Anda di halaman 1dari 68

PROPOSAL

HUBUNGAN LAMA RAWAT INAP DENGAN TINGKAT


KECEMASAN KELUARGA PASIEN YANG DIRAWAT
DI RUANG HIGH CARE UNIT (HCU) RUMAH
SAKIT TK. III DR. REKSODIWIRYO
PADANG TAHUN 2023

Usulan Proposal Penelitian Strata S-1

PRAMITA DEWI
1914201029

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
ALIFAH PADANG
TAHUN 2023
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama Lengkap : Pramita Dewi
NIM : 1914201029
Tempat/ Tanggal Lahir : Tapan / 06 Mei 2001
Tahun Masuk : 2019
Program Studi : S1 Keperawatan
Nama Pembimbing Akademik : Ns. Rebbi Permata Sari, M.Kep
Nama Pembimbing I : Ns. Rebbi Permata Sari, M.Kep
Nama Pembimbing II : Ns. Willady Rasyid, M.Kep, Sp.Kep, MB

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan plagiat dalam penulisan proposal saya
yang berjudul :

Hubungan Lama Rawat Inap dengan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien


yang Dirawat di Ruang High Care Unit (HCU) Rumah Sakit TK. III Dr.
Reksodiwiryo Padang Tahun 2023

Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya
akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Padang, Maret 2023

Pramita Dewi

i
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Proposal ini diajukan oleh :


Nama : Pramita Dewi
NIM : 1914201029
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul : Hubungan Lama Rawat Inap dengan Tingkat Kecemasan
Keluarga Pasien yang Dirawat di Ruang High Care Unit
(HCU) Rumah Sakit TK. III Dr. Reksodiwiryo Padang Tahun
2023

Telah disetujui untuk diseminarkan dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji


Seminar Proposal Program Studi Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Alifah Padang.

Padang, Maret 2023

Pembimbing I Pembimbing II

( Ns. Rebbi Permata Sari, M.Kep ) ( Ns. Willady Rasyid, M.Kep, Sp.Kep, MB )

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alifah Padang


Ketua,

( Dr. Ns. Asmawati, S.Kep, M.Kep )

ii
PERNYATAAN PENGUJI

Proposal ini diajukan oleh :

Nama : Pramita Dewi


NIM : 1914201029
Program Studi : S-1 Keperawatan
Judul Proposal : Hubungan Lama Rawat Inap dengan Tingkat Kecemasan
Keluarga Pasien yang Dirawat di Ruang High Care Unit
(HCU) Rumah Sakit TK. III Dr. Reksodiwiryo Padang Tahun
2023

Telah berhasil dipertahankan dihadapan dewan Penguji Seminar Proposal pada


Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alifah Padang.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing I
(Ns. Rebbi Permata Sari, M.Kep) (....................................)

Pembimbing II
(Ns. Willady Rasyid, M.Kep, Sp.Kep, MB) (....................................)

Penguji I
(Ns. Revi Neini Ikbal, S.Kep, M.Kep) (....................................)

Penguji II
(Ns. Hidayatul Rahmi, M.Kep) (....................................)

Disahkan oleh
Ketua STIKes Alifah

( Dr. Ns. Asmawati, S.Kep, M.Kep )

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan

proposal ini dengan judul “Hubungan Lama Rawat Inap dengan Tingkat

Kecemasan Keluarga Pasien yang Dirawat di Ruang High Care Unit (HCU)

Rumah Sakit TK. III Dr. Reksodiwiryo Padang Tahun 2023”. Proposal ini

merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Strata 1 pada

Program Studi Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Alifah

Padang.

Dalam menyelesaikan proposal ini, peneliti banyak mendapatkan

bimbingan, masukan dan bantuan dari berbagai pihak sehingga pada kesempatan

ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Ns. Rebbi Permata Sari, M.Kep pembimbing I yang telah meluangkan

waktu dalam membimbing, memberikan arahan serta masukan kepada peneliti

dengan penuh kesabaran sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal ini.

2. Bapak Ns. Willady Rasyid, M.Kep, Sp.Kep, MB selaku pembimbing II yang

telah meluangkan waktu dalam membimbing, memberikan arahan serta

masukan kepada peneliti dengan penuh kesabaran sehingga peneliti dapat

menyelesaikan proposal ini.

3. Ibu Dr. Ns. Asmawati, S.Kep, M.Kep Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

(STIKes) Alifah Padang.

4. Ibu Ns. Ledia Restipa, M.Kep Ketua Program Studi Keperawatan Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Alifah Padang.

iv
5. Seluruh staf dan dosen pengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes)

Alifah Padang yang telah banyak memberikan ilmu kepada peneliti selama

perkuliahan.

6. Teristimewa untuk kedua orang tua, kakak-kakak, adik-adik serta keluarga

besar dan orang-orang yang saya sayangi yang telah memberikan semangat

dan dukungan demi menyelesaikan proposal ini.

7. Serta Teman-teman seperjuangan yang tidak bisa disebutkan namanya satu

persatu.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah serta

karuani-Nya yang diberikan dan peneliti berharap semoga proposal penelitian ini

dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya.

Peneliti menyadari bahwa dalam proses penyusunan proposal ini banyak

terdapat kekurangan, hal ini bukanlah suatu kesenjangan melainkan karena

keterbatasan ilmu peneliti. Peneliti mengharapkan proposal ini dapat dilanjutkan

ke tahap penelitian.

Padang, April 2023

Peneliti

v
DAFTAR ISI

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT.....................................................................i


PERNYATAAN PERSETUJUAN.......................................................................ii
PERNYATAAN PENGUJI..................................................................................iii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iv
DAFTAR ISI..........................................................................................................vi
DAFTAR TABEL...............................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................7
C. Tujuan Penelitian..................................................................................7
D. Manfaat Penelitian................................................................................8
E. Ruang Lingkup Penelitian.....................................................................9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kecemasan..........................................................................................10
B. Lama Rawat........................................................................................27
C. Keluarga..............................................................................................34
D. Kerangka Teori....................................................................................38
E. Kerangka Konsep................................................................................39
F. Definisi Operasional............................................................................40
G. Hipotesis Penelitian.............................................................................41
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian.................................................................42
B. Tempat dan Waktu Penelitian.............................................................42
C. Populasi dan Sampel...........................................................................42
D. Teknik Pengumpulan Data..................................................................44
E. Teknik Pengolahan Data.....................................................................45
F. Teknik Analisis Data...........................................................................46
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

2.1 Definisi Operasional ..................................................................... 40

vii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Halaman

2.1 Rentang Respon Kecemasan ......................................................... 26

2.2 Kerangka Teori Penelitian ............................................................ 38

2.3 Kerangka Konsep Penelitian ......................................................... 39

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran
1. Permohonan Kepada Responden
2. Persetujuan Menjadi Responden (Informed Consent)
3. Kisi-Kisi Kuesioner
4. Kuesioner Penelitian
5. Gant Chart
6. Surat Izin Pengambilan Data Awal dari STIKes Alifah
Padang
7. Surat Izin Pengambilan Data dari RS. TK. III dr.
Reksodiwiryo Padang
8. Lembar Konsultasi

ix
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Problem kesehatan yang sering dihadapi masyarakat dan merupakan

sebab-sebab kematian sekarang ini biasanya adalah penyakit-penyakit kronis.

Kebanyakan penyakit kronis tidak menyebabkan kematian secara langsung,

namun mengakibatkan pasiennya merasa sangat sakit dalam jangka waktu

yang lama (Widiyanti, 2020). Pasien dengan kondisi penyakit kronis

membutuhkan perawatan dan penanganan dengan pendekatan multifaktor dan

dilakukan secara komprehensif (Hariyono, 2021).

Selama menjalani keperawatan kritis, pasien dan anggota keluarga

mempunyai beban mental emosional berbeda. Suasana yang serba cepat dan

aktivitas HCU yang sibuk menyebabkan keluarga mengalami kesulitan untuk

berkomunikasi dengan pasien, perawat serta staf yang lainnya, sehingga

keadaan pasien tidak mudah diketahui oleh keluarga. Keadaan seperti inilah

yang membuat keluarga mengalami kecemasan (Sudarsih, 2022).

Bagi keluarga pasien, adanya peraturan keterbatasan jam berkunjung,

ketidaktahuan akan perkembangan penyakit pasien, takut akan kematian, dan

kurangnya informasi yang didapatkan dari tenaga kesehatan di ruang rawat

intensif sering kali membuat perasaaan khawatir ataupun cemas terkait kondisi

pasien. Apabila kondisi keluarga pasien terganggu maka akan berpengaruh

terhadap keadaan pasien yang dirawat di ruang perawatan intensif, karena

keluarga memiliki peranan penting dalam pemberian support psikologis bagi

1
2

pasien pada proses penyembuhan serta pengambil keputusan terhadap

tindakan yang akan diberikan kepada pasien (Amelia dkk, 2020).

Kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif mengenai

ketengangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari

ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman.

Perasaan yang tidak menentu tersebut pada umumnya tidak menyenangkan

yang nantinya akan menimbulkan perubahan fisiologis dan psikologi. Reaksi

emosional yang biasa dialami keluarga pasien di ruang intensif adalah

kecemasan, kemarahan, berduka, harapan, cinta, depresi tidak berdaya,

kesepian atau kesetiaan (Kristiani & Dini, 2017).

Kecemasan dapat dialami oleh semua usia dan pada siapa saja, salah

satunya dapat dialami oleh keluarga pasien yang berada di ruang kritis.

Keluarga sering menunjukan sikap yang berlebihan seperti mondar-mandir di

depan ruangan, hal ini karena akibat kecemasan yang mereka alami. Masalah

kecemasan yang dialami keluarga dipandang sebagai ancaman yang

menganggu perasaan dan menimbulkan beban psikologis (Harlina & Aiyub,

2018).

Pasien yang berada dalam keadaan kritis akan menimbulkan dampak

tersendiri bagi pasien dan keluarga. Bagi pasien, dampak psikologis yang

dialami berupa merasa tidak tenang, gelisah, dan tidak nyaman. Selanjutnya,

dampak keluarga dapat berupa dampak fisik, psikologi, sosial, spiritual serta

ekonomi. Kecemasan pada keluarga pasien secara tidak langsung

mempengaruhi pasien yang dirawat, namun jika keluarga pasien mengalami


3

kecemasan maka berakibat pada pengambilan keputusan yang tertunda.

Keluarga pasien adalah pemegang penuh keputusan, ketika pasien dalam

keadaan darurat maupun kritis dan harus diberikan penanganan segera

(Beesley et al., 2018).

Menurut Keliat (2015) dan Yusuf (2015), terdapat beberapa faktor

yang mempengaruhi kecemasan, yaitu faktor internal (usia, jenis kelamin,

pendidikan, pekerjaan, ekonomi, pengalaman dirawat, lama rawat, stresor, dan

mekanisme koping). Faktor eksternal (ancaman integritas fisik, ancaman

sistem diri, lingkungan, informasi, caring perawat, dan komunikasi perawat).

Menurut Carpenito dalam Mubarrok dkk (2021), kecemasan yang

terjadi pada keluarga pasien juga bisa dipengaruhi oleh lamanya seorang

dirawat. Pasien yang dirawat di ruang HCU datang dalam keadaan mendadak

dan tidak direncanakan, penyakit yang kritis serta keparahan penyakit

menyebabkan perawatan yang lama yang dihubungkan dengan kekhawatiran

serta kecemasan. Lama perawatan yang dibutuhkan pasien untuk menjalani

perawatan di Rumah Sakit yang dihitung sejak masuk Rumah Sakit hingga

pulang dari Rumah Sakit, baik sembuh maupun meninggal.

Length Of Stay (LOS) atau lama rawat merupakan jumlah hari pasien

dirawat di rumah sakit, mulai hari masuk sampai dengan hari keluar atau

pulang dan LOS di gunakan rumah sakit sebagai indikator pelayanan. LOS

menunjukkan berapa hari lamanya seorang pasien dirawat inap pada satu

periode perawatan (Hosizah & Maryati, 2018).


4

Lama perawatan pasien yang dirawat di ruang intensif pada umumnya

datang dalam keadaan yang direncanakan atau tidak. Keparahan penyakit dan

keadaan pasien yang kritis membuat perawatan pasien di ruang intensif

memerlukan waktu yang lama yang dihubungkan dengan kecemasan. Lama

hari rawat akan memberikan pengaruh terhadap keluarga yang merawat,

seperti dapat menimbulkan perasaan cemas pada keluarga yang sedang dalam

perawatan, yang artinya semakin lama pasien dirawat maka akan semakin

meningkat pula kecemasan anggota keluarga pasien (Saragih, & Suparmi,

2017).

Lama rawat pasien yang lama disebabkan sifat penyakit yang kronis,

muncul komplikasi, dan faktor biaya. Lama rawat yang panjang menunjukkan

penyakit cenderung lebih buruk atau sudah terdapat komplikasi atau memiliki

penyakit penyerta lainnya. Pasien dengan lama rawat yang singkat dapat

mengindikasikan beberapa faktor, yakni memang keadaan pasien yang dapat

membaik dalam 24 jam atau justru sebaliknya meninggal (Saragih, &

Suparmi, 2017).

Kondisi pasien yang dirawat di ruang intensif akan berpengaruh

terhadap lama hari perawatan pasien itu sendiri. Lama perawatan pasien di

ruang intensif sangat beragam. Berdasarkan grafik Barber-Johnson (Standar

Internasional) lama klien dirawat yaitu rata-rata 5 hari rawat (Amelia dkk,

2020). Berdasarkan standar lama rawat pasien di Ruangan HCU Rumah Sakit

TK. III Dr. Reksodiwiryo Padang rata-rata 3,57 hari atau 4 hari (Rumah Sakit

TK. III Dr. Reksodiwiryo Padang, 2023).


5

Penelitian oleh Siti (2019), faktor usia, pendidikan, tingkat sosial

ekonomi, penampilan fisik ruangan, hubungan antar personel, bising alat dan

pembatasan interaksi merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

kecemasan keluarga pasien di ruangan HCU. Waruwu (2019), daam

penelitiannya tentang koping dan dukungan sosial keluarga bahwa perawat

memiliki peran dan fungsi yang penting dalam membantu koping orang tua

selama hospitalisasi. Andi (2019), meneliti tentang dukungan emosional dan

informasi untuk keluarga saat anak sakit, terutama pada orang tua yang

anaknya lama mendapatkan perawatan. Hasil penelitian tersebut yaitu

keluarga sangat menginginkan untuk didengarkan oleh perawat. Pada

penelitian ini, disebutkan bahwa pasien yang dirawat di ruangan intensif

ditemukan data rata-rata lama rawat lebih dari 5 hari adalah penyebab stres

yang paling dirasakan orang tua sebagian besar anak yang dirawat di rumah

sakit (hospitalisasi) sering rewel dan menangis, bahkan meminta pada orang

tuanya untuk pulang.

Penelitian yang dilakukan oleh Rosidawati & Hodijah (2019) tentang

hubungan lama rawat dengan tingkat kecemasan keluarga pasien di Ruang

Intensive Care Unit RSUD Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya. Hasil penelitian

menemukan bahwa an rata-rata lama hari rawat 3,81 hari. Lama hari rawat

terpendek selama 1 hari dan terlama selama 6 hari. Tingkat kecemasan

keluarga pasien sebagian besar mengalami cemas sebanyak 11 orang (69%)

sedangkan yang tidak mengalami cemas sebanyak 5 orang (31%). Hasil uji
6

Chi-Square menunjukkan nilai p value sebesar 0,005 berarti ada hubungan

lama rawat dengan tingkat kecemasan keluarga pasien.

Berdasarkan data di ruangan HCU Rumah Sakit TK. III Dr.

Reksodiwiryo Padang, didapatkan jumlah pasien dari bulan Januari-Maret

2023 sebanyak 112 orang (Rumah Sakit TK. III Dr. Reksodiwiryo Padang,

2022).

Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada tanggal 29

Desember 2022, dengan wawancarai 10 keluarga dari pasien yang dirawat di

Ruang High Care Unit (HCU) Rumah Sakit TK. III Dr. Reksodiwiryo Padang.

Didapatkan 8 orang keluarga pasien mengatakan cemas, dimana 2 orang

mengatakan merasa tegang, lelah, dan gelisah, 2 orang merasa takut dan tidak

tenang di rumah sakit, 2 orang merasa kurang istirahat dan tidak dapat tidur

dengan cukup, 2 orang juga mengatakan gelisah, tidak tenang/sering mondar-

mandir, dan takut akan tindakan yang dilakukan terhadap keluarganya yang

dirawat. Dari 10 keluarga pasien yang diwawancarai 4 orang keluarga pasien

mengatakan keluarganya telah dirawat 5 hari. 2 orang keluarga pasien

mengatakan telah dirawat > 7 hari. 3 orang keluarga pasien mengatakan

dirawat < 5 hari, dan 1 orang keluarga pasien mengatakan baru masuk.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti

tentang “hubungan lama rawat inap dengan tingkat kecemasan keluarga pasien

yang dirawat di Ruang High Care Unit (HCU) Rumah Sakit TK. III Dr.

Reksodiwiryo Padang tahun 2023”.


7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas maka rumusan masalah

pada penelitian ini adalah apakah ada hubungan lama rawat inap dengan

tingkat kecemasan keluarga pasien yang dirawat di Ruang High Care Unit

(HCU) Rumah Sakit TK. III Dr. Reksodiwiryo Padang tahun 2023 ?.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan lama rawat inap dengan tingkat

kecemasan keluarga pasien yang dirawat di Ruang High Care Unit (HCU)

Rumah Sakit TK. III Dr. Reksodiwiryo Padang tahun 2023.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi frekuensi tingkat kecemasan keluarga pasien

yang dirawat di Ruang High Care Unit (HCU) Rumah Sakit TK. III

Dr. Reksodiwiryo Padang tahun 2023.

b. Mengetahui distribusi frekuensi lama rawat inap pasien yang dirawat

di Ruang High Care Unit (HCU) Rumah Sakit TK. III Dr.

Reksodiwiryo Padang tahun 2023.

c. Mengetahui hubungan lama rawat inap dengan tingkat kecemasan

keluarga pasien yang dirawat di Ruang High Care Unit (HCU) Rumah

Sakit TK. III Dr. Reksodiwiryo Padang tahun 2023.


8

D. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

a. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, kemampuan

menganalisa dan pengetahuan peneliti, khususnya dalam bidang

penelitian tentang tingkat kecemasan keluarga pasien yang dirawat di

ruangan HCU.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sumbangsih dalam

pengembangan ilmu pengetahuan, sebagai bahan rujukan dari para

pendidik serta memperkaya literatur bahan bacaan di perpustakaan

STIKes Alifah Padang.

2. Praktis

a. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam

rangka peningkatan kualitas pelayanan kesehatan bukan hanya kepada

pasien, tetapi juga pelayanan kepada keluarga pasien yang dirawat

terlebih yang mengalami kecemasan di Ruang High Care Unit (HCU)

Rumah Sakit TK. III Dr. Reksodiwiryo Padang.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan perbandingan atau data dasar bagi penelitian

selanjutnya untuk melakukan penelitian dengan masalah yang sama

dengan variabel yang berbeda.


9

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini tentang hubungan lama rawat inap dengan tingkat

kecemasan keluarga pasien yang dirawat di Ruang High Care Unit (HCU)

Rumah Sakit TK. III Dr. Reksodiwiryo Padang. Variabel penelitian

independen yaitu lama rawat inap pasien dan variabel dependen yaitu tingkat

kecemasan keluarga pasien. Metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan

cross sectional. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Januari – Agustus

2023. Populasi adalah semua keluarga pasien yang dirawat di Ruang High

Care Unit (HCU) Rumah Sakit TK. III Dr. Reksodiwiryo Padang pada bulan

Januari-Maret 2023 berjumlah 112 orang. Sampel diambil dengan

menggunakan teknik purposive sampling berjumlah 53 orang. Data

dikumpulkan menggunakan lembar kuesioner HARS dan lembar observasi.

Data diolah secara komputerisasi dengan analisis univariat menggunakan

distribusi frekuensi dan dan analisis bivariat menggunakan uji statistik Chi-

Square dengan p < 0,05.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kecemasan

1. Pengertian Kecemasan

Kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau khawatir disertai

dengan respons otonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak

diketahui oleh individu); perasaan takut terhadap bahaya. Hal ini

merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan

adanya bahaya dan kemampuan individu untuk bertindak menghadapi

ancaman (Herdman dan Kamitsuru, 2018).

Kecemasan adalah perasaan ketidakpastian, kegelisahan, ketakutan

atau ketegangan yang dialami seseorang dalam berespons terhadap objek

atau situasi yang tidak diketahui (Swarjana, 2021). Kecemasan terjadi

sebagai respon emosional ketika pasien atau keluarga merasakan

ketakutan, yang diikuti beberapa tanda dan gejala seperti ketegangan,

ketakutan, kecemasan dan kewaspadaan (Sudarsih, 2022).

Kecemasan dapat menimbulkan efek yang negatif bagi kesehatan

pasien baik fisiologis dan psikologis. Kecemasan dapat menstimulasi

sistem saraf simpatik yang dapat berespon pada system kardiovaskuler

mengakibatkan peningkatan tekanan darah, kontraksi jantung, heart rate,

aritmia, gangguan hemodinamik palpitasi, jantung berdebar-debar,

penurunan tekanan darah penurunan denyut nadi dan pingsan. Pasien yang

10
11

mengalami peningkatan gejala kecemasan memiliki penurunan bersamaan

dalam variabilitas denyut jantung (Darmayanti, 2022).

2. Kecemasan Keluarga Pasien yang dirawat di Ruang HCU

Keluarga merupakan unit yang paling dekat dengan pasien dan

mempunyai peran utama bagi pasien dalam memberikan dukungan moral

terhadap kesembuhan pasien (Mubarrok dkk, 2021). Kecemasan terjadi

sebagai respon emosional ketika keluarga merasakan ketakutan, yang

diikuti beberapa tanda dan gejala seperti ketegangan, ketakutan,

kecemasan dan kewaspadaan (Yusuf, 2015). Keadaan penyakit kritis

menghadapkan keluarga pasien pada tekanan psikologis yang lebih parah

(Sudarsih, 2022).

Seringkali keluarga di HCU mengalami kecemasan. Kecemasan

adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi.

Ketika merasa cemas individu merasa tidak nyaman atau takut atau

mungkin memiliki firasat akan tertimpa malapetaka padahal ia tidak

mengerti mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi (Mubarrok

dkk, 2021).

Suasana yang serba cepat dan aktivitas HCU yang sibuk

menyebabkan keluarga mengalami kesulitan untuk berkomunikasi dengan

pasien, perawat serta staf HCU yang lainnya sehingga keadaan pasien

tidak mudah diketahui oleh keluarga. Dalam keadaan ini keluarga merasa

terasingkan, terisolasi, takut akan kematian atau kecacatan pada tubuh

pasien karena terpisah secara fisik dengan pasien (Siti, 2019). Ditambah
12

lagi dengan jam besuk yang dibatasi, tarif HCU yang mahal, dan masalah

keuangan yang belum tentu memadai. Keadaan seperti inilah yang akan

membuat keluarga mengalami kecemasan. Keadaan pasien yang kritis dan

mendapatkan perawatan diruang HCU memungkinkan terjadinya konflik

atau kecemasan didalam diri keluarga pasien (Mubarrok dkk, 2021).

3. Jenis Kecemasan

Menurut Swarjana (2021), beberapa jenis kecemasan, antara lain :

a. Antisipatif kecemasan (anticipatory anxiety)

Kecemasan ini umum terjadi pada orang-orang yang memiliki riwayat

fobia atau gangguan panik, yaitu keadaan emosional atau ketakutan

tentang apa yang akan terjadi berikutnya “what will happen next”.

Seseorang menunjukkan rasa khawatir yang tinggi dan kewaspadaan

tentang peristiwa yang akan datang atau kemungkinan situasi yang

akan terjadi.

b. Kecemasan sinyal (signal anxiety)

Kecemasan sinyal adalah respons terhadap ancaman atau bahaya yang

dirasakan. Ego mekanisme pertahanan diaktifkan selama ancaman atau

bahaya untuk melindungi individu dari kewalahan oleh kecemasan

yang parah.

c. Sifat kecemasan (anxiety trait)

Kecemasan ini merupakan komponen kepribadian yang telah ada

dalam jangka waktu lama dan dapat diukur dengan mengamati

perilaku fisiologis, emosional, serta kognitif orang tersebut. Orang


13

yang merespons berbagai situasi nonstres dengan kecemasan dikatakan

memiliki sifat kecemasan.

d. Keadaan kecemasan (anxiety state)

Terjadi sebagai akibat dari situasi stres, dimana orang tersebut

kehilangan kendali atas emosinya.

e. Kecemasan mengambang bebas (free floating anxiety)

Kecemasan mengambang bebas adalah kecemasan yang selalu hadir

dan disertai dengan perasaan takut. Orang tersebut mungkin

menunjukkan perilaku ritualistik dan penghindaran (perilaku fobia).

4. Tanda dan Gejala Kecemasan

Tanda dan gejala kecemasan keluarga yang ditunjukkan atau

dikemukakan oleh seseorang bervariasi yaitu: perilaku keluarga yang

sering bertanya tentang kondisi anggota keluarganya, bertanya dengan

pertanyaan diulang-ulang, berkunjung diluar jam kunjung, dan keluarga

takut kehilangan (Donsu, 2017). Menurut (Donsu, 2017) tanda dan

gejalanya adalah :

a. Secara fisik

Respon fisik saat terjadi kecemasan dapat ditandai dengan

nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, anoreksia,

diare/konstipasi, gelisah, tremor, berkeringat, sulit tidur, dan sakit

kepala.
14

b. Secara kognitif

Tanda kecemasan secara kognitif dapat dilihat saat

mempresepsikan sesuatu cenderung menyempit, penderita tidak bisa

menerima rangsangan dari luar. Penderita lebih fokus pada apa yang

diperhatikannya. Perilaku dapat dilihat dari gerakan tubuhnya.

Misalnya gerakanya tersentak-sentak, cara bicara berlebihan dan cepat.

Penderita kelihatan normal tetapi memiliki perasaan tidak aman.

Respon emosi juga mengalami gangguan, merasa menyesal, iritabel,

kesedihan mendalam, takut, gugup, suka cita berlebihan, ketidak

berdayaan meninggkat secara menetap, ketidakpastian, kekhawatiran

meningkat, fokus pada diri sendiri, perasaan tidak kuat, ketakutan,

distress, khawatir, prihatin.

5. Respon Fisiologis terhadap Kecemasan

Menurut Hawari (2016), respon fisiologis terhadap kecemasan

antara lain :

a. Kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) ditandai dengan

takikardi (denyut jantung cepat), berdebar-debar, nyeri didada, denyut

nadi mengeras, rasa lesu/lemas seperti mau pingsan, detak jantung

menghilang (berhenti sekejap).

b. Gejala respiratori (pernafasan) ditandai dengan rasa tertekan atau

sempit di dada, rasa tercekik, sering menarik nafas, nafas

pendek/sesak.
15

c. Gejala gastrointesnital (pencernaan) ditandai dengan sulit menelan,

perut melilit, gangguan pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah makan,

perasaan terbakar diperut, rasa penuh atau kembung, mual, muntah,

buang air besar lembek, sukar buang air besar (konstipasi), kehilangan

berat badan.

d. Gejala urogenital (perkemihan dan kelamin) ditandai dengan sering

buang air kecil, tidak dapat menahan air seni, tidak datang bulan (tidak

datang haid), darah haid berlebihan, darah haid amat sedikit, masa haid

berkepanjangan, masa haid amat pendek, haid beberapa kali dalam

sebulan, menjadi dingin (frigid), ejakulasi dini, ereksi melemah, ereksi

hilang, impotensi.

e. Gejala autonom ditandai dengan mulut kering, muka merah, mudah

berkeringat, kepala pusing, kepala terasa berat, kepala terasa sakit,

bulu-bulu berdiri.

f. Tingkah laku (sikap) pada wawancara ditandai dengan gelisah, tidak

tenang, jari gemetar, kerut kening, muka tegang, otot tegang/mengeras,

nafas pendek dan cepat, muka merah.

6. Penyebab Kecemasan

Menurut Swarjana (2021), penyebab kecemasan dapat dilihat dari

perspektif beberapa teori, yaitu :

a. Genetic theory

Teori ini menyebutkan bahwa kecemasan disebabkan karena faktor

genetik. Sejumlah studi membuktikan bahwa kecemasan tersebut ada


16

kaitannya dengan faktor genetik. Menurut Sadock & Sadock

menyebutkan bahwa penelitian genetik telah menghasilkan bukti kuat

bahwa setidaknya beberapa komponen genetik berkontribusi terhadap

perkembangan gangguan kecemasan. Selanjutnya pada tahun 1996,

pada peneliti NIMH menetapkan bahwa gen 5-HTTP mempengaruhi

bagaimana otak menggunakan serotonin. Bahkan secara statistik,

ditemukan bahwa gen menyebabkan perbedaan 3-4% terhadap tingkat

kecemasan atau ketegangan yang dialami subjek penelitian.

b. Biologic theory

Faktor biologis juga dihubungkan dengan kecemasan. Ada banyak

studi tentang hubungan antara kecemasan dengan beberapa hal yang

terkait dengan biologis. Secara umum banyak penelitian yang

mengevaluasi hubungan antara kecemasan dengan hal-hal berikut ini,

diantaranya katekolamin, tindakan neutoendokrin, neurotransmitter,

seperti serotonin, asam-aminobutirat, dan kolessistokinin, serta

reaktivitas otonom.

c. Psychoanalytic theory

Sigmuns Freud dalam teori psikoanalis menyampaikan bahwa

munculnya kecemasan diakibatkan karena hasil dari konflik yang tidak

terselesaikan dan tidak disadari antara impuls untuk agresif atau

libidinal. Bahkan dalam sebuah teori psiko dinamik yang lebih baru

menyampaikan kecemasan adalah adanya interaksi antara temperatur

dan faktor lingkungan, seperti keteladanan orang tua, perilaku


17

pengawasan orang tua yang berlebihan, serta juga adanya konflik

dalam keluarga.

d. Cognitive behavior theory

Teori ini menyebutkan bahwa kecemasan merupakan respons yang

dipelajari atau dikondisikan terhadap sesuatu peristiwa stres atau

bahaya yang dirasakan. Dalam teori ini, konseptualisasi atau salah,

terdistorsi atau kontra produktif pola berpikir menyertai atau

mendahului perkembangan kecemasan.

e. Socialcultural theory

Teori sosial budaya juga menjelaskan tentang kecemasan. Terkait hal

ini, ahli teori sosial budaya percaya bahwa integrasi sosial atau faktor

budaya dapat menjadi penyebab munculnya kecemasan.

7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan

Menurut Keliat (2015) dan Yusuf (2015), terdapat beberapa faktor

yang mempengaruhi kecemasan keluarga pasien, yaitu :

a. Faktor internal

1) Usia

Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat

dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur,

tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang

dalam berfikir dan bekerja dari segi kepercayaan masyarakat.

Semakin tua umur seseorang semakin konstruktif dalam

menggunakan koping terhadap masalah maka akan sangat


18

mempengaruhi konsep dirinya. Umur dipandang sebagai suatu

keadaan yang menjadi dasarkematangan dan perkembangan

seseorang. Gangguan kecemasan lebih mudah dialami oleh

seseorang yang mempunyai usia lebih muda dibandingkan individu

dengan usia yang lebih tua.

2) Jenis kelamin

Wanita lebih sering mengalami kecemasan daripada pria.

Wanita memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi

dibandingkan pria. Hal ini dikarenakan bahwa wanita lebih peka

dengan emosinya, yang pada akhirnya mempengaruhi perasaan

cemasnya.

3) Pendidikan

Kemampuan berpikir individu dipengaruhi oleh tingkat

pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka individu

semakin mudah berpikir rasional dan menangkap informasi baru.

Kemampuan analisis akan mempermudah individu dalam

menguraikan masalah baru. Jadi dapat diasumsikan bahwa faktor

pendidikan sangat berpengaruh terhadap tingkat kecemasan

seseorang tentang hal baru yang belum pernah dirasakan atau

sangat berpengaruh terhadap perilaku seseorang terhadap

kesehatannya.
19

4) Pekerjaan

Pekerjaan adalah kesibukan yang harus dilakukan terutama

untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga.

Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan tetapi merupakan cara

mencari nafkah yang banyak tantangan.

5) Ekonomi

Faktor ekonomi juga bisa menimbulkan gangguan pikologis

yang serius, tarif HCU yang tinggi bisa mengejutkan, asuransi

yang tidak memadai atau tidak tersedia. Pemasukan keuangan

kurang atau bahkan kehilangan pemasukan, sehingga beralasan

bisa timbul kecemasan, karena biaya untuk mempertahankan

kelangsungan hidup pasien membuat hancurnya keuangan

keluarga. Sumber kecemasan sama besar pengaruhnya baik

terhadap pasien maupun keluarga terutama ketika pasien adalah

salah satunya pencari nafkah dalam keluarga (Rosi, 2020).

6) Pengalaman dirawat

Keluarga yang baru pertama kali anggota keluarganya

dirawat akan berbeda dengan yang sudah beberapa kali

menghadapi hal yang sama dirawat di rumah sakit, hal itu karena

sudah terbentuk koping yaitu upaya berupa aksi berorientasi dan

intra fisik, untuk mengelola (mentoleransi, menampung,

meminimalkan) lingkungan dan kebutuhan internal mengenai hal

tersebut. Keluarga yang mempunyai kemampuan pengalaman


20

dalam menghadapi kecemasan dan punya cara menghadapinya

akan cenderung menganggap stres berat sebagai masalah yang bisa

diselesaikan. Tiap pengalaman merupakan sesuatu yang berharga,

karena belajar dari pengalaman dapat meningkatkan ketrampilan

menghadapi kecemasan (Harlina & Aiyub, 2018).

7) Stresor

Stressor merupakan tuntutan adaptasi terhadap individu

yang disebabkan oleh perubahan keadaan dalam kehidupan. Sifat

stresor dapat berubah secara tiba-tiba dan dapat mempengaruhi

seseorang dalam menghadapi kecemasan, tergantung mekanisme

koping seseorang. Semakin banyak stresor yang dialami

mahasiswa, semakin besar dampaknya bagi fungsi tubuh sehingga

jika terjadi stressor yang kecil dapat mengakibatkan reaksi

berlebihan.

8) Mekanisme koping

Keluarga merupakan orang terdekat dari seseorang yang

mengalami gangguan kesehatan atau dalam keadaan sakit.

Kecemasan yang terjadi tidak saja dialami oleh seorang pasien

tetapi dapat juga dialami oleh keluarga yang anggota keluarganya

dirawat di rumah sakit. Sehingga diperlukan mekanisme koping

keluarga yang dapat membantu keluarga dalam mengahadapi

masalah kecemasan. Pengambilan keputusan yang tertunda akan

merugikan pasien yang seharusnya diberikan tindakan namun


21

keluarga pasien belum bisa memberikan keputusan karena

mengalami kecemasan (Badra & Susantie, 2018).

b. Faktor eksternal

1) Ancaman integritas fisik

Meliputi ketidakmampuan fisiologis terhadap kebutuhan

dasar seharihari yang bisa disebabkan karensakit, trauma fisik,

kecelakaan.

2) Ancaman sistem diri

Diantaranya ancaman terhadap identitas diri, harga diri,

kehilangan, dan perubahan status dan peran, tekanan kelompok,

sosial budaya.

3) Lingkungan

Individu yang berada di lingkungan asing lebih mudah

mengalami kecemasan dibanding bila dia berada di lingkungan

yang biasa dia tempati. Lingkungan dapat berpengaruh besar

terhadap individu. Lingkungan dapat memberi kepuasan,

mereduksi ketegangan, dapat menimbulkan kekecewaan dan

perasaan tidak aman bagi individu itu sendiri (Saragih & Suparmi,

2017).

4) Informasi

Informasi adalah pemberitahuan yang dibutuhkan keluarga

dari staf rumah sakit terutama perawat mengenai semua hal yang

berhubungan dengan pasien yang dirawat. Kebutuhan akan


22

informasi meliputi informasi tentang perkembangan penyakit

pasien, penyebab atau alasan suatu tindakan tertentu dilakukan

pada pasien, kondisi sesungguhnya mengenai perkembangan

penyakit pasien, kondisi pasien setelah dilakukan tindakan/

pengobatan, perkembangan kondisi pasien dapat diperoleh

keluarga paling sedikit sehari sekali, rencana pindah atau keluar

dari ruangan, dan informasi mengenai peraturan di ruang.

5) Caring perawat

Caring merupakan tindakan yang diarahkan untuk

membimbing, mendukung individu lain atau kelompok dengan

nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi

kehidupan seseorang. Pada ruang intensif caring perawat sangat

diperlukan karena tingkat ketergantungan yang tinggi dan

kecemasan yang meningkat. Perilaku caring yang kurang dapat

menimbulkan kecemasan pada keluarga pasien yang menunggui

anggota keluarganya di rumah sakit. Tingkat dan bentuk

kecemasan yang dialami oleh masing-masing keluarga akan

berbeda-beda. Perawat yang perhatian dan care kepada keluarga

dapat menurunkan tingkat kecemasan tersebut. Keluarga akan

merasa dibimbing, dibantu, dan diberikan solusi atas masalah yang

dihadapi (Agustin, 2020).


23

6) Komunikasi perawat

Komunikasi terapeutik akan meningkatkan pemahaman dan

dapat membantu membina hubungan yang konstruktif antara

perawat dan keluarga pasien. Komunikasi terapeutik memberikan

pengaruh terhadap perubahan tingkat kecemasan klien atau pasien.

Ini dikarenakan Komunikasi tidak terlepas dalam kehidupan

sehari-hari. Pada saat perawat akan menyampaikan informasi

kepada klien perawat dapat menggunakan sarana komunikasi

terapeutik baik secara verbal maupun non verbal (Muliani, 2020).

8. Tingkat Kecemasan

Menurut Swarjana (2021), kecemasan direntangkan mulai dari

normal sampai panik dan rentang tersebut dikenal dengan tingkat

kecemasan, antara lain :

a. Normal

Pada tingkat ini, klien mungkin mengalami peringatan berkala dari

ancaman, seperti kegelisahan atau ketakutan yang mendorong klien

untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah

ancaman atau mengurangi konsekuensinya.

b. Ringan

Pada tingkat ini, klien mengalami peningkatan kewaspadaan terhadap

perasaan batin atau lingkungan. Untuk bersantai, individu bekerja di

bawah tekanan untuk memenuhi tenggat waktu dan mungkin

mengalami keadaan kecemasan ringan yang akut sampai pekerjaan


24

mereka selesai. Klien dengan riwayat kecemasan kronis mungkin

sering mengalami kegelisahan, aktivitas motorik gemetar, postur kaku,

dan ketidakmampuan untuk bersantai.

c. Sedang

Pada tingkat ini, bidang persepsi penglihatan, pendengaran, sentuhan,

dan penciuman menjadi terbatas. Klien mengalami penurunan

kemampuan berkonsentrasi, dengan kemampuan untuk fokus atau

berkonsentrasi hanya pada satu hal tertentu pada suatu waktu.

d. Berat

Pada tingkat ini, kemampuan untuk merasakan semakin berkurang dan

fokus terbatas pada satu detail tertentu. Ketidaktepatan verbalisasi atau

ketidakmampuan untuk berkomunikasi dengan jelas, terjadi karena

peningkatan kecemasan dan penurunan proses berpikir intelektual.

Kurangnya tekad atau kemampuan untuk melakukan terjadi saat orang

tersebut mengalami perasaan tanpa tujuan.

e. Panik

Pada tingkat ini, gangguan total pada kemampuan untuk merasakan

terjadi. Disintegrasi kepribadian terjadi sebagai individu menjadi

imobilisasi, mengalami kesulitan verbalisasi, tidak dapat berfungsi

secara normal, dan tidak mampu untuk fokus pada kenyataan.

Perubahan fisiologis, emosional, dan intelektual terjadi ketika individu

mengalami kehilangan kendali.


25

9. Rentang Respon Kecemasan

Menurut Stuart dan Sundeen (2016), rentang respon kecemasan

terdiri dari respon adaptif dan responden maladaptif, yaitu :

a. Respon adaptif

Respon adaptif seseorang menggunakan koping yang bersifat

membangun (kontruktif) dalam menghadapi kecemasan berupa

antisipasi. Jika kecemasan timbul dan individu mampu meregulasi dan

mengatur kecemasan, hal yang positif mungkin akan timbul. Tidak

semua kecemasan merugikan namun, hal itu bisa menjadi tantangan,

kekuatan, faktor motivasi untuk memecahkan sebuah masalah, resolusi

konflik dan pencapaian fungsi level yang lebih tinggi.

b. Respon maladaptif

Respon mal adaptif merupakan koping yang bersifat merusak

(desdruktif). Kebiasaan sehari-hari dapat melindungi orang dari

kecemasan, bertahan dari ancaman dan memberi kenyamanan bisa

mengarah pada pola respon maladaptif, yang dapat menunjukkan

gejala fisik dan psikologis baik dalam lingkungan diri individu, sosial

dan gangguan pekerjaan.


26

Adaptif Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Gambar 2.1
Rentang Respon Kecemasan

10. Alat Ukur Kecemasan

Mengukur tingkat kecemasan seseorang yang banyak digunakan

adalah Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) yang dikembangkan oleh

Profesor Max Hamiltong tahun 1959. HARS terdiri dari 14 item

pernyataan atau dimensi yaitu perasaan cemas, ketegangan, gangguan

tidur, ketakutan, gangguan kecerdasan, perasaan deprasi, gejala somatik,

gejala sensorik, gejala kardiovaskuler, gejala pernafasan, gejala

gastrointestinal, gejala urogenital, gejala otonom, dan penampilan saat

wawancara (Swarjana, 2021). Pada penelitian ini peneliti menggunakan

instrumen HARS dalam mengukur tingkat kecemasan keluarga pasien.

Menurut Swarjana (2021), tiap item pernyataan skala HARS

memiliki penilaian angka (score) antara 0-4, yang artinya adalah :

Nilai 0 = tidak ada gejala

1 = ringan (mild)

2 = sedang (moderate)

3 = berat (severe)
27

4 = sangat berat (very severe)

Menurut Swarjana (2021), masing-masing nilai angka (score) dari

ke-14 dikelompokkan derajat kecemasan seseorang, yaitu :

1) Kecemasan berat, jika skor 25-56

2) Kecemasan sedang, jika skor 18-24

3) Kecemasan ringan, jika skor < 17

B. Lama Rawat

1. Pengertian

Lama rawat (Length Of Stay) adalah rata-rata lama rawat pasien di

rumah sakit pada suatu periode perawatan. Satuan lama hari rawat adalah

hari. Indikator ini digunakan untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu

dan efisiensi pengelolaan di suatu rumah sakit. Cara menghitung lama hari

rawat yaitu menghitung selisih antara tanggal pulang pasien (keluar rumah

sakit hidup ataupun meninggal) dengan tanggal masuk pasien di rumah

sakit. Untuk pasien yang masuk dan keluar pada hari yang sama dihitung 1

hari (Rahayu, 2021).

Length Of Stay (LOS) atau lama rawat merupakan jumlah hari

pasien dirawat. Lama rawat di Rumah Sakit TK. III Dr. Reksodiwiryo

Padang dihitung dengan menggunakan rumus LOS yaitu jumlah lama

dirawat / jumlah pasien keluarga (hidup + mati), maka didapatkan rata-rata

lama rawat pasien yaitu 4066/1138 = 3,57 hari atau 4 hari (Rumah Sakit

TK. III Dr. Reksodiwiryo Padang, 2023).


28

Length Of Stay (LOS) atau lama rawat merupakan jumlah hari

pasien dirawat di rumah sakit, mulai hari masuk sampai dengan hari keluar

atau pulang dan LOS di gunakan rumah sakit sebagai indikator pelayanan.

LOS menunjukkan berapa hari lamanya seorang pasien dirawat inap pada

satu periode perawatan (Hosizah & Maryati, 2018).

Lama rawat merupakan salah satu unsur atau aspek asuhan

pelayanan rumah sakit yang dapat dinilai atau diukur. Bila seseorang

dirawat di rumah sakit, maka yang diharapkan baik oleh tenaga medis

maupun oleh penderita itu sudah tercapai maka tentunya tidak ada

seorangpun yang ingin berlama-lama di rumah sakit. Variasi lama rawat

ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain keparahan penyakit, mutu

pelayanan rumah sakit dan mekanisme koping (Karima & Setyorini,

2017).

2. Faktor yang Mempengaruhi Lama Rawat

Menurut Prabandari dalam Rahayu (2021), terdapat beberapa

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi lama rawat pasien di rumah sakit,

baik dari faktor internal maupun eksternal, yaitu :

a. Faktor internal

1) Jenis penyakit

Penyakit yang akut dan kronis memiliki lama rawat yang berbeda,

dimana penyakit yang bersifat kronis memiliki lama hari rawat

lebih lama dibandingkan penyakit yang bersifat akut.


29

2) Tenaga medis yang menangani

Jumlah tenaga dokter maupun perawat sangat berperan penting

dalam menangani pasien.

3) Hari masuk rumah sakit

Pasien yang masuk rumah sakit menjelang hari Sabtu dan Minggu

akan memperpanjang lama hari rawat, hal ini disebabkan

kesibukan menjelang hari libur dimana pemeriksaan oleh dokter

dan pemeriksaan penunjang diundur sampai hari kerja biasa.

Perpanjangan lama hari rawat juga terjadi apabila pasien masuk

diluar jam kerja rumah sakit atau saat terjadi pergantian jaga.

4) Tindakan yang dilakukan

Tindakan dokter dapat mempengaruhi lama rawat pasien dirumah

sakit. Pasien yang memerlukan tindakan operasi akan memerlukan

pemulihan yang lebih lama dibandingkan dengan pasien dengan

prosedur standar.

5) Hari pulang dari rumah sakit

Pernyataan beberapa praktisi rumah sakit mengemukakan bahwa

pasien yang pulang dari rumah sakit yang jatuh hari senin

mempunyai lama hari rawat lebih panjang dari pada pasien yang

pulang pada hari lain. Ini lantaran banyak dari pasien tersebut

sebenarnya sudah bisa pulang di akhir pekan sebelumnya yang

terhambat oleh urusan adminstrasi karena tidak pada hari kerja.


30

b. Faktor eksternal

1) Umur pasien

Umur memiliki hubungan dengan tingkat keterpaparan pada suatu

penyakit, dengan bertambahnya usia seseorang maka kemampuan

sistem kekebalan tubuh untuk menghancurkan organisme asing

yang ada didalam tubuh juga berkurang, maka kemungkinan

pulang lebih awal dari rumah sakit baik pada hari 14 ataupun hari

ke 28.

2) Status gizi

Dampak kurang gizi dan kelebihan gizi juga bisa menyebabkan

daya tahan tubuh melemah, sehingga bisa lebih rentan terkena

infeksi dan dalam proses penyembuhan membutuhkan waktu yang

lebih lama dibandingkan dengan status gizi yang normal.

3) Alasan pulang

Pasien akan pulang atau keluar dari rumah sakit apabila telah

mendapatkan persetujuan dari dokter yang merawat. Tetapi ada

beberapa pasien yang pulang atas permintaan sendiri/keluarga

(pulang paksa) sehingga lama rawat pasien dirumah sakit

memendek.

4) Komorbid (penyakit penyerta)

Komorbid merupakan terdapatnya dua atau lebih diagnosis

penyakit yang terdiagnosis medis secara bersamaan pada individu

yang sama. Penyakit komorbid sangat mempengaruhi lama rawat


31

pasien dirumah sakit dan meningkatkan biaya perawatan yang

dikeluarkan oleh pasien.

3. Hubungan Lama Rawat Inap dengan Kecemasan Keluarga Pasien

Kondisi pasien yang dirawat di ruang intensif akan berpengaruh

terhadap lama hari perawatan pasien itu sendiri. Lama rawat di rumah

sakit digunakan sebagai indikator efisiensi tata laksana. Lama perawatan

pasien di ruang intensif sangat beragam. Berdasarkan grafi k Barber-

Johnson (Standar Internasional) lama klien dirawat yaitu 5 hari rawat.

Lama rawat pasien yang dirawat di ruang intensif berdampak langsung

kepada kualitas hidup pasien dan rasa cemas keluarga, risiko terjadinya di

masa depan, juga kontribusi yang relevan terhadap besarnya pembiayaan

dampak dari perawatan (Amelia dkk, 2020).

Lama perawatan pasien yang dirawat di ruang intensif pada

umumnya lebih dari 5 hari dan datang dalam keadaan yang direncanakan

atau tidak. Keparahan penyakit dan keadaan pasien yang kritis membuat

perawatan pasien di ruang intensif memerlukan waktu yang lama yang

dihubungkan dengan kecemasan. Lama hari rawat akan memberikan

pengaruh terhadap keluarga yang merawat, seperti dapat menimbulkan

perasaan cemas pada keluarga yang sedang dalam perawatan, yang artinya

semakin lama pasien dirawat maka akan semakin meningkat pula

kecemasan anggota keluarga pasien (Saragih, & Suparmi, 2017).

Lama rawat pasien lebih dari 5 hari kemungkinan disebabkan sifat

penyakit yang kronis, muncul komplikasi, dan faktor biaya. Lama rawat
32

yang panjang menunjukkan penyakit cenderung lebih buruk atau sudah

terdapat komplikasi atau memiliki penyakit penyerta lainnya. Pasien

dengan lama rawat yang singkat dapat mengindikasikan beberapa faktor,

yakni memang keadaan pasien yang dapat membaik dalam 24 jam atau

justru sebaliknya meninggal (Saragih, & Suparmi, 2017).

4. Cara Menilai Lama Rawat

Menurut Hosizah & Maryati (2018), perhitungan statistik

pelayanan rawat inap di rumah sakit dikenal dua istilah yang masih sering

rancu dalam cara pencatatan, penghitungan, dan penggunaannya. Dua

istilah tersebut adalah Lama Dirawat (LD) dan Hari Perawatan (HP).

Masing-masing istilah ini memiliki karakteristik cara pencatatan,

penghitungan, dan penggunaan yang berbeda yaitu sebagai berikut :

a. Lama Dirawat (LD)

LD atau LOS menunjukkan berapa hari lamanya seorang pasien

dirawat inap pada satu episode perawatan. Satuan untuk LD adalah

“hari”. Cara menghitung LD yaitu dengan menghitung selisih antara

tanggal pulang (keluar dari RS, hidup maupun mati) dengan tanggal

masuk RS. Dalam hal ini, untuk pasien yang masuk dan keluar pada

hari yang sama LDnya dihitung sebagai 1 hari. Berikut rumus dalam

menghitung LOS, yaitu :

LOS = Tanggal keluarga – Tanggal masuk


33

b. Hari Perawatan (HP)

Jika LD menunjukkan lamanya pasien dirawat (dengan satuan “hari”)

maka HP menunjukkan banyaknya beban merawat pasien dalam suatu

periode. Jadi satuan untuk HP adalah “hari-pasien”. Cara menghitung

HP berbeda dengan cara menghitung LD (seperti telah dijelaskan

terdahulu) maupun menghitung Sensus Harian Rawat Inap (SHRI).

Dalam SHRI, maka angka utama yang dilaporkan adalah jumlah

pasien sisa yang masih dirawat pada saat dilakukan penghitungan /

sensus, sedangkan HP menghitung juga jumlah pasien yang masuk dan

keluar pada hari yang sama meskipun saat dilakukan sensus pasien

tersebut sudah tidak ada lagi.

c. Average Length of Stay (AvLOS)

AvLOS merupakan total lamanya dirawat (termasuk pasien yang

meninggal, tidak termasuk BBL/Bayi Baru Lahir dibagi jumlah pasien

keluar termasuk pasien meninggal, tidak termasuk BBL. Berikut

merupakan rumus dalam menghitung AvLOS yaitu :

AvLOS =

Menurut Keliat dalam Mubarrok dkk (2021), lama rawat adalah

waktu yang dibutuhkan pasien untuk menjalani perawatan di Rumah Sakit

yang dihitung sejak masuk Rumah Sakit hingga pulang dari Rumah Sakit,

baik sembuh maupun meninggal. Berdasarkan standar Rumah Sakit TK.

III Dr. Reksodiwiryo Padang rata-rata lama rawat pasien yaitu:

1) > 4 hari
34

2) < 4 hari

C. Keluarga

1. Pengertian

Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan

melalui pertalian darah, adopsi, atau perkawinan. Keluarga, adalah unit

terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri dan anaknya atau

ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya. Keluarga juga didefinisikan

sebagai suatu ikatan atau persekutuan hidup dasar perkawinan antara orang

dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki

atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak,

baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga

(Friedman, 2015).

2. Fungsi Keluarga

Menurut Friedman dalam Bakri (2017), mengelompokkan fungsi

pokok keluarga dalam lima poin, yaitu :

a. Fungsi reproduksi keluarga, adanya fungsi ini adalah untuk

mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan sebuah keluarga.

b. Fungsi sosial keluarga, ialah fungsi yang mengembangkan dan melatih

anak untuk hidup bersosial sebelum meninggalkan rumah dan

berhubungan dengan orang lain

c. Fungsi afektif keluarga, fungsi ini hanya bisa diperoleh dari dalam

keluarga tidak dari pihak luar. Maka komponen yang diperlukan dalam
35

melaksanakan fungsi afektif yaitu saling mendukung, menghormati,

dan saling asuh.

d. Fungsi ekonomi keluarga, kondisi ekonomi yang stabil akan mampu

menjamin kebutuhan anggota keluarga sehingga mampu menjalankan

peran dan fungsinya dengan baik.

e. Fungsi perawatan keluarga, fungsi ini penting ada untuk

mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap

memiliki produktifitas tinggi.

3. Kebutuhan Keluarga Pasien Kritis

Menurut Azoulay dalam Rosi (2020), Critical Care Family Needs

Intervention (CCFNI) mengemukanakn bahwa kebutuhan keluarga pasien

kritis yaitu :

a. Kebutuhan informasi

Kebutuhan informasi meliputi memperoleh informasi yang

berhubungan dengan kondisi pasien, dapat berbicara dengan dokter,

memiliki orang tertentu yang dapat dihubungi, mengetahui staf rumah

sakit, mengetahui alasan suatu tindakan yang dilakukan, mengetahui

bagaimana pasien dirawat, mengetahui apa yang sedang dilakukan

terhadap pasien, dihubungi pada saat terjadi perubahan kondisi pada

pasien dan diberikan informasi mengenai keagamaan oleh perawat.

b. Kebutuhan dukungan mental


36

Kebutuhan dukungan mental merupakan pertolongan yang

mampu mengatasi kecemasan yang dialami oleh keluarga pasien kritis.

Kebutuhan dukungan mental meliputi: saat pertama kali masuk HCU

mendapatkan penjelasan terkait lingkungan, keluarga dapat

mencurahkan perasaan tentang apa yang terjadi, mendapatkan petunjuk

dari perawat apa yang bisa dilakukan didekat pasien, keluarga

memiliki teman dekat sebagai pemberi dukungan, keluarga memiliki

seseorang yang dapat membantu masalah keuangan, terdapat

kunjungan agama, mendapat keyakinan bahwa staf peduli kepada

pasien, anggota keluarga lain diperbolehkan berkunjung ke ruang

HCU, mempunyai seseorang yang peduli terhadap kesehatan keluarga,

keluarga diperkenankan untuk menangis, keluarga dapat menyendiri

setiap waktu. Pemberian dukungan kepada anggota keluarga pasien

kritis diharapkan perawat dapat membantu keluarga ketika dalam

kondisi cemas. Dukungan staf kesehatan memberikan jawaban

sebenarnya tentang keadaan pasien, dan memberikan harapan bahwa

pasien dirawat untuk memperoleh kesembuhan.

c. Kebutuhan rasa nyaman

Kebutuahn rasa nyaman merupakan kebutuahan yang mampu

menjadikan keluarga pasien kritis merasakan kenyamanan berada di

lingkungan HCU. Kebutuhan tersebut meliputi adanya kamar kecil

yang mudah diakses dan keadanaannya bersih, furniture yang nyaman,

terdapat tempat ibadah, tersedianya telepon dan tempat makan.


37

d. Kebutuhan berada dekat dengan pasien

Kebutuhan berdekatan dengan anggota keluarga pasien kritis

meliputi: berkunjung setiap saat, mencari informasi tentang pasien

minimal sehari sekali, dihubungi pada saat terjadi perubahan kondisi

dengan pasien, diinformasikan tentang rencana pemindahan pasien saat

sedang disiapkan, keluarga dapat membantu perawatan pasien, dan

dapat berbicara dengan perawat yang ada ditempat setiap hari.

e. Kebutuhan akan jaminan kesehatan

Kebutuhan akan jaminan pelayanan bertujuan anggota keluarga

mendapat kepastian terkait adanya penilaian yang realistis.

Kecemasan keluarga Ruang intensif Penyakit Kronis


pasien

Jenis kecemasan : Tanda dan Gejala Kecemasan :


Antisipatif kecemasan Secara fisik (nafas pendek, nadi
Kecemasan sinyal dan tekanan darah naik, mulut
Sifat kecemasan kering, anoreksia,
Keadaan kecemasan diare/konstipasi, gelisah, tremor,
Kecemasan mengambang bebas berkeringat, sulit tidur, dan sakit
kepala)
Faktor-faktor yang mempengaruhi Secara kognitif (cara bicara
kecemasan : berlebihan dan cepat, memiliki
Faktor internal perasaan tidak aman, merasa
Usia menyesal, iritabel, kesedihan
Jenis kelamin mendalam, takut, gugup, suka cita
Pendidikan berlebihan, ketidak berdayaan
Pekerjaan meninggkat secara menetap,
Ekonomi ketidakpastian, kekhawatiran
Pengalaman dirawat meningkat, fokus pada diri
Lama rawat sendiri, perasaan tidak kuat,
Stresor ketakutan, distress, khawatir,
prihatin
D.Mekanisme
Kerangka koping
Teori
Faktor eksternal
Ancaman integritas fisik
Ancaman sistem diri Lama perawatan pasien yang dirawat
Lingkungan di ruang intensif pada umumnya
Informasi datang dalam keadaan yang
Caring perawat direncanakan atau tidak dan
Komunikasi perawat memberikan pengaruh terhadap
keluarga yang merawat, seperti
menimbulkan perasaan cemas pada
keluarga yang sedang dalam
perawatan
38

Sumber : Putra (2021), Herdman dan Kamitsuru (2018), Swarjana (2021), Donsu (2017),
Keliat (2015), Yusuf (2015), Saragih, & Suparmi (2017)

Gambar 2.2
Karangka Teori Penelitian
E. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan suatu uraian dan visualisasi konsep-

konsep serta variabel-variabel yang akan diukur atau diteliti (Notoatmodjo,

2018). Adapun kerangka konsep penelitian ini adalah :


39

Variabel Independen Variabel Dependen

Lama rawat pasien Tingkat kecemasan keluarga


pasien

Gambar 2.3
Kerangka Konsep Penelitian
Hubungan Lama Rawat Inap dengan Tingkat Kecemasan Keluarga
Pasien yang Dirawat di Ruang High Care Unit (HCU)
Rumah Sakit TK. III Dr. Reksodiwiryo Padang
Tahun 2023

F. Definisi Operasional

Tabel 2.1
Definisi Operasional

Definisi Cara Skala


No Variabel Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur Ukur
40

Variabel Dependen
1. Tingkat Perasaan tidak Kuesioner Angket Cemas berat, Ordinal
kecemasan tenang, takut, Hamilton jika skor 25-56
keluarga dan khawatir Anxiety
pasien yang dialami Rating Cemas sedang,
oleh keluarga Scale jika skor 18-24
pasien selama (HARS)
dirawat di Cemas ringan,
ruangan HCU jika skor < 17
Rumah Sakit (Swarjana,
TK. III Dr. 2021)
Reksodiwiryo
Padang

Variabel Independen
2. Lama rawat Waktu yang Kuesioner Angket > 4 hari Nominal
inap pasien dibutuhkan
pasien untuk < 4 hari
menjalani (Rumah Sakit
perawatan di TK. III Dr.
ruang HCU Reksodiwiryo
Rumah Sakit Padang, 2023)
TK. III Dr.
Reksodiwiryo
Padang yang
dihitung sejak
masuk hingga
saat ini, baik
sembuh
maupun
meninggal

G. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, landasan teoritis dan kerangka

konseptual yang ditentukan, maka hipotesis yang akan di uji adalah :

Ha : Terdapat hubungan lama rawat inap dengan tingkat kecemasan

keluarga pasien yang dirawat di Ruang High Care Unit (HCU) Rumah

Sakit TK. III Dr. Reksodiwiryo Padang tahun 2023.


41

Ho : Tidak ada hubungan lama rawat inap dengan tingkat kecemasan

keluarga pasien yang dirawat di Ruang High Care Unit (HCU) Rumah

Sakit TK. III Dr. Reksodiwiryo Padang tahun 2023.


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan cross

sectional yaitu mengukur variabel independen & variabel dependen secara

bersamaan yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel

independen dan variabel dependen (Notoatmodjo, 2018), dimana variabel

independen yaitu lama rawat inap pasien dan variabel dependen yaitu tingkat

kecemasan keluarga pasien.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Ruang High Care Unit (HCU)

Rumah Sakit TK. III Dr. Reksodiwiryo Padang pada bulan bulan Januari –

Agustus 2023.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan

diteliti (Notoatmodjo, 2018). Populasi dalam penelitian ini adalah semua

keluarga pasien yang dirawat di Ruang High Care Unit (HCU) Rumah

Sakit TK. III Dr. Reksodiwiryo Padang pada bulan Januari-Maret 2023

berjumlah 112 orang.

42
43

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang

akan diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo,

2018). Untuk mengetahui jumlah sampel minimal yang diambil sebagai

responden dalam penelitian ini diambil dengan mengggunakan rumus

Slovin :

Ket :

N = Besar populasi

n = Besar sampel

d2 = Presisi yang ditetapkan  0,12 = 0,01

Jadi jumlah sampel didapatkan yaitu :

n = 52,8  53 orang

Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling.

Menurut Sugiyono (2019) purposive sampling yaitu teknik pengambilan

sampel data yang didasarkan pada pertimbangan tertentu yang memenuhi

kriteria sampel, dengan kriteria sampel:

a. Kriteria inklusi:
44

Kriteria inklusi merupakan kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi

oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel

(Notoatmodjo, 2018), dengan kriteria inklusi sampel sebagai berikut :

1) Keluarga pasien yang anggota keluarganya sedang di rawat di

ruangan HCU

2) Keluarga pasien bersedia menjadi responden

3) Keluarga pasien yang bisa baca dan menulis

4) Keluarga pasien yang kooperatif

b. Kriteria eklusi:

Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat

diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2018), yang termasuk kriteria

eksklusi dalam penelitian ini adalah :

1) Penunggu pasien bukan anggota keluarga atau tidak mempunyai

hubungan keluarga dengan pasien.

2) Keluarga pasien yang anggotanya baru dirawat

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data yang didapatkan langsung dari responden dengan cara memberikan

kuesioner langsung kepada responden yang meliputi variabel yang diteliti

(lama rawat dan tingkat kecemasan keluarga pasien) dengan menggunakan

kuesioner HARS dan lembar observasi.

2. Data Sekunder
45

Data yang didapatkan Rumah Sakit Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang,

tentang jumlah pasien yang dirawat di ruangan HCU.

E. Teknik Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo (2018), dalam teknik pengolahan data terdapat

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Pemeriksaan Data (editing)

Merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian kuesioner,

apakah lengkap jawaban pertanyaan masing-masing kuesioner.

2. Pengkodean data (coding)

Setelah semua kuesioner di edit atau di sunting selanjutnya dilakukan

pengkodean atau coding yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau

huruf menjadi data angka atau bilangan.

a. Tingkat kecemasan keluarga pasien

Cemas berat diberi kode 0

Cemas sedang diberi kode 1

Cemas ringan diberi kode 2

b. Lama rawat pasien

> 4 hari diberi kode 0

< 4 hari diberi kode 1

3. Memasukkan Data (entry)

Merupakan kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam

master tabel atau database komputer.

4. Pembersihan Data (cleaning)


46

Setelah data diolah lalu diperiksa kembali guna memastikan tidak ada lagi

kesalahan yang terjadi pada data tersebut.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data diolah dengan sistem komputerisasi, kemudian dilakukan

analisis dengan menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat.

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan dengan cara statistik deskriptif berupa

distribusi frekuensi dan presentase dari seluruh variabel yang diteliti.

Tujuan dari analisis ini adalah untuk menjelaskan karakteristik masing-

masing variabel yang diteliti (Notoatmodjo, 2018), yaitu variabel

independen (lama rawat inap pasien) dan variabel dependen (tingkat

kecemasan keluarga pasien).

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan dengan komputerisasi yaitu untuk

mengetahui ada tidaknya hubungan variabel independen dan variabel

dependen, dengan menggunakan uji statistik Chi-Square, dengan derajat

kemaknaan 95% (α = 0,05). Jika p value < 0,05 berarti Ho ditolak dan Ha

diterima ini berarti ada hubungan yang bermakna antara variabel

independen dengan variabel dependen, tapi jika p value > 0,05 berarti

tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel independen dan

variabel dependen.
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, W,R. (2020). Hubungan Caring Perawat dengan Tingkat Kecemasan


Keluarga Pasien Koma di Ruang Intensif RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro
Sragen. Jurnal Ilmiah Media Husada, 9(1), 21-27.
https://doi.org/10.33475/jikmh.v9i1.212

Amelia, N,V, dkk. (2020). Hubungan Lama Hari Rawat dengan Tingkat
Kecemasan Keluarga Pasien di Ruang ICCU RSUD Ulin Banjarmasin.
JPPNI, 05(02), 74-81. http://dx.doi.org/10.32419/jppni.v5i2.212

Badra, W & Susantie, G. (2018). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien terhadap Pelayanan Keperawatan pada
Pasien yang Dirawat di Ruangan Intensif Care Unit (ICU) RSUD Sele Be
Solu Kota Sorong. Nursing Arts, 10(1), 11-22.
https://doi.org/10.36741/jna.v11i1.15

Bakri, M. 2017. Manajeman Keperawatan “Konsep dan Aplikasi dalam Praktik


Keperawatan Profesional”. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Beesley, S, et al., (2018). Acute Physiologic Stress and Subsequent Anxiety


Among Family Members of ICU Patients. Critical Care Medicine Journal,
46(2), 229-235. http://dx.doi.org/10.1097/CCM.0000000000002835

Darmayanti, R. (2022). Gambaran Tingkat Kecemasan Pasien CAD Sebelum


Tindakan Katerisasi Jantung di Ruang Intermediate. Jurnal Keperawatan
BSI, 10(1), 130-137. https://ejurnal.ars.ac.id/index.php/keperawatan/index

Donsu. (2017). Psikologi Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Baru Pres

Friedman, M. (2015). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori, Praktik.


Jakarta: EGC

Hariyono. (2021). Peningkatan Kualitas Hidup Pasien Panyakit Jantung Koroner


Dengan Self Regulatory Intervention. Jombang: ICME Press

Harlina & Aiyub. (2018). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kecemasan


Keluarga Pasien yang Dirawat di Unit Perawatan Kritis Rumah Sakit
Daerah Meuraxa Banda Aceh. JIM Fkep, III(3), 184-192

Hawari. (2016). Manajemen Stres, Cemas dan Depresi. Jakarta: FKUI

Herdman dan Kamitsuru. (2018). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi


Edisi 10. Jakarta: EGC
Hosizah & Yati, M. (2018). Sistem Informasi Kesehatan II Statistik pelayanan
Kesehatan. Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi Kesehatan. Jakarta:
Salemba Medika

Karima, A & Setyorini, Y. (2017). Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Lama


Hari Rawat Pada Pasien Akut Miokard Infark (AMI) di Ruang ICVCU
RSUD DR. Moewardi Surakarta. Jurnal Keperawatan Global, 2(01), 21-28.
https://doi.org/10.37341/jkg.v2i1.28

Keliat. (2015). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN (basic course).


Jakarta: EGC

Kristiani, R,B & Dini, A. (2017). Komunikasi Terapeutik dengan Tingkat


Kecemasan Keluarga Pasien di Intensive Care Unit (ICU) RS Adi Husada
Kapasari Surabaya. Adi Husada Nursing Journal, 3(2), 71-75.
https://doi.org/10.37036/ahnj.v2i2.60

Mubarrok, F, dkk. (2021). Hubungan Lama Rawat dengan Tingkat Kecemasan


Keluarga Pasien di Ruang HCU Teratai di RSUD Bangil. Jurnal
Keperawatan, 1(1), 1-8.

Muliani, R. (2020). Pengaruh Komunikasi Terapeutik Perawat terhadap Tingkat


Kecemasan Keluarga Pasien di Ruang Perawatan Intensif Rumah Sakit
Daerah Majalaya. Health Information Jurnal Penelitian, 12(1), 63-75.
https://doi.org/10.36990/hijp.vi.190

Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Putra, A. (2021). Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Tingkat


Kecemasan Keluarga Pasien di Ruang Intensive Care Unit. Skripsi.
Universitas dr. Soebandi

Rahayu, S. (2021). Tinjauan Length of Stay (Lama Rawat) Pasien Strok di Rumah
Sakit. Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Panakkukang Makassar

Rosi, F. (2020). Hubungan Efikasi Diri dengan Kecemasan Keluarga Pasien di


Ruang Perawatan Intensif Rumah Sakit Jember Klinik. Skripsi. Universitas
Jember

Rosidawati, I & Hodijah, S. (2019). Hubungan Antara Lama Rawat dengan


Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien di Ruang Intensive Care Unit RSUD
DR Soekardjo Kota Tasikmalaya. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah
Bengkulu, 07(01), 33-38. https://doi.org/10.36085/jkmu.v7i1.308
Rumah Sakit TK. III Dr. Reksodiwiryo Padang. 2023. Angka Kejadian Penyakit
di ruangan HCU dan ICU Rumah Sakit TK. III Dr. Reksodiwiryo Padang
Tahun 2022

Saragih dan Suparmi. (2017). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat


Kecemasan Pasien yang Dirawat di Ruang ICU/ICCU RS Husada Jakarta.
KOSALA, 5(1), 61-69. https://doi.org/10.37831/jik.v5i1.119

Siti, N. (2019). Hubungan Lama Rawat dan Status Pasien Kritis dengan Koping
Keluarga Di Ruang ICU RSUD Sele Be Solu Kota Sorong. Jurnal Inovasi
Kesehatan, 1(1), 44-49. https://doi.org/10.37063/antaraperawat.v1i1.57

Stuart dan Sundeen. (2016). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Sudarsih. (2022). Hubungan Pemberian Informasi Penyakit Jantung Terhadap


Kecemasan Keluarga Pasien di Ruang ICU Rumah Sakit Mardi Rahayu
Kudus. Journal of TSCS1Kep, 7(1), 23-36.
http://ejournal.annurpurwodadi.ac.id/index.php/TSCS1Kep

Swarjana, K. (2021). Konsep Pengetahuan, Sikap, Perilaku, Persepsi, Stres,


Kecemasan, Nyeri, Dukungan Sosial, Kepatuhan, Motivasi, Kepuasan,
Pendemi Covid-19, Akses Pelayanan Kesehatan.Yogyakarta: ANDI

Widiyanti, P. (2020). Hubungan Persepsi terhadap Dukungan Keluarga dengan


Tingkat Kecemasan Penderita Penyakit Jantung di Poli Jantung di RSUD
Tugurejo. Jurnal Empati, 9(2), 28-34.
https://doi.org/10.14710/empati.2020.27697

Yusuf. (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika


Lampiran 1

PERMOHONAN KEPADA RESPONDEN

Kepada Yth,
Responden
Di
Tempat

Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, mahasiswi STIKes Alifah Padang
Nama : Pramita Dewi
NIM : 1914201029
Program Studi : S1 Keperawatan
Alamat : Padang
Akan melaksanakan penelitian dengan judul “Hubungan Lama Rawat Inap
dengan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien yang Dirawat di Ruang High Care
Unit (HCU) Rumah Sakit TK. III Dr. Reksodiwiryo Padang tahun 2023”.
Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat buruk bagi Bapak/Ibu sebagai
responden. Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya
digunakan untuk keperluan penelitian.
Apabila Bapak/Ibu menyetujui untuk menjadi responden, maka dengan ini
saya mohon kesediaan Bapak/Ibu menandatangani lembaran persetujuan dan
menjawab pertanyaan yang saya ajukan dalam lembar kuesioner.
Atas kesedian Bapak/Ibu menjadi responden saya ucapkan terima kasih.

Padang, April 2023

Pramita Dewi
Lampiran 2

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Alamat :

Setelah membaca dan dijelaskan maksud dari penelitian, saya bersedia


menjadi responden dalam penelitian yang akan dilakukan oleh saudari “Pramita
Dewi” mahasiswi STIKes Alifah Padang dengan judul “Hubungan Lama Rawat
Inap dengan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien yang Dirawat di Ruang High
Care Unit (HCU) Rumah Sakit TK. III Dr. Reksodiwiryo Padang tahun 2023”.
Saya menyadari bahwa penelitian ini tidak akan berakibat negatif terhadap
saya, sehingga jawaban yang saya berikan adalah yang benarnya dan kerahasiaa
akan dijaga.
Demikian persetujuan ini saya tanda tangani dengan suka rela tanpa ada
paksaan pihak lain.

Padang, April 2023


Responden

( )
Lampiran 3

KISI-KISI KUESIONER

Jumlah
No. Variabel Aspek yang dinilai Item
Item

1. Lama rawat inap Lama rawat pasien di B 1


pasien ruang HCU selama
penelitian

2. Tingkat kecemasan Kondisi keluarga pasien 1, 2, 3, 4, 5, 14


keluarga pasien yang menyangkut 6, 7, 8, 9, 10,
kekhawatiran dan 11, 12, 13,
kecemasan sesuai 14
dengan gejala menurut
skala HARS
Lampiran 4

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN LAMA RAWAT INAP DENGAN TINGKAT KECEMASAN


KELUARGA PASIEN YANG DIRAWAT DI RUANG HIGH CARE
UNIT (HCU) RUMAH SAKIT TK. III DR. REKSODIWIRYO
PADANG TAHUN 2023

A. Identitas Responden
No. Responden :
Inisial Responden :
Jenis Kelamin : Laki-Laki Perempuan
Pendidikan terakhir : Tidak Sekolah SD
SMP SMA
D3 S1

Pekerjaan : Tidak Bekerja IRT


Wiraswasta Swasta
PNS Lainnya

B. Lama Rawat Pasien


Tanggal masuk ruangan :
Lama rawat sampai saat ini : < 4 hari > 4 hari
C. Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien
Berilah tanda checklis (√) bila terdapat gejala yang terjadi pada Bapak/ibu.
Tingkat kecemasan menurut Hamilan Anxiety Rating Scale (HARS). Cara
penilain kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan kategori :
Keterangan :
0 = tidak ada gejala
Kecemasan berat, jika skor 25-56
1 = ringan (mild)
Kecemasan sedang, jika skor 18-24
2 = sedang (moderate)
Kecemasan ringan, jika skor < 17
3 = berat (severe)
4 = sangat berat (very severe)
Skor
No. Pernyataan
0 1 2 3 4
1. Perasaan cemas (merasa khawatir, firasat
buruk, takut akan pikiran sendiri, cepat marah,
mudah tersinggung)
2. Ketegangan (merasa tegang, merasa lelah,
respons yang mengejutkan, mudah meneteskan
air mata, merasa gemetar, merasa gelisah, tidak
mampu untuk bersantai)
3. Ketakutan (takut terhadap gelap, takut terhadap
orang asing, takut ditinggalkan sendirian, takut
pada hewan, takut pada keramaian lalu lintas,
takut pada kerumunan orang banyak)
4. Insomnia (kesulitan tidur, tidur tidak
memuaskan, merasa lelah saat bangun, mimpi
buruk, terbangun tengah malam)
5. Intelektual (sulit berkosentrasi, sulit
mengingat)
6. Perasaan depresi (kehilangan minat, kurangnya
kesenangan dalam hobi, perasaan sedih, sering
terbangun dini hari saat tidur malam)
7. Gejala somatik (otot) (nyeri atau sakit otot,
kedutan, otot terasa kaku, gigi gemertak, suara
tidak stabil, tonus otot meningkat)
8. Somatik (sensorik) (telinga terasa berdenging,
penglihatan kabur, muka memerah, perasaan
lemah, sensasi ditusuk-tusuk)
9. Gejala kardiovaskuler (takikardi, palpitasi,
nyeri dada, denyut nadi meningkat, perasaan
lemas/lesu, seperti mau pingsan, denyut
jantung serasa berhenti sekejap)
10. Gejala pernafasan (nafas terasa sesak/dada
terasa ditekan, perasaan tercekik, sering
menarik nafas dalam, nafas pendek/tersengal-
sengal)
11. Gejala gastrointestinal (kesulitan menelan,
nyeri perut perut terasa kembung, sensasi
terbakar, perut terasa penuh, merasa mual,
muntah, sukar buang air besar, kehilangan
berat badan, konstipasi)
12. Gejala genitourinary (frekeunsi berkemih
meningkat, tidak dapat menahan air seni, tidak
datang bulan, darah haid lebih banyak dari
biasanya, gairah sex menurun, ejakulasi dini,
kehilangan libido, impotensi)
13. Gejala otonom (mulut kering, muka memerah,
muka pucat, sering berkeringat, merasa pusing,
kepala terasa berat, merasa tegang rambut
terasa menegang)
14. Tingkah laku (gelisah, tidak tenang/sering
mondar-mandir, tangan gemetar, alis berkerut,
wajah tegang, sering mendesah atau pernafasan
cepat, wajah pucat, sering menelan ludah, dll)
Sumber : Swarjana (2021)

Anda mungkin juga menyukai