PROPOSAL PENELITIAN
i
LEMBAR PERSETUJUAN
SEMINAR PROPOSAL PENELITIAN
Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan kejadian Stunting pada anak di Puskesmas
Tarogong
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan ke khadirat Allah SWT, karena atas Rakhmat
dan Karunia-Nya dapat menyelesaikan proposal ini yang berjudul “Hubungan Tingkat
Adapun maksud dan tujuan dari pembuatan proposal ini adalah untuk
memenuhi salah satu persyaratan dalam persiapan menempuh ujian sarjana pada
Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karsa Husada Garut.
Dalam penyusunan proposal ini, peneliti banyak mendapat bantuan, bimbingan dan
pengarahan dari berbagai pihak, baik dalam bentuk moril maupun materil. Pada
1. Dr. (Hc). H. Amas Setiana, selaku Ketua Pembina Yayasan Dharma Husada
Insani Garut.
3. H. Engkus Kusnadi, S.Kep., M.Kes., selaku Ketua STIKes. Karsa Husada Garut,
telah banyak memberikan masukan dan arahan yang sangat berharga dalam
Garut.
iii
Peneliti menyadari bahwa banyaknya kekurangan dan ketidak sempurnaan
dalam pembuatan proposal ini karena keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang
peneliti miliki. Namun apapun kekurangan dari isi proposal ini mudah-mudah ada
manfaatnya serta menambah ilmu bagi peneliti pada khususnya dan bagi pembaca lain
yang sedang mendalami ilmu keperawatan pada umumnya serta mohon masukan yang
membangun.
Terima Kasih,
Peneliti
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
DAFTAR ISI............................................................................................................ iv
DAFTAR BAGAN.................................................................................................. vi
v
2.1.9 Pencegahan Stunting Pada Anak.................................................. 21
2.2 Kerangka Pemikiran ............................................................................... 23
2.3 Hipotesis ................................................................................................. 25
BAB III Metode Penelitian ..................................................................................... 26
3.1 Rancangan Penelitian ................................................................................... 26
3.2 Variabel Penelitian ....................................................................................... 27
3.3 Definisi Operasional .................................................................................... 27
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................... 28
3.4.1 Populasi ............................................................................................... 28
3.4.2 Sampel................................................................................................. 28
3.5 Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 30
3.6 Pengolahan dan Analisis Data ..................................................................... 30
3.7 Langkah-langkah Penelitian ......................................................................... 34
3.8 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA
vi
DAFTAR BAGAN
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (Bagi bayi dibawah lima
tahun) yang diakibatkan kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk
usianya (Supariasa, 2014). Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan
pada bayi masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru nampak
setelah bayi berusia 2 tahun. Stunting yang dialami anak dapat disebabkan oleh
tidak terpaparnya periode 1000 hari pertama kehidupan mendapat perhatian khusus
seseorang di masa depan. Stunting dapat pula disebabkan tidak melewati periode
emas yang di mulai 1000 hari pertama kehidupan yang merupakan pembentukan
tumbuh kembang anak pada 1000 hari pertama. Pada masa tersebut nutrisi yang
diterima bayi saat di dalam kandungan dan menerima ASI memiliki dampak jangka
panjang terhadap kehidupan saat dewasa. Hal ini dapat terlampau maka akan
terhindar dari terjadinya stunting pada anak-anak dan status gizi yang kurang
diperkirakan mencapai 22,2 % atau 150,8 juta balita (UNICEF, WHO, 2018),
1
2
tersebut jika dibandingkan dengan ambang batas prevalensi stunting, masih berada
anak stunting tertinggi ke-2 di Kawasan Asia Tenggara dan ke-5 di dunia
(Kemenkes, 2018).
dari 7 juta anak balita menderita stunting, atau terlalu pendek untuk usia mereka ,
lebih dari 2 juta anak balita kekurangan berat badannya, atau terlalu kurus untuk
tinggi badan mereka, 2 juta anak balita kelebihan berat badan atau obesitas . Sekitar
esensial dan nutrisi seperti zat besi, asam folat dan vitamin A (Badan Statistik Pusat,
2018).
