Anda di halaman 1dari 125

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR

PADA BY “A” DENGAN IKTERUS NEONATURUM


FISIOLOGIS DI PUSKESMAS LASALIMU
SELATAN KAB BUTON PERIODE
BULAN MEI s.d AGUSTUS
TAHUN 2021

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya
Kebidanan pada Program Studi Kebidanan Jenjang Diploma III Akademi
Kebidanan Buton Raya Kota Baubau

Disusun Oleh :
DIAN FITRIANI
2018.003

PROGRAM STUDI KEBIDANAN JENJANG DIPLOMA III


AKADEMI KEBIDANAN BUTON RAYA
BAUBAU
2021
ii
iii
iv
PROFIL PENELITI

1. Identitas diri
a. Nama : Dian Fitriani
b. NIM : 2018.003
c. Tempat / Tanggal lahir : Lasalimu, 31 Juli 2000
d. Agama/Suku : Islam/Buton
e. Alamat : Desa Lasalimu, Kec Lasalimu Selatan
Kab Buton Sulawesi Tenggara ,
2. Identitas Orang Tua
a. Ayah : Awaluddin
b. Ibu : Fariati
c. Alamat : Desa Lasalimu, Kec Lasalimu Selatan
Kab Buton Sulawesi Tenggara ,
3. Riwayat Pendidikan
a. SD : MIN 1 Buton, Lulusan Tahun 2012
b. SMP : SPMN 2 lasalimu Lulusan Tahun 2015
c. SMA : SMA 1 Lasalimu . Lulusan Tahun 2018
d. Perguruan Tinggi : Akademi Kebidanan Buton Raya
Angkatan 2018

v
vi
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................iii
DIAN FITRIANI............................................................................................iv
PROFIL PENELITI.......................................................................................v
KATA PENGANTAR...................................................................................vi
DAFTAR ISI................................................................................................vii
DAFTAR SINGKATAN...............................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................xi
INTISARI .................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................5
C. Tujuan Penelitian.............................................................................5
D. Manfaat Penelitian...........................................................................7
E. Ruang Lingkup Penelitian...............................................................7
F. Keaslian Penelitian..........................................................................9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................10
A. Tinjauan Umum Pada Bayi Baru Lahir Normal.............................10
B. Tinjauan Umum Tentang Ikterus Neonatorum..............................22
C. Kebijakan Terkait Kasus Yang Diteliti...........................................37
D. Kerangka alur pikir penelitian........................................................39
BAB III METODE PENELITIAN.................................................................40
A. Rancangan Penelitian...................................................................40
B. Tempat Dan Waktu Penelitian......................................................40
C. Subjek Penelitian...........................................................................40
D. Jenis Data......................................................................................41
E. Alat Dan Metode Pengumpulan Data...........................................41
F. Analisa Data..................................................................................44
G. Etika penelitian..............................................................................47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.................................49
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.............................................49
B. Hasil Studi Kasus..........................................................................52
C. Pembahasan.................................................................................80
D. Keterbatasan Karya Tulis Ilmiah...................................................96
BAB V PENUTUP......................................................................................97
A. Kesimpulan....................................................................................97
B. Saran .........................................................................................98
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................99

vii
DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1.1. Tabel Keaslian Penelitian.........................................................9


1.2. Tabel Penilaian Apgar Score...................................................18
1.3. Tabel Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Lasalimu Selatan.....51

viii
DAFTAR SINGKATAN
AGA : Appropriate for Gestational Age
AKB : Angka Kematian Bayi
APGAR : Appearance, Pulse, Grimace, Activity,
Respiration
ASEAN : Association Of South East Nations
BAB : Buang Air Besar
BAK : Buang Air Kecil
BB : Berat Badan
BBLR : Bayi Berat Lahir Rendah
BBLASR : Berat Badan Lahir
BBLSR : Bayi Berat Lahir Sangat Rendah
BCG : Bacillus Calmette-Guerin
BH : Buste Hounder
BY : Bayi
BKB : Bayi Kurang Bulan
BMK : Besar Masa Kehamilan
cc : Cubic Centimeter
cm : Centimeter
CO2 : Karbondioksida
GCS : Glasgow Coma Scale
HB-0 : Hepatitis B
HbF : Haemoglobin Fetal Type
HPHT : Hari Pertama Haid Terakhir
IgA : Imonuglobulin A
IgG : Imonuglobulin G
IgM : Imonuglobulin M
IM : Intamuskular
IRT : Ibu Rumah Tangga
IUGR : Intra Uterine Growth Restriction
IV : Intravena
Jl : Jalan
kg : Kilogram
kg/m2 : Kilogram per Meter Kubik
KIA : Kesehatan Ibu dan Anak
KK : Kepala Keluarga
KMK : Kecil Masa Kehamilan
KN : Kunjungan Neonatal
KPD : Ketuban Pecah Dini
KU : Keadaan Umum
LBI : Low Birthweight Infant
LD : Lingkar Dada
LGA : Large for Gestational Age
LILA : Lingkar Lengan Atas
LK : Lingkar Kepala
m2 : Meter Kubik

ix
mg : Miligram
ml : Mililiter
MTBS : Manajemen Terpadu Balita Sakit
MTBM : Manajemen Terpadu Bayi Muda
NCB-SMK : Neonatus Cukup Bulan-Sesuai
O2 : Oksigen
OGT : Oral Gastric Tube
PAN : Pengawasan Antenatal
PB : Panjang Badan
PMK : Perawatan Metode Kangguru
RM : Rekam Medik
RSU : Rumah Sakit Umum
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
SDGs : Sustainable Development Goals
SDKI : Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
SF : Sulfate Ferrous
SGA : Small for Gestational Age
SMA : Sekolah Menengah Atas
SMP : Sekolah Menengah Pertama
SPM-BK : Standar Pelayanan Minimal
SPT : Spontan
SOAP : Subjektif Objektif Asessment Planning
TBC : Tuberculosis
TP : Tafsiran Persalinan
TT : Tetanus Toksoid
TTV : Tanda-Tanda Vital
UNICEF : United Nations Children's Fund
USG : Ultranonografi
WHO : World Health Organization
WITA : Waktu Indonesia Tengah

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Lembar permohonan menjadi responden


Lampiran II : Lembar persetujuan responden
Lampiran III : Lembar pengkajian asuhan kebidanan
Lampiran IV : Lembar izin pengambilan data awal
Lampiran V : Lembar izin penelitian
Lampiran VI : Lembar keterangan telah melaksanakan penelitian
Lampiran VII : Lembar Perbaikan Ujian KTI

xi
INTISARI

DIAN FITRIANI (2018.003), Manajemen Asuhan Kebidanan Bayi Baru


Lahir pada By. ”A” dengan Ikterus Neonatorum Fisiologis di Puskesmas
Lasalimu Selatan Kabupaten Buton tanggal 31 Mei s.d 06 Agustus tahun
2021 (dibimbing oleh Rajia dan Dian Mardiyanti Madiylu).

Ikterus neonatorum merupakan fenomena biologis yang timbul


akibat tingginya produksi dan rendahnya ekskresi bilirubin selama masa
transisi pada neonatus, yang menimbulkan warna kuning yang tampak
pada sklera dan kulit. Penelitian ini bertujuan untuk melaksanakan
Manajemen Asuhan Pada Bayi “A” Dengan Ikterus Fisiologi di Puskesmas
Lasalimu Selatan Tahun 2021 sesuai dengan 7 langkah Varney dan
SOAP.
Metode penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional
deskriptif dengan pendekatan studi kasus dan penerapan manajemen
asuhan kebidanan tujuh langkah Varney dan catatan perkembangan
dalam bentuk SOAP
Hasil dari studi kasus yang dilakukan pada bayi “A” dengan ikterus
neonatorum fisiologi setelah dilakukan asuhan, tidak ditemukannya
hambatan selama asuhan yang diberikan. Pemantauan dilakukan
sebanyak 4 kali selama kurang lebih 1 bulan. Selama dilakukannya
asuhan pada bayi didapatkan kulit dan sklera bayi berwarna kuning sejak
tanggal 29 Juni 2021, dan asuhan terakhir tanggal 4 Juli 2021 kulit dan
sklera bayi sudah tidak kuning dan keadaan umum bayi sudah membaik.
Kesimpulanya yaitu proses penyelesaian masalah kebidanan telah
dilaksanakan, pengkajian dan analisa data pada kasus By “A” dengan
ikterus neonatorum di Puskesmas Lasalimu Selatan 2021 dan dilakukan
pendokumentasian semua temuan dan tindakan yang telah dilakukan
terhadap bayi “A” dengan hasil tidak terjadi ikterus patologi, dan tidak
ditemukannya kesenjangan antara teori dan kasus nyata.

