(Kesehatan Reproduksi)
KELOMPOK 1
ITA SAJEK PRAYEKTI
RIZKA NOPRIANTI MUCHTAR
NUR EKA SUKMA
ANJUNA JEMAH
NURHALISAH
REISVHEGA IRIANI KABA
PARADILLAH NURUL UTAMI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya, maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan tema
“Antenatal dan Postnatal ” dapat terselesaikan dengan lancar. Shalawat serta
salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan kepada kita dari jalan kesesatan menuju jalan yang terang benerang
yang berupa syari'at ajaran agama Islam.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Dalam Penulisan makalah ini,kami merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki oleh kami sendiri. Untuk itu kritik dan saran dari
semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah
ini.
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan masalah................................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3
ANTENATAL..................................................................................................................3
A. Definisi Antenatal Care........................................................................................3
B. Tujuan Pelayanan Antenatal...............................................................................3
C. Faktor – faktor yang dapat menunjang kualitas pelayanan antenatal............4
D. Penatalaksanaan Antenatal Care........................................................................4
E. Kebijakan dan Program Anc...............................................................................4
F. Dampak Ibu Hamil tidak Anc.............................................................................6
POSTNATAL...................................................................................................................7
A. Pengertian.............................................................................................................7
B. Tahapan Masa Nifas............................................................................................7
C. Tujuan Asuhan Post Natal (Post Natal Care)....................................................8
D. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas..........................................................9
E. Asuhan Masa Nifas...............................................................................................9
F. Perubahan Fisiologis Postnatal.........................................................................10
G. Perawatan Masa Nifas...................................................................................13
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................15
A. kesimpulan..........................................................................................................15
B. Saran...................................................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pelayanan kunjungan ANC (K1) sampai ANC (K4) menjadi
strategi kunci utama provider pelayanan kesehatan dalam upaya
menurunkan angka missed opportunities ibu hamil yang dapat
berimplikasi Angka Kematian lbu (AKI) menurun di Kota Blitar.
Menurut WHO, bahwa kasus kematian ibu terjadi antara 33–50%
yang berhubungan erat dengan rendahnya tingkat pelayanan kesehatan
yang diperoleh selama hamil sedangkan kontribusi terbesar penyebab
kematian ibu tersebut berturut-turut adalah pre eklampsi, eklampsi, dan
perdarahan antepartum (WHO, 2006) cit. Lincetto et al., (2006). Pelayanan
Antenatal care (ANC) sebagai faktor utama dalam menentukan outcome
persalinan termasuk menyaring secara dini faktor risiko dan juga dapat
menentukan awal pengobatan ibu hamil yang mengalami komplikasi
selama hamil akan dilakukan. Ibu hamil yang tidak melaksanakan ANC
selama hamil berisiko lebih besar mengalami komplikasi saat persalinan
(Hunt & Bueno de Mesquita, 2000). Peran tenaga kesehatan terampil
(skilled birth attendant) terutama bidan dengan keterampilan Asuhan
Persalinan Normal (APN) menjadi syarat utama dan mutlak yang harus
dimiliki sebelum melakukan pertolongan persalinan. Hasil studi Graham et
al (2001) cit. Carlough & McCall (2005) memperkirakan bahwa antara
13–33% kematian ibu dapat di reduksi melalui peran utama penolong
persalinan terampil. Sejalan dengan hal tersebut, Rosmans et al (2006);
Graham et al (2008) menyebutkan masa persalinan merupakan salah satu
fase yang berkontribusi besar terjadinya kematian maternal di Indonesia
dalam satu minggu pertama dan diperkirakan fase tersebut terjadi 60% dari
semua kematian maternal.
Antenatal Care terpadu merupakan pelayanan antenatal
komprehensif dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil.
Pelayanan tersebut diberikan oleh dokter, bidan, dan perawat terlatih,
1
sedangkan jenis pemeriksaan pelayanan ANC terpadu adalah sebanyak 18
jenis pemeriksaan yaitu keadaan umum, suhu tubuh, tekanan darah, berat
badan, LILA, TFU, Presentasi Janin, DJJ, Hb, Golongan darah, protein,
urin, gula darah/reduksi, darah malaria, BTA, darah sifilis, Serologi HIV,
dan USG (Kemenkes, 2012).
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Antenatal Care?
