Anda di halaman 1dari 78

LAPORAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN TRIMESTER II DENGAN HIPERTENSI


GESTASIONAL

DI POLI KEBIDANAN RSUD DR. KANUJOSO DJATIWIBOWO BALIKPAPAN

NAMA : SHINTA ANGGREANI

NIM : P07224420039

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALIMANTAN TIMUR

JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN PROFESI

2021
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN TRIMESTER II DENGAN


HIPERTENSI GESTASIONAL
di RUANG POLI KEBIDANAN RSUD dr. KANUJOSO DJATIWIBOWO
BALIKPAPAN

Disetujui di Balikpapan, Maret 2021

Mahasiswa

Shinta Anggreani
NIM. PO 7224420039

Mengetahui,
Dosen Pembimbing Institusi Preceptor lahan

Hj. Eli Rahmawati, S.SiT, M.Kes Hj. Tuti Widiyaningsih,S.ST


NIP: 197403201993032001 NIP. 197305251993032005

ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Shinta Anggreani

Nim : P0 7224420039

Program Studi : Pendidikan Profesi Bidan Jurusan kebidanan


Poltekes Kemenkes Kaltim

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Laporan Komprehensif yang


saya tulis ini benar - benar hasil karya sendiri, bukan merupakan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya
sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa laporan ini adalah


hasil plagiarism/jiplakan atau mengcopy hasil orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang sudah ditentukan dalam buku
panduan atas perbuatan tersebut

Samarinda,

Mahasiswa

Shinta Anggreani
NIM. PO 7224420039

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
Asuhan Kebidanan pra nikah dengan kehamilan fisiologis trimester III di ruang
poli Kebidanan. Penyusunan laporan ini terwujud atas bimbingan, pengarahan dan
bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, dan
pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. H. Supriadi B, S.Kep., M.Kep selaku Direktur Politeknik Kesehatan


Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.
2. Inda Corniawati, M.Keb selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.
3. Nursari Abdul Syukur, M.Keb selaku Ketua Program Studi Sarjana Terapan
Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.
4. Hj. Eli Rahmawati, S.SiT, M.Kes dan Ita Kusumayanti, M. Keb, selaku
Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan masukan dengan sabar
kepada peneliti dalam penyusunan laporan ini.
5. dr. Edy Iskandar, Sp. PD selaku direktur RSUD dr Kanujoso Djatiwibowo
Balikpapan.
6. Hj. Tuti S, ST selaku Bidan pembimbing lahan di Ruang Poli Kebidanan
direktur RSUD dr Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan tempat mahasiswa
melakukan praktek lapangan yang telah memberikan dukungan dan masukan
dalam penyusunan laporan ini.
7. Hj. Masripah Amd,Keb dan Fitria Ulfa Amd,Keb selaku Bidan Pelaksana
dan Bidan pembimbing lahan di Ruang Poli Kebidanan direktur RSUD dr
Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan tempat mahasiswa melakukan praktek
lapangan yang telah memberikan dukungan dan masukan dalam penyusunan
laporan ini.
8. Seluruh dosen dan staf Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.

iv
9. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan bantuan baik dukungan
material dan moral.
10. Sahabat yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan
penyusunan laporan ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. semoga laporan
komprehensif ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Balikpapan, Maret 2021


Penulis

Shinta Anggreani

v
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan.......................................................................................... ii
Pernyataan Keaslian Tulisan ............................................................................ iii
Kata Pengantar................................................................................................. iv
Daftar Isi........................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG......................................................................... 1
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum................................................................................. 4
2. Tujuan Khusus................................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. KONSEP TEORI
1. Pengertian....................................................................................... 5
2. Fisiologi.......................................................................................... 7
3. Patofisiologi.................................................................................... 8
4. Komplikasi...................................................................................... 15
5. Pemeriksaan Penunjang.................................................................. 15
6. Pelayanan yang dibutuhkan............................................................ 16
7. Penatalaksanaan.............................................................................. 16
B. KONSEP MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN 7 LANGKAH
VARNEY
1. Langkah I (Pengkajian)................................................................... 18
2. Langkah II (Interpretasi data)......................................................... 38
3. Langkah III (Identifikasi diagnose dan masalah potensial)............ 39
4. Langkah IV (Identifikasi Tindakan segera dan atau kolaborasi).... 39
5. Langkah V (Rencana Menyeluruh asuhan kebidanan)................... 40
6. Langkah VI (Pelaksanaan).............................................................. 41
7. Langkah VII (Evaluasi).................................................................. 42

BAB III TINJAUAN KASUS........................................................................ 43


BAB IV PEMBAHASAN............................................................................... 59
BAB V KESIMPULAN.................................................................................. 67
A. KESIMPULAN................................................................................... 67
B. SARAN................................................................................................. 68
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 70

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kehamilan merupakan penyatuan antara spermatozoa dan juga ovum
kemudian dilanjutkan dengan terjadinya nidasi atau implantasi. Bila dihitung
dari fase fertilisasi hingga lahirnya bayi maka kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 9 bulan menurut kalender
internasional. Kehamilan terdiri dari tiga trimester yakni trimester I
berlangsung selama 13 minggu, trimester II 14 – 27 minggu dan trimester III
dari 28 hingga ke 40 minggu (Manuaba, 2013).
Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis, tetapi ada beberapa
keadaan yang dapat menyebabkan kehamilan beresiko, diawali dari hasil
bertemunya sperma dan ovum yang tidak menempel dengan sempurna ke
rahim, kemungkinan pertumbuhan janin yang terhambat, berbagai penyakit
ibu yang mengancam kehamilan, hingga proses kelahiran yang juga
mempunyai resiko tersendiri. Salah satu penyakit yang sering mengancam
kehamilan adalah hipertensi dalam kehamilan. Penyebab langsung kematian
ibu disebabkan oleh perdarahan (28%), preeklampsia (24%), infeksi (11%),
komplikasi (8%), partus lama (5%), trauma obstetrik (5%), emboli obstetrik
(3%) (Nelawati Radjamuda, Jurnal Ilmiah Bidan, 2014: 33).
Salah satu masalah kesehatan yang sering muncul selama kehamilan
dan dapat menimbulkan komplikasi pada 2-3% kehamilan adalah hipertensi.
Kejadian hipertensi pada kehamilan sekitar 5-15% dan merupakan satu
diantara tiga penyebab mortalitas dan morbiditas ibu bersalin disamping
infeksi dan perdarahan, selain itu frekuensi komplikasi pada kehamilan dan
persalinan juga meningkat pada ibu hamil yang mengalami hipertensi.
Dampak dari hipertensi kehamilan lebih lanjut antara lain resiko kematian
maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah dan angka
kematian perinatal meningkat (Pesta Corry, dkk, 2016).

1
Hipertensi dalam kehamilan merupakan 15 % dari penyulit kehamilan
dan salah satu dari tiga penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas ibu
bersalin. Hipertensi ini dapat berupa hipertensi kronis, hipertensi gestational
maupun berkembang lebih jauh menjadi Preeklampsia maupun Eklampsia. Di
Indonesia mortalitas dan morbiditas hipertensi dalam kehamilan juga masih
cukup tinggi. Hal ini disebabkan selain oleh etiologi tidak jelas, juga oleh
perawatan dalam persalinan masih ditangani oleh petugas non medik dan
sistem rujukan yang belum sempurna. Sedikitnya 10 % perempuan pada
kehamilan pertama akan terkena hipertensi. Kejadian hipertensi dalam
kehamilan karena segi paritas disimpulkan bahwa primigravida tua resiko
paling tinggi pada kejadian hipertensi dalam kehamilan (Lilis Lisnawati,
2012).
Hipertensi dalam kehamilan merupakan manifestasi gangguan
hemodinamik sistem kardiovaskular yang penyebabnya adalah multi faktor
sehingga tidak bisa diterangkan dengan hanya satu mekanisme tunggal.
Wanita hamil dengan hipertensi merupakan resiko yang tinggi untuk
komplikasi yang berat seperti solusio plasenta, penyakit serebrovaskular,
gagal organ dan koagulasi intravaskular (Yudhaputra, dkk, 2016).
Kematian dan kesakitan ibu masih merupakan masalah kesehatan yang
serius di negara berkembang. Menurut laporan World Health Organization
(WHO) tahun 2016, Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia yaitu 216 per
100.000 kelahiran hidup. Hal ini menunjukkan bahwa sekitar 830 ibu
meninggal akibat komplikasi kehamilan dan persalinan. Hampir semua
kematian ini terjadi karena sumber daya yang rendah dan sebagian besar
dapat dicegah. Dari beberapa negara, wilayah Negara Afrika yang memiliki
angka kejadian kematian ibu tertinggi yaitu 2/3 dari seluruh dunia. Selain itu,
target WHO pada tahun 2030 yaitu 140 kematian dari 100.000 kelahiran
hidup (WHO, 2016).
Dari data Kementerian Kesehatan RI, AKI di Indonesia pada tahun
2012 meningkat tajam menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup. Tujuan
milenium dalam target MDGS pada tahun 2015 adalah AKI dapat diturunkan

2
menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup. Namun, berdasarkan data yang
didapat, AKI pada tahun 2015 sebanyak 305 per 100.000 kelahiran hidup.
Angka ini sangat jauh dari target MDGS (Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, tahun 2015).
Distribusi penyebab kematian ibu di Provinsi Kalimantan Timur
berdasarkan tahun 2016 karena perdarahan sebanyak 4 kasus (40%), karena
hipertensi dalam kehamilan sebanyak 3 kasus (30%), karena infeksi
sebanyak 2 kasus (20%), dan karena penyebab lain sebanyak 1 kasus (10%).
Penyebab lain tersebut antara lain adalah karena penyakit jantung, ginjal,
Retensio urin, stroma, gangguan pernapasan dan penyakit bawaan lainnya
pada ibu hamil (DinKes Kaltim, 2015).
Berdasarkan data yang diperoleh dari salah satu rumah sakit rujukan
yaitu RSUD dr Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan mengenai kasus hipertensi
dalam kehamilan didapatkan data yang diperoleh dari ruangan rekam medik
RSUD dr Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan, menunjukkan jumlah kasus
hipertensi dalam kehamilan tahun 2020 sebanyak 5 kasus dan tahun 2021
bulan Januari sampai bulan Februari sebanyak 1 kasus (Rekam Medik RSUD
dr Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan, 2021).
Dapat disimpulkan juga bahwa pola makan yang rendah energi, protein
dan kalsium, serta pelayanan Antenatal Care berhubungan dengan kejadian
hipertensi dan preeclampsia pada ibu hamil (Jurnal Kesehatan Tadulako tahun
2016: 69).
Dari data yang diperoleh, penulis tertarik untuk memaparkan secara
spesifik sebagai wujud perhatian dalam memberikan kontribusi pemikiran
pada berbagai pihak yang berkompeten dengan masalah tersebut, sehingga
didapatkan solusi terbaik dalam menangani pemasalahan di atas dengan
menerapkan manajemen asuhan kebidanan yang terdiri dari tujuh langkah
dengan harapan masalah dapat teratasi dan untuk mengidentifikasi
kemungkinan komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu hamil dengan
masalah hipertensi dalam kehamilan.

3
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk menerapkan asuhan kebidanan pada kehamilan trimester II
dengan hipertensi gestasional di Rumah Sakit dr. Kanujoso Djatiwibowo
Balikpapan.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengumpulan data dasar secara subjektif dan
objektif pada kasus kehamilan trimester II dengan hipertensi
gestasional
b. Menginterpretasi data klien meliputi diagnosa, masalah, dan
kebutuhan kasus kehamilan trimester II dengan hipertensi gestasional
c. Merumuskan diagnosa potensial dan antisipasi yang harus dilakukan
bidan dari kasus kehamilan trimester II dengan hipertensi gestasional
d. Mengidentifikasi rencana tindakan segera untuk kehamilan trimester
II dengan hipertensi gestasional
e. Menyusun rencana tindakan untuk kasus kehamilan trimester II
dengan hipertensi gestasional
f. Melaksanakan tindakan terhadap kebidanan terkait dengan kasus
kehamilan trimester II dengan hipertensi gestasional
g. Melakukan evaluasi keefektifan asuhan yang diberikan dan
memperbaiki tindakan yang dipandang perlu.
h. Mengetahui kesenjangan antara teori dan praktek pada asuhan
kebidanan pada kehamilan trimester II dengan hipertensi gestasional

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP TEORI
1. Pengertian
Hipertensi (tekanan darah tinggi) biasa dijumpai pada perempuan
hamil. Penyakit tersebut hingga kini masih menjadi penyebab tingginya
angka kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) baik pada ibu,
janin, maupun bayi yang dilahirkan di seluruh dunia. Karena itu, perlu
ada penatalaksanaan secara khusus bagi ibu hamil, terutama yang
menderita penyakit itu.
Hipertensi dalam kehamilan yaitu tekanan darah sebesar 140/90
mmHg atau peningkatan diastolik sebesar 15-20 mmHg di atas nilai
normal (misalnya, catatan kunjungan awal antenatal) pada dua kali
pemeriksaan dengan jeda waktu 24 jam (NB-jika diastolik normalnya
adalah 60 mmHg, peningkatan menjadi 80 mmHg bermakna) (A Pocket
Guide for Student Midwives, 2012: 103).
Hipertensi dalam kehamilan didefenisikan sebagai darah sistolik
≥140 mmHg dan atau tekanan darah distolik ≥90 mmHg. Signifikansi
setiap pengukuran tekanan darah berhubungan dengan usia gestasi dalam
kehamilan dan umumnya semakin awal hipertensi terjadi dalam
kehamilan. Semakin besar kemungkinan hipertensi tersebut menjadi
kronis (Janson Waugh, 2013: 28).
Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskuler
yang dapat terjadi sebelum kehamilan, saat terjadi kehamilan atau
permulaan nifas. Hipertensi yang muncul pada saat kehamilan adalah
hipertensi akut, karena hanya muncul pada saat hamil dan sebagian besar

5
tidak memiliki riwayat hipertensi sebelumnya. Golongan penyakit ini
ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan terkadang diserati
dengan proteinuria, edema, konvulsi, koma, atau gejala-gejala yang lain.
American Committee and maternal welfare mengklasifikasikan
hipertensi kedalam beberapa tingkat berikut:
a. Hipertensi yang hanya terjadi dalam kehamilan dan khas untuk
kehamilan yaitu preeklamsia dan eklamsia. Diagnosis dibuat atas
dasar hipertensi dengan proteinuria atau edema atau kedua-duanya
pada ibu hamil setelah minggu ke-20.
b. Hipertensi yang kronik, hipertensi yang muncul sebelum kehamilan
atau pada kehamilan atau pada kehamilan sebelum usia 20 minggu
dapat timbul sebagai hipertensi sekunder yang biasanya jarang
ditemukan pada ibu hamil dan disebabkan oleh penyakit kronik
seperti penyakit ginjal menahun dan penyakit endokrin namun dapat
juga timbul sebagai hipertensi esensial (primer) yakni hipertensi
yang tidak jelas etiologinya, baik itu faktor genetik maupun faktor
lingkungan (Darmawansyih, 2014: 92).
c. Pre-eklamsi dan eklamsi yang terjadi atas dasar hipertensi yang
kronis. Ibu dengan hipertensi yang kronis sering memberat
penyakitnya dengan kehamilan, dengan gejala-gejala hipertensi naik,
protein urin, edema, dan kelainan retina.
d. Transient hipertension.
Diagnosis dibuat jika hipertensi timbul dalam kehamilan atau
dalam 24 jam pertama dari nifas pada ibu yang tadinya normotensif
dan yang hilang dalam 10 hari postpartum (Serri Hutahaean, 2013:
209 ).
e. Hipertensi gestasional.
Didapatkan tekanan darah sistolik 140 atau diastolik 90 mmHg
untuk pertama kalinya pada kehamilan di atas 20 minggu, tidak ada
protein urin, tekanan darah kembali normal sebelum 12 minggu
postpartum, diagnosis hanya dibuat pada postpartum, mungkin

6
memiliki tanda-tanda atau gejala preeklampsia (Dewi setiawati,
2013: 142 ).
Peningkatan tekanan darah memengaruhi janin dan ibu. Di
minggu terakhir kehamilan, beberapa defenisi tekanan darah yang
meningkat:
1) Ringan-tekanan darah diastolik >90 mmHg setelah kehamilan 20
minggu dengan tidak ada peningkatan tekanan darah sebelumnya
dan tidak disertai protein urin.
2) Sedang-tekanan darah diastolik >100 mmHg setelah kehamilan
20 minggu dengan tidak ada peningkatan tekanan darah
sebelumnya dan tidak disertai protein urin.
3) Berat-tekanan darah diastolik >90 mmHg setelah kehamilan 20
minggu tidak ada peningkatan tekanan darah sebelumnya namun
disertai adanya kadar protein urin (Morgan, 2013: 117).

