Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN REFLEKSI LEARNING STASE KEHAMILAN FISIOLOGIS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. P USIA 33 DENGAN KUNJUNGAN


ULANG DI PISKESMAS PURWOJATI

MULHAMATUS LATIFATUS SURI

2311120022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM


PROFESI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2023/2024
LEMBAR PENGSEHAN

LAPORAN REFLEKSI LEARNING STASE KEHAMILAN FISIOLOGI

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. H USIA 31 DENGAN KUNJUNGAN


ULANG DI PISKESMAS PURWOJATI

NAMA : MULHAMATUS LATIFATUS SURI

NIM : 2311120022

Menyetujui :

Pembimbing Akademik Mahasiswa

PURWATI, M.PH MULHAMATUS LATUFATUS SURI


NIDN. 0610068304 NIM. 2311120022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi
rahmat kepada kita sehingga kita bisa melaksanakan praktek profesi ini
dengan sehat, selamat dan lancar. Praktek profesi ini kami lakukan di
puskesmas purwojati. Laporan ini adalah salah satu bukti bahwa saya telah
selesai melaksanakan tugas yang diberikan oleh pihak praktek profesi pra
konsepsi Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Terima kasih kami ucapkan kepada kepala puskesmas yang ada di


tempat dan telah memberikan izin kepada kami untuk melaksanakan tugas
di puskesmas purwojati. Dian Kartika Nurmalasari.,S.Tr.Keb.,Bdn selaku
pembimbing di lahan, yang telah membimbing kami selama pelaksanaan
praktek profesi praklinik, Serta pihak-pihak yang membantu kelancaran
dalam pelaksanaan tugas ini. Masih banyak kekurangan pada laporan ini
sehingga kami sangat menghargai semua saran dan kritik mengenai laporan
ini. Mohon maaf apabila ada hal hal yang tidak berkenan. Sekian laporan
dari kami, semoga laporan ini dapat bermanfaat.

Purwojati , 5 Oktober 2023

Mulhamatus Latifatus Suri


DAFTAR ISI
LEMBAR PENGSEHAN ................................................................................................... 2
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 3
BAB I .................................................................................................................................. 5
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 5
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 5
B. Tujuan ..................................................................................................................... 6
BAB II................................................................................................................................. 8
TINJAUAN TEORI ............................................................................................................ 8
A. Tujuan Kunjungan Awal ......................................................................................... 8
1. Pengertian Antenatal Care .................................................................................. 8
2. Tujuan Antenatal Care ........................................................................................ 8
3. Kunjungan awal .................................................................................................. 9
2. Pengkajian Data Kesehatan Ibu Hamil ................................................................... 9
B. Menetapkan Jadwal Kunjungan Uang Sesuai Dengan Perkembangan Kehamilan
13
4. Pengukuran Tinggi Fundus Uteri .......................................................................... 25
5. Teknik Pengukuran Tunggi Fundus Uteri Dengan Cara Palpasi Abdominal ... 26
6. Cara Palpasi Abdominal.................................................................................... 26
C. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan ..................................................... 27
1. Langkah 1 : ( Pengumpulan Data Dasar ) ......................................................... 27
2. Langkah II : ( Interpretasi data ) ....................................................................... 27
3. Langkah III : ( Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial ) ................ 27
4. Langkah IV : ( Identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera ) 28
5. Langkah V : ( Perencanaan ) ............................................................................. 28
6. Langkah VI : ( Pelaksanakan ) .......................................................................... 28
7. Langkah VII : ( Evaluasi )................................................................................. 28
BAB III ............................................................................................................................. 29
HASIL REFLEKSI ........................................................................................................... 29
A. DESCRIPTION..................................................................................................... 29
B. Feeling (Apa Yang Anda Pikirkan Dan Rasakan) ................................................ 29
C. Evaluation (Melakukan Evaluasi Apa Yang Baik Dan Yang Biruk) .................... 30
D. Penata Analysis(Menganalisis Apa Yang Menyebabkan Situasi Tersebut) ......... 30
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 31
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Antenatal Care (ANC) merupakan program terencana berupa observasi,
edukasi, dan penanganan medik pada ibu hamil, dengan tujuan menjaga
agar ibu sehat selama kehamilan, persalinan dan nifas serta mengusahakan
bayi yang dilahirkan sehat, proses kehamilan dan persalinan yang aman dan
memuaskan, memantau kemungkinan adanya risiko-risiko kehamilan,
merencanakan penatalaksanaan yang optimal terhadap kehamilan risiko
tinggi dan menurunkan morbilitas dan mortalitas ibu dan janin perinatal
(Fitrayeni et al., 2017).

Angka kematian ibu (AKI) dalam suatu negara atau daerah merupakan
salah satu indikator untuk melihat keberhasilan upaya kesehatan ibu. AKI 2
adalah rasio kematian ibu selama masa kehamilan, persalinan dan nifas yang
disebabkan oleh kehamilan, persalinan dan nifas atau pengelohaannya tetapi
bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan atau insidental di setiap
100.000 kelahiran hidup. Indikator ini jugq mampu menilai derajat
kesehatan masyarakat, karena sensitifitasnya terhadap perbaikan pelayanan
kesehatan, baik dari sisi aksebilitas maupun kualitas (Kemenkes RI, 2019)

Tingginya angka kematian ibu di Indonesia terkait dengan banyak faktor


salah satunya adalah faktor kehamilan, dimana komplikasi saat kehamilan
tidak terdeteksi dikarenakan ibu hamil yang tidak memanfaatkan Antenatal
Care (ANC) pada pelayanan kesehatan sehingga kehamilannya berisiko
tinggi (Kurniasari, 2016) Pada tahun 2019 penyebab kematian ibu terbanyak
adalah perdarahan (1.280 kasus), hipertensi dalam kehamilan (1.066 kasus),
dan infeksi (207 kasus).

Pentingnya kunjungan Antenatal Care (ANC) ini belum menjadi


prioritas utama bagi sebagian besar ibu hamil di Indonesia. Berdasarkan
teori Lawrence Green, dalam Notoatmodjo terdapat faktor predisposisi,
faktor pendukung dan 4 faktor pendorong yang dapat mempengaruhi
perilaku seseorang, termasuk memengaruhi perilaku ibu hamil dalam
melakukan kunjungan Antenatal Care (ANC). Faktor predisposisi meliputi
pengetahuan, usia, pendidikan, pekerjaan, paritas dan sikap. Faktor
pendukung meliputi media informasi, penghasilan keluarga dan jarak tenpat
tinggal. Faktor pendorong meliputi dukungan keluarga, dukungan suami
(Larasati, 2017).

Untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas, maka pelayanan


antenatal di fasilitas kesehatan pemerintah maupun swasta dan praktik
perorangan / kelompok perlu dilaksanakan secara komprehensif dan
terpadu, mencakup upaya promotif, preventif, sekaligus kuratif dan
rehabilitatif, yang meliputi pelayanan KIA, gizi, pengendalian penyakit
menular (imunisasi, HIV/ AIDS, TB, malaria, penyakit menular seksual),
penanganan penyakit tidak menular serta beberapa program lokal dan
spesifik lainnya sesuai dengan kebutuhan program.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melalukan pemeriksaan 10T berdasarkan kelengkapan buku KIA
sesuai dengan SOP
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui anamnesa kujungan Antenatal Care (ANC)
b. Mengetahui penatalaksanaan yang dilakukan pada Antenatal Care
(ANC)
c. Melakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan labolatorium
d. Melakukan pemeriksaan denyut jantung janin
C. Manfaat
1. Secara Teori
Hasil penulisan dapat di gunakan untuk mengumpulkan data
kujungan awal dan ulang, melakukan pemeriksaan detak jantung janin
2. Secara praktis
Penulis meningkatkan pengetahuan dan skil dalam mengumpulkan
data kujungan awal, ulang, pemeriksaan detak jantung janin sesuai
dengan SOP
3. Instansi
Dapat jadikan sebagai referensi Perpustakaan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiya Purwokerto.
4. Hasil penulisan dapat di gunakan sebagai pedoman oleh bidan dalam
melakukan mengumpulkan data kujungan awal, ulang, pemeriksaan
detak jantung janin sesuai dengan SOP
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tujuan Kunjungan Awal