2. Apa tujuan dari Pelayanan Antenatal Care?
3. Bagaimana pelaksanaan Anternal Care?
4. Apa yang dimaksud dengan postnatal?
5. Apa tujuan asuhan postnatal?
6. Bagaimana asuhan masa postnatal?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui yang dimaksud dengan Antenatal Care
2. Untuk Mengetahui tujuan dari Pelayanan Antenatal Care
3. Untuk Mengetahui pelaksanaan Anternal Care
4. Untuk Mengetahui yang dimaksud dengan postnatal
5. Untuk Mengetahui tujuan asuhan postnatal
6. Untuk Mengetahui asuhan masa postnatal
2
BAB II
PEMBAHASAN
ANTENATAL
A. Definisi Antenatal Care
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal
yang mencakup anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan kebidanan,
pemeriksaan laboratorium atas indikasi tertentu serta indikasi dasar dan
khusus. Selain itu aspek yang lain yaitu penyuluhan, komunikasi, informasi
dan edukasi (KIE), motivasi ibu hamil dan rujukan.
5. Mempersiapkan ibu agar semasa nifas berjalan normal dan pemeberian ASI
ekslusif
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima, kelahiran bayi
agar dapat tumbuh kembang secara optimal.
3
C. Faktor – faktor yang dapat menunjang kualitas pelayanan antenatal
1. Kompetensi Teknis
2. Prosedur / Standar
3. Fasilitas / alat
D. Penatalaksanaan Antenatal Care
1. Timbang Berat Badan
4
E. Kebijakan dan Program Anc
Kebijakan program dalam pelayanan antenatal yaitu kunjungan
antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan, satu
kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada
triwulan ketiga. Penerapan operasionalnya dikenal standar minimal (10T)
yang terdiri atas :
5
6. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan dan
maksimal satu tablet setiap hari selama kehamilan. Hindari meminum
dengan kopi atau teh agar tidak mengganggu penyerapan.
7. Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ). Hal ini
bertujuan untuk memantau, mendeteksi, dan menghindarkan factor risiko
kematian prenatal yang disebabkan oleh hipoksia, gangguan pertumbuhan,
cacat bawaan, dan infeksi. Pemeriksaan denyut jantung sendiri biasanya
dapat dilakukan pada usia kehamilan 16 minggu.
8. Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan
konseling, termasuk keluarga berencana).
9. Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah
(Hb), pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan darah (bila
belum pernah dilakukan sebelumnya).
10. Tatalaksana kasus.
Selain elemen tindakan yang harus dipenuhi, pelayanan kesehatan
ibu hamil juga harus memenuhi frekuensi minimal di tiap trimester, yaitu
minimal satu kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu),
minimal satu kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu),
dan minimal dua kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 24 minggu
sampai persalinan). Standar waktu pelayanan tersebut dianjurkan untuk
menjamin perlindungan terhadap ibu hamil dan atau janin berupa deteksi
dini faktor risiko, pencegahan, dan penanganan dini komplikasi
kehamilan.
Kebijakan teknis pelayanan antenatal setiap kehamilan dapat
berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat. Itu sebabnya
mengapa ibu hamil memerlukan pemantauan selama kehamilannya.
Penatalaksanaan ibu hamil secara keseluruhan meliputi komponen-
komponen sebagai berikut : mengupayakan kehamilan yang sehat,
melakukan penatalaksanaan awal serta rujukan bila diperlukan, persiapan
persalinan yang bersih dan aman, perencanaan antisipatif dan persiapan
dini untuk melakukan rujukan jika terjadi komplikasi.
6
F. Dampak Ibu Hamil tidak Anc
1. Tidak terdeteksi kelainan-kelainan kehamilan
2. Meningkatkan angka mortalitas dan mortabilitas ibu
3. Kelainan fisik yang terjadi pada saat persalinan tidak dapat dideteksi
secara dini.
7
POSTNATAL
A. Pengertian
Berikut ini merupakan beberapa pengertian dari post natal:
Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa
nifas berlangsung kira-kira 6 minggu, akan tetapi seluruh alat genital baru
pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil dalam waktu 3 bulan
(Prawirohardjo, 2009; Saifuddin, 2002).
Masa nifas adalah masa segera setelah kelahiran sampai 6 minggu. Selama
masa ini, fisiologi saluran reproduktif kembali pada keadaan yang normal
(Cunningham, 2007)
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa
nifas 6-8 minggu (Mochtar, 2010).
Masa puerperium atau masa nifas dimulai setelah persalinan selesai, dan
berakhir setelah kira-kira 6 minggu (Wiknjosastro, 2005)
Periode pasca partum (puerperium) adalah masa enam minggu sejak bayi
lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum
hamil (Bobak, 2004).
1. Puerperium Dini
8
Tahap ini merupakan kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam dianggap telah bersih dan
boleh bekerja setelah 40 hari.
2. Puerperium Intermedial
3. Remote Puerperium
Tahapan ini menunjukkan waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna
9
D. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Kunjungan nifas dilakukan minimal 4 kali untuk menilai status ibu dan bayi
baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah
yang terjadi.
10
d. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi yaitu
perawatan tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat bayi
sehari-hari
3. Kunjungan III (2 minggu setelah persalinan)
a. Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi fundus di
bawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal dan tidak ada bau
menyengat
b. Menilai adanya tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal
c. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda penyulit
dalam menyusui
e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi yaitu
perawatan tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat bayi
sehari-hari
4. Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan)
a. Menanyakan pada ibu tentang keluhan dan penyulit yang dialaminya
b. Memberikan konseling untuk menggunakan KB secara dini.
1. Uterus
Pengerutan pada uterus merupakan suatu proses ketika uterus kembali
ke kondisi sebelum hamil yang terjadi dalam beberapa proses:
a. Iskemia Miomentrium : adanya kontraksi dan retraksi yang terus
menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta sehingga membuat
uterus menjadi relative dan menyebabkan serat otot atrofi.
b. Atrofi jaringan : atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian
hormon estrogen saat pelepasan plasenta.
11
c. Autolysis : ini merupakan proses penghancuran diri sendiri yang
terjadi di dalam otot uterus. Ezim proteolitik akan memendekkan
jaringan otot yang telah mengendur hingga panjangnya 10 kali panjang
sebelum hamil dan lebarnya 5 kali lebar sebelum hamil yang terjadi
selama kehamilan. Hal ini disebabkan karena penurunan hormon
estrogen dan progesteron.
d. Efek oksitosin : oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan
retraksi otot uterus sehingga akan menekan pembuluh darah yang
mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini
membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta
serta mengurangi perdarahan.
2. Lokhia
Lokhia adalah eksresi cairan dari kavum uteri dan vagina pada masa
postpartum. Lokhia terdiri dari darah dan desidua. Involusi uteri yang
menyebabkan lapisan luar desidua nekrosis akan membuat desidua yang
mati keluar bersama sisa cairan. Lokhia dapat bersifat asam atau basa
sehingga membuat organisme dapat berkembang lebih cepat daripada
kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lokhia memiliki ciri khas
berbau amis, meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-
beda pada setiap wanita. Ada beberapa jenis lokhi, yaitu
a. Lochea rubra (cruenta) : terdiri dari darah segar sisa selaput ketuban,
sel desidua, sisa vermiks caseosa, lanugo, dan mekoimun, pada hari
pertama dan kedua.
b. Lochea sanguilenta : berupa darah yang bercampur lender pada hari ke
3-7 setelah persalinan.
c. Lochea serosa : berwarna kuning dan tidak mengandung darah pada
hari ke 7-14 setelah persalinan.
d. Loche alba : berupa cairan putih yang keluar selama 2 minggu.
3. Serviks
Serviks merupakan struktur yang tipis dan kolaps, lubang serviks
mengecil dengan lambat, beberapa hari setelah persalinan dapat dilewati
12
dua jari, tetapi pada akhir minggu pertama menjadi demikian sempitnya
sehingga sukar dimasuki satu jari.
4. Vagina
Vagina dan lubang vagina merupakan suatu saluran yang luas,
berdinding tipis secara berangsur-angsur luasnya berukuran, tetapi jarang
sekali kembali pada minggu ketiga.
5. Payudara
Setelah persalinan, kadar estrogen dan progesterone menurun
dengan lepasnya plasenta sedangkan prolactin tetap tinggi sehingga tidak
ada lagi dengan adanya isapan bayi yang merangsang ujung-ujung saraf
sensori pada putting susu. Selanjutnya, rangsangan tersebut dialanjutkn ke
hipotalamus melalui media spinalis dan mesenphalon. Hipotalamus akan
menekan pengeluaran faktor-faktor yang menghambat sekresi prolactin
dan kemudian faktornya akan merangsang adenolipotice untuk
mengeluarkan prolactin, maka produksi ASI pun dimulai oleh karena itu
semakin sering bayi menyusui semakin banyak prolactin yang diproduksi.
