Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF HOLISTIK PADA


REMAJA DENGAN ANEMIA

Diajukan sebagai syarat untuk menyelesaikan


Stase Remaja Praktik Profesi Bidan

Disusun Oleh:
EKA LILI MAYASARI
NIM. P07224422185

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALIMANTAN TIMUR

JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN PROFESI

2023
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA USIA 15 TAHUN DENGAN ANEMIA DI


POLI KANDUNGAN UPTD. PUSKESMAS TANJUNG PALAS KABUPATEN
BULUNGAN

Disetujui di Bulungan, November 2023

Mahasiswa

Eka Lili Mayasari


NIM. P07224422185

Mengetahui,
Dosen Pembimbing Institusi Preceptor lahan

Faridah, M.Keb Siti Rohma Indah, SST


NIP. NIP.

ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Eka Lili Mayasari

Nim : P07224422185

Program Studi: Pendidikan Profesi Bidan Jurusan kebidanan Poltekes Kemenkes


Kaltim

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Laporan Komprehensif yang saya


tulis ini benar - benar hasil karya sendiri, bukan merupakan tulisan atau pikiran
orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa laporan ini adalah hasil
plagiarism/jiplakan atau mengcopy hasil orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi sesuai aturan yang sudah ditentukan dalam buku panduan atas perbuatan
tersebut

Bulungan,
Mahasiswa

Eka Lili Mayasari


NIM. P07224422185

KATA PENGANTAR

iii
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Asuhan
Kebidanan Remaja dan Pranikah dengan Anemia di Poli Kebidanan UPTD
Puskesmas Tanjung Palas. Penyusunan laporan ini terwujud atas bimbingan,
pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu, dan pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:

1. H. Supriadi B, S. Kep., M. Kep selaku Direktur Politeknik Kesehatan


Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.
2. Nursari Abdul Syukur, M. Keb selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.
3. Hj. Rahmawati Wahyuni, M. Keb selaku Ketua Program Studi Sarjana Terapan
Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.
4. Faridah, M. Keb, selaku Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan
masukan dengan sabar kepada peneliti dalam penyusunan laporan ini.
5. dr. Tisna Adibrata selaku Pimpinan UPTD Puskesmas Tanjung Palas .
6. Siti Rohma Indahwati S, ST selaku Bidan Pelaksana dan Bidan pembimbing
lahan di Ruang Poli Kebidanan UPTD Puskesmas Tanjung Palas, tempat
mahasiswa melakukan praktek lapangan yang telah memberikan dukungan
dan masukan dalam penyusunan laporan ini.
7. Seluruh dosen dan staf Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.
8. Suami, orang tua dan keluarga yang telah memberikan bantuan baik
dukungan material dan moral.
9. Sahabat yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan penyusunan
laporan ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. semoga laporan komprehensif ini
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

iv
Bulungan, November 2023
Penulis

Eka Lili Mayasari

DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan....................................................................................... ii
Pernyataan Keaslian Tulisan ......................................................................... iii
Kata Pengantar............................................................................................... iv
Daftar Isi.......................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG........................................................................... 1
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum................................................................................ 3

v
2. Tujuan Khusus............................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. KONSEP TEORI
1. Pengertian..................................................................................... 4
2. Fisiologi......................................................................................... 4
3. Patofisiology.................................................................................. 7
4. Komplikasi..................................................................................... 8
5. Pemeriksaan Penunjang............................................................... 9
6. Pelayanan yang dibutuhkan.......................................................... 9
7. Penatalaksanaan........................................................................... 9

B. KONSEP MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN 7 LANGKAH VARNEY


1. Langkah I (Pengkajian).................................................................. 11
2. Langkah II (Interpretasi data)........................................................ 17
3. Langkah III (Identifikasi diagnose dan masalah potensial)............ 17
4. Langkah IV (Identifikasi Tindakan segera dan atau kolaborasi).... 17
5. Langkah V (Rencana Menyeluruh asuhan kebidanan)................. 17
6. Langkah VI (Pelaksanaan)............................................................ 18
7. Langkah VII (Evaluasi).................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA 29

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Remaja adalah individu yang berada pada kelompok usia 11 – 20 tahun

(Hockenberry, et al., 2019). Masa remaja merupakan masa transisi dari masa

anak – anak ke dewasa yang ditandai dengan perubahan perkembangan fisik,

seksual, psikologis dan sosial. Saat ini sebagian besar remaja menderita

kekurangan gizi kronis dan anemia yang berdampak terhadap kesehatan dan

perkembangannya serta keturunannya yang berkontribusi pada siklus malnutrisi

antar generasi (WHO, 2019).

