascakeguguran (segera atau selama 7 hari
pertama) selama tidak ada komplikasi
infeksi/radang panggul
5) Efek samping dan cara mengatasinya
a) IUD dengan tembaga:
(1) Darah haid lebih banyak
(2) Perdarahan tidak teratur atau hebat
(3) Spasme menstruasi

166
(4) Dismenore/kram haid yang lebih dari
biasanya
b) IUD dengan progestin:
(1) Amenore atau perdarahan bercak
(spotting)
c) Masalah lain yang akan timbul
(1) Benang hilang
(2) Risiko infeksi panggul (hingga 20 hari
pasca-insersi
(3) Perforasi uterus (jarang terjadi)
(4) Ekspulsi spontan
(5) Kehamilan ektopik
(6) Abortus spontan
(7) Gangguan/rasa tak nyaman akibat
benang saat sanggama
f. Kontrasepsi Mantap (kontap)
1) Metode operasi wanita / tubektomi
a) Definisi Tubektomi
Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran
telur wanita yang mengakibatkan orang-orang
bersangkutan tidak akan mendapatkan keturunan
lagi. Kontrasepsi ini hanya digunakan untuk
kontrasepsi jangka panjang, walaupun kadang dapat
diplihkan kembali seperti semula. Tubektomi
merupakan metode kontrasepsi yang sangat efektif
dan tidak menimbulkan efek samping jangka
panjang. Efektivitasnya yaitu 0,5 kehamilan per 100
perempuan (0,5%) selama tahun pertama penggunaan
(Saifuddin, 2010). Ada 2 tipe yang sering digunakan
dalam pelayanan tubektomi dengan menggunakan
anastesi local dan bila dilakukan secara benar, yaitu:
167
(1) Minilaparatomi (Metodi ini merupakan
pengambilan tuba yang dilakukan melalui
sayatan kecil (sekitar 3 cm) baik pada daerah
bawah perut (suprapubik) maupun pada lingkar
pusat bawah (sub umbilical), baik dilakukan
untuk masa interval maupun pasca persalinan)
(2) Laparaskopi (Prosedur laparaskopi
membutuhkan tenaga spesialis kandungan dan
penyakit kandungan yang terlatih secara khusus
agar pelaksanaanya aman dan efektif)
b) Cara kerja tubektomi atau ligase tuba
Cara kerja tubektomi atau ligase tuba yaitu dengan
mengonklusi tuba falopi (mengikat dan memotong
atau memasang cincin) sehingga sperma tidak dapat
bertemu dengan ovum. Tuba falopi adalah struktur
berbentuk pipa yang menjadi jalur perjalanan telur
setelah dilepaskan dari indung telur (ovarium).
c) Indikasi Tubektomi
(1) Umur lebih dari 26 tahun
(2) Anak lebih dari 2 orang
(3) Yakin telah mempunyai keluarga dengan
jumlahyang diinginkan
(4) Ibu pasca persalinan
(5) Ibu pasca keguguran
(6) Pasien paham dan setuju dengan prosedur KB
tubektomi
d) Kontraindikasi
(1) Tidak ada ovulasi (atau ada masalah dari
faktor ovarium)
(2) Baru 1 sampai 6 minggu pascapersalinan

