Anda di halaman 1dari 84

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELOMPOK REMAJA PUTRI

DENGAN KESIAPAN MENINGKATKAN PENGETAHUAN

TENTANG KESEHATAN REPRODUKSIDI KELURAHAN

MERSI RW 05 KECAMATAN PURWOKERTO TIMUR

KTI

Disusun untukmemenuhisebagai syarat mata kuliah Tugas Akhir

Pada Program Studi DIII KeperawatanPurwokerto

Ayu Indah Lestari

NIM. P1337420214038

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO

JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK

KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

2017

i
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELOMPOK REMAJA PUTRI

DENGAN KESIAPAN MENINGKATKAN PENGETAHUAN

TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI KELURAHAN

MERSI RW 05 KECAMATAN PURWOKERTO TIMUR

KTI

Disusun untuk memenuhi sebagai syarat mata kuliah Tugas Akhir

Pada Program Studi DIII Keperawatan Purwokerto

Ayu Indah Lestari

NIM. P1337420214038

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO

JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK

KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

2017

ii
iii
iv
v
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa

melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan hasil laporan kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada

Kelompok Remaja Putri Dengan Kesiapan Meningkatkan Pengetahuan

Tentang Kesehatan Reproduksi Di Kelurahan Mersi RW 05 Kecamatan

Purwokerto TimurKabupaten Banyumas”sesuai dengan waktu yang

direncanakan.Hasil laporan kasus ini merupakan salah satu tugas akhir dalam

menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan di Politeknik Kesehatan

Semarang khususnya Program Studi Keperawatan Purwokerto

Penulis menyadari bahwa kegiatan penulisan ini dapat diselesaikan berkat

adanya dukungan, bimbingan, motivasi serta do’a dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan

terimakasih kepada:

1. Sugiyanto, S.Pd, M.App.Sc selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Semarang.

2. Putrono, S.Kep., Ns., M.Kes selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang.

3. Walin, SST., M.Kes. selaku Ketua Program Studi Keperawatan

Purwokerto.

4. Sugeng Riyadi, S.Kep.,Ns., M.Siselaku Dosen Pembimbing Karya

Tulis Ilmiah (KTI).

vi
5. Ulfah Agus S., Skep., MH selakuDosenPenguji 1

6. Taat Sumedi, SKep., Ns., MHselaku Dosen Penguji 2.

7. Kedua orang tua dan kakak-kakak yang telah memberikan motivasi

dan semangat sampai saat ini

8. Rekan-rekan mahasiswa Polteknik Kesehatan Kemenkes Semarang

Program Studi D III Keperawatan Purwokerto.

Semoga semua kebaikan yang telah diberikan akan mendapatkan balasan

dari Allah SWT. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan

kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan dalam pembuatan

laporan kasus ini. Besar harapan penulis semoga laporan laporan kasus ini dapat

bermanfaat untuk kedepannya.

Purwokerto, 15 Mei 2017

Penulis

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN ............................. iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. iv

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... v

PRAKATA ...................................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. LatarBelakang.................................................................................. 1

B. Tujuan .............................................................................................. 3

C. Manfaat ............................................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep DasarKesehataan Reproduksi Remaja

1. Pengertian Remaja ...................................................................... 5

2. Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi ...................................... 6

B. KonsepDasarKesiapan Meningkatkan Pengetahuan

1. DefinisiKesiapan Menigkatkan Pengetahuan........................... .. 8

C. Pengelolaan Kesiapan Meningkatkan Pengetahuan

viii
D. Dasar Asuhan Keperawatan Komunitas Kesiapan Meningkatkan

Pengetahuan

1. Pengkajian............................................................................... . 9

2. DiagnosaKeperawatan .............................................................. 9

3. Intervensi................................................................................... 10

4. Implementasi............................................................................. 11

5. Evaluasi................................................................................ .... 11

BAB III METODE PENULISAN

A. Metoda Penulisan ............................................................................ 12

B. Sampel ............................................................................................ 12

C. Lokasi .............................................................................................. 13

D. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 13

E. Analisis ............................................................................................ 13

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil ................................................................................................. 14

B. Pembahasan .................................................................................... 20

BAB VSIMPULAN

A. Simpulan ......................................................................................... 24

B. Saran ............................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
2.1Kriteriahasildan skala dari perencanaan ............................. 10

x
DAFTAR LAMPIRAN

1. Asuhan Keperawatan

2. Satuan Acara Penyuluhan

3. Leaflet

4. Lembar Bimbingan

5. Lembar Surat

6. Daftar Riwayat Hidup

xi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Remaja atau “adolescence”, berasal dari bahasa latin “adolescere”
yang berarti tumbuh ke arah kematangan. Yang dimaksud dengan kematangan
adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosial dan
psikologis.
Menurut WHO dalam Suryadi, dkk., 2002:35 masa remaja adalah masa
peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, di mana masa itu
terjadi pertumbuhan yang pesat termasuk fungsi reproduksi sehingga
mempengaruhi terjadinya perubahan-perubahan perkembangan, baik fisik,
mental, maupun peran sosial.
Hasil proyeksi menurut Badan Pusat Statistik (2010) menunjukkan
bahwa jumlah penduduk Indonesia selama dua puluh lima tahun mendatang
terus meningkat yaitu dari 238,5 juta pada tahun 2010 menjadi 305,6 juta pada
tahun 2035. Menurut BPS kecamatan Purwokerto Timur (2016), pada tahun
2015 penduduk yang tersebar di enam kelurahan tercatat sebesar 58.246 jiwa
terdiri dari 28.503 laki-laki dan 29.743 perempuan, sedangkan jumlah remaja
putri di daerah Purwokerto Timur yang berumur 15-19 tahun sebanyak 2, 896
juta jiwa.
Pada masa remaja ini beberapa perubahan yang dialami dan terjadi
meliputi perubahan fisik, psikologi, maupun sosial. Seiring perkembangannya
remaja mulai bereksplorasi dengan diri, nilai-nilai, identitas peran, dan
perilakunya maka permasalahan pada remaja semakin komplek. Diantara
persoalan tersebut yang dihadapi remaja adalah masalah kesehatan reproduksi,
dikarenakan remaja memerlukan penyesuaian, sehingga untuk mencegah

1
2

permasalahan-permasalahan tersebut remaja membutuhkan adanya edukasi


mengenai kesehatan reproduksi.
Ketidakadekuatan hygiene merupakan salah satu faktor remaja putri
mengalami permasalahan kesehatan reproduksi, masalah hygiene juga
merupakan faktor risiko terjadinya infertilitas sekunder pada wanita. Maslah
hygiene meliputi penggunaan pembalut yang tidak hygiene saat menstruasi
dimana remaja menggunakan kain yang dipakai ulang setelah dikeringkan,
bahkan mereka mengeringkannya ditempat tersembunyi dan tidak terkena
sinar matahari.
Kesehatan Reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan
sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran dan
sistem reproduksi (Irianto,2015). Menurut WHO Kesehatan Reproduksi
merupakan suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya
bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan
dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Oleh karena itu sangatlah
perlu bagi remaja untuk meningkatkan pengetahuan mereka dengan
memberikan edukasi dan informasi seputar kesehatan reproduksi.
Kesiapan peningkatan pengetahuan perlu dilakukan agar remaja dapat
menjaga kesehatan reproduksi lebih dini. Seperti yang dikatakan oleh
Herdman (2016) tentang kesiapan meningkatkan pengetahuan merupakan
suatu pola informasi kognitif yang berhubungan dengan topik spesifik atau
penguasaannya, yang dapat diperkuat. Maka dari itu remaja perlu mengenal
dan memahami tentang hak-hak reproduksi untuk mencapai kesejahteraan
yang berhubungan dengan fungsi dan proses sistem reproduksi.
Berdasarkan banyaknya permasalahan remaja tentang kesehatan
reproduksi dan kurangnya edukasi kepada remaja putri tentang kesehatan
reproduksi maka penulis tertarik untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan pada Kelompok Remaja Purti dengan
Kesiapan Meningkatkan Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi”
3

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Menggambarkan kemampuan penulis berfikir kritis dalam Asukan
Keperawatan Komunitas Remaja Putri dengan Kesiapan Meningkatkan
Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi.
2. Tujuan Khusus
a. Menggambarkan karakteristik remaja dalam Asuhan Keperawatan
pada Kelompok Remaja Putri dengan Kesiapan Meningkatkan
Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi
b. Menggambarkan pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan dan
tindakan yang dilakukan dalam Asuhan Keperawatan pada Kelompok
Remaja Putri dengan Kesiapan Meningkatkan Pengetahuan tentang
Kesehatan Reproduksi
c. Menganalisis/membahas hasil pengkajian, masalah keperawatan,
perencanaan, tindakan yang ditekankan pada prosedur-prosedur
keperawatan - SOP, dan evaluasi dari tindakan yang dilakukan untuk
diagnosa kesiapan meningkatkan pengetahuan pada kelompok remaja
putri tentang kesehatan reproduksi.

C. Manfaat Penulisan
a. Bagi Profesi Keperawatan
Hasil laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan masukan
bagi profesi keperawatan dalam Asuhan Keperawatan Komunitas Remaja
Putri dengan Kesiapan Meningkatkan Pengetahuan Tentang Kesehatan
Reproduksi
b. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
Sebagai referensi bagi institusi pendidikan keperawatan tentang
Asuhan Keperawatan Komunitas Remaja Putri dengan Kesiapan
Meningkatkan Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi
4

c. Bagi Kelompok Remaja Putri


Hasil laporan kasus ini dapat memberikan manfaat dalam
peningkatan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
d. Bagi Penulis
Memberikan wawasan bagi penulis dalam Asuhan Keperawatan
Komunitas Remaja Putri dengan Kesiapan Meningkatkan Pengetahuan
Tentang Kesehatan Reproduksi.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kesehatan Reproduksi Remaja


1. Pengertian
a. Remaja
Remaja merupakan masa transisi dari kanak-kanak menuju
dewasa, namun tidak semua menyadari bahwa pada masa remaja
terjadi perubahan yang besar. (Novita pratiwi, 2005 dalam Widyastuti
dkk, 2009)
Dari segi umur remaja dapat dibagi menjadi remaja awal/early
adolescence (10-13 tahun), remaja menengah/middle adolescence (14-
16 tahun) dan remaja akhir/lote adolescence (17-20 tahun) {Behrman,
Kliegman & Jenson, 2004 dalam Jafar, 2005)
Menurut Kumalasari dan Andhyantoro (2012), membagi
beberapa karakteristik remaja berdasarkan umur :
1) Masa remaja awal (12-15 tahun)
a) Lebih dekat dengan teman sebaya
b) Ingin bebas
c) Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya
d) Mulai berfikir abstrak
2) Masa remaja pertengahan (15-18 tahun)
a) Mencari identitas diri
b) Timbul keinginan untuk berkencan
c) Mempunyai rasa cinta yang mendalam
d) Mengembangkan kemampuan berfikir abstrak
e) Berkhayal tentang aktivitas seks
6

3) Remaja akhir (18-21 tahun)


a) Pengungkapan kebebasan diri
b) Lebih selektif dalam mencari teman sebaya
c) Mempunyai citra tubuh (body image) terhadap dirinya
b. Kesehatan Reproduksi Remaja
Kesehatan Reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental
dan sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit
atau kecatatan, dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem
reproduksi, serta fungsi dan prosesnya (Depkes,2001 dalam
Widyastuti 2009)
c. Kesehatan Reproduksi Remaja
Menurut BKKBN-UNICEF (2004) dalam Kumalasari dan
Andhyantoro (2012) Kesehatan Reproduksi Remaja didefinisikan
sebagai kondisi sehat dari sistem, fungsi, dan proses alat reproduksi
yang dimiliki oleh remaja, yaitu laki-laki dan wanita usia 10-24 tahun.
2. Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi Remaja
Menurut Depkes RI (2001) dalam Redaktur kesehatan reproduksi
sebenarnya sangat luas, karena mencakup keseluruhan kehidupan manusia
sejak lahir hingga mati.
Dalam pendekatan siklus hidup dikenal 5 tahap, beberapa
pelayanan kesehatan reproduksi dapat diberikan pada tiap tahapan
berikut ini:
a. Konsepsi :
1) Perlakuan sama terhadap janin laki-laki atau perempuan
2) Pelayanan antenatal, persalinan, dan nifas yang aman serta
pelayanan bayi baru lahir
7

b. Bayi dan anak:


1) ASI ekslusif dan penyapihan yang layak
2) Tumbuh kembang anak dan pemberian makanan dengan gizi
seimbang
3) Imunisasi, management terpadu balita sakit ( MTBS) dan
management terpadu bayi muda (MTBM)
4) Pemcegahan dan penanggulangan kekerasnan
5) Pendidikan dan kesehatan untuk memperoleh pendidikan yang
sama pada laki-laki dan perempuan
c. Remaja:
Menurut Widyastuti (2009) ruang lingkup kesehatan
reproduksi remaja melipuri:
1) Gizi seimbang
2) Informasi tentang kesehatan reproduksi
3) Pencegahan kekerasan seksual
4) Pencegahan terhadap ketergantungan narkotik, psikotropika, dan
zat adiktif
5) Perkawinan pada usia yang wajar
6) Pendidikan dan peningkatan keterampilan
7) Peningkatan penghargaan diri
8) Peningkatan pertahanan terhadap godaan dan ancaman
d. Usia subur:
1) Kehamilan dan persalinan yang aman
2) Pencegahan kecacatan dan kematian akibat kehamilan pada ibu
dan bayi
3) Menjaga jarak kelahiran dan jumlah kehamilan dengan
penggunaan kontrasepsi atau KB
4) Pencegahan terhadap PMS atau HIV/AIDS
5) Pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualitas
8

6) Pencegahan penanggulangan masalah aborsi secara rasional


7) Deteksi dini kanker payudara dan leher rahim
8) Pencegahan dan management infertilitas

B. Konsep Dasar Kesiapan Meningkatkan Pengetahuan


Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan merupakan hasil dari tahu,
dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga. Pengetahuan memiliki beberapa tingkatan yaitu
tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Pengukuran
pengetahuan dapat diukur dengan wawancara langsung atau dengan
memberikan angket yang berisi materi-materi yang di berikan sebelum materi
disampaikan (pre test) dan setelah pemberian materi (post test). Hal ini untuk
mengetahui tingkat pengetahuan dan sebagai acuan untuk meningkatkan
pengetahuan remaja.
Menurut Wilkinson (2012) kesiapan meningkatkan pengetahuan
merupakan penyerapan informasi kognitif yang berhubungan dengan topik
tertentu yang mencukupi untuk memenuhi tujuan kesehatan dan dapat
ditingkatkan. Batasan karakteristik dari kesiapan meningkatkan pengetahuan
yaitu mengungkapkan minat untuk meningkatkan pengetahuan. (Hermad dan
Kamitsuru, 2015)

C. Pengelolaan Kesiapan Meningkatkan Pengetahuan


Pengelolaan kesiapan meningkatkan pengetahuan kelompok remaja
putri tentang kesehatan reproduksi adalah dengan memberikan edukasi
tentang kesehatan reproduksi. Edukasi dilakukan untuk meningkatkan
pengetahuan kelompok tentang kesehatan reproduksi. Ada beberapa metode
edukasi yang dapat digunakan salah satunya dengan ceramah dan tanya jawab,
metode ini juga dilengkapi dengan media yang mudah untuk dimengerti.
9

Menurut Wilkinson & Kamitsuru (2012) tindakan keperawatan untuk


diagnosa kesiapan meningkatkan pengetahuan yaitu 1) pengkajian terhadap
kebutuhan informasi, 2) berikan informasi diperlukan kelompok.

D. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Komunitas Dengan Kesiapan


Meningkatkan Pengethuan
1. Pengkajian
Pengkajian asuhan keperawatan komunitas terdiri atas dua bagian
utama, yaitu inti komunitas (core) dan delapan subsitem yang
melengkapinya. Inti komunitas menjelaskan kondisi penduduk yang
dijabarkan dalam demografi, vital statistik, sejarah komunitas, nilai dan
keyakinan, serta riwayat komunitas, sedangkan delapan subsitem lainnya
meliputi lingkungan fisik, pendidikan, keamanan, dan transportasi, politik
dan pemerintah, layanan kesehatan dan social, komunikasi, ekonomi dan
rekreasi. (Achjar, 2012)
2. Diagnosis
Menurut Wilkinson & Ahern (2012) perumusan masalah dapat
ditujukan kepada kelompok remaja. Batasan karakteristik yang ditemukan
pada kesiapan meningkatkan pengetahuan adalah sebagai berikut:
a. Data Subjektif
Kelompok menjelaskan pengetahuan mengenai topik dan
mengungkapkan ketertarikan untuk belajar.
b. Data Objektif
Kelompok memperlihatkan perilaku yang sesuai dengan pengetahuan
yang diperlihatkan
10

3. Perencanaan/ intervensi
Menurut Wilkinson dan Ahern (2012), hasil NOC dari diagnosa
keperawatan kesiapan meningkatatkan pengetahuan yaitu : 1)
mengidentifikasi kebutuhan terhadap informasi tambahan mengenai
perilaku promosi kesehatan, 2) mengevaluasi dan mengubah rencana
sesuai dengan kebutuhan, 3) mengimplementasikan rencana yang sudah di
ajakan.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pengetahuan
kelompok meningkat.
NOC : pengetahuan promosi kesehatan
Tabel 2.1
Kriteria hasil dari diagnosa kesiapan meningkatkan pengetahuan pada
kelompok remaja putri tentang kesehatan reproduksi.
No. Kriteria Hasil Skala
Awal Tujuan
1. Pengetahuan mengenai 1 5
kesehatan reproduksi
meningkat
2. Minat untuk belajar 1 5
3. Kesiapan untuk belajar 1 5
Keterangan skala:
1. Tidak ada
2. Terbatas
3. Cukup
4. Banyak
5. Luas
11

NIC : pengetahuan promosi kesehatan


a) Kaji pengetahuan kelompok tentang kesehatan reproduksi
b) Kaji kemampuan kelompok dalam menerima informasi
c) Beri edukasi tentang kesehatan reproduksi
d) Fasilitasi pembelajaran dengan media yang menarik
e) Motivasi kelompok agar meningkatkan kesiapan untuk belajar
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah suatu tahapan dalam proses
keperawatan dimana perawat mengaplikasikan rencana asuhan
keperawatan yang telah dibuat dengan maksud untuk mencapai tujuan
yang diharapkan (Asmadi, 2008).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah upaya untuk menentukan apakah seluruh proses sudah
berjalan sesuai tujuan, dengan menggunakan evaluasi formatif dan
evaluasi sumatif (Ali Z. p.30, 2010). Cara yang dapat digunakan untuk
menentukan adanya sebuah peningkatan pengetahuan remaja tentang
kesehtan reproduksi yaitu dengan memberikan angket yang berisikan
materi-materi sebelum di sampaikan (pre test) dan sesudah pemberian
materi (post test).
12

BAB III

METODA

A. Metoda Penulisan
Metoda penulisan Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan metode
deskriptif. Menurut Setyosari (2010) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif
adalah penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
suatu keadaan, peristiwa, objek baik orang, atau segala sesuatu yang terkait
dengan variabel-variabel yang bisa dijelaskan dengan maupun kata. Hal ini
juga dikemukakan oleh Arwani, Wagiyo, Supriyanto, Shobirun (2015) metode
deskriptif yaitu menggambarkan hasil dari asuhan keperawatan dengan
memfokuskan pada salah satu masalah penting di dalam sebuah kasus.
Karya Tulis Ilmiah ini menyajikan tentang asuhan keperawatan
kesiapan meningkatkn pengetahuan pada kelompok remaja putri tentang
kesehatan reproduksi di RW 5 Kelurahan Mersi Kecamatan Purwokerto
Timur Kabupaten Banyumas.

B. Sampel
Sampel adalah bagian dari suatu populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh suatu populasi. Sample yang diambil
adalah sekelompok remaja putri yang berumur 15-18 tahun dan bertempat tinggal
di RW 5 Kelurahan Mersi Kecamatan Purwokerto Timur. Teknik pengambilan
sempel pada laporan kasus kesiapan meningkatkan pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi yaitu dengan cara convenience sampling method (non-
probability sampling technique) dimana mengambilan sampel dengan cara
mencari subjek atas dasar hal-hal yang menyenangkan untuk di lakukan
penelitian (Arwani, dkk., 2015).
13

C. Lokasi
Karya Tulis Ilmiah ini mengambil lokasi pengambilan data di RW 5
Kelurahan Mersi Kecamatan Purwokerto Timur Kabupaten Banyumas.

D. Teknik Dan Alat Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan karya tulis
ilmiah ini dengan teknik wawancara dan observasi (Arwani, dkk., 2015).
Alat pengumpulan data yang digunakan pada laporan kasus Karya
Tulis Ilmiah ini adalah lembar / format asuhan keperawatan komunitas dan
prosedur pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara dan
observasi. Teknik wawancara merupaka suatu metode komunikasi tanya
jawab antara perawat dan pasien yang berhubungan dengan masalah
kesehatan, dan digunakan juga teknik observasi. Teknik observasi merupakan
kegiatan mengamati perilaku dan keadaan pasien untuk memperoleh data
tentang masalah kesehatan pasien (Nursalam, 2008).

E. Analisis
Analisa data yang digunakan dalam karya tulis ilmiah yaitu menggunakan
Domain Analysis.. Menurut Sugiyono (2009) yaitu untuk memperoleh gambaran
secara umum dan menyeluruh dari suatu obyek/penelitian atau situasi sosial yang
di teliti.
14

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Laporan kasus ini berisi rangkaian asuhan keperawatan pada kelompok
remaja putri dengan kesiapan meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi di RW 5 Kelurahan Mersi Kecamatan Purwokerto Timur Kabupaten
Banyumas. Penulis menggunakan metode pendekatan proses keperawatan yang
meliputi: pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan
evaluasi.

1. Pengakajian
Pengkajian dilakukan tanggal 29 April 2017 pada pukul 10.00 WIB di
RW 5 Kelurahan Mersi Kecamatan Purwokerto Timur Kabupaten Banyumas.
Metode pengkajian oleh penulis adalah wawancara, observasi, dan winshield
survey. Narasumber pengkajian yaitu kader RW 5, dan remaja putri.
Komponen pengkajian mengacu pada teori community as a partner (Anderson
& Mc Farlane, 2000 dalam mubarak dkk, 2006) yang meliputi data inti/core
dan 8 subsistem yaitu lingkungan fisik, pendidikan, ekonomi, transportasi &
keamanan, politik & kebijakan, pelayanan kesehatan & pelayanan pelayanan
sosial, komunikasi,dan rekreasi. Gambaran kasus secara jelas dapat diuraikan
sebagai berikut :
a. Data inti/core
Klien adalah kelompok remaja putri yang berusia 15-18 tahun di
RW 5 Kelurahan Mersi Kecamatan Purwokerto Timur, jumlah kelompok
sebanyak 10 orang . Klien secara keseluruhan beragama Islam dan klien
memiliki adat yang relatif sama karena kelompok inti ini merupakan
remaja yang tinggal di kelurahan mersi dengan suku jawa. Pada saat
15

dilakukan pengkajian pada tanggal 29 April 2017 di dapatkan data


subjektif : remaja mengatakan belum pernah mendapatkan informasi
tentang peningkatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, 3 remaja
mengatakan mengalami keputihan dan belum mengetahui bagaimana cara
untuk menangani keputihan tersebut. Serta di dapatkan data objektif :
remaja sering bertanya seputar keputihan. Dari 10 remaja yang dikaji
ternyata berminat untuk dilakukan penyuluhan tentang kesehatan
reproduksi.
b. Delapan subsistem
Pada saat dilakukan pengkajian remaja mengungkapkan bahwa
sudah mulai memiliki ketertarikan dengan lawan jenis, mudah bergaul
dengan teman-teman sebayanya, namun remaja belum mengetahui
batasan-batasan yang harus diperhatikan dalam bergaul dengan teman
sebayanya. Remaja rata-rata adalah pelajar yaitu SMA sebanya 5 orang,
SMP sebanyak 5 orang. Jumlah remaja sebanyak 10 orang. Remaja
mengatakan sudah mendapatkan materi tentang kesehatan reproduksi
disekolah tetapi belum begitu memahami dan mengerti lebih jauh. Ny T
sebagai mengatakan keadaan ekonomi para remaja di RW 5 rata-rata
menengah kebawah dengan mata pencaharian sebagaian besar orang tua
adalah buruh.

Ny T sebagai kader mengatakan keamanan di RW 5 Kelurahan


Mersi sudah cukup aman, keadaan lingkungannya juga cukup ramai
karena berbatasan dengan jalan raya akses jalan menuju kesekolah dan ke
pelayanan kesehatan juga sudah memadai. Transportasi yang digunakan
oleh para remaja adalah sepeda motor, namun mayoritas dari remaja
memilih untuk berjalan kaki karena tempat tinggal dominasi di daerah
sekitar Mersi. Keadaan jalan menuju pelayanan kesehatan dekat dari jalan
raya dan banyak kendaraan yang berlalulalang.
16

Belum adanya kebijakan serta upaya pemerintah yang terkait


dengan kesehatan reproduksi remaja untuk remaja di RW 5 Kelurahan
Mersi tersebut. Namun, dengan adanya puskesmas diharapkan remaja
dapat sehat jasmani dan rohani, lingkungan yang dapat memberikan tubuh
kembang remaja yang harmonis dan efisien. Belum ada pemberian
program tentang kesehatan reproduksi untuk para remaja khususnya
remaja di RW 5. Menurut Ny T sebagai kader, mengharapkan adanya
pemberian program tentang kesehatan reproduksi dari pelayanan
kesehatan.

Komuniksi antar remaja mengenai kesehatan reproduksi belum


pernah disampaikan karena remaja di RW 5 menganggap bahwa kesehatan
reproduksi adalah hal yang dianggap sebagai masalah pribadi dan tidak
ingin diketahui orang lain, serta belum pernah dilakukan penyuluhan
tentang kesehatan reproduksi di RW 5 Kelurahan Mersi. Ny T sebagai
kader mengatakan untuk mengadakan rekreasi khsusus ke tempat rekreasi
belum pernah dilaksanakan karena mayoritas orang tua remaja sebagai
buruh, sebenarnya ingin mengadakan rekreasi khsusus agar para remaja
mempunyai pikiran yang segar karena kegiatan tidak hanya dilakukan
disekitar lingkungan rw saja.
b. Status Kesehatan Kelompok
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 29 April 2017 angka
kesakitan remaja di RW 5 didapatkan 3 remaja yang mengalami keputihan
namun dari ketiga remaja tersebut belum ada yang tahu tentang bagaimana
cara untuk mengatasi keputihan tersebut.
Berdasarkan pengkajian pada tanggal 29 April 2017 remaja
menyetujui diadakannya kegiatan penyuluhan, serta adanya minat dan
keinginan remaja untuk meningkatkan pengetahuan.
17

2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengkajian yang telah
dilakukan maka penulis melakukan analisis data yaitu : Data subjektif dari 10
remaja di RW 5 Kelurahan Mersi setuju untuk diadakan kegiatan penyuluhan,
serta siap untuk meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.
Data objektif yang diperoleh yaitu pada saat dilakukan pengkajian 10 remaja
belum pernah mendapatkan informasi tentang peningkatan pengetahuan
tentang kesehatan reproduksi. Dari 10 remaja yang dikaji berminat untuk
dilakukan penyuluhan.
Berdasarkan data tersebut penulis menemukan masalah dengan
kesiapan meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. Selain itu
juga di temukan data yaitu : Data Subjektif 10 remaja mengatakan belum
mengetahui tentang bagaimana menjaga kesehatan reproduksi dengan baik
dan benar. Data objektif yang diperoleh pada saat pengkajian didapatkan 3
remaja yang mengalami keputihan. Berdasarkan data tersebut penulis
menemukan masalah Resiko Gangguan Perilaku Sehat berhubungan dengan
kurang pengalaman tentang kesehatan reproduksi pada remaja di Rw 5
Kelurahan Mersi.
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan masalah keperawatan defisiensi pengetahuan menurut
Wilkinson & Ahern (2012) adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan
komunitas selama 3 kali kunjungan. Pada diagnosa Kesiapan Meningkatkan
Pengetahuan pada Kelompok Remaja Putri tentang Kesehatan Reproduksi
dengan tujuan umum setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 kali
kunjungan mampu minat remaja untuk belajar tentang kesehatan reproduksi
meningkat.
NOC : Pengetahuan Promosi Kesehatan (29 April 2017, 30 April
2017). Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan minat untuk
belajar remaja meningkat dengan kriteria hasil remaja mengungkapkan
18

kesiapannya untuk meningkatkan minat remaja belajar, serta meningkatkan


kesiapan remaja untuk belajar. NIC: pengetahuan promosi kesehatan.
Intervensi : 1) kaji minat remaja untuk meningkatkan belajar tentang
kesehatan reproduksi, 2) kaji kesiapan remaja untuk meningkatkan minat
belajarnya, 3) berikan edukasi tentang kesehatan reproduksi, serta 4) fasilitasi
pembelajaran dengan media yang menarik.
NOC: Perilaku Sehat (1 Mei 2017), setelah dilakukan tindakan
keperawatan komunitas diharapkan perilaku sehat remaja meningkat dengan
kriteria hasil, remaja memperlihatkan perilaku yang sehat serta menunjukan
perilaku kepatuhan remaja untuk menjaga kesehatan reproduksinya. NIC:
perilaku sehat. Intervensi: 1) diskusikan dan menetapkan tujuan dengan
remaja untuk selalu menjaga kesehatan reproduksi, 2) anjurkan remaja agar
melakukan kebersihan untuk menjaga kesehatan reproduksinya.
4. Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi atau pelaksanaan tindakan keperawatan yang penulis
lakukan didasarkan pada tujuan dan intervensi atau perencanaan yang telah
penulis buat meliputi:
NOC: Pengetahuan Promosi Kesehatan
Implementasi: 1) mengkaji minat remaja untuk belajar tentang kesehatan
reproduksi, 2) mengkaji kesiapan remaja untuk meningkatkan minat
belajarnya, 3) memberikan edukasi tentang kesehatan reproduksi, 4)
menfasilitasi pembelajaran dengan media yang menarik.
Evaluasi formatif : berdasarkan data yang di dapatkan pada saat pengkajian
10 remaja mengatakan setuju dengan kegiatan penyuluhan serta berminat
untuk datang pada acara penyuluhan, dan pada saat penyuluhan 10 remaja
memahami dan mengerti tentang materi penyuluhan yang diberikan.
Rencana tindak lanjut: Memotivasi kelompok untuk terus meningkatkan
minat belajarnya serta berikan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
remaja.
19

NOC: Perilaku Sehat


Implementasi: 1) mendiskusikan dan menetapkan tujuan dengan remaja
untuk selalu menjaga kesehatan reproduksinya, 2) menganjurkan remaja agar
melakukan kebersihan untuk menjaga kesehatan reproduksinya.
Evaluasi formatif: 10 remaja mengatakan sepakat untuk menjaga kebersihan
serta menjaga kesehatan reproduksinya dengan selalu mencari informasi
tentang bagaimana menjaga kesehatan reproduksi.
Rencana tindak lanjut: Motivasi dan dukung remaja untuk selalu menjaga
kesehatan reproduksinya serta bantu remaja untuk mendapatkan informasi
tentang kesehatan reproduksi.

5. Evaluasi
Evaluasi sematif dilakukan pada tanggal 1 Mei 2017 setelah dilakukan
tidakan keperawatan selama 3 kali pertemuan dengan data subjektif yang
diperoleh 10 remaja mengatakan antusias dengan diadakannya kegiatan
penyuluhan serta telah memahami dan mengerti materi penyuluhan yang
sudah diberikan untuk menambah pengetahuannya seputar kesehatan
reproduksi. Dan data objektif yang didapatkan 10 remaja dapat mengulang
materi penyuluhan yang telah diberikan, dan dapat menjawab pertanyaan yang
diajukan mengenai kesehatan reproduksi, dari 10 remaja yang diundang selalu
datang untuk mengikuti kegiatan penyuluhan.
Rencana tindak lanjut : motivasi kelompok untuk terus meningkatkan
minatnya untuk belajar serta anjurkan kelompok untuk terus menjaga
kesehatan reproduksinya dan mencari sumber-sumber informasi tentang
kesehatan reproduksi.
20

B. Pembahasan
Dalam sub bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan antara
teori dengan praktek selama melakukan asuhan keperawatan yang dilakukan pada
kelompok remaja putri yang telah penulis laaksanakan selama 3 kali kunjungan
dari tanggal 29 April 2017 sampi dengan tanggal 1 Mei 2017 di RW 5 Kelurahan
Mersi Kecamatan Purwokerto Timur Kabupaten Banyumas.
Tujuan pembahasan adalah untuk menjawab tujuan penulisan atau
bagaimana tujuan penulisan tersebut tercapai, termasuk kesenjangan-kesenjangan
yang ditemukan selama melakukan asuhan keperawatan pada kelompok remaja
putri dengan diagnosa kesiapan meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi di RW 5 Kelurahan Mersi Kecamatan Purwokerto Timur Kabupaten
Banyumas. Pembahasan difokuskan pada aspek riwayat keperawatan, masalah
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
1. Pengkajian
Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan data dari kesiapan
meningkatkan pengetahuan mendapatkan data subyektif adalah 10 remaja
mengungkapkan kesiapannya untuk meningkatkan pengetahuan serta
menyutujui diadakannya kegiatan penyuluhan. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat dari Wilkinson & Ahern (2012) yang mengatakan bahwa batasan
karakteristik subjektif dari kesiapan meningkatkan pengetahuan yaitu
mengungkapkan masalah secara verbal yaitu mengungkapkan ketertarikan
untuk belajar.
Kesiapan meningatkan pengetahuan remaja di RW 5 dapat ditegakan
jika ditemukan satu dari batasan karakteristik sesuai dengan pendapat dari
Wilkinson & Ahern (2002). Dari teori tersebut membuktikan bahwa
kelompok remaja memenuhi batasan karakteristik dari kesiapan meningkatkan
pengetahuan salah satunya remaja mengungkapkan kesiapannya untuk belajar.
21

2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Herdman & Kamutsuru (2015), diagnosa keperawatan
kesiapan meningkatkan pengetahuan digunakan jika ditemukan satu diantara
batasan karakteristik seperti : kelompok mengungkapkan minat untuk
meningkatkan pengetahuan.
Berdasarkan hasil pengkajian pada kelompok remaja putri data yang
ditemukan sesuai dengan batasan karakteristik yang disebutkan seperti remaja
mengatakan setuju dengan diadakannya kegiatan penyuluhan serta beberapa
remaja yang bertanya seputar kesehatan reproduksi.

3. Perencanaan
Pada perencanaan sesuai dengan masalah keperawatan penulis
menyusun intervensi dengan tujuan umum dan tujuan khusus. Menurut
Wilkinson & Ahern (2012) diharapkan mampu mengungkapkan minat untuk
meningkatkan pembelajaran. Sehingga dalam melakukan tindakan untuk
mengatasi Kesiapan Meningkatkan Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan
Reproduksi di RW 5 Kelurahan Mersi untuk merencanakan waktu
melaksanakan perencanaan tindakan selama 3 kali kunjungan.
Tujuan umum : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3
kali kunjungan mampu meningkatkan minat remaja untuk belajar tentang
kesehatan reproduksi di RW 5 Kelurahan Mersi.
NIC: Pengetahuan Promosi Kesehatan, pengetahuan remaja tentang
kesehatan reproduksi meningkat, remaja mampu meningkatkan minat untuk
belajar, serta remaja mampu mengungkapkan kesiapannya untuk belajar.
Rencana intervensi: Melakukan pengkajian mengenai minat remaja untuk
belajar tentang kesehatan reproduksi, melakukan pengkajian tentang kesiapan
remaja untuk meningkatkan minat belajarnya, memotivasi remaja agar
meningkatkan kesiapan untuk belajar.
22

NIC: Perilaku Sehat, memperlihatkan perilaku yang sehat,


menunjukan perilaku kepatuhan remaja untuk menjaga kesehatan
reproduksinya Rencana intervensi: Mendiskusikan dan menetapkan tujuan
dengan remaja untuk menjaga kesehatan reproduksinya.

4. Pelaksanaan
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang direncanakan
dan dilakukan sebanyak 3 kali kunjungan mulai dari tanggal 29 April 2017
sampai dengan 1 Mei 2017. Tujuan umum dari perencanaan keperawatan pada
kelompok remaja adalah setelah dilakukan 3 kali kunjungan kesiapan
meningkatkan pengetahuan teratasi.
Selama proses pelaksanaan tindakan tidak ada hambatan yang di alami
penulis, faktor yang mendukung keberhasilan semua tindakan tersebut adalah
kelompok remaja putri dan kader RW 5 Kelurahan Mersi yang kooperatif
dalam mengikuti dan melaksanakan setiap proses pengelolaan kesiapan
meningkatkan pengetahuan remaja, remaja mampu melaksanakan asuhan
secara mandiri sebagai tindak lanjut setelah melakukannya dengan penulis.

5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan untuk masalah kesiapan meningkatkan
pengetahuan didapatkan peningkatan yang cukup baik pada kelompok
dikarenakan adanya peningkatan minat remaja untuk mengikuti kegiatan
penyuluhan, dibuktikan dengan remaja yang mengatakan sudah mulai mencari
informasi melalui internet atau buku tentang kesehatan serta bertanya kepada
petugas kesehatan.
Rencana tindak lanjut dari diagnosa kesiapan meningkatkan
pengetahuan pada kelompok remaja putri tentang kesehatan reproduksi yaitu:
Memotivasi kepada remaja untuk terus meningkatkan minat untuk belajar
tentang kesehatan reproduksi, anjurkan kader untuk mengadakan kegiatan
penyuluhan tentang kesehatan reproduksi kepada remaja, hal ini bertujuan
23

untuk selalu meningkatkan pengetahuan dan minat belajar para remaja,


anjurkan remaja untuk terus menjaga kebersihan dan kesehatan reproduksi
24

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil laporan kasus dan pembahasan, penulis dapat menarik


kesimpulan yaitu laporan kasus yang disajikan berupa asuhan keperawatan pada
kelompok remaja putri dengan kesiapan meningkatkan pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi di RW 5 Kelurahan Mersi, Kecamatan Purwokerto Timur,
melalui pendekatan proses keperawatan penulis dapat menarik kesimpilan sebagai
berikut:

1. Pengkajian dilakukan dengan teknik wawancara, dan observasi. Pada


diagnosa kesiapan meningkatkan pengetahuan pada kelompok remaja akan
muncul data: kelompok mengungkapkan minatnya untuk belajar, kelompok
siap untuk meningkatkan pengetahuannya, serta kelompok belum pernah
mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi.
2. Dari pengkajian dapat diambil diagnosa keperawatan kesiapan meningkatkan
pengetahuan dengan batasan karakteristik: kelompok mengungkapkan
minatnya untuk belajar, kelompok siap untuk meningkatkan pengetahuannya,
kelompok belum pernah mendapatkan informasi tetang kesehatan reproduksi.
3. Penyusunan rencana tindakan keperawatan kesiapan meningkatkan
pengetahuan didasarkan pada NOC dan NIC. Tujuan umun: Kesiapan
meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada kelompok
remaja putri teratasi. Tujuan khusus: Kelompok dapat meningkatkan kesiapan
belajar tentang kesehatan reproduksi
4. Implementasi keperawatan dilakukan untuk memecahkan masalah
keperawatan kesiapan meningkatkan pengetahuan. Implementasi yang
dilakukan oleh penulis diantaranya yaitu memberikan penyuluhan tentang
25

kesehatan reproduksi, memberikan motivasi kepada kelompok untuk


meningkatkan minat untuk belajar
5. Evaluasi dilakukan pada diagnosa kesiapan meningkatkan pengetahuan
tentang kesehatan reproduksi pada kelompok remaja putri akan didapatkan
data subjektif: kelompok mengungkapkan kesiapannya untuk meningkatkan
pengetahuan, kelompok mulai mencari sumber informasi melalui buku atau
internet. Data objektif: kelompok tampak antusias dengan mencari sumber-
sumber informasi tentang kesehatan reproduksi. Tindakan keperawtan sudah
teratasi sebagian dan diharapkan kesiapan meningkatkan pengetahuan remaja
lebih meningkat untuk kedepannya.

B. Saran

Untuk pengembangan lebih lanjut dan membantu asuhan keperawatan


komunitas dengan kesiapan meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi, penulis memberikan saran yang diharapkan akan bermanfaat, hal
tersebut diantaranya
1. Bagi kelompok remaja putri, remaja terus meningkatkan minat dan
kesiapannya untuk belajar dan menambah pengetahuan.
2. Bagi profesi keperawatan memberikan masukan, informasi, serta pengetahuan
dalam pengelolaan keperawatan kelompok remaja putri dengan kesiapan
meningkatkan pengetahuan
3. Bagi institusi pendidikan keperawatan untuk dapat menerapkan pembuatan
asuhan keperawatan yang tepat mengenai kesiapan meningkatkan
pengetahuan pada kelompok remaja putri
4. Bagi penulis untuk menambah wawasan, pengalaman, mengenai kesiapan
meningkatkan pengetahuan pada kelompok remaja putri tentang kesehatan
reproduksi dapat menentukan intervensi yang tepat dan sesuai dengan
kebutuhan kelompok.
26

Demikian beberapa kesimpulan dan saran yang dapat penulis berikan,


semoga dapat meningkatkan kualitas pengetahuan dan minat belajar remaja di
RW 5 Kelurahan Mersi Kecamatan Purwokerto Timur Kabupaten Banyumas.
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, E.T. & McFarlane, J.(2006).Buku Ajar Keperawatan Komunita: Teori dan

praktek (edisi 3).Jakarta:EGC

Achjar, K. A. H. (2012). Asuhan Keperawatan Komunitas: Teori dan Praktik. Jakarta:

EGC

Arwani, dkk. (2015). Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Semarang. Poltekkes

Kemenkes Semarang

Asmadi. ( 2008 ), Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC

Badan Pusat Statistik (2010). Statistik Daerah Kecamatan Purwokerto Timur.

Purwokerto: Badan Pusat Statistik Purwokerto Timur

Herdman, T. Heather, 2015. Diagnosis Keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2015-

2017. Jakarta : EGC.

Jafar, N (2005). Pertumbuhan Remaja. Makasar : Fakultas Kesehatan Masyarakat,

Universitas Hasanuddin

Kumalasari, I dan andhyantoro, I. 2012. Kesehatan Reproduksi untuk Mahasiswa

Kebidanan dan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Nursalam (2009). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan

Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika

Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT. Rineka

Cipta

Santrock, J.W (2007). Remaja, jilid 2, edisi kesebelas. Jakarta: Erlangga


Widyastuti, Y., Rahmawati, A., dan Purwaningrum, Y.E. 2009. Kesehatan

Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya

Wilkinson, J.M., & Ahern N.R.,(2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Diagnosa

NANDA Intervensi NIC Kriteria Hasil NOC Edisi kesembilan. Jakarta: EGC.
Lampiran 1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELOMPOK REMAJA PUTRI


DENGAN KESIAPAN MENINGKATKAN PENGETAHUAN
TENTANG KESEHATAN REPRODKSI

DI SUSUN OLEH :
AYU INDAH LESTARI
P1337420214038

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PURWOKERTO


JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2017
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELOMPOK REMAJA PUTRI
DENGAN KESIAPAN MENINGKATKAN PENGETAHUAN
TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI

A. Pengkajian

Pengkajian dilakukan tanggal 29 April 2017 pada pukul 10.00 WIB di


RW 5 Kelurahan Mersi Kecamatan Purwokerto Timur Kabupaten Banyumas.
Metode pengkajian oleh penulis adalah wawancara, observasi, kusioner, dan
winshield survey. Komponen pengkajian mengacu pada teori community as a
partner (Anderson & Mc Farlane,2000 dalam mubarak dkk, 2006) yang
meliputi data inti/core dan 8 subsistem yaitu lingkungan fisik, pendidikan,
ekonomi, transportasi & keamanan, politik & kebijakan, pelayanan kesehatan,
komunikasi, dan rekreasi. Hasil pengkajian akan diuraikan sebagai berikut:

1. Data Inti/core

Klien adalah kelompok remaja putri yang berusia 15-18 tahun di


RW 5 Kelurahan Mersi Kecamatan Purwokerto Timur, jumlah kelompok
sebanyak 10 orang . Klien secara keseluruhan beragama Islam dan klien
memiliki adat yang relatif sama karena kelompok inti ini merupakan
remaja yang tinggal di kelurahan mersi dengan suku jawa. Pada saat
dilakukan pengkajian pada tanggal 29 April 2017 didapatkan data
subjektif remaja mengatakan belum pernah mendapatkan informasi
tentang peningkatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, 3 remaja
mengatakan mengalami keputihan dan belum mengetahui bagaimana cara
menangani keputihan. Serta disapatkan data objektif : remaja sering
bertanya seputar keputihan. Dari 10 remaja yang dikaji ternyata berminat
untuk dilakukan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi.
2. Delapan sub sistem

1) Lingkungan Fisik

Pada saat dilakukan pengkajian remaja mengungkapkan bahwa


sudah mulai memiliki ketertarikan dengan lawan jenis, mudah bergaul
dengan teman-teman sebayanya, namun remaja belum mengetahui
batasan-batasan yang harus diperhatikan dalam bergaul dengan teman
sebayanya.

2) Pendidikan

Remaja rata-rata adalah pelajar yaitu SMA sebanya 5 orang,


SMP sebanyak 5 orang. Jumlah remaja sebanyak 10 orang. Remaja
mengatakan sudah mendapatkan materi tentang kesehatan reproduksi
disekolah tetapi belum begitu memahami dan mengerti lebih jauh,
dibuktikan dengan 3 remaja yang sering bertanya tentang bagaimana
penanganan atau cara mengurangi keputihan.

3) Ekonomi

Ny T sebagai mengatakan keadaan ekonomi para remaja di RW


5 rata-rata menengah kebawah dengan mata pencaharian sebagaian
besar orang tua adalah buruh.

4) Transportasi dan Keamanan

Ny T sebagai kader mengatakan keamanan di RW 5 Kelurahan


Mersi sudah cukup aman, keadaan lingkungannya juga cukup ramai
karena berbatasan dengan jalan raya akses jalan menuju kesekolah dan
ke pelayanan kesehatan juga sudah memadai. Transportasi yang
digunakan oleh para remaja adalah sepeda motor, namun mayoritas
dari remaja memilih untuk berjalan kaki karena tempat tinggal
dominasi di daerah sekitar Mersi. Keadaan jalan menuju pelayanan
kesehatan dekat dari jalan raya dan banyak kendaraan yang
berlalulalang.
5) Politik dan Kebijakan

Belum adanya kebijakan serta upaya pemerintah yang terkait


dengan kesehatan reproduksi remaja untuk remaja di RW 5 Kelurahan
Mersi tersebut. Namun, dengan adanya puskesmas diharapkan remaja
dapat sehat jasmani dan rohani, lingkungan yang dapat memberikan
tubuh kembang remaja yang harmonis dan efisien.

6) Pelayanan kesehatan

Belum ada pemberian program tentang kesehatan reproduksi


untuk para remaja khususnya remaja di RW 5. Menurut Ny T sebagai
kader, mengharapkan adanya pemberian program tentang kesehatan
reproduksi dari pelayanan kesehatan.

7) Komunikasi

Komuniksi antar remaja mengenai kesehatan reproduksi belum


pernah disampaikan karena remaja di RW 5 menganggap bahwa
kesehatan reproduksi adalah hal yang dianggap sebagai masalah
pribadi dan tidang ingin diketahui orang lain, serta belum pernah
dilakukan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi di RW 5
Kelurahan Mersi.

8) Rekreasi

Ny T sebagai kader mengatakan untuk mengadakan rekreasi


khsusus ke tempat rekreasi belum pernah dilaksanakan karena
mayoritas orang tua remaja sebagai buruh, sebenarnya ingin
mengadakan rekreasi khsusus agar para remaja mempunyai pikiran
yang segar karena kegiatan tidak hanya dilakukan disekitar lingkungan
rw saja.
3. Status Kesehatan Kelompok

Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 29 April 2017 angka


kesakitan atau Morbilitas remaja di rw 5 didapatkan ada 3 remaja yang
mengalami keputihan namun dari ketiga remaja tersebut belum ada yang
tahu tentang bagaimana cara untuk mengatasi keputihan tersebut.

Berdasarkan pengkajian pada tanggal 29 April 2017 remaja


menyetujui diadakannya kegiatan penyuluhan, serta adanya minat dan
keinginan remaja untuk meningkatkan pengetahuan.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Analisa Data

NO DATA MASALAH
1. DS : remaja mengatakan belum pernah Kesiapan meningkatkan
mendapatkan informasi tentang pengetahuan tentang
peningkatan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
kesehatan reproduksi, 3 remaja remaja.
mengatakan mengalami keputihan dan
belum mengerti tentang bagaimana cara
penanganan tentang keputihan.
DO : Dari 10 remaja yang dikaji
berminat untuk dilakukan penyuluhan
tentang kesehatan reproduksi.

2. DS : remaja mengatakan belum Resiko gangguan


mengetahui tentang bagaimana menjaga perilaku sehat
kesehatan reproduksi dengan baik dan
benar
DO : pada saat dilakukan pengkajian
didapatkan 3 remaja yang mengalami
keputihan.
2. Rumusan Diagnosa Keperawatan

kriteria Jumlah Keterangan


Diagnosa
No.
Keperawatan
Keterangan Kriteria:
A B C D E F G H I J K L
A. Sesuai dengan peran
1. Kesiapan 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 39 perawat komunitas
meningkatkan B. Resiko terjadi
pengetahuan C. Resiko parah
tentang kesehatan D. Potensi untuk pendidikan
reproduksi pada kesehatan
kelompok remaja E. Interest untuk komunitas
putri di RW 5 F. Kemungkinan diatasi
Kelurahan Mersi G. Relevan dengan program
Purwokerto H. Tersedianya tempat
Timur I. Tersedianya waktu
2. Resiko gangguan 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 38 J. Tersedianya dana
perilku sehat K. Tersedianya fasilitas
berhubungan L. Tersedianya sumber daya
dengn kurang
pemahaman Keterangan pembobotan:
tentang kesehatan 1. Sangat rendah
reproduksi remaja 2. Rendah
di RW 5 3. Cukup
kelurahan Mersi 4. Tinggi
Purwokerto 5. Sangat tinggi
Timur
C. Diagnosa Keperawatan

1. Kesiapan meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja


di RW 5 Kelurahan Mersi
2. Resiko gangguan perilaku sehat berhubungan dengan kurang pemahaman
tentang kesehatan reproduksi remaja pada remaja di RW 5 Kelurahan
Mersi

D. Intervensi Keperawatan

1. Kesiapan Meningkatkan Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi


Remaja pada remaja di RW 5 Kelurahan Mersi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pengetahuan
kelompok remaja meningkat.
NOC : pengetahuan promosi kesehatan

Kriteria Hasil :
1. Pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi meningkat
2. Meningkatkan minat remaja untuk belajar
3. Meningkatkan kesiapan remaja untuk belajar

NIC : pengetahuan promosi kesehatan


1. Kaji minat remaja untuk meningkatkan belajar tentang kesehatan
reproduksi
2. Kaji kesiapan remaja untuk meningkatkan minat belajarnya
3. Beri edukasi tentang kesehatan reproduksi
4. Fasilitasi pembelajaran dengan media yang menarik
5. Motivasi kelompok agar meningkatkan kesiapan untuk belajar
2. Resiko gangguan perilaku sehat berhubungan dengan kurang pengalaman
tentang kesehatan reproduksi pada remaja di RW 5 Kelurahan Mersi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan komunitas diharapkan
perilaku sehat remaja meningkat
NOC : Perilaku sehat
Kriteria Hasil :
1) Memperlihatkan perilaku yang sehat
2) Menunjukan perilaku kepatuhan remaja untuk menjaga kesehatan
reproduksinya
NIC : Perilaku sehat ; Edukasi Kesehatan, Bantuan modifikasi Diri.
Intervensi :
1) Lakukan skrining kesehatan
2) Berikan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi remaja
3) Diskusikan dan menetapkan tujuan dengan remaja untuk menjaga
kesehatan reproduksinya

E. Implementasi Keperawatan

No Tanggal, Dx Implementasi Evaluasi Formatif Paraf


waktu
1. 29 April I Melakukan S: remaja setuju untuk
2017 pengkajian mengikuti kegiatan
Pukul mengenai penyuluhan, serta siap
10.00 WIB kesiapan remaja untuk meningkatkan
untuk belajar belajar
O : dari 10 remaja
yang dikaji berminat
untuk dilakukan
penyuluhan tentang
kesehatan reproduksi
A : Masalah kesiapan
meningkatkan
pengetahuan
P : Lakukan tindakan
sesuai intervensi yang
telah diterapkan

2. 29 April I Melakukan S : remaja setuju untuk


2017 kontrak dilakukan penyuluhan
Pukul penyuluhan pada tanggal 30 April
11.00 WIB tentang kesehatan 2017
reproduksi remaja O : sebagian remaja
antusias dengan akan
diadakannya
penyuluhan tentang
kesehatan reproduksi
A : Masalah kesiapan
meningkatkan
pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi
remaja belum teratasi
P : Lanjutkan
intervensi
Melakukan
penyuluhan tentang
kesehatan reprduksi
remaja
3. 30 April I, II Melakukan S : remaja mengatakan
2017 Penyuluhan memahami dan
Pukul tentang kesehatan mengerti tentang
19.00 WIB reproduksi remaja penyuluhan yang
diberikan
O : remaja terlihat
memahmi tentang apa
yang telah di jelaskan
oleh perawat
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Lanjutkan
Intervensi
Motivasi kelompok
untuk meningkatkan
minat untuk belajar
4. 30 April I, II Melakukan kontrak S : remaja mengatakan
2017 pertemuan ketiga setuju bila pertemuan
Pukul untuk berdiskusi dilaksanakan pada
20.00 WIB mengenai tanggal 1 Mei 2017
kesehatan O : remaja tampak
reproduksi antusias
A : masalah teratasi
sebagian
P : lanjutkan intervensi
Mendiskusikan dan
menetapkan tujuan
5. 1 Mei 2017 II Mendiskusikan S : remaja mengatakan
Pukul dan menetapkan sepakat untuk menjaga
19.00 WIB tujuan dengan kesehatan
remaja untuk reproduksinya
menjaga kesehatan O : remaja tampak
reproduksinya antusias terhadap
kesepakatan dan tujuan
untuk menjaga
kesehatan
reproduksinya
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Motivasi kelompok
untuk menjaga
kesehatan
reproduksinya

F. Evaluasi Sumatif
No. Hari, tanggal Dx Evaluasi Paraf
1. Senin, 1 Mei I S : remaja mengatakan sudah mulai mau
2017 mencari informasi seputar kesehatan
reproduksi dengan cara membaca buku
tentang kesehatan, mencari informasi
melalui internet dan bertanya kepada
petugas kesehatan
O : beberapa remaja tampak bertanya
seputar kesehatan reproduksi
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
Motivasi remaja untuk terus
meningkatkan minat untuk belajar
2. Senin, 1 Mei II S : remaja mengatakan sudah mulai
2017 menjaga kesehatan reproduksinya sesuai
dengan apa yang sudah di berikan pada
saat penyuluhan
O : remaja tampak sudah memahami dam
mulai menjaga kesehatan reproduksinya
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi.
Motivasi kelompok untuk terus menjaga
kesehatan reproduksi.
Lampiran 2

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) KEPUTIHAN

PADA REMAJA RW 5 KELURAHAN MERSI

KECAMATAN PURWOKERTO TIMUR

Disusun Oleh :

Ayu Indah Lestari

P1337420214038

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

PRODI STUDI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO

2017
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)

A. IDENTIFIKASI MASALAH
Masalah keputihan adalah masalah yang sejak lama menjadi persoalan
bagi kaum wanita. Tidak banyak wanita yang tahu apa itu keputihan dan
terkadang menganggap enteng persoalan keputihan ini. Padahal keputihan tidak
bisa dianggap enteng, karena akibat dari keputihan ini bisa sangat fatal bila
lambat ditangani. Tidak hanya bisa mengakibatkan kemandulan dan hamil diluar
kandungan, keputihan juga bisa merupakan gejala awal dari kanker leher rahim,
yang bisa berujung pada kematian.

B. PENGANTAR
Bidang studi : Kesehatan Reproduksi
Topik : Keputihan (flour albus)
Subtopik : Keputihan Fisiologis dan Patologis
Sasaran : Remaja RW 5 Kelurahan Mersi
Hari / Tanggal : 30 April 2017
Jam : 19.00 WIB.
Waktu : 35 menit.
Tempat : rumah sdr S

1. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM. (TIU)


Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan remaja dapat
mengetahui tentang jenis Keputihan Fisiologis dan Patologis.
2. TUJUAN INSTRUKSI KHUSUS (TIK)
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan, remaja dapat menjelaskan
kembali :
a. Pengetian tentang Keputihan
b. Jenis dan Ciri Keputihan Fisiologis dan Patologis
c. Penyebab Keputihan Patologis
d. Cara Pencegahan

C. MATERI
Terlampir.

D. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

E. MEDIA
1. Materi SAP
2. Leaflet
3. Leptop

F. KEGIATAN PEMBELAJARAN
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1 1 menit Pembukaan: Menjawab salam
1. Memberi Salam Mendengarkan dan
2. Menyebutkan Materi atau pokok memperhatikan
pembahasan yang akan disampaikan
2. 25 menit Pelaksanaan: Menyimak dan
Menjelaskan materi penyuluhan secara memperhatikan
berurutan dan teratur
3 6 menit Evaluasi: Menjawab
1. Meminta remaja menjelaskan kembali Pertanyaan
mengenai pengertian keputihan, jenis-
jenis keputihan dan cirinya, penyebab
terjadinya keputihan patologis, dan
upaya pencegahan keputihan yang
bersifat patologis
2. Memberikan pujian atas keberhasilan
dalam menjelaskan pertanyaan dan
memperbaiki kesalahan, serta
menyimpulkan.

4 2 menit Penutup: Menjawab salam


Mengucapkan terimakasih dan
mengucapkan salam
PENGESAHAN

Purwokerto, 30 April 2017

Mengetahui

Dosen Pembimbing Mahasiswa

Sugeng Riyadi, S.Kep, Ns.,M.Si Ayu Indah Lestari


NIP. 197011231998031004 NIM. P1337420214038
Lampiran
Materi Penyuluhan

1. Pengetian tentang Keputihan


Menurut dr. Sugi Suhandi, spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan
RS Mitra Kemayoran Jakarta, keputihan (flour albus) adalah cairan yang
berlebihan yang keluar dari vagina. Keputihan bisa bersifat fisiologis (dalam
keadaan normal) namun bisa juga bersifat patologis (karena penyakit). Dan
keputihan tidak mengenal batasan usia. Berapa pun usia seorang wanita, bisa
terkena keputihan.
2. Jenis dan Ciri Keputihan Fisiologis dan Patologis
Menurut Dr. Boyke Dian Nugraha, SpOG, ahli kebidanan dan kandungan
sekaligus konsultan seks, keputihan fisiologis biasanya terjadi pada masa subur,
juga sebelum dan sesudah menstruasi, hamil, terangsang, keletihan dan
mengkonsumsi obat-obat hormonal (pil KB) Kadang saat itu ada lendir yang
berlebihan, itu semua adalah normal. Biasanya tidak terasa gatal dan tidak
berbau.
Sedangkan keputihan patologis , adalah keputihan yang terjadi karena
infeksi pada vagina, adanya benda asing dalam vagina (spiral, kondom), serta
keputihan akibat stress, atau karena keganasan. Infeksi ini bisa sebagai akibat
dari bakteri, jamur atau protozoa. Ciri-ciri keputihan patologis , warnanya tidak
seperti lendir. Keputihan patologis biasanya, warnanya seperti kepala susu, atau
hijau kekuning-kuningan, atau bercampur darah, jika keputihan tersebut sudah
menjadi suatu penyakit. Wanita yang menderita keputihan patologis ini akan
merasa gatal atau panas pada daerah vagina, dan lendir yang keluar berbau,
sehingga menimbulkan rasa yang tidak nyaman.
3. Penyebab Keputihan Patologis
Banyak hal yang membuat wanita rawan terkena keputihan patologis.
Biasanya penyebab keputihan patologis ini dikarenakan kuman. Di dalam
vagina sebenarnya bukan tempat yang steril. Berbagai macam kuman ada di
dalamnya. Flora normal di dalam vagina membantu menjaga keasaman pH
vagina, pada keadaan yang optimal. pH vagina seharusnya antara 3,5-5,5. flora
normal ini bisa terganggu. Misalnya karena pemakaian antiseptik untuk daerah
vagina bagian dalam. Ketidakseimbangan ini dapat mengakibatkan tumbuhnya
jamur dan kuman-kuman yang lain. Padahal dengan adanya flora normal akan
dibutuhkan untuk menekan flora-flora yang lain itu untuk tidak tumbuh subur.
Kalau keasaman dalam vagina berubah maka kuman-kuman lain dengan mudah
akan tumbuh sehingga akibatnya bisa terjadi infeksi yang akhirnya
menyebabkan keputihan, yang berbau, gatal, dan menimbulkan
ketidaknyamanan.
Begitupula jika seorang wanita melakukan hubungan seks, maka wanita
tersebut terbuka sekali terhadap kuman-kuman yang berasal dari luar. Karena itu
keputihan pun bisa didapat dari kuman penyebab penyakit kelamin yang
mungkin dibawa oleh pasangan seks wanita tersebut.
Keputihan patologis juga bisa terjadi karena proses keganasan. Salah satu
Tanda dari kanker leher rahim adalah, adanya keputihan yang berbau busuk
bahkan berdarah. Pada wanita yang belum melakukan hubungan seksual, bisa
juga terjadi keputihan. Namun penyebab keputihan bisa terjadi karena
menggunakan celana dalam bersama, memakai handuk bersama, kurangnya
menjaga kebersihan daerah vagina, lalu cara cebok yang salah.
Keputihan bisa karena banyak hal. Benda asing, luka pada vagina,
kotoran dari lingkungan, air tak bersih, pemakaian tampon atau pantyliner
berkesinambungan. Semua ini potensial membawa jamur, bakteri, virus, dan
parasit :
a. Jamur Candidas atau Monilia
Warnanya putih susu, kental, berbau agak keras, disertai rasa gatal pada
vagina. Akibatnya, mulut vagina menjadi kemerahan dan meradang.
Biasanya, kehamilan, penyakit kencing manis, pemakaian pil KB, dan
rendahnya daya tahan tubuh menjadi pemicu. Bayi yang baru lahir juga bisa
tertular keputihan akibat Candida karena saat persalinan tanpa sengaja
menelan cairan ibunya yang menderita penyakit tersebut
b. Parasit Trichomonas Vaginalis
Ditularkan lewat hubungan seks, perlengkapan mandi, atau bibir kloset.
Cairan keputihan sangat kental, berbuih, berwarna kuning atau kehijauan
dengan bau anyir. Keputihan karena parasit tidak menyebabkan gatal, tapi
liang vagina nyeri bila ditekan.
c. Bakteri Gardnella
Infeksi ini menyebabkan rasa gatal dan mengganggu. Warna cairan keabuan,
berair, berbuih, dan berbau amis. Beberapa jenis bakteri lain juga memicu
munculnya penyakit kelamin seperti sifilis dan gonorrhoea.
d. Virus
Keputihan akibat infeksi virus juga sering ditimbulkan penyakit kelamin,
seperti condyloma, herpes, HIV/AIDS. Condyloma ditandai tumbuhnya
kutil-kutil yang sangat banyak disertai cairan berbau. Ini sering pula
menjangkiti wanita hamil. Sedang virus herpes ditularkan lewat hubungan
badan. Bentuknya seperti luka melepuh, terdapat di sekeliling liang vagina,
mengeluarkan cairan gatal, dan terasa panas. Gejala keputihan akibat virus
juga bisa menjadi faktor pemicu kanker rahim.
4. Cara Pencegahan
Keputihan sebaiknya diobati sejak dini, begitu timbul gejala. Karena
keputihan jika sudah menjadi kronis dan berlangsung lama akan lebih susah
diobati. Selain itu jika keputihan yang dibiarkan bisa merembet ke rongga rahim
kemudian kesaluran indung telur dan sampai ke indung telur dan akhirnya ke
dalam rongga panggul. Tidak jarang wanita yang menderita keputihan yang
kronis (bertahun-tahun) bisa menjadi mandul bahkan bisa berakibat kematian.
Selain itu yang harus diwaspadai, keputihan adalah gejala awal dari kanker
mulut rahim. Jadi jangan sampai terlambat untuk tahu apa yang menjadi
penyebab keputihan. Yang pasti jangan anggap remeh keputihan. Supaya tidak
menyesal di belakang hari nanti, karena akibat yang ditimbulkan oleh penyakit
keputihan ini.
Keputihan dapat terjadi karena hubungan seks, oleh karena itu, sebaiknya
hindari gonta ganti pasangan dalam melakukan hubungan seksual. Atau lebih
baik tidak melakukan hubungan seks saebelum menikah. Karena biasanya pada
wanita yang belum pernah melakukan hubungan seks, dan hygienenya baik,
jarang sekali terkena keputihan patologis .
Keputihan bisa dihindari jika kita menjaga kesehatan diri sendiri, tidak
menggunakan celana dalam bersama, jangan memakai handuk bersama, menjaga
kebersihan daerah vagina, memperbaiki cara cebok setiap harinya.
Pemakaian sabun antiseptik untuk daerah vagina, sebenarnya tidak masalah bila
dipakai sebagai obat luar. Pembilasan vagina (douchi) dengan anti septik
sebaiknya atas dasar indikasi bila terkena keputihan, sebaiknya konsultasi ke
dokter, daripada mengatasinya sendiri dengan obat-obatan antiseptik yang
dimasukkan ke dalam vagina, karena keputihan patologi harus diobati sesuai
dengan penyebabnya.
Cara mencegah keputihan:
1. Menjaga kebersihan daerah vagina
2. Menggunting atau membersihkan bulu vagina (pubis) yang terlampau tebal,
karena bisa dijadikan tempat sembunyi kuman.
3. Membilas vagina dengan cara yang benar (depan-belakang, ke arah anus)
4. Jangan suka tukar-tukaran celana dalam menggunakan celana dalam bersama
dengan teman wanita lainnya
5. Jangan menggunakan handuk bersamaan (suka tukar-tukaran handuk)
6. Hindari terlalu sering memakai bedak talk di sekitar vagina, tisu harum, atau
tisu toilet. Ini akan membuat vagina kerap teriritasi.
7. Hindari suasana vagina lembap berkepanjangan karena pemakaian celana
dalam yang basah, jarang diganti, tidak menyerap keringat, atau memakai
celana jins terlalu ketat.
8. Lebih berhati – hati dalam menggunakan sarana toilet umum
9. Jalani Pola hidup sehat, cukup tidur, olah raga teratur, makan makanan
dengan gizi yang seimbang.
10. Hindari gonta ganti pasangan seksual (seks bebas)
11. Bagi wanita yang sudah melakukan hubungan seksual, setiap tahun harus
melakukan papsmear untuk mendeteksi perangai sel-sel yang ada di mulut
dan leher rahim.
POLITEKNIK KESEHATAN
SEMARANG
Gambar keputihan
Sebaiknya bertanya atau perik-
sakan kepada dokter agar
mendapat informasi dan pen- KEPUTIHAN
gobatan yang tepat

Tips dan anjuran :


1. jaga kebersian organ intim
dengan membersihkan
dengan air mengalir
POLTEKKES
2. Biasakan cebok dari depan ke
arah belakang dengan air ber-
KEMENKES SEMARANG
sih PRODI DIII
3. Tidak berganti-ganti pasangan KEPERAWATAN
PURWOKERTO
4. Gunakan celana dalam dari
katun atau yang tidak ketat
5. Obati sesuai anjutan doketr
TANDA-TANDA PENYEBAB KEPUTIHAN
KEPUTIHAN KEPUTIHAN

Leukorea (keputihan) Keputihan bukan penyakit


yaitu cairan putih yang Keputihan bukan penyakit disebabkan oleh:
keluar dari liang senggama 1. cairan keputihan 1. menjelang atau sesudah
secara berlebihan. Leuko- berwarna jernih haid
rea dapat dibedakan dalam 2. Stress, kelelahan fisif dan
2. Tidak berbau, tidak gatal,
beberapa jenis diantaranya jumlah cairan sedikit ka-
psikis
leukorea normal dan ab- dang banyak 3. Saat hamil, bias juga karena
normal. menggunakan celana dalam
Keputihan karena penyakit yang ketat, KB, dll
1. cairan keputihan keruh Keputihan karena penyakit
 Leukorea normal dapat dan kental disebabkan oleh:
terjadi pada masa men- 1. infeksi ( jamur, virus, ku-
2. Warna kekuningan atau
jelang dan sesudah men- kehijauan man)
struasi, juga terjadi me- 2. Kurang gizi, anemia, dll
lalui rangsangan 3. Berbau busuk, anyir,
amis, dan gatal
 Leukorea abnormal dapat
4. jumlah cairan keputihan
terjadi pada semua in-
banyak
feksi alat kelamin.
Lampiran 3

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENDIDIKAN SEKS DINI

DI RW 5 KELURAHAN MERSI KECAMATAN PURWOKERTO TIMUR

Disusun Oleh :

Ayu Indah Lestari

P1337420214038

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

PRODI STUDI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO

2017
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENDIDIKAN SEKS DINI
A. IDENTITAS
Pokok Bahasan : Kesehatan Reproduksi Remaja
Sub pokok bahasan : Pendidikan Seks Dini (Sex Education)
Waktu : 30 Menit
Tempat : Kelurahan Mersi
Sasaran : Remaja Putri
Penyuluh : Ayu Indah Lestari
Hari dan tanggal : Sabtu, 29 April 2017

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL
1. Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan tentang remaja dan pendidikan seks pra
nikah pada remaja selama 30 menit, diharapkan remaja di SMP dapat
mengetahui dan memahami tentang bahaya seks pra nikah.
2. Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan tentang hubungan seks dini di harapkan
audiens dapat memahami :
a. Peserta dapat menjelaskan pengertian remaja dan hubungan seksual dini
b. Peserta dapat menjelaskan ciri-ciri remaja
c. Peserta dapat menjelaskan faktor-faktor yang mendorong hubungan
seksual dini
d. Peserta dapat menjelaskan cara mengendalikan dorongan hubungan
seksual dini
e. Peserta dapat menjelaskan akibat hubungan seksual dini
f. Peserta dapat menjelaskan macam-macam penyalahgunaan seks
C. METODE DAN MEDIA
1. Metode
Ceramah, tanya jawab dan diskusi
2. Media
Laptop, Leaflet

D. KEGIATAN PENYULUHAN

Tahap/
Kegiatan Pengajar Kegiatan Peserta
Waktu
Pendahuluan 1. Memberi salam pembuka dan Menjawab salam &
(5 menit) memperkenalkan diri memperhatikan
2. Menginformasikan materi yang Memperhatikan & menjawab
akan disampaikan pertanyaan
3. Menjelaskan tujuan yang
hendak di capai pada akhir
penyuluhan
4. Apersepsi dengan cara
menggali pengetahuan yang
dimiliki peserta
Penyajian 1. Menjelaskan pengertian remaja Mendengarkan dan
Materi dan hubungnan seksual dini memperhatikan
(15 menit) 2. Menjelaskan ciri-ciri remaja
3. Menjelaskan faktor-faktor yang
mendorong hubungan seksual
dini
4. Menjelaskan cara
mengendalikan dorongan
hubungan seksual dini
5. Menjelaskan akibat hubungan
seksual dini
6. Menjelaskan macam
penyalahgunaan seks
7. Memberikan kesempatan
kepada peserta untuk bertanya
seputar materi yang
disampaikan
8. Memberi kesempatan kepada
peserta lain untuk menjawab
pertanyaan
9. Menjelaskan dan menjawab
pertanyaan
Evaluasi 1. Memberikan pertanyaan kepada Menjawab pertanyaan
(5 menit) peserta seputar materi yang
telah diberikan
Penutup 1. Menyimpulkan Materi Mendengarkan dan menjawab
(5 menit) 2. Menutup pertemuan & salam
mengucapkan salam penutup
E. URAIAN MATERI
1. Pengertian Remaja dan Hubungan Seksual Dini
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke
masa dewasa. Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya
setempat. Menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia) batasan usia
remaja adalah 12-24 tahun. Sedangkan dari segi program pelayanan, definisi
remaja yang digunakan oleh Departemen Kesehatan adalah mereka yang
berusia 10-19 tahun dan belum kawin. Sementara itu, menurut BKKBN
(Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak Reproduksi) batasan usia remaja
adalah usia 10-21 tahun.
Remaja, yang bahasa aslinya disebut adolescene, berasal dari bahasa
latin adolescere, yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai
kematangan. Bangsa primitif dan orang-orang purbakala memandang masa
puber dan masa remaja tidak berbeda dengan periode lain dalam rentang
kehidupan, anak dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu mengadakan
reproduksi (Ali dan Asrori, 2009).
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan
fisik, emosi dan psikis. Masa remaja yakni antara usia 10-19 tahun yang
merupakan suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia dan
sering disebut masa pubertas. Masa remaja adalah masa periode peralihan
dari masa anak ke masa dewasa. (Widyastuti dkk,2009)
Hubungan seksual dini adalah hubungan seksual yang di lakukan di usia
dini untuk menyalurkan dorongan seksual. Oleh karena itu, remaja perlu
mendapatkan pendidikan seks. Pendidikan seks berusaha menempatkan seks
pada perspektif yang tepat dan mengubah anggapan negatif tentang seks.
Dengan pendidikan seks kita dapat memberitahu remaja bahwa seks
adalah sesuatu yang alamiah dan wajar terjadi pada semua orang, selain itu
remaja juga dapat diberitahu mengenai berbagai perilaku seksual berisiko
sehingga mereka dapat menghindarinya.
2. Ciri-ciri remaja
Berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja kita sangat perlu untuk
mengenal perkembangan remaja serta ciri-cirinya. Berdasarkan sifat atau ciri
perkembangan nya, masa (rentang waktu) remaja ada tiga tahap (Widyastuti
dkk, 2009), antara lain :
a. Masa Remaja Awal (10-12 tahun)
1) Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya.
2) Tampak dan merasa ingin bebas.
3) Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan
tubuhnya dan mulai berpikir yang khayal (abstrak).
b. Masa Remaja Tengah (13-15 tahun)
1) Tampak dan ingin mencari identitas diri.
2) Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis.
3) Timbul perasaan cinta yang mendalam.
c. Masa Remaja Akhir (16-19 tahun)
1) Menampakkan pengungkapan kebebasan diri.
2) Dalam mencari teman sebaya lebih selektif
3) Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya.
4) Dapat mewujudkan perasaan cinta.
5) Memiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak.(Widyastuti dkk,
2009).
3. Perubahan Fisik Pada Masa Remaja
a. Tanda-Tanda Seks Primer
Yang dimaksud dengan tanda-tanda seks primer adalah organ
seks pada laki-laki gonad atau testis. Organ tersebut terletak didalam
skrotum. Pada usia 14 tahun baru sekitar 10% dari ukuran matang.
Setelah itu terjadilah pertumbuhan yang pesat selama satu atau dua
tahun, kemudian pertumbuhan menurun. Testis berkembang penuh pada
usia 20 atau 21 tahun. Sebagai tanda bahwa fungsi organ-organ
reproduksi pria matang lazimnya terjadi mimpi basah, artinya ia
bermimpi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual, sehingga
mengeluarkan sperma.
Semua organ reproduksi wanita tumbuh selama masa puber.
Namun tingkat ketepatan antara organ satu dengan lainnya berbeda.
Berat uterus pada anak usia 11 atau 12 tahun kira-kira 5,3 gram, pada
usia 16 tahun rata-rata beratnya 43 gram. Sebagai tanda kematangan
organ reproduksi pada perempuan adalah datangnya haid. Ini adalah
permulaan dari serangkaian pengeluaran darah, lendir dan jaringan sel
yang hancur dari uterus secara berkala, yang akan terjadi kira-kira setiap
28 hari. (Widyastuti dkk, 2009).
b. Tanda-Tanda Seks Sekunder
1) Pada Laki-Laki
Rambut yang mencolok tumbuh pada masa remaja adalah rambut
kemaluan, terjadi sekitar satu tahun setelah testis dan penis mulai
membesar. Ketika rambut kemaluan hampir selesai tumbuh, maka
menyusul rambut ketiak dan rambut di wajah, seperti halnya kumis
dan cambang. Kulit menjadi lebih kasar, tidak jernih, pori-pori
membesar. Kelenjar lemak dibawah kulit menjadi lebih aktif.
Seringkali menyebabkan jerawat karena produksi minyak yang
meningkat. Aktivitas kelenjar keringat juga bertambah, terutama
bagian ketiak. Otot-otot pada tubuh remaja makin bertambah besar
dan kuat. Lebih-lebih bila dilakukan latihan otot, maka akan tampak
memberi bentuk pada lengan, bahu dan tungkai kaki. Seirama dengan
tumbuhnya rambut pada kemaluan, maka terjadi perubahan suara.
Mula-mula agak serak, kemudian volumenya juga meningkat. Pada
usia remaja sekitar 12-14 tahun muncul benjolan kecil-kecil di sekitar
kelenjar susu. Setelah beberapa minggu besar dan jumlahnya
menurun.
2) Pada Wanita
Rambut kemaluan pada wanita juga tumbuh seperti halnya
remaja laki-laki. Tumbuhnya rambut kemaluan ini terjadi setelah
pinggul dan payudara mulai berkembang. Bulu ketiak dan bulu pada
kulit wajah mulai tampak setelah haid. Semua rambut kecuali rambut
wajah, mula-mula lurus dan terang warnanya, kemudian menjadi
lebih subur, lebih kasar, lebih gelap dan agak keriting. Pinggul pun
menjadi berkembang, membesar dan membulat. Hal ini sebagai
akibat membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak
dibawah kulit. Seiring pinggul membesar, maka payudara juga
membesar dan puting susu menonjol. Hal ini terjadi karena harmonis
sesuai pula dengan berkembang dan makin besarnya kelenjar susu
sehingga payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat.
Seperti halnya laki-laki juga menjadi lebih besar, lebih tebal,
pori-pori membesar. Akan tetapi berbeda dengan laki-laki, kulit pada
wanita tetap lebih lembut. Kelenjar lemak dan kelenjar keringat
menjadi lebih aktif. Sumbatan kelenjar lemak dapat menyebabkan
jerawat. Kelenjar keringat dan baunya menusuk sebelum dan selama
masa haid. Menjelang akhir masa puber, otot semakin membesar dan
semakin kuat. Akibatnya akan membentuk bahu, lengan dan tungkai
kaki. Suara berubah semakin merdu. Suara serak jarang terjadi pada
wanita. (Widyastuti dkk, 2009).
4. Faktor-faktor yang mendorong hubungan seksual dini
Kolodny, Master dan Johnson (1979) menyatakan bahwa keinginan
seksual beragam diantaranya individu, sebagian orang menginginkan dan
menikmati seks setiap hari. Sementara yang lainnya menginginkan seks
hanya sekali satu bulan dan yang lainnya lagi tidak memiliki keinginan seks
sama sekali dan cukup merasa nyaman dengan fakta tersebut.
Keinginan seksual menjadi masalah jika klien semata-mata
menginginkan untuk melakukannya pada beberapa norma kultur atau jika
perbedaan dalam keinginan seksual dari pasangan menyebabkan konflik.
a. Faktor Fisik
Klien dapat mengalami penurunan keinginan seksual karena alasan
fisik. Aktivitas seksual dapat menyebabkan nyeri dan
ketidaknyamanan. Bahkan hanya membayangkan bahwa seks dapat
menyakitkan sudah menurunkan keinginan seks. Penyakit minor dan
keletihan adalah alasan seseorang untuk tidak merasakan seksual.
Citra tubuh yang buruk, terutama jika diperburuk oleh perasaan
penolakan atau pembedahan yang mengubah bentuk tubuh, dapat
menyebabkan klien kehilangan perasaannya secara seksual.
b. Faktor Hubungan
Masalah dalam berhubungan dengan mengalihkan perhatian
seseorang dari keinginan seks. Setelah kemesraan hubungan telah
mundur, pasangan mungkin mendapati bahwa mereka dihadapkan
pada perbedaan yang sangat besar dalam nilai atau gaya hidup
mereka. Keterampilan seperti ini memainkan peran yang sangat
penting ketika menghadapi keinginan seksual dalam berhubungan.
Penurunan minat dalam aktifitas seksual dapat mengakibatkan
ansietas hanya karena harus mengatakan kepada pasangan perilaku
seksual apa-apa yang diterima atau menyenangkan.
c. Faktor Gaya Hidup
Faktor gaya hidup, seperti penggunaan atau penyalahgunaan alcohol
dapat mempengaruhi keinginan seksual. Namun demikian, banyak
bukti sekarang ini menunjukkan bahwa efek negatif alkohol terhadap
seksual jauh melebihi euphoria (perasaan yang berlebihan) yang
mungkin dihasilnya. Pada awalanya menemukan waktu yang tepat
untuk aktivitas seksual adalah faktor gaya hidup. Klien seperti ini
sering mengungkapkan bahwa mereka perlu waktu untuk
menyendiri, berfikir dan istirahat sebagai hal yang lebih penting dari
seks.
d. Faktor Harga Diri
Tingkat harga diri juga dapat menyebabkan konflik yang melibatkan
seksualitas. Jika harga diri seksual tidak pernah diperlihatkan dengan
mengembangkan perasaan yang kuat tentang seksual diri dan dengan
mempelajari keterampilan seksual, seksual mungkin menyebabkan
perasaan negatif atau menyebabkan tekanan perasaan seksual. Harga
diri seksual dapat menurun didalam banyak cara, yaitu perkosaan,
inses dan penganiayaan fisik atau emosi meninggalkan luka yang
dalam (Herdiana, 2007).
5. Cara mengendalikan dorongan hubungan seksual dini
a. Taat beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Remaja memahami tugasnya, misalnya belajar/ bekerja
c. Mengisi waktu dengan bakat, minat, dan kemampuan misalnya:
olahraga, kesenian, dan berorganisasi.
d. Pengawasan dari orang tua
Terdapat perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya
meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan untuk mencapai
kemampuan bersikap dan berperilaku dewasa.

Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja menurut Hurlock (1991)


adalah sebagai berikut:

a) Mampu menerima keadaan fisiknya.


b) Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa.
c) Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang
berlainan jenis.
d) Mencapai kemandirian emosional.
e) Mencapai kemandirian ekonomi.
f) Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat
diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat.
g) Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang
tua.
h) Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk
memasuki dunia dewasa.
i) Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan.
j) Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan
keluarga.

Tugas-tugas perkembangan fase remaja ini amat berkaitan dengan


perkembangan kognitifnya, yaitu fase operasional formal. Kematangan
pencapaian fase kognitif akan sangat membantu kemampuan dalam
melaksanakan tugas-tugas perkembangannya itu dengan baik. Agar dapat
memenuhi dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan, diperlukan
kemampuan kreatif remaja. Kemampuan kreatif ini banyak diwarnai oleh
perkembangan kognitifnya (Ali dan Asrori, 2009).

6. Akibat hubungan seksual dini


Berhubungan sex di usia remaja ( di bawah 18 tahun ) lebih rentan
terkena berbagai macam penyakit fisik maupun psikologis. Secara fisik sel-
sel di antara vagina dan cervix belum “matur” atau matang sehingga akan
mudah terjadi “perlukaan” bila terkena trauma yang biasa terjadi pada saat
coitus (berhubungan badan). Perlukaan tersebut akan menjadikannya tempat
yang akan memudahkan masuknya virus HPV yang merupakan virus
penyebab cancer cervix dan virus HIV penyebab AIDS.
Dengan kata lain semakin muda usia pada saat kamu berhubungan
sexsual, maka resiko terkena cancer cervix dan AIDS juga akan lebih tinggi.
Cancer cervix dan AIDS adalah jenis penyakit yang sulit dideteksi gejalanya.
Gejala klinis baru akan muncul setelah bertahun tahun virus HPV
menginfeksi, itupun biasanya cancer sudah berada pada stadium lanjut.
Karenanya penting bagi setiap perempuan yang sudah melakukan hubungan
sex berapapun usianya, untuk secara rutin melakukan pap smear test, yaitu
suatu test yang dilakukan untuk mengetahui perubahan sel-sel antara vagina
dengan cervix. Begitu pula dengan infeksi HIV, setelah pertahun –tahun
virus tersebut menginfeksi, barulah gejala klinis AIDS akan muncul. Virus
HIV ini hanya bisa dideteksi dengan melakukan pemeriksaan HIV di dalam
darah. Infeksi virus HIV akan menurunkan tingkat imunitas seseorang,
sehingga dapat menyebabkan pertumbuhan cancer lebih cepat Kehamilan
yang tidak diinginkan (KTD) adalah suatu kehamilan yang karena suatu
sebab maka keberadaanya tidak diinginkan oleh salah satu atau kedua calon
orang tua bayi tersebut. Lebih dari 200 wanita mati setiap hari disebabkan
komplikasi pengguguran (aborsi) bayi secara tidak aman. Meskipun tindakan
aborsi dilakukan oleh tenaga ahlipun masih menyisakan dampak yang
membahayakan terhadap keselamatan jiwa ibu. Apalagi jika dilakukan oleh
tenaga tidak profesional (unsafe abortion).
Secara fisik tindakan aborsi ini memberikan dampak jangka pendek
secara langsung berupa perdarahan, infeksi pasca aborsi, sepsis sampai
kematian. Dampak jangka panjang berupa mengganggu kesuburan sampai
terjadinya infertilitas.Secara psikologis seks pra nikah memberikan dampak
hilangnya harga diri, perasaan dihantui dosa, perasaan takut hamil, lemahnya
ikatan kedua belah pihak yang menyebabkan kegagalan setelah menikah,
serta penghinaan terhadap masyarakat.

7. Penyalahgunaan Seks
Selain terdapat kegunaan seks dapat pula kita temukan penyalahgunaan
seks yang dapat dipaparkan sebagai berikut:
a. Seks sebagai alat pencari kepuasan
Sebagian besar orang mengalami gabungan antara kegembiraan,
kesukaan dan ketakutan dalam pengalaman seksual awalnya yang
menimbulkan rasa kewaspadaan. Mereka lapar akan pengalaman
seksual dan menggunakan seks sebagai cara untuk mencapai tujuan
melalui hubungan seks di luar perkawinan, seks terlarang seperti
pedhofilia, atau antar anggota keluarga yang merusak kepercayaan
serta nilai-nilai moral dalam keluarga. Bila seks terlepas dari kontrol
sosial konvensional, seks menjadi pemuas, yang bagi beberapa orang
menimbulkan kesenangan sedang bagi orang lain menimbulkan
ketakutan.
b. Seks digunakan sebagai ekspresi kemarahan
Sering kita dengar tindak pemerkosaan yang merupakan tindak
kekerasan dan mencerminkan tindak kemarahan terhadap wanita.
Wanita juga dapat mengekspresikan kemarahannya dalam tingkah
laku seksual dengan menggunakan teknik yang lebih tersamar.
Mereka dapat menolak pasangannya dengan cara yang lebih
tersamar, tidak memberiakn respon, ataupun mencela gaya hubungan
seksual yang dilakukan.
c. Seks sebagai kekuatan
Seks dapat dilakukan salah satu bentuk kekuatan dalam hubungan
yang tidak sehat. Beberapa orang dapat mengeksploitasi pasangannya
dalam cara yang manipulatif seperti pada wanita yang cacat, wanita
lemah bahkan seks dapat dipakai hadiah untuk tingkah laku pasangan
ynag menyenangkan.
d. Eksploitasi komersial
Masyarakat masih terus dibanjiri dengan iklan-iklan untuk mengubah
pemahaman biologi tentang seks dan daya tarik seksual dalam
berbagai media massa.
DAFTAR PUSTAKA

Greenwood, Judy. 1991. Seks dan Permasalahannya. Jakarta: Arcan

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC

Syaifudin. 2006. Anatomi Fisiologi Edisi 3. Jakarta: EGC


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. BIODATA

1. Nama Lengkap : Ayu Indah Lestari


2. NIM : P1337420214038
3. Tanggal Lahir : 2 September 1996
4. Tempat Lahir : Banyumas
5. Jenis Kelamin : Perempuan
6. Alamat rumah : a. Desa : karang tengah Rt 03 Rw 04
b. Kecamatan: Baturraden
c. Kab/kota : Banyumas
d. Provinsi : Jawa Tengah
7. Telpon : a. Hp : 082225471285
b. Email : ayuindahl09@yahoo.com

B. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Pendidikan SD di SDN 1 Karang Tengah Baturraden, lulus tahun 2008
2. Pendidikan SMP di SMP Muhammadiyah 1 purwokerto, lulus tahun 2011
3. Pendidikan SMA di SMAN 1 Baturraden, lulus tahun 2014
4. Program Studi DIII Keperawatan Purwokerto angkatan 2014.

C. RIWAYAT ORGANISASI
1. Anggota HW di SMP Muhammadiyah 1 Purokerto tahun 2011
2. Dewan Ambalan di SMAN 1 Baturraden tahun 2013

Purwokerto, 12 Mei 2017

AYU INDAH LESTARI

NIM. P1337420214038

Anda mungkin juga menyukai