Anda di halaman 1dari 56

0

PROPOSAL

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN RESPON TIME


DI IGD RS. YOS SUDARSO PADANG TAHUN 2023

Penelitian Keperawatann Gawat Darurat

PETRUS ELWIS
2002117

PROGRAM STUDY ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SYEDZA SAINTIKA PADANG
1

PROPOSAL

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN RESPON


TIME DI IGD RS. YOS SUDARSO PADANG TAHUN 2023

Penelitian Keperawatann Gawat Darurat

Oleh :

PETRUS ELWIS
2002117

PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SYEDZA SAINTIKA PADANG
2

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Nama : Petrus Elwis

NIM : 2002117

Prodi : S-1 Keperawatan

Judul Proposal : Hubungan Beban Kerja Perawat dengan Respon Time


di IGD RS. Yos Sudarso Padang tahun 2023

Proposal ini telah diperiksa, disetujui dan dipertahankan di hadapan Tim


Penguji Proposal Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan SYEDZA SAINTIKA Padang.

Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

(Ns. Vino Rika, M. Kep) (Ns. Roza Marlinda MSN)

Mengetahui,
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SYEDZA SAINTIKA PADANG
KETUA

Drs. H. Hasrinal, A.Md, Kep, MM

i
3

PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN RESPON


TIME DI IGD RS. YOS SUDARSO PADANG TAHUN 2023

SKRIPSI

Oleh

PETRUS ELWIS
2002117

Telah di setujui oleh Pembimbing Penelitian Skripsi Program Studi Ilmu


Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan SYEDZA SAINTIKA
Padang pada Tanggal September 2023

Panitia Penguji,

1. Dr. Ns. Putri Dafriani, S.Kep, M.Sc (.....................................................)

2. Ns. Harinal Afri Resta, M.Kep (.....................................................)


4

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal yang

berjudul “Hubungan Beban Kerja Perawat dengan Respon Time di IGD RS.

Yos Sudarso Padang tahun 2023”. Proposal ini diajukan untuk memenuhi salah

satu syarat untuk melanjutkan ke tahap penelitian.

Dalam menyelesaikan proposal ini peneliti banyak mendapat masukan,

bimbingan dan bantuan dari para pembimbing, untuk itu peneliti mengucapkan

terima kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. DR. H. Syamsul Amar, MS Pembina Yayasan Pengembangan

Sumber Daya Manusia (YPSDM) Sumatera Barat.

2. Bapak Drs. H. Hasrinal, Amd. Kep, MM Ketua STIKES SYEDZA SANTIKA

Padang.

3. Ibu Ns. Weni Sartiwi, M.Kep Ketua Prodi S1 Keperawatan STIKES SYEDZA

SAINTIKA Padang

4. Ibu Ns. Vino Rika, M.Kep dan sebagai pembimbing I yang telah menyediakan

waktu dan ilmunya untuk membimbing peneliti

5. Ibu Ns. Roza Marlinda MSN pembimbing II yang telah menyediakan waktu

dan ilmunya untuk membimbing peneliti.

6. Direktur RS Yos Sudarso Padang berserta staf yang telah memberi izin

penulis dalam penelitian ini.

ii
5

7. Bapak/Ibu dosen pengajar beserta staf di STIKES SYEDZA SAINTIKA yang

telah banyak memberikan ilmu kepada peneliti selama perkuliahan.

8. Teristimewa pada kedua orang tua tercinta serta keluarga besar yang telah

memberi semangat, dukungan dan doa yang tulus bagi peneliti sehingga dapat

menyelesaikan proposal ini.

9. Serta Teman-teman seperjuangan yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa dalam proses penyusunan proposal ini sudah

ditulis semaksimal mungkin. Untuk itu peneliti mengharapkan kritik dan saran

demi kesempurnaan proposal ini. Semoga Allah SWT selalu memberikan

kemudahan kepada kita semua.

Padang, Agustus 2023

Peneliti

iii
6

DAFTAR ISI

PERNYATAAN PERSETUJUAN
LEMBARAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL............................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... vii

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 7
C. Tujuan Penelitian............................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian............................................................................ 7
E. Ruang Lingkup Penelitian................................................................ 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Waktu Tanggal (Respon Time)......................................................... 9
B. Beban Kerja Perawat.......................................................................17
C. Kerangka Teori................................................................................20

BAB III. METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian.................................................................................21
B. Tempat dan Waktu Penelitian...........................................................21
C. Populasi dan Sampel.........................................................................22
D. Etika Penelitian.................................................................................23
E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data................................................24
F. Teknik Pengolahan Data...................................................................24
G. Teknik Analisa Data.........................................................................25
H. Kerangka Konsep.............................................................................26
I. Defenisi Operasional.........................................................................27
J. Hipotesa Penelitian...........................................................................27

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
7

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

3.1 Defenisi Operasional................................................................................... 27

v
8

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

2.1 Kerangka Teori............................................................................................ 20


3.2 Kerangka Konsep......................................................................................... 26

vi
9

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Kegiatan

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian

Lampiran 3 Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 4 Informed Consent

Lampiran 5 Kuesioner Penelitian

Lampiran 6 Lembaran Konsultasi

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Instalasi

Gawat Darurat (IGD) sebagai gerbang utama penanganan kasus gawat darurat

di rumah sakit memegang peranan penting dalam upaya penyelamatan hidup

pasien. Keadaan gawat darurat yaitu keadaan klinis dimana pasien sangat

membutuhkan pertolongan tenaga kesehatan dengan segera untuk mengurangi

kecacatan lebih lanjut dan menyelamatkan nyawa pasien (Kemenkes RI,

2021).

World Health Organization (WHO) terdapat beberapa penyakit yang

dianggap gawat darurat dan penyumbang kematian terbanyak di dunia

diantaranya adalah penyakit jantung iskemik 7,4 juta (13,2%), stroke 76.7

juta (11.9%), penyakit paru obstruktif kronik 3,1 juta (5,6%), infeksi

pernafasan bawah 3,1 juta (5,5%), dan kanker 1,6 juta (2,9%), kasus cedera

atau kecelakaan memberikan angka kematian mencapai 1,2 juta (Kemenkes

RI, 2021).

Rumah Sakit di Indonesia menunjukkan 67% klien yang mengeluh

adanya ketidakpuasan dalam penerimaan pelayanan kesehatan. Sebanyak

60% mengatakan tentang perawatan yang diberikan oleh perawat tidak sesuai

dengan harapan pasien, waktu tunggu pasien diberikan pelayanan yang

1
2

relative lama, fasilitas serta petugas/perawat masih kurang, dan 40% lainnya

mengatakan ketidakpuasanya tentang obat yang diberikan relative lama dan

memiliki proses yang rumit (Rahmah, 2021).

Dampak yang dapat terjadi jika waktu tanggap atau response time

lambat akan berdampak pada kondisi pasien seperti rusaknya organ- organ

dalam atau komplikasi, kecacatan bahkan kematian dan apabilawaktu tanggap

cepat maka akan berdampak positif yaitu mengurangi pembiayaan, tidak

terjadi komplikasi dan berkurangnya angka mortalitas dan morbilitas

(Nurhasim, 2020).

Respone time merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk

menggambarkan pencapaian suatu Standar Pelayanan Minimal (SPM) Rumah

Sakit. Standar response time adalah ≤ 5 menit terhitung setelah pasien datang

sampai mendapatkan pelayanan. Respone time perawat lambat dipengaruhi

oleh tingginya angka kunjungan pasien baik pasien dengan true emergency

maupun pasien poliklinik yang di tangani oleh perawat di IGD.

Keterlambatan dalam memberikan petolongan akan memperluas kecacatan

hingga berdampak kematian pada pasien. Sedangkan keberhasilan response

time perawat dalam menangani pasien akan mengurangi keluasan rusaknya

organ-organ sampai menuju kecacatan dan juga dapat menurunkan angka

kematian (Kemenkes RI, 2021).