6. Sistem Kardivaskular
Pada masa hamil, hubungan pendek yang dikenal sebagai shunt
anatar sirkulasi ibu dan plasenta, setelah melahirkan shunt akan hilang
dengan tiba-tiba sehingga dapat menimbulkan decompensasi cordis pada
penderita vitum cordis yang umumnya terjadi pada hari-hari ke 3.
7. Sistem perkemihan P.
Pemeriksaan sistokopik segeraa setalah melahirkan, menunjukkan
tidak saja odema dan hyperemia dinding kandung kemih, tetapi seringkali
terdapat ekstravasasi darah pada submukosa. Dinding kemih pada
puerperium akan mempunyai kapasitas yang menignkat secara realitf.
8. Sistem pencernaan
Ada beberapa yang berkaitan dengan berubahnnya sistem pencernaan,
yaitu
a. Nafsu makan : peningkatan nafsu makan atau mudah kelaparan.
13
b. Motilitas : akan terjadi penurunan tonus dan motilitas otot traktus
cerna menetap selama waktu yang singkat setaalah bayi lahir.
c. Defekasi : buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua
sampai tiga hari, setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan
karena tonus otot usus menurun selama pross persalinan dan pada awal
pasca partum, diare sebelum persalinan.
d. After pains : perasaan mules setelah partus akibat kontraksi uterus
kadang sangat mengganggu selama 2-3 hari pasca persalinan dan
biasanya lebih sering. Perasaan mules lebih terasa saat menyusui, dapat
pula timbul bila masih ada sisa selaput ketuban, sisa plasenta, atau
gumpalan darah dalam kavum uteri.
9. Perubahan tanda-tanda vital
a. Suhu badan wanita pada masa ini tidak lebih dari 37oC
b. Nadi berkisar umumnya antara 60-80 denyutan permenit.
c. Tekanan berdarah pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi
postpartum.
Selain itu juga terjadi perubahan pada sistem pencernaan seperti adanya
pembatasan pada asupan gizi dan cairan yang dapat menyebabkan gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit serta akan menimbulkan keterlambatan
pemulihan fungsi tubuh (Bobak, 2010).
Selain itu, uretra, kandung kemih, dan jaringan sekitar meatus urinarius
dapat mengalami trauma mekanik akibat desakan oleh bagian yang berpresentasi
selama persalinan kala II. Hal ini dapat menyebabkan hilangnya sensasi buang air
kecil (Ambarwati & Wulandari, 2009). Ekspulsi plasenta pada persalinan dapat
menurunkan hormon estrogen dan progesterone. Jjika ibu tidak menyusui,
estrogen akan kembali meningkat sekitar tiga minggu setelah kelahiran yang
diikuti dengan kembalinya menstruasi (Derek & Jones, 2005; Ambarwati &
Wulandari, 2009).
14
G. Perawatan Masa Nifas
Setelah melahirkan, ibu membutuhkan perawatan yang intensif untuk
pemulihan kondisinya setelah proses persalinan yang melelahkan. Dimana
perawatan post partum meliputi:
1. Mobilisasi Dini
Karena lelah sehabis melahirkan , ibu harus istirahat tidur telentang selama
8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring kekanan kekiri untuk mencegah
terjadinya trombosis dan trombo emboli. Pada hari kedua diperbolehkan duduk,
hari ketiga jalan-jalan dan hari keempat atau kelima sudah diperbolehkan pulang.
Mobilisasi diatas memiliki variasi tergantung pada komplikasi persalinan, nifas
dan sembuhnya luka-luka.
Keuntungan dari mobilisasi dini adalah melancarkan pengeluaran lochia,
mengurangi infeksi purperium, mempercepat involusi alat kandungan,
melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan, meningkatkan
kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran
sisa metabolisme.( Manuaba, 1998: 193)
15
d. Patrun lochia : Locia rubra, lochia sanginolenta, lochia serosa,
lochia alba
e. Luka jahitan episiotomi : Apakah baik atau terbuka, apakah ada
tanda-tanda infeksi.
16
BAB III
B. Saran
1. Khususnya ibu hamil agar lebih meningkatkan pengetahuan tentang
pelayanan antenatal dan post natal.
2. 2. Pengetahuan yang didapatkan agar diaktualisasikan demi kesehatan
Ibu dan juga Anak.
17