Indonesia sendiri, merupakan negara dengan beban anak stunting tertinggi ke-
2 di Kawasan Asia Tenggara dan ke-5 di dunia, angkanya hingga 23,6 persen.
Sementara target WHO, angka stunting tidak boleh lebih dari 20 persen. Jutaan
anak-anak dan remaja Indonesia tetap terancam dengan tingginya angka anak yang
bertubuh pendek (stunting) dan kurus (wasting) serta beban ganda” malnutrisi
dimana terjadinya kekurangan dan kelebihan gizi, belum ada peningkatan pada
Kasus Berat Garis Merah (BGM) pada baduta di Jawa Barat tahun 2019
sebanyak 23,481 orang atau 29,2% dari jumlah baduta yang ditimbang, dilaporkan
oleh 24 kabupaten /kota dengan kasus BGM tertinggi dari kabupaten Garut
Bandung sebesar 0,3%. Tiga kabupaten atau kota, yakni kabupaten Pangandaran,
kabupaten Karawang dan kota Banjar tidak ada data kasus BGM (Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Barat, 2018), sedangkan data di Kabupaten Garut pada tahun 2019
Simpang, Kecamatan Cibalong. Pada tahun 2017 ada 41 anak yang masuk kategori
jumlah anak stunting turun menjadi 12 anak dari sebelumnya 41 anak. Namun
kondisinya kembali naik di tahun 2020. Kabupaten Garut memiliki anak balita
"stunting" paling tinggi di Jawa Barat. Dari data hasil survei yang dirilis
Puskesmas Bayongbong 55,24% anak (Dinkes Kab Garut, 2019). Menurut data
tahun 2020 menunjukan anak stunting sebanyak 905 orang anak (15,52%), terjadi
4
kenaikan dari tahun sebelumnya sebesar 783 anak menjadi 905 anak bertambah
berbagai macam faktor yaitu faktor karakteristik orangtua antara lain pendidikan,
pekerjaan, pendapatan, pola asuh, pola makan dan jumlah anggota dalam keluarga,
faktor genetik, penyakit infeksi, kejadian BBLR, kekurangan energi dan protein ,
sering mengalami penyakit kronis, praktek pemberian makan yang tidak sesuai
(Fikadu, 2014).
usia 6-24 bulan pendidikan orangtua yang rendah merupakan faktor risiko yang
berpengaruh terhadap stunting pada anak usia 6-24 bulan (Rukmana Eka, 2016).
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Khoirun dan Siti menunjukan terdapat
hubungan antara panjang badan lahir balita, riwayat ASI eksklusif, pendapatan
keluarga, pendidikan ibu dan pengetahuan gizi ibu terhadap kejadian stunting pada
2016).
lebih baik, yang nantinya akan berdampak pada pendapatan dan ketersediaan
pangan bagi keluarganya. Pendidikan orangtua khususnya Ibu yang tinggi dikaitkan
juga dengan pola pengasuhan anak termasuk pemberian kapsul vitamin A, imunisas
5
lengkap, sanitasi yang baik dan penggunaan garam beryodium yang baik
memliliki anak Stunting, 5 orang berpendidikan SD, 2 orang SMP dan 2 orang
SMA, secara umum ada yang memamahi penyebab dan cara penanganan stunting
Pendidikan Ibu dengan kejadian Stunting pada anak di Puskesmas Tarogong 2021.
Tarogong
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak berusia di bawah lima
tahun (balita) akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang terutama pada
periode 1000 hari pertama kehidupan (HPK) , yaitu dari janin hingga anak berusia
23 bulan . Anak tergolong stunting atau pendek jika panjang badan atau tinggi
badan dibandingkan umur hasilnya lebih rendah dari standar nasional yang
2020).Stunting adalah sebuah kondisi dimana tinggi badan seseorang lebih pendek
dibanding tinggi badan oranglain pada umumnya (yang seusia) (Nurlailis, 2020) .
masalah kurang gizi dengan periode yang cukup lama sehingga muncul gangguan
pertumbuhan tinggi badan pada anak yang lebih rendah atau pendek (kerdil)
berbagai faktor seperti kekurangan asupan zat gizi dan atau penyakit infeksi
kronis dalam jangka waktu yang lama yang ditunjukkan dengan nilai z-score
7
8
tinggi badan menurut umur (TB/U) < -2SD berdasarkan standar WHO (Priyono,
adalah merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat dari
kekurangan gizi kronis sehingga anak menjadi terlalu pendek untuk usianya.
anak yang pendek (stunted) atau sangat pendek (severely stunted), yang
disebabkan oleh gizi kurang dalam waktu lama atau sering sakit. Anak-
dan TB , yaitu :
24 bulan dan anak dalam posisi telentang . Bila anak usia 0 sampai
bulan dan anak diukur dalam posisi berdiri. Bila anak usia lebih dari
9
Penyebab Stunting pada anak meski gejala stunting baru dapat terlihat
karena pola asuh orangtua yang salah. Ibu hamil yang kurang
kurang gizi . Kemudian saat lahir , anak tidak mendapatkan ASI ekslusif
dalam jumlah yang cukup dan MPASI dengan gizi yang seimbang
2. Praktik ANC dan Post natal care yang kurang baik masih terbatasnya
yang dikonsumsi sudah sesuai kebutuhan tubuh, tetapi satu dan lain hal,
4. Kebersihan Lingkungan
bakteri fecal oleh anak-anak kecil ketika meletakan jari-jari kotor atau
usus (Helminthiasis) yang kedua nya terkait dengan sanitasi yang buruk
pada usus kecil orang dan dapat terjadi karena kurangnya fasilitas
stunting yang dapat dikaitkan dengan lima atau lebih episode diare
sebelum usia 2 tahunadalah 25%. Karena diare terkait erat dengan air ,
5. Kemiskinan
6. Faktor infeksi
7. Pengetahuan Ibu
8. BBLR
kurang dari 37 minggu dengan berat badan kurang dari 2500 gr.
Dampak berat badan lahir rendah (BBLR) sangat erat kaitannya dengan
dikemudian hari .
mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan , serta
setelah ibu melahirkan . pemberian air susu ibu (ASI) secara ekslusif ,
tidak menerima makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) (La Ode,
2020) .
1. Pendidikan orangtua
sebagai usaha sadar dan sistematis untuk mencapai taraf hidup atau
dipandang dalam arti luas dan teknis. Dalam arti luas pendidikan
negara .
baik secara sadar maupun tidak sadar sepanjang hayat. Pendidikan ini
berjenjang.
status gizi anak, dimana semakin tinggi pendidikan ibu maka akan
semakin baik pula buat status gizi anak . tingkat pendidikan juga
2. Pekerjaan Orangtua
Tinggi badan adalah jarak dari puncak kepala hingga telapak kaki ,
dosis obat , dan prediksi dari fungsi fisiologis sepertii volume paru ,
ukur dari alas kaki ke titik tertinggi pada posisi tegak . tinggi badan
menempel pada lantai , posisi kepala dan leher tegak, pandangan rata-
rata air, dada dibusungkan, perut datar dan tarik nafas beberapa saat .
Tinggi badan diukur dalam posisi berdiri sikap sempurna tanpa alas
kaki . untuk mengukur tinggi badan seseorang pada posisi berdiri secara
anatomis, dapat diukur dari kepala bagian atas sampai ketelapak kaki
bagian bawah .
17
4. Status gizi
menurut umur (BB/U) , tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat
badan menurut tinggi badan (BB/TB) terjadi akibat faktor langsung dan
badan orangtua dengan status gizi , dimana hasil penelitian ini menjadi
badan orangtua . Tinggi badan merupakan salah satu bentuk dari ekpresi
energi dipihak lain yang terlihat melalui indikator berat badan dan
Tanda Stunting adalah tinggi badan yang kurang menurut umur (< 2SD),
kegagalan dalam mencapai tinggi badan yang normal dan sehat sesuai usia
18
Untuk gizi kurang pada anak . stunting dapat didiagnosis melalui indeks
linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan dengan indikasi kekurangan
gizi jangka panjang , akibat dari gizi yang tidak memadai dan atau kesehatan .
genetik sebagai akibat dari pola makan yang buruk dan penyakit . stunting yang
terjadi pada masa anak merupakan faktor risiko meningkatnya angka kematian
, kemampuan kognitif dan perkembangan motik yang rendah serta fungsi tubuh
2.1.7 Patofisiologi
ketika seorang remaja menjadi ibu yang kurang gizi dan anemia . Remaja
putri indonesia usia 15-19 tahun kondisinya berisiko kurang energi kronik
2. Menjadi parah ketika hamil dengan asupan gizi tidak mencukupi kebutuhan
4. Wanita usia subur usia 15-49 tahun di Indonesia hamil dengan risiko kurang
energi kronik (KEK) dan anemia sebesar 37,1% . (Modul Deteksi Dini
prestasi belajar menjadi rendah dan tidak dapat melanjutkan sekolah. Anak yang
menderita stunting berdampak tidak hanya pada fisik yang lebih pendek saja ,
dewasa , sehingga akan menjadi beban negara . Selain itu dari aspek estetika ,
seseorang yang tumbuh proporsional akan kelihatan lebih menarik dari yang
tubuhnya. Gagal tumbuh yang terjadi akibat kurang gizi pada masa-masa emas
ini akan berakibat buruk pada kehidupan berikutnya dan sulit diperbaiki .
panjang yaitu kurang energi dan protein , juga beberapa zat gizi mikro.
Kekurangan gizi pada anak berdampak secara akut dan kronis . Anak-
anak yang mengalami kekurangan gizi akut akan terlihat lemah secara fisik .
Anak yang mengalami kekurangan gizi dalam jangka waktu yang lama atau
kronis, terutama yang terjadi sebelum usia dua tahun, akan terhambat
Kondisi ini lebih beresiko jika masalah gizi sudah mulai terjadi sejak di
angka stunting yang tinggi beriringan dengan kejadian kurang gizi . Seperti
disebut dalam laporan Riskesdes terakhir , ada 30,8% atau 7,3 juta anak di
Indonesia mengalami stunting , dengan 19,3% atau 4,6 juta anak pendek , dan
anak yang mengalami kurang gizi , gizi buruk , dan stunting besar dalam
suatu negara, maka akan berdampak pula pada proporsi kualitas sumber
pada anak hari ini akan berdampak pada kualitas bangsa masa depan .
Anak-anak yang tumbuh dan berkembang tidak proporsional hari ini , pada
Anak pendek atau stunting merupakan indikator yang diterima secara luas
Anak-anak pendek pada umumnya akan tumbuh menjadi anak yang kurang
berpendidikan , memiliki pendapatan dan kualitas hidup yang rendah , serta rentan
malnutrisi pada bayi dan balita memiliki dampak ekonomi yang besar bagi suatu
negara . Sebuah penelitian mengenai dampak dan biaya yang ditimbulkan dari
terhadap angka kesakitan dan kematian, pendidikan , inklusi tenaga kerja dan
baik kelebihan maupun kekurangan gizi . Biaya yang ditimbulkan dari kejadian gizi
kurang , antara lain adalah adanya biaya yang hilang akibat kematian prematur dan
denegratif. kerugian yang sangat besar dapat timbul karena tingginya biaya
1. Saat hamil
2. Saat lahir
nutrisi. Renungan gizi atau nutrisi anak harus memenuhi 4 unsur yakni
setiap kali makan anak harus memenuhi 4 syarat makanan utama tersebut (La
Ode, 2019) .
Pemerintah telah menetapkan desa sejumlah 1.000 desa yang menjadi prioritas
intervensi stunting yang tersebar pada 100 kabupaten/kota dan 34 provinsi . Selain
itu , pencegahan masalah stunting juga sudah disusun dalam Strategi Nasional
ditetapkan dalam strategi nasional ialah ibu hamil dan anak dengan usia 0-2 tahun
atau rumah tangga 1.000 HPK. Tentunya perlu dilakukan pencatatan atau pendataan
ibu hamil dan anak dengan usia tersebut di masing-masing wilayah sehingga akan
23
masalah stunting.
dan anak usia 0-2 tahun atau rumah tangga 1.000 HPK maka kemudian dilakukan
intervensi terhadap sasaran prioritas tersebut . Intervensi dilakukan dengan dua cara
yaitu intervensi gizi spesifik. Setelah ditentukannya sasaran prioritas dan intervensi
gambar di atas pada tahun 2018, pemerintah telah menetapkan 1.000 desa intervensi
stunting di 100 kabupaten . Untuk tahun 2019 jumlah desa intervensi stunting
(Helmyanti, 2020).
Stunting adalah sebuah kondisi dimana tinggi badan seseorang lebih pendek
dibanding tinggi badan orang lain pada umumnya (yang seusia) (Nurlailis, 2020).
pendapatan, pola asuh, pola miskin, dan jumlah anggota dalam keluarga, faktor
genetik, penyakit infeksi, kejadian BBLR, kekurangan energi dan protein, sering
mengalami penyakit kronis, praktek pemberian makan yang tidak sesuai) (Nurlailis,
2020).
24
adalah kognitif dari individu untuk melakukan suatu tindakan (Notoatmodjo, 2014).
Pendidikan adalah sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan
Untuk lebih jelasnya kerangka pemikiran pada penitian ini dapat dilihat pada
Bagan 2.1
Kerangka Pemikiran
Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan Kejadian Stunting
pada anak di Puskesmas Tarogong
Faktor-faktor yang mempengaruhi stunting
1. Pendidikan Stunting
2. Pekerjaan,
3. Pendapatan,
4. Pola asuh,
5. Pola makan,
6. Jumlah anggota dalam Stunting Non Stunting
keluarga,
7. Faktor genetik,
8. Penyakit infeksi
9. BBLR,
10. Kekurangan energi dan
protein,
11. Sering mengalami
penyakit kronis
12. Praktek pemberian
makan yang tidak sesuai
2.3 Hipotesis
METODOLOGI PENELITIAN
penyakit atau status kesehatan diidentifikasi pada saat ini, kemudian faktor risiko
diidentifikasi adanya atau terjadinya pada waktu yang lalu (Notoatmodjo, 2014).
Kelompok Kasus
Pendidikan Rendah
Stunting
Pendidikan Tinggi
Kelompok Kontrol
Pendidikan Rendah
Tidak Stunting
Pendidikan Tinggi
7
8
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu
Tabel 3.1
Definisi Operasional
Skala
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Pengukuran
Stunting Stunting adalah kondisi Lembar Observasi 1. Stunting, bila ukuran Nominal
gagal tumbuh pada anak observasi langsung dan tubuhnya pendek tidak
berusia di bawah lima melihat dari sesuai umurnya
tahun catatan medis 2. Non Stunting, bila
ukuran tubuhnya sesuai
umurnya
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti (Sugiyono, 2014). Populasi pada penelitian
9
ini adalah semua anak stunting dan tidak stunting di Puskesmas Tarogong tahun
Sampel merupakan bagian dari populasi yang diteliti atau sebagian jumlah dari
yang digunakan dalam penelitian ini adalah tehnik dengan cara purposive sampling,
Kriteria Inklusi :
Kriteria Eksklusi :
4524
n1 = n2 = 38,7 ≈ 39
sebanyak 39 orang untuk tiap kelompok proporsi atau jumlah keseluruhan sampel
data yang dapat menunjang penelitian. Untuk pengumpulan data pasien peneliti
dan diadakan tanya jawab, bila calon responden bersedia menjadi responden, calon
11
Concent).
kontrol yaitu sebanyak 17 orang pasien lainnya yang tidak mengalami stunting.
jenjang pendidikan, kemudian dicatat pada lembar pengamatan. Bila data sudah
terkumpul dan sudah lengkap, selanjutnya diolah sesuai dengan tujuan penelitian
ini.
2. Coding data, yakni memberikan kode pada setiap item untuk memudahkan
dalam pengolahan data selanjutnya. Kode yang diberikan baik pada kelompok
kasus maupun kontrol pada penelitian ini untuk variabel senam kaki yaitu : 1.
3. Processing data, yakni melakukan entry data dari daftar isian kedalam
komputer.
12
Analisis data merupakan bagian yang sangat penting untuk mencapai tujuan,
1. Pendidikan
2. Kejadian Stunting
Kejadian stunting dibagi dua, stunting bila ukuran tubuh anak pendek tidak
sesuai umurnya dan tidak stunting bila ukuran tubuhnya normal sesuai umurnya.
sesuai kriteria penilaian dari semua responden, selanjutnya dibuat persentase baik
13
X
P= x 100 %
n
Keterangan :
P = Persentase
n = Jumlah sampel.
sebagai berikut :
∑ (ƒo - ƒh)²
χ² =
ƒh
14
Keterangan :
χ² :chi square
ƒo : frekuensi observasi
ƒh : frekuensi harapan
Tabel 3.2
Cara Penghitungan Odds Ratio (OR)
Pendidikan dan Kejadian Stunting
Kejadian Stunting
Pendidikan
Tidak Stunting Stunting
Pendidikan Rendah a b
Pendidikan Tinggi c d
Jumlah a+c b+d
a c a
Odds kelompok Pendidikan : : =
a+c a+c c
b d b
Odds kelompok Kejadian Stunting : : =
b+d b+d d
a b ad
Odds Ratio : : =
c d bc
terdapat hubungan
4. Studi kepustakaan
3. Pengolahan data
Dahlan, M. Sopiyudin. 2013. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam
Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika
KEMENKES RI. 2018. Ini Penyebab Stunting Pada Anak. Retrieved from
http://www.depkes.go.id/article/view/18052800006/ini-penyebab-stunting-
pada-anak.html
Mikhail W. Z. A., Sobhy H. M.,El-sayed H, H., Khairy S, A., Salem H. Y. A., Samy
M. A. 2013. Effect of Nutritional Status on Growth Pattern of Stunted
Preschool Children in Egypt. Academic Journal of Nutrition2(1):01-09.
7
8
Kepada Yth :
Bapak/Ibu……………………….
di Puskesmas Tarogong
Garut
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, mahasiswa Program S-1
Keperawatan STIKes. Karsa Husada Garut :
Nama : Irma Putri Utami
NIM : KHG.C. 17026
akan melakukan penelitian dengan judul : “Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu
dengan kejadian Stunting pada anak di Puskesmas Tarogong”.
Untuk penelitian ini, saya mohon bantuan Bapak/Ibu untuk dapat menjadi
responden penelitian ini. Observasi dalam penelitian ini tidak bermaksud untuk
memberikan penilaian terhadap kondisi bapak/ibu, tetapi hanya untuk kebutuhan
penelitian semata.
Saya sangat menghargai kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi responden
penelitian ini dan selanjutnya dimohon kesediaannya untuk menandatangani lembar
persetujuan (informed concent) yang telah disediakan.
Atas kesediaan ibu serta perhatian dan bantuannya, saya ucapkan terima
kasih.
Hormat Saya
Irma Putri Utami
10
LEMBAR PERSETUJUAN
(INFORMED CONCENT)
Nama : …………………………………………………
Umur : …………………………………………………
Alamat : …………………………………………………............…………………
Garut, ………………………….
________________________
11
Lembar Observasi