Kata Kunci : Ikterus neonatorum, bayi baru lahir


Refernsi : 25 (2007-2021)
Halaman : xiii + 130 Halaman + 7 lampiran

xii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ikterus neonatorum adalah suatu faktor yang menyebabkan

kematian bayi (Sulis, 2019). Penyakit ini nampak pada bagian sclera,

selaput lendir, kulit atau organ lain yang disebabkan oleh penimpukan

bilirubin, keadaan seperti ini merupakan penyakit darah dan akan

ditemukan dalam minggu pertama kehidupan bayi (Auliasari, 2019).

Ikterus neonatorum juga diklasifikasi sebagai ikterus fisiologis dan

ikterus patologis (Nila, 2019). Pada umumnya, ikterus yang terjadi pada

bayi baru lahir adalah suatu hal yang normal namun jika tidak teratasi

maka akan mengarah kearah yang abnormal (Auliasari, 2019). Ikterus

fisiologis merupakan gejala yang muncul pada hari kedua atau setelah

48 jam bayi dilahirkan dan tidak mempunyai dasar abnormal (Rosyada,

2013). Sedangkan Ikterus patologis adalah gejala yang memiliki dasar

abnormal dan gejalanya muncul dalam 24 jam pertama sejak bayi

dilahirkan dan juga terdapatnya kadar bilirubin yang tinggi disertai

beberapa komplikasi seperti demam sehingga dapat menimbbulkan

gangguan menetap bahkan dapat menyebabkan kematian oleh karena

itu bayi dengan ikterus neonatorum harus mendapatkan perhatian

khusus (Nila, 2019).

Pembangunan kesehatan pada suatu negara dianggap sangat

penting untuk menilai derajat kesehatan masyarakatnya (Nila, 2019).

Produktifitas suatu Negara tergantung pada derajat kesehatan suatu

1
2

Negara tersebut (Akmal, 2019). Derajat kesehatan itu sendiri dapat

diukur dengan bermacam indikator kesehatan, salah satunya ialah dari

besarnya angka mortalitas maupun morbiditas ibu dan bayi (Akmal,

2019).

Angka kematian bayi (Infant Mortality Rate) adalah kematian yang

terjadi setelah bayi lahir sampai belum berusia tepat satu tahun (Akmal,

2019). Angka kematian bayi merupakan suatu indikator penting untuk

menentukan tingkat kesehatan masyarakat karena dapat

menggambarkan tingkat pembangunan kesehatan dalam suatu negara

dan juga kualitas hidup masyarakatnya hingga dapat digunakan untuk

memantau dan mengevaluasi program serta kebijakan kependudukan

kesehatan (Nila, 2019).

Angka kematian bayi (AKB) termasuk di dalam salah satu target

millennium development goals (MDGs) (Fallis, 2016). MDGs

menargetkan setiap negara yang telah berkomitmen di dalam MDGs

harus mampu menurunkan 2/3 angka kematian bayi dari kondisi 1999

(Kemenkes, 2015). Oleh karena itu, angka kematian bayi di Indonesia

harus berada kurang dari atau sama dengan 23 per 1.000 kelahiran

hidup pada tahun 2015 (Kemenkes, 2015). Telah dilaporkan bahwa

angka kematian bayi (AKB) di Indonesia adalah angka tertinggi di

ASEAN, dan turun lebih lambat dalam tahun-tahun akhir, dari 34

kematian per 1000 kelahiran hidup pada SDKI 2007 menjadi 32

kematian per 1000 kelahiran hidup pada SDKI 2012 (Kemenkes, 2015).
3

Menurut kementrian kesehatan Indonesia tahun 2015, terdapat

1,8% kematian bayi yang disebabkan oleh ikterus dari seluruh kasus

perinatal yang terjadi di dunia (Kemenkes, 2017). Data dari World

Health Organization (WHO) kejadian ikterus neonatal di negara

berkembang seperti Indonesia sekitar 50% bayi baru lahir normal yang

mengalami perubahan warna kulit, mukosa dan wajah mengalami

kekuningan (ikterus) dan 80% pada bayi kurang bulan (premature)

(Auliasari, 2019).

Berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia

(SDKI) tahun 2018, angka kematian bayi di Indonesia sebesar 32 per

1000 kelahiran hidup (Auliasari, 2019). Kematian neonatus terbanyak di

Indonesia disebabkan oleh asfiksia (37%), bayi berat lahir rendah

(BBLR) dan prematuritas (34%), sepsis (12%), hipotermi (7%), ikterus

neonatorum (6%), postmatur (3%), dan juga kelainan kongenital (1%)

sedangkan pada tahun 2015 penyebab utama kematian bayi adalah

BBLR sebesar 26%, ikterus sebesar 9%, hipoglikemia sebesar 0.8

(Kemenkes, 2015).

Berdasarkan data provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun

2015 angka kematian bayi mencapai mencapai 158 kasus dengan

faktor penyebab utama asfiksia 51%, BBLR 42,9%, gangguan

pernafasan (37%), prematuritas 34%, kelainan kongenital 2,8%, sepsis

12%, ikterus neonatorum (10%), postmatur (3%), dan hipotermi (7%),


4

sedangkan pada tahun 2017 angka kematian menurun menjadi 155

kasus (Dinkes Sultra, 2017).

Angka kejadian ikterus neonatorum yang diperoleh dari

Puskesmas Lasalimu Selatan, pada tahun 2017 terdapat 50 kasus

kelahiran bayi dengan ikterus neonatorum dari 150 kelahiran. Pada

tahun 2018 terdapat 45 kasus dengan ikterus dari 158 kelahiran. Pada

tahun 2019 terdapat 50 kasus bayi dengan ikterus dari 175 kelahiran

kemudian tahun 2020 terdapat 49 kasus bayi dengan ikterus

neonatorum dari 178 kelahiran. Berdasarkan data tersebut telah

menunjukan bahwa masih ada kasus ikterus neonatorum di Puskesmas

Lasalimu Selatan (Puskesmas Lasalimu Selatan, 2021).

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian berbasis studi kasus yang berjudul “Manajemen

Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Pada By “A” dengan Ikterus

Neonatorum fisiologis di Puskesmas Lasalimu Selatan Kab.Buton

periode bulan Mei s.d Agustus tahun 2021.


5

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka rumusan

masalah dalam kasus ini adalah “bagaimanakah manajemen asuhan

kebidanan bayi baru lahir pada By “A” dengan ikterus neonatorum

fisiologis di Puskesmas Lasalimu Selatan Kab.Buton periode bulan

Mei s.d Agustus tahun 2021 ?

C. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Mengetahui manajemen asuhan kebidanan bayi baru lahir

dengan ikterus neonatorum fisiologis pada By “A” di Puskesmas

Lasalimu Selatan Kab.Buton periode bulan Mei s.d Agustus tahun

2021.

b. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari Karya Tulis ilmiah ini adalah sebagai

berikut:

1. Melakukan identifikasi data dasar pada bayi baru lahir dengan

ikterus neonatorum fisiologis pada By “A” di Puskesmas

Lasalimu Selatan Kab.Buton periode bulan Mei s.d Agustus

tahun 2021.

2. Mengidentifikasi diagnosa aktual yang diperoleh dari hasil

pengkajian asuhan kebidanan bayi baru lahir pada By “A”

dengan ikterus neonatorum fisiologis di Puskesmas Lasalimu

Selatan Kab.Buton periode bulan Mei s.d Agustus tahun 2021.


6

3. Mengedentifikasi diagnosa masalah potensial bayi baru lahir

pada By “A” dengan ikterus neonatorum fisiologis di Puskesmas

Lasalimu Selatan Kab.Buton periode bulan Mei s.d Agustus

tahun 2021.

4. Mengedentifikasi perlunya tindakan segera dan kolaborasi bayi

baru lahir pada By “A” dengan ikterus neonatorum fisiologis di

Puskesmas Lasalimu Selatan Kab.Buton periode bulan Mei s.d

Agustus tahun 2021.

5. Melakukan tindakan asuhan bayi baru lahir pada By “A” dengan

ikterus neonatorum fisiologis di Puskesmas Lasalimu Selatan

Kab.Buton periode bulan Mei s.d Agustus tahun 2021.

6. Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan bayi baru lahir pada

By “A” dengan ikterus neonatorum fisiologis di Puskesmas

Lasalimu Selatan Kab.Buton periode bulan Mei s.d Agustus

tahun 2021.

7. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang telah diberikan pada

By “A” dengan ikterus neonatorum fisiologis di Puskesmas

Lasalimu Selatan Kab.Buton periode bulan Mei s.d Agustus

tahun 2021.

8. Melaksanakan pendokumentasian semua asuhan temuan

kebidanan dan tindakan yang telah diberikan pada bayi “A”

dengan ikterus neonatorum fisiologis di Puskesmas Lasalimu

Selatan Kab.Buton periode bulan Mei s.d Agustus tahun 2021.


7

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi rumah sakit

Agar dapat digunakan sebagai masukan bagi fasilitas

pelayanan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan

pada bayi baru lahir dengan ikterus neonatorum.

2. Manfaat subjek penelitian

Hasil studi kasus ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

bahan masukan untuk meningkatkan pengetahuan ibu dalam

penanganan bayi baru lahir dengan ikterus neonatorum fisiologis

secara tepat, cepat dan komprehensif.

E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup Materi

Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini adalah Manajemen

Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir pada By “A” Dengan ikterus

neonatorum fisiologis di Puskesmas Lasalimu Selatan Kab.Buton

periode bulan Mei s.d Agustus tahun 2021.

2. Ruang Lingkup Responden

Yang menjadi subjek penelitian ini adalah By “A” dengan

ikterus neonatorum fisiologis yang sementara di rawat di

Puskesmas Lasalimu Selatan Kab Buton periode Bulan Mei s.d

Agustus tahun 2021.


8

3. Ruang lingkup waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada periode bulan Mei s.d

Agustus tahun 2021 di Puskesmas Lasalimu Selatan Kab.Buton

tahun 2021.

4. Ruang Lingkup Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Lasalimu Selatan

Kab.Buton Periode bulan Mei s.d Agustus tahun 2021.


9

F. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Perbandingan penelitian

Judul : Manajemen Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir pada By “A” dengan
ikterus neonatorum fisiologis di Puskesmas Lasalimu Selatan
Tanggal Kabupaten Buton.
Metode : 24 mei s.d 31 juli tahun 2021
Penelitian : Observasional deskriptif dengan pendekatan studi kasus
Subjek : bayi “A” dengan ikterus neonatorum
Analisa Data : Dilakukan secara observasional deskriptif menggunakan prinsip
manjemen asuhan kebidanan menurut Varney dan menggunakan
SOAP
Judul
Peneli Wak Metode Responde Instrume Perbedaa
No Tempat Penelitia n
ti tu Penelitian n n
n penelitian

1. Ardina 2013 ruang bayi Asuhan Desain Bayi baru lahirLembar waktu dan
Fitriana RS PKU Kebidanan metode dengan ikteruswawancara tempat
Rosya Muhamadi Pada penelitian neonatorum dan lembar penelitian
yah neonatusstudi kasus observasi
yokyakart dengan dengan
a ikterus pendekatan
asuhan
patologis
kebidanan
manajemen
varney.
2. Lala Fajria2013 RSU Manajemen Metode By Ny“P” Lembar pada
Assalam Asuhan pengkajian, dengan Ikteruswawancara penelitian
Gemolon Kebidanan penelitian :7neonatorum dan lembar ini
sragen Pada bayi langkah derjat II observasi menggunak
baru lahir Varney dan an metode
pada bayi SOAP
pengkajiand
Ny.S
iagnosainte
dengan
ikterus rvensi,
neonatorum implementa
derajat II si dan
evaluasi

3 Rode 2016 RSUD Manajemen Metode By Ny“A” Lembar penelitian


Hulda karangany Asuhan pengkajian, dengan Ikteruswawancara ini
ar Kebidanan penelitian : 7neonatorum dan lembar menggunak
Pada bayi langkah derjat II observasi an metode
baru lahir Varney dan pengkajian
pada bayi SOAP
diagnosa,in
Ny.A
tervensi
dengan
ikterus
neonatorum
derajat II

(Ardina 2013. Fajria Lala 2013. Hulda rode 2016)


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Pada Bayi Baru Lahir Normal


1. Definisi bayi baru lahir normal
Bayi baru lahir normal merupakan bayi yang lahir dalam

presentase belakang kepala melalui vagina, tanpa adanya

komplikasi atau penyulit dan lahir pada usia 37-42 minggu dengan

berat badan lahir 2.500-4.000 gram nilai Apgar > 7 serta tanpa

kelainan apapun (Melan, 2018).

Bayi baru lahir yaitu bayi yang baru saja mengalamii proses

kelahiran, berusia 0-28 hari. BBL memerlukan proses penyesuaian

fisiologis yaitu matang, penyesuaian diri dari kehidupan dalam

rahim hingga ke kehidupan luar rahim, serta toleransi bagi bayi

agar dapat hidup dengan baik (Sarwono, 2014).

Dari sejumlah penjelasan diatas peneliti dapat menarik

kesimpulan bahwasanya bayi baru lahir normal ialah bayi yang lahir

tanpa adanya komplikasi ataupun penyulit dan bayi lahir dalam usia

kehamilan 37 sampai dengan 42 minggu (Sarwono, 2014).

2. Ciri-ciri bayi baru lahir normal

a. Berat badan bayi sekitar 2.500-4.000 gram.

b. Panjang badan bayi 42-58 cm.

c. Lingkar kepala bayi 33-35 cm.

d. Lingkar dada bayi 30-38 cm.

e. Bunyi jantung bayi pada menit pertama kurang lebih sekitar

10
11

180x/menit berubah sampai 120-160x/menit.

f. Pernapasan bayi pada menit pertama 80x/menit berubah hingga

40x/menit.

g. Kulit bayi berwarna merah muda serta licin.

h. Rambut lanugo tidak terlihat, kepala bayi terlihat telah sempurna.

i. Kuku bayi tampak panjang dan lemas, berwarna kemerahan.

j. Untuk bayi laki-laki testis tampak turun dan untuk bayi

perempuan genitalia labia mayora sudah menutuupi labia

minora.

k. Refleks hisap telah berfungsi dengan baik.

l. Refleks morro baik, jika bayi dikejutkan dengan sendirinya akan

menampakan gerakan tangan seperti memeluk dirinya sendiri.

m. Refleks graff telah baik, apabila meletakan suatu benda di

telapak tangan bayi maka ia akan menggenggam benda

tersebut.

n. Eliminasi, urine dan mekonium akan keluar dalam 24 jam,

awalnya meconium tampak berwarna kecoklatan atau kehitaman

(Sarwono, 2014).

3. Adaptasi bayi baru lahir fisiologis terhadap kehidupan diluar uterus

a. Sistem pernapasan pada bayi baru lahir

Pada saat dalam iuterus, janin mendapatkan oksigen dari

pergantian gas melalui plasenta. Setelah bayi telah lahir, terjadi

pergantian gas melalui paru-paru bayi, sehingga terjadi


12

rangsangan gerakan pernapasan pertama, normalnya

pernapasan awal pada bayi terjadi pada waktu krang lebih 30

menit setelah bayi dilahirkan (Sowwam dan Aini, 2018).

b. Metabolisme pada bayi baru lahir

Dalam jam pertama kekuatan bayi bersumber dari

perubahan karbohidrat. Setelah hari kedua, kekuatan berasal

dari penghancuran lemak. Setelah bayi baru lahir mendapatkan

asuhan asi pada hari keenam, kekuatan 60% berasal dari lemak

dan juga 40% dari karbohidrat (Yolanda, 2018).

c. Sirkulasi darah pada bayi baru lahir

Pada saat bayi lahir, paru-paru bayi akan meningkat

sehingga dapat menimbulkan tekanan anterior pada paru

berkurang, pada umumnya hal ini muncul pada saat pertama

kelahiran (Yolanda, 2018).

d. Keseimbangan air serta fungsi ginjal

Tubuh bayi terbilang lebih memilki banyak air serta kadar

natrium terbilang lebih tinggi dari kalium yang disebabkan oleh

ruangan ekstraseluler besar. System kerja ginjal belum

sempurna disebabkan oleh jumlah nefron masih sangat sedikit,

ketidak sesuaian luas permukaan glomerulus serta volume

tubulus proksi mal dan renal blood flow terbilang kurang jika

disamakan dengan manusia dewasa (Yolanda, 2018).


13

e. Imunoglobulin

1) Pada bayi baru lahir tidak memiliki sel plasma di bagian sum-

sum tulang serta lamia propia ilium dan apendiks.

2) Plasenta ialah sawar sehingga janin terbebas dari antigen

serta stres imunologis.

3) Pada bayi baru lahir kurang lebih memiliki sedikit gama

globulin G, Akibatnya imunologi dari ibu dapat melalui

plasenta disebabkan oleh jumlah molekulnya sedikit (Yolanda,

2018).

f. Traktus Digetivus

Traktus digestifus terkadang besar serta lebih panjang

apabila disamakan dengan manusia dewasa, sehingga pada

bayi baru lahir traktus digestivus memiliki zat berwarna hitam

kehijauan yang bersumber dari mukopolisakarida sehingga

disebut meconium. Pengeluaran meconium umumnya dalam 10

jam pertama sehingga dalam jangka waktu 4 hari umumnya tinja

telah terbentuk juga berwarna biasa (Yolanda, 2018).

g. Hati

sejak bayi dilahirkan, organ hati menampakan peralihan kimia

dan morfologis, yang merupakan peningkatan jumlah protein

serta penurunan jumlah lemak dan glikogen. Sel hemopoetik ikut

mulai menurun, meskipun memakai waktu yang cukup lama.

sejak bayi lahir enzim hati tidak aktif sebagai mana mestinya,
14

kekuatan detoksifikasi hati pada neonatus juga belum aktif

keseluruhan.

h. Keseimbangan asam basa pada bayi baru lahir

PH darah sejak bayi lahir terbilang rendah disebabkan oleh

glikolisis aerobik. Neonatus sudah mengkompensasi asidosis ini

dalam waktu 24 jam (Yolanda, 2018).

4. Penilaian pada bayi baru lahir

a. Pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir meliputi :

1) Pemeriksaan Kulit

Pemeriksaan kulit meliputi pemeriksaan verniks, warna

kulit dan bibir, tanda lahir.

2) Pemeriksaan Kepala

Pemeriksaan kepala meliputi, sutura, molase, keterkaitan

dalam letak dengan mata dan kepala, mengukur lingkar

kepala dimulai dari lingkar oksipito-frontal. kisaran normal

lingkar kepala 33 cm sampai dengan 35 cm.

3) Pemeriksaan Mata

a) Buka mata bayi dan lihat apakah terdapat tanda

infeksi ataupun pus.

b) Bersihkan kedua bagian mata bayi dengan menggunakan

lidi kapas DTT.

c) Periksa pupil, simetris atau tidak, dan respon terhadap


15

cahaya.

d) Oleskan salep mata.

4) Pemeriksaan telinga pada bbl (Periksa kesesuaian letak

mata dan kepala).

5) Pemeriksaan hidung dan mulut bbl

Periksa kelembapan bibir, periksa kenormalan langit-

langit bayi, Apakah terdapat bibir sumbing, melakukan

penilaian refleks hisap dinilai saat bayi sedang menyusu

pada ibunya (Ratuain, 2015).

6) Pemeriksaan leher pada bbl

Memeriksa apakah terdapat pembengkakan dan

gumpalan atau tidak.

7) Pemeriksaan dada pada bbl

a) Dengarkan bunyi nafas serta detak jantung bayi

b) Nilai apakah terdapat tarikan pada dinding dada.

c) Nilai puting susu bayi simetris ataukah tidak.

8) Pemeriksaan adomen bbl

a) Palpasi perut bayi, apakah terdapati kelainan.

b) Periksa keadaan tali pusat bayi

9) Pemeriksaan alat genetalia bbl

a) Pada bayi laki-laki, melihat iapakah testis telah berada

dalam skrotum.

b) Pada bayi perempuan melihat apakah labia mayora telah


16

menutupi labia minora, vagina memiliki lunang atau tidak,

terdapat lubang uretra atau tidak.

c) Perhatikan apakah terdapat pseudomenorhea

10) Periksa punggung bbl

Mebalikan tubuh bayi kemudian memeriksa bagian

pada punggung bayi tersebut menggunakan ibu jari agar

dapat mengetahui kondisi tulang belakangnya.

11) Pemeriksaan anus bayi

Melakukan pemeriksaan pada lubang anus, apabila

bayi telahi BAB maka tindakan ini tidaki perlu di lakukan.

12) Pemeriksaan bahu, lengan dan tangan bbl

a) Memegang telapak tangan bayi menggunakan jari

kemudian menghitung kelengkapan jari tangan bayi.

b) Bayi akan reflex menggenggam tangan pemeriksa

dengan erat (Ratuain, 2015).

13) Periksa tungkai dan kaki bbl

a) Memegang kaki bayi kemudian ditekuk dan diputar secara

pelan searah jarum jam.

b) Agar mengetahui keadaan sumbu panggul (Ratuain,

2015).

14) Pemeriksaan refleks bbl

a. Lakukan pemeriksaan reflek glabellar

1) Mengetuk bagian ujung hidung secara perlahan dengan


17

memakai jari telunjuk.

2) Pada 4 sampai 5 ketukan pertama bayi akan

mengedipkan mata.

b. Lakukan pemeriksaan reflek rooting

1) Menyentuh pipi ataupun mulut bayi dengan

menggunakan jari tangan.

2) Bayi akan mengarah ke daerah stimulus juga membuka

mulutnya.

c. Melakukan pemeriksaan refleks menghisap dan juga

menelan pada bbl, dengan cara memasukkan mammae

ke dalam mulut bayi kemudian perhatikan bayi saat

menyusu.

d. Melakukan pemeriksaan Reflek Tonic neck

pada saat bayi di tengkurapkan, umumnya bayi akan

mengarah pada bagian samping atau belakang. Setelah

itu baringkan bayi, seperti akan mengangkat bayi hingga

bayi akan mengangkat kepala atau lehernya.

e. Lakukan Pemeriksaan Reflek Morro

1) Gendong bayi dengan posisi setengah duduk dengan

sudut 30 derajat di atas permukaan meja pemeriksaan,

lalu biarkan kepala mengarah ke belakang.

2) Bayi akan memperlihatkan respon memeluk dirinya

dengan abduksi atau ekstensi dari ekstremitas atas


18

dengan cepat dan diikuti dengan aduksi yang pelan

sehingga kemudian timbul fleksi (Ratuain, 2015).

f. Lakukan Pemeriksaan Reflek Babinsky

Pada pemeriksan ini menggunakan cara

menggoreskan telapak kaki bayi yang dimulai dari tumit,

hingga sisi lateral telapak kaki bayi. Dalam pemeriksaan

ini bayi akan merespon dengan menggerakan jari kaki

menjadi hipperektensi dan ibu jari dorsifleksi (Ratuain,

2015).

g. Melakukan pemeriksaan reflex berjalan pada bayi

1) Memegang bayi secara vertikal, biarkan salah satu kaki

bayi menyentuh permukaan meja.

2) Bayi akan menunjukkan respon berupa gerakan

berjalan, kaki akan bergantian fleksi dan ekstensi

(Ratuain, 2015).

5. Penilaian apgar score pada bayi baru lahir

Apgar score merupakan suatu metode sederhana untuk

dapat secara cepat memastikan keadaan kesehatan bayi sesaat

Setelah lahir lahir. Apgar score dijumlahkan dengan menilai

keadaan bbl memakai 5 kriteria umum agar mendapatkan nilai nol

sampai 10. Hasil penjumlahan itu dapat dipantau apabila nilai

apgar:

a. Nilai 0-3: Asfiksia berat


19

b. Nilai 4-6: Asfiksia sedang-ringan

c. Nilai 7-10: Normal (Ratuain, 2015)

Tabel 1.2 Penilaian Apgar Score


Nilai 0 1 2

Seluruh biru Badan merah Seluruh tubuh


Appereance
Tubuh Ekstremitas biru kemerhan

>100x
Pulse (nadi) Tidak ada < 100x permenit
Permenit
Perubaha
Grimace (Refleks) Tidak ada n mimik Bersin/menangis
(Menyeringai)
Ekstremitas sedi
Activity (tonus otot) Tidak ada Bergerak aktif
kit fleksi
Respiration
Tidak ada Lemah Menangis kuat
(pernapasan)

(Sarwono, 2014)

6. Asuhan kebidanan bayi baru lahir

a. Pencegahan infeksi pada bayi baru lahir

Pada saat menangani persalinan, pastikan penolong sudah

melakukan tindakan perlindungan diri atau pencegahan infeksi

antara lain:

1) Mencuci tangan secara efektif pada saat belum kontak fisik

dengan bayi.

2) Gunakan handschon steril saat melakukan tindakan apapun

3) Upayakan seluruh alat serta bahan yang akan dipakai telah di

desinfeksi atau disterilkan.

4) Pastikan seluruh kebutuhan bayi yang akan kontak langsung

dengan bayi berada dalam keadaan steril (Yolanda, 2018).


20
21

b. Penilaian pada bayi baru lahir

Pada saat bayi lahir, segera tempatkan bayi di atas perut

ibu dilapisi dengan kain bersih dan kering yang sudah disiapkan

sebelumnya. Jika tali pusat bayi pendek, maka tempatkan bayi

dibagian kedua kaki ibu, dan pastikan tempat tersebut harus

dalam kondisi steril dan tidak basah. Kemudian segera melakukan

penilaian pertama pada bayi baru lahir:

1) Apakah bayi dapat bernapas atau menangis dengan kuat tanpa

masalah

2) Apakah bayi dapat bergerak aktif apakah warna kulit bayi

berwarna kemerah merahan atau terdapat sianosis, jika bayi

mengalami kesusahan dalam bernapas maka segera lakukan

tindakan resusitasi (Ratuain, 2015).

c. Merawat tali pusat

1. Rendam tangan yang masih menggunakan handscon ke dalam

larutan klorin 0,5% agar membersihkan darah serta sekresi

lainnya.

2. Bersihkan tangan menggunakan air DTT.

3. Mengeringkan tangan menggunakan handuk atau kain bersih

4. Mengikat tali pusat menggunakan jarak kurang lebih 1 cm dari

pusat bayi. Pakaikan benang atau klem untuk menjepit tali

pusat.

5. Tidak boleh memberikan apapun pada tali pusat bayi.


22

6. Rapikan dan atur popok dibawah ikatan tali pusat

7. Sterilkan tali pusat menggunakan air bersih kemudian

keringkan menggunakan kain bersih

8. Jika tali pusat tampak memiliki warna merah atau bernanah,

berdarah dan juga berbau, maka secepatnya bawa bayi ke

pusat pelayanan kesehatan (Ratuain, 2015).

7. Pemberian asi pada bayi baru lahir

Asi sebagai makanan alamiah merupakan makanan terbaik

yang dapat diberikan oleh seorang ibu kepada bayinya,

dikarenakan kandungan yang terdapat dalam asi dapat berubah

menyesuaikan dengan kebutuhan bayi pada setiap waktu, yaitu

kolostrum sejak pertama sampai 4 -7 hari, diteruskan dengan ASI

perubahan hingga 3-4 minggu, berikutnya ASI matur. Selain dari

pada itu, di dalam ASI juga terkandung zat pelindung yang

mampu menjaga bayi dari segala macam penyakit infeksi

(Ratuain, 2015).

Penerapan inisiasi menyusui dini (IMD) dapat menghasilkan

dampak baik untuk bayi, salah satunya dapat menjalin dan

mempererat ikatan emosional antara ibu dan bayi, menigkatkan

kekebalan pasif kepada bayi melalui kolostrum dan juga

merangsang kontaksi uterus (Yolanda, 2018).


23

8. Bounding attachment pada bayi baru lahir

Bounding attachment merupakan sebuah ikatan spesial

yang digambarkan dengan kualitas yang berada dalam hubungan

antara orang tua dan bayi. Bounding attachment adalah sentuhan

pertama kali antara ibu dan bayi setelah bayi lahir, yang bertujuan

menciptakan rasa kasih sayang antara keduanya (Yolanda, 2018).

9. Rawat gabung bayi baru lahir

Rawat gabung adalah suatu upaya yang bisa dilaksanakan

agar antara ibu dan bayi terdapat proses lekat yang di sebabkan

oleh sentuhan antara ibu dan bayi. Hal ini juga paling berpengaruh

terhadap perkembangan psikologis bayi kedepanya, dimana

kehangatan suhu ibu adalah stimulasi mental yang mutlak

dibutuhkan oleh bayi baru lahir (Yolanda, 2018).

B. Tinjauan Umum Tentang Ikterus Neonatorum

1. Pengertian ikterus neonatorum

a. Ikterus neonatorum

Ikterus neonatorum merupakan warna kuning pada bayi

yang Nampak pada bagian slera, selaput lendir, kulit dan juga

organ lainya. Penyebab dari warna kuning ini ialah dari proses

akumulasi pigmen bilirubin yang tidak terkonjugasi (Akmal,

2019). Bilirubin yang terkonjugasi tidak neurotoksik namun

dapat menimbulkan kemungkinan terjadinya gangguan yang

serius. Ikterus neonatorum juga merupakan suatu kondisi bayi


24

baru lahir yang kandungan kadar bilirubin serum total diatas

10mg% pada minggu pertama (Herawati dan Indriati, 2017).

b. Hiperbilirubinemia

Hipperbilirubinemia adalah kandungan bilirubin melewati

batas normal sehingga dapat berpotensi kearah patologis,

tingginya kadar bilirubin dapat menyebabkan efek yang

berbeda pada setiap bayi. Hipperbilirubinemia paling sering

terjadi pada bayi baru lahir (Akmal, 2019).

Berdasarkan penjelasan di atas maka bisa disimpulkan

bahwasanya ikterus adalah menguningnya sklera, kulit, atau

jaringan lainnya yang di sebabkan oleh adanya penumpukan

kadar bilirubin dalam tubuh. Kondisi ini juga merupakan ciri

penting dari penyakit hati atau gangguan fungsi hati, saluran

empedu dan juga penyakit darah (Herawati dan Indriati, 2017).

2. Klasifikasi ikterus neonatorum

Menurut (Sowwam dan Aini, 2018) ikterik terbagi 2 macam

yaitu:

a. Ikterus fisiologis ialah:

1) Terjadi pada hari kedua dan ketiga

2) Peningkatan kandungan bilirubin tidak melewati 5% per hari

3) Tidak memiliki dasar patologis

4) Tidak berpotensi menjadi kern ikterus.


25

b. Ikterus patologis ialah:

1) Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama

2) Peningkatan bilirubin lebih dari 5% per hari

3) Mempunyai dasar patologis

4) Mempunyai hubungan dengan proses hemoliti.

3. Etiologi ikterus neonatorum

Etiologi ikterus pada neonatus bisa berdiri dengan

sendirinya ataupun dikarenakan oleh beberapa faktor, antara lain

sebagai berikut (Sarwono, 2014):

a. Produksi bilirubin yang melewati batas normal

b. Gangguan dalam proses uptake dan juga konjugasi hepar.

c. Masalah dalam transportasi Bilirubin yang terdapat dalam

darah

d. Masalah dalam eksresi (Yolanda, 2018).

e. Obstruksi saluran pencernaan (fungsional atau struktural)

f. Ikterus akibat air susu ibu (ASI) kurang lancar (Sarwono,

2014).

4. Patofisiologi ikterus neonatorum

Menurut (Sarwono, 2014), patofisiologis ikterus adalah:

a. Pigmen kuning yang didaptkan pada empedu terbentuk dari

terpecahnya hemoglobin yang disebabkan oleh proses

hemeoksigenase, biverdin reduktasi, dan agen repreduksi

nonzimatik dalam system retikuloentelial


26

b. Setelah terpecahnya hemoglobin, bilirubin yang semula tidak

terkonjugasi diambil oleh protein intraselular, pengabilan ini

tergantung pada aliran darah hepatic dan juga adanya protein.

c. Bilirubin tak terkonjugasi dalam hati diubah atau terkonjugasi

oleh enzim asam uridin difosfoglukuronat uridin

diphodpfoglucuronic acid (UPGA) glukuronil transfase menjadi

bilirubin mono dan diglucuronida yang polar dan larut dalam

air.

d. Warna kuning pada kulit bayi akibat dari perpindahan pigmen

bilirubin yang larut.

e. Pada bayi dengan hyperbilirubinemia merupakan proses dari

difisiensi atau tidak berfungsinya glukuronil transfarase.

f. Rendahnya pengambilan dalam hepatik kemungkinan karena

penurunan protein hepatik sejalan dengan penurunan aliran

darah hepatik.

5. Faktor risiko ikterus neonatorum

a. ASI yang kurang

Pada bayi yang tidak mendapat asupan ASI mempunyai

kemungkinan memiliki masalah dikarenakan asupan yang masuk

ke usus bayi tidak tercukupi untuk memproses pengeluaran

bilirubin. Hal ini bisa sering terjadi pada bayi yang ibunya tidak

dapat memproduksi yang disebabkan oleh produksi ASI pada ibu

belum banyak sehingga didapatkan tingginya kadar bilirubin


27

dalam tubuh bayi (Sarwono, 2014).

b. Meningkatnya jumlah sel darah merah dengan akibat dari

apapun beresiko untuk terjadinya hiperbilirubinemia. Sebagai

contohnya bayi yang memiliki golongan darah yang berbeda

dengan ibunya, terlahir dengan anemia disebabkan abnormalitas

eritrosit (antara lain eliptositosis) atau menemukan transfusi

darah keseluruhan beresiko tinggi akan menderita

hiperbilirubinemia (Herawati dan Indriati 2017).

c. Infeksi / Inkompabilitas ABO-Rh

Bermacam infeksi yang bisa terjadi pada neonatus dan

dapat menular dari ibu ke janin di dalam rahim sehingga dapat

menambah resiko terjadinya hiperbilirubinemia. contohnya

infeksi kongenital virus herpes, sifilis kongenital, rubela dan

sepsis (Sarwono, 2014).

6. Faktor resiko yang dapat terjadi akibat ikterus neonatorum

a. Kurangnya asupan nutrisi, cairan.

Kern ikterus mengarah ke ensefalopati bilirubin yang

bersumberl dari deposit bilirubin hususnya kerangka otak

(brainsten) dan nucleusserebrobasal. Kern ikterus dapat timbul

pada bayi khusus tanpa adanya gejala klinis, tapi biasanya

berkaitan langsung dengan kadar bilirubin total dalam serum.


28

b. Masalah gangguan rasa aman dan nyaman yang di sebabkan

pengobatan.

c. Gagal ginjal (Widiawati, 2017).

7. Penilaian bayi dengan ikterus neonatorum

Pengamatan ikterus neonatorum terkadang agak rumit

apalagi saat menggunakan cahaya buatan. Paling baik

pemantauan dilakukan menggunakan cahaya matahari dan dengan

menekan sedikit kulit yang akan pantau untuk menghilangkan

warna yang di sebabkan oleh pengaruh sirkulasi darah, secara

klinis ikterus pada bayi baru lahir dapat dipantau segera setelah

lahir atau beberapa hari setelahnya (Herawati dan Indriati, 2017).

Pada neonatus peningkatan bilirubin indirek, kulit terlihat

berwarna kuning cerah hingga unggu, sedangkan pada penderita

gangguan obstruksi empedu warna kuning pada kulit nampak hijau.

Penilaian ini sangat rumit di sebabkan ketergantungan warna kulit

bayi itu sendiri (Herawati dan Indriati, 2017).

Melakukan penjemuran bayi (sinar matahari pada pukul

07.00-09.00 selama 15-30 menit), cek kembali kadar bilirubin

darah, jika hasilnya kurang dari 7mg%, lakukan kembali

keesokan harinya berikan lebih banyak minum, apabila hasil

bilirubin 7mg% atau lebih, segera rujuk ke dokter , Upaya

menegakkan diagnosa pada bbl, antara lain (Sarwono, 2014):


29

1) Keluhan subjektif ialah kondisi kulit berwarna kuning

kemudian pada muka serta sebagian tubuhnya juga

kemampuan menghisap bayi melemah

2) Pemeriksan fisik adalah penilaian yang mulai dari rambut

hingga kaki dengan hasil bayi berwarna kuning serta

pemeriksaan refleks bayi

3) Pemeriksaan penunjang laboratorium adalah pemeriksaan

golongan darah pada bayi, uji coombs direk, uji coombs

indirek, kadar billirubin total dan direk, darah perksa lengkap

dengan diferensial, protein serum total, dan glukosa serum

(Kosim, 2012). Adapun upaya untuk mengetahui derajat

ikterus yang tidak lain adalah resiko utama terjadinya kern

ikterus, salah satunya menggunakan cara klinis (rumus

kramer) yang dilakukan di bawah sinar biasa (day light).

4) Uji coombs direk: Untuk menentukan diagnosis penyakit

hemolitik pada bayi baru lahir, hasil positif mengindikasikan

sel darah merah bayi telah terpajan (di selimuti antibodi).

5) Uji coombs indirek: adalah tindakan mengukur jumlah antibodi

Rh positif dalam darah ibu.

6) Golongan darah bayi dan ibu: mengidentifikasi inkompabilitas

ABO.

7) Kadar bilirubin total dan direk: kadar direk (terkonjugasi)

bermakna apabila melewati 1,0-1,5mg/dL yang apabila


30

dihubungkan dengan sepsis. kandungan indirek (tidak

terkonjugasi) tidak boleh melebihi kenaikan 5mg/dL dalam 24

jam atau tidak lebih dari 20 mg/dL

8. Penanganan bayi dengan ikterus neonatorum

a. Ikterus Fisiologi

1) Mempermudah metabolisme pengeluarann bilirubin dengan

early breast feeding ialah menyusui bayi dengan ASI.

Pemberian asupan makanan sedini mungkin dapat

menurunkan resiko ikterus fisiologis pada bayi baru lahir,

disebabkan oleh pemberian nutrisi sejak dini sehingga terjadi

pergeraakan pada usus dan mekonium lebih dini dapat

dikeluarkan, sehingga peredaran enterohepatik bilirubin

menurun (Ratuain, 2015).

2) Terapi sinar matahari

Terapi sinar matahari umumnya dilakukan setelah bayi

usai dirawat di umah sakit. Menjemur bayi selama setengah

jam dengan menggunakan posisi yang berbeda. Terapi ini di

lakukan sekitar jam 07.00-09.00 karna jam seperti ini waktu

sinar ultraviolet lebih efektif menurunkan kadar bilirubin

(Apriyulan dan Dwihestie, 2017).


31

b. Ikterus patologi

a) Fototerapi

Terapi sinar ini diberikan selama 24 jam atau sampai kadar

bilirubin dalam darah kembali dalam batas normal, dengan ini

bilirubin dalam tubuh bayi menjadi terpecah sehingga menjadi

lebih mudah untuk larut tanpa harus diubah terlebih dahulu oleh

organ hati dan dengan mudah dikeluarkan melalui urine dan

fasses sehingga kadar bilirubin dapat berkurang. Adapun hal

yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan terapi sinar

fototerapi ini adalah jenis Lampu yang digunakan, beberapa

teori mengemukakan bahwasanya lampu flourusen biru lebih

cepat dalam mengurangi bilirubin, namun karna lampu

flouresen cahaya biru juga bisa mengakibatkan perubahan

warna kulit bayi,dan keuntungan lampu flouresen ialah cahaya

normal dengan spektrum 420-460 nm sehingga kulit bayi bisa

diobservasi baik mengenai warnanya (jaundis, palor, sianosis)

ataupun keadaan lainnya (Sowwam dan Aini, 2018).

9. Pencegahan ikterus neonatorum pada bayi

Pada umumnya ikterus neonatorum tidak dapat dicegah.

Namun, salah satu akibat kulit bayi berwarna kuning adalah

perbedaan golongan darah terhadap ibu dengan bayi, sehingga

sebaiknya bidan menyarankan pada ibu untuk

menjalani pemeriksaan golongan darah terlebih dahulu apabila ibu


32

tidak mengetahui golongan darahnya, Setelah bayi lahir dan

golongan darahnya telah diketahui berbeda maka beri penjelasan

kepada ibu agar segera konsultasikan kepada dokter. Selain itu

bidan juga dapat memberikan arahan kepada ibunya untuk

memberikan ASI kepada bayinya dengan frekuensi 8 hingga 12 kali

dalam 24 jam (Apriyulan dan Dwihestie, 2017).

C. Tinjauan Umum tentang Manajemen Asuhan Kebidanan Dan

Dokumentasi Asuhan Kebidanan

1. Pengertian manajemen asuhan kebidanan

Manajemen kebidanan merupakan proses penyelesaian

masalah dengan kasus-kasus kebidanan yang dikerjakan secara

menyeluruh, yang dimulai dari pengkajian data subjektif dan

objektif dianalisa hingga mendapatkan diagnosa kebidanan aktual

dan potensial, masalah dan kebutuhan, adanya perencanaan,

pelaksanaan hingga evaluasi (Varney, 2012).

2. Manajemen asuhan kebidanan tujuh langkah menurut Hellen

Varney.

Adapun 7 langkah manajemen kebidanan menurut Helen

Varney adalah:

a. Langkah I identifikasi data dasar

Pada langkah identifikasi data dasar ini seluruh informasi

yang benar dan lengkap disatukan dari semua sumber yang

berhubungan dengan keadaan klien. Untuk mendapatkan data


33

yang didapatkan melalui dilakukan melalui anamnesis,

pemeriksaan fisik sesuai kebutuhan, pemeriksaan tanda-tanda

vital, pemeriksaan khusus, serta pemeriksaan penunjang.

b. Langkah II identifikasi diagnosa/masalah aktual

Dalam langkah ini, peneliti melakukan identifikasi diagnosa

dan masalah berdasarkan interpretasi yang tepat terhadap data-

yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan

sebelumnya diiterpetasi sehingga dapat merumuskan diagnosa

dan masalah yang spesifik. Rumusan diagnosis dan masalah

keduanya digunakan karena masalah tidak bisa didefinisikan

seperti diagnosi akan tetapi tetap membutuhkan penanganan.

c. Langkah III identifikasi  diagnosa/masalah potensial 

langkah identifikasi diagnosa/masalah potensial berdasarkan

pada diagnosis/masalah yang telah diidentifikasi sebelumnya.

Pada langkah ini membutuhkan penegahan, dan bila

memungkinkan dilakukan pencegahan. Peneliti diharapkan

waspada atau mencegah diagnosis/ masalah potensial bila

terjadi.

d. Langkah IV perlunya tindakan segera/kolaborasi

Dalam tahap ini mengartikan bahwa peneliti dapat

melakukan tindakan yang sesuai dengan prioritas masalah

terhadap kebutuhan yang dihadapi klien. Setelah bidan

merumuskan tindakan yang dilakukan untuk mengantisipasi


34

masalah potensial pada step sebelumnya, peneliti juga harus

merumuskan mengenai tindakan segera. Dalam rumusan ini

termasuk tindakan segera yang dilakukan baik secara mandiri,

secara kolaborasi atau bersifat rujukan.

e. Langkah V rencana asuhan kebidanan

Dalam langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh

dan ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini

merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau

diagnosis yang sudah diidentifikasi atau antisipasi. Pada

langkah ini, informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi.

f. Langkah VI pelaksanaan tindakan asuhan kebidanan

Pada langkah keenam ini, rencana asuhan menyeluruh yang

sudah diuraikan pada langkah sebelumnya dilaksanakan secara

baik dan aman. Perencanaan ini dilakukan seluruhnya oleh

bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan

lain. Penatalaksanaan yang efisien akan menyangkut waktu dan

biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan klien.

g. Langkah VII evaluasi asuhan kebidanan

Pada tahap ini merupakan akhir dari manajemen asuhan

kebidanan, dimana dilaksanakanya evaluasi dari asuhan

kebidanan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan

kebutuhan, berhasil tidaknya suatu tindakan atau apakah benar-

benar terpenuhi sesuai dengan kebutuhan klien sebagaimana


35

telah diidentifikasi didalam masalah dan diagnosa. Pelaksanaan

asuhan kebidanan yang diberikan dapat dianggap efektif jika

memang benar efektif dalam pelaksanaanya (Varney, 2012).

3. Pendokumentasian (SOAP)

Menurut Varney (2012), pendokumentasian data

perkembangan asuhan kebidanan yang sudah dilaksanakan

menggunakan SOAP yaitu:

a. Subjektif (S) :

1) Mendokumentasikan data klien yang diperoleh dari

pengumpulan data melalui anamnesa.

2) Gejala subjektif yang didapatkan dari hasil menanyakan

informasi pasien, suami dan juga keluarga pasien yang

meliputi identitas, keluhan, riwayat menarche,riwayat

obstertik dan ginekologi pasien serta riwayat

kehamilan,persalinan dan nifas yang lalu

3) Pendokumentasian ini berhubungan dengan sudut pandang

pasien yang meliputi ekspresi pasien mengenai ketakutan

dan keluhanya kemudian ditulis sebagai kutipan langsung

atau rangkuman yang berhubungan dengan diagnose klien


36

b. Objektif (O) :

1) Data objektif merupakan pendokumentasian hasil analisa

dan fisik, hasil lab dan test diagnostic lain yang dirumuskan

dalam data focus untuk mendukung assessment.

2) Tanda gejala objektif yang diperoleh dari hasil pemeriksaan

(tanda KU, vital sign, fisik, khusus kebidanan, pemeriksaan

dalam, laboratorium dan pemeriksaan penunjang)

3) Pemeriksaan dengan inspeksi, palpasi, auskultasi dan

perkusi. Data ini memberi bukti gejala klinis pasien dan fakta

yang berhubungan dengan diagnosa. Data fisiologi, hasil

observasi yang jujur, informasi kajian teknologi (hasil

laboratorium, sinar X, rekaman CTG, dan lain-lain) dan

informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukkan

dS alam kategori ini.

c. Assesment (A) :

1) Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data

atau informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan

atau disimpulkan. Karena keadaan pasien terus berubah

dan selalu ada informasi baru baik subjektif maupun

objektif, serta sering disampaikan secara terpisah-pisah

oleh karena itu proses pengkajian adalah suatu proses yang

dinamik. Seringnya melakukan analisa merupakan suatu

yang penting dalam memantau perkembangan pasien dan


37

manjamin suatu perubahan baru sehingga cepat diketahui

tindakan apa yang tepay untuk dilakukan.

2) Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan

interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu

identifikasi :

a) Diagnosa/masalah

(1) Diagnosa adalah rumusan dari hasil pengkajian

mengenai kondisi klien: hamil, bersalin, nifas dan

bayi baru lahir. Berdasarkan hasil analisa data yang

didapat.

(2) Masalah segala sesuatu yang menyimpang sehingga

kebutuhan klien terganggu, kemungkinan

menganggu kehamilan/kesehatan tetapi tidak masuk

dalam diagnosa.

b) Antisipasi masalah lain/diagnosa potensial

d. Planning (P) :

Planning merupakan rencana tindakan itu atau yang akan

datang. Untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien yang

sebaik mungkin atau menjaga mempertahankan

kesejahteraannya. Proses ini termasuk kriteria tujuan tertentu

dari kebutuhan pasien yang harus dicapai dalam batas waktu

tertentu, tindakan yang diambil harus membantu pasien

mencapai kemajuan dalam kesehatan dserta harus sesuai


38

dengan instruksi dokter.

C.Kebijakan Terkait Kasus Yang Diteliti

Dengan mengacu pada Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2019

tentang kebidanan, tugas dan wewenang bidan dilaksanakan secara

bersama atau sendiri (Kemenkes, 2019). Pelaksanaan tugas tersebut

dilaksanakan secara bertanggung jawab dan akuntabel. Dalam

menyelenggarakan praktik kebidanan, bidan bertugas memberikan

pelayanan kesehatan anak yang meliputi :

1. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir, bayi, balita,

dan anak prasekolah.

2. Memberikan imunisasi sesuai program pemerintah pusat.

3. Melakukan pemantauan tumbuh kembang pada bayi, balita, dan

anak prasekolah serta deteksi dini kasus penyulit, gangguan

tumbuh kembang, dan rujukan.

4. Memberikan pertolongan pertama kegawatdaruratan pada bayi

baru lahir dilanjutkan dengan rujukan (Kemenkes, 2019).

Menurut (Kemenkes,2019) dalam memberikan pelayanan

kesehatan Bidan bertanggung jawab dan mempertanggung

jawabkan praktiknya dituntut secara profesional berdasarkan

keputusan Menteri Kesehatan nomor HK.01.07/MENKES/ 320/2019

tentang standar profesi bidan. Bidan dalam menjalankan praktik

antenatal care (ANC), berwenang untuk memberikan pelayanan

sesuai area kompetensi berkaitan dengan keterampilan klinis dalam


39

praktik kebidanan bayi baru lahir (neonatus) yang meliputi:

1. Adaptasi fisiologis bayi baru lahir.

2. Asuhan esensial bayi baru lahir.

3. Inisiasi menyusui dini (IMD).

4. Asuhan bayi baru lahir usia 0-28 hari.

5. Masalah dan penyulit bayi baru lahir.

6. Tatalaksana awal kegawatdaruratan neonatal dan rujukan


40

D. Kerangka alur pikir penelitian

Kerangka alur pikir penenlitian asuhan kebidanan pada bayi “A”

dengan ikterus neonatorum fisiologis ditunjukkan dalam bagan berikut :


Langkah I
Pengkajian Data Interprestasi data dasar

Kondisi Bayi baru lahir dengnan


Awal Langkah II
Diagnosa aktual ikterus neonatorum fisiologis

Langkah III Potensial terjadi kern ikterus


Diagnosa potensial

Langkah IV Kolaborasi dengan teman


Tindakan sejawat
segera/kolaborasi

Tindakan Langkah V Merencanakan asuhan


Rencana asuhan kebidanan sesuai dengan
kasus
Langkah VI
Melaksanakan melaksanakan asuhan
asuhan kebidanan sesuai dengan
kasus
Kondisi Langkah VII
Akhir Melakukan evaluasi

Follow Up Follow Up Follow Up Follow Up


(SOAP) (SOAP) (SOAP) (SOAP)

Setelah mendapatkan asuhan kebidanan terhadap bayi baru lahir


dengan ikterus neonatorum fisiologis didapatkan hasil Keadaan
bayi baik, tanda-tanda vital dalam batas normal, berat badan bayi
bertambah dari berat badan lahir 2900 gram menjadi 3200 gram
serta tidak ada tanda-tanda bahaya pada bayi warna kulit bayi
kembali normal yaitu berwarna merah muda

(Betty, 2012)
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan desain penelitian

observasional deskriptif dengan pendekatan studi kasus dan

penerapan manajemen asuhan kebidanan tujuh langkah Varney dan

catatan perkembangan dalam bentuk SOAP.

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

Tempat dilakukanya penelitian adalah lokasi yang

dilaksanakanya penelitian sesuai dengan kasus yang telah diambil

(Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Lasalimu

Selatan Kabupaten Buton.

Waktu penelitian adalah seluruh rangkaian saat ketika proses,

perbuatan, atau keadaan berada atau berlangsung (Notoatmodjo

2010). Waktu dilaksanakan penelitian pada Periode Mei s.d Agustus

tahun 2021.

C. Subjek Penelitian

Subyek studi kasus adalah orang atau sesuatu yang akan

dikenai kegiatan pengambilan kasus (Notoatmodjo, 2014). Subjek

penelitian ini adalah bayi “A” dengan ikterus neonatorum fisiologis di

Puskesmas Lasalimu Selatan Kab.Buton

41
42

D. Jenis Data

Penyusunan pada studi kasus ini menggunakan jenis data yang

berupa:

1. Data primer yang didapat melalui hasil wawancara, observasi serta

data penunjang lain sesuai dengan 7 langkah Varney, mula darii

pengkajian sampai evaluasi. Peneliti melakukan wawancara,

pemeriksaan fisik, dan observasi terhadap orang tua bayi.

2. Data sekunder adalah data yang didapat dari catatan medis klien

berupa pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan

penunjang, tindakan bidan dan dokter, catatan perkembangan yang

berhubungan dengan klien dan data dari rekam Medik Puskesmas

Lasalimu Selatan.

E. Alat Dan Metode Pengumpulan Data

1. Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam teknik pengumpulan data

antara lain:

a. Alat dan bahan untuk wawancara

1) Format asuhan kebidanan pada bayi baru lahir

2) Buku tulis

3) folpen

b. Alat dan bahan untuk pemeriksaan

1) Thermometer

2) Stetoskop

3) Jam tangan
43

4) Alat ukur tinggi badan

5) Timbangan berat badan

6) Sampel

c. Alat dan bahan untuk dokumen

1) Buku referensi

2) Komputer

d. Alat dan bahan untuk dokumentasi : Kamera

2. Metode pengumpulan data

a. Inspeksi

Inspeksi adalah proses observasi dengan menggunakan

mata. Inspeksi dilakukan agar mendeteksi tanda-tanda fisik yang

berkaitan dengan status fisik, pada kasus ikterus inspeksi

dilakukan secara berurutan dimulai dari kepala, muka, mata,

hidung, telinga, mulut, leher, dan perut (Sarwono, 2014)

b. Palpasi

Palpasi merupakan suatu tehnik yang menggunakan

indera peraba tangan dan jari. Pada kasus bayi baru lahir

dengan ikterus neonatorum dilakukan palpasi untuk memeriksa

reflek dan turgor kaki (Sarwono 2014).

c. Perkusi

Perkusi merupakan suatu pemeriksaan dengan cara

mengetuk. Tujuan perkusi adalah menentukan batas organ atau

bagian tubuh dengan cara merasakan vibrasi yang ditimbulkan


44

akibat adanya gerakan yang diberikan kebawah jaringan.

Pemeriksaan ini dilakukan untuk memeriksa perut bayi dalam

keadaan kembung atau tidak (Sarwono, 2014).

d. Auskultasi

Auskultasi merupakan pemeriksaan dengan ara

mendengarkan suara yang dihasilkan oleh bayi, pemeriksaan ini

dilakukan agar mendeteksi detak jantung dan untuk mengetahui

pernapasan bayi (Notoatmodjo, 2010).

3. Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang

didpatkan dengan cara meminta keterangan secara lisan darii

responden (Sarwono, 2014). Dalam kasus ini wawancara atau

dilakukan melalui orang tua, keluarga, perawat dan tenaga

kesehatan yang lain (Sarwono, 2014).

4. Observasi

Observasi merupakan metode pengunpulan data melalui

proses pengamatan terhadap subjek dan juga melakukan beberapa

pemeriksaan yang berhubungan dengan kasus yang diteliti.

Observasi dapat berupa pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik,

pemeriksaan penunjang (Sarwono, 2014).

Dalam kasus ikterus neonatorum fisiologis yang di observasi

yaitu kadar bilirubin, pertahanan intake (pemasukan) cairan,

pemberian ASI yang adekuat serta terapi (Sarwono, 2014).


45

5. Studi kepustakaan

Studi kepustakaan adalah bahan pustaka yang menunjang

latar belakang teoritis dalam suatu penelitian(Sarwono, 2014).

6. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi yaitu semua bentuk sumber informasi yang

berkaitan dengan dokumen resmi maupun tidak resmi, seperti

laporan, catatan rekam medik klien. sedangkan yang tidak resmi

adalah segalah bentuk dokumen di bawa tanggung jawab instansi

tidak resmi misalnya biografi, dan catatan harian (Sarwono, 2014).

Dalam hal ini yaitu status\catatan pasien, rekam medik di

Puskesmas Lasalimu Selatan.

F. Analisa Data

Analisa data dapat dilakukan sebelum