Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KEGIATAN

SIKUMBANG MADU (STIMULUS TUMBUH KEMBANG MANDIRI IBU)


DI WILAYAH PUSKESMAS PAMITRAN KOTA CIREBON
Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Klinik Stase 11 (Praktik
Manajemen dalam Pelayanan Kebidanan)
Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

HALAMAN JUDUL

Disusun oleh :
Euis Nurmawar
P20624822109

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TASIKMALAYA
2023

i
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN PRAKTIK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KEGIATAN


SIKUMBANG MADU (STIMULUS TUMBUH KEMBANG MANDIRI IBU)
Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Klinik Stase 11 (Praktik
Manajemen dalam Pelayanan Kebidanan)
Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Pembimbing Prodi,

Elit Pebriyatie, SST., M.Keb., PhD Tanggal:

Pembimbing Lapangan,

Yeti Herawati, Amd., Keb Tanggal :

ii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.
Segala puji penulis panjatkan pada Allah SWT karena dengan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul “Laporan
Praktik Pemberdayaan Masyarakat Kegiatan Sikumbang Madu (Stimulus Tumbuh
Kembang Mandiri Ibu) Sebagai Salah Satu Upaya Menurunkan Angka Kejadian
Stunting di Wilayah Puskesmas Pamitran Kota Cirebon”. Makalah ini disusun
sebagai pembelajaran dan untuk memenuhi tugas Praktek Klinik Stase 11 pada
Program Pendidikan Profesi Bidan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Tasikmalaya. Rasa terima kasih yang sebesar-besarnya saya ucapakan kepada:
1. Ibu Hj. Ani Radiati R, S.Pd., M.Kes, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Tasikmalaya.
2. Ibu Nunung Mulyani, APP., M.Kes, selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya.
3. Ibu Dr. Meti Widiya Lestari, SST, M. Keb, selaku Kaprodi Program Studi
Pendidikan Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya.
4. Ibu Elit Pebriyatie, SST., M.Keb., PhD, selaku Pembimbing Akademik dan
Pembimbing Stase 11 yang telah memberi motivasi dan arahan dalam
perkuliahan ini.
5. Ibu dr. Laela Sari selaku Kepala UPTD Puskesmas Pamitran Kota Cirebon.
6. Ibu Yeti Herawati, Amd.Keb, selaku pembimbing lahan yang telah
memberikan bimbingan, motivasi dan arahan dalam penyusunan laporan ini.
7. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu yang telah
membantu dalam penyusunan makalah.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu saran yang sangat membangun diperlukan demi perbaikan
penyusunan makalah dikemudian hari. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Cirebon, Mei 2023
Penyusun

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i

LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................ii

KATA PENGANTAR............................................................................................iii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iv

DAFTAR TABEL...................................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..........................................................................................2

C. Tujuan.............................................................................................................2

D. Manfaat...........................................................................................................3

BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................4

A. Pertumbuhan dan Perkembangan........................................................................4

1. Pengertian.......................................................................................................4

2. Ciri-ciri dan Prinsip-prinsip Tumbuh Kembang Anak...................................4

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tumbuh Kembang Anak............6

B. Anak Pra Sekolah................................................................................................8

1. Pengertian Anak Pra Sekolah.........................................................................8

2. Ciri-Ciri Anak Usia Pra Sekolah....................................................................9

C. Asuhan Kebidanan Balita dan Anak Pra Sekolah.............................................10

BAB III PEMBAHASAN PEMBERDAYAAN...................................................12

A. Pengkajian Data............................................................................................12

B. Analisa Data.................................................................................................12

C. Perencanaan Kegiatan..................................................................................12

D. Metode..........................................................................................................13

E. Media............................................................................................................13

iv
F. Pelaksanaan Kegiatan...................................................................................13

G. Monitoring dan Evaluasi Kegiatan...............................................................15

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................17

A. Kesimpulan...................................................................................................17

B. Saran.............................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18

LAMPIRAN...........................................................................................................20

v
DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Pelaksanaan Kegiatan...........................................................................13

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehadiran anak dalam rumah tangga selalu dinantikan dan diharapkan oleh
semua keluarga. Dengan hadirnya anak di dalam suatu keluarga dapat
melengkapi kebahagiaan oleh setiap pasangan suami istri, keturunan (anak)
mempunyai arti penting didalam suatu perkawinan sebagai penerus keturunan
oleh keluarga (Sitanggang, 2022).
Neonatus adalah bayi yang baru lahir 28 hari pertama kehidupan (Rudolph,
2015). Dalam masa tersebut terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan
yang awalnya di dalam rahim serba bergantung pada ibu menjadi di luar rahim
yang harus hidup secara mandiri. Pada masa ini terjadi pematangan organ
hampir pada semua sistem.
Neonatus memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi, berbagai
masalah kesehatan dapat muncul sehingga tanpa adanya penanganan yang tepat,
bisa berakibat fatal. Kunjungan neonatus lengkap sebaiknya diberikan kepada
setiap bayi baru lahir yang meliputi KN 1, KN 2, KN 3, yang dilakukan pada
saat bayi berumur 6-48 jam, 3-7 hari dan 28 hari (Riskesdas, 2013).
Masa bayi merupakan masa emas atau golden age karena pada masa ini
berlangsung sangat cepat dan tidak dapat terulang kembali. Selain itu juga
disebut masa kritis karena bayi sangat peka terhadap lingkungan sekitar,
membutuhkan asupan nutrisi yang cukup, serta stimulasi yang baik untuk
mendukung proses pertumbuhan dan perkembangannya. Pada masa ini
perkembangan otak bayi yang mempunyai sifat plastisitas akan berlangsung
(Saifudin, 2009; Zero to Three, 2012).
Pada usia 3 bulan ke atas, bayi mampu menerima rangsangan dan sentuhan.
Selain itu pada usia bayi 4-6 bulan merupakan saat dimana perkembangan
motoriknya akan lebih cepat berkembang (Kemenkes, 2010). Kekuatan otot
bayi akan semakin meningkat seiring berjalannya usia bayi. Pada usia ini,
perkembangan sel-sel otak sangat pesat, serta imunitas bayi sangat rentan

7
sehingga diperlukan imunisasi dan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang (SDIDTK).
Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) adalah
suatu upaya pemantauan, penjaringan melalui kegiatan pemeriksaan untuk
menentukan secara dini adanya penyimpangan pertumbuhan dan
perkembangan pada balita dan anak prasekolah yang dilaksanakan secara
komprehensif. Melalui kegiatan SDIDTK, yaitu suatu kegiatan yang
mencakup berbagai upaya seperti upaya pencegahan, tindakan intervensi,
stimulasi dan upaya pemulihan dapat diberikan sedini mungkin dengan benar
dan tepat sesuai dengan indikasinya sehingga orang tua dapat melihat
perkembangan pada bayinya, yaitu pada perkembangan gerak tubuh yang
meliputi motorik kasar (gross motoric) dan motorik halus (fine motoric)
(Kemenkes, 2010).
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, penulis tertarik untuk
melakukan Kegiatan SIKUMBANG MADU (Stimulus Tumbuh Kembang
Mandiri Ibu) di Wilayah Puskesmas Pamitran Kota Cirebon.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada laporan ini yaitu “Bagaimana Kegiatan SIKUMBANG
MADU (Stimulus Tumbuh Kembang Mandiri Ibu) di Wilayah Puskesmas
Pamitran Kota Cirebon”.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam laporan ini adalah untuk mengetahui Kegiatan
SIKUMBANG MADU (Stimulus Tumbuh Kembang Mandiri Ibu) sebagai
salah satu upaya menurunkan angka kejadian stunting di Wilayah
Puskesmas Pamitran Kota Cirebon.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan penyuluhan terhadap ibu di BAPERKAM RW 07 wilayah
Puskesmas Pamitran Kota Cirebon.
b. Menyediakan media penyuluhan berupa leaflet, buku KIA, dan Alat
Stimulus Tumbuh Kembang Anak.

8
c. Meningkatkan pengetahuan ibu mengenai stimulus tumbuh kembang
anak di Wilayah Puskesmas Pamitran Kota Cirebon.
d. Memudahkan ibu menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan
anaknya
e. Memudahkan ibu memantau pertumbuhan dan perkembangan anaknya.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Dengan adanya laporan ini diharapkan kegiatan SIKUMBANG MADU
(Stimulus Tumbuh Kembang Mandiri Ibu) dapat bermanfaat sebagai media
informasi tentang teknik stimulus tumbuh kembang anak.
2. Manfaat Praktisi
a. Dapat memberi informasi yang bermanfaat bagi bidan ataupun tenaga ke
sehatan lainnya tentang menstimulus tumbuh kembang pada Bayi, Balita,
dan Anak Pra Sekolah di Wilayah Puskesmas Pamitran Kota Cirebon.
b. Dapat dijadikan sebagai landasan dalam pengembangan ilmu mengenai
stimulus tumbuh kembang pada Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah di
Wilayah Puskesmas Pamitran Kota Cirebon..
3. Manfaat bagi Keluarga Pasien
Laporan kegiatan SIKUMBANG MADU (Stimulus Tumbuh Kembang
Mandiri Ibu) sebagai pedoman keterampilan serta informasi kesehatan agar
keluarga lebih mengerti dalam melakukan menstimulus tumbuh kembang
pada Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.

9
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi Speech Delay

Speech delay adalah salah satu ganguan berbicara yang terjadi dalam proses
pemerolehan bahasa, sehingga seorang anak mengalami keterlambatan dalam
berbicara. Berbeda dengan gangguan ujaran, Yulianti & Unsiah (2018:8)
menyebutkan bahwa gangguan pengucapan atau gangguan ujaran ini sering
disebut dengan istilah language disorder atau language disabilities. Gangguan
ujaran merupakan kegagalan, kesalahan, atau kekurangmampuan seseorang
untuk berkomunikasi menggunakan bahasa lisan dengan baik dan lancar. Oleh
karena itu, orang dengan gangguan ujaran akan mengalami gagap bicara, cedal,
pengucapan kurang jelas, dan lain- lain.
Seorang anak dikatakan memiliki speech delay ketika kemampuan
bicaranya jauh di bawah rata-rata anak sebayanya. Ketika berbicara mengenai
speech delay sebaiknya disinggung juga mengenai speech disorder. Harus
dibedakan antara speech delay dengan speech disorder. Speech disorder
merajuk kepada kemampuan bicara anak yang tidak berkembang seperti
berkembangnya kemampuan bicara anak pada umumnya, sedangkan pada
speech delay kemampuan bicara anak masih dapat berkembang seperti anak
pada umumnya hanya saja waktunya lebih lambat dari pada anak pada
umumnya. ( Center for Community Child Health, 2006 dan Early Support for
Children, Young People and Families, 2011, dalam (Fauzia, Meiliawati, &
Ramanda, 2020)).

B. Perkembangan Normal

Keterlambatan bicara telah lama menjadi perhatian dokter yang merawat


anak. Kekhawatiran itu beralasan, karena sejumlah masalah perkembangan
menyertai keterlambatan bicara. Selain itu, keterlambatan bicara mungkin
memiliki dampak yang signifikan pada kehidupan pribadi, sosial, akademik,
dan di kemudian hari. Identifikasi dini dan intervensi yang tepat dapat
mengurangi defisit emosional, sosial dan kognitif dari kecacatan ini dan
dapat meningkatkan hasilnya. (Leung & Kao, 1999).
Menurut McLaughlin (2011) menyebutkan bahwa, bicara yang normal
berkembang melalui tahap-tahap meraban, mengoceh, berkata-kata, dan
mengkombinasikan kata, sedangkan bahasa normal berkembang melalui
tahap-tahap pemahaman dan pengungkapan konsep-konsep yang lebih
kompleks.

Leung & Kao (1999) menggambarkan pola perkembangan bicara yang


normal terlihat pada:
Usia Capaian
1-6 bulan Meraban dalam menanggapi suara
6-9 bulan Mengoceh

10
10-11 bulan Membeo; mengatakan “mama/dada” tanpa arti
12 bulan Mengatakan “mama/dada” dengan arti; sering meniru dua
atau tiga suku kata
13-15 bulan Empat sampai tujuh kosa kata
selain jargon; < 20% ucapan dipahami orang lain
16-18 bulan 10 kosa kata; beberapa echolalia
dan jargon yang luas; 20%-25% ucapan dipahami orang lain
19-21 bulan 20 kosa kata; 50% ucapan dipahami
orang lain
22-24 bulan > 50 kosa kata; dua kata frasa; keluar dari jargon;
60%-70%
ucapan dipahami orang lain
2-2,5 tahun 400 kosa kata, termasuk nama; dua sampai tiga kata frasa;
penggunaan
kata ganti; mengurangi echolalia; 75% ucapan dipahami
orang lain
2,5-3 tahun Mulai menggunakan bentuk jamak dan lampau; mengetahui
usia dan jenis kelamin; menghitung tiga objek dengan benar;
tiga sampai
lima kata per kalimat; 80%-90% ucapan dipahami orang
lain.
3-4 tahun Tiga sampai enam kata per kalimat
; mengajukan pertanyaan, bercakap-cakap, menceritakan
pengalaman, bercerita; hampir
semua ucapan dipahami orang lain.
4-5 tahun Enam sampai delapan kata per kalimat; menyebutkan empat
warna; menghitung 10 koin dengan
benar.
Informasi dari Schwartz ER. Speech and language disorders. In: Schwartz
MW, ed. pediatric primary care a problem oriented approach. St. Louis:
Mosby. 1990:696-700

Unsiah & Yuliati (2018: 109-110) menyebutkan bahwa pemerolehan bahasa


(language acquisition) adalah proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh
anak secara natural ketika dia memperoleh bahasa pertama (bahasa ibunya).
Ada beberapa teori pemerolehan bahasa yaitu:
1. Teori behaviorisme: perkembangan bahasa berasal dari pengaruh
lingkungan (imitasi/modelling/reinforcement ibu/ayah/dll).
2. Teori nativisme: bahasa bersifat alamiah karena sudah ada dalam diri
anak sejak lahir.
3. Teori kognitivisme: perkembangan bahasa yang dipengaruhi oleh
perkembangan kognitif (otak), pengolahan informasi dan motivasi.
4. Teori interaksionisme: pemerolehan bahasa merupakan hasil interaksi
antara kemampuan mental pembelajaran (LAD language acquisition
device sejak lahir) dan lingkungan bahasa.

C. Jenis-Jenis Speech Delay

Jenis-jenis keterlambatan dalam berbicara pada anak usia dini tersebut


menurut Van Tiel (Tsuraya 2013:25) (dalam Hidayat, 2022), antara lain:
1) Specific Language Impairment yaitu gangguan bahasa merupakan
gangguan primer yang disebabkan karena gangguan perkembangannya

11
sendiri, tidak disebabkan karena gangguan sensoris, gangguan neurologis
dan gangguan kognitif, seperti anak kecenderungan untuk berbicara
dalam kalimat yang pendek dan disederhanakan, dengan menghilangkan
beberapa fitur tata bahasa.
2) Speech and Language Expressive Disorder yaitu anak mengalami
gangguan pada ekspresi bahasa.
3) Centrum Auditory Processing Disorder yaitu gangguan bicara tidak
disebabkan karena masalah pada organ pendengarannya.
Pendengarannya sendiri berada dalam kondisi baik, namun mengalami
kesulitan dalam pemprosesan informasi yang tempatnya di dalam otak.
4) Pure Dysphatic Development yaitu gangguan perkembangan bicara dan
bahasa ekspresif yang mempunyai kelemahan pada sistem fonetik.
5) Gifted Visual Spatial Learner yaitu karakteristik gifted visual spatial
learner ini baik pada tumbuh kembangnya, kepribadiannya, maupun
karakteristik giftednessnya sendiri.
6) Disynchronous Developmental yaitu perkembangan seorang anak
Gifted pada pasarnya terdapat penyimpangan perkembangan dari pola
normal. Ada ketidak sinkronan perkembangan internal dan ketidak
sinkronan perkembangan eksternal.

D. Ciri-Ciri Anak Dengan Speech Delay

Terlambat atau tidaknya kemampuan berbicara pada anak dapat dilihat


dari beberapa ciri-ciri khusus yang muncul. Early Support for Children,
Young People and Families (2011) dalam (Saputra & Kuntarto, 2020)
menjelaskan bahwa apabila tanda- tanda di bawah ini mulai muncul atau
terlihat pada anak, orang tua sebaiknya mulai waspada.

Tanda-tandanya yaitu:
1. Tidak merespon terhadap suara
2. Adanya kemunduran dalam perkembangan
3. Tidak memiliki ketertarikan untuk berkomunikasi
4. Kesulitan dalam memahami perintah yang diberikan
5. Mengeluarkan kata-kata atau kalimat yang tidak biasa seperti anak-
anak pada umumnya
6. Berbicara lebih lambat dari pada anak seumurannya
7. Perkataanya sulit dimengerti bahkan oleh keluarganya sendiri
8. Kesulitan memahami perkataan orang dewasa.
9. Kesulitan berteman,bersosialisasi dan mengikuti permainan.
10. Kesulitan dalam belajar mengeja, bahasa bahkan matematika

McLaughlin (2011) menyarankan tanda- tanda anak harus segera


melakukan evaluasi berbahasa, antara lain:
Umur Reseptif Ekspresif
12 bulan - Tidak mengoceh, menunjuk, atau memberi
isyarat

15 bulan Tidak melihat atau Tidak menggunakan setidaknya tiga kata


menunjuk ke 5

12
sampai 10 benda atau
orang ketik disebutkan
oleh orang tua
18 bulan Tidak mengikuti Tidak mengatakan “mama”,
petunjuk satu langkah “dada”, atau nama lainnya

2 tahun Tidak menunjuk ke Tidak menggunakan setidaknya 25


gambar atau bagian Kata
tubuh saat disebutkan
2,5 tahun Tidak menanggapi Tidak menggunakan frasa dua kata yang unik,
secara verbal atau termasuk kombinasi kata
mengangguk/mengge benda-kata kerja
en gkan kepala untuk
pertanyaan
3 tahun Tidak mengerti kata Tidak menggunakan setidaknya 200 kata
depan atau kata-kata Tidak menanyakan sesuatu dengan nama Ulangi
tindakan Tidak frasa dalam menanggapi
mengikuti petunjuk dua
langkah

pertanyaan (echolalia)
> 3 - Telah
tahun Mengalami
Kemunduran
atau kehilangan
Pencapaian
bahasa/yang
Diperoleh
Sebelumnya
Diadaptasi dengan izin dari Schum RL. Language
screening in the pediatric office setting. Pediart Clin North Am. 2007;54(3):432

E. Faktor Penyebab Speech Delay

McLaughlin (2011) menyatakan bahwa, faktor risiko yang paling


konsisten dilaporkan adalah riwayat keluarga keterlambatan bicara dan
bahasa, jenis kelamin laki-laki, prematuritas, dan berat badan lahir rendah.
Faktor risiko lain yang dilaporkan kurang konsisten termasuk tingkat
pendidikan orang tua, penyakit masa kanak-kanak, urutan kelahiran
terlambat, dan ukuran keluarga yang lebih besar.

Adapun menurut Saputra & Kuntarto (2020), faktor-faktor penyebab


keterlambatan bicara banyak penyebab keterlambatan bicara, yang paling
umum adalah rendahnya tingkat kecerdasan yang membuat anak tidak
mungkin belajar berbicara sama baiknya seperti teman sebaya mereka yang

13
kecerdasannya normal atau tinggi; kurang motivasi karena anak mengetahui
bahwa mereka dapat berkomunikasi secara memadai dengan bentuk
prabicara dorongan orang tua untuk terus menggunakan “bicara bayi”
karena mereka mengira yang demikian “manis”; terbatasnya kesempatan
praktek berbicara karena ketatnya batasan tentang seberapa banyak mereka
diperkenankan bicara di rumah; terus menerus bergaul dengan saudara
kembar yang dapat memahami ucapan khusus mereka dan penggunaan
bahasa asing di rumah yang memperlambat memperlajari bahasa ibu.

F. Penanganan Speech Delay

Untuk pananganan anak yang memiliki speech delay, ada beberapa


intervensi yang dapat diikuti prosedurnya. Setelah terlihat adanya tanda-
tanda anak memiliki speech delay, hal pertama yang dilakukan adalah
screening dengan beberapa instrument yang sudah tersedia. Dimulai dengan
pemeriksaan otologis dan audiometris anak. Pemeriksaan otolgis dapat
dilakukan menggungan BERA atau Brainstem Evoked Response
Audiometry. Selain itu, anak juga akan diperiksa perkembangan mental,
kognitif, sosial, emosional dengan menggunakan HOME atau Home
Observation fo for Measurement of the Environment. Seluruh Seluruh
instrument ini diperuntukan untuk anak prasekolah (Hidajati, 2009 dalam
(Fauzia et al., 2020) ).

Menurut (Law, Garrett, & Nye, 2015), Intervensi dapat terjadi di banyak
lingkungan yang berbeda, untuk: misalnya, rumah, sekolah atau klinik dan
akan bervariasi dalam durasi dan intensitas tergantung pada sumber daya
yang tersedia, kebutuhan yang dirasakan anak dan kebijakan layanan terapi
wicara dan bahasa individu. Intervensi juga dapat disampaikan secara tidak
langsung melalui orang ketiga atau langsung melalui klinisi. Intervensi
langsung berfokus pada pengobatan anak baik secara individu maupun
dalam kelompok anak tergantung pada usia dan kebutuhan anak yang
membutuhkan terapi dan fasilitas yang tersedia.

Intervensi tidak langsung sering dianggap sebagai pendekatan yang lebih


naturalistik di mana orang dewasa di lingkungan anak memfasilitasi
komunikasi. Secara tradisional pendekatan ini digunakan untuk
menciptakan lingkungan komunikatif yang optimal bagi anak dengan
mempromosikan interaksi orang tua-anak yang positif. Pendekatan tidak
langsung semakin banyak digunakan dalam berbagai pengaturan, di mana
terapis bicara dan bahasa melatih profesional dan pengasuh yang bekerja
dengan anak-anak dan memberikan program atau saran tentang cara
memaksimalkan lingkungan komunikatif anak dan meningkatkan upaya
komunikatif.
(Law et al., 2015) juga menyatakan bahwa tidak ada pedoman universal
tentang jenis intervensi apa yang ditawarkan kepada anak-anak dengan
keterlambatan/gangguan bicara dan bahasa utama atau pada waktunya, juga
tidak ada bukti yang konsisten yang menjadi dasar keputusan, yang berarti
bahwa keputusan sering diserahkan kepada terapis individu dan jasa.
Sementara sejumlah tinjauan telah dilakukan untuk meringkas literatur, ini
sebagian besar bersifat naratif dan tidak sistematis dan oleh karena itu
mungkin rentan terhadap bias dan ketidakakuratan.

14
15
BAB III METODE PELAKSANAAN

A. Survey (Profil PKM)


Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Cirebon (2021) terdapat 23.291
jumlah bayi dan balita 0-59 bulan yang mengalami stunting sebanyak 2.359
orang (13%). Sedangkan menurut data yang ada di wilayah kerja Puskesmas
Pamitran terdapat 61 anak (15,9%) mengalami stunting.
Berdasarkan analisis SWOT di Puskesmas Pamitran sudah mempunyai
1 tenaga gizi, 14 bidan, dan kader di setiap wilayahnya. Selain itu sudah rutin
berjalan program posyandu. Dalam pemantauan tumbuh kembang anak masih
peran bidan dan kader hanya saja belum optimal dalam pemantauan
Sikumbang Madu serta belum tersedianya SOP di Puskesmas Pamitran.
B. Analisis SWOT
FAKTOR INTERNAL
Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness)
1. Adanya petugas Promkes (Ada 1. Belum ada program Stimulasi
beberapa bidan yang sudah Tumbang
mengikuti pelatihan stimulasi dan 2. Belum adanya SOP tentang
baby SPA) Tumbang
2. Belum adanya SOP tentang 3. Belum terbentuknya kelas ibu
tumbang balita
4. Belum adanya pelatihan Kader
mengenai tumbang anak
5. Tidak adanya dana

FAKTOR EKSTERNAL
Peluang (Opportunity) Ancaman (Threats)
1. Adanya kader di wilayah kerja 1. Kurangnya pengetahuan dan
Puskesmas. pemahaman ibu tentang
2. Adanya posyandu di wilayah deteksi tumbang.
kerja Puskesmas. 2. Kurangnya pengetahuan ibu
tentang manfaat stimulasi
tumbang.