Remaja putri merupakan kelompok yang rentan terhadap anemia

(kekurangan zat besi) dan gizi kurang (Srivastava, et al,. 2016). Anemia

merupakan salah satu masalah kesehatan yang saat ini banyak terjadi pada

remaja putri (Tadege, et al,. 2018). Anemia adalah suatu kondisi dimana jumlah

dan ukuran sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin (Hb) didalam darah

berada dibawah nilai normal, yaitu kurang dari 12 g/dL pada remaja (WHO,

2012) sehingga darah tidak mampu mengikat oksigen dan membagikan ke

seluruh jaringan tubuh (Chaturvedi, Chaudhuri, & Chaudhary, 2017).

Anemia adalah permasalahan kesehatan masyarakat yang dapat

memberikan dampak bagi seluruh negara, termasuk negara berkembang

maupun negara maju. Masalah kesehatan masyarakat secara global memiliki

dampak yang signifikan terhadap aspek kesehatan, pembangunan sosial, dan


2

juga ekonomi. Dalam skala global, prevalensi anemia dapat ditemui pada setiap

fase kehidupan dan memengaruhi sekitar 27% (sekitar dua miliar) populasi

manusia di seluruh dunia (Bekele et. al, 2019).

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan anemia antara lain adalah

status gizi, menstruasi, dan sosial ekonomi. Hasil Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) Nasional tahun 2013 menunjukkan pravelensi anemia pada usia 5-

14 tahun sebesar 26,4%. (Basith et al, 2017). Faktor yang mempengaruhi

anemia pada remaja cukup beragam. Menurut Farida dalam penelitiannya di

Kudus, menemukan kasus anemia sebanyak 36.8% pada sebagian siswi yang

mempunyai orang tua dengan tingkat pendapat dan pendidikan rendah.

(Arsiyanti & Nontji, 2015)

World Health Organization (WHO) Statistik Kesehatan Dunia tahun 2021

menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada wanita usia subur (15-49) di

seluruh dunia (2019) adalah 29,9% dari prevalensi anemia pada wanita tidak

hamil. Proporsi penduduk usia 15-49 tahun sebesar 29,6%, termasuk kelompok

remaja (Aul ya et al., 2022).

Berdasarkan data Survei Kesehatan Dasar 2022 (Riskesdas) prevalensi

anemia pada remaja putri di Indonesia sebesar 72,3%, dibandingkan tahun 2018

sebesar 48,9%. Dan rata – rata yan mengalami anemia terletak di rentang umur

15-24 tahun yaitu 84,6% (Riskesdas, 2022). Berdasarkan Hasil Survey SDKI

tahun 2021, sekitar 23% dan 12% dari remaja perempuan dan laki-laki,

mengalami anemia pertahun 2013, sehingga anemia menjadi masalah


3

kesehatan masyarakat yang sedang, terutama di kalangan remaja putri (SDKI,

2021).

Survei Gizi Nasional Komprehensif (CNNS) yang dilakukan pada tahun

2016-2018 mengungkapkan bahwa 41% anak prasekolah (1-4 tahun), 24% anak

usia sekolah (5-9 tahun) dan 28% remaja (10-19 tahun) di India yang

kekurangan gizi mengalami anemia Etiologi anemia adalah nutrisi pada 68,9%,

50,9% dan 65,1% anak usia 1-4 tahun, 5-9 tahun dan 10-19 tahun. Defisiensi zat

besi umum terjadi pada anak balita, sedangkan defisiensi folat dan vitamin B12

lebih tinggi terjadi pada kelompok usia sekolah dan remaja. Anemia defisiensi

folat atau vitamin B12 menyumbang lebih dari sepertiga anemia pada ketiga

kelompok umur ini, dan 10-18% anak-anak dan remaja dengan anemia

mengalami defisiensi gabungan zat besi dan folat atau vitamin B12 (Jagdis

candra 2022).