1. Pengertian Antenatal Care
Antenatal Care (ANC) adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga
profesional untuk ibu selama masa kehamilannya yang dilaksanakan sesuai
dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan. Kunjungan ibu hamil
ke pelayanan kesehatan dianjurkan yaitu 2 kali pada trimester 1, 1 kali pada
trimester II dan minimal 3 kali pada trimester III (Kemenkes, 2020).
2. Tujuan Antenatal Care
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) Antenatal Care selama
kehamilan untuk mendeteksi dini terjadinya resiko tinggi terhadap
kehamilan dan persalinan juga dapat menurunkan angka kematian ibu dan
memantau keadaan janin. Setiap wanita hamil ingin memeriksakan
kehamilannya, bertujuan untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang
mungkin ada atau akan timbul pada kehamilan tersebut cepat diketahui, dan
segera dapat diatasi sebelum berpengaruh tidak baik terhadap kehamilan
tersebut dengan melakukan pemeriksaan Antenatal Care (Kemenkes
RI,2020). Tujuan dari Antenatal Care adalah ibu hamil mendapatkan asuhan
selama kehamilan meliputi pemeriksaan kehamilan,edukasi dan deteksi
risiko tinggi sehingga apabila ada temuan bisa segera dilakukan upaya
preventif dan kuratif guna mencegah morbiditas dan mortalitas (Lestari,
2020). Tujuan pelayanan Antenatal Care menurut Kementrian Kesehatan
(2020) adalah :
a. Memantau kemajuan proses kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu
dan tumbuh kembang janin di dalamnya.
b. Mengetahui adanya komplikasi kehamilan yang mungkin terjadi selama
kehamilan sejak usia dini,termasuk riwayat penyakit dan pembedahan.
c. Meningkatkan dan memelihara kesehatan ibu dan bayi.
d. Mempersiapkan proses persalinan agar bayi dapat dilahirkan dengan
selamat dan meminimalkan trauma yang mungkin terjadi selama
persalinan.
e. Menurunkan angka kematian dan kesakitan ibu.
f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga untuk menerima kelahiran anak
agar mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal.
g. Mempersiapkan ibu untuk melewati masa nifas dengan baik dan dapat
memberikan ASI ekslusif kepada bayinya.
3. Kunjungan awal
Kunjungan awal ibu hamil adalah suatu bidang khusus yang dipakaipara
spesialis kebidanan untuk menyampaikan informasi penting kepadasatu
sama lain dalam menjelaskan hubungan antara wanita dankehamilannya.
Tujuan kunjungan antara lain :

a. Menentukan tingkat kesehatan ibu dengan melakukan pengkajian


riwayat lengkap dan uji skrining yang tepat.
b. Menetapkan catatan dasar tentang tekanan darah,urinalisis, nilai
darah,serta pertumbuhan dan perkembangan janin dapat digunakan
sebagaistandar pembanding sesuai kemajuan kehamilan3.
c. Mengidentifikasikan faktor risiko dengan mendapatkan riwayat
detilkebidanan masa lalu dan sekarang.
d. Memberi kesempatan pada ibu dan keluarga untuk mengekspresikandan
mendiskusikan adanya kekhawatiran tentang kehamilan saatini,proses
persalinan, serta masa nifas.
e. Menganjurkan adanya pemeliharaan kesehatan masarakat dalam
upayamempertahankan kesehatan ibu dan perkembangan kesehatan
bayinya.
f. Membangun hubungan saling percaya karena ibu dan bidan
adalahmitra dalam asuha

2. Pengkajian Data Kesehatan Ibu Hamil


a. Data Subjektif
1. Biodata
a) Anamnesis
b) Keluhan utama
c) Riwayat kesehatan reproduksia)
d) Haid
e) Menarche
f) Siklus Haid
g) Lamanya
h) Keluhan
i) Volume
j) Bau
k) Konsistensib
l) Riwayat kehamilan yang laluc
m) Riwayat kehamilan sekarang
n) Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)
o) Hari Perkiraan Lahir (HPL)
p) Ini adalah kehamilan yang ke ?
q) Periksa hamil pertama kali di ?
r) Imunisasi TT :
• Trimester I :
• Trimester II :
• Trimester III :
4. Keluhan selama hamil
5. Obat yang dikonsumsi selama hamil
6. Konsumsi jamu (Ya/Tidak)
7. Gerakan janin (frekuensi lebih dari 10 kali/24 jam?)
8. Riwayat kesehatan
9. Riwayat kesehatan sekarang
• Penyakit menular : TBC, hepatitis
• Penyakit menurun : DM, Asma, Hipertensi
10. Riwayat kesehatan yang lalu
• Pernah dirawat di RS, atau pernah menjalani operasi
• Riwayat kesehatan keluarga
• Kehamilan kembar
• Penyakit menular dalam keluarga
• Penyakit keturunan
• Penyakit alergie)
11. Data psikososial
12. Riwayat perkawinan
13. Respon suami dan keluarga terhadap kehamilan ini
14. Respon ibu terhadap kehamilan
15. Hubungan ibu dengan anggota keluarga suami dananggota
keluarga yang lain.
16. Adat setempat yang dianut dan berhubungan dengankehamilan
17. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
• Makan
• Frekuensi
• Jenis makanan
• Jumlah
• Pantangan
• Makanan kesukaan
• Minuman
• Frekuensi
• Banyaknya
• Jenis minuman
• Minuman kesukaan
18. Istirahat
• Malam
• Siang
19. Keluhan
20. Personal hygiene(a)
• Mandi
• Sikat gigi
• Ganti baju
• Ganti celana dalam dan bra
• Potong kuku
• Keramas