16
C. Tahap Pelaksanaan
1. Perencanaan
Program inovasi Sikumbang Madu adalah upaya untuk melaksanakan
program pemerintah terkait dengan pencegahan atau penurunan angka
stunting yang dilakukan pada bayi, batita, balita, dan anak prasekolah.
Adapun tujuannya yaitu :
a. Menerapkan upaya stimulus sesuai dengan usia anak.
b. Meningkatkan ikatan antara ibu dan anak.
c. Meningkatkan pengetahuan ibu akan stimulus tumbang anak.
d. Menurunkan angka kejadian stunting
2. Pelaksanaan
Program ini dilaksanakan pada tanggal 08 – 11 Mei 2023. Bertempat
di Baperkam RW 07 dibantu oleh rekan-rekan, Kader, Bidan KIA, Bidan
Koordinator, Petugas gizi. Kegiatan dalam program ini berupa :
 Pembuatan SOP Sikumbang Madu
 Sosialiasiasi adanya SOP Sikumbang Madu kepada Bidan
 Pemberian SOP Sikumbang Madu kepada Bidan untuk dapat
dimanfaatkan sebagai panduan melakukan Sikumbang Madu

3. Monitoring Dan Evaluasi


Kegiatan monitoring dilakukan dengan cara memantau apakah pada
proses pelaksanaan berjalan dengan lancar sesuai dengan perencanaan.
Evaluasi dilakukan dengan cara mengetahui hasil program inovasi
Sikumbang Madu sudah tercapai sesuai dengan tujuan. Setelah itu
menganalisis hambatan atau kekurangan dari program inovasi.
Pada periode pelaksanaan program inovasi terdapat 1 anak di
wilayah kerja Puskesmas Pamitran yang mengalami keterlambatan
bicara dan 1 anak yang mengalami keterlambatan tumbuh kembang,
sehingga mahasiswa melakukan monitoring dan evaluasi secara
langsung. Monitoring dan evaluasi dilakukan sampai dengan
pemahaman bidan dan ibu yang memiliki anak dalam fase golden
periode.

17
BAB IV HASIL

Kegiatan Sikumbang Madu telah dilaksanakan pada tanggal 08 - 11 Mei


2023. Bertempat di Baperkam RW 07 dibantu oleh rekan-rekan, Bidan KIA,
Bidan Koordinator, dan petugas Gizi. Kegiatan dalam program ini berupa
Pembuatan SOP, Sosialiasiasi adanya SOP kepada bidan dan petugas Puskesmas
Pamitran, Pemberian SOP kepada Puskesmas Pamitran untuk dapat dimanfaatkan
sebagai panduan melakukan Stimulus. Hasil dari kegiatan ini adalah
bertambahnya pengetahuan dan meningkatnya motivasi ibu yang memiliki anak
0-59 bulan untuk menerapkan Stimulus pada anak.

18
BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari Program inovasi Sikumbang Madu adalah upaya
untuk melaksanakan program pemerintah terkait dengan pencegahan stunting
yang dilakukan pada saat anak 0-59 bulan. Jika program inovasi ini dapat
dilakukan dengan baik diharapkan angka kejadian stunting di Wilayah Kerja
Puskesmas Pamitran menurun.

B. Saran
1. Bagi Lahan Praktik
Diharapkan lahan praktik dapat mengaplikasikan program sesuai dengan
SOP yang telah dibuat.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Bagi tenaga kesehatan lainnya diharapkan mendukung adanya program
Sikumbang Madu.

1
LAMPIRAN

1. Leaflet SIKUMBANG MADU (Stimulus Tumbuh Kembang Mandiri Ibu)

2
2. Buku KIA

3. Alat Stimulus Tumbuh Kembang Anak

3
4. Dokumentasi Kegiatan

4
5
6

Anda mungkin juga menyukai