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat memberikan Asuhan Kebidanan bedasarkan
pendekatan manajemen kebidanan dengan pendokumentasian SOAP pada
kasus Anemia ringan pada remaja.

2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar teori Anemia Ringan
b. Menjelaskan konsep dasar manajemen asuhan kebidanan pada kasus
Anemia Ringan berdasarkan 7 langkah Varney
c. Melakukan asuhan kebidanan pada kasus Anemia Ringan dengan
pendekatan Varney, yang terdiri dari:
1) Melakukan pengkajian
4

2) Menginterpretasi data dasar


3) Mengidentifikasi diagnosis/ masalah potensial
4) Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera
5) Mengembangkan rencana intervensi
6) Melakukan tindakan sesuai dengan rencana intervensi
7) Melakukan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan
d. Mendeskripsikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada kasus Anemia
Ringan dalam bentuk catatan SOAP
e. Membahas adanya kesenjangan antara teori dan praktik di lapangan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Teori

1. Pengertian Anemia

Anemia merupakan suatu keadaan dengan kadar hemoglobin dan


eritrosit yang lebih rendah dari normal. Anemia gizi besi pada remaja putri
beresiko lebih tinggi karena menyebabkan seseorang mengalami penurunan
daya tahan tubuh sehingga mudah terkena masalah kesehatan. (Anggoro,
2020)
Anemia adalah keadaan di mana terjadi penurunan jumlah masa
eritrosit(red cell mass) yang ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin
<11 g/dl, hematokrit, dan hitung eritrosit (red cell count).(Widodo et al, 2019)

Anemia gizi besi merupakan masalah gizi mikro terbesar di Indonesia,


dimana terjadi pada kelompok balita, anak sekolah, ibu hamil, wanita dan
lakilaki dewasa. Secara umum anemia merupakan keadaan dimana kadar
hemoglobin lebih rendah dari normal. Adapun pengertian anemia menurut
Adriani dan Wijatmadi (2012), anemia merupakan suatu keadaan kadar
hemoglobin (Hb) di dalam darah lebih rendah daripada nilai normal untuk
kelompok orang menurut umur dan jenis kelamin.

Hemoglobin (Hb) adalah parameter yang digunakan secara luas


untuk menetapkan prevalensi anemia. Kandungan hemoglobin yang rendah
mengindikasikan anemia. Hemoglobin adalah zat warna di dalam darah yang
berfungsi mengangkut oksigen dan karbondioksida dalam tubuh.

Ambang batas anemia Kadar hemoglobin dalam darah menjadi


kategori dalam penentuan status anemia. Adapun kadar hemoglobin yang
menandakan anemia menurut umur berdasarkan WHO, 2011:

Tabel 1 Ambang Batas Anemia Menurut Umur


6

Klasifikasi Anemia
Usia Non Anemia Ringan Sedang Berat (g/dl)
(g/dl) (g/dl) (g/dl)
5-11 11,5 11-11,4 8,0-10,9 <8,0
Tahun
12-14 12 11-11,9 8,0-10,9 <8,0
Tahun
≥ 15 12 11-11,9 8,0-10,9 <8,0
Tahun
tidak Hamil
Ibu hamil 11 10-10,9 7,0-9,9 <7,0
Sumber : WHO dalam jagdis candra 2022

2. Fisiologi
Menurut Kementrian Kesehatan (2018), anemia terjadi karena
berbagai sebab, seperti defisiensi besi, defisiensi asam folat, vitamin B12
dan protein. Secara langsung anemia terutama disebabkan karena
produksi/kualitas sel darah merah yang kurang dari kehilangan darah baik
secara akut atau menurun. Menurut Kementrian Kesehatan (2018) ada 3
penyebab anemia, yaitu:

a. Defisiensi zat gizi


Rendahnya asupan zat gizi baik hewani dan nabati yang merupakan
pangan sumber zat besi yang berperan penting untuk pembuatan
hemoglobin sebagai komponen dari sel darah merah/eritrosit. Zat gizi lain
berperan penting dalm pembuatan hemoglobin antara lain asam folat dan
vitamin B12. Pada penderita penyakit infeksi kronis seperti TBC,
HIV/AIDS, dan keganasan seringkali disertai anemia, karena kekurangan
asupan zat gizi atau akibat dari infeksi itu sendiri.

b. Perdarahan (Loss of blood volume)


Perdarahan karena kecacingan dan trauma atau luka yang
7

mengakibatkan kadar Hb menurun. Perdarahan karena menstruasi yang


lama dan berlebihan.
c. Hemolitik
Perdarahan pada penderita malaria kronis perlu diwaspadai karena
terjadi hemolitik yang mengakibatkan penumpukan zat besi
(hemosiderosis) di organ tubuh, seperti hati dan limpa. Pada penderita
Thalasemia, kelainan darah terjadi secara genetik yang menyebabkan
anemia karena sela dara merah/eritrosit cepat pecah, sehingga
mengakibatkan akumulasi zat besi dalam tubuh.

Di Indonesia diperkirakan sebagian besar anemia terjadi karena

kekurangan zat besi sebagai akibat dari kurangnya asupan makanan sumber

zat besi khususnya sumber pangan hewani (besi heme). Sumber utama zat

besi adalah pangan hewani (besi heme), seperti: hati, daging (sapi dan

kambing), unggas (ayam, bebek, burung), dan ikan. Zat besi dalam sumber

pangan hewani (besi heme) dapat diserap tubuh antara 20-30% (Kemenkes RI

2016)

3. Patofisiology dan Etiology


Patofisiologi anemia defisiensi besi disebabkan karena gangguan

homeostasis zat besi dalam tubuh. Homeostasis zat besi dalam tubuh diatur

oleh penyerapan besi yang dipengaruhi asupan besi dan hilangnya zat

besi/iron loss. Kurangnya asupan zat besi/iron intake, penurunan penyerapan,

dan peningkatan hilangnya zat besi dapat menyebabkan ketidakseimbangan

zat besi dalam tubuh sehingga menimbulkan anemia karena defisiensi besi.

Zat besi yang diserap di bagian proksimal usus halus dan dapat dialirkan

dalam darah bersama hemoglobin, masuk ke dalam enterosit, atau disimpan


8

dalam bentuk ferritin dan transferin. Terdapat 3 jalur yang berperan dalam

penyerapan besi, yaitu: (1) jalur heme, (2) jalur fero (Fe2+), dan (3) jalur feri

(Fe3+). Zat besi tersedia dalam bentuk ion fero dan dan ion feri. Ion feri akan

memasuki sel melalui jalur integrin-mobili ferrin (IMP), sedangkan ion fero

memasuki sel dengan bantuan transporter metal divalent/divalent metal

transporter (DMT)-1. Zat besi yang berhasil masuk ke dalam enterosit akan

berinteraksi dengan paraferitin untuk kemudian diabsropsi dan digunakan

dalam proses eritropioesis. Sebagain lainnya dialirkan ke dalam plasma darah

untuk reutilisasi atau disimpan dalam bentuk ferritin maupun berikatan dengan

transferin. Kompleks besi-transferrin disimpan di dalam sel diluar sistem

pencernaan atau berada di dalam darah. Transport transferrin dalam tubuh

masih belum diketahui dengan pasti. Kapisitas dan afinitias transferin terhadap

zat besi dipengaruhi oleh homeostasis dan kebutuhan zat besi dalam tubuh.

Kelebihan zat besi lainnya kemudian dikeluarkan melalui keringat ataupun

dihancurkan bersama sel darah. Perdarahan baik makro ataupun mikro adalah

penyebab utama hilangnya zat besi. Sering kali perdarahan yang bersifat mikro

atau okulta tidak disadari dan berlangsung kronis, sehingga menyebabkan zat

besi ikut terbuang dalam darah dan lama-kelamaan menyebabkan cadangan

zat besi dalam tubuh ikut terbuang. Keadan-keadaan seperti penyakit Celiac,

postoperasi gastrointestinal yang mengganggu mukosa dan vili pada usus,

sehingga penyerapan besi terganggu dan menyebabkan homeostasis zat besi

juga terganggu. (Camila M. Chaparro, 2019).


9

Etiologi anemia yang mengidentifikasi bagaimana faktor distal

berkontribusi terhadap faktor-faktor penentu anemia, seperti kerawanan

pangan, air bersih, dan sanitasi, dan, pada akhirnya, penyebab paling

langsung dari anemia (misalnya, kekurangan nutrisi, penyakit, peradangan,

dan gangguan Hb).Banyak dari faktor-faktor penentu ini saling terkait.

Kemiskinan, misalnya, merupakan faktor penentu utama kesehatan dan gizi,

dan posisi sosial ekonomi yang buruk dikaitkan dengan risiko anemia yang

lebih besar pada perempuan dan anak-anak. demikian pula, tingkat pendidikan

yang rendah juga dikaitkan dengan risiko anemia yang lebih besar (Camila M.

Chaparro, 2019).

4. Komplikasi
Penderita anemia yang tidak mendapat perawatan yang baik bisa saja

mengalami beberapa komplikasi seperti kesulitan melakukan aktivitas akibat

mudah lelah. Masalah pada jantung, seperti aritmia dan gagal jantung.

Gangguan pada paru misalnya hipertensi pulmonal. Selain itu anemia juga

dapat memicu terjadinya komplikasi kehamilan, seperti melahirkan premature,

atau bayi terlahir dengan berat badan rendah serta resiko kematian akibat

perdarahan saat melahirkan. Penderita anemia juga rentan mengalami infeksi

dan akan terjadi gangguan tumbuh kembang apabila terjadi pada anak-anak

atau bayi (Josephine D, 2020).

5. Pemeriksaan Penunjang
10

6. Pelayanan yang dibutuhkan


mengatasinya.

7. Penatalaksanaan dan Pencegahan Anemia


Anemia dapat dicegah dengan konsumsi makanan tinggi zat besi,

asam folat, vitamin A, vitamin C dan Zink, dan pemberian tablet tambah darah

(Kemenkes RI, 2018). Sedangkan menurut Amalia A, dan Agustyas, 2016

tatalaksana anemia ada 3 yakni, :

a. Pemberian Zat besi oral

b. Pemberian Zat besi intramuscular. Terapi ini dipertimbangkan apabila

respon pemberian zat besi secara oral tidak berjalan baik.

c. Tranfusi darah diberikan apabila gejala anemia disertai dengan adanya

resiko gagal jantung yakni ketika kadar Hb 5-8 g/dl. Komponen darah

yang diberikan adalah PRC dengan tetesan lambat.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Abdulghani Sulaiman

Mohammed Al-Jermmy dkk tahun 2022 di Yaman, Anemia pada remaja juga

dapat di cegah dengan beberapa hal sebagai berikut :

a. Mencuci Tangan,

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Abdulghani Sulaiman

Mohammed Al-Jermmy dkk tahun 2022 di Yaman, Perilaku hidup bersih

seperti mencuci tangan ternyata dapat menurunkan kejadian penyakit

diare dan infeksi saluran pernafasan sehingga dapat meningkatkan

status gizi dan mikronutrien . Mencuci tangan juga menunjukkan


11

penurunan risiko infeksi parasite usus, yang sering menyebabkan

peradangan saluran cerna, penurunan penyerapan zat besi dan nutrisi

lainnya, dan akibatnya kekurangan gizi dan anemia Sebuah intervensi

yang dilakukan pada anak-anak usia sekolah di Ethiopia menunjukkan

bahwa praktik mencuci tangan menurunkan risiko tingkat infeksi ulang

parasit usus dan secara signifikan mengurangi prevalensi anemia.

b. Nutrisi

Beberapa perilaku diet ditemukan berhubungan dengan risiko anemia dalam

penelitian kami. Misalnya, dan sesuai dengan penelitian sebelumnya, konsumsi

makanan cepat saji secara teratur dikaitkan dengan risiko anemia yang lebih

tinggi, sedangkan konsumsi sayuran secara teratur dikaitkan dengan risiko yang

lebih rendah. Demikian pula, pola makan dengan konsumsi sarapan teratur,

makan tiga kali atau lebih per hari, dan konsumsi makanan ringan dikaitkan

dengan risiko anemia yang lebih rendah pada populasi penelitian.