168
(3) Kondisi kesehatan yang berat seperti stroke,
darah tinggi atau diabetes
(4) Keadaan kesehatan yang tidak baik, dimana
kehamilan memperburuk kesehatannya
(5) Perdarahan pervaginam yang belum jelas
(6) Infeksi organ-organ pelviks yang luas dan
berat
(7) Tuba yang sehat terlalu pendek (kurang dari 4
cm)
(8) Tidak boleh menjalani proses pembedahan
(9) Pasien masih ragu dan belum setuju dengan
kontrasepsi Tubektomi
2) Metode operasi pria / vasektomi
a) Definisi Vasektomi
Vasektomi adalah istilah dalam ilmu bedah yang
terbentuk dari dua kata yaitu vas dan ektomi. Vas
atau vasa deferensia artinya saluran benih yaitu
saluran yang menyalurkan sel benih jantan
(spermatozoa) keluar dari buah zakar (testis) yaitu
tempat sel benih itu direproduksi menuju kantung
kemih (vesikula seminalis) sebagai tempat
penampungan sel benih jantan sebelum dipancarkan
keluar pada saat puncak ejakulasi. Jadi vasektomi
artinya pemotongan sebagian (0,5cm-1cm) pada vas
deverensia atau tindakan oprasi ringan dengan cara
mengikat dan memotong saluran sperma sehingga
sperma tidak dapat lewat dan air mani tidak
mengandung spermatozoa, dengan demikian tidak
terjadi pembuahan, operasi berlangsung kurang lebih
15 menit dan pasien tak perlu dirawat
b) Jenis-jenis Vasektomi ada 3 macam, yakni :
169
(1) Vasektomi Metode Standar (Insisi Skrotum) :
Vasektomi ini dimulai dengan melakukan
anestesi/bius lokal ke daerah pertengahan
skrotum. Kemudian dilakukan sayatan 1-2cm
diatasnya.
(2) Vasektomi Tanpa Pisau (VTP atau No-scalpel
Vasectomy) :
Vasektomi Tanpa Pisau merupakan
penyederhanaan dan penyempurnaan teknik
vasektomi yang diharapkan dapat
memperkecil komplikasi dan mempermudah
permasyarakatannya terutama untuk orang
yang takut pisau operasi.
(3) Vasektomi Semi Permanen : Vasektomi Semi
Permanen yakni vas deferen yang diikat dan
bisa dibuka kembali untuk berfungsi secara
normal kembali dan tergantung dengan lama
tidaknya pengikatan vas deferen, karena
semakin lama vasektomi diikat, maka
keberhasilan semakin kecil
c) Keuntungan Vasektomi :
(1) Teknik operasi kecil yang sederhana yang
dapat dikerjakan kapan saja.
(2) Komplikasi yang dijumpai sedikit dan ringan
(3) Vasektomi akan mengalami klimaktorium
dalam suasana alami (Manuaba, 1998).
(4) Cocok dilakukan pada laki-laki yang sudah
mantap tidak ingin memiliki anak lagi.
(5) Vasektomi lebih murah dan lebih sedikit
komplikasinya dari sterilisasi stebulus.

170
(6) Tidak mempengaruhi kemampuan seseorang
dalam menikmati hubungan seksual.
d) Kekurangan Vasektomi :
(1) Cara ini tidak langsung efektif, perlu
menungu beberapa waktu setelah benar-benar
sperma tidak ditemukan berdasarkan analisa
sperma.
(2) Masih merupakan tindakan operasi maka laki-
laki masih merasa takut.
(3) Beberapa laki-laki takut vasektomi
mempengaruhi kemampuan seks atau
menyebabkan masalah ereksi.
(4) Ada sedikit rasa sakit dan ketidaknyamanan
beberapa hari setelah operasi, rasa sakit ini
biasanya dapat lega apabila telah
mengkonsumsi obat-obatan lembut.
(5) Seringkali harus melakukan dengan kompres
selama 4 jam untuk mengurangi pembekakan,
perdarahan dan rasa tidak nyaman dan harus
memakai celana yang dapat mendukung
skrotum selama 2 hari.
(6) Pasien diminta untuk memakai kondom
terlebih dahulu untuk membersihkan saluran
sperma dari sisa sperma yang ada. Untuk
mengetahui yang steril atau tidak,
pemeriksaan mikroskopis biasanya dilakukan
20-30 kali setelah ejakulasi.
(7) Vasektomi tidak memberikan perlindungan
terhadap infeksi menular seksual termasuk
HIV.

171
(8) Penyesalan setelah vasektomi lebih besar jika
oang itu masih dibawah usia 25 tahun, telah
terjadi perceraian atau anak yang meninggal.
(9) Dibutuhkan 1-3 tahun untuk benar-benar
menentukan apakah vasektomi dapat bekerja
efektif 100% atau tidak.
e) Indikasi Vasektomi
(1) Menunda kehamilan
(2) Mengakhiri kesuburan
(3) Membatasi kehamilan
(4) Setiap pria, suami dari suatu pasangan usia
subur yang telah memiliki jumlah anak
cukup dan tidak ingin menambah anak
f) Kontraindikasi Vasektomi :
(1) Peradangan kulit atau jamur pada kemaluan
(2) Peradangan pada alat kelamin pria
(3) Penyakit kencing manis
(4) Kelainan mekanisme pembekuan darah
(5) Infeksi di daerah testis (buah zakar) dan penis
(6) Henia (turun bero)
(7) Varikokel (varises pada pembuluh darah balik
buah zakar)
(8) Buah zakar membesar karena tumor
(9) Hidrokel (penumpukan cairan pada kantong
zakar)
(10) Buah zakar tidak turun (kriptokismus)
3. Jenis Gangguan Reproduksi
Terjadinya menstruasi atau haid merupakan perpaduan antara
kesehatan alat genitalia dan rangsangan hormonal yang kompleks
yang berasal dari mata rantai aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium.