Setiap perawat di IGD dituntut untuk memberikan pelayanan yang

berkualitas, hal ini dapat menimbulkan stressor kepada perawat. Pasien yang

datang ke IGD memiliki kondisi yang berbeda-beda terutama pada pasien


3

dengan kondisi kritis membutuhkan waktu penanganan yang lebih lama.

Selain itu, waktu kedatangan pasien sering terjadi bersamaan, hal ini

membuat jumlah perawat yang ada tidak sesuai dengan jumlah pasien. Oleh

karena stressor tersebut dapat menurukan kecepatan waktu tanggap perawat

dalam memberikan pelayanan keperawatan kegawatdaruratan (Nurzaman,

2021).

Standar waktu yang lazim untuk triase disebutkan adalah kira-kira 2

hingga 5 menit per pasien. Alur pengaturan peristiwa IGD meliputi triase

klien (penentuan prioritas), pengkajian keperawatan yang mendalam tentang

klien, tes diagnostik, perumusan diagnosis, menajemen hasil, evaluasi,

disposisi dan dokumentasi. Apabila klien tiba di IGD melalui ambulance

melalui atau rawat jalan mereka di triase dibeberapa titik oleh dokter atau

perawat IGD. Tujuan dari proses triase ini adalah untuk menentukan secara

tepat tingkat keparahan masalah atau kondisi klien dalam rangka memberikan

perawatan darurat dalam kerangka waktu yang paling tepat dengan kata lain

menentukan klien mana yang membutuhkan pengobatan dengan segera dan

mana yang bisa menunggu (Black & Hawk, 2014).

Tingkat kejelasan masalah yang muncul di nilai berdasarkan kategori

yang telah ditentukan sebelumnya, penilaian yang paling sering digunakan

adalah darurat (harus segera diobati, kerena jika tidak hidup, ekstremitas atau

penglihatan akan terancam), mendesak (merupakan pengobatan tetapi hidup,

esktremitas atau penglihatan tidak terancam dan perawatan dapat diberikan

dalam 1 sampai 2 jam) dan tidak mendesak (memerlukan evaluasi dan


4

kemungkinan pengobatan, tetapi waktu bukanlah faktor yang penting) (Black

& Hawk, 2014).

Menurut Yoo et al (2019) mengemukakan faktor internal dan

eksternal yang mempengaruhi keterlambatan penanganan waktu tanggap

kasus gawat darurat antara lain karakter pasien berdasarkan tingkat

kegawatan (triase), keterampilan perawat dan beban kerja. Faktor yang

berhubungan dengan response time penanganan kasus di IGD bedah dan non

bedah adalah ketersediaan stretcher, ketersediaan petugas triage, tingkat

kegawatdaruratan pasien dan faktor pengetahuan petugas kesehatan,

ketrampilan dan pengalaman bekerja petugas kesehatan yang menangani

kejadian gawat darurat.

Beban kerja perawat dirumah sakit meliputi beban kerja fisik, dan

beban kerja mental. Beban kerja fisik seperti mengangkat pasien, memasang

infus, melakukan observasi, tandatanda vital, memasang oksigen dan lain-

lain. Sedangkan beban kerja yang bersifat mental berupa kompleksitas

pekerjaan, mempersiapkan mental dan rohani pasien dan keluarga terutama

yang akan menjalankan operasi atau dalam keadaan kritis, bekerja dalam

ketrampilan khusus dalam merawat pasien, serta menjalin komunikasi yang

baik dengan pasien dan keluarga (Nurzaman, 2021).

Beban kerja dapat mempengaruhi kecepatan dan ketepatan dalam

melakukan pelayanan. Pada umumnya pelanggan cenderung merasa

diabaikan ketika keluhan atau kebutuhannya ditangani atau direspon dengan

lambat. Sehingga waktu tanggap dapat menjadi salah satu indikator penentu
5

kualitas pelayanan. Response time merupakan gabungan dari waktu tanggap

saat keluhan atau kebutuhan disampaikan pada pemberi pelayanan hingga

mendapat tanggapan atau respon dari pemberi pelayanan. Waktu tanggap

dapat dipengaruhi oleh jumlah pelaksana pemberi pelayanan serta komponen

pendukung lainnya (Mahading, 2019).

Dalam memberikan pelayanan kesehatan perawat dituntut untuk

lebih profesional agar kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan semakin

meningkat. Perawat dituntut memberikan pelayanan yang cepat, tepat, dan

cermat dengan tujuan mendapatkan kesembuhan tanpa kecacatan. Oleh

karena itu perawat perlu membekali dirinya dengan pengetahuan dan perlu

meningkatkan keterampilan yang spesifik yang berhubungan dengan kasus-

kasus kegawatdaruratan utamanya kasus kegawatan pernafasan dan

kegawatan jantung. (Maryunani, 2021).

Penelitian yang dilakukan Sahrul (2018) tentang hubungan beban

kerja perawat dengan respon time pada penanganan pasien di Instalasi Gawat

Darurat Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar ditemukan hasil beban kerja

perawat berat (57,1%), respon time perawat kurang baik (44,4%). Ada

hubungan beban kerja perawat dengan respon time (pvalue=0,000). Penelitian

lain yang dilakukan oleh Ningsih (2019) tentang hubungan beban kerja

perawat dengan waktu tanggap pelayanan keperawatan berdasarkan kategori

triage ditemukan hasil beban kerja berat (56,5%) dan respon time buruk

(21,7%). Ada hubungan beban kerja dengan waktu tanggap pelayanan

keperawatan berdasarkan kategori triage (pvalue=0,046).


6

Penelitian Wulandari (2020) tentang hubungan beban kerja perawat

IGD terhadap respon time dalam pelayanan gawat darurat di RSU Islam

Mutiara Bunda Tanjung Kabupaten Brebes ditemukan hasil beban kerja tidak

standar (17%) dan tidak standar (8%). Ada hubungan beban kerja perawat

IGD terhadap respon time dalam pelayanan gawat darurat (pvalue=0,003).

Berdasarkan data dari RS. Yos Sudarso tahun (2022) bahwa terjadi

peningkatan angka kunjungan IGD dari tahun ketahunnya, pada tahun 2020

berjumlah 9.479 orang, tahun 2021 berjumlah sebanyak 13.831 orang

meningkat pada tahun 2022 yaitu 14.886 orang. Dari hasil observasi yang

peneliti dilakukan di IGD diperoleh rata-rata waktu tanggap perawat pada

pasien lebih dari 5 menit.

Hasil survey awal yang peneliti lakukan pada tanggal 10 Juli 2023

di Ruangan IGD. Peneliti melakukan observasi terhadap pasien dengan

prioritas II (kuning), dimana waktu tanggap perawat selama 7 menit dan

pasien dengan prioritas III (hijau) dengan waktu tanggap 10 menit.

Keterlambatan respon time ini dari hasil wawancara terhadap 5 orang

perawat, 3 orang mengatakan kunjungan pasien yang banyak, perawat

berpacu dengan waktu, keadaan pasien dengan identitas tidak lengkap,

perawat terbebani penularan penyakit jika ada pasien penyakit menular dan

waktu istirahat yang kurang dan 2 orang perawat lagi mengatakan baru di

pindahkan ke ruangan sehingga merasa tertekan dan belum berpengalaman

untuk triase pasien.


7

Berdasarkan fenomena diatas maka penulis telah melakukan

penelitian mengenai “Ada hubungan beban kerja perawat dengan respon time

di IGD RS. Yos Sudarso Padang tahun 2023 ?”.

B. Rumusan masalah

Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan yaitu Apakah

ada hubungan beban kerja perawat dengan respon time di IGD RS. Yos

Sudarso Padang tahun 2023 ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan beban kerja perawat dengan respon time di

IGD RS. Yos Sudarso Padang tahun 2023.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi responden berdasarkan

responden time di IGD RS Yos Sudarso Padang tahun 2023.

b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi responden berdasarkan beban

kerja perawat di IGD RS Yos Sudarso Padang tahun 2023.

c. Untuk mengetahui hubungan beban kerja perawat dengan respon time

di IGD RS. Yos Sudarso Padang tahun 2023.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Sebagai tambahan pengetahuan dalam hal penyusunan proposal serta

dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat dibangku perkuliahan serta


8

memberikan pengalaman bagi peneliti dalam hal melaksanakan

penelitian.

2. Bagi Tempat Penelitian

Diharapkan penelitian ini dapat menambah informasi bagi perawat dalam

menerapkan kegawatdaruratan pasien dengan waktu tanggap perawat

pada pasien.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan tambahan informasi dan sebagai tambahan referensi

perpustakaan.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan perbandingan atau data dasar bagi penelitian selanjutnya

untuk melakukkan penelitian dengan masalah yang sama dengan variabel

yang berbeda.

E. Ruang Lingkup

Penelitian ini membahas hubungan beban kerja dengan respon time di

IGD RS. Yos Sudarso Padang tahun 2023. Variabel independen (beban kerja)

dan variabel dependen (respon time). Jenis penelitian analitik dengan desain

cross sectional. Penelitian ini akan dilaksanakan di IGD RS Yos Sudarso

Padang pada bulan Juni - Oktober 2023. Populasi pada penelitian ini adalah

perawat yang ada di IGS RS Yos Sudarso Padang pada bulan Juni 2023

berjumlah 30 orang. Teknik pengambilan sampel adalah total sampling.

Analisis pada penelitian ini yaitu analisis univariat dan bivariat, dimana

analisis bivariat menggunakan uji statistik Chi Square (p < 0,05).


9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Instalasi Gawat Darurat (IGD)

1. Pengertian

Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah lini utama sebagai jalan

masuknya pasien ke rumah sakit dan juga layanan yang memberikan

pertolongan utama kepada pasien dengan kondisi gawat darurat. Kondisi

gawat darurat memerlukan tindakan medis secara cepat dan langsung

untuk menyelamatkan nyawa pasien dan mencegah terjadinya kecacatan.

Pasien yang berada di IGD akan ditangani sesuai dengan keadaan pasien

(Sudharmono, 2020).

Instalasi Gawat Darurat merupakan pelayanan rumah sakit yang

memberikan pelayanan 24 jam pada pasien dengan ancaman kematian dan

kecacatan yang dapat mengancam kelangsungan hidupnya. Pelayanan

kegawatdaruratan memerlukan penanganan secara terpadu dari multi

disiplin ke multi profesi termasuk pelayanan keperawatan. Pelayanan

kegawat daruratan ini sudah diatur dalam Sistem Penanggulangan Gawat

Darurat Terpadu (SPGT) baik SPGT sehari-hari (SPGT-S) dan akibat

bencana (SPGT-B). Indikator kinerja klinis pelayanan gawat darurat,

waktu tanggap (response time) < 5 menit, angka kematian pasien < 24 jam

dua per seribu (Permenkes RI, 2018).

9
10

2. Fungsi Instalasi Gawat Darurat (IGD)

Instalasi Gawat Darurat (IGD) berfungsi untuk menerima,

menstabilkan dan mengatur pasien yang membutuhkan penanganan

kegawatdaruratan segera, baik dalam kondisi sehari-hari,maupun bencana,

kegiatan pelayanan. Selain itu IGD juga melakukan beberapa hal contoh

nya sebagai tenaga pendidik dan pelatihan gawat darurat, mengelola

penegendalian mutu pelayanan gawat darurat, dan melaukan koordinasi

dengan rumah sakit lain (Permenkes RI, 2018).

Indikator keberhasilan dalam penanganan medik pasien gawat

darurat adalah kecepatan dalam memberikan pertolongan kepada pasien

gawat darurat. Keberhasilan waktu tanggap atau yang biasa di sebut

dengan response time sangat bergantung pada kecepatan pemberian

pertolongan serta kualitas yang di berikan untuk menyelamatkan nyawa

atau mencegah cacat sejak kejadian di tempat, dalam perjalanan hingga

pertolongan rumah sakit (Halimudin, 2017).

3. Kegiatan Pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD)

Kegiatan pelayanan di IGD anatara lain :

a. Triase Adalah proses memilah pasien berdasarkan beratnya cidera

atau penyakit untuk menentukan jenis penanganan kegawatdaruratan.

b. Survey Primer (resusitasi dan stabilisasi) 14 Merupakan tindakan yang

segera diberikan kepada pasien dengan kategori merah setelah

megevaluasi potensi jalan nafas, status pernafasan,,sirkulasi dan

jaringan, serta status mental pasien.


11

c. Survey Sekunder Tindakan yang diberikan apabila kondisi pasien

memerlukan tindakan defenitive segera namun pada puskesmas/

klinik/ tempat praktek dokter.

B. Waktu Tanggap (Respone Time)

1. Pengertian

Waktu tanggap adalah jumlah waktu pasien sejak masuk di IGD

sampai mendapat pelayanan medis. Waktu tanggap pelayanan medis

adalah kecepatan pelayanan dokter di Instalasi Gawat Darurat sejak

pasien datang sampai mendapat pelayanan dokter dengan standar waktu

< 5 menit (Kemenkes RI, 2017).

Menurut Kepmen No : 63/KEP/M.PAN/7/2003 kecepatan

pelayanan yaitu standar waktu pelaksanaan tindakan yang dilakukan

tenaga penyelenggara layanan, yang dimaksudkan adalah pelaksanaan

tindakan yang dilakukan oleh dokter maupun perawat maksimal dalam

waktu 5 menit mulai pasien datang di IGD sampai pasien pulang atau

dipindahkan keruang rawat inap. Respon timemerupakan indikator dari

mutu pelayanan yang ada disuatu Rumah Sakit.Response time sangat

berpengaruh terhadap mutu pelayanan rumah sakit.

2. Faktor yang Mempengaruhi Waktu Tanggap

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fitriana (2019)

mengatakan bahwa faktor yang berhubungan dengan response time

perawat IGD sebagai berikut :


12

a. Faktor Internal

1) Usia

Dalam teori (Mappanganro, 2018), mengatakan bahwa usia

juga berpengaruh terhadap daya tangkap dan pola pikir sesorang,

semakin bertambah usia akan semakin bertambah pula daya

tangkap dan pola berfikir sehingga pengetahuan yang di peroleh

semakin baik. Dewasanya sesorang bisa di lihat secara langsung

secara objektif dengan periode umur, sehingga berbagai proses

pengelaman, pengetahuan keterampilan, kendirian terkait

sejalannya dengan bertambahnya umur individu, umur yang lebih

tua cenderung akan memiliki pengalaman lebih dalam dalam

menghadapi maslah.

Menurut (Hartati, 2016) Semakin cukup usia, maka tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam

berfikir dan bekerja. Dilihat dari kepercayaan masyarakat

seseorang yang lebih dewasa lebih di percaya dari orang yang

belum tinggi kedewasaannya. Sedangkan seseorang yang menjalani

hidup secara normal dikategorikan bahwa semakin lama sesorang

hidup maka pengalamannya semakin banyak, pengetahuan semakin

luas, keahlian semakin mendalam dan kearifannya semakin baik,

baik dalam pengambilan keputusan. Akan tetapi umur seseorang

belum menjamin untuk seseorang mengambil tindakan keputusan


13

response time, karena kecepatan dalam bertindak juga dipengaruhi

oleh pengetahuan dan juga tindakan yang sesuai dengan standar.

2) Pendidikan

Menurut (Mudatsir et al., 2020) Pendidikan adalah salah

satu unsur yang berhubungan dengan perilaku asertif seseorang.

Tinggi rendahnya tingkat pendidikan seorang perawat akan

mempengaruhi perilaku serta kemampuannya dalam mengambil

keputusan, pengembangan kreativitas serta pemecahan masalah,

khususnya pada penangan pasien yang membutuhkan tindakan

akan pertolongan segera.

Pada penelitian menurut (Mayangsari et al., 2021)

mengemukakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara

tingkat pendidikan dengan response time. Perawat dan pendidikan

diploma maupun Ners mempunyai peluang yang sama dalam

memberikan response time yang cepat pada pasien yang datang di

rumah sakit.

Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh (Mudatsir et al.,

2020) meneliti tentang faktor yang mempengaruhi kinerja perawat

dalam menjalankan kebijakan keperawatan di Rumah sakit umum

di daerah yogyakarta dengan sampel sebanyak 250 orang perawat

dengan menggemukakan bahwa tingkat pendidikan memberikan

pengaruh besar terhadap pelayanan yang diberikan oleh perawat,


14

lebih khususnya mereka yang bekerja di bagian unit yang

membutuhkan penanganan pasien yang lebih cepat dan tepat.

Pendidikan tidak hanya menambah pengetahuan dalam

melakukan tugas tetapi juga dasar untuk mengembangkan diri dan

kemampuan menggunakan fasilitas yang ada di sekitar kita. Selain

itu tingkat pendidikan sangat mempengaruhi kepribadian

seseorang, dengan pendidikan sesorang akan memeperluas

wawasan pengetahuan (Sriwahyuni, 2019).

3) Lama kerja

Penelitian menurut (Agustina et al., 2020) mengatakan

bahwa anggota yang telah lama bekerja dalam suatu organisasi

akan memperoleh banyak pengalaman yang lebih banyak sehingga

kinerjanya akan lebih bagus. Masa kerja akan berkaitan dengan

lamanya bekerja, semakin lama seseorang bekerja maka akan mahir

dalam bekerja.

Menurut (Putri Mahastuti et al., 2019) mengatakan bahwa

stress kerja merupakan masalah terbesar dan yang paling terpenting

dalam kehidupan. Beberapa hal yang menjadi faktor penyebab

stress perawat yaitu tingginya beban kerja, resiko terinfeksi

penyakit, permasalahan keluarga, jauhnya tempat tinggal dari

tempat kerja. Tuntutan kerja yang tinggi dapat menghabiskan

banyak waktu, serta rendahnya pendapatan sehingga akan


15

mengalami stress yang menyebabkan keluhan jasmani, psikologis

maupun pengetahuan pelayanan perawat kepada pasien.

Menurut asumsi peneliti, masih ada responden dengan masa

kerja yang lama, namun memiliki waktu respon yang kurang tepat.

Hal ini terjadi karena pengalaman kerja yang lebih lama tidak

menjamin perawat senior akan merespon lebih tepat waktu

dibandingkan dengan perawat junior, oleh karena itu sangat

dipengaruhi oleh kemampuan mengembangkan kompetensinya

dengan tahapan perkembangan (Sriwahyuni, 2019).

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal yaitu dimana seorang lebih mementingkan

pasien yang gawat darurat sehingga pasien yang tidak dalam keadaan

gawat darurat tidak di utamakan atau tenaga kesehatan yang kurang,

perawat yang harus mengantar pasien ke ruangan yang lain, kerana

tidak memiliki petugas khusus untuk memobilisasi pasien (Fitriana,

2019).

1) Beban Kerja

Beban kerja adalah seluruh kegiatan/aktifitas yang di

lakukan oleh perawat selama bertugas di suatu unit keperawatan.

Hal-hal yang menjadi pertimbangan dalam beban kerja perawat

adalah jumlah pasien yang tidak sebanding dengan pasien yang di

rawat, aktivitas keperawatan baik secara langsung atau tidak


16

langsung, dan pendidikan kesehatan beserta waktunya dan

frekuensi tindakan yang di butuhkan oleh pasien (Hamel, 2018).

Faktor yang mempengaruhi beban kerja perawat adalah

dimana kondisi pasien yang selalu berubah dan rata-rata jumlah

jam perawatan yang dibutuhkan dapat memberikan pelayanan

langsung pada pasien. Demikian juga beban kerja secara kuantitas

memiliki tugas-tugas yang harus dikerjakan secara kualitas dimana

tugas tersebut dikerjakan dengan membutuhkan keahlian tertentu,

dan apabila tugas terlalu banyak maka tidak sebanding dengan

kemampuan baik secara fisik, keahlian, dan waktu yang tersedia.

Menurut (Insan et al., 2021)

Adapun dampak negatif dari meningkatnya beban kerja

yaitu kemungkinan akan timbul emosi perawat yang tidak sesuai

dengan harapan pasien, beban kerja yang berlebihan sangat

berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kesehatan dan juga

berpengaruh terhadap prokduvitas perawat (Maharani, 2019).

3. Klasifikasi

Salah satu faktor keberhasilan dalam penanganan medis bagi pasien

gawat darurat adalah kecepatan dalam memberikan pertolongan yang

memadai kepada pasien gawat darurat baik dalam situasi rutin sehari-hari

maupun saat kejadian bencana. Keberhasilan response time sanggat

tergantung pada kecepatan dan kualitas bantuan untuk menyelamatkan


17

nyawa atau mencegah kecacatan sejak saat kejadian, dalam perjalanan

menuju rumah sakit. Waktu respon atau ketepatan waktu yang di berikan

oleh pasien yang datang memerlukan standar sesuai kompetensi dan

kemampuannya sehingga dapat menjamin penanganan gawat darurat

dengan waktu merespon penanganan yang cepat dan tepat (Saktiawati et

al., 2021).

4. Dampak Keterlambatan Waktu Tanggap

Dampak keterlambatan waktu tanggap yang dapat ditimbulkan

pada pasien cidera kepala yaitu gangguan fisik dan mental yang

kompleks. Gangguan yang ditimbulkan bersifat sementara maupun

menetap, seperti defisit kognitif, psikis, intelektual, serta gangguan

fisiologis lainnya (Kadek, 2014).

Cidera kepala memiliki tingkat mortalitas tinggi, semakin berat

derajat cidera kepala berhubungan dengan tingkat kecacatan dan

kematian, oleh karena itu mengetahui prognosis cidera kepala dengan

penilaian awal yang akurat menjadi sangat penting karena dapat

digunakan untuk memberikan informasi mengenai perjalanan penyakit

dan outcome penyakit. Penilaian awal yang akurat ini, diharapkan dapat

diprediksi keluaran dan tatalaksana yang sesuai dengan kondisi pasien

(Hemingway, 2013).

Kematian akibat cerebral ishemic terdapat pada 90% pasien yang

meninggal karena cidera kepala sehingga penting untuk menjaga

kecukupan oksigenasi pada pasien pasca mengalami cidera kepala yang


18

dilakukan pada saat penanganan awal yang dapat meningkatkan survival

rate (Wilensky et al., 2009).

5. Pengukuran Waktu Tanggap

Waktu tanggap pelayanan medis adalah kecepatan pelayanan

dokter di Instalasi Gawat Darurat sejak pasien datang sampai mendapat

pelayanan dokter dengan standar waktu < 5 menit. Artinya waktu tanggap

dikatakan cepat apabila < 5 menit dan dikatakan lambat > 5 menit

(Kemenkes RI, 2017).

Beberapa sistem triase yang digunakan di rumah sakit di Indonesia

adalah sebagai berikut prioritas 0 (label hitam) diberikan kepada pasien

yang setelah diperiksa tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan dengan

respon time immediate. Prioritas 1 (label merah) respon time 10 minutes

diberikan kepada pasien yang jika tidak diberikan penanganan dengan

cepat maka pasien pasti akan meninggal, dengan syarat pasien tersebut

masih memiliki kemungkinan untuk dapat hidup. Prioritas 2 (label

kuning) respon time 30 minutes diberikan kepada pasien yang

memerlukan perawatan segera, namun masih dapat ditunda karena

ia masih dalam kondisi stabil. Pasien dengan kode kuning masih

memerlukan perawatan di rumah sakit dan pada kondisi normal akan

segera ditangani. Prioritas 3 (label hijau) respon time 30 minutes

diberikan kepada mereka yang memerlukan perawatan namun masih

dapat ditunda. Biasanya pasien cedera yang masih sadar dan bisa berjalan

masuk dalam kategori ini. Ketika pasien lain yang dalam keadaan gawat
19

sudah selesai ditangani, maka pasien dengan kode warna hijau akan

ditangani.

C. Kegawatdaruratan

1. Pengertian

Pelayanan gawat darurat (emergency care) adalah bagian dari

pelayanan kedokteran yang dibutuhkan oleh penderita dalam waktu

segera (imediately) untuk menyelamatkan kehidupannya (life saving).

Instalasi kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan gawat darurat

disebut dengan nama Instalasi Gawat Darurat (emergency unit).

Tergantung dari kemampuan yang dimiliki, keberadaan IGD tersebut

dapat beraneka macam, namun yang lazim ditemukan adalah yang

tergabung dalam rumah sakit (hospital based emergency unit). Hanya

saja betapapun telah majunya sistem rumah sakit yang di anut oleh suatu

negara, bukan berarti tiap rumah sakit memiliki kemampuan mengelola

IGD sendiri, untuk mengelola kegiatan IGD memang tidak mudah

penyebab utamanya adalah karena IGD adalah salah satu dari unit

kesehatan yang padat modal, padat karya dan padat teknologi

(Margaretha, 2016).

2. Prosedur Instalasi Gawat Darurat

Menurut Apriyani (2018) adapun adapun Prosedur Instalasi

Gawat Darurat adalah :


20

a. Pasien masuk ruang gawat darurat.

b. Pengantar mendaftar ke bagian administrasi (front liner).

c. Instalasi Gawat Darurat (IGD) menerima status pasien dari rekam

medik dan map plastik merah.

d. Paramedik dan dokter triase memeriksa kondisi pasien.

e. Paramedik dan dokter melakukan tindakan yang diperlukan sesuai

SPM emergensi dokter menjelaskan tindakan yang akan dilakukan

dan di setujui oleh pasien/keluarga (informed consent).

f. Bila pasien menolak pemeriksaan dan atau tindakan (medik,

penunjang, ranap), pasien atau keluarga menandatangani surat

penolakan.

g. Pasien tanpa pengantar dan dalam kondisi tidak sadar, dokter atau

paramedis berhak melakukan tindakan penyelamatan bila terdapat

kondisi yang mengancam jiwa pasien.

h. Bila diperlukan pemeriksaan penunjang, dokter membuat pengantar

ke unit terkait dan mengonfirmasi lewat telpon, pengambilan sampel

laboratorium dilakukan di ruang gawat darurat, untuk pemeriksaan

rontgen, paramedik mengantarkan pasien ke unit radiologi.

i. Dokter menjelaskan tindakan yang akan dilakukan dan disetujui oleh

pasien/keluarga (informed consent).


21

3. Triage

a. Pengertian

Triage adalah suatu sistem pembagian atau klasifikasi pasien

berdasarkan berat atau ringannya kondisi pasien atau kegawatan

yang memerlukan tindakan segera. Dalam triage, perawat maupun

dokter mempunyai batasan waktu (response time) untuk mengkaji

keadaan dan memberikan intervensi secepatnya yaitu < 10 menit.

Kata triage berasal dari bahasa Perancis “TRIER” yang mengacu

pada screening di medan perang. Triage dilakukan pertama kali oleh

seorang ahli bedah Napolleon Bonaparte. Hingga saat ini istilah

triage lazim digunakan untuk menggambarkan suatu konsep

pengkajian yang cepat dan terfokus dengan suatu cara yang

memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan, serta

fasilitas yang paling efisien terhadap hampir 100 juta orang yang

memerlukan pertolongan di Instalasi Gawat Darurat setiap tahunnya

(Pusponegoro, 2016).

b. Triage Rumah Sakit

Triage Rumah Sakit Sistem triage IGD memiliki banyak

variasi dan modifikasi yang sesuai dengan kondisi masing-masing

rumah sakit. Beberapa sistem triase yang digunakan di rumah sakit

adalah sebagai berikut :

1) Patient Acuity Category Scale (PACS) Sistem PACS berasal

dari singapura dan diadobsi olehrumah sakit yang bekerjasama


22

atau berafiliasi dengan Singapore General Hospital (Hadi,

2014). PACS terdiri dari 4 skala prioritas yaitu :

a. PAC 1 merupakan kategori pasien yang sedang mengalami

kolaps kardiovaskular atau dalam kondisi yang mengancam

nyawa. Pertolongan pada kategori ini tidak boleh delay,

contohnya antara lain major trauma, STEMI, cardiac arrest.

b. PAC 2 merupakan kategori pasien-pasien sakit berat, tidur

dibrankar atau bed, dan distress berat, tetapi keadaan

hemodinamik stabil pada pemeriksaan awal. Pada kategori ini

mendapatkan prioritas pertolongan kedua dan pengawasan

ketat karena cenderung kolaps bila tidak mendapat

pertolongan. Contohnya antara lain stoke, fraktur terbuka

tulang panjang, serangan asma.

c. PAC 3 merupakan kategori pasien-pasien dengan sakit akut,

moderate, maupun berjalan, dan tidak beresiko kolaps.

Pertolongan secara efektif di IGD biasanya cukup

menghilangkan atau memperbaiki keluhan penyakit pasien.

Contohnya antara lain vulnus, demam, cedera ringan-sedang.

d. PAC4 merupakan kategori pasien-pasien non emergency.

Pasien ini dirawat di poli. Pasien tidak membutuhkan

pengobatan segera dan tidak menderita penyakit yang

beresiko mengancam jiwa. Contohnya antara lain acne,

dislipidemia.
23

2. Worthing Physiology Score System (WPSS)

WPSS adalah suatu sistem skoring prognostik sederhana yang

mengidentifikasi penanda fisiologi pada tahap awal untuk

melakukan tindakan secepatnya, yang dituangkan dalam bentuk

intervention calling score. Skor tersebut didapatkan dari

pengukuran tanda vital yang mencakup tekanan darah, frekuensi

nadi, frekuensi pernafasan, temperatur, saturasi oksigen, dan

tingkat kesadaran berdasarkan AVPU (alert, verbal, pain,

unresponsive) (Duckitt, 2017).

Intervention calling score WPSS mempunyai keterbatasan pada

pasien trauma oleh karena pada pasien trauma walaupun

mengalami kondisi yang berat yang berkaitan dengan traumanya

namun dalam keadaan akut seringkali masih memiliki cadangan

fisiologi yang masih baik. WPSS melakukan penilaian tanda

vital dengan sederhana dalam identifikasi pasien, serta

memberikan kategori triage yang objektif. Selain itu, WPSS

memiliki beberapa keuntungan yaitu :

a. Penilaian cepat dan akurat terhadap pasien gawat.

b. Mengubah parameter klinis yang teratur kedalam suatu nilai

skor.

c. Peralatan yang dibutuhka minimal, tidak menyakiti, serta

mudah digunakan.

d. Penilaian yang dilakukan akan seragan antar staf.


24

3. Australian Triage Scale

Australian Triage Scale (ATS) merupakan skala yang

digunakan untuk mengukur urgensi klinis sehingga paten terlihat

pada waktu yang tepat, sesuai dengan urgensi klinisnya

(Emergency Triage Education Kit, 2009). Australian Triage

Scale (ATS) dirancang untuk digunakan di rumah sakit berbasis

layanan darurat diseluruh Australia dan Selandia Baru. ATS

adalah skala untuk penilaian kegawatan klinis, terutama untuk

memastikan bahwa pasien terlihat secara tepat waktu, sepadan

dengan urgensi klinis mereka. Skala ini disebut triage kode

dengan berbagai ukuran hasil (lama perawatan, masuk ICU,

angka kematian) dan konsumsi sumber daya (waktu staf, biaya).

4. Emergency Severity Index (ESI)

Triage Rumah Sakit Sistem triage IGD memiliki banyak variasi

dan modifikasi yang sesuai dengan kondisi masing-masing rumah

sakit. Beberapa sistem triase yang digunakan di rumah sakit di

Indonesia adalah sebagai berikut :

a. Prioritas 0 (label hitam)

Kode warna hitam diberikan kepada pasien yang setelah

diperiksa tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan.

Misalnya, mereka yang masih hidup namun mengalami cedera

yang amat parah sehingga meskipun segera ditangani, pasien

tetap akan meninggal


25

b. Prioritas 1 (label merah)

Kode warna merah diberikan kepada pasien yang jika tidak

diberikan penanganan dengan cepat maka pasien pasti akan

meninggal, dengan syarat pasien tersebut masih memiliki

kemungkinan untuk dapat hidup. Contohnya seperti pasien

dengan gangguan pernapasan, trauma kepala dengan ukuran

pupil mata yang tidak sama, dan perdarahan hebat.

c. Prioritas 2 (label kuning)

Kode warna kuning diberikan kepada pasien yang memerlukan

perawatan segera, namun masih dapat ditunda karena ia masih

dalam kondisi stabil. Pasien dengan kode kuning masih

memerlukan perawatan di rumah sakit dan pada kondisi

normal akan segera ditangani. Contohnya seperti pasien

dengan patah tulang di beberapa tempat, patah tulang paha atau

panggul, luka bakar luas, dan trauma kepala.

d. Prioritas 3 (label hijau)

Kode warna hijau diberikan kepada mereka yang memerlukan

perawatan namun masih dapat ditunda. Biasanya pasien cedera

yang masih sadar dan bisa berjalan masuk dalam kategori ini.

Ketika pasien lain yang dalam keadaan gawat sudah selesai

ditangani, maka pasien dengan kode warna hijau akan

ditangani. Contohnya seperti pasien dengan patah tulang

ringan, luka bakar minimal, atau luka ringan.


26

D. Beban Kerja Perawat

1. Pengertian

Beban kerja adalah jumlah aktivitas yang dibebankan oleh suatu

kelompok atau jabatan yang merupakan hasil perkalian waktu dengan

jumlah kerja (Inayatul 2017). Beban kerja perawat dapat diartikan sebagai

seluruh kegiatan atau aktifitas yang dilakukan oleh seorang perawat

selama bertugas disuatu unit pelayanan keperawatan. Beban kerja perawat

meupakan seluruh kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh perawat

selama tugas disuatu unit pelayanan (Houston, 2020).

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja

Faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja diantaranya (Abbas 2019) :

a. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh

akibat dari reaksi beban kerja eksternal. Reaksi tubuh disebut strain,

berat ringannya strain dapat dinilai baik secara objektif maupun

subjektif. Faktor internal meliputi, faktor somatis (jenis kelamin, umur,

ukuran tubuh, status gizi, kondisi kesehatan), dan faktor psikis

(motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan dan kepuasan).

b. Faktor Eksternal

1) Tugas-tugas yang dilakukan yang bersifat fisik seperti stasiun

kerja, tata ruang, tempat kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja,

sikap kerja, sedangkan tugas-tugas yang bersifat mental seperti


27

kompleksitas pekerjaan, tingkat kesulitan pekerjaan, pelatihan atau

pendidikan yang diperoleh, tanggung jawab pekerjaan.

2) Organisasi kerja seperti masa waktu kerja, waktu istirahat, kerja

bergilir, kerja malam, sistem pengupahan, model struktur

organisasi, pelimpahan tugas dan wewenang.

3) Lingkungan kerja adalah lingkungan kerja fisik (penerangan,

kebisingan, getaran mekanis), lingkungan kerja kimiawi (debu, gas

pencemar udara), lingkungan kerja biologis (bakteri, virus dan

parasit) dan lingkungan kerja psikologis (penempatan tenaga kerja).

3. Jenis Beban Kerja

Beban kerja sangat berkaitan dengan kualitas dan

kuantitas kerja yang dihasilkan oleh masing-masing pekerja.

Koesomiwidjojo (2017) mengklasifikasikan beban kerja sebagai berikut :

a. Beban Kerja Kuantitatif

Beban kerja kuantitatif adalah jumlah pekerjaan yang harus

diselesaikan pada batas waktu tertentu. Beban kerja kuantitatif,

meliputi :

1) Harus melaksanakan observasi pasien secara ketat selama jam

kerja.

2) Banyaknya pekerjaan dan beragamnya pekerjaan yang

harus dikerjakan.

3) Kontak langsung perawat pasien secara terus menerus

selama jam kerja.


28

b. Beban Kerja Kualitatif

Beban kerja kualitatif adalah kecepatan, ketepatan dan

keakuratan dalam melaksanakan pekerjaan pada batas waktu

tertentu. Beban kerja kualitatif, meliputi :

1) Pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki perawat tidak

mampu mengimbangi sulitnya pekerjaan di rumah sakit.

2) Tanggung jawab yang tinggi terhadap asuhan keperawatan

pasien kritis.

3) Harapan pimpinan rumah sakit terhadap pelayanan yang

berkualitas.

4) Tuntutan keluarga pasien terhadap keselamatan pasien.

5) Setiap saat dihadapkan pada pengambilan keputusan yang tepat.

6) Tugas memberikan obat secara intensif.

7) Menghadapi pasien dengan karakteristik tidak berdaya,

koma dan kondisi terminal.

4. Indikator Beban Kerja

Menurut Martha (2016) beban kerja terbagi menjadi 6 indikator.

Indikator tersebut meliputi :

a. Beban mental (mental demand)

Beban mental yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan,

seperti : berfikir, memutuskan, mengingat dan mencari.


29

b. Beban fisik (physical demand)

Beban fisik yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan anda,

seperti: mendorong, menarik, mengontrol, mengangkat.

c. Kebutuhan waktu (temporal demand)

Lama waktu yang dibutuhkan untuk melakukan atau menyelesaikan

pekerjaan anda, seperti : terburu-buru, pelan dan ada waktu untuk

istirahat.

d. Beban kinerja (performance)

Merasa puas dengan target atau capaian kinerja di ruangan IGD.

e. Beban usaha (effort)

Besar usaha mental dan fisik yang dibutuhkan untuk menyelesaikan

pekerjaan.

f. Beban emosi (frustation level)

Seberapa besar kecemasan, perasaan tertekan, dan stres yang anda

rasakan dalam menyelesaikan pekerjaan

5. Dampak Beban Kerja

Akibat beban kerja yang terlalu berat atau yang terlalu sedikit dapat

mengakibatkan seorang pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat

kerja. Beban kerja yang terlalu berlebihan akan menimbulkan kelelahan,

baik fisik atau mental dan reaksi-reaksi emosional seperti sakit kepala,

gangguan pencernaan dan mudah marah. Sedangkan beban kerja yang

terlalu sedikit dimana pekerjaan yang terjadi karena pengulangan gerak

akan menimbulkan kebosanan dan rasa monoton. Kebosanan dalam kerja


30

rutin sehari-hari karena tugas atau pekerjaan yang terlalu sedikit

mengakibatkan kurangnya perhatian pada pekerjaan, sehingga secara

potensial membahayakan pekerja. Beban kerja yang berlebihan atau

rendah dapat menimbulkan stress kerja (Werdani, 2019).

6. Pengukuran Beban Kerja

Penilaian beban kerja serangkaian pernyataan tentang permasalahan

perawat di IGD. Untuk variabel beban kerja perawat dinilai dengan

menggunakan skala likert dalam bentuk pernyataan persetujuan terhadap

jawaban dari kuesioner (Hidayat, 2019).

Pengukuran dukungan keluarga dengan menggunakan skala likert yaitu :

Selalu (SL) : diberi nilai 4

Sering (S) : diberi nilai 3

Kadang-Kadang (KK) : diberi nilai 2

Tidak Pernah (TP) : diberi nilai 1

Selanjutnya hasil skor total responden (X) dibandingkan dengan skor

mean dengan interprestasi sebagai berikut :

X > Mean/Median = Tinggi

X < Mean/Median = Rendah


31

E. Kerangka Teori

Pada penelitian ini dapat digambarkan kerangka teori yang digunakan

sebagai dasar penelitian sebagai berikut :

Faktor yang berhubungan dengan


response time perawat IGD sebagai
berikut :
1. Faktor Internal
a. Usia
b. Pendidikan Respon Time Perawat
c. Lama Kerja
2. Faktor Eksternal
a. Beban Kerja

Gambar 2.1
Kerangka Teori
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Respon Time Perawat

Sumber : Fitriana (2019)


32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik dengan desain

penelitian yang digunakan adalah cross sectional study yaitu variabel

independen dan dependen di kumpulkan pada waktu yang bersamaan serta

mencari hubungan antara variabel independent (beban kerja) dengan

variabel dependent (respon time perawat) (Notoatmodjo, 2019).

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek yang diteliti. Populasi pada

penelitian ini seluruh perawat yang ada di IGD RS. Yos Sudarso Padang

tahun 2023 berjumlah 30 orang.

2. Sampel

Sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan

objek penelitian dan dianggap mewakili populasi. Teknik pengambilan

sampel yaitu total sampling seluruh populasi dijadikan sampel sebanyak

25 orang karena 5 orang sudah dilakukan observasi dan pemberian

angket saat survey awal.

32
33

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di RS Yos Sudarso Padang pada

bulan Juni – Oktober tahun 2023. Pengumpulan data direncanakan pada

bulan September 2023.

B. Etika Penelitian

1. Izin Penelitian

Penelitian dilakukan setelah mendapatkan izin dari Ketua STIKes

Syedza Saintika Padang. Setelah itu peneliti minta izin ke RS. Yos

Sudarso Padang.

2. Persetujuan (Informed Consent)

Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang akan diteliti,

peneliti menjelaskan maksud penelitian, jika responden bersedia maka

responden di minta menandatangani surat persetujuan penelitian, jika

responden menolak untuk di teliti maka peneliti tidak akan memaksa

dan tetap menghormati responden.

3. Tanpa Nama (Anominity)

Dalam penelitian ini dilakukan dengan memperhatikan kerahasiaan

responden dengan tidak mencantumkan nama didalam master tabel

melainkan insial.

4. Kerahasiaan Responden (Confidentiality)

Dalam penelitian ini diperhatikan azas kerahasiaan yaitu menjaga

informasi dan tidak menyebarluaskan hasil penelitian kepada pihak yang

tidak berkepentingan dalam penelitian.


34

C. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis Data

a. Data Primer

Data yang didapatkan dari menyebarkan kuesioner dengan cara

wawancara pada variabel beban kerja dan respon time perawat

b. Data Sekunder

Data yang didapatkan dari RS. Yos Sudarso Padang berupa jumlah

kunjungan pasien ke IGD.

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Peneliti akan mengurus surat izin untuk dapat melakukan survey awal

atau mengambil data awal dan penelitian di bagian ADAK STIKes

SYEDZA SAINTIKA Padang.

b. Setelah surat dari ADAK keluar, peneliti akan memasukkan surat ke

RS. Yos Sudarso Padang untuk melakukan pengambilan data awal.

c. Setelah mendapatkan izin pengambilan data awal dan penelitian

meminta izin melakukan pengambilan data IGD Yos Sudarso Padang.

d. Peneliti akan mulai mencari calon responden yang sesuai dengan

kriteria yang dibutuhkan peneliti di IGD Yos Sudarso Padang.

e. Peneliti akan memberikan informed consent pada calon responden

yang memenuhi kriteria.

C. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan setelah data terkumpul, kemudian data di

olah dengan langkah-langkah sebagai berikut :


35

1. Memeriksa Data (Editing)

Setelah kuesioner di isi dengan lengkap maka kuesioner dilihat kembali

apakah sudah diisi dengan benar dan semua item dijawab oleh

responden

2. Mengkode Data (Coding)

Memberikan kode setiap informasi yang telah terkumpul untuk setiap

butir pertanyaan dalam kuesioner guna memudahkan pengolahan data.

Untuk variabel beban kerja jika menjawab Selalu (SL) diberi kode 4,

jika Sering (S) diberi kode 3, Jarang (JR) diberi kode 2 dan Tidak

Pernah (TP) diberi kode 1. Untuk variabel respon time jika cepat diberi

kode 1 dan jika lambat diberi kode 0.

1. Memasukkan Data (Entry)

Setelah diedit dan coding selesai, kemudian data dimasukkan dalam

master tabel dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi

proses ini menggunakan proses komputerisasi.

3. Memasukan Data (Tabulating)

Tabulasi dilakukan dengan memindahkan data kode kedalam tabel-

tabel, diagram yang tersedia dengan menggunakan tabel distribusi.

4. Membersihkan Data (Cleaning)

Setelah di entri, data diperiksa kembali sehingga benar-benar bersih dari

kesalahan.
36

D. Teknik Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisis univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi

baik variabel independen (beban kerja perawat) maupun variabel

dependen (respon time).

2. Analisa Bivariat

Analisa ini mencari hubungan variabel independent dengan

variabel dependent. Teknik analisa yang digunakan adalah Chi-Square

yaitu mencari hubungan dan membuktikan masing-masing hubungan 2

variabel dengan menggunakan komputerisasi dengan tingkat

kepercayaan 95%. Dengan derajat kepercayaan 95% dengan nilai  =

0,05. Hasil analisa dinyatakan ada hubungan secara bermakna, apa bila

p value hitung < p value tabel p value = 0,05 dengan kriteria :

Bila Pvalue < , H0 ditolak, berarti ada hubungan yang signifikan.

Bila Pvalue > , H0 diterima berarti tidak ada hubungan yang

signifikan.
37

E. Kerangka Konsep

Berdasarkan uraian diatas maka kerangka konsep penelitian ini dapat

digambarkan sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Beban Kerja Respon Time


Perawat

Gambar 3.1
Kerangka Konsep
Hubungan Beban Kerja Perawat dengan Respon Time di IGD RS. Yos
Sudarso Padang Tahun 2023
38

F. Variabel dan Defenisi Operasional

Tabel 3.1 Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur
1. Respon Waktu yang Stopwatch Observasi Lambat Ordinal
Time digunakan secara Jika > 5
oleh petugas langsung menit
kesehatan di dengan
rumah sakit mengamati Cepat
untuk waktu sejak Jika < 5
memberikan pasien masuk menit
pelayanan IGD sampai
pada pasien. mendapatkan (Kemenkes
pelayanan RI, 2017)

2. Beban Segala Kuesioner Angket Tinggi Ordinal


Kerja sesuatu yang (jika Skor
Perawat dirasakan > Mean/
oleh perawat Median)
saat
melakukan Rendah
pekerjaannya (jika Skor
di Ruangan < Mean/
IGD Median)

(Hidayat,
2019)

D. Hipotesa Penelitian

Ha : Ada hubungan beban kerja perawat dengan respon time di IGD RS. Yos

Sudarso Padang Tahun 2023.

H0 : Tidak ada hubungan beban kerja perawat dengan respon time di IGD RS.

Yos Sudarso Padang Tahun 2023.


39

DAFTAR PUSTAKA

Agustina. (2020). Reliabilitas Mempengaruhi Kepuasan Pasien Terhadap


Pelayanan Kesehatan Di Salah Satu Puskesmas Kabupaten Ngawi. Gaster,
10(2), 22–32.

Black & Hawks, 2014. Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk
Hasil yang Diharapkan. Edisi 8. Jakarta : Salemba Medika,

Fitriana. Hubungan Response Time Pelayanan Instalasi Gawat Darurat (Igd)


Dengan Tingkat Kepuasan Pasien. Handbook Of Pediatric Retinal Oct And
The Eye-Brain Connection, 001(September), 285–287

Kadek. (2014). Pelaksanaan Pemindahan Pasien Trauma, FKUI : Jakarta

Kemenkes RI. (2017). Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit.
Jakarta: Menteri Kesehatan RI

Koesomowidjojo, (2017). Panduan Praktis Menyusun Analisis Beban Kerja.


Jakarta : Raih Asa Sukses.

Martha, A. R. A. (2016). Beban Kerja Mental, Shift Kerja, Hubungan


Interpersonal Dan Stres Kerja Pada Perawat Instalasi Intensif DI
RSD dr. Soebandi Jember. Skripsi. Jember: Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Jember.

Mahastuti. (2019). Manajemen Keperawatan: Manajemen Keperawatan di


Ruang Rawat, ed 1. Jakarta: CV Sagung Seto

Kemenkes RI. (2021). Pusat Data dan Informasi Kesehatan Indonesia, Jakarta

Maryunani. (2021). Asuhan Kegawatdaruratan. Jakarta : Trans Info Media

Mudatsir. (2020). Related Factors of Response time in Handling Head Injury in


Emergency Unit of Prof. Dr. H. M. Anwar Makkatutu Bantaeng General
Hospital. Indonesian Contemporary Nursing Journal, 2(1), 1-1

Notoatmodjo, (2019). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta

Ningsih. (2019). Beban Kerja Perawat Dengan Waktu Tanggap Pelayanan


Keperawatan Berdasarkan Kategori Triage. Jurnal Nerspedia, (1): 20-27
Nurhasim. (2020). Pengetahuan Perawat Tentang Response Time Dalam
Penanganan Gawat Darurat Diruang Triase RS Karanganyar. Jakarta
40

Sahrul, (2018). Hubungan Beban Kerja Perawat dengan Respon Time pada
Penanganan Pasien di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Ibnu Sina
Makassar. Jurnal of Islamic Nursing.Vol 3 No. 1.

Saktiawati. (2021). Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta: Nuha Medika

Sriwahyuni. (2019). Standar Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat Di Rumah


Sakit : Jakarta.
Wedani. (2019). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat.Yogyakarta: Pustaka Baru
Press

Wilensky, 2019. Brain tissue oxygen and outcome after severe traumatic brain
injury: A syetmatic review. Critical Care Medecine Journal 37(6), 2057-
2063.

Wulandari. (2020). Hubungan Beban Kerja Perawat Igd Terhadap Respon


Time Dalam Pelayanan Gawat Darurat di RSU Islami Mutiara Bunda
Tanjung Kabupaten Brebes. Indonesian Journal of Health Research, 2020,
Vol. 3, No. 3, 20-26.

Yoo at al, 2013. Functional Outcome After Head Injury Comparison of 12-45
Year Old Male And Female. International Journal Care Injury. 43; 603-
607.
Lampiran 1

JADWAL PENELITIAN
HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN RESPON TIME DI IGD RS. YOS SUDARSO PADANG
TAHUN 2023

NAMA : PETRUS ELWIS


NIM : 2002117

NO KEGIATAN JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER


1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Laporan Kepembimbing dan Konsul
Judul
2 Registrasi Judul
3 Pengumpulan Data Awal
4 Proses Bimbingan Proposal
5 Ujian Seminar Proposal
6 Konsultasi Perbaikan Proposal
7 Pengumpulan Proposal Yang Telah di
Perbaharui
8 Proposal Penelitian
9 Konsultasi Penelitian
10 Pengumpulan Hasil Penelitian
11 Ujian Seminar Skripsi
12 Konsultasi Perbaikan Skripsi
13 Yudisium

Pembimbing I Pembimbing II Mahasiswa

(Ns. Vino Rika, M.Keb) (Ns. Roza Marlinda, MSN) (Petrus Elwis)
Lampiran 2

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth :
Bapak/Ibu Calon Responden
di RS. Yos Sudarso Padang

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : PETRUS ELWIS
NIM : 2002117
Alamat : Prodi S-1 Keperawatan STIKES SYEDZA SAINTIKA

Akan mengadakan penelitian dengan judul Hubungan Beban Kerja Perawat


dengan Respon Time di IGD RS. Yos Sudarso Padang tahun 2023 Untuk itu
saya meminta kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi responden dalam penelitian ini.

Penelitian ini semata-mata bertujuan untuk pengembangan ilmu pengetahuan,


tidak akan menimbulkan kerugian bagi responden kerahasiaan semua informasi
yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

Apabila Bapak/Ibu menyetujui, maka dengan ini saya mohon kesediaan untuk
menanda tangani lembaran persetujuan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang saya ajukan.

Atas perhatian BapakIbu sebagai responden, saya ucapkan terima kasih.

Padang, Agustus 2023


Peneliti

(Petrus Elwis)
Lampiran 3

FORMAT PERSETUJUAN
(INFORMED CONSENT)

Setelah membaca penjelasan lembaran pertama dan saya mengerti,


bahwa penelitian ini tidak berakibat buruk pada saya serta identitas dan informasi
yang saya berikan dijaga kerahasiaannya dan betul-betul hanya digunakan untuk
kepentingan penelitian.
Maka saya menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian
yang akan dilakukan oleh mahasiswa Prodi S-1 Keperawatan STIKES SYEDZA
SAINTIKA Padang yang bernama Petrus Elwis dengan judul “Hubungan Beban
Kerja Perawat dengan Respon Time di IGD RS. Yos Sudarso Padang tahun
2023”.
Untuk bermanfaatnya penelitian ini, saya berjanji akan memberikan
jawaban yang sebenarnya.

Padang, Agustus 2023

( )
Lampiran 4

KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN RESPON TIME
DI IGD RS. YOS SUDARSO PADANG TAHUN 2023

No. Responden

Identitas Responden

Nama (Inisial) :
Umur :
Lama Kerja :
Pendidikan :

A. Beban Kerja

Petunjuk pengisian : berilah tanda chek list (√) yang di anggap benar.

Keterangan :
SL : Selalu
S : Sering
JR : Jarang
TP : Tidak Pernah

No Pernyataan SL S JR TP

1 Selama ini saya merasa pekerjaan saya


lakukan terlalu banyak

2. Selama ini saya merasa pekerjaan saya


terlalu mudah sampai saya merasa bisan

3. Selama ini saya merasa pekerjaan saya harus


berpacu dengan waktu (deadline)

4. Selama ini saya merasa pekerjaan saya harus


dilakukan secepat mungkin
2

No Pernyataan SL S JR TP

5. Selama ini saya merasa lelah karena


pekerjaan banyak sekali

6. Selama ini saya terbebani jika melakukan


kontak pasien penyakit menular

7. Selama ini saya merasa keterampilan saya


sudah jarang sekali digunakan

8. Saya merasa senang karena sudah


menggunakan alat terbaru dalam memeriksa
pasien (tonometri, OCT, biomeri)

9. Selama ini saya merasa ide-ide saya dapat


digunakan dengan baik dalam bekerja

10. Selama ini saya merasa tenaga perawat disini


sangat kurang

11. Saya merasa pasien yang datang terlalu


banyak

12. Selama ini saya merasa apa yang saya


pelajari pada masa kuliah tidak sesuai
dengan pekerjaan saya

13. Selama ini saya merasa atasa saya


memberikan perintah yang tidak jelas

14. Saya baru mendapatkan penempatan kerja


sebagai perawat IGD

15. Kurang mendapatkan waktu istirahat bekerja


di ruangan IGD
3

B. Respon Time

Berilah tanda check list (√) pada salah satu kolom yang telah disediakan

Waktu Tanggap

Cepat Lambat

Jika < 5 menit Jika > 5 menit

Anda mungkin juga menyukai