2. Fisiologi
Terdapat banyak faktor risiko untuk terjadinya hipertensi dalam
kehamilan, yang dapat di kelompokkan dalam faktor risiko sebagai
berikut:
a. Primigravida, primipaternitas.
b. Hiperplasentosis, misalnya: mola hidatidosa, kehamilan multiple,
diabetes mellitus, hidrops fetalis, bayi besar.
c. Umur yang ekstrim.
d. Riwayat keluarga pernah preeklampsia/eklampsia.
e. Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum
hamil.
f. Obesitas (Sarwono Prawirohardjo, 2014: 532).

7
3. Patofisiologi
Vasospasme adalah dasar patofisologi hipertensi. Konsep ini yang
pertama kali diungkapkan oleh Voldhart (1918), yang didasarkan pada
pengamatan langsung pembuluh-pembuluh darah halus di bawah kuku,
fundus okuli dan konjungtiva bulbar, serta dapat diperkirakan dari
perubahan- perubahan histologis yang tampak diberbagai organ yang
terkena. Konstriksi vaskular menyebabkan resistensi terhadap aliran
darah dan menjadi penyebab hipertensi arterial. Besar kemungkinan
bahwa vasospasme itu sendiri menimbulkan pada kerusakan pembuluh
darah.
Selain itu, angiotensin II menyebabkan sel endotel berkontraksi.
Perubahan-perubahan ini mungkin menyebabkan kerusakan sel endotel
dan kebocoran dicelah antara sel-sel endotel. Dengan demikian
konstituen darah, trombosit dan fibrinogen, mengendap di sub endotel.
Perubahan- perubahan vaskuler ini, bersama dengan hipoksia jaringan di
sekitarnya, diperkirakan menyebabkan perdarahan, nekrosis, dan
kerusakan organ lain yang terkadang dijumpai dalam hipertensi yang
berat (Serri Hutahaean, 2013: 210).
Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui
dengan jelas. Banyak teori yang telah dikemukakan tentang terjadinya
hipertensi dalam kehamilan, tetapi tidak ada satupun teori tersebut yang
dianggap mutlak benar. Teori-teori sekarang banyak dianut adalah:
a. Teori kelainan vaskularisasi plasenta.
Pada kehamilan normal, rahim dan plasenta mendapat aliran
darah dari cabang-cabang arteri uterin dan arteri ovarika. Kedua
pembuluh darah tersebut menembus meometrium berupa arteri,
arteri arkuarta dan arteri arkuarta memberi cabang arteri radialis.
Arteri radialis menembus endometrium menjadi arteri basalis dan

8
arteri basalis memberi cabang arteri spiralis (Sarwono
Prawirohardjo, 2014).
Pada hamil normal, dengan sebab yang belum jelas, terjadi
infasi trofoblas ke dalam lapisan otot arteria spiralis, yang
menimbulkan degenerasi lapisan otot tersebut sehingga terjadi
dilatasi arteri spiralis. Invasi trofoblas juga memasuki jaringan
sekitar arteri spiralis, sehingga jaringan matriks menjadi gembur dan
memudahkan lumen arteri spiralis mengalami distensi dan dilatasi.
Distensi dan vasodilatasi lumen arteri spiralis ini memberi dampak
penurunan tekanan darah, penurunan resistensi vaskular dan
peningkatan aliran darah pada daerah utero plasenta. Akibatnya,
aliran darah ke janin cukup banyak dan perfusi jaringan juga
meningkat, sehingga dapat menjamin pertumbuhan janin dengan
baik. Proses ini dinamakan “remodeling arteri spiralis” (Sarwono
Prawirohardjo, 2014).
Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel
trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks
sekitarnya. Lapisan otot jaringan arteri spiralis menjadi tetap kaku
dan keras sehingga lumen arteri spiralis tidak memungkinkan
mengalami distensi dan vasodilatasi. Akibatnya arteri spiralis relatife
mengalami vasokonstriksi dan terjadi kegagalan “remodeling arteri
spiralis”, sehingga aliran darah uteroplasenta menurun dan terjadilah
hipoksia dan iskemia plasenta. Dampak iskemia plasenta akan
menimbulkan perubahan-perubahan yang dapat menjelaskan
pathogenesis HDK selanjutnya.
Diameter rata-rata arteri spiralis pada hamil normal adalah 500
mikron, sedangkan pada preeklampsia rata-rata 200 mikron. Pada
hamil normal vasodilatasi lumen arteri spiralis dapat meningkatkan
10 kali aliran darah ke utero plasenta (Sarwono Prawirohardjo,
2014).
b. Teori iskemia plasenta, Radikal bebas, dan Disfungsi Endotel.

9
Sebagaimana dijelaskan pada teori invasi trofoblas, pada
hipertensi dalam kehamilan terjadi kegagalan “remodeling arteri
spiralis” dengan akibat plasenta mengalami iskemia. Plasenta yang
mengalami iskemia dan hipoksia akan menghasilkan oksidan
(disebut juga radikal bebas). Oksidan atau radikal bebas adalah
senyawa penerima elektron atau atom/molekul yang mempunyai
elektron yang tidak berpasangan. Salah satu oksidan penting
dihasilkan plasenta iskemia adalah radikal hidroksil yang sangat
toksis, khususnya terhadap membran sel endotel pembuluh darah.
Sebenarnya produksi oksidan pada manusia adalah suatu proses
normal, karena oksidan memang dibutuhkan untuk perlindungan
tubuh. Adanya radikal hidroksil dalam darah mungkin dahulu
dianggap sebagai bahan toksin yang beredar dalam darah, maka dulu
hipertensi dalam kehamilan disebut “toksaemia”.
Radikal hidroksil akan merusak membran sel, yang
mengandung banyak asam lemak tidak jenuh menjadi peroksida
lemak. Peroksida lemak selain akan merusak membran sel, juga akan
merusak nukleus, dan protein sel endotel. Produksi oksidan (radikal
bebas) dalam tubuh yang bersipat toksis, selalu diimbangi dengan
produksi antioksidan.
Peroksida lemak sebagai oksidan pada hipertensi dalam
kehamilan. Pada hipertensi dalam kehamilan telah terbukti bahwa
kadar oksidan, khususnya proksidan lemak meningkat, sedangkan
antioksidan, misalnya vitamin E pada hipertensi dalam kehamilan
menurun, sehingga terjadi dominasi kadar oksidan peroksida lemak
yang relatif tinggi. Peroksidan lemak sebagai oksidan/radikal bebas
yang sangat toksis ini akan beredar di seluruh tubuh dalam aliran
darah dan akan merusak membran sel endotel. Membran sel endotel
lebih mudah mengalami kerusakan oleh peroksida lemak, karena
letaknya langsung berhubungan dengan aliran darah dan
mengandung banyak asam lemak tidak jenuh. Asam lemak tidak

10
jenuh sangat rentan terhadap oksidan radikal hidroksil, yang akan
berubah menjadi peroksida lemak (Sarwono Prawirohardjo, 2014).
Disfungsi sel endotel, akibat sel endotel terpapar terhadap
peroksida lemak, maka terjadi kerusakan sel endotel, yang
kerusakannya dimulai dari membran sel endotel. Kerusakan
membran sel endotel mengakibatkan terganggunya fungsi endotel
bahkan rusaknya seluruh stuktur sel endotel. Keadaan ini disebut
disfungsi endotel (endotbelial dysfunction). Pada waktu terjadi
kerusakan sel endotel mengakibatkan disfungsi sel endotel, maka
akan terjadi:
1) Ganguan metabolisme prostaglandin, karena salah satu fungsi sel
endotel, adalah memproduksi prostaglandin, yaitu menurunnya
produksi prostasklin (PGF2): suatu vasodilatator kuat.
2) Agregasi sel-sel trombosit pada daerah endotel yang mengalami
kerusakan. Aggregasi sel trobosit adalah untuk menutup tempat-
tempat dilapisan endotel yang mengalami kerusakan. Agregasi
trombosit memproduksi tromboksan (TXA2) suatu
vasokonstriktor kuat. Dalam keadaan normal perbandingan kadar
prostasiklin/tromboksan lebih tinggi kadar prostasiklin (lebih
tinggi vasodilatator). Pada preeklampsia kadar tromboksan lebih
tinggi dari kadar prostasiklin sehingga terjadi vasokonstriksi,
dengan terjadi kenaikan tekanan darah.
3) Perubahan khas pada sel endotel kapilar glomerulus (glomerular
endotbeliosis).
4)  Peningkatan permeabilitas kapilar.
5) Peningkatan produksi bahan-bahan vasopresor, yaitu endotelin
(vasokonstriktor) meningkat.
6) Peningkatan faktor koagulasi (Sarwono Prawirohardjo, 2014).
c. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin.
Dugaan bahwa faktor imunologik berperang terhadap terjadinya
hipertensi dalam kehamilan terbukti dengan fakta sebagai berikut:

11
1) Primigravida mempunyai resiko lebih besar terjadinya hipertensi
dalam kehamilan jika dibandingkan dengan multigravida.
2) Ibu multipara yang kemudian menikah lagi mempunyai resiko
lebih besar terjadinya hipertensi dalam kehamilan jika
dibandingkan dengan suami yang sebelumnya.
Pada perempuan hamil normal, respon imun tidak menolak
adanya “hasil konsepsi” yang bersifat asing. Hal ini disebatkan
adanya buman leukocyte antigen protein G (HLA-G), yang
berperan penting dalam modulasi respon imun, sehingga si ibu
tidak menolak hasil konsepsi (plasenta). Adanya HLA-G Pada
plasenta dapat melindungi trofoblas janin dari lisis oleh sel
natural killer (NK) ibu. Selain itu adanya HLA-G akan
mempermudah invasi sel tropoblas kedalam jaringan desidua ibu.
Di samping untuk menghadapi sel natural killer. Pada plasenta
hipertensi dalam kehamilan, terjadi penurunan ekspresi HLA-G.
Berkurangnya HLA-G didesidua daerah plasenta, menghambat
invasi trofoblas ke dalam desidua. Invasi trofoblas sangat penting
agar jaringan desidua menjadi lunak dan gembur sehingga
memudahkan terjadinya dilatasi arteri spiralis. HLA-G juga
merangsan produksi sitikon, sehingga memudahkan terjadinya
reaksi inflamasi. Kemungkinan terjadi immunemaladaptation
pada preeklampsia. Pada awal trimester kedua kehamilan
perempuan yang mempunyai kecenderungan terjadi preeklampsia,
ternyata mempunyai proporsi helper sel yang lebih rendah
dibandingkan pada normotensif (Sarwono Prawirohardjo, 2014).
d. Teori adaptasi kardiovaskuler Genetik.
Pada hamil normal pembuluh darah refrakter terhadap bahan-
bahan vasopresor, refrakter, berarti pembuluh darah tidak peka
terhadap rangsangan bahan vasopresor, atau dibutuhkan kadar
vasopresor yang lebih tinggi untuk menimbulkan respons
vasokonstriksi. Pada kehamilan normal terjadi refrakter pembuluh

12
darah terhadap bahan vasopresor adalah akibat dilindungi oleh
adanya sintesis prostaglandin pada sel endotel pembuluh darah. Hal
ini dibuktikan bahwa daya refrakter terhadap bahan vasopresor akan
hilang bila diberi prostaglandin sintesa inhibitor (bahan yang
menghambat produksi prostaglandin). Prostaglandin ini dikemudian
hari ternyata adalah prostasiklin. Pada hipertensi dalam kehamilan
kehilangan daya refrakter terhadap bahan vasokonstriktor dan
ternyanya terjadi peningkatan kepekaan terhadap bahan-bahan
vasopresor. Artinya, daya refrakter pembuluh darah terhadap bahan
vasopresor hilang sehingga pembuluh darah menjadi sangat peka
terhadap bahan vasopresor. Banyak peneliti telah membuktikan
bahwa peningkatan kepekaan terhadap bahan-bahan vasopresor pada
hipertensi dalam kehamilan sudah terjadi pada trimester 1 (pertama).
Peningkatan kepekaan pada kehamilan yang akan menjadi hipertensi
dalam kehamilan, sudah dapat ditemukan pada kehamilan dua puluh
minggu. Fakta ini dapat dipakai sebagai prediksi akan terjadi
hipertensi dalam kehamilan.
Teori genetik, ada faktor keturunan dan familial dengan model
gen tunggul. Genotype ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi
dalam kehamilan secara familial jika dibandingkan dengan genotype
janin. Telah terbukti bahwa pada ibu yang mengalami preeklampsia,
26% anak perempuannya akan mengalami preeklampsia pula,
sedangkan hanya 8% anak menantu mengalami preeklampsia
(Sarwono Prawirohardjo, 2014).
e. Teori defesiensi gizi.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kekurangan
defisiensi gizi berperan dalam terjadinya hipertensi dalam
kehamilan. Penelitian yang penting yang pernah dilakukan di Inggris
ialah penelitian tentang pengaruh diet pada preeklampsia beberapa
waktu sebelum pecahnya perang dunia II. Suasana serbah sulit
mendapatkan gizi yang cukup dalam persiapan perang menimbulkan

13
kenaikan insiden hipertensi dalam kehamilan. Penelitian terakhir
membuktikan bahwa komsumsi minyak ikan, termasuk minyak hati
halibut, dapat mengurangi resiko preklampsia. Minyak ikan
mengandung banyak asam lemak tidak jenuh yang dapat
menghambat produksi tromboksan, menghambat aktivasi trombosit
dan mencegah vasokonstriksi pembuluh darah.
Beberapa peneliti telah mencobah melakukan uji klinik untuk
memakai komsumsi minyak ikan atau bahan yang mengandung asam
lemak tak jenuh dalam mencegah treeklampsia. Hasil sementara
menunjukkan bahwa penelitian ini berhasil baik dan mungkin dapat
dipakai sebagai alternatif pemberian aspirin. Beberapa peneliti juga
mengangap bahwa defisiensi kalsium pada diet perempuan hamil
mengakibatkan risiko terjadinya preeklampsia/eklampsia. Penelitian
di Negara Equador Andes dengan metode uji klinik, ganda tersamar,
dengan membandingkan pemberian kalsium dan plasebo. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa ibu hamil yang diberi suplemen
kalsium cukup, kasus yang mengalami preeklampsia adalah 14%
sedang yang diberi glukosa 17% (Sarwono Prawirohardjo, 2014).
f. Teori inflamasi.
Teori ini berdasarkan fakta bahwa lepasnya debris trofoblas di
dalam sirkulasi darah merupakan rangsangan utama terjadinya
proses imflamasi. Pada kehamilan normal plasenta juga melepaskan
debris trofoblas, sebagai sisa-sisa proses apoptosis dan nekrotik
trofoblas, akibat reaksi sters oksidatif. Bahan-bahan ini sebagai
bahan asin yang kemudian merangsang timbulnya proses inflamsi.
Pada kehamilan normal, jumlah debris trofoblas masih dalam batas
wajar, sehingga reaksi imflamsi juga masih dalam batas normal.
Berbeda dengan proses apoptosis pada preeklampsia, di mana
pada preeklampsia terjadi peningkatan stress oksidatif, sehingga
produksi debris apoptosis dan nekrotik trofoblas juga meningkat.
Makin banyak sel trofoblas plasenta, misalnya pada plasenta besar,

14
pada hamil ganda, maka reaksi sters oksidatif akan sangat
meningkat, sehingga jumlah sisah debris trofoblas juga makin
meningkat. Keadaan ini menimbulkan beban reaksi inflamasi dalam
darah ibu menjadi jauh lebih besar, dibandingkan reaksi inflamasi
pada kehamilan normal. Respons inflamasi ini akan mengaktivasi sel
endotel dan sel-sel makrofag/granulosit, yang lebih besar pula,
sehingga terjadi reaksi sistemik inflamasi yang menimbulkan gejala-
gejala preeklampsia pada ibu.
Redman menyatakan bahwa disfungsi endotel pada
preeklampsia akibat produksi debris trofoblas plasenta berlebihan
tersebut di atas, mengakibatkan “aktivitas leukosit yang sangat
tinggi” pada sirkulasi ibu. Peristiwa ini oleh Redman disebut sebagai
“kekacauan adaptasi dari proses inflamasi intravaskular pada
kehamilan” yang biasanya berlangsung normal dan menyeluruh
(Sarwono Prawirohardjo, 2014).

4. Komplikasi
a. Perubahan kardiovaskular.
b. Perubahan ini pada dasarnya berkaitan dengan meningkatnya
afterload, Jantung akibat hipertensi.
c. Perubahan hematologis.
d. Gangguan fungsi ginjal.
e. Edema paru (Serri Hutahaean 2013: 212).

5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang sering dilakukan pada ibu hamil yang
mengalami hipertensi adalah:
a. CT-Scan hepar yang menunjukkan adanya hematoma subkapsularis
di hepar.

15
b. MRI yang memungkinkan diperolehnya resolusi yang lebih baik,
tetapi kausa mendasar tentang lesi-lesi masih belum terungkapkan
(Serri Hutahaean, 2013: 211).

6. Pelayanan yang dibutuhkan


Asuhan atau penanganan awal pada ibu hamil dengan hipertensi
dilakukan pemeriksaan fisik, Iaboratorium, pengobatan nonfarmakologi,
mengubah kearah hidup sehat, tidak terlalu banyak pikiran, mengurangi
berat badan bila terdapat kelebihan (indeks masa tubuh >27), mengatur
diet atau pola makan seperti pengurangan asupan garam berlebih,
mengurangi asupan natrium, mempertahankan asupan kalsium dan
magnesium adekuat, perbanyak unsur kalium (buah-buahan), hindari
konsumsi alkohol, berhenti merokok, lakukan DASH (dietary approach
to stop Hipertension), istirahat yang cukup, melakukan olahraga atau
aktifikas fisik, dan kalsium (Rukiyah dan YuIianti, 2014).
Melakukan informed consent sebelum melakukan tindakan,
menyiapkan alat pemeriksaan kehamilan, lakukan pemeriksaan fisik pada
pasien untuk pemantauan tekanan darah, lakukan pemeriksaan
laboratorium untuk memeriksa darah dan urin, kolaborasi dengan bidan
atau petugas kesehatan terdekat, memfasilitasi konseling untuk
melakukan kunjungan ulang jika dirawat jalan, namun bila tidak
memungkinkan rawat jalan untuk memfasilitasi konseling agar dilakukan
konservatif

7. Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanan yang perlu dilakukan pada ibu hamil yang
mengalami hipertensi adalah sebagai berikut:

16
a. Deteksi dini prenatal
Waktu pemeriksaan prenatal di jadwalkan setiap 4 minggu
sampai usia kehamilan 28 minggu, kemudian setiap 2 minggu hingga
usia kehamilan 36 minggu, setelah itu setiap minggu.
b. Penatalaksaan di rumah sakit
Pentatalaksanaan di rumah sakit yang perlu dilakukan ibu
hamil yang mengalami hipertensi adalah:
1) Pemeriksaan terinci dan diikuti oleh pemantauan keadaan ibu
setiap hari untuk mengetahui manifestasi klinis yang terjadi pada
ibu seperti nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri epigastrium
dan pertambahan berat badan yang pesat.
2) Menimbang berat badan ibu setiap hari mulai dipertama kali ibu
masuk rumah sakit.
3) Analisis protein urin ibu saat masuk rumah sakit dan selanjutnya
minimal setiap 2 hari.
4) Pengukuran tekanan darah dalam posisi duduk setiap 4 jam
kecuali antra tenaga malam dan pagi hari.
5) Pengukuran kreatinin plasma atau serum, hematokrik, trombosit
dan enzim hati dalam serum, serta frekuensi yang ditentukan oleh
keparahan hipertensi.
6) Evaluasi terhadap ukuran janin dan volume cairan amnion, baik
secara klinis maupun USG.
7) Terminasi kehamilan. Pada hipertensi sedang atau berat yang
tidak membaik setelah rawat inap biasanya dianjurkan untuk
dilakukan terminasi janin (persalinan) demi kesejahteraan ibu dan
janin. Persalinan sebaiknya diinduksi dengan oksitosin intravena.
Apabila tampaknya induksi persalinan hampir pasti gagal atau
upaya induksi gagal, diindikasikan seksio sesaria untuk kasus-
kasus yang lebih parah
c. Terapi obat antihipertensi.

17
Pemakaian obat antihipertensi sebagai upaya mempertahankan
kehamilan atau memodifikasi prognosis perinatal pada kehamilan
dengan penyulit hipertensi dalam berbagai tipe dan keparahan telah
lama menjadi perhatian.
d. Penundaan persalinan pada hipertensi berat.
Ibu dengan hipertensi berat bisanya harus segera menjalani
persalinan. Pada tahun-tahun terakhir, sebagai penelitian di seluruh
dunia menganjurkan pendekatan yang berbeda dalam
penatalaksanaan ibu dengan hipertensi berat yang jauh dari aterm.
Pendekatan ini menganjurkan penatalaksanaan konservatif atau
“menunggu”.
B. KONSEP MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN 7 LANGKAH
VARNEY
I. PENGKAJIAN
Pada langkah pengkajian, dilakukan dengan mengumpulkan semua
informasi yang lengkap dan akurat dari semua sumber yang berkaitan
dengan keadaan klien.
Tanggal Pengkajian :
Waktu Pengkajian :
Nama Pengkaji :
Tempat :
Data Subyektif
a. Identitas

Nama : nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan


sehari-hari agar tidak keIiru dalam memberikan
penanganan (Eni dan Diah, 2010).
Umur : >20 tahun – < 35 tahun, dicatat dalam tahun untuk
mengetahui adanya resiko seperti kurang dan 20
tahun, alat-alat reproduksi belum matang
sedangkan umur ibu Iebih dari 35 tahun (Eni dan
Diah, 2010).

18
Agama : untuk mengetahui keyakinan agama pasien tersebut
untuk membimbing atau mengarahkan pasien
dalam berdoa.
Suku/bangsa : berpengaruh pada adat istiadat dan kebiasaan sehari-
hari.
Pendidikan : berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya,
sehingga bidan dapat memberikan konseIing
sesuai dengan pendidikannya.
Pekerjaan : gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat
sosial ekonominya karena ini juga mempengaruhi
dalam gizi pasien tersebut.
Alamat : ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah
bila diperlukan
No. Register :

b. Alasan datang periksa/keluhan utama


1. Alasan datang periksa
Umumnya klien merasakan Ketidaknyamanan yang umum
terjadi pada kehamilan Trimester III antara lain: gangguan rasa
nyaman (nyeri), gangguan gambaran diri, perubahan proses keluarga,
kecemasan, perubahan pola seksual (Mitayani, 2013).
2. Keluhan utama
Menurut Varney, 2017. Ibu hamil pada trimester III mengalami
beberapa keluhan utama, yaitu :

a) Konstipasi: konstipasi diduga terjadi akibat penurunan


peristaltis yang disebabkan relaksasi otot polos pada usus besar
ketika terjadi peningkatan jumlah progesteron. Pergeseran dan
tekanan pada usus akibat pembesaran uterus atau bagian
persentasi juga menurunkan motilitas pada saluran

19
gastrointestinal sehingga menyebabkan konstipasi. Salah satu
efek samping yang umum muncul pada penggunaan zat besi
adalah konstipasi.
b) Peningkatan frekuensi berkemih: Kondisi uterus yang
membesar akibat perkembangan janin, menyebabkan penekanan
pada kandung kemih.
c) Dispareunia: Nyeri hubungan seksual dapat berasal dari
sejumlah penyebab kehamilan. Perubahan fisiologis dapat
menjadi penyebab, seperti kongesti vagina/panggul akibat
gangguan sirkulasi yang dikarenakan tekanan uterus yang
membesar atau tekanan bagian persentasi. Masalah-masalah
fisik kemungkinan disebabkan abdomen yang membesar atau
dijumpai pada tahap akhir kehamilan saat bagaian presentasi
mengalami penurunan ke dalam pelvis sejati. Faktor-faktor
psikologis dapat menyebabkan dispareunia karena pemahaman
yang salah dan kekhawatiran akan menyakiti jabang bayi
meskipun kekhawatiran tidak beralasan kecuali terdapat
perdarahan vagina atau pecah ketuban.
Menurut Varney (2010) riwayat kehamilan saat ini dikaji
untuk mendeteksi komplikasi, beberapa ketidaknyamanan, dan
setiap keluhan seputar kehamilan yang dialami klien sejak haid
terakhir (HPHT).
1) Keluhan tiap trimester
2) Pergerakan anak pertama kali (Quickening)
3) Pemeriksaan kehamilan
4) Pendidikan kesehatan yang sudah didapatkan
5) Imunisasi

c. Riwayat kesehatan klien


Riwayat penyakit klien yang dapat memperberat atau diperberat
oleh kehamilan.

20
1. Penyakit Kardiovaskuler: Penyakit jantung dan hipertensi. Seorang
wanita dapat menderita penyakit jantung kelas I diawal kehamilannya
dan berkembang menjadi kelas II bahkan kelas III. Kelainan jantung
yang dapat ditemui selama kehamilan adalah prolaps katup mitral
(mitral valve prolapsed, MVP). Wanita dengan MVP yang tidak
mengalami penebalan katup mitral tidak diberi antibiotic profilaksis
jika ia melahirkan secara pervaginam atau melalui seksio sesaria
(Varney, 2017).
2. Penyakit endokrin: Diabetes Mellitus dan hipertiroid merupakan
penyakit pada endokrin yaitu lebihnya produksi hormone tiroid oleh
kelenjar tiroid. Penyakit ini jika menyertai ibu hamil dapat
menyebabkan preeklamsia, kegagalan jantung, keadaan perinatal yang
buruk atau keguguran spontan.
3. Penyakit infeksi: IMS, infeksi TORCH, ISK dan infeksi Varisela-
Zoster. Virus ini merupakan kelompok DNA Herpes virus dan hidup
laten pada ganglion bagian belakang setelah infeksi primer. Ibu hamil
yang terinfeksi oleh virus ini jika pada trimester I dapat menyebabkan
cacat bawaan seperti atrofi korteks serebri, kelainan pada tulang dan
kulit (Prawirohardjo, 2009).
4. Riwayat alergi:  Alergi memang diturunkan, tetap tidak selalu 100%.
Besarnya risiko anak menderita alergi dapat dilihat dari riwayat alergi
di dalam keluarganya, seperti asma, alergi hidung, serta eksim
(dermatitis atopik). Apabila ada anak Anda yang menderita alergi,
maka kemungkinan anak lainnya juga menderita alergi sebesar 20-
30%. Bila salah satu dari Anda menderita alergi, maka kemungkinan
anak-anak Anda menderita alergi sebesar 25-40%. Sedangkan bila
Anda dan pasangan sama-sama menderita alergi, risiko anak-anak
Anda meningkat jadi 40-60% dan bila Anda berdua menderita alergi
yang sama, risikonya menjadi 60-80%. Bahkan, bila tidak ada riwayat
alergi dalam keluarga, anak Anda tetap berisiko menderita alergi
sebesar 5-15%, misalnya alergi antibiotik (Munasir, 2008).

21
5. Riwayat Pembedahan : Riwayat operasi apapun termasuk riwayat
Seksio Caesarea. (Mochtar, 2012).

d. Riwayat Kesehatan Keluarga


Penyakit tertentu dapat terjadi secara genetik atau berkaitan dengan
keluarga atau etnisitas, dan beberapa diantaranya berkaitan dengan
lingkungan fisik atau sosial tempat keluarga tersebut tinggal (Fraser &
Cooper, 2009).
Mengkaji riwayat penyakit menurun (asma, hipertensi, DM,
hemofilia) menular (hepatitis, TBC, HIV/AIDS) menahun (jantung,
asma).

Riwayat kehamilan kembar juga memiliki insidens lebih tinggi


pada keluarga tertentu (Fraser&Cooper, 2009).
1. Hipertensi: Sebagai gangguan yang berhubungan dengan kehamilan,
pre-eklamsia (Lyoyd, 2013). Beberapa penyakit yang disebabkan
oleh Diabetes Mellitus, antara lain : hipertensi, diabetes mellitus,
kanker, dan penyakit jantung koroner.
2. Diabetes: Menurut penelitian Salim (2014) mengungkapkan adanya
gen Diabetes Mellitus, yang diekspresikan pada sel-sel lemak dan
kode-kode untuk protein leptin. Diabetes pada kehamilan dapat
meningkatkan risiko untuk terjadinya, preeclampsia, seksio caesaria
dan meningkatkan mortalitas janin (Prawirohardjo, 2014).
3. Gemelli: Kehailan kembar memiliki insidens lebih tinggi pada
keluarga yang memiliki riwayat kehamilan kembar (Cooper, 2009).

e. Riwayat Menstruasi
1. Menarche
Perdarahan (menstruasi) yang terjadi untuk pertama kali disebut
menarche, pada umur 12-13 tahun (Manuaba, 2013).

22
Haid pertama kali yang dialami seorang perempuan disebut
menarche, yang pada umumnya terjadi pada usia sekitar 14 tahun
(Prawirohardjo, 2014).
2. Siklus haid
Siklus menstruasi adalah jarak antara menstruasi yang dialami
dengan menstruasi berikutnya, tidak kurang dari 24 tapi tidak melebihi
35 hari. Pada usia 25 tahun > 40% perempuan mempunyai panjang
siklus berkisar 25-28 hari, usia 25-35 tahun > 60% siklusnya 28 hari.
Kurang dari 1% perempuan mempunyai siklus haid teratur dengan
panjang siklus < 21 hari atau > 35 hari. Hanya sekitar 20% perempuan
mempunyai siklus haid yang tidak teratur (Prawirohardjo, 2014).

3. Volume darah haid


Volume darah normal adalah tidak melebihi 80 ml dan ganti
pembalut 2-6 kali per hari (Prawirohardjo, 2014).
4. Lama haid
Lama haid 3-7 hari (Prawirohardjo, 2014).
5. Ciri/sifat darah haid
Ciri darah haid normal adalah tanpa bekuan darah.Bila
perdarahan disertai gumpalan darah menunjukkan terjadi perdarahan
banyak merupakan keadaan abnormal pada menstruasi (Manuaba,
2013).

f. Riwayat Obstetri

Kehamilan Persalinan Anak Nifas


No
Abnor
. Sua Tmp BB Lakt
Anak UK Peny Jenis Pnlg Peny JK H M malita peny
mi t /PB asi
s

23
Dekker (2008) dalam Fraser & Cooper (2009) menyatakan
salah satu faktor risiko hipertensi akibat kehamilan terjadi pada
multigravida yang memiliki pasangan baru.
Ibu multipara yang kemudian menikah lagi mempunyai
risiko lebih besar terjadinya hipertensi dalam kehamilan jika
dibandingkan dengan suami yang sebelumnya (Angsar, 2009).
Atonia uteri sering dijumpai pada multipara dan
grandemultipara (Mochtar, 2011).
Hallak (2005) dalam Fraser & Cooper (2009) menyatakan
hipertensi akibat kehamilan terjadi dua kali lebih sering pada
primigravida dibandingkan pada multipara.
Frekuensi kejadian Hiperemesis Gravidarum adalah  2  per
1000 kehamilan dan Insiden Hiperemesis Gravidarum adalah
0,1-1 % dengan 50 % risiko kekambuhan pada kehamilan
berikutnya (Marry, 2010).
Kejadian hiperemesis gravidarum lebih sering dialami
oleh primigravida dari pada multigravida, hal ini berhubungan
dengan tingkat kesetresan dan umur si ibu saat mengalami
kehamilan pertama, Ibu primigravida belum mampu beradaptasi
terhadap hormon estrogen dan  khorionik gonadotropin.
Peningkatan hormon ini membuat kadar asam lambung
meningkat, hingga muncullah keluhan rasa mual (Wiknjosastro,
2015).
Faktor yang dapat menimbulkan hiperemesis gravidarum
adalah: primigravida, overdistensi rahim (hidramnion, hamil
gemeli, esterogen dan HCG tinggi, mola hidatidosa);
kemungkinan vili korealis masuk dalam darah; faktor alergi;

24
faktor psikologis (rumah tangga retak, hamil yang tidak
diinginkan, takut hamil) (Manuaba, 2013).
Pada wanita hamil yang kekurangan darah lebih sering
terjadi hiperemesis gravidarum dapat dimasukan dalam ruang
lingkup faktor adaptasi adalah  wanita hamil dengan anemia
(Rukiyah, 2014).
Etiologi dari kelainan his terutama ditemukan pada
primigravida khususnya primigravida tua. Pada multipara lebih
banyak ditemukan yang bersifat inersia uteri (Prawirohardjo,
2014).)
Letak sungsang tipe complete/flexed brech dengan posisi
paha dan lutut bayi fleksi dan kaki menutupi bokong lebih
sering terjadi pada multigravida.
Amnionitis disebabkan karena infeksi traktus genital dapat
menstimilasi pelepasan prostaglandin dan hal ini dapat
menyebabkan mulainya persalinan kehamilan ganda.
Jika wanita mempunyai riwayat lebih dari 2 kali
melahirkan bayi preterm, maka ada resiko untuk terjadi
kelahiran preterm 70% pada kehamilan berikutnya.
Abnormalitas uterus; 35% wanita dengan incompeten
servik akan melahirkan preterm dan 19% wanita dengan uterus
bicornis, unicornis atau didelphic akan melahirkan sebelum
umur kehamilan 37 minggu.
Angka kejadian prematurnitas tertinggi ialah pada usia ibu
dibawah 20 tahun dan multi gravida yang jarak kelahirannya
terlalu dekat. Ibu dengan riwayat melahirkan BBLR pada partus
sebelumnya mempunyai kemungkinan untuk melahirkan anak
berikutnya dengan BBLR.
Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan dengan
paritas tinggi dan pada usia >30 tahun. Juga lebih sering terjadi
pada kehamilan ganda daripada kehmilan tunggal. Cacat bekas

25
bedah sesar berperan menaikkan insiden 2-3 kali. Pada
perempuan perokok dijumpai insiden plasenta previa lebih
tinggi 2 kali lipat (Prawirohardjo, 2014).
Faktor risiko vasa previa antara lain pada plasenta
bilobata, plasenta suksenturiata, plasenta letak rendah,kehamilan
pada fertilisasi in vitro, dan kehamilan ganda terutama triplet
(Prawirohardo, 2014).
Ibu hamil yang pernah mengalami solusio plasenta
memiliki risiko relative 10-25%, ketuban pecah
preterm/korioamnionitis 2,4-3%, hipertensi kronik 1,8-3% untuk
mengalami solusio plasenta di kehamilan berikutnya
(Prawirohardjo, 2014).

g. Riwayat kehamilan Saat Ini


Dikaji untuk mendeteksi komplikasi, ketidaknyamanan dan setiap
keluhan pada kehamilan ini.
1. Keluhan tiap trimester
2. Pergerakan anak pertama kali
3. Pemeriksaan kehamilan
4. Pendidikan kesehatan yang sudah di dapat
5. Imunisasi (Varney, 2017).

h. Riwayat Ginekologi

1. Vaginitis: Dapat mengekibatkan perdarahan vagina, serviks atau


uterus yang berkaitan dengan inflamasi (Varney, 2017).

26
2. Endometritis: Endometriotritis dapat menyebabkan rasa tidak enak
pada panggul, nyeritekan uterus, radang monosit dan sel-sel plasma
di dalam stroma endometrium dan nekrosis stroma (Varney, 2017).
3. Mioma uteri: mengurangi kemungkinan perempuan menjadi hamil,
abortus, kelainan latak janin, manghalangi lahirnya bayi, inersia
uteri dan Atonia uteri dan mempersulit lepasnya plasenta
(Prawirohardjo, 2014).
4. Kista Ovarium: Menyebabkan nyeri tekan goyang adneksai atau
nyeri panggul dan dapat mengalami pertumbuhan hingga ukuran
tertentu yang mengakibatkan torsi ovarium (Varney, 2017).
5. Endometriosis: Dapat menyebabkan nyeri panggul atau nyeri
abdomen bawah& perdarahan ireguler (Varney, 2017).

i. Riwayat Kontrasepsi
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan
kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama
menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini dan
beralih ke kontrasepsi apa. (Eni dan Diah, 2010).

j. Pola Fungsional Kesehatan

Pola Keterangan
Nutrisi 1. Protein : ibu hamil mengalami peningkatan kebutuhan protein sebanyak
68% (Sulistyawati, 2012).
2. Zat besi : anemia sebagian disebabkan oleh defisiensi zat besi, oleh karena
itu perlu ditekankan kepada ibu hamil untuk mengonsumsi zat besi selama
hamil dan setelah melahirkan. Kebutuhan zat besi selama hamilmeningkat
sebesar 300% (1.040 mg selama hamil) dan peningkatan ini tidak dapat
tercukupi hanya dari makanan ibu selama hamil melainkan perlu ditunjang
dengan suplemen zat besi (Sulistyawati, 2012).
3. Asam Folat: asam folat merupakan satu-satunya vitamin yang

27
kebutuhannya meningkat dua kali lipat selam hamil. Asam folat sangat
berperan dalam metabolisme normal makanan menjadi energy,
pematangan sel darah merah, sintesis DNA dan pertumbuhan sel. Jika
kekurangan asam folat maka ibu dapat menderita anemia megaloblastik.
Jika kondisi ini terus berlanjut dan tidak segera ditangani maka pada ibu
hamil akan terjadi BBLR, ablasio plasenta, dan kelainan bentuk tulang
belakang janin (spina bifida) (Sulistyawati, 2012).
4. Kalsium : kadar kalsium dalam darah ibu hamil turun drastic sebanyak
5%. Oleh karena itu, asupan yang optimal perlu dipertimbangkan
(Sulistyawati, 2012).
Eliminasi Keluhan yang sering muncul pada ibu hamil berkaitan dengan eliminasi
adalah konstipasi dan sering buang air kemih. Sering buang air kecil
merupakan keluhan yang umum yang dirasakan oleh ibu hamil, terutama pada
trimester I dan III. Hal tersebut adalah kondisi yang fisiologis. Ini terjadi
karena pada awal kehamilan terjadi pembesaran uterus yang mendesak
kantong kemih sehingga kapasitasnya berkurang. Sedangkan pada trimester
III terjadi pembesaran janin yang juga menyebabkan desakan pada kantong
kemih. Tindakan mengurangi asupan cairan untuk mengurangi keluhan ini
sangat tidak dianjurkan, karena akan menyebabkan dehidrasi (Sulistyawati,
2012).
Istirahat Dengan adanya perubahan fisik pada ibu hamil, salah satunya beban berat
pada perut sehingga terjadi perubahan sikap tubuh, tidak jarang ibu akan
mengalami kelelahan, oleh karena itu istirahat dan tidur sangat penting untuk
ibu hamil. Pada trimester akhir kehamilan sering diiringi dengan
bertambahnya ukuran janin, sehingga terkadang ibu kesulitan untuk
menentukan posisi yang paling baik dan nyaman untuk tidur. Posisi tidur yang
dianjurkan pada ibu hamil adalah miring ke kiri, kaki kiri lurus, kaki kanan
sedikit menekuk dan diganjal dengan bantal, dan untuk mengurangi rasa nyeri
pada perut, ganjal dengan bantal pada perut bawah sebelah kiri (Sulistyawati,
2012).
Aktivitas Seorang wanita hamil disarankan untuk menghentikan aktivitasnya atau

28
pekerjaan yang membutuhkan aktivitas fisik berat apabila mereka merasakan
gangguan dalam kehamilan (Sulistyawati, 2012).
Personal Kebersihan tubuh ibu hamil perlu diperhatikan karena dengan perubahan
Hygiene sistem metabolism mengakibatkan peningkatan pengeluaran keringat.
Keringat yang menempel di kulit meningkatankan kelembapan kulit, jika
tidak dibersihkan dengan mandi maka ibi hamil akan sangat mudah untuk
terkena penyakit kulit. Selain dengan mandi, mengganti celana dalam secara
rutin minimal dua kali sehari sangat dianjurkan, karena saat hamil terjadi
pengeluaran sekret vagina yang berlebihan.
Seksualitas Hubungan seksual selama kehamilan tidak dilarang selama tidak ada riwayat
penyakit seperti berikut :

1. Sering abortus dan kelahiran premature.


2. Perdarahan pervaginam.
3. Koitus harus dilakukan dengan hati-hati terutama pada minggu terakhir
kehamilan.
4. Bila ketuban sudah pecah, koitus dilarang karena dapat menyebabkan
infeksi janin intrauteri.
Kebiasaan Merokok : Merokok sebelum atau pada awal kehamilan meningkatakan
yang dapat aborsi spontan dan plasenta abnormal (termasuk abrupsio dan plasenta
mempenga previa). Selama kehamilan nikotin, karbon monoksida dan berbagai
komponen rokok lain memengaruhi sirkulasi ibu dan menyebabkan konstriksi
ruhi
pembuluh darah uteri dan plasenta (Varney, 2017).
kesehatan
Alkohol: wanita hamil sebaiknya diberi informasi tentang sindrom alkohol
janin dan mengingatkan bahwa tidak ada ketetapan kadar alkohol yang aman
selama hamil (Varney, 2017).

Kafein : wanita harus menghentikan atau menurunkan asupannya. Bukan


hanya kemungkinan terjadinya takikardia ibu, takikardia janin juga biasa
terjadi setelah ingesti kafein dosis tinggi. Wanita tidak boleh minum minuman
yang mengandung kafein selama beberapa jam sebelum pemantauan janin

29
atau pemeriksaan nonstres (Varney, 2017).

Hewan peliharaan

Ketergantungan obat : sebenarnya jika kondisi ibu hamil tidak dalam


keadaan yang benar-benar berindikasi untuk diberikan obat-obatan, sebaiknya
pemberian obat dihindari. Penatalaksanaan keluhan dan ketidaknyamanan
yang dialami lebih dianjurkan kepada pencegahan dan perawatan saja
(Sulityawati, 2012).

k. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


1. Psikologis
a) Kehamilan yang direncana/tidak direncana
b) Menerima kehamilan atau tidak
c) Perasaan cemas terhadap kehidupan bayi dan dirinya sendiri:
seperti apakah bayinya nantinya normal/tidak, terkait persalinan
dan pelahiran, keadaan organ vitalnya nantinya (Varney, 2017).
d) Persiapan ibu untuk menghadapi kehamilan dan persalinan.
e) Hubungan ibu dengan suaminya baik/tidak.
2. Sosial
a) Riwayat pernikahan: Untuk mengetahui status perkawinan,
berapa kali klien menikah, sudah berapa lama, jumlah anak, istri
keberapa dan keberadaannya dalam keluarga, kesehatan, dan
hubungan suami istri dapat memberikan wawasen tentang
keluhan yang ada (Hacker, 2006).
b) Bagaimana penerimaan keluarga terhadap kehamilannya.
c) Dimanakah ia akan menjalani persalinan apakah di dokter atau
bidan.
3. Kultural
Adakah adat istiadat yang dilakukan pada masa kehamilan
yang dapat member dampak negatif atau merugikan bagi ibu maupun
janin

30
4. Spiritual
Adakah ritual keagamaan yang dilakukan pada masa
kehamilan yang dapat memberikan dampak negatif atau merugikan
bagi ibu maupun janin.

Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
1. Kesadaran :
Compos Mentis adalah keadaan sadar sepenuhnya dengan
memberikan respon yang cukup terhadap stimulus yang
diberikan. ntuk mengetahui keadaan umum ibu baik, sedang atau
lemas (Wartonah, 2015).
2. Tanda vital :
Tekanan Darah : untuk mengetahui faktor resiko hipertensi atau
hipotensi, tekanan darah normal adalah 120/80
mmHg. Pada kasus ibu hamil dengan
hipertensi tekanan darahnya 150/100 (sari dan
Rimandini, 2014).
Nadi : untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung
dalam menit. Normalnya 60-100 per menit
(Sari dan Rimandini, 2014).
Suhu Tubuh : 360C-37,50C, untuk mengetahui suhu badan
apakah ada peningkatan atau tidak. Pada kasus
hipertensi < 35 dapat merupakan gejala
preeklamsi (Manuaba, 2013)
Pernapasan : untuk menghitung frekuensi pernafasan dan
bunyi nafas. Apakah kurang dari 40 kali
permenit/lebih dari 60 kali permenit
(Elisabeth, 2015).
3. Antropometri :

31
Tinggi Badan : >145 cm (karena tinggi <145 cm kemungkinan
panggul sempit). untuk mengetahui tinggi badan
ibu hamil, kurang dari 145 cm maka termasuk
resiko tinggi (Elisabeth, 2015)
BB saat ini : normalnya selama kehamilan pertambahan berat
badan 7 – 12 kg, ntuk mengetahui adanya
kenaikan berat badan selama kehamilan yang
rata-ratanya 0.3-0.5 Kg per minggu
(Wiknjosastro, 2015). Pada kasus hipertensi berat
badan naik 1 Kg tiap minggu (Manuaba, 2013)
LiLA : > 23,5 cm, untuk mengetahui lingkar lengan atas
ibu hamil. Lingkar Lengan Atas normal 23.5 cm
dan termasuk resiko tinggi atau tidak.
IMT : Klien yang menurut kategori BMI berada pada
rentang kehamilan fisiologis trimester III lebih
beresiko mengalami komplikasi kehamilan (Frase
& Cooper, 2009)
Menurut institute of Medicine (2002) batasan yang
direkomendasikan untuk peningkatan berat badan ibu hamil
berdasarkan BMI sebelum hamil yakni:
Total Peningkatan BB yang
Kategori Berat-Tinggi Badan
direkomendasikan
Kategori BMI Kg Lb
Rendah < 19,8 12,5- 18 28-40
Normal 19,8 – 26 11,5 – 16 25-35
Overweight 26 – 29 7 – 11,5 15-25
Kehamilan
fisiologis >29 >7 >15
trimester III
(Varney, 2017)

32
b. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
Kepala : untuk menilai warna, ketebalan, berketombe, atau
tidak (Nursalam, 2009).
Wajah. : Tidak pucat dan tidak mengalami edema karena jika
mengalami pucat merupakan gejala anemia dan
edema merupakan salah satu gejala preeklamsia dan
eklampsia. Kloasma gravidarum sebaiknya tidak ada
karena jika terdapat kloasma gravidarum dapat
menurunkan citra diri ibu hamil (Manuaba, 2013).
Mata : Bentuk mata simetris, konjungtiva berwarna merah
muda, sklera berwarna putih atau tidak berwarna
kuning (ikterus). Ada tidaknya Papiledema, paralisis
n. VI kranialis (Sari dan Rimandini, 2014).

Hidung : Bentuk hidung simetris, hidung dalam keadaan


bersih, tidak terdapat sekret dan polip dalam rongga
hidung (Perry potter, 2010).
Mulut : Bentuk mulut simetris, keadaan bibir tidak kering,
tidak terdapat stomatitis, tidak terdapat karies pada
gigi dan gigi palsu.Tenggorokkan tampak Hipertrofi
tonsil (Nursalam, 2009)
Telinga : Ukuran telinga dalam keadaan simetris, posisi
telinga dalam keadaan simetris dan bentuk telinga
dalam keadaan simetris dan tidak terdapat cairan
yang keluar dari telinga (Alimul, 2012).
Leher : menilainya adanya tekanan vena jugularis dan untuk
menilai adanya masa dalam leher (Farrer, 2011).
Dada :
a) Jantung, jantung normal, tidak bergerak cepat. (varney, 2017)

33
b) Paru-paru, mengetahui tanda kemungkinan penyakit paru,
gagal jantung, gagal ginjal (Manuaba, 2013).
c) Mamae. Untuk mengetahui adanya kebersihan putting susu
menonjolkan dan tidaknya benjolan (Wikjosastro, 2015)
d) Axillla. Untuk mengetahui adakah tumor, atau nyeri tekan atau
tidak.
Payudara : Puting susu menonjol, payudara membesar dan
mengalami hiperpigmentasi pada areola.
Abdomen. : Membesar sesuai umur kehamilan, dinding abdomen
mengalami pigmentasi dengan adanya linea alba
atau linea nigra dan striae gravidarum livid.
Genetalia : Vulva dalam keadaan bersih
Anus. : Tidak terdapat hemorrhoid
Ekstremitas : Bagian atas berbentuk simetris, kedua tangan tidak
mengalami edema, varises dan gangguan pergerakan
(reflek saraf kaki +/+). Bagian bawah berbentuk
simetris, kedua tangan tidak mengalami edema,
varises, dan gangguan pergerakan (Saminem, 2009).
Pada hipertensi ibu hamil, faktor terjadinya
hipertensi bendungan vena akibat multigravida,
akibat infeksi (Manuaba, 2013)

2. Palpasi
Kepala : Tidak ada benjolan, tidak terdapat lesi dan tidak
terdapa nyeri tekan pada kepala.
Leher : Tidak terdapat pembesaran yang tidak nomal pada
kelenjar tiroid, tidak ada bendungan vena jugularis.
Payudara : Pada palpasi, payudara seharusnya lobular, bahkan
nodular bila jaringan payudara hipertrofi (Willms,
2010).
Abdomen : TFU Mc Donald, menurut rumus McDonald:

34
Umur hamil(bulan) = tinggi fundus uteri
3,5cm
Pada saat umur kehamilan 7 bulan tinggi fundus uteri 26 cm, pada
saat umur kehamilan 8 bulan tinggi fundus uteri 30 cm,
pada saat umur kehamilan 9 bulan tinggi fundus uteri
33 cm (Manuaba, 2013).
Leopold I
Digunakan untuk menentukan usia kehamilan dan bagian apa yang
ada dalam fundus (Hidayat, 2008). Fundus uteri berisi
bokong dengan identitas lunak, tidak bulat, tanpa
balotemen, dan besar.TFU berkisar 26 cm–33 cm
menurut Mc. Donald (Manuaba, 2013).
Leopold II
Digunakan untuk menentukan letak punggung anak dan letak
bagian kecil pada anak (Hidayat, 2014). Di kanan atau
di kiri dalam perut ibu terdapat punggug bayi dengan
ciri-ciri tahanan besar, rata, teraba tulang iga (seperti
papan cuci), bagian kecil janin berada berlawanan
dengan punggung janin (Manuaba, 2013).
Leopold III
Digunakan untuk menentukan bagian apa yang terdapat dibagian
bawah dan apakah bagian bawah anak sudah atau
belum terpegang oleh pintu atas panggul (Hidayat,
2008). Bagian terendah dipegang antara ibu jari dan jari
lainnya adalah kepala dengan ciri-ciri bulat, keras, dan
bentuk yang pasti (Manuaba, 2013).
Leopold IV
Digunakan untuk menentukan apa yang menjadi bagian bawah dan
seberapa masuknya bagian bawah tersebut kedalam
rongga panggul (Hidayat, 2008). Dilakukan saat usia
kehamilan lebih dari VI bulan. Interpretasi leopold IV

35
tangan konvergen yang berarti hanya sebagian kecil
bagian kepala masuk p.a.p., tangan sejajar yang berarti
setengah bagian kepala janin masuk ke p.a.p., tangan
divergent yang berarti sudah sebagian besar kepala
masuk ke pintu atas panggul.Karena bentuk kepala
yang oval ada kemungkinan terdapat tonjolan dahi
(fleksi) atau tonjolan belakang kepala (defeksi).
Akibatnya, hanya satu tangan akan dapat lebih masuk
ke dalam dibandingkan dengan tangan lainnya, satu
tangan akan ditahan oleh benjolan kepala (Manuaba,
2013).
TBJ (Taksiran Berat Janin)
Perkiraan berat janin menurut Johnson, berat janin (gram) sama
dengan pngukuran fundus (cm) dikurangi n, yaitu 12
jika verteks pada atau di atas spina ischiadica atau 11
jika verteks dibawah spina, dikali 155 (Benson, 2012).
Rumus berat janin = (tinggi fundus uteri - 12) x 155 gram; Jika
kepala janin belum masuk p.a.p. Berat janin = (tinggi
fundus uteri - 11) x 155 gram; jika kepala kanin sudah
masuk p.a.p. (Manuaba, 2013).
Ekstremitas: Tidak terdapat edema pada tangan dan kaki yang
merupakan salah satu gejala preeklampsia (Morgan,
2013).

3. Auskultasi
Dada : bronchial, suara terndengar keras, nyaring, dengan
hembusan yang lembut, terdengar diatas trakea atau
daerah lekuk suprasternal. Bronkovesikular, suara
terdengar nyaring dengan intensitas sedang. Inspirasi
sama panjang dengan ekspirasi, terdengar di daerah
dada dimana bronkus tertutup oleh dinding

36
dada.Vesicular, terdengar lembut dan halus inspirasi
lebih panjang dari ekspirasi (Somantri, 2011).
Abdomen. : Terdengar denyut jantung janin dengan jelas, teratur,
frekuensi 120-160 kali/menit, interval teratur tidak
lebih dari 2 punctum maximal (Mochtar, 2011).
Daerah letak DJJ terdapat di kuadran kiri atau kanan
bawah abdomen ibu.
4. Perkusi
Dada : Umumnya bersuara resonan dan dullness. Karena
suara resonan dihasilkan oleh jaringan paru-paru
yang normalnya bergaung dan bernada rendah dan
suara dullness dihasilkan oleh di bagian atas jantung
dan paru-paru (Soemantri, 2011).
Abdomen : Daerah suprapubis redup jika kandung kemih
distensi atau pada wanita jika uterus membesar.
(Schwartz, 2010).
c. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan kontraksi uterus/his : Tidak dilakukan
Pemeriksaan dalam/vaginal tussae : Tidak dilakukan
Pemeriksaan panggul : Tidak dilakukan
Pemeriksaan Anogenital
1. Vulva vagina : untuk mengetahui adakah varices, luka, kemerahan,
dan adanya pengeluaran pervaginaan.
2. Perineum : untuk mengetahui adanya bekas luka jahitan dan lain-
lain.
3. Anus : untuk mengetahui adanya hemoroid atau tidak.

d. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pada trimester III pemeriksaan laboratorium yang umum dilakukan
oleh ibu hamil adalah :

37
1) Pemeriksaan Rapid antibody/antigen
Tujuannya untuk mendeteksi ada tidaknya infeksi SARS-CoV-2.
Infeksi ini berisiko menularkan ke orang lain.
2) Pemeriksaan urine
Tujuannya untuk mendeteksi adanya HCG dalam
urin.Kepekaran tes ini sangat bervariasi antara 500–1.000
mU/ml urin.Adanya glukosa dalam urin ibu hamil harus
dianggap sebagai gejala penyakit diabetes kecuali kalau kita
dapat membuktikan bahwa hal-hal lain yang menyebabkannya
(Micron Medical Multimedia).
3) Pemeriksaan darah
Menurut Manuaba (2013), anemia ringan adalah dimana kadar
hemoglobin berkisar antara 9 – 10,9 gr % / dl.
Anemia adalah suatu kondisi dimana kadar hemoglobin dalam
darah dibawah batas normal. Di Indonesia, kasus anemia
umumnya terjadi karena kekurangan zat besi dalam darah
(Saifuddin, 2014).
Definisi anemia adalah kondisi ibu dengan kadar Hemoglobin
kurang dari 11 gr/dl pada trimester pertama dan trimester 3, dan
kadar hemoglobin < 10,5 gr/dl pada trimester 2. Nilai batas
tersebut terjadi karena proses hemodilusi terutama pada
trimester ke-2 (Prawirohardjo, 2014).
4) Pemeriksaan feses
Feses diperiksa atas telur-telur cacing (Micron Medical
Multimedia).
b. Pemeriksaan USG
Pada kehamilan trimester III kehamilan USG sebaiknya
dilakukan pada kehamilan minggu ke-34 untuk mengevaluasi ukuran
fetus dan menilai pertumbuhan fetus, pergerakan dan pernapasan,
detak jantung janin, jumlah air ketuban di sekeliling bayi, serta
posisi bayi dan plasenta (dr. Suririnah, 2008).

38
II. INTERPRETASI DATA DASAR
Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga
dapat merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.
1) Diagnosis
Diagonosis kebidanan adalah diagnosis yang ditegakkan oleh
profesi (bidan) dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi
standar nomenklatur diagnosisi kebidanan.
Diagnosis :G…Papah usia kehamilan……..minggu + …….hari
Janin tunggal/ganda,hidup/mati, Intrauterin/ekstrauterin.
G : Gravida
P : Para
a : aterm
p : premature
a : abortus
h : hidup (Varney, 2017) hal. 524
Intrauterin hanya boleh ditulis jika ada pemeriksaan penunjang
berupa USG atau dilakukan pemeriksaan khusus (VT) dan yakini
kehamilan merupakan kehamilan intrauteri
2) Masalah
Hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman/hal yang sedang
dialami klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang
menyertai diagnosis (Varney, 2017).
3) Kebutuhan
Hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum teridentifikasi
dalam diagnosis dan masalah ang didapatkan dengan melakukan
analisis data menurut Varney. Rumusan kebutuhan klien akan masuk
di dalam rencana intervensi (Estiwidani, 2008)

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL

39
Identifikasi masalah atau diagnosis potensial ditegakkan berdasarkan
diagnosis dan masalah yang telah ditentukan. Pada langkah ini
diidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial berdasarkan rangkaian
masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila
memungkinkan menunggu mengamati dan bersiap-siap apbila hal tersebut
benar-benar terjadi. (Eni dan Diah, 2010)
Diagnosa potensial yang dapat terjadi pada ibu : resiko terjadinya
Preklamsia (Rukiyah dan Yulianti, 2010).
Diagnosa potensial yang dapat terjadi pada bayi : resiko terjadinya
hipoksia intra uterine (Rukiyah dan Yulianti, 2014).

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi/darurat yang
harus dilakukan untuk menyelamatkan remaja.rumusan ini mencakup
tindakan segera yang bisa dilakukan secara mandiri, kolaborasi, atau
bersifat rujukan.

V. MENGEMBANGKAN RENCANA INTERVENSI


Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau
diagnosis yang telah di identifikasi atau diantisipasi, termasuk di dalamnya
tindakan mandiri, kolaborasi ataupun rujukan.
1. Jelaskan hasil pemeriksaan
Rasional : Penjelasan mengenai hasil pemeriksaan merupakan hak
klien dan keluarga (Varney, 2017).
2. Berikan KIE tentang trimester 3 pada kehamilan normal
Rasional : Trimester III adalah kehamilan pada 28- 32 minggu.
Dengan memberikan pengertian tentang keadaan pada trimester III
sehingga ibu akan berupaya mengatasi gangguan. contohnya: rasa lelah
yang berlebihan pada punggung, bengkak pada mata kaki atau betis,
napas yang menjadi pendek, panas di perut bagian atas, varises diwajah

40
dan kaki, stretch mark, payudara semakin membesar, sering buang air
kecil dan emosi (Varney, 2017).
3. Berikan support mental/dukungan psikologis pada ibu untuk menghadapi
proses persalinan
Rasional : Pada keadaan psikologis ibu saat mengahadapi proses
persalinan, ibu menbutuhkan support serta dukungan dari suami,
keluarga serta bidan. sehingga ibu dapat merasa tenang pada masa proses
persalinan.
4. Jelaskan tentang bahaya kehamilan trimester III terutama dengan
penyerta hipertensi gestasional
Rasional : Menambah pengetahuan dan untuk mengantisipasi hal
bahaya kehamilan yang akan terjadi pada trimester III dengan penyerta
hipertensi gestasional pada klien (Varney, 2017).
5. Jelaskan tentang kebutuhan nutrisi pada kehamilan trimester III
Rasional : Menambah pengetahuan tentang pentingnya nutrisi
pada wanita hamil memerlukan intruksi khusus yang berkaitan dengan
aspek kebutuhan nutrisi, seperti jumlah kalori, protein, zat besi, asam
folat dan vitamin C (Varney, 2017).
Pemeriksaan nutrisi ibu dilakukan melalui pemantauan berat badan
dan tinggi badan. Mengetahui peningkatan berat badan ibu yang
hubungannya dengan indeks masa tubuh ibu sebelum hamil. Pemeriksaan
ini dilakukan untuk mendeteksi adanya indikasi kehamilan fisiologis
trimester III atau kekurangan nutrisi pada ibu selama hamil.
6. Jelaskan mengenai petumbuhan janin pada trimester III
Rasional : Ibu hamil harus mengetahui mengenai perubahan dan
kemjuan apa saja yang telah dialami oleh janinnya.
7. Jelaskan tentang persiapan untuk menyusui pada klien
Rasional : Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada ibu
hamil tentang cara yang dapat dilakukan sebagai persiapan untuk menyui
pada bayinya.
8. Jelaskan mengenai persiapan menjadi orang tua pada klien

41
Rasional : Klien harus mengetahui bahwa dan memahami perubahan
seperi apa yang akan dialamainya setelah kelahiran bayinya dan klien
harus bisa mempersiapkan diri untuk perubahan yang akan terjadi
tersebut.
9. Jelaskan mengenai persiapan yang harus dilakukan sebelum bayi lahir
Rasional : Ibu hamil maupun keluarganya harus mengetahui apa-apa
saja yang harus disiapkan saat kelahiran bayinya serta mempersiapkan
dengan baik segala yang dibutuhkan baik oleh bayinya dan ibunya.
10. Jadwalkan kunjungan ulang
Rasional : Ibu hamil maupun keluarga harus membuat janji temu terlebih
dahulu untuk jadwal kunjungan berikutnya yaitu 4 minggu kemudian.

VI. IMPELEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya.

VII.EVALUASI

Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan


kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk
soap.

42
BAB III
TINJAUAN KASUS

Asuhan kebidanan hamil trimester II dengan hipertensi gestasional


No Register : 00545378
Tanggal Pengkajian : 15 Maret 2021 Pukul : 09. 00 WITA
Nama Pengkaji : Shinta Anggreani Puspa Sari, S.Tr. Keb

S:
1. Identitas
Nama Klien : Ny. N.M Nama Suami : Tn. F

43
Umur : 32 tahun Umur : 33 tahun
Suku : Jawa Suku : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan :D3 Kebidanan Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Bidan Pekerjaan : Swasta
Alamat : Graha Indah

2. Alasan Datang Periksa/Keluhan Utama


Klien mengatakan ingin melakukan pemeriksaan kehamilan
Keluhan Utama : Klien mengatakan pusing kadang-kadang, dan jika
istirahat pusing berkurang.

3. Riwayat Kesehatan Klien


a. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Klien tidak memiliki penyakit kelainan reproduksi, penyakit
kardiovaskuler, penyakit darah, penyakit paru-paru, penyakit saluran
pencernaan, penyakit hati, penyakit ginjal dan saluran kencing,
penyakit endokrin, penyakit saraf, penyakit jiwa, penyakit sistem
imunologi, penyakit infeksi dan penyakit menular seksual.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang


Klien tidak memiliki penyakit kelainan reproduksi, penyakit
kardiovaskuler, penyakit darah, penyakit paru-paru, penyakit saluran
pencernaan, penyakit hati, penyakit ginjal dan saluran kencing,
penyakit endokrin, penyakit saraf, penyakit jiwa, penyakit sistem
imunologi, penyakit infeksi dan penyakit menular seksual.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Ibu klien penderita diabetes mellitus, suami dan anak pertama
klien penderita thalassemia.

44
5. Riwayat Menstruasi
Klien mengatakan pertama kali menstruasi (menarche) pada usia
12 tahun, siklus menstruasi teratur 28 hari, lama menstruasi 5-7 hari,
ganti pembalut sebanyak 4 kali sehari, warna darah merah encer
kadang disertai gumpalan.
HPHT = 07-10-2020
TP = 14-8-2021

6. Riwayat Riwayat Obstetri

Kehamilan Persalinan Anak Nifas


No
. Sua BB Abnorm Lak pe
Anak UK Peny Jenis Pnlg Tmpt Peny JK H M
mi /PB alitas tasi ny
4 ASI
ater RSK 274
01. 1 1 - Spt Bidan - Lk th 1 thn keri
m D 0/47
n ng
Hamil
02. 1
ini

7. Riwayat kehamilan Saat Ini


Pada trimester 1 klien memiliki keluhan mual muntah di pagi
hari, pada trimester 2 ini klien sering meras pusing, bulan lalu saat
kontrol tekanan darah klien tinggi yaitu 140/90 mmHg. Klien
merasakan pergerakan anak pertama kali pada usia kehamilan 4 bulan.
Klien melakukan pemeriksaan kehamilan di poli kebidanan
secara rutin. Pendidikan kesehatan yang sudah di dapat adalah tanda-
tanda bahaya pada kehamilan. Klien sudah lengkap dalam
mendapatkan imunisasi. Status ibu TT 5.

8. Riwayat Ginekologi

45
Klien tidak memiliki Riwayat ginekologi.

9. Riwayat Kontrasepsi
Klien merupakan akseptor KB IUD selama 3 tahun, dan tidak
pernah memakai jenis KB lain. Selama menggunakan IUD klien tidak
memiliki keluhan.

10. Pola Fungsional Kesehatan


Pola Keterangan
Nutrisi Makan 3-4 kali/hari dengan porsi makan1,5 centong nasi, lauk pauk 3
potong, sayur dan buah pisang, air putih ±7-8 gelas/hari. Tidak ada
keluhan dalam pemenuhan nutrisi klien. Nafsu makan baik.
Eliminasi BAK : 4-5 kali/hari, berwarna kuning jernih, konsistensi cair, tidak ada
keluhan
BAB : 1 kali/hari, warna kuning kecoklatan, konsistensi lunak
Istirahat Tidur malam ± 9-10 jam/hari
Aktivitas Aktivitas klien sehari – hari kerja dengan jadwal shift, dan melakukan
pekerjaan rumah seperti menyapu dan mengepel. Namun, tidak rutin
olahraga
Personal Klien mandi 2 kali/hari dan ganti baju rutin setiap setelah mandi
Hygiene
Kebiasaan Klien tidak ada memiliki hewan peliharaan atau kebiasaan yang dapat
mempengaruhi kesehatan klien. Suami klien tidak merokok.
Pola Selama hamil klien melakukan hubungan seksual 3 bulan sekali.
Seksual Sebelum hamil klien melakukan hubungan seksual 2 kali dalam
seminggu.

11. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


a. Psikologi : Klien mengaku merasa cemas dengan pusing yang
dialami sebab kehamilan sebelumnya tidak ada
keluhan tersebut.

46
b. Sosial : Ini pernikahan pertama dengan usia pernikahan 7
tahun, status pernikahan adalah sah. Suami dan
keluarga mendukung atas kehamilan ini.
c. Kultural : Tidak ada kebudayaan maupun kebiasaan khusus yang
dapat mempengaruhi kesehatan klien.
d. Spiritual : Tidak ada kegiatan keagamaan maupun kebiasaan
khusus yang dapat mempengaruhi kesehatan klien.

O :
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : compos mentis
Tanda – Tanda Vital :
Tekanan Darah : 140/80 mmHg
Nadi : 96 kali / menit
Suhu : 36 oC
Pernafasan : 18 kali / menit
Antropometri :
Berat Badan sebelum hamil : 118 kg
Berat Badan saat ini : 121 kg
Kenaikan BB : 3 kg
Tinggi Badan : 160 cm.
BB 121
IMT : 2= = 47,27
T B 160❑2

2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : simetris, tidak ada lesi, warna rambut hitam, distribusi
rambut merata, kebersihan rambut baik, tidak terdapat
nyeri tekan, dan benjolan abnormal.
Wajah : simetris, bentuk wajah oval, tidak pucat, tidak teraba
oedema, pipi tampak tembem.

47
Mata : simetris, konjungtiva berwarna merah muda, sklera
berwarna putih, tidak terdapat pengeluaran kotoran,
palpebra tidak oedema
Hidung : simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung,
kebersihan cukup, tidak ada polip
Mulut : bibir lembab, tidak pucat, tidak ada stomatitis, tidak
terdapat caries dentis, gigi geraham lengkap, lidah
tremor, tidak terdapat pembengkakan pada tonsil, tidak
ada tanda peradangan.
Telinga : simetris, tidak ada pengeluaran cairan atau serumen
berlebihan
Leher : tidak terdapat pemebesaran kelenjar limfe, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada bendungan pada
vena jugularis.
Dada : simetris, tidak terdapat retraksi dinding dada saat klien
bernafas, suara nafas terdengar vesikuler, tidak
terdengar suara nafas tambahan seperti bronchi,
wheezing, ronchi, BJ I dan BJ II teratur yaitu lup dan
dup.
Payudara : tidak teraba benjolan abnormal pada payudara, tidak
teraba pembesaran kelenjar limfe.
Abdomen : tidak terdapat luka bekas operasi, bising usus 9x/menit,
kandung kemih kosong, tidak terdapat nyeri tekan pada
perut bagian bawah. TFU = 17 Cm.
Leopold I : Bagian Fundus teraba bokong janin
Leopold II : Punggung Kiri
Leopold III : Bagian terbawah janin adalah kepala
Leopold IV : Kepala belum masuk pintu atas panggul karena kepala
masih bisa digoyang dan didorong
DJJ :136 kali/menit
TBJ : (17 - 11) x 155 = 930 gram

48
Genitalia : vulva tidak oedema, tidak ada varices, tidak ada
pengeluaran darah berwarna merah kecoklatan.
Anus : tidak terdapat hemoroid.
Ekstremitas :
Atas : turgor kulit baik, capillary refill time kembali
<2 detik, Refleks bisep (+), refleks trisep (+).
Bawah : tidak oedema, tidak ada varices, capillary refill time
kembali <2 detik, homan sign (-), refleks babinski (-),
reflek patella (+).
Pemeriksaan Laboratorium : Protein urine negative.

LANGKAH II
INTERPRESTASI DATA DASAR
Diagnosa Dasar
G2P1101 hamil 23-24 S=Klien mengatakan ingin melakukan
minggu janin pemeriksaan kehamilan dimana sejak bulan
tunggal hidup intra kemarin klien terkadang merasa pusing
uterin Ini kehamilan kedua dan tidak pernah keguguran
Menarchre usia 12 tahun, Setiap bulan haid
selama 5-7 hari, dalam sehari 4 kali ganti
pembalut

49
Makan 2 kali sehari dengan porsi 1 piring, dan
suka makanan ringan di sela-sela kesibukan.
Jarang olahraga
HPHT = 07-10-2020

O= KU = Baik Kes = CM
TP = 14-08-2021
TD = 140/80 mmHg, Nadi = 96 x/menit Suhu =
36 0C, Pernafasan 18 x/ menit
BB saat ini 121kg, TB = 160 Cm, IMT= 47,27
Kenaikan BB = 3 kg.
TFU = 17 Cm.
Leopold I : Bagian Fundus teraba bokong
janin
Leopold II : Punggung Kiri
Leopold III : Bagian terbawah janin adalah
kepala
Leopold IV : Kepala belum masuk pintu atas
panggul karena kepala masih
bisa digoyang dan didorong
DJJ : 136 kali/menit
TBJ : (17 - 11) x 155 = 930 gram.
Hasil Laboratorium : Protein urine negatif

Masalah Dasar
- -

Kebutuhan Dasar
KIE tentang Pengetahuan klien mengenai hipertensi gestasional
hipertensi
gestasional

50
LANGKAH III
MENGIDENTIFIKASI DIAGNOSA ATAU MASALAH POTENSIAL
Ibu : Pre eklamsia
Janin : Hipoksia intra uterin

LANGKAH IV
MENETAPKAN KEBUTUHAN TERHADAP TINDAKAN SEGERA
a. Mandiri : Tidak ada
b. Kolaborasi : Pemberian terapi hipertensi
c. Merujuk : Tidak ada

LANGKAH V
MENYUSUN RENCANA ASUHAN YANG MENYELURUH
Tanggal 15 Maret 2021 pukul 09.15 wita
1. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada klien
2. Berikan edukasi mengenai hipertensi gestasional
3. Berikan edukasi mengenai resiko kehamilan terkait kondisi klien
4. Berikan edukasi nutrisi yang cukup dan sehat untuk ibu hamil
5. Berikan support mental
6. Ingatkan kembali kepada klien mengenai kontrol ulang.

LANGKAH VI
PELAKSANAAN LANGSUNG ASUHAN / IMPLEMENTASI
Tanggal 15 Maret 2021 pukul 09.30 wita
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada klien.
Hasil pemeriksaan yang dijelaskan pada klien yaitu mengenai Ku = baik,

Kes =CM, TD = 140/80 mmHg, Nadi = 96 x/menit Suhu = 36 0C, Pernafasan 18 x/


menit, BB saat ini 121 kg, TB = 160 Cm, IMT= 47,27
Kenaikan BB = 3 kg.

TFU = 17 Cm.

51
Leopold I : Bagian Fundus teraba bokong janin
Leopold II : Punggung Kiri
Leopold III : Bagian terbawah janin adalah kepala
Leopold IV : Kepala belum masuk pintu atas panggul karena kepala masih
bisa digoyang dan didorong
DJJ : 136 kali/menit
TBJ : (17 - 11) x 155 = 930 gram
2. Memberikan edukasi mengenai definisi, tanda, gejala, dan tata laksana
hipertensi gestasional
3. Memberikan edukasi mengenai resiko kehamilan yaitu kemungkinan
terjadinya pre eklamsia, sehubungan dengan tekanan darah klien
4. Memberikan edukasi nutrisi yang cukup dan sehat untuk ibu hamil, dengan
banyak makan-makanan sayur dan buah serta membatasi konsumsi natrium,
kalium dan kafein.
5. Memberikan support mental kepada klien dan keluarga.
6. Mengingatkan kembali kepada klien mengenai kontrol ulang 4 minggu lagi
yaitu tanggal 15 April 2021.

LANGKAH VII
EVALUASI
Tanggal 15 Maret 2021 pukul 10.15 wita
1. Keadaan umum klien baik,
Hasil pemeriksaan yang dijelaskan pada klien yaitu mengenai Ku = baik,

Kes =CM, TD = 140/80 mmHg, Nadi = 96x/menit Suhu = 36 0C, Pernafasan 18 x/


menit, BB saat ini 121 kg, TB = 160 Cm, IMT= 47,27
Kenaikan BB = 3 kg.

TFU = 17 Cm.
Leopold I : Bagian Fundus teraba bokong janin
Leopold II : Punggung Kiri

52
Leopold III : Bagian terbawah janin adalah kepala
Leopold IV : Kepala belum masuk pintu atas panggul karena kepala
masih bisa digoyang dan didorong
DJJ : 136 kali/menit
TBJ : (17 - 11) x 155 = 930 gram
Pemeriksaan laboratorium : Protein urine negatif
Klien memahami penjelasan mengenai hasil pemeriksaan tersebut.
2. Memberikan edukasi mengenai definisi, tanda, gejala, dan tata laksana
hipertensi gestasional
Klien senang atas edukasi yang diperoleh karena menambah pengetahuan
terhadap kondisi yang dialaminya, dimana klien dapat memaparkan Kembali
dari definisi, tanda, gejala, dan tata laksana dari hipertensi gestasional.
3. Memberikan edukasi mengenai resiko kehamilan yaitu kemungkinan
terjadinya pre eklamsia, sehubungan dengan tekanan darah klien
Klien mengerti atas edukasi yang disampaikan, sehingga klien akan
melakukan cara-cara pencegahan pre eclampsia dengan mengurangi stress
dan melakukan aktifitas ringan.
4. Memberikan edukasi nutrisi yang cukup dan sehat untuk ibu hamil, dengan
banyak makan-makanan sayur dan buah serta membatasi konsumsi natrium,
kalium dan kafein.
Klien mengerti atas edukasi yang diberikan, dimana klien akan berusaha
makan banyak sayur dan buah, serta mengurangi konsumsi garam.
5. Memberikan support mental kepada klien dan keluarga.
Klien merasa senang atas dukungan yang diberikan, begitu pula dengan suami
klien, sehingga suami klien sangat mendukung dan siap siaga mendampingi
klien.
6. Klien bersedia melakukan kontrol ulang
Klien berjanji akan melakukan kontrol ulang 4 minggu lagi yaitu tanggal 15
Maret 2021 atau segera jika keluhan tidak berkurang.

53
DOKUMENTASI KEBIDANAN

No. Register : 00545378


Tanggal Pengkajian : 15 Maret 2021 Pukul : 09.00 Wita
Nama pengkaji : Shinta A

54
S : Klien mengatakan ingin melakukan pemeriksaan kehamilan dimana sejak
bulan kemarin klien terkadang merasa pusing
Ini kehamilan kedua dan tidak pernah keguguran
Menarchre usia 12 tahun, Setiap bulan haid selama 5-7 hari, dalam sehari 4 kali
ganti pembalut
Makan 2 kali sehari dengan porsi 1,5 piring.
Jarang olahraga
HPHT = 07-11-2020

O : 1. Keadaan umum klien baik Kesadaran compos mentis


2. TP = 14-08-2021
3. Tanda- tanda vital
a. Tekanan darah : 140/80 mmHg
b. Nadi : 96 x/ menit
c. Suhu : 36 oC
d. Pernapasan : 18 x/menit
4. Berat badan : 121 kg TB = 160 Cm IMT= 47,27
5. Pemerikasaan fisik
Kepala : simetris, tidak ada lesi, warna rambut hitam, distribusi
rambut merata, kebersihan rambut baik, tidak terdapat nyeri
tekan, dan benjolan abnormal.
Wajah : simetris, bentuk wajah oval, tidak pucat, tidak terdapat
cloasma gravidarum, tidak teraba oedema
Mata : simetris, konjungtiva berwarna merah muda, sklera
berwarna putih, tidak terdapat pengeluaran kotoran,
palpebra tidak oedema
Hidung : simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung, kebersihan
cukup, tidak ada polip
Mulut : bibir lembab, tidak pucat, tidak ada stomatitis, tidak
terdapat caries dentis, gigi geraham lengkap, lidah tremor,

55
tidak terdapat pembengkakan pada tonsil, tidak ada tanda
peradangan.
Telinga : simetris, tidak ada pengeluaran cairan atau serumen
berlebihan
Leher : tidak terdapat pemebesaran kelenjar limfe, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada bendungan pada vena
jugularis.
Dada : simetris, tidak terdapat retraksi dinding dada saat ibu
bernafas, suara nafas terdengar vesikuler, tidak terdengar
suara nafas tambahan seperti bronchi, wheezing, ronchi, BJ
I dan BJ II teratur yaitu lup dan dup.
Payudara : tidak teraba benjolan abnormal pada payudara, tidak teraba
pembesaran kelenjar limfe, tidak terdapat pengeluaran ASI.
Abdomen : tidak terdapat luka bekas operasi, bissing usus 9 x / menit,
kandung kemih kosong, TFU = 17 Cm.

Leopold I : Bagian Fundus teraba bokong janin


Leopold II : Punggung Kiri
Leopold III : Bagian terbawah janin adalah kepala
Leopold IV : Kepala belum masuk pintu atas panggul karena kepala masih
bisa digoyang dan didorong
DJJ : 136 kali/menit
TBJ : (17 - 11) x 155 = 930 gram

Genitalia : vulva tidak oedema, tidak ada varices, tampak keluar lochea
alba, dan tampak keluar pengeluaran darah berwarna merah
kecoklatan.
Anus : tidak terdapat hemoroid
Ekstremitas :
Atas : turgor kulit baik, capillary refill time kembali
<2 detik, Refleks bisep (+), refleks trisep (+).

56
Bawah : tidak oedema, tidak ada varices, capillary refill time
kembali <2 detik, homan sign (-), refleks babinski (-), reflek
patella (+).
Pemeriksaan Laboratorium : Protein urine negatif

A: Diagnosis : G2P1101 hamil 23-24 minggu janin tunggal hidup


intra uterin dengan hipertensi gestasional dan obesitas
Masalah : Tidak ada
Diagnosis Potensial : Ibu : Pre eclampsia
Janin : Hipoksia intra uterin
Masalah Potensial : Tidak ada
Kebutuhan Segera : Tidak ada

P:
No Tgl/Jam Pelaksanaan TTD
1. 15 Maret Memberitahukan hasil pemeriksaan tanda-tanda Mahasiswa
2021 vital dan pemeriksaan fisik kepada klien bahwa
09.30 hasilnya merupakan suatu keadaan yang tidak
normal.
Didapati hasil : Keadaan umum klien baik
Kesadaran compos mentis
Tanda- tanda vital
Tekanan darah : 140/80 mmHg , Nadi : 96 x/
menit, Suhu : 36 oC , Pernapasan : 18 x/menit
BB saat ini 121 kg, TB = 160 Cm, IMT= 47,27
Kenaikan BB = 3 kg.
TFU = 17 cm
Leopold I : Bagian Fundus
teraba bokong janin
Leopold II :Punggung Kiri
Leopold III : Bagian terbawah janin

57
adalah kepala
Leopold IV : Kepala belum masuk pintu atas
panggul karena kepala masih bisa
digoyang dan didorong
DJJ : 136 kali/menit
TBJ : (17 - 12) x 155 = 930 gram
Pemeriksaan Laboratorium :
Pemeriksaan USG :Protein urine negative.
; Klien dan suami mengerti dan rasa cemas
berkurang setelah mendapatkan penjelasan
mengenai hasil pemeriksaan
2. 09.45 Memberikan edukasi mengenai definisi, tanda,
gejala, dan tata laksana hipertensi gestasional
; Klien senang atas edukasi yang diperoleh
karena menambah pengetahuan terhadap kondisi
Mahasiswa
yang dialaminya, dimana klien dapat
memaparkan Kembali dari definisi, tanda,
gejala, dan tata laksana dari hipertensi
gestasional.
3. 10.00 Memberikan edukasi mengenai resiko
kehamilan yaitu kemungkinan terjadinya pre
eklamsia, sehubungan dengan tekanan darah
klien
Mahasiswa
; Klien mengerti atas edukasi yang disampaikan,
sehingga klien akan melakukan cara-cara
pencegahan pre eclampsia dengan mengurangi
stress dan melakukan aktifitas ringan.
4. 10.10 Memberikan edukasi nutrisi yang cukup dan
sehat untuk ibu hamil, dengan banyak makan-
makanan sayur dan buah serta membatasi Mahasiswa
konsumsi natrium, kalium dan kafein.
; Klien mengerti atas edukasi yang diberikan,

58
dimana klien akan berusaha makan banyak sayur
dan buah, serta mengurangi konsumsi garam.
5. 10.20 Memberikan support mental kepada klien dan
keluarga.
; Klien merasa senang atas dukungan yang
Mahasiswa
diberikan, begitu pula dengan suami klien,
sehingga suami klien sangat mendukung dan
siap siaga mendampingi klien.
6. 10.30 Mengingatkan kembali kepada klien mengenai
kontrol ulang
; Klien bersedia untuk kembali kontrol 4 minggu Mahasiswa
lagi lagi yaitu tanggal 15 Maret 2021 atau segera
jika keluhan tidak berkurang.

59
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan menguraikan pembahasan tentang asuhan kebidanan pada
NY “N.M” dengan kehamilan trimester II dengan hipertensi gestasional di ruang
Poli Kebidanan RSUD dr Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan. Asuhan ini
dilakukan selama 1 jam.
Dalam hal ini, pembahasan akan diuraikan secara narasi berdasarkan
pendekatan asuhan kebidanan dengan tujuh langkah varney yaitu : pengumpulan
data dasar, merumuskan diagnosis atau masalah aktual, merumuskan diagnosis
atau masalah potensial, melaksanakan tindakan segera atau kolaborasi,
merencanakan tindakan asuhan kebidanan, melakukan tindakan asuhan
kebidanan, dan mengevaluasi asuhan kebidanan.

A. Langkah I. Identifikasi Data Dasar


Pada langkah ini, kegiatan yang dilakukan adalah pengkajian dengan
mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi klien secara
lengkap. Dimana data yang dikumpulkan berupa keluhan klien, riwayat
kesehatan klien, pemeriksaan fisik secara lengkap sesuai dengan kebutuhan,
meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya, meninjau data laboratorium.
Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Pada langkah ini, bidan
mengumpulkan data dasar awal secara lengkap (Betty mangkuji dkk, 2014 : 5).
Kegiatan pengumpulan data dimulai saat klien masuk dan dilanjutkan
secara terus menerus selama proses asuhan kebidanan berlangsung. Data dapat
dikumpulkan dari berbagai sumber yang dapat memberikan inormasi paling
akurat yang dapat diperoleh secepat mungkin dan upaya sekecil mungkin.
Pasien adalah sumber informasi yang paling akurat dan ekonomis yang disebut
dengan sumber data primer. Sumber data alternatif atau sumber data sekunder
adalah data yang sudah ada, praktikan kesehatan lain, dan anggota keluarga.

59
Tekhnik pengumpulan data ada tiga yaitu, 1) Observasi, 2) Wawancara
3) Pemeriksaan. Observasi adalah pengumpulan data melalui indra penglihatan
(perilaku, tanda fisik, kecacatan, ekspresi wajah), pendengaran (bunyi batuk,
bunyi nafas), penciuman (bau nafas, bau luka), perdaban (suhu badan, nadi).
Wawancara, dimana pembicaraan terarah yang umumnya dilakukan pada
pertemuan tatap muka.
Dalam wawancara yang penting di perhatikan adalah data yang
ditanyakan di arahkan data yang relefan. Dan Pemeriksaan, dimana
pengumpulan data yang dilakukan dengan memakai instrument/alat mengukur.
Dengan tujuan untuk memastikan batas dimensi angka, irama kuantitas.
Misalnya pengukuran tinggi badan dengan meteran, berat badan dengan
timbangan, tekanan darah dengan tensimeter (Dwi Asri, 2012 : 27-28).
Dalam tahapan pengakajian, penulis tidak mendapat hambatan. Hal ini
dapat dilihat dari tingkat pendidikan klien yang dapat menerima kehadiran
penulis saat pengumpulan data sampai tindakan yang diberikan. Klien
menunjukan sikap terbuka dan menerima anjuran serta saran yang diberikan
oleh penulis maupun tenaga medis lainnya dalam memberikan asuhan
kebidanan.
Tindakan yang pertama kali dilakukan di ruang Poli Kebidanna RSUD dr
Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan yakni pengumpulan data subjektif yang
terdiri dari alasan utama klien datang ke ruang Poli Kebidanan, riwayat
keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang dan yang lalu, riwayat sosial
ekonomi, psikososial, dan spiritual, serta riwayat kebutuhan dasar klien.
Sementara itu, dilakukan pula pengumpulan data secara objektif yang
terdiri dari pemeriksaan umum klien, dan pemeriksaan fisik (head to toe).NY
“N.M” usia 32 tahun dengan kehamilan fisiologis trimester III datang ke ruang
Poli Kebidanan RSUD dr Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan pada pukul 09.00
wita dengan keluhan klien mengatakan ingin melakukan pemeriksaan
persiapan menikah dimana berat badan bertambah secara signifikan setiap
bulannya. Menarche usia 12 tahun, Setiap bulan haid selama 5-7 hari, dalam
sehari 4 kali ganti pembalut.

60
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran komposmentis, keadaan
umum baik, tekanan darah 140/80 mmHg, nadi 96 x/menit, pernapasan 18
x/menit, dan suhu 36 °C. Ekspresi wajah tampak cemas, tidak ada edema dan
tidak ada pembengkakan pada wajah, kedua konjungtiva mata tidak anemis dan
tidak ikterik, tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid, limfe dan vena
jugularis, payudara tampak simetris, hiperpigmentasi pada areola mammae.
Pemeriksaan abdomen didapatkan kesan yaitu kandung kemih kosong,
dan TFU= 17 cm,pembesaran perut sesuai dengan usia kehamilan.
Berdasarkan uraian di atas terdapat persamaan antara teori dengan gejala
yang timbul. Hal ini membuktikan bahwa tidak ditemukan adanya
kesenjangan antara teori dan kasus.

B. Langkah II. Identifikasi Diagnosa/ Masalah Aktual


Pada langkah ini kegiatan yang dilakukan adalah menginterpretasikan
semua data yang telah dikumpulkan sehingga ditemukan diagnosis atau
masalah. Diagnosis yang dirumuskan adalah diagnosisi dalam lingkup praktik
kebidanan yang tergolong pada nomenklatur standar diagnosis, sedangkan
perihal yang berkaian dengan pengalaman klien ditemukan hasil pengkajian
(Betty mangkuji dkk, 2014 : 5).
Hasil pengkajian data subjektif dan objektif yang diperoleh menunjukkan
diagnosis dimana pasien datang pada tanggal 15 Maret 2021 pukul 09.00 wita,
dengan keluhan klien mengatakan ingin melakukan pemeriksaan kehamilan
dimana klien mengatakan bulan kemarin tekanan darahnya tinggi.
Berdasarkan uraian diatas maka diagnosis tersebut adalah Ny. “N.M”
dengan kehamilan trimester II dengan hipertensi gestasional
Demikian penerapan tinjauan pustaka dan kasus pada NY “N.M” secara
garis besar tampak adanya persamaan antar teori dengan diagnosis aktual yang
ditegakkan sehingga memudahkan memberikan tindakan selanjutnya.

61
C. Langkah III. Antisipasi Diagnosa/ Masalah Potensial
Pada langkah ini, kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial
lain berdasarkan rangkaian diagnosis dan masalah yang sudah teridentifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan
pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap bila
diagnose/masalah potensial ini benar-benar terjadi (Tresnawati, 2016 : 3-4).
Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan
pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila
diagnose/masalah potensial ini benar-benar terjadi dan dilakukan asuhan yang
aman.
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang sudah diidentifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan
pencegahan, sambal mengamati klien, bidan dapat diharapkan bersiap-siap bila
diagnose/masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting
sekali melakukan asuhan yang aman.
Dalam mengidentifikasi diagnose atau masalah potensial dilakukan
pengantisipasian penanganan yang kemungkinan muncul segera setelah
diagnose utama ditegakkan yaitu kehamilan trimester II dengan hipertensi
gestasional
Dan berdasarkan pengkajian hasil asuhan kebidanan pada NY “N.M” di
dapatkan data penunjang terjadinya diagnosa petensial dimana pada kasus Ny
“N.M” didapatkan data objektif berdasarkan pemeriksaan yang di lakukan di
dapatkan hasil sebagai berikut tekanan darah 140/80 mmhg, nadi 96 kali/menit,
suhu 36 oc, dan pernafasan 18 kali/menit, dan pada genitalia vulva tidak
oedema, tidak ada varices.
Pemeriksaan abdomen didapatkan kesan yaitu kandung kemih kosong,
TFU = 18 cm, pembesaran perut sesuai dengan usia kehamilan.
Pada kasus NY “N.M”, penulis menemukan kelainan komplikasi pada klien,
namun komplikasi tersebut sesuai dengan teori sehingga klien memiliki

62
diagnosa potensial yang mungkin terjadi dan tidak ada kesenjangan antara teori
dan kasus.

D. Langkah IV. Identifikasi Perlunya Tindakan Segera/Kolaborasi


Pada langkah ini, yang dilakukan oleh bidan adalah mengidentifikasi
perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan atau
ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lainnya sesuai dengan kondisi
klien. Ada kemungkinan, data yang kita peroleh memeruklan tindakan yang
harus segera dilakukan bidan, sementara kondisi yang lain masih bisa menungg
beberapa waktu lagi (Betty Mangkuji, 2014 : 6).
Langkah keempat ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen
kebidanan yang terjadi dalam kondisi darurat. Kondisi darurat dapat terjadi
pada saat mengelolaan ibu hamil, ibu bersalin, nifas dan bayi baru lahir.
Kondisi darurat merupakan kondisi yang membutuhkan tindakan dengan
segera untuk menangani diagnosis maupun masalah darurat yang terjadi
apabila tidak segera dilakukan tindakan segera, selain diatas bisa juga berupa
observasi/pemeriksaan.
Pada penjelasan diatas menunjukkan bahwa bidan dalam melakukan
tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah/kebutuhan yang dihadapi
kliennya. Setelah bidan merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk
mengantisipasi diagnosisi/masalah potensial pada langkah sebelumnya, bidan
juga harus merumuskan tindakan darurat/segera yang harus dirumuskan untuk
menyelamatkan klien. Dalam rumusan ini, termasuk tindakan segera yang
mampu dilakukan secara mandiri atau bersifat rujukan (Rita Yulifah, 2014 :
134).
Pada studi kasus NY “N.M” tidak memerlukan tindakan segera yang perlu
dilakukan karena tidak ada tindakan yang membutuhkan penanganan segera,
namun memerlukan kolaborasi untuk penanganan lebih lanjut.

63
E. Langkah V. Rencana Tindakan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, yang ditentukan
oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang diidentifikasi atau di
antisipasi.
Pada langkah ini informasi/data dasar yang tidaklengkap dapat dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah
teridentifikasi dari kondisi-kondisi klien atau dari setiap masalah yang
berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut
seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan
penyuluhan, konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-
masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi, cultural atau masalah
psikologis (Th. Endang, dkk, 2014 :137)
Adapun sasaran/target dalam rencana asuhan pada kasus ini berfokus untuk
mencegah terjadinya komplikasi dari kehamilan fisiologis trimester II tingkat
yang dapat mengurangi kematian dan kesakitan pada ibu hamil (prawirohardjo,
2014 : 334). bila diagnosis asuhan kehamilan fisiologis trimester II ditegakkan,
rencana asuhan yang akan diberikan adalah memberitahu klien dan keluarga
(orang tua) mengenai hasil pemeriksaan,
Penatalaksanaan pada kasus kehamilan fisiologis trimester II yaitu
dilakukan secara konsisten dan sistematik menggunakan praktik pencegahan
infeksi, memberikan asuhan secara rutin (prawirohardjo, 2014 : 335).
Rencana asuhan pada kasus NY “N.M” disusun berdasarkan teori dengan
melihat kondisi dan kebutuhan pasien. hasil pengkajian anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pada pasien yaitu NY “N.M” datang dengan
pemeriksaan kehamilan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran komposmentis, keadaan
umum baik, tekanan darah 140/80 mmHg, nadi 96 x/menit, pernapasan 18
x/menit, dan suhu 36 °C. Ekspresi wajah tampak cemas, tidak tenang dan
meringis menahan sakit serta tidak ada edema dan tidak ada pembengkakan

64
pada wajah, kedua konjungtiva mata tidak anemis dan tidak ikterik, tidak ada
pembesaran pada kelenjar tiroid, limfe dan vena jugularis, payudara tampak
simetris, hiperpigmentasi pada areola mammae.
Pemeriksaan abdomen didapatkan kesan yaitu kandung kemih kosong,
TFU = 18 cm dimana pembesaran perut sesuai dengan usia kehamilan.
Rencana tindakan yang telah disusun yaitu: Sapa klien dan suami untuk
meningkatkan rasa percaya sehingga ibu menjadi lebih kooperatif dengan
petugas, beritahu hasil pemeriksaan, berikan edukasi mengenai kehamilan
trimester II dengan hipertensi gestasional, nutrisi, anjurkan olahraga teratur,
dan berikan KIE tentang kontrol ulang untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Rencana asuhan kebidanan yang telah disusun berdasarkan
diagnose/masalah aktual dan potensial, hal ini menunjukkan tidak ada
kesenjangan antara teori dengan manajemen Asuhan kebidanan pada penerapan
studi kasus di lahan praktek.

F. Langkah VI. Pelaksanaan Tindakan Asuhan Kebidanan


Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman.
Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan
oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukan
sendiri, ia tetap memikul tangung jawab untuk mengarahkan
penatalaksanaannya (memastikan langkah tersebut benar-benar terlaksana)
(Dwi Asri, dkk. 2012 : 31).
Pada studi kasus NY “N.M” dengan kehamilan fisiologis trimester
tindakan yang direncanakan terlaksana dengan baik. Seperti menyampaikan
hasil pemeriksaan dengan baik, daan memberikan KIE tentang kehamilan
trimester II dengan hipertensi gestasional, nutrisi, anjurkan aktivitas ringan
seperti berjalan – jalan di pagi hari.
Dalam pelaksanaan tindakan asuhan kebidanan penulis tidak menemukan
hambatan yang berarti karena seluruh tindakan yang dilakukan sudah
berorientasi pada kebutuhan klien.

65
G. Langkah VII. Evaluasi Hasil Asuhan Kebidanan
Adapun evaluasi yang dimaksudkan untuk memperoleh atau memberi nilai
terhadap intervensi yang dilakukan berdasarkan tujuan kriteria yang diberikan
kepada NY “N.M” di ruang Poli Kebidanan RSUD dr Kanujoso Djatiwibowo
pada tanggal 15 Maret 2021 yaitu keadaan klien baik, namun ada komplikasi
yang terjadi pada klien.
Maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan asuhan kebidanan pada pra
nikah dengan kehamilan trimester II dengan hipertensi gestasional berlangsung
dengan baik. hal tersebut terjadi karena manajemen asuhan yang diberikan
sesuai dengan teori dan sesuai dengan wewenang bidan.

H. Pendokumentasian
Tindakan yang pertama kali dilakukan di ruang Poli Kebidanan RSUD dr
Kanujoso Djatiwibowo yakni pengumpulan data subjektif yang terdiri dari
alasan utama klien masuk ke Poli Kebidanan, riwayat keluhan utama, riwayat
kesehatan sekarang dan yang lalu, riwayat penyakit keluarga, riwayat sosial
ekonomi, psikososial, dan spiritual, serta riwayat kebutuhan dasar klien.
Sementara itu, dilakukan pula pengumpulan data secara objektif yang
terdiri dari pemeriksaan umum klien, pemeriksaan fisik (head to toe).
Pada tanggal 15 Maret 2021 pukul 09.00 wita, klien datang ke ruang Poli
Kebidanan RSUD dr Kanujoso Djatiwibowo dengan keluhan ingin melakukan
pemeriksaan kehamilan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil pemeriksaan
tanda-tanda vital dalam batas normal, namun tekanan darah cenderung tinggi.

66
BAB V

PENUTUP

Setelah penulis mempelajari teori dan pengalaman langsung dilahan praktek


melalui studi kasus tentang manajemen asuhan kebidanan pada NY “N.M” dengan
Asuhan kebidanan pra nikah dengan kehamilan trimester II dengan hipertensi
gestasional di ruang Poli Kebidanan RSUD dr Kanujoso Djatiwibowo, maka bab
ini penulis menarik kesimpulan dan saran.

A. Kesimpulan
1. Asuhan kebidanan pada Ny. “N.M” dengan asuhan kehamilan trimester II
dengan hipertensi gestasional dilakukan dengan teknik pendekatan
manajemen asuhan kebidanan yang dimulai dari pengkajian dan analisa
data dasar, pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan pengumpulan
semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara
lengkap, mulai dari anamnesis riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang dan keterangan tambahan yang menyangkut atau
yang berhubungan dengan kondisi klien.
2. Diagnosa Ny. “N.M” dengan Asuhan kebidanan dengan kehamilan
trimester II dengan hipertensi gestasional ditegakkan berdasarkan adanya
keluhan keluhan ingin melakukan pemeriksaan kehamilan dengan merasa
ketidaknyamanan berupa sering buang air kecil terutama di malam hari.
3. Pada Ny. “ A” masalah yang muncul yaitu cemas.
4. Pada Ny. “N.M” tidak diperlukan tindakan segera, namun memerlukan
kolaborasi atau rujukan dengan SpOG untuk penanganan selanjutnya.
5. Rencana tindakan yang telah disusun pada Ny. “N.M” bertujuan agar klien
mendapatkan penanganan yang bersih dan aman, sesuai dengan kondisinya
dan mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut.
6. Tindakan yang dilakukan bertujuan agar rencana yang disusun tercapai

67
dengan adanya kerjasama antara bidan dengan petugas lainnya agar dapat
lebih meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan pasien.
7. Tindakan evaluasi pada Ny. “N.M”dengan Asuhan kebidanan kehamilan
trimester II dengan hipertensi gestasional telah diberikan semaksimal
mungkin dan sesuai standar pelayanan/rencana asuhan kebidanan serta
komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi dapat teratasi.
8. Pendokumentasian dilaksanakan pada tanggal 15 Maret 2021 di ruang Poli
Kebidanan RSUD dr Kanujoso Djatiwibowo. Pengkajian dilakukan mulai
dari pasien datang.

B. Saran

1. Bagi Penulis

Penulis dapat meningkatkan keterampilan yang dimiliki dalam


melakukan asuhan kebidanan kehamilan secara terintegrasi sesuai dengan
standar profesi bidan dan dapat mengatasi kesenjangan yang timbul
antara teori dan praktek sehingga dapat meningkatkan pengaplikasian
teori yang didapat dengan perkembangan ilmu kebidanan terbaru.

2. Bagi Lahan Praktik


a. Bidan sebagai tenaga kesehatan diharapkan mampu memberikan
pelayanan yang professional sehingga dapat berperan dalam
menurunkan angka kematian ibu (AKI). Oleh karena itu bidan harus
meningkatkan kemampuan, pengetahuan, keterampilan, melalui
program pendidikan, pelatihan-pelatihan, seminar agar menjadi
bidan yang berkualitas sesuai dengan perkembangan IPTEK.
b. Bidan harus memberikan asuhan sesuai wewenang untuk itu
manajemen kebidanan perlu dikembangkan karena merupakan alat
yang mendasari bagi bidan untuk memecahkan masalah klien dan
berbagai kasus.

68
c. Seorang bidan hendaknya mampu mendeteksi secara dini adanya
tanda-tanda infeksi pada leher rahim dan menganjurkan ibu dan
keluarga segera kepelayanan kesehatan bila memiliki keluhan.

3. Bagi Institusi Pendidikan


a. Untuk mendapatkan hasil manajemen asuhan kebidanan yang baik
perlu menyediakan tenaga bidan yang professional untuk
menunjang pelaksanaan tugas.
b. Untuk pelayanan yang lebih berkualitas sesuai dengan kemajuan
teknologi, sebaiknya bidan yang sudah bertugas diberi kesempatan
untuk melanjutkan atau semacam pelatihan-pelatihan.
c. Demi mendapatkan hasil yang baik dan memuaskan perlukiranya
penyediaan fasilitas/alat-alat yang memadai untuk penunjang
pelaksanaan tugas-tugas kebidanan dan untuk meningkatkan
keterampilan bidan.

4. Bagi Klien
a. Menganjurkan klien untuk kontrol untuk persiapan tindakan
pembedahan.
b. Menganjurkan kepada klien untuk untuk mengomsumsi makanan
dengan gizi seimbang, tablet tambah darah secara rutin, dan
meminum jahe hangat saat nyeri haid terjadi.
c. Menganjurkan kepada klien untuk menjaga kebersihan organ
genetalianya.

69
DAFTAR PUSTAKA

A.Azis Alimul Hidayat & Musrifatul Uliyah. ( 2012 ). Buku Ajar Kebutuhan
Dasar Manusia. Surabaya : Health Books Publishing
Ambarwati, Eny da W. Diah. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha
medika.
Angsar D, 2009.Hipertensi Dalam Kehamilan, dalam :Ilmu Kebidanan. Edisi IV.
Jakarta.Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 530-561
Chamberlain, G. & Morgan, M., 2013. ABC of Antenatal Care, London: BMJ
Books.
Cooper, Fraser. 2009. Buku Ajar Bidan Myles. Jakarta: EGC
Corry Sihotang, Pesta, dkk. Hubungan pola makan dan kecukupan istirahat tidur
dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas
biromaru. Jurnal Kesehatan Tadulako Vol. 2 No. 1, Januari 2016.
Darmawansyih. Penyakit kronik dalam kehamilan. Alauddin University press,
2014.
Hallak M. Hypertension Pregnancy. In: James DK, Steer PJ, Weiner CP, Gomk B,
editors. High risk Pregnancy. 3 ed. London: WB Saunders; 2005. p. 639-63.
Hacker. N. F&Moore. J.G., 2001. Esensial obstetri dan ginekologi edisi 2. Alih
Bahasa Edi Nugroho. Jakarta: Hipokrates.
Estiwidani dkk. (2008). Konsep Kebidanan. Yogjakarta: Fitramaya.
Herbert Benson, dkk, 2012, Menurunkan Tekanan Darah, Gramedia, Jakarta.
Helen, Varney. 2017. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4, Volume 2.
Jakarta: EGC
Hutahaean, Serri. Perawatan Antenatal. Jakarta: Salemba Medika, 2013.
Institute of Medicine. Nutrition Standards for Foods in Schools: Leading the Way
Toward Healthier Youth. Washington DC: The National Academies Press;
2007.
Kementrian kesehatan Indonesia, profil kesehatan 2015, Jakarta kementrian
kesehatan Indonesia 2015.
Lilis Lisnawati, Asuhan Kebidanan Terkini, Jakarta: Trans info media, 2013
Manuaba, Ida Ayu handranita., Ida Bagus Gde Fajar Manuaba., Ida Bagus Gde
Manuaba. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB, Jakarta: EGC,
2013
McKay Stella and Moffat,2012. A Pocket Guide for Student
Midwives.Lancashire : Wiley
Mitayani. (2013). Asuhan keperawatan maternitas. Jakarta : SalembaMedika.
Mochtar, Rustam. 2012. SinopsisObstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi
Jilid 1 Edisi 3. Jakarta: EGC.
Munasir Z. dan Kurniati N., 2008. Air Susu Ibu dan Kekebalan Tubuh. In : IDAI.
Bedah ASI : Kajian dari Berbagai Sudut Pandang Ilmiah. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI, pp: 69-79.
Nursalam. (2009). Manajemen Keperawatan : Aplikasi dan Praktik Keperawatan
Profesional, Edisi Kedua. Salemba Medika, Jakarta.

70
Potter. P.A dan A.G. Perry. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi.7.
Jakarta: Salemba Medika; 2010.
Prawirohardjo sarwono.Ilmu kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka, 2014.
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur tahun 2015.
Radjamuda Nelawati, agnes mantolatu. “faktor-faktor resiko degan kejadian
Hipertensi pada ibu hamil di poli klinik Obs-Gin rumah sakit jiwa prof. Dr.
V. L. Ratumbuysang kota manado”, vol. 2 no. 1 januari-juni.Jurnal ilmiah
bidan 2014
Rekam Medis RSUD dr Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan tahun 2021
Robson, Elizabeth S dan Jason Waugh. 2013. Patologi pada Kehamilan
Manajemen dan Asuhan Kebidanan. Jakarta:EGC
Rukiyah,A.Y.& Yulianti L (2014). Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta : CV.
Trans Info Media.
Saifuddin, A. 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharohardjo.
Sari, E.P dan K.D. Rimandini. 2014. Asuhan Kebidanan Persalinan. Jakarta :
Trans Info Media.
Setiawati, Dewi. Kehamilan dan Pemeriksaan Kehamilan. Makassar-Gowa:
Alauddin University Press, 2013.
Standar Operasional Prosedur Hipertensi Dalam Kehamilan, RSUD dr Kanujoso
Djatiwibowo Balikpapan, 2015
Tarwoto, Wartonah. 2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan
Edisi 5. Jakarta Selatan: Penerbit Salemba Medika.
Walyani, Elisabeth Siwi.2015. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan. Yogyakarta :
Pystaka Barupress.
WHO (World Health Organization) 2016.World health statistic
Wiknjosastro, Hanifa. 2015. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

71

Anda mungkin juga menyukai