172
Gangguan haid dan gangguan siklus haid masa reproduksi aktif
sebagai berikut :
a. Kelainan tentang banyak dan lama perdarahan :
1) Hipermenorea
Hipermenorea adalah pendarahan haid yang lebih banyak dari
norma (lebih dari 80ml/hari) atau lebih lama dari normal
(lebih dari 8 hari), kadang disertai dengan bekuan darah
sewaktu haid. Siklus Haid yang normal antara 21-35 hari,
selama 2-8 hari dengan jumlah darah haid sekitar 25-80
ml/hari.
Gejala penderita menoragia dapat mengalami beberapa gejala
seperti :
a) Perlu mengganti pembalut hampir setiap jam selama
beberapa hari berturut – turut.
b) Perlunya mengganti pembalut di malam hari atau
pembalut ganda di malam hari.
c) Haid berlangsung lebih dari 7 hari.
d) Darah haid berupa gumpalan -gumpalan darah.
e) Haid yang berlangsung berkepanjangan dengan jumlah
darah yang terlalu banyak untuk dikeluarkan setiap
harinya dapat menyebabkan tubuh kehilangan terlalu
banyak darah sehingga memicu terjadinya anemia.
Terdapat tanda-tanda anemia, seperti napas lebih
pendek, mudah lelah, pucat, kurang konsentrasi, dan
lain-lain
Penyebab timbulnya pendarahan yang berlebihan saat
terjadinya haid (menoragia) dapat terjadi akbiat beberapa hal,
diantaranya:
a) Adanya kelainan organik, seperti :
(1) Infeksi saluran reproduksi.

173
(2) Kelainan koagulasi (pembekuan darah), misal :
akibat vonwillebranddisease, kekurangan
protrombian, idiopatik trombositopenia purpura
(ITP), dan lain - lain
(3) Disfungsi organ yang menyebabkan terjadinyan
menoragia seperti gagal gepar atau gagal ginjal.
Penyakit hati kronik dapat menyebabkan gangguan
dalam menghasilkan faktor pembekuan darah dan
menurunkan hormon estrogen.
b) Kelainan hormon endokrin akibat kelainan kelenjar
tiroid dan kelenjar adrenal, tumor pituitari, siklus
anovulasi, Sindrome Polikistik Ovarium (PCOS),
kegemukan, dan lain -lain.
c) Kelainan anatomi rahim : mioma uteri, polip
endometrium, heperlasia endometrium, kanker dinding
rahim dan lain sebagainya.
d) Latrogenik : misal akibat pemakian IUD, hormon
steroid, obat kemoterapi, obat-obatan anti inflamasi
dan obat antikoagulan.
2) Hipomenorea
Hipomenorea adalah perdarahan haid yang lebih sedikit
dari biasanya yaitu terjadinya perdarahan menstruasi yang
lebih sedikit dari volume normal dan lamanya kurang dari 3
hari. kelainan ini siklus menstruasi tetap teratur sesuai dengan
jadwal menstruasi akan tetapi jumlah darah yang dikeluarkan
relatif sedikit. Menstruasi normal memiliki lama siklus
dengan tenggang waktu antra hari pertama haid sampai hari
pertama siklus berikutnya.[4] Rata-rata lama siklus menstruasi
21 sampai 35 hari dengan rata-rata keluarnya darah 3 sampai
7 hari dan kehilangan darah 30 sampai 40 ml setiap hari.
Darah yang kurang > 80 mL persiklusnya adalah abnormal
174
dan tetap menyebabkan anemia. Hipomenorea ini
penyebabnya terletak pada konstitusi penderita, pada
gangguan hormonal endoktrin atau penyakit menahun dan
kelainan uterus (misalnya sesudah miomektomi). Kecuali jika
ditemukan penyebab yang nyata dan pasti, cara
penanganannya adalah dengan pemberian konseling
psikoterapi dan penenangan diri. Adanya hipomenorea
biasanya tidak mengganggu fertilitas
b. Kelainan siklus haid :
1) Polimenoria
Ketika seorang wanita mengalami siklus haid yang lebih
sering (siklus haid yang lebih singkat dari 21 hari), hal ini
dikenal dengan istilah polimenorea. Wanita dengan
polimenorea akan mengalami haid hingga dua kali atau lebih
dalam sebulan, dengan pola yang teratur dan jumlah
perdarahan yang relatif sama atau lebih banyak dari biasanya.
Penyebab polimenoria :
a) Timbulnya haid yang lebih sering ini tentunya akan
menimbulkan kekhawatiran pada wanita yang
mengalaminya. Polimenorea dapat terjadi akibat
adanya ketidakseimbangan sistem hormonal pada
aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium.
b) Ketidak seimbangan hormon tersebut dapat
mengakibatkan gangguan pada proses ovulasi
(pelepasan sel telur) atau memendeknya waktu yang
dibutuhkan untuk berlangsungnya suatu siklus haid
normal sehingga didapatkan haid yang lebih sering.
Gangguan keseimbangan hormon dapat terjadi pada:
c) 3-5 tahun pertama setelah haid pertama
d) Beberapa tahun menjelang menopause
e) Gangguan indung telur
175
f) Stress dan depresi
g) Pasien dengan gangguan makan (seperti anorexia
nervosa, bulimia)
h) Penurunan berat badan berlebihan
i) Obesitas
j) Olahraga berlebihan, misal atlit
k) Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti antikoagulan,
aspirin, NSAID, dll
Pada umumnya, polimenorea bersifat sementara dan dapat
sembuh dengan sendirinya. Penderita polimenorea harus
segera dibawa ke dokter jika polimenorea berlangsung terus
menerus. Polimenorea yang berlangsung terus menerus dapat
menimbulkan gangguan hemodinamik tubuh akibat darah
yang keluar terus menerus.
Disamping itu, polimenorea dapat juga akan menimbulkan
keluhan berupa gangguan kesuburan karena gangguan
hormonal pada polimenorea mengakibatkan gangguan ovulasi
(proses pelepasan sel telur). Wanita dengan gangguan ovulasi
seringkali mengalami kesulitan mendapatkan keturunan.
2) Oligomenorea
Oligomenorea adalah suatu keadaan dimana siklus haid
memanjang lebih dari 35 hari, sedangkan jumlah perdarahan
tetap sama. Wanita yang mengalami oligomenorea akan
mengalami haid yang lebih jarang daripada biasanya. Namun,
jika berhentinya siklus haid berlangsung lebih dari 3 bulan,
maka kondisi tersebut dikenal sebagai amenorea sekunder.
Penyebab Oligomenorea :
a) Oligomenorea biasanya terjadi akibat adanya
gangguan keseimbangan hormonal pada aksis
hipotalamus-hipofisis-ovarium. Gangguan hormon
tersebut menyebabkan lamanya siklus haid normal
176
menjadi memanjang, sehingga haid menjadi lebih
jarang terjadi. Oligomenorea sering terjadi pada 3-5
tahun pertama setelah haid pertama ataupun beberapa
tahun menjelang terjadinya menopause. Oligomenorea
yang terjadi pada masa-masa itu merupakan variasi
normal yang terjadi karena kurang baiknya koordinasi
antara hipotalamus, hipofisis dan ovarium pada awal
terjadinya haid pertama dan menjelang terjadinya
menopause, sehingga timbul gangguan keseimbangan
hormon dalam tubuh.
b) Gangguan indung telur, misal : Sindrome Polikistik
Ovarium (PCOS)
c) Stres dan depresi
d) Sakit kronik
e) Pasien dengan gangguan makan (seperti anorexia
nervosa, bulimia)
f) Penurunan berat badan berlebihan
g) Olahraga berlebihan, misal atlit
h) Adanya tumor yang melepaskan estrogen
i) Adanya kelainan pada struktur rahim atau serviks yang
menghambat pengeluaran darah haid
j) Penggunaan obat-obatan tertentu
Umumnya oligomenorea tidak menyebabkan masalah, namun
pada beberapa kasus, dapat menyebabkan gangguan
kesuburan. Pemeriksaan ke dokter kandungan harus dilakukan
ketika oligomenorea berlangsung lebih dari 3 bulan dan mulai
menimbulkan gangguan kesuburan.
3) Amenorea
Amenorea adalah keadaan tidak terjadinya haid pada seorang
wanita. Hal tersebut normal terjadi pada masa sebelum

177
pubertas, kehamilan dan menyusui, dan setelah menopause.
Amenorea sendiri terbagi dua, yaitu :
a) Amenorea primer, yaitu keadaan tidak terjadinya haid
pada wanita usia 16 tahun
b) Amenorea sekunder, yaitu tidak terjadinya haid selama
3 siklus (pada kasus oligomenorea/jumlah darah haid
sedikit), atau 6 siklus setelah sebelumnya
mendapatkan siklus haid biasa.
Penyebab paling banyak dari amenorea primer adalah :
a) Pubertas terlambat
b) Kegagalan dari fungsi indung telur
c) Agenesis uterovaginal (tidak tumbuhnya organ rahim
dan vagina)
d) Gangguan pada susunan saraf pusat
e) Himen imperforata yang menyebabkan sumbatan
keluarnya darah haid, dapat dipikirkan apabila wanita
memiliki rahim dan vagina normal
c. Perdarahan di Luar Haid
1) Metroragia
Metroragia adalah perdarahan yang tidak teratur dan tidak ada
hubungannya dengan haid. Metroragia merupakan suatu
perdarahan iregular yang terjadi di antara dua waktu haid.
Pada metroragia, haid terjadi dalam waktu yang lebih singkat
dengan darah yang dikeluarkan lebih sedikit. Metroragia tidak
ada hubungannya dengan haid, namun keadaan ini sering
dianggap oleh wanita sebagai haid walaupun hanya berupa
bercak Klasifikasi metroragia :
a) Metroragia oleh karena adanya kehamilan, seperti
abortus, kehamilan ektopik.
b) Metroragia diluar kehamilan

178
Metroragia diluar kehamilan dapat disebabkan oleh luka yang
tidak sembuh, carcinoma corpus uteri, carcinoma cervicitis,
peradangan dari haemorrhagis (seperti kolpitis haemorrhagia,
endometritis haemorrhagia), hormonal.
d. Keadaan Lain yang Berkaitan Dengan Haid
1) Ketegangan pra-haid
Ketegangan sebelum haid terjadi beberapa hari sebelum haid
bahkan sampai menstruasi berlangsung. Terjadi karena
ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesterom
menjelang menstruasi. Pre menstrual tension terjadi pada
umur 30-40 tahun.
2) Mastodinia
Mastodinia adalah rasa tegang pada payudara menjelang haid
yang disebabkan oleh dominasi hormon estrogen, sehingga
terjadi retensi air dan garam yang disertai hiperemia didaerah
payudara.
3) Perdarahan ovulasi (Mittelschmer)
Perdarahan ovulasi (Mittelschmer) adalah rasa sakit yang
timbul pada wanita saat ovulasi, berlangsung beberapa jam
sampai beberapa hari di pertengahan siklus menstruasi. Hal
ini terjadi karena pecahnya folikel Graff. Lamanya bisa
beberapa jam bahkan sampai 2-3 hari. Terkadang
Mittelschmerz diikuti oleh perdarahan yang berasal dari
proses ovulasi dengan gejala klinis seperti kehamilan ektopik
yang pecah.
4) Dimenorea
Dismenorea adalah nyeri sewaktu haid. Dismenorea terjadi
pada 30-75 % wanita dan memerlukan pengobatan. Etiologi
dan patogenesis dari dismenore sampai sekarang belum jelas.
Klasifikasi Dismenorea:

179
a) Dismenorea Primer (dismenore sejati, intrinsik,
esensial ataupun fungsional) adalah nyeri haid yang
terjadi sejak menarche dan tidak terdapat kelainan
pada alat kandungan.
b) Dismenorea Sekunder terjadi pada wanita yang
sebelumnya tidak mengalami dismenore. Hal ini
terjadi pada kasus infeksi, mioma submucosa, polip
corpus uteri, endometriosis, retroflexio uteri fixata,
gynatresi, stenosis kanalis servikalis, adanya AKDR,
tumor ovarium.
4. Cara Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Reproduksi
a. Pap Smear, IVA
Pemeriksaan ''Pap Smear'' adalah cara terbaik untuk
mencegah kanker serviks adalah bentuk skrining yang
dinamakan Pap Smear, dan skrining ini sangat efektif. Pap Smear
adalah suatu pemeriksaan sitologi untuk mengetahui adanya
keganasan (kanker) dengan mikroskop. Pemeriksaan ini mudah
dikerjakan, cepat dan tidak sakit. Masalahnya, banyak wanita
yang tidak mau menjalani pemeriksaan ini, dan kanker serviks
ini biasanya justru timbul pada wanita-wanita yang tidak pernah
memeriksakan diri atau tidak mau melakukan pemeriksaan ini.
Pemeriksaan Pap Smear dilakukan paling tidak setahun
sekali bagi wanita yang sudah menikah atau yang telah
melakukan hubungan seksual. Para wanita sebaiknya
memeriksakan diri sampai usia 70 tahun. Pap Smear dapat
dilakukan kapan saja, kecuali pada masa haid. Persiapan pasien
untuk melakukan Pap Smear adalah tidak sedang haid, tidak
coitus 1 - 3 hari sebelum pemeriksaan dilakukan dan tidak
sedang menggunakan obat-obatan vagina
Jenis-Jenis Tes Pap Smear:
1) Tes Pap Smear konvensional
180
2) Thin prep Pap. Biasanya dilakukan bila hasil tes Pap Smear
konvensional kurang baik/kabur. Sampel lendir diambil
dengan alat khusus (cervix brush), bukan dengan spatula kayu
dan hasilnya tidak disapukan ke object-glass, melainkan
disemprot cairan khusus untuk memisahkan kontaminan,
seperti darah dan lendir sehingga hasil pemeriksaan lebih
akurat.
3) Thin prep plus test HPV DNA. Dilakukan bila hasil tes Pap
smear kurang baik. Sampel diperiksa apakah mengandung
DNA virus HPV.
Pemeriksaan pap smear disarankan untuk dilakukan oleh
para wanita secara teratur sekali setahun berturut-turut dalam
waktu tiga tahun bila sudah aktif berhubungan seksual dan
berusia minimal 21 tahun. Bila hasil pemeriksaan tiga tahun
berturut-turut normal, pemeriksaan selanjutnya dapat dilakukan
setiap tiga tahun. Serviks adalah organ khusus yang mudah
diketahui melalui pap smear, biopsy, laser dan langsung bisa
dilihat, tidak seperti halnya paru-paru yang berada tersembunyi
di dalam tubuh. Sehingga jika pap smear sudah cukup mendunia,
dalam arti semua wanita di dunia sudah sadar akan pentingnya
pemeriksaan ini, berarti tidak ada alasan lagi untuk kanker
serviks di kemudian hari. Wanita yang sudah diangkat
kandungannya tanpa disetai pengangkatan mulut rahim tetap
disarankan melakukan pap smear setahun sekali. Wanita yang
menopause tetap beresiko menderita kanker serviks/leher rahim,
sedangkan mereka yang menopause masih memiliki leher rahim
di haruskan tetap melakukan papsmear seperti wanita lainnya.
Mereka yang sudah berusia diatas 67 tahun baru boleh berhenti
pap smear jika dalam 2 test sebelumnya berturut- turut hasilnya
normal

181
Selain pap smear, ada jenis tes lain yang bisa digunakan
untuk mendeteksi keabnormalan sel-sel pada mulut rahim yaitu
test IVA. Test IVA menyerupai tes pap smear, namanya yaitu
tes IVA ( Inspeksi Visual dengan Asam Asetat). Tujuanya adalah
untuk memeriksaan penipisan/skrining terhadap kelainan
prakanker dimulut rahim. Perbedaanya terletak pada metode
yang lebih sederhana dan keakuratannya. Pemeriksaan IVA bisa
dilakukan kapan saja, dalam keadaan haid ataupun sedang
minum obat-obat tertentu
Tes IVA dapat dilakukan oleh bidan terlatih. Pemeriksaan
dilakukan dengan memoles mulut rahum menggunakan asam
cuka, kemudian dilihat apakah ada kelainan seperti perubahan
warna yang berwarna pink berunah menjadi putih. Perubahan
warna seperti ini bisa dilihat dengan kasat mata.
b. Sadari ( Periksa Payudara Sendiri )
Pemeriksaan payudara sendiri dapat dilakukan pada usia 20
tahun atau lebih. Bagi wanita usia lebih dari 30 tahun dapat
melakukan pemeriksaan payudara sendiri maupun ke bidan atau
dokter untuk setiap tahunnya. Banyak dokter yang
merekomendasikan agar para wanita menjalani ‘sadari’ (periksa
payudara sendiri – saat menstruasi – pada hari ke 7 sampai
dengan hari ke 10 setelah hari pertama haid) di rumah secara
rutin dan menyarankan dilakukannya pemeriksaan rutin tahunan
untuk mendeteksi benjolan pada payudara
Pemeriksaan payudara dapat dilakukan dengan melihat
perubahan di hadapan cermin dan melihat perubahan bentuk
payudara dengan cara berbaring. Pemeriksaan payudara dapat
dilakukan dengan melihat perubahan di hadapan cermin dan
melihat perubahan bentuk payudara dengan cara berbaring.
1) Melihat Perubahan Di Hadapan Cermin.

182
Lihat pada cermin , bentuk dan keseimbangan bentuk
payudara (simetris atau tidak). Cara melakukannya :
(a) Tahap 1
Melihat perubahan bentuk dan besarnya payudara,
perubahan puting susu, serta kulit payudara di
depan kaca. Sambil berdiri tegak depan cermin,
posisi kedua lengan lurus ke bawah disamping
badan.
(b) Tahap 2
Periksa payudara dengan tangan diangkat di atas
kepala. Dengan maksud untuk melihat retraksi
kulit atau perlekatan tumor terhadap otot atau
fascia dibawahnya
(c) Tahap 3
Berdiri tegak di depan cermin dengan tangan
disamping kanan dan kiri. Miringkan badan ke
kanan dan kiri untuk melihat perubahan pada
payudara.
(d) Tahap 4
Menegangkan otot-otot bagian dada dengan
berkacak pinggang/ tangan menekan pinggul
dimaksudkan untuk menegangkan otot di daerah
axilla.
2) Melihat Perubahan Bentuk Payudara Dengan Berbaring.
(a) Tahap 1Persiapan
Dimulai dari payudara kanan. Baring menghadap
ke kiri dengan membengkokkan kedua lutut Anda.
Letakkan bantal atau handuk mandi yang telah
dilipat di bawah bahu sebelah kanan untuk
menaikan bagian yang akan diperiksa. Kemudian
letakkan tangan kanan Anda di bawah kepala.
183
Gunakan tangan kiri Anda untuk memeriksa
payudara kanan .Gunakan telapak jari-jari Anda
untuk memeriksa sembarang benjolan atau
penebalan. Periksa payudara Anda dengan
menggunakan Vertical Strip dan Circular.
(b) Tahap 2 Pemeriksaan Payudara dengan Vertical
Strip
Memeriksa seluruh bagian payudara dengan cara
vertical, dari tulang selangka di bagian atas ke
bra-line di bagian bawah, dan garis tengah antara
kedua payudara ke garis tengah bagian ketiak
Anda. Gunakan tangan kiri untuk mengawali
pijatan pada ketiak. Kemudian putar dan tekan
kuat untuk merasakan benjolan. Gerakkan tangan
Anda perlahan-lahan ke bawah bra line dengan
putaran ringan dan tekan kuat di setiap tempat. Di
bagian bawah bra line, bergerak kurang lebih 2
cm kekiri dan terus ke arah atas menuju tulang
selangka dengan memutar dan menekan.
Bergeraklah ke atas dan ke bawah mengikuti
pijatan dan meliputi seluruh bagian yang ditunjuk.
(c) Tahap 3 Pemeriksaan Payudara dengan Cara
Memutar.
Berawal dari bagian atas payudara Anda, buat
putaran yang besar. Bergeraklah sekeliling
payudara dengan memperhatikan benjolan yang
luar biasa. Buatlah sekurang-kurangnya tiga
putaran kecil sampai ke puting payudara. Lakukan
sebanyak 2 kali. Sekali dengan tekanan ringan dan
sekali dengan tekanan kuat. Jangan lupa periksa
bagian bawah areola mammae.
184
(d) Tahap 4 Pemeriksaan Cairan Di Puting Payudara.
Menggunakan kedua tangan, kemudian tekan
payudara Anda untuk melihat adanya cairan
abnormal dari puting payudara.
(e) Tahap 5 Memeriksa Ketiak
Letakkan tangan kanan Anda ke samping dan
rasakan ketiak Anda dengan teliti, apakah teraba
benjolan abnormal atau tidak
5. Pencegahan Penularan IMS dan HIV
a. Memastikan kegiatan transfusi darah aman, dan rasional yang
dilakukan oleh lembaga/ organisasi yang bergerak dibidangnya,
misalnya : Palang Merah Indonesia
b. Memastikan fasilitas, perlengkapan, dan petugas kompeten
tersedia, jika tidak transfusi darah tidak boleh dilakukan
c. Memastikan ketersediaan kondom dengan berkoordinasi dengan
organisasi dan lembaga yang bekerja di bidan keluarga
berencana, kementrian kesehatan, BKKBN, KPA, LSM, dan
yang lainnya
d. Memastikan adanya kelanjutan pengobatan bagi orang yang telah
masuk program ARV, termasuk ibu hamil yang terkena HIV
6. Manajemen Kebidanan
a. Pengertian Managemen Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah
yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan
pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-
penemuan, keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang
logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada
klien (Varney, 2007).
Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berfikir
logis sistematis dalam member asuhan kebidanan, agar
menguntungkan kedua belah pihak baik klien maupun pemberi
185
asuhan. Oleh karena itu, manajemen kebidanan merupakan alur
fikir bagi seorang bidan dalam memberikan arah/kerangka dalam
menangani kasus yang menjadi tanggung jawabnya.
Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan
masalah yang digunakan sebagai metode untuk
mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori
ilmiah, temuan-temuan, keterampilan suatu keputusan yang
berfokus pada klien.
b. Langkah-Langkah Manajemen Kebidanan Pada Asuhan
Kesehatan Reproduksi
Manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah yang berurutan
dimana setiap langkah disempurnakan secara periodik. Prosesnya
dimulai dengan mengumpulkan data dasar dan berakhir dengan
evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka
lengkap yang dapat diaplikasikan dalam situasi apapun. Akan
tetapi setiap langkah yang lebih rinci dan itu bisa berubah sesuai
dengan kebutuhan klien (Varney, 2007).
1) Langkah I : Pengkajian Data
Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan
mengumpulkan semua data yang di perlukan untuk
mengevaluasi keadaan klien secara lengkap yaitu:
(a) Riwayat kesehatan
(b) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan
(c) Meninjau catatan terbaru atau sebelumnya
(d) Meninjau data laboratorium dan membandingkan
dengan hasil studi, pada langkah ini dikumpulkan
semua informasi yang akurat dan semua sumber
yang berkaitan dengan kondisi klien.
2) Langkah II : Interpretasi Data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar atas
data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah
186
dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan
masalah atau diagnosa yang spesifik.
(a) Masalah
Masalah akan timbul jika akseptor menyatakan
secara lisan mengenai keluhan.
(b) Kebutuhan
Kebutuhan dapat timbul setelah dalam pengkajian
ditemukan hal-hal yang membutuhkan informasi
dan arahan dan tenaga kesehatan.
3) Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa Masalah
Pada langkah ketiga ini kita mengidentifikasi atau
diagnose potensial lain berdasarkan rangkaian masalah
dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan
pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan
dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial
ini benar-benar terjadi.
4) Langkah IV : Identifikasi Yang Menemukan Penanganan
Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan
atau dokter dan dikonsultasikan atau ditangani bersama
dengan anggota team kesehatan lain sesuai dengan
kondisi klien. Langkah keempat ini mencerminkan
kesinambungan dan proses manajemen kebidanan. Data
baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi, dan
data yang dikumpulkan dapat menunjukan satu situasi
yang memerlukan tindakan segera, sementara yang lain,
harus menunggu interpretasi dokter.
5) Langkah V : Menyusun Rencana Tindakan
Masing-masing jenis rencana manajemen disesuaikan
dengan intepretasi data dasar dan memasukannya ke
187
dalam antisipasi 14 masalah atau merupakan kegiatan
rutin manajemen wanita dalam antenatal visip.
6) Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan
Pelaksanaan disesuaikan dengan rencana manajemen
yang telah dibuat demi kelancaran dalam penatalaksanaan
harus berpedoman intervensi.
7) Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah terakhir ini dilakukan evaluasi keaktifan
asuhan yang sudah diberikan meliputi teratasi masalah,
apakah sudah sesuai dengan diagnosanya dalam evaluasi
akan ditemukan perkembangan kesehatan klien, apakah
membaik, memburuk atau tidak ada perubahan setelah
dilakukan asuhan teori asuhan kebidanan.

188
DAFTAR PUSTAKA

Asrinah, dkk.2015. Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan. Yogyakarta: Graha


Ilmu
Departemen Kesehatan RI. (2007). Asuhan Persalinan Normal.
Manuaba, Ida Bagus Gde. (1998). Ilmu kebidanan, Penyakit Kandungan,
& Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Mochtar, Rustam. (1998). Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi.
Jilid 1 Edisi 2. Jakarta: EGC
Prawirohardjo, Sarwono. (2006). Ilmu Kebidanan. Jakarta: buku acuan Nasional
pelayanan kesehatan
Janet M (2002), Kebidanan Oxford dari bidan untuk bidan, Jakarta EGC
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di
Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta: Direktorat Bina
Kesehatan Ibu.
Reeder, (2002), Keperawatan Maternitas Vol 1, Jakarta, EGC
Romauli, S. 2015. Buku Ajar Askeb I:Konsep Dasar Asuhan Kehamilan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Mulyani, Nina Siti. 2013. Keluarga Berencana dan Alat Kontrasepsi. Yogyakarta:
Nuha Medika
Glasier, A & Gebbie A. 2012. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi.
Jakarta : EGC
Saifuddin,BA.2008. BukuPanduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka
Manuaba I.B.G. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta :
EGC.
Lukitasari A. 2014. Asuhan Kebidanan Gangguan Sistem Reproduksi Wanita
Pada Ny.K P2A0 Umur 42 Tahun Dengan Metroragia Di RSUD
Sukoharjo. UNS : Karya Tulis Ilmiah.

189
Muslihatun, W. N. Mufdlilah. Setiyawati, N. 2009. Dokumentasi Kebidanan.
Yogyakarta : Fitramaya.

190

Anda mungkin juga menyukai