21. Aktivitas
• Di tempat kerja
• Di rumah
22. Hubungan seksual
• Frekuensi
• keluhang
23. pengetahuan pasien tentang kehamilan dan perawatannya
• Pemeriksaan kehamilan
• Perawatan payudara
• Memantau gerakan janin
• Waspada keluhan
• Pola makan yang sehat
• Sikap tubuh yang baik
• body mechanic
• Posisi tidur
• Ketidaknyamanan dan cara mengatasinya
b. Data objektif
1. Pemeriksaan umum
2. KU
3. TB
4. BB sebelum hamil…., BB setelah hamil ….
5. LILA
c. Tanda-tanda vital
d. Pemeriksaan head to toe
1) Kepala
• Bentuk : mesosephal
• Rambut :
• Warna
• Kebersihan
• Mudah rontol / tidak
2) Muka : cloasma, jerawat, sianosis, berkeringat
• Mata :
• Sklera
• Konjungtiva
• Gangguan penglihatan
• Kotoran/secret
3) Telinga :
• Kebersihan
• Gangguan pendengaran
• Terlihat massa
4) Hidung :
• Kebersihan
• Pernapasan cuping hidung
• Polip (hidung tersumbat)
5) Warna merah pada telapak tangan
6) Abdomen
• Pembesaran perut : simetris/tidak, sesuai dengan
usiakehamilan/tidak
• Striae gravidarum
• Luka bekas operasi
• Linea nigra(e)
• Palpasi Leopold :(1)
• Leopold I :
TFU : Teraba bagian besar (melenting keras-kepala dansusah
digerakkan-bokong). Ada beberapa bagianyang teraba, jika dua
waspada adanya kehamilan kembar. Mengukur TFU menurut
Mc Donald untuk menghitung Taksiran Berat Janin (TBJ).
Cara pengukuran adalah tempatkan metline skala 0 (nol) di atas
simfisis dan ukur TFU dengan melihat metline dalam cm.
Caranya : Jika belum masuk panggul : (TFU-12) x 155Jika
sudah masuk panggul : (TFU-11) x 155
• Leopold II :
Sebelah kanan : teraba bagian yang rata, adatahanan
(punggung). Sebelah kiri : teraba bagian yang menonjol, kecil-
kecil (ekstremitas janin)(3)
• Leopold III :Teraba bagian besar (kepala atau bokong), satu
ataulebih dari satu.(4
• Leopold IV :Seberapa besar bagian janin (presentasi) yang
sudahmasuk panggul. DJJ (dihitung satu menit penuh),
Frekuensi/menit, Teratur/tidak, Punktum maksimum
• Pemeriksaan panggul :
• Pemeriksaan panggul luar
• Pemeriksaan panggul dalam
• Genitalia luar :(a
7) Genitalia luar
• Tidak ada varises
• Tanda Chadwick
• Pembesaran kelenjar Bartholini
• Keputihan
B. Menetapkan Jadwal Kunjungan Uang Sesuai Dengan Perkembangan
Kehamilan
Bersama-sama dengan ibu hamil bidan melakukan diskusi
sehubungan dengan hasil dan rencana tindakan yang sudah dilakukan,
kemudian bidan menyarankan kepada ibu untuk melakukan rencana
kunjungan, jika mengikuti standar kunjungan bahwa ibu dapat
melaksanakan kunjungan minimal 4 kali selama kehamilannya sehingga
jika ibu datang pada kunjungan awal ini pada trimester pertama, sehingga
ibu dijadwalkan kunjungan ulang pada umur kehamilan trimester kedua satu
kali dan trimester kedua 2 kali, jika ibu ingin melakukan kunjungan ideal
maka ibu dianjurkan untuk melakukan kunjungan setiap bulan pada umur
trimester pertama, setelah umur kehamilan 28 minggu, maka ibu datang dua
minggu satu kali, dan setelah umur kehamilan diatas 36 minggu datang
seminggu sekali sampai umur kehamilan 40 mingg.
Jika mendapatkan satu atau beberapa tanda bahaya dibawah ini, ibu
ditarapkan datang berkunjung walau belum wakrunya melakukan
kunjungan. Disamping menentramkan kecemasan pasien dengan
memberitahukan bahwa dokter dan rumah sakit dapat dihubungi sewaktu-
waktu tanpa perjanjian jika merasa khawatir. passien juga dinformasikan
agar segera memberitahukan dokter atau rumah sakit jika menemukan
tanda-tanda berikut ini pada stadium selama kehamilannya : setiap
perdarahan dari vagina, pengeluaran cairan (yang baunya berbeda dengan
bau urin) dari vagina, setiap rasa yang nyeri yang hebat di daerah perut yang
nyata atau nyeri seperti mau haid, suhu tubuh yang tinggi, demam,
menggigil, vomitus yang berlebihan (sehingga tidak kemasukan makanan),
sakit kepala yang hebat di daerah frontal (dahi), penglihatan yang kabur,
urin yang keluar sedikit ( selama beberapa jam). kesulitan atau rasa sakit
ketika buang air kecil. pembengkakkan dapa tangan, kaki, dan muka (Farrer,
2001 ).
1. Nulipara Multipara
2. Kunjungan pertama 6-8 minggu
3. Kunjungan kedua dalam 4 minggu setela kunjungan pertama
4. Kunjungan ketiga 14-l6 minggu
5. Kunjungan keempat 24-28 minggu
6. Kunjungan kelima 32 minggu
7. Kunjungan keenam 36 minggu
8. Kunjungan ketujuh 38 minggu
9. Kunjungan kedelapan 40 minggu-
10. Kunjungan kesembilan 41 minggu
Menurut WHO minimal ibu hamil melakukan kunjungan kehamilan 4x:
1. Trimester 1 : satu kali
2. Trimester 2: satu kali
3. Trimester 3: dua kali, tetapi jika ibu mengalami gangguan kehamilannya
atau mengalami tanda bahaya dalam kehamilan maka ibu segera
mengunjungi tenaga kesehatan lainnya.
1. Asuhan Kehamilan Kunjungan Ulang
Pengertian Kunjungan Ulang
Yang dimaksud dengan kunjungan ulang adalah kontak ibu hamil
dengan tenaga kesehatan yang kedua dan seterusaya untuk mendapatkan
pelayanan antenatal sesuai dengan standar antenatal selama I periode
kehamilan berlangsung (PWS-KIA)
2. Tujuan
Tujuan kunjungan ulang difokuskan pada pendekteksi komlikasi
mempersiapkan kelahiran, dan kegawatdaruratan. Ada beberapa tujuan
kunjungan ulang kehamilan yaitu
a. Mendeteksikan komplikasi-komplikasi.
b. Mempersiapkan kelahiran dan kegawatdaruratan.
c. Pemeriksaan fisik yang difokuskan pada pendeteksian komplikasi,
mempersiapkan kelahiran, dan kegawatdaruratan. Jadwal kunjungan
ulang sebaiknya :
1) Sampai dengan 28 mg usia kehamilan, setiap 4 mg.
2) Antara 28-36 mg usia kehamilan, setiap 2 mg.
3) Antara 36 mg sampai kelahiran, setiap minggu.
Isi kunjungan ulang yang harus dilakukan adalah
1) Riwayat kehamilan sekarang Gerakan janin Setiap masalah atau
tanda-tanda bahaya keluhan-keluhan lazim dalam kehamilan.
kekhawatiran-kekhawatiran lain Selama pengambilan riwayat,
bidan tetap membina hubungan saling percaya dengan ibu dan
keluarganya.
2) Pemeriksaan fisik Berat badan Tekanan darah Pemeriksaan
ekstermitas bawah (oedema. refleks tendon. varicositis dan tanda
homan) Pengukuran tinggi fundus uteri (setelah 12 mg dengan
palpasi, setelah 22 mg dengan pita ukuran) Maneuver Leopold
untuk mendeteksi kelainan letak (setelah 36 mg) DJJ (setelah 18
mg) Penelitian membuktikan bahwa pemeriksaan tekanan darah
secara rutin merupakan cara yang efektif untuk mendeteksi
preeklampsi. Penelitian juga membuktikan bahwa perkembangan
bayi dapat dimonitor dengan menggunakan pengukuran tinggi
fundus.
3) Pemeriksaan laboratorium Protein urin Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penapisan rutin protein urin merupakan cara
efektif mendeteksi preeklampsi.
4) Pemeriksaan panggul Lakukan pelvimetri klinis pada khir trimester
lll jika panggul perlu dievaluasi kembali Lakukan
pemeriksaan vagina jika ada
3. Mengevaluasi Keefektifan Manajemen atau Asuhan
a. Bidan melakukan penilaian mengenai efektifitas asuhan yang sudah
dilaksanakan pada kunjungan sebelumnya.
b. Kegiatan ini bertujuan agar hal yang kurang efektif yang dilakukan pada
asuhan sebelumnya tidak terulang lagi serta memastikan aspek mana
yang efektif agar tetap dipertahankan.
c. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan oleh bidan adalah : Menanyakan
kembali kepada pasien mengenai apa yang sudah dilakukan pada
kunjungan sebelumnya. Melakukan pemeriksaan fisik terutama hal-hal
yang berfokus pada pemantauan kesehatan ibu đan janin.
d. Beberapa hal yang perlu dipertanyakan kepada pasien antara lain sebagai
berikut : Kesan pasien secara keseluruhan mengenai proses pemberian
asuhan pada kunjungan sebelumnya. Hal-hal yang membuat pasien
kurang merasa nyaman. Peningkatan pengetahuan pasien mengenai
perawatan kehamilan hasil dari proses KIE yang lalu. Berkurangnya
ketidaknyamanan yang dirasakan pada kunjungan yang lalu setelah
dilakukan penatalaksanaan.
4. Penerapan 10T Berdasarkan Kelengkapan Buku KIA
Standar Minimal pelayanan Antenatal Care yang diberikan kepada ibu
hamil yaitu dalam melaksanakan pelayanan Antenatal Care, standar
pelayanan yang harus dilakukan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang
dikenal dengan 10 T. Menurut Permenkes No 4 Tahun 2019, penerapan 10T
10 adalah sebagai berikut:
1) Pengukuran Tinggi Badan dan Penimbangan Berat Badan (T1)
Pengukuran tinggi badan cukup sekali dilakukan pada saat
kunjungan awal ANC saja, untuk penimbangan berat badan dilakukan
setiap kali kunjungan. Untuk pengisian tinggi badan dan penimbangan
berat badan ini diisi pada halaman 2 di kolom pemeriksaan ibu hamil.
Hal ini sangat penting dilakukan untuk mendeteksi faktor resiko terhadap
kehamilan yang sering berhubungan dengan keadaan rongga panggul.
Berat badan ideal untuk ibu hamil sendiri tergantung dari IMT (Indeks
Masa Tubuh) ibu sebelum hamil. Indeks massa tubuh (IMT) adalah
hubungan antara tinggi badan dan berat badan. Pada trimester II dan III
perempuan dengan gizi baik dianjurkan menambah berat badan 0,4 kg.
Perempuan dengan gizi kurang 0,5 kg gizi baik 0,3 kg. Indeks masa tubuh
adalah suatu metode untuk mengetahui penambahan optimal, yaitu :
a) 20 minggu pertama mengalami penambahan BB sekitar 2,5 kg
b) 20 minggu berikutnya terjadi penambahan sekitar 9 kg
c) Kemungkinan penambahan BB hingga maksimal 12,5 kg.(Kemenkes
RI, 2019)
Pemeriksaan antropometri yang biasa dilakukan adalah penimbangan
berat, pengukuran tinggi badan, penentuan berat ideal dan pola
pertambahan berat. Berat pada kunjungan pertama ditimbang sementara
berat sebelumnya jangan terlewat untuk di tanyakan. Berat sebelum
hamil berguna untuk penentuan prognosis serta keputusan perlu tidaknya
dilakukan terapi gizi secara intensif. Seorang ibu dengan tinggi badan
yang lebih tinggi mempunyai kecenderungan kenaikan BB yang 11 lebih
besar pada waktu hamil dari pada orang yang lebih pendek (Marlina,
2017).
2) Pengukuran Tekanan Darah (T2)
Pengukuran tekanan darah dilakukan setiap kali melakukan
kunjungan periksa kehamilan, dicatat pada hamalan 2 di kolom
pemeriksaan ibu. Adapun tekanan darah dalam kehamilan yaitu pada
sistolik 120 dan diastolik 80. Hal ini dilakukan untuk mendeteksi apakah
tekanan darah normal atau tidak, tekanan darah pada ibu hamil dikatakan
tinggi pada tekanan sistolik 140 dan tekanan diastolik 90 selama
beberapa kali (Mandriwati, 2011).
Tekanan darah tinggi dapat mengakibatkan keterlambatan
pertumbuhan janin dalam kandungan atau Intrauterine Growth
Restriction (IUGR) dan kelahiran mati, hal ini disebabkan karena
preeclampsia dan eklampsia pada ibu akan menyebabkan pengapuran di
daerah plasenta. Sedangkan bayi memperoleh makanan dan oksigen dari
plasenta, dengan adanya pengapuran di daerah plasenta, suplai makanan
dan oksigen yang masuk ke janin berkurang menyebabkan mekonium
bayi yang berwarna hijau keluar dan membuat air ketuban keruh,
sehingga akan mengakibatkan asfiksia neonatorum (Sari, 2019).
3) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) (T3)
Pengukuran lingkar lengan atas dilakukan pada awal kunjungan
ANC, hasil pengukuran dicatat di halaman 2 pada kolom pemeriksaan
ibu hamil, ini dilakukan untuk mengetahui status gizi ibu hamil
(skrinning KEK) dengan normal > 23,5 cm, jika didapati kurang dari 23,5
cm maka perlu perhatian khusus tentang asupan gizi selama kehamilan.
Bila ibu hamil kurang gizi maka daya tahan tubuh untuk melawan kuman
akan melemah dan mudah sakit maupun infeksi,keadaan ini tidak baik
bagi pertumbuhan janin yang dikandung dan juga dapat menyebabkan
anemia yang berakibat buruk pada proses persalinan yang akan memicu
terjadinya perdarahan (Mandriwati, 2011). Pengukuran LILA tidak dapat
digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek.
LILA merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi ibu hamil
(Wahyuni, 2019)
Ketidak lengkapan pencatatan buku KIA yang artinya belum
memenuhi standar pendokumentasian kebidanan yang baik. Bidan
menyatakan, mengisi item yang dianggap paling penting saja untuk
mempersingkat waktu, dan bagian yang kosong akan diisi pada
kunjungan pasien berikutnya. Namun pendokomentasian pada
kunjungan - kunjungan berikutnya masih tidak lengkap karena sikap
bidan yang menyatakan bahwa wajar apabila ada data di buku KIA yang
kurang lengkap, karena seringkali terlalu banyak pasien dan proses
pencatatan menyita waktu (Kurniasari, 2020).
4) Pengukuran Tinggi Fundus Uteri (TFU) (T4)
Pengukuran Tinggi Fundus Uteri (TFU) dilakukan pada saat usia
kehamilan masuk 22-24 minggu dengan menggunakan pita ukur, ini
dilakukan bertujuan mengetahui usia kehamilan dan tafsiran berat badan
janin. Hasil pengukuran TFU ini dicatat pada halaman 2 pada kolom
pemeriksaan ibu hamil, yaitu bagian kolom yang tertulis periksa tinggi
rahim. Tujuan pemeriksaan TFU menggunakan tehnik Mc. Donald
adalah menentukan umur kehamilan berdasarkan minggu dan hasilnya
bisa di bandingkan dengan hasil anamnesis hari pertama haid terakhir
(HPHT) dan kapan gerakan janin mulai dirasakan. TFU yang normal
harus sama dengan UK dalam minggu yang dicantumkan dalam HPHT
(Kemenkes RI, 2019).
Tinggi fundus uteri dan asupan gizi ibu hamil berpengaruh terhadap
berat bayi lahir dan erat hubungannya dengan tingkat kesehatan bayi dan
angka kematian bayi. Angka kematian ibu dan bayi, serta kejadian bayi
dengan berat badan lahir rendah (BBLR) yang tinggi pada hakekatnya
juga ditentukan oleh status gizi ibu hamil. Ibu hamil dengan status gizi
buruk atau mengalami KEK (kurang energi kronis) cenderung
melahirkan bayi BBLR yang dihadapkan pada risiko kematian yang lebih
besar dibanding dengan bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan berat badan
yang normal (Aghadiati et al., 2019)
5) Pengukuran Persentasi Janin dan Detak Jantung Janin (DJJ) (T5)
Pengukuran Persentasi janin dan DJJ dilakukan setiap kunjungan
pemeriksaan kehamilan, dicatat di halaman 2 pada kolom yang tertulis
periksa letak dan denyut jantung janin. Detak jantung janin (DJJ) adalah
sebuah indikator atau dalam sebuah pemeriksaan kandungan yang
menandakan bahwa ada kehidupan di dalam kandungan seorang ibu.
Untuk memeriksa kesehatan janin di dalam kandungan ibu hamil, dokter
melakukan beberapa hal pemeriksaan dan denyut jantung bayi yang baru
bisa dideteksi kurang lebihnya pada usia 11 minggu (Maharani, 2021).
Menentukan persentasi janin dilakukan pada akhir trimester III dengan
usia kehamilan 34 sampai 36 minggu keatas, yaitu untuk menentukan
bagian terbawah janin atau mengetahui bagian terbawah janin sudah
masuk panggul atau belum. Pengukuran detak jantung janin dilakukan
menggunakan doppler sebagai acuan untuk mengetahui kesehatan ibu
dan janin khususnya denyut jantung janin dalam rahim dengan detak
jantung janin yang normal nya 120x/menit dilakukan pada ibu hamil pada
akhir minggu ke 20 (Mandriwati, 2011)
6) Melakukan Skrinning TT (Tetanus Toksoid) (T6)
Skrinning TT (Tetanus Toksoid) menanyakan kepada ibu hamil
jumlah vaksin yang telah diperoleh dan sejauh mana ibu sudah
mendapatkan imunisasi TT, secara idealnya WUS (Wanita Usia Subur)
mendapatkan imunisasi TT sebanyak 5 kali, mulai dari TT1 sampai TT5.
Pemberian imunisasi tetanus toksoid (TT) artinya memberikan kekebalan
terhadap penyakit tetanus kepada ibu hamil dan bayi yang dikandungnya
(Azizah, 2015).
Pengisian Skrining TT dicatat pada halaman 2 pada kolom
pemeriksaan ibu hamil yang tertulis stuatus dan imunisasi tetanus. Sesuai
dengan WHO, jika seorang ibu yang tidak pernah diberikan imunisasi
tetanus maka ia harus mendapatkan paling sedikitnya dua kali (suntikan)
selama kehamilan (pertama pada saat kunjungan antenatal dan kedua
pada empat minggu kemudian)Jarak pemberian (interval) imunisasi TT
1 dengan TT 2 minimal 4 minggu (Depkes RI, dalam Afriani, 2018)
7) Pemberian Tablet Fe (T7)
Zat besi merupakan mikro elemen esensial bagi tubuh yang
diperlukan dalam sintesa hemoglobin dimana untuk mengkonsumsi
tablet Fe sangat berkaitan dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil
(Latifah, 2020). Pemberian tablet Fe diberikan setiap kunjungan ANC,
setiap pemberian dilakukan pencatatan di buku KIA halaman 2 pada
kolom yang tertulis pemberian tablet tambah darah. Pemberian tablet besi
atau Tablet Tambah Darah (TTD) diberikan pada ibu hamil sebanyak
satu tablet (60mg) setiap hari berturut-turut selama 90 hari selama masa
kehamilan, sebaiknya memasuki bulan kelima kehamilan, TTD
mengandung 200 mg ferro sulfat setara dengan 60 ml besi elemental dan
0,25 mg asam folat baik diminum dengan air jeruk yang mengandung
vitamin C untuk mempermudah penyerapan (Depkes RI dalam Afriani
2018).
8) Pemeriksaan Laboratorium (Rutin dan khusus) (T8)
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mencegah hal-hal buruk
yang bisa mengancam janin. Hal ini bertujuan untuk
skrinning/mendeteksi jika terdapat kelainan yang perlu dilakukan lebih
lanjut (Depkes RI, dalam Afriani 2018). Hasil pemeriksaan laboratorium
dilengkapi dengan mencatat di buku KIA halaman 2 pada bagian kolom
test lab haemoglobin (HB), test golongan darah, test lab protein urine,
test lab gula darah, PPIA. Berikut bentuk pemeriksaannya :
a. Pemeriksaan golongan darah Pemeriksaan golongan darah pada ibu
hamil tidak hanya untuk mengetahui jenis golongan darah ibu
melainkan juga untuk mempersiapkan calon pendonor darah yang
sewaktu-waktu diperlukan apabila terjadi situasi kegawatdaruratan
(Afriani 2018).
b. Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb) Pemeriksaan kadar
hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal sekali pada trimester
pertama dan sekali pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini ditujukan
untuk mengetahui ibu hamil tersebut menderita anemia atau tidak
selama kehamilannya karena kondisi anemia dapat mempengaruhi
proses tumbuh kembang janin dalam kandungan (Afriani,2018).
c. Pemeriksaan protein dalam urin Pemeriksaan protein dalam urin pada
ibu hamil dilakukan pada trimester kedua dan ketiga atas indikasi.
Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui adanya proteinuria pada
ibu hamil. Proteinuria merupakan salah satu indikator 17 terjadinya
preeklamsia pada ibu hamil.
d. Pemeriksaan kadar gula darah Ibu hamil yang dicurigai menderita
diabetes melitus harus dilakukan pemeriksaan gula darah selama
kehamilannya minimal sekali pada trimester pertama,sekali pada
trimester kedua,dan sekali pada trimester ketiga terutama akhir
trimester ketiga.
e. Pemeriksaan tes sifilis Pemeriksaan tes sifilis dilakukan di daerah
dengan resiko tinggi dan ibu hamil yang diduga sifilis. Pemeriksaan
sifilis sebaiknya dilakukan sedini mungkin pada kehamilan f.
Pemeriksaan HIV Pemeriksaan HIV terutama untuk daerah dengan
resiko tinggi dan ibu hamil yang diduga sifilis. Pemeriksaan sifilis
sebaiknya dilakukan sedini mungkin pada kehamilan
9) Tatalaksana atau penanganan khusus (T9)
Berdasarkan hasil pemeriksaan di atas dan hasil pemeriksaan
laboratorium atau setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus
ditangani sesuai dengan standar kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-
kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.
Pengisian tersebut dicatat pada halaman 2 dikolom pemeriksaan ibu
hamil yang tertulis tatalaksana kasus (Soebyakto, 2016).
10) Temu wicara (Konseling) (T10)
Dilakukan pada setiap kunjungan antenatal, pengisian tersebut dicatat di
buku KIA hamalan 2 pada kolom pemeriksaan ibu hamil yang tertulis
konseling. Pemberian konseling yang meliputi, sebagai berikut :
a) Kesehatan Ibu. Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan
kehamilannya secara rutin ketenaga kesehatan dan menganjurkan ibu
hamil agar beristirahat yang cukup selama kehamilannya (sekitar 9 -
10 jam per hari) dan tidak bekerja keras (Afriani 2018).
b) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Setiap ibu hamil dianjurkan untuk
menjaga kebersihan badan selama kehamilan misalnya mencuci
tangan sebelum makan, mandi dua kali sehari dengan menggunakan
sabun, menggosok gigi setelah sarapan dan sebelum tidur serta
melakukan olah raga ringan (Afriani, 2018).
c) Peran Suami/Keluarga Dalam Kehamilan. Setiap ibu hamil perlu
mendapatkan dukungan dari keluarga terutama suamidalam
kehamilannya. Suami, keluarga, atau masyarakat perlu menyiapkan
biaya persalinan, kebutuhan bayi, transportasi rujukan, dan calon
donor darah. Hal ini penting apabila terjadi komplikasi kehamilan,
persalinan, dan nifas agar segera dibawa ke fasilitas kesehatan.
d) Tanda Bahaya Pada Kehamilan, Persalinan dan Nifas Setiap ibu hamil
diperkenalkan mengenal tanda – tanda bahaya baik selama kehamilan,
persalinan, maupun nifas misalnya perdarahan pada hamil muda
maupun hamil tua, keluar cairan berbau pada jalan lahir saat nifas.
Mengenal tanda – tanda bahaya ini penting agar ibu hamil segera
mencari pertolongan ke tenaga kesehatan (Afriani,2018).
e) Asupan Gizi Seimbang. Selama hamil ibu dianjurkan untuk
mendapatkan asupan makanan yang cukup dengan pola gizi yang
seimbang karena hal ini penting untuk proses tumbuh kembang janin
dan derajat kesehatan ibu. Misalnya ibu hamil disarankan minum
tablet tambah darah secara rutin untuk mencegah terjadinya anemia
pada kehamilannya.
f) Gejala Penyakit Menular dan Tidak Menular. Setiap ibu hamil harus
tahu mengenai gejala – gejala penyakit menular dan penyakit tidak
menular karena dapat mempengaruhi pada kesehatan ibu dan
janinnya. Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan Pemberian ASI
Eksklusif. Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memberikan ASI kepada
bayinya segera setelah bayi lahir karena ASI mengandung zat
kekebalan tubuh yang penting untuk kesehatan bayi. Pemberian ASI
dilanjutkan sampai bayi berusia 6 bulan.
g) KB (Keluarga Berencana) Paska Persalinan. Ibu hamil diberikan
pengarah tentang pentingnya ikut KB setelah persalinan untuk
menjarangkan kehamilan agar ibu punya waktu merawat kesehatan
diri sendiri, anak, dan Keluarga (Depkes RI, dalam Afriani 2018).

5. Cara Mengukur Taksiran Berat Janin (TBJ)


Terdapat berbagai cara untuk menentukan taksiran berat janin. Namun
yang paling sering digunakan yaitu dengan pemeriksaan ultrasonografi, dan
pengukuran tinggi fundus uteri. Faktor-faktor yang berpengarauh terhadap
pengukuran dan diperkirakan sulit untuk dapat dikoreksi dalam penaksiran
berat badan janin ialah seperti tumor rahim, polihidramnion, plasenta
previa, kehamilan ganda dikeluarkan dari penelitian, sedangkan obesitas,
paritas, kondisi selaput ketuban, penurunan bagian terbawah janin
(Yulistyawan, 2022)

b. Pengukuran TBJ dengan ultrasonografi


Ultrasonografi (USG) menggunakan gelombang ultrasonik untuk
menyelidiki struktur jaringan berdasarkan gelombang ultrasonik yang
dipantulkan. Pemeriksaan USG bersifat non-invasif, aman, praktis, dan
akurat. Instrumen diagnostik ultrasonografi kebidanan adalah 3-5 MHz,
dan probe intravaginal adalah 7,5 MHz.
Ultrasound mengukur Diameter Biparietal (BPD), Panjang Femur
(FL), Lingkar Perut (AC), dan Paha Cross Sectional Area (CSAT)
(CSAT). Ultrasonografi dapat menilai berat janin di dalam rahim.
Ultrasonografi dapat mengidentifikasi penambahan berat badan janin
dengan usia kehamilan. Ultrasound adalah pendekatan non-invasif untuk
memvisualisasikan pertumbuhan dan perkembangan janin. Pemantauan
ultrasonografi dapat membedakan normal dari patologis. Merinci
pertumbuhan janin dan usia kehamilan (Zenovya, 2018)
USG 2D, 3D, dan bahkan 4D tidak menghasilkan efek samping
kehamilan. Namun, layanan pemeriksaan ultrasound masih terbatas pada
rumah sakit tertentu, dan biayanya tinggi. Jika fasilitas USG tidak dapat
diakses, diperlukan metode alternatif untuk memantau kenaikan berat
badan janin (Sulistyawati, 2014).
c. Rumus Taksiran Berat Janin dengan TFU
Ukur tinggi fundus uteri untuk menentukan berat janin (TFU).
Pengukuran TFU dapat memperkirakan berat janin dan usia kehamilan.
Menggunakan rumus Johnson Toshach, perkirakan berat janin
menggunakan tinggi fundus uteri (TFU) (WHO, 2013).
Penentuan taksiran berat badan janin berdasarkan TFU adalah
pemeriksaan yang sederhana dan mudah serta dapat dilakukan pada
fasilitas kesehatan yang belum tersedia pemeriksaan ultrasonografi.
Untuk dapat mengukur tinggi fundus uteri dengan baik, sebelumnya
kandung kemih ibu harus dalam keadaan kosong, kemudian dilakukan
pengukuran tinggi fundus uteri dan diukur yaitu dari tepi atas simfisis ke
fundus uteri dengan menggunakan metline (pita ukur) dalam sentimeter
dan titik nol ditempatkan pada tepi atas 6 simfisis pubis, lalu ditarik
setinggi fundus uteri ibu hamil (Sulistyawati, 2014).
1) Rumus Johnson Tausack
Johnson dan Tausack (1954) menggunakan suatu metode
untuk menaksirkan berat badan janin dengan pengukuran tinggi
fundus uteri (TFU), yaitu dengan mengukur jarak antara tepi atas
simfisis pubis sampai puncak fundus uteri dengan mengikuti
lengkungan uterus, memakai pita pengukur dalam centimeter
dikurangi 11, 12, atau 13 hasilnya dikalikan 155, didapatkan berat
badan bayi dalam gram. Pengurangan 11, 12, atau 13 tergantung dari
posisi kepala bayi. Jika kepala sudah melewati tonjolan tulang
(spinaischiadika) maka dikurangi 12, jika belum melewati tonjolan
tulang (spinaischiadika) dikurangi 11
Rumus Johnson adalah sebagai berikut :
TBJ (gram) = (TFU- N) × 155 gram

Keterangan :
TBJ = Taksiran Berat Janin
TFU = Tinggi Fundus Uteri
N=13, Bila kepala janin belum melewati PAP (Hodge I)
N=12, Bila kepala janin berada diatas spina isciadika (Hodge II)
N=11, Bila kepala janin berada dibawah spina isciadika (Hodge III)

Dan apabila ibu hamil berat badannya lebih dari 90 kg, maka
tinggi fundus uteri dikurangi 1 cm. Hodge adalah bidang semu yang
digunakan untuk mengevaluasi kemajuan persalinan dengan
seberapa jauh janin turun ke panggul (VT), Sehingga ditetapkan
apakah persalinan dapat dilakukan secara per vaginam atau harus
melalui seksio cesarean(Sulistyawati,2014).

Menurut Sulistyawati, (2014), Cara melakukan pemeriksaan


dalam atau pemeriksaan vagina toucher (VT) adalah sebagai berikut:

a) Bidan atau dokter pertama kali akan mencuci tangan terlebih


dahulu kemudian menggunakan sarung tangan steril.
b) Ibu hamil diminta untuk membuka kedua pahanya dengan lebar
dan kaki ditekuk sambil menarik napas.
c) Tangan kiri bidan akan membeber bibir kemaluan. Pada saat yang
sama, jari telunjuk dan jari tengah dari tangan kanannya secara
pelan-pelan masuk kedalam vagina sambil meraba bagian dinding
dalam vagina dan leher rahim, sementara tangan kirinya
berpindah keperut sambil sedikit menekan-nekan perut
2) Rumus Niswander
Niswander melakukan penelitian dan menemukan rumus yang
berbeda untuk taksiran berat janin Rumus Niswander dalam Gayatri
(2012) adalah sebagai berikut :
𝑇𝐹𝑈−13𝑥453,6
TBJ = 3

Keterangan :
TBJ = Taksiran Berat Janin
TFU = Tinggi Fundus Uteri
3) Rumus Risanto
Rumus Risanto juga menggunakan pengukuran tinggi fundus
uteri. Risanto Siswosudarmo membuat formula berdasarkan survei
rumah sakit terhadap 560 ibu hamil. Perhitungan menggunakan
rumus Risanto.
TBJ= (125 x TFU) – 880
TBJ = Taksiran Berat Janin (satuan gram)
TFU = Tinggi Fundus Urteri
4) Pengukuran TBJ dengan menggunakan Lingkar Perut (Formula
Dare)
Pada Agustus 1986 sampai Juli 1989, Departemen Obstetri
dan Ginekologi “Institute of Medical Sciences”, Universitas Hindu
Banaras, menyatakan bahwa TFU dan pengukuran lingkar perut
akan berkolrelasi dengan berat badan bayi baru lahir (S. Swain et al,
1993). Pada tahun 1990, Dare et al mengajukan suatu formula yang
lebih sederhana untuk menghitung taksiran berat badan janin, yaitu
perkalian antara SFH dengan AG. Metode yang dipakai berupa
pengukuran lingkar perut ibu dalam centimeter kemudian dikalikan
dengan ukuran fundus uteri dalam centimeter, maka akan didapat
taksiran berat janin (Irianti, 2015). Rumus Formula Dare adalah
sebagai berikut :
TBJ = TFU x LP
Keterangan :
TBJ = Taksiran Berat Janin
TFU = Tinggi Fundus Uteri
LP = Lingkar Perut
Pengukuran TBJ dengan menggunakan lingkar perut biasa
dikenal dengan rumus Dare, namun dibeberapa negara ada yang
menyebut dengan rumus Insler. Perhitungannya sama yaitu Berat
janin dalam gram = Lingkar perut dalam sentimeter × tinggi fundus
simfisis dalam sentimeter (Kanaka Durgaprasad et al., 2019).
4. Pengukuran Tinggi Fundus Uteri
Pengukuran TFU (tinggi fundus uteri) merupakan salah satu metode
pengukuran yang dilakukan pada kehamilan trimester kedua dan ketiga, dengan
cara mengukur perut ibu dari simfisis pubis hungga fundus uteri menggunakan
pita ukur. The American College of Obstetricians and Gynecologist (ACOG)
dan The Public Health Service Expert Panel (1989) melakukan advokasi untuk
merekomendasikan pengukuran TFU dengan menggunakan pita ukur ini
menjadi pemeriksaan rutin pada kunjungan prenatal. Pengukuran TFU ini
didasarkan pada perubahan anatomi dan fisiologi uterus selama kehamilan,
fundus menjadi nampak jelas di abdominal dan dapat diukur. Sehingga
pertumbuhan uterus dapat dijadikan variabel penanda pertumbuhan janin
(Irianti, dkk. 2015). Beberapa rumus yang pernah digunakan dan
dipertimbangkan adalah penggunaan rumus Johnson Tausack dan rumus
Niswander. Namun dalam penggunaan klinis sehari-hari, metode yang sering
dan mudah digunakan adalah Johnson Tausack, selain itu keakuratannya dapat
dipertimbangkan. Rumus tersebut hanya dapat digunakan pada presentasi
kepala, dimana pemeriksa sebelumnya melakukan pengukuran tinggi fundus
uteri, turunnya kepala dan dimasukkan kedalam rumus (Damayanti, 2009).

Hasil pengukuran TFU pasien adalah 26 cm pada usia kehamilan 31


minggu. Seharusnya usia gestasi 31 minggu, TFU nya adalah 30 cm. hal ini
berarti bahwa TFU pasien tidak normal.
Fungsi Pengukuran tinggi fundus uteri di atas simfisis pubis digunakan
sebagai salah satu indikator untuk menentukan kemajuan pertumbuhan janin dan
dapat dijadikan perkiraan usia kehamilan (Mufdlilah, 2009)

5. Teknik Pengukuran Tunggi Fundus Uteri Dengan Cara Palpasi Abdominal


a. Definisi Palpasi Abdominal Palpasi abdominal adalah suatu tindakan
pemeriksaan yang dilakukan dengan perabaan dan penekanan bagian
perut dengan menggunakan jari atau tangan.
b. Fungsi Palpasi Abdominal Palpasi dapat digunakan untuk mendeteksi
suhu tubuh, adanya getaran, pergerakan, bentuk, konsistensi dan ukuran.
c. Waktu Palpasi Abdominal Pemeriksaan leopold dilakukan pada
kehamilan cukup bulan, setelah pembesaran uterus yang dapat
membedakan bagian-bagian janin (Mufdlilah, 2009)

6. Cara Palpasi Abdominal


Teknik pelaksanaan palpasi menggunakan Manuver Leopold dengan tujuan
untuk menentukan posisi janin melalui palpasi abdomen secara sistematis.
Palpasi ini menjadi lebih jelas setelah minggu ke-22. Untuk pemeriksaan palpasi
Leopold ini, dinding perut harus lemas, tidak sedang berkontraksi. Suhu tangan
pemeriksa sebaiknya disesuaikan dengan suhu perut ibu, dengan maksud supaya
dinding perut ibu tidak menjadi kontraksi tiba-tiba. Caranya dengan
menggosokkan kedua tangan terlebih dahulu. Pemeriksaan Leopold terdiri atas
4 tahap :
1) Leopold I: bertujuan untuk mengetahui letak fundus uteri dan bagian lain
yang terdapat pada bagian fundus uteri.
2) Leopold II: bertujuan untuk menentukan punggung dan bagian kecil janin di
sepanjang sisi maternal
3) Leopold III: bertujuan untuk membedakan bagian persentasi dari janin dan
sudah masuk dalam pintu panggul.
4) Leopold IV: bertujuan untuk meyakinkan hasil yang ditemukan pada
pemeriksaan Leopold III dan untuk mengetahui sejauh mana bagian yang
sudah masuk pintu atas panggul (Jumita, Br. Situmorang, 2021)
C. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan
1. Langkah 1 : ( Pengumpulan Data Dasar )
Langkah pertama mengumpulkan data dasar yang menyeluruh untuk
mengevaluasi ibu dan bayi baru lahir. Data dasar ini meliputi pengkajian
riwayat, pemeriksaan fisik dan pelvic sesuai indikasi, meninjau kembali
proses perkembangan saat ini atau catatan rumah sakit terdahulu, dan
meninjau kembali data hasil laboratorium dan laporan penelitian terkait
secara singkat, data dasar yang diperlukan adalah semua data yang berasal
dari sumber infomasi yang berkaitan dengan kondisi ibu dan bayi baru
lahir. Bidan mengumpulkan data dasar awal lengkap, bahkan jika ibu dan
bayi baru lahir mengalami komplikasi yang mengharuskan mereka
mendapatkan konsultasi dokter sebagai bagian dari penatalaksanaan
kolaborasi.

2. Langkah II : ( Interpretasi data )


Menginterpretasikan data untuk kemudian diproses menjadi masalah
atau diagnosis serta kebutuhan perawatan kesehatan yang diidentifikasi
khusus. Kata masalah dan diagnosis sama – sama digunakan karena
beberapa masalah tidak dapat didefinisikan sebagai sebuah diagnosis
tetapi tetap perlu dipertimbangkan dalam mengembangkan rencana
perawatan kesehatan yang menyeluruh.

3. Langkah III : ( Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial )


Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial berdasarkan masalah
dan diagnose saat ini berkenaan dengan tindakan antisipasi,pencegahan,
jika memungkinkan, menunggu dengan waspada penuh, dan persiapan
terhadap semua keadaan yang mungkin muncul. Langkah iniadalah
langkah yang sangat penting dalam memberi perawatan kesehatan yang
aman.

4. Langkah IV : ( Identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan


segera )
Langkah keempat mencerminkan sikap kesinambungan proses
penatalaksanaan yang tidak hanya dilakukan selama perawatan primer
atau kunjungan prenatal periodic, tetapi juga saat bidan melakukan
perawatan berkelanjutan bagi wanita tersebut, misalnya saat ia menjalani
persalinan. Data baru yang diperoleh lalu dikaji dan kemudian di evaluasi.

5. Langkah V : ( Perencanaan )
Mengembangkan sebuah rencana asuhan yang menyeluruh ditentukan
dengan mengacu pada hasil langkah sebelumnya.Langkah ini merupakan
pengembangan masalah atau diagnosis yang diidentifikasi baik pada saat
ini maupun yang dapat diantisipasi serta perawatan kesehatan yang
dibutuhkan.

6. Langkah VI : ( Pelaksanakan )
Melaksanakan rencana perawatan secara menyeluruh. Langkah ini
dapat dilakukan secra keseluruhan oleh bidan atau dilakukan sebagian oleh
ibu atau orang tua, bidan, atau anggota tim kesehatan lainnya.Apabila tidak
dapat melakukannya sendiri, bidan betanggung jawab untuk memastikan
implemntasi benar-benar dilakukan. Rencana asuhan menyeluruh seperti
yang sudah diuaraikan pada langkah kelima dilaksankan secara efisien dan
aman.

7. Langkah VII : ( Evaluasi )


Evaluasi merupakan tindakan untuk memeriksa apakah rencana
perawatan yang dilakukan benar-benar telah mencapai tujuan, yaitu
memenuhi kebutuhan ibu, seperti yang diidentifikasi pada langkah kedua
tentang masalah, diagnosis, maupun kebutuhan perawatan kesehatan.
BAB III

HASIL REFLEKSI
DI RUANG KIA

A. DESCRIPTION
Pada taggal 5 oktobar 2023 saya mendapatkan sif pagi bersama
dengan ibu bidan wiwin yang berjaga di ruang KIA. Di riangan ini saya
melakukan pemeriksaan kunjungan kehamilan dan melakukan 10T
yaitu penimbangan berat badan, penukutan tekanan darah. Penukuran
lingkar lila atas pengukuran TFU, pengukuran persentasi jani dan DJJ,
melakukan skrining TT, pemberian tablet fe, pemeriksaan leb,
tatalaksana dan penanganan khusus, temuwicara (konseling).

Pada hari itu klien hamil yang berkunjuk tidak terlalu banyak namun
banyak balita yang berkunjung untuk dilakukan pemeriksaan karena
sudah beberapa hari dari beberapa balita belum kunjung sembuh seteal
berobat diklinik dokter umum yang mereka kunjungai.

B. Feeling (Apa Yang Anda Pikirkan Dan Rasakan)


Saat saya melakukan pemeriksaan pada ibu hamilsaya merasa
senang dan ada rasa dek dekan, saya takut jika pasien tidak mau jika
saya yang melakukan pemeriksaan, tapi saya tetep merasa yakin untuk
dilakukan pemeriksaan pada ibu hamil terutama saat saya melakukan
leopod 1-4, djj. Saya juga mengajak pasien berkomunikasi.

Saat saya membacakan hasil leopot 1-4 dan djj ibu bidan yang
berjaga dengan saya merasa tidak yakin hasil dari pemeriksaan saya
sehingga ibu bidan tersebut melakukan leopot 1-4,djj ulang dan
hasilnyapun sama dengan hasil yang saya dapatkan setelah melakukan
pemeriksaan.
C. Evaluation (Melakukan Evaluasi Apa Yang Baik Dan Yang
Biruk)
Pemeriksaan 10T yang saya lakukan sudah sesuai denganya teori
penerapan 10T berdasarkan kelengkapan buku KIA yaitu
penimbangan berat badan, penukutan tekanan darah. Penukuran
lingkar lila atas, pengukuran TFU, pengukuran persentasi jani dan
DJJ, melakukan skrining TT, pemberian tablet fe, pemeriksaan leb,
tatalaksana dan penanganan khusus, temuwicara (konseling).
Pada saat melakukan pemeriksaan leopod 1-4, djj sudah sesuai
dengan teori, dan saat melakukan pemeriksaan saya juga menjalin
komunikasi dengan pasien sehingga pasien merasa naman dan merasa
di perhatikan. Pada saat melakukan pemeriksaan djj saya terlalu lama
untuk mencari detak jantung janin.
D. Penata Analysis(Menganalisis Apa Yang Menyebabkan Situasi
Tersebut)
Saya melalukan pemeriksan 10T masih diawasi oleh ibu bidan yang
berjaga bersama saya, menurut saya mungkin wajar saja jika ibu bidan
yang berjaga bersama saya memastikan kembali hasil pemeriksaan
yang telah saya lakukan sudah sesuai dan benar dengan hasil
pemeriksaan yang telah beliau lakukan.
E. Conclusion( Apa Yang Seharusnya Kita Lakukan)
Sebaiknya saya melakukan pemeriksaan 10T melakukannya dengan
cepat dan dengan hasil yang akurat, agar dikemudian hari tidak ada
kesalahan dalam hasil pemeriksaan dan dapat lebih cepat untuk
melakukan pemeriksaan pada setiap pasien yang datang berkunjung
untuk melakukan ANC. Sehingga ibu hamil yang menunggu di ruang
tunggu tidak terlalu lama.
F. Action Plan ( Jika Situasi Itu Terjadi Lagi, Maka Apa Yang
Akan Kita Lakukan)
Jika saya melalukan pemeriksan 10T terutama leopod 1-4 Saya akan
melakukan pemeriksaan 10T sesuai dengan teori yang ada dan saya
akan melakukannya dengan lebih teliti, cepat, dan hasil yang akurat,
agar dikemudian hari tidak ada kesalahan dalam hasil pemeriksaan dan
dapat lebih cepat untuk melakukan pemeriksaan pada setiap pasien
yang datang berkunjung untuk melakukan ANC. Sehingga ibu hamil
yang menunggu di ruang tunggu tidak terlalu lama.
DAFTAR PUSTAKA

Aghadiati, F., Diffah, H., & Retno, D. Y. L. (2019). Micronutrient Intake And
Fundal Height Determine Birth Weight. Journal Of Public Health Science,
18(1).
File:///C:/Users/Latifa/Downloads/Micronutrient_Intake_And_Fundal_Heigh
t_Determine_B.Pdf
Jumita, Br. Situmorang, R. . Y. H. S. Y. I. I. D. T. R. L. Y. S. (2021). Asuhan
Kebidanan Pada Kehamilan (1st Ed.). Cv. Pustaka El.
Kemenkes Ri, K. K. (2019). Profil Kesehatan Indonesia (K. K. R. Indonesia (Ed.)).
File:///C:/Users/Latifa/Downloads/Profil-Kesehatan-Indonesia-2018.Pdf
Wahyuni, Yuli . Akbar, Sugih. Miftahul, H. (2019). Pemantauan Kesehatan Gizi
Ibu Hamil Dilihat Dari Pertambahan Berat Badan Dan Pengukuran Lingkar
Lengan Atas (Lila) Berbasis E-Digital. Jurnal Ilmiah Ilmu Komputer Dan
Matematika, 16(1), 235 – 244.
File:///C:/Users/Latifa/Downloads/Pemantauan_Kesehatan_Gizi_Ibu_Hamil_
Dilihat_Dari_P.Pdf
Yulistyawan, V. (2022). Literature Review Identifikasi Metode Pengukuran
Taksiran Berat Janin.
File:///C:/Users/Latifa/Appdata/Local/Microsoft/Windows/Inetcache/Ie/Czay
dv3p/Bab_1-6_(Vitriana)[1].Pdf
Zenovya, D. (2018). Perbedaan Akurasi Taksiran Berat Janin Menggunakan
Rumus Johnson Toshach Dan Rumus Dare Dengan Berat Badan Lahir Bayi
Pada Ibu Inpartu Di Bps Bidan Soemidyah Blimbing Malang. Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya Malang.
Http://Repository.Ub.Ac.Id/167260/1/Devy Zenovya.Pdf#
Aghadiati, F., Diffah, H., & Retno, D. Y. L. (2019). Micronutrient Intake And
Fundal Height Determine Birth Weight. Journal Of Public Health Science,
18(1).
File:///C:/Users/Latifa/Downloads/Micronutrient_Intake_And_Fundal_Heigh
t_Determine_B.Pdf
Jumita, Br. Situmorang, R. . Y. H. S. Y. I. I. D. T. R. L. Y. S. (2021). Asuhan
Kebidanan Pada Kehamilan (1st Ed.). Cv. Pustaka El.
Kemenkes Ri, K. K. (2019). Profil Kesehatan Indonesia (K. K. R. Indonesia (Ed.)).
File:///C:/Users/Latifa/Downloads/Profil-Kesehatan-Indonesia-2018.Pdf
Wahyuni, Yuli . Akbar, Sugih. Miftahul, H. (2019). Pemantauan Kesehatan Gizi
Ibu Hamil Dilihat Dari Pertambahan Berat Badan Dan Pengukuran Lingkar
Lengan Atas (Lila) Berbasis E-Digital. Jurnal Ilmiah Ilmu Komputer Dan
Matematika, 16(1), 235 – 244.
File:///C:/Users/Latifa/Downloads/Pemantauan_Kesehatan_Gizi_Ibu_Hamil_
Dilihat_Dari_P.Pdf
Yulistyawan, V. (2022). Literature Review Identifikasi Metode Pengukuran
Taksiran Berat Janin.
File:///C:/Users/Latifa/Appdata/Local/Microsoft/Windows/Inetcache/Ie/Czay
dv3p/Bab_1-6_(Vitriana)[1].Pdf
Zenovya, D. (2018). Perbedaan Akurasi Taksiran Berat Janin Menggunakan
Rumus Johnson Toshach Dan Rumus Dare Dengan Berat Badan Lahir Bayi
Pada Ibu Inpartu Di Bps Bidan Soemidyah Blimbing Malang. Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya Malang.
Http://Repository.Ub.Ac.Id/167260/1/Devy Zenovya.Pdf#
Nugraha, Gilang. 2022. Teknik Pengambilan Dan Penanganan Spesimen Darah
Vena Manusia Untuk Penelitian Gilang. Jakarta. LIPI Press.
Salsabella, Ainun. Panduan Praktikum Flebotomi Dan Penanganan Spesimen.
Yogyakart. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah

Wijanarko, Suharto., Dkk. 2018. Laboratorium Keterampilan Klinis Teknik


Kateterisasi Dan Aspirasi Suprapubik. Surakarta. Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret.

Buku Panduan Praktik Klinik Kebidanan Ii. Program Studi Diploma Iii Kebidanan
Fakultas Kesehatan Universitas Nurul Jadid Paiton. Probolinggo

Kakanita Hermasari, Bulan., Dkk. 2019. Buku Pedoman Keterampilan Klinis


Teknik Injeksi Dan Pungsi. Surakarta. Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret.

Nasution siti zahra, Dkk. 2020. Buku ajar konsep dasar keperawatan. Cv budi
utama.Yogyakarta.

Maryunani Anik Adining Tyas Ambika Wardani . 2016. Pemeriksaan Laboratorium


dan Pemeriksaan Diagnostik dalam Kebidanan. Jakarta. Hal 10-40.

Yuyun Aprilya Dimu Ludji. 2019. Asuhan Keperawatan Pada An. R. F Dengan
Pneumonia Di Ruang Kenanga Rsud Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang. Hal
5-25

Muttaqin, Arif .2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Pernapasan, Salemba Medika, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai