Oleh
Ratih Mayurista
1914201130
Menyatakan bahwa saya tidak melakukan plagiat dalam penulisan usulan skripsi
saya yang berjudul:
“Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kemampuan Kebersihan Diri Pada
Anak Retardasi Mental Di SLB Wacana Asih Padang Tahun 2023”
Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, dalam
penulisan usulan skripsi ini, maka saya akan menerima sanksi yang telah
ditetapkan.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Ratih Mayurista
i
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Nim : 1914201130
Alifah Padang.
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua STIKes Alifah Padang
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayat-Nya, shalawat beriringan salam kepada jujungan kita Nabi
proposal ini, peneliti telah banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan serta
dukungan dari berbagai pihak, dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terima
kasih kepada:
3. Ibu Ns. Ledia Restipa, M.Kep, selaku Ka. Prodi Keperawatan STIKes
Alifah Padang.
iii
5. Seluruh staf dan dosen pengajar di STIKes Alifah Padang yang telah banyak
6. Teristimewa untuk kedua orang tua, kakak-kakak, serta keluarga besar dan
persatu.
karena keterbatasan ilmu peneliti. Peneliti mengharapkan kritik dan saran demi
Peneliti
iv
DAFTAR ISI
v
DAFTAR TABEL
No Tabel Halaman
Tabel 2.1 Definisi Operasional.......................................................................39
vi
DAFTAR GAMBAR
No Gambar Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Teori..............................................................................37
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran
1. Surat Izin Pengambilan Data Awal Dari STIkes Alifah Padang
2. Surat Izin Pengambilan Data Dari Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Barat
3. Lembar Kuesioner
4. Lembar Konsul
5. Lembar Daftar Matrik Perbaikan
6. Gantt chart
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dimana perkembangan mental terhenti atau tidak lengkap, ditandai oleh adanya
motorik, serta sosial, retardasi mental dapat terjadi disertai atau tanpa adanya
gangguan mental atau fisik lainnya (Anam & Nohan, 2017). Penderita retardasi
dukungan keluarga dan pihak orang tua untuk memberikan dukungan supaya
anak retardasi mental menimbulkan berbagai reaksi pada orang tua mereka.
Ada orang tua yang mengucilkan anaknya dan tidak mau mengakui anak yang
mengalami retardasi mental, tetapi ada pula orang tua yang berusaha
1
memberikan perhatian lebih baik kepada anaknya dengan mencari bantuan
secara fisik antara lain: seperti penampilan fisik yang tidak seimbang atau
dialami membuat anak tidak mampu mengurus diri sendiri dan memenuhi
Amerika sekitar 1-3% , berarti 2,5 juta orang di Amerika mengalami cacat
2
mental. Sedangkan di Indoneia yang menyandang keterbelakangan mental
adalah 62.011 orang. Perbandingan 60% diderita anak laki-laki dan 40%
Indonesia berjumlah 139.252 orang dengan total 84.144 laki-laki dan 55.108
dengan jumlah 6.692 orang, dimana jumlah laki-laki sebanyak 4.217 dan 2.475
yaitu 1.468 orang, dimana jumlah siswa laki-laki adalah 929 539 orang dan
dilaksanakan oleh badan pusat statistic (BPS) tahun 2018, persentase anak
penyandang tunagrahita usia 2-17 tahun di Indonesia adalah 0,38% dari total
jumlah penduduk Indonesia pada usia tersebut (Kemen PPPA dan BPS, 2019).
kota Padang berjumlah 782 anak (Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Barat,
2021).
jumlah penduduk Indonesia mengalami retardasi mental atau sekitar 6,6 juta
jiwa, dari jumlah tersebut anak yang terkena retardasi mental berat sebanyak
3
2,8%, retardasi mental cukup berat sebanyak 2,6%, dan anak retardasi mental
ringan atau lemah pikiran sebanyak 3,5% dan sisanya anak dungu 2,5%
(Kemenkes RI, 2017). Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Sosial
Provinsi Sumatera Barat (2017) tercatat 10.390 orang cacat mental, yang terdiri
dari 5.872 orang retardasi mental, 2.031 orang eks psikotik dan 2.487 orang
cacat mental ganda. Di Kota Padang tercatat sebanyak 2.084 orang yang cacat
mental, 797 orang diantaranya retardasi mental ringan dan sedang, 270 orang
eks psikotk, dan 1.017 mengalami cacat mental ganda (Kadim, 2017).
meliputi: aspek kecerdasan, sosial, dan fungsi mental (WHO, 2017). Faktor
anak keterbelakangan mental yaitu faktor genetik, masalah pada sel tubuh bayi
menentukan bagaimana bayi akan tumbuh dan berkembang. Gen ini diturunkan
dari kedua orang tua, sehingga bayi dapat menerima gen abnormal atau gen
selama kehamilan juga dapat menyebabkan masalah bagi bayi. Ibu yang
merusak perkembangan otak bayi, maka faktor saat melahirkan seperti bayi
tidak mendapatkan cukup oksigen, bayi lahir prematur, dan bayi mengalami
ketergantungan anak pada orang tuanya sehingga orang tua akan merasa lebih
4
terbebani dan kelelahan dalam proses pengasuhan anak serta lebih rentan
terhadap tekanan psikologis. Depresi yang dialami orang tua disebabkan oleh
tanggung jawab yang tidak terbatas, rasa malu yang dialami keluarga dengan
kondisi anaknya dan juga efek dari stigmatisasi. dari masyarakat. yang akan
berdampak pada kehidupan, emosi, pikiran, dan perilaku keluarga, dalam hal
dengan retardasi mental, agar anak mampu mengurus diri sendiri, sehingga
anak tidak menjadi beban bagi orang lain, selain itu kemampuan merawat diri
dapat menumbuhkan rasa percaya diri pada anak, menghilangkan harga diri
sehingga pada akhirnya anak akan memiliki kepribadian yang kuat dan mampu
status personal hygiene kurang bisa disebabkan oleh masih banyak orang tua
maupun masyarakat sekitar yang kurang terlalu terlibat dalam kegiatan anak,
tidak melatih anak untuk bisa melakukan tugas sesuai dengan kemampuan
yang dimilikinya, kurangnya arahan yang diberikan oleh orang tua serta
lain.
faktor internal dan eksternal. Faktor internal individu adalah citra tubuh,
5
pengetahuan, dan kondisi fisik. Sedangkan faktor eksternal yaitu kondisi status
ekonomi individu maupun keluarga, serta praktik sosial dan budaya yang
dianut oleh individu maupun yang berlaku dalam masyarakat sekitarnya. Hasil
mental kurang mandiri seperti mandi, berpakaian, dan toileting yaitu sebanyak
kurang mampu merawat diri seperti mandi, berpakaian, dan tolieting sebanyak
seperti mandi, berpakaian, dan toileting, kemudian hanya 38,4% yang mampu
mandiri, oleh karena itu anak yang mengalami retardasi mental keluarga sangat
merawat diri, sikap dan perilaku anak tersebut (Nuraini, 2016). Pada anak
anak retardasi mental yaitu faktor genetik, adanya masalah pada sel-sel tubuh
bayi yang menentukan bagaimana bayi akan tumbuh dan berkembang. Gen ini
diwariskan dari kedua orang tuanya, sehingga bayi mungkin menerima gen
yang tidak normal ataupun gen yang mungkin dapat berubah pada saat bayi
6
Dukungan keluarga adalah dengan membimbing dan selalu mengajarkan
anak dalam upaya untuk dapat melakukan setiap aktivitas sehari-hari secara
kebersihan diri anak merupakan salah satu hal penting untuk didapatkan oleh
anak, terutama pada anak retardasi mental karena keluarga merupakan pihak
yang selalu berada didekat anak-anak retardasi mental akan sangat tergantung
pada peran serta dan dukungan penuh dari keluarga (Syukrianti, 2018).
Penelitian Kurnia ,(2019) tentang tingkat stress pada ibu yang memiliki
anak retardasi mental di SLB Bandar lampung ditemukan sampel sebanyak 122
memiliki tingkat stres ringan yaitu sebanyak 114 orang dengan presentase
(93,4%). Keluarga dengan anak retardasi mental akan mengalami stres yang
disebabkan oleh variabel anak berkebutuhan khusus (seperti usia, jenis kelamin
kelas sosial, pendapatan keluarga dan domisili); dan strategi koping keluarga
(seperti penerimaan diagnosis anak dan persepsi stigma yang terkait dengan
7
gangguan anak). Anak retardasi mental cenderung memiliki kelemahan dalam
Anak retardasi mental mempunyai ciri- ciri yang khas, secara fisik
Hambatan yang dialami oleh anak retardasi mental membuat anak tidak
(Uswatun, 2015).
gigi dan mulut, kulit, tangan dan kaki, genitalia dan pakaian. Masalah personal
hygiene yang sering di alami oleh anak reterdasi mental seperti tidak mencuci
tangan sebelum makan, mencebok setelah BAB dan BAK, kurang bersihnya di
bagian kuku tangan dan adanya bau badan, sehingga anak tunagrahita masih
8
dibantu dan di didampingi oleh orang tuanya. Jika tidak ada orang tua anak
dengan retardasi mental, agar anak mampu mengurus diri sendiri, sehingga
anak tidak menjadi beban bagi orang lain, selain itu kemampuan merawat diri
dapat menumbuhkan rasa percaya diri pada anak, menghilangkan harga diri
sehingga pada akhirnya anak akan memiliki kepribadian yang kuat dan mampu
tidak mampu dalam melakukan kebersihan diri secara mandiri maka akan
personal hygiene.
(66.8 %) anak tunagrahita telah mandiri dalam memenuhi personal hygiene dan
9
rambut, menyikat gigi, memotong kuku, membersihkan perianal setelah BAB.
Hal tersebut dilakukan keluarga karena kondisi badan, mulut dan gigi atau
personal hygiene dilakukan oleh orang tua disesuaikan dengan kondisi anak
maupun orangtua.
72,5% dari anak retardasi mental tidak mendapatkan dukungan dari keluarga
mental dukungan rendah 68,2%, dukungan cukup 11,4% dan dukungan baik
dengan kemandirian anak reterdasi mental diperoleh data dari 24 anak yang
sebagainya, maka orang tersebut akan merasa ada yang mendukung dan dapat
didapatkan rekapitulasi data sekolah luar biasa terdapat 148 SLB di Sumatera
Barat, kota Padang merupakan jumlah terbanyak siswa SLB yaitu 1466 dari 39
10
SLB. Siswa dengan retardasi ,mental merupakan jumlah paling banyak
dibandingkan dengan jenis kecacatan lain. Dari 39 SLB di Kota Padang SLB
yang memiliki siswa terbanyak adalah SLB Wacana Asih yang berjumlah 40
banyak anak retardasi mental yang masih kurang mampu dalam melakukan
kebersihan diri. Hal ini disebabkan oleh dukungan keluarga yang tidak efektif,
B. Rumusan Masalah
Keluarga Dengan Perawatan Pada Diri Anak Retardasi Mental di SLB Wacana
Asih 2023.’’
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
11
b. Diketahui distribusi frekuensi kemampuan kebersihan diri pada anak
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Keluarga
baik bagi anak khususnya dengan retardasi mental, sehingga anak mampu
2. Bagi Instansi
mental.
3. Bagi Peneliti
terhadap kebersihan diri pada anak retardasi mental. Melalui penelitian ini
kuesioner untuk melihat sejauh mana kebersihan diri pada anak retardasi
12
E. Ruang Lingkup
kemampuan kebersihan diri pada anak retardasi mental di SLB Wacana Asih
Padang Tahun 2023, variabel independen pada ini adalah dukungan keluarga,
sedangkan variabel dependen yaitu kebersihan diri. Desain dalam penelitian ini
adalah Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Retardasi Mental
Menurut Ganda (2015) anak retardasi mental adalah anak yang secara
gen yang tidak normal atau gen mungkin berubah saat bayi berkembang.
tertentu saat hamil juga dapat menyebabkan masalah bagi bayi. Ibu yang
14
d. Bayi lahir terlalu dini
disabilitas intelektual pada setiap titik selama hidup. Beberapa cacat ini
mengalami hambatan dalam tingkah laku dan penyesuaian diri. Semua itu
besar/kecil.
dirinya sendiri.
f. Hipersaliva
15
b. Ketidakmampuan dalam berperilaku adaptif dan bersosial, hambatan
sebagai berikut:
terbatas.
16
5. Manifestasi Klinis
bimbingan dari orang tua dalam pembelajaran yang menyesuaikan pola pikir
dan batas kemampuan yang dimiliki oleh anak retardasi mental (Susy,
Yunianti 2016).
dengan baik.
17
d. Membantu anak dalam mencapai taraf kemandirian dan kebahagiaan
a. Tatalaksana Medis
acid (GABA).
18
c. Psikoterapi
d. Konseling
e. Pendidikan
mental.
3) Panti khusus
19
B. Kebersihan Diri Anak Retardasi Mental
mental tampak kurang menarik. Perawatan diri (self care) merupakan suatu
(Potter & Perry, 2005). Sedangkan (Self care) menurut Constance, &
dalam keadaan sehat maupun sakit yang dilakukan oleh individu itu sendiri.
macam yaitu:
b. Kebersihan mata
c. Kebersihan hidung
d. Kebersihan telinga
f. Kebersihan genetalia
20
3. Tujuan Kebersihan Diri
sebagai berikut:
d. Menciptakan keindahan
d. Agar anak mempunyai rasa percaya diri karena telah mampu mengurus
dan kesehatan diri seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya (Potter
21
a. Kebersihan kulit.
1) Mandi
Mandi sebaiknya dua kali sehari yaitu pagi dan sore dengan
a) Membersihkan kulit
dan sel kulit yang mati, yang meminimalkan iritasi kulit dan
b) Stimulasi sirkulasi
dan kenyamanan.
22
d) Pengurangan bau badan
meminimalkan bau.
sendi.
2) mencuci tangan
sementara. Cuci tangan dengan sabun biasa dan air sama efektifnya
adalah :
23
b. Kebersihan kaki dan kuku.
c. Kebersihan rambut.
teratur dua hari sekali atau sesuai kebutuhan, serta menggunakan sampo
nyamanan yang dihasilkan dari bau dan rasa yang tidak nyaman.
Menggosok gigi sebaiknya dilakukan dua kali sehari, pada waktu pagi
dan malam, menggosok gigi pada malam hari sangat penting karena
frekuensi bakteri pada rongga mulut dua kali lebih banyak dibandingkan
dan tartar diantara gigi untuk mengurangi inflamasi gusi dari infeksi.
24
e. Kebersihan dan ketrampilan pakaiannya.
cottonbud
diantaranya adalah perilaku dimana anak saat setelah buang air kecil dan
besar.
Ya : 1
Tidak : 0
X 100 %
Keterangan :
P : Prosentase
f : Jumlah jawaban
25
Setelah diketahui hasil prosentase dari perhitungan kemudian
Retardasi Mental
yang terjadi sepanjang kehidupan, jenis dan sifat dukungan berbeda dalam
memecahkan masalah.
26
penguasaan terhadap emosi. Dukungan social merupakan hadirnya orang-
dan menunjukkan jalan keluar ketika individu mengalami masalah dan pada
mencapai tujuan.
peneliti oleh Dwiyanti Purbasari (2020) dengan judul dukungan pola asuh
Kebersihan diri sangat perlu di ajarkan dan dilatih, hal ini dikarenakan
perawatan diri tidak muncul secara tiba-tiba. Ada beberapa faktor yang
internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari fisiologis dan
27
cinta dan kasih sayang, pola asuh, dukungan keluarga, dan
menurut Potter dan Perry (2006) Kebersihan kulit, Kebersihan kaki dan
alat kelamin.
C. Dukungan Keluarga
1. Pengertian Dukungan
atau semangat dan nasihat kepada orang lain dalam situasi membuat
2. Pengertian Keluarga
perkawinan antar orang dewasa yang berlawanan jenis yang hidup bersama
atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendiri dengan
atau anak, baik anaknya sendiri atau adopsi dan tinggal dalam sebuah rumah
merupakan dua atau lebih dari dua individu yang tergantung karena
dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain didalam perannya
28
3. Pengertian Dukungan Keluarga
fungsi atau tugas keluarga dalam aspek kesehatan (Menurut House 1985
terhadap penderita.
4. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
b. Fungsi Sosialisasi
29
c. Fungsi Kesehatan
d. Fungsi Ekonomi
bagi keluarga.
tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usia yang terlalu
muda.
30
e. Mempertahankan hubungan timbale balik antara keluarga dan kesehatan
a. Dukungan emosioanal
empati. Dukungan emosional ini juga dipengaruhi oleh orang lain yang
b. Dukungan penghargaan
ide-ide dari anggota keluarga dengan baik. Dukungan ini juga sebagai
c. Dukungan instrumental
31
dan fungsi ekonomi keluarga terhadap keluarga yang sakit (Friedman,
2014).
d. Dukungan informasi
(dukungan sosial melindungi invidu terhadap efek negative dari stress) dan
angka mortalitas, lebih mudah sembuh dari sakit, fungsi kognitif, fisik dan
32
8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga
keluarga, yaitu :
a. Faktor Internal
1) Tahap Perkembangan
dan perkembangan mulai dari bayi sampai lanjut usia yang memiliki
3) Faktor Emosi
tidak dapat mengontrol stress yang dialami akan merespon emosi yang
33
melakukan koping emosional akan mengancam kesembuhan penderita
tunagrahita.
4) Spiritual
b. Faktor Eksternal
1) Praktik di Keluarga
2) Faktor Sosio-ekonomi
34
tanggap dalam kesehatannya karena memikirkan keuangan yang tidak
yaitu:
35
Rumus
X ≥ Mean = Mendukung
36
D. Kerangka Teori
Retardasi Mental
37
E. Kerangka Konsep Penelitian
melalui sebuah proses penelitian. Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu
perawatan diri pada anak retardasi mental. Berdasarkan teori yang telah
adalah berikut :
38
F. Defenisi Operasional
39
G. Hipotesis Penelitian
atau lebih variable yang diharapkan biasa menjawab suatu pernyataan dalam
40
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah orang tua/keluarga anak retardasi mental
2. Sampel
41
Dana P.Turner (2020) purposive sampling adalah teknik pengambilan
Keterangan :
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
(0,1)
n = 23
42
Kriteria inklusi adalah kreteria dimana subjek penelitian dapat
menjadi responden.
a. Kriteria eksklusi
2) Anak retardasi mental umur kurang dari 6 tahun, atau lebih dari 12
tahun
maupun tulisan.
1. Data
a. Data primer
43
kuesioner dengan cara memberi tanda ceklis pada jawaban yang sesuai
b. Data sekunder
pendidikan provinsi Kota Padang, SLB Wacana Asih Padang dan lain-
lain.
sebagai berikut :
Padang
44
d. Peneliti memilih sampel dengan metode porposive sampling, dengan
e. Peneliti dibantu oleh tim enumerator yang terdiri dari lima orang.
enumerator.
responden
tim survei membagi tugas untuk mengamati anak retardasi mental selama
mental
45
n. Setelah pengumpulan data selesai, peneliti dan tim enumerator
mengucapkan terimakasih.
o. Setelah itu data di cocokan atau dipasangkan antara data anak dan
untuk melihat apakah kuesioner diisi secara lengkap atau tidak, untuk
melihat jawaban dari responden jelas atau tidak, untuk melihat apakah
2. Coding
menjadi data angka atau bilangan. Coding atau pemberian kode ini sangat
Data yang didapatkan dari responden berupa jawaban dalam bentuk kode
46
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan program SPSS untuk entri
data.
Setelah semua data dari setiap sumber data atau responden selesai
missing data (data yang hilang), dan untuk mengetahui variasi data.
1. Analisis Univariat
a. Dukungan Keluarga
47
b. Kebersihan diri
1) Mandiri
2) Dibantu sebagian
3) Dibantu total
2. Analisis Bivariat
Chi Square dengan tingkat kepercayaan 95%, Maka ada hubungan antara
48
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, S. K. (2014). Ilmu keperawatan Dasar. (R. Sajono, Ed.) (1st ed.).
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Dewi, V. K., & Banjarmasin, P. K. (2017). Hubungan Pola Asuh Orang Tua
Dengan Tingkat Kemandirian Anak Retardasi Mental Ringan, 4-No 1, 21–
25. Retrieved from
https://ojs.uniska-bjm.ac.id/index.php/ANN/article/view/1015
Fithria. (2016). Peran Keluarga Dengan Anak Retardasi Mental Di SDLB Negeri
Labui Banda Aceh Tahun 2011. Retrieved from
http://jurnal.unsyiah.ac.id/INJ/article/view/1580
Indriyani, D., & Asmudi. (2014). Buku ajar keperawatan keluarga. Yogyakarta:
Ar- Ruzz.
Iswanti, D. I., Agusman, F., Mendrofa, M., & Semarang, K. (2019). Hubungan
Dukungan Keluarga Terhadap Tingkat Kemandirian Anak Retardasi
Mental. Jurnal Keperawtan, 11(2), 87–92.
Jensen, S., Constance, H., & Craven, R. (2013). Fundamentals Of Nursing Human
Health And Function (7th ed.). United States: Elsevier Inc.