12

B. Konsep Dasar Manajeman Asuhan Kebidanan Pada Remaja

I. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian :
Waktu :
Tempat :
Oleh :
A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
Nama :
Umur :
Remaja adalah individu yang berada pada kelompok usia 11 –
20 tahun (Hockenberry, et al., 2019). Masa remaja merupakan
masa transisi dari masa anak – anak ke dewasa yang ditandai
dengan perubahan perkembangan fisik, seksual, psikologis dan
sosial. Saat ini sebagian besar remaja menderita kekurangan
gizi kronis dan anemia yang berdampak terhadap kesehatan
dan perkembangannya serta keturunannya yang berkontribusi
pada siklus malnutrisi antar generasi (WHO, 2019)
Agama :
Pendidikan : Berdasarkan Jurnal MDPI tahun 2022, Penulis
mengatakan bahwa Pendidikan mempengaruhi terhadap
pengetahuan, ketika pendidikan remaja itu tinggi pengetahuan
remaja tersebut juga akan baik dan berpengaruh terhadap
kesehatannya yang dimiliki oleh remaja jika terjadinya kelainan
atau gangguan kesehatan pada remaja, maka dapat segera di
atasi secepat mungkin. Jadi, tingkat pendidikan dan
pengetahuan berpengaruh dengan kejadian Anemia pada
13

remaja.
Pekerjaan :
Alamat :
2. Alasan datang/keluhan utama
a. Alasan datang
b. Keluhan utama
3. Riwayat kesehatan klien
Untuk mengetahui apakah mempunyai penyakit jantung, ginjal,
asma/TBC, hepatitis, DM, hipertensi, dan epilepsy serta
penyakit endokrin seperti diabetes, hipotiroid, serta hipertiroid
yang berhubungan dengan gangguan menstruasi
(Verawaty,2012 dalam Sapti, 2019)
4. Riwayat kesehatan keluarga
5. Riwayat menstruasi
Banyak menstruasi meliputi umur menarche, frekuensi
menstruasi, lama menstruasi, banyaknya darah yang keluar,
gangguan sewaktu menstruasi (Essawibawa, 2011).
Menarche :
Siklus : 28 + 7 hari
Lamanya : 3-8 hari (Mochtar, 2011)
6. Pola fungsional kesehatan

Pola Keterangan

Nutrisi Beberapa penelitian menunjukan bahwa keadaan gizi kurang


atau terbatas juga terjadi gangguan fungsi reproduksi dan
perubahan kadar hormone estrogen yang akan
mempengaruhi keteraturan siklus menstruasi. Wanita dengan
malnutrisi atau underweight umumnya akibat eating disorder,
mengalami keterlambatan dalam maturitas seksual dan
menyebabkan risiko siklus menstruasi yang tidak teratur.
Selain itu, sekresi hormone LH yang terganggu akibat
14

penurunan berat badan juga akan mengganggu siklus dengan


menyebabkan pemendekan fase luteal (Sunarsih, 2017)

Eliminasi BAK hendaknya 3-4x/hari berwarna kuning jernih tidak


terdapat endapan ataupun busa. BAB 1x/hari konsistensi
lembek dan berwarna khas (Abidin, 2010).

Istirahat Untuk mengetahui berapa lama tidur siang dan berapa lama
tidur malam (Essawibawa, 2011)

Aktivitas Tingkat aktivitas fisik yang sedang dan berat dapat membatasi
fungsi menstruasi. Atlet wanita seperti pelari, senam balet
memiliki factor risiko untuk mengalami amenorea, anovulasi,
dan defek pada fase luteal. Aktivitas fisik yang berat
merangsang inhibisi Gonadotropin Releasing Hormon (GnRH)
dan aktivitas gonadotropin sehingga menurunkan level dari
serum estrogen (Purwoastuti & Walyani, 2015)

Personal Kebersihan tubuh remaja perlu diperhatikan karena dengan


Hygiene perubahan sistem metabolism mengakibatkan peningkatan
pengeluaran keringat.

7. Riwayat psikososiokultural spiritual


Adanya stress akan mempengaruhi produksi hormone prolactin
yang secara langsung berhubungan dengan aktivitas elevasi
kortisol basal dan menimbulkan penurunan hormone LH yang
mengakibatkan timbulnya gangguan siklus menstruasi (Islamy &
Farida, 2019)

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umun

a. Pemeriksaan umum
15

1) Kesadaran:
a) composmentis: kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
2) Tanda-tanda vital, normal jika:
a) Tekanan Darah
Bertujuan untuk menilai adaya gangguan pada sistem
kardiiovaskuler. Normal 100/60-140/90 mmHg
b) Nadi
Pemeriksaan nadi disertai pemeriksaan jantung untuk
mengetahui pulsus defisit (denyut jantung yang tidak cukup kuat
untuk menimbulkan denyut nadi sehingga denyut jantung lebih
tinggi dari denyut nadi). Dilakukan pula pemeriksaan frekuensi
nadi. Kondisi takikardi (denyut jantung lebih cepat dari kecepatan
normal), dapat dijumpai pada keadaan hipertermia, aktivitas
tinggi, kecemasan, gagal jantung, dehidrasi, dll.Normal antara 80-
110 x/menit.
c) Suhu
Digunakan untuk menilai keseimbangan suhu tubuh serta
membantu menentukan diagnosis penyakit. Normal antara
36,0°C-37,0°C.
d) Respirasi
Bertujuan untuk menilai frekuensi pernapasan, irama, kedalaman,
dan tipe/pola pernapasan. Pernafasan normal antara 18-24 kali
per menit. Antropometri
3) Antropometri
a) Berat badan : Berat badan dan perubahan berat badan
mempengaruhi fungsi menstruasi (Meiriza & Satria, 2017)
b) Tinggi badan :
Berat Badan
c) IMT: Indeks masa tubuh (IMT) merupakan
(Tinggi Badan ( m ) )2
salah satu ukuran untuk memprediksi presentase lemak didalam
16

tubuh manusia yang diperoleh dari perbandingan berat badan


dalam kilogram dengan tinggi badan dalam meter persegi.
Lemak merupakan salah satu senyawa didalam tubuh yang
mempengaruhi proses pembentukan hormon estrogen, dan
salah satu faktor dominan penyebab gangguan menstruasi
adalah hormon estrogen. Memiliki IMT yang tinggi atau rendah
dapat menyebabkan gangguan menstruasi diantaranya tidak
adanya menstruasi atau amenorea, menstruasi tidak teratur dan
nyeri saat menstruasi (Simbolon et al., 2016)

2. Pemeriksaan fisik
Kepala : warna rambut hitam, tebal, bersih, tidak teraba
massa, tidak ada nyeri tekan
Wajah : simetris, tidak pucat
Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih,
tidak ada gangguan pengelihatan
Telinga :simetris, bersih, tidak ada gangguan
pendengaran
Hidung : bersih, tidak ada pernapasan cuping hidung,
tidak ada polip dan sinus
Mulut : simetris, mukosa mulut lembab, lidah merah
muda dan tremor, gigi bersih tidak ada lubang,
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe
Dada : tidak ada retraksi dinding dada, bunyi jantung
teratur, tidak ada suara napas tambahan
seperti ronki atau mengi
Payudara : payudara simetris, tidak teraba massa dan
benjolan pada payudara, puting susu menonjol,
tidak ada pengeluaran cairan.
Abdomen : tidak tampak pembesaran, tidak ada nyeri
tekan
17

Genetalia : Vulva dalam keadaan bersih


Ekstermitas :
Atas : simetris, tidak oedem, refleks trisep dan bisep
positif, CRT <2 dtk
Bawah : simetris, tidak oedem, refleks patella positif,
CRT <2 dtk
3. Pemeriksaan khusus
4. Pemeriksaan penunjang
5. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan yang paling sering digunakan untuk evaluasi
Anemia adalah pemeriksaan laboratorium primer yaitu
pemeriksaan kadar HB.

II. INTERPRETASI DATA


Diagnosis : Remaja dengan Anemia
Masalah : masalah adalah keluhan lain diluar dari keluhan utama

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL


Identifikasi masalah atau diagnosis potensial ditegakkan berdasarkan
diagnosis dan masalah yang telah ditentukan.

IV. IDENTIFIKASI TINDAKAN


Kebutuhan segera : Tidak ada

V. RENCANA MENYELURUH ASUHAN KEBIDANAN


1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada klien
2. Memberikan KIE mengenai factor- factor penyebab terjadinya Anemia
yaitu :
3. Menganjurkan untuk menngurangi makanan yang bisa menurunkan
kadar Hb seperti :
18

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya.

VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam
bentuk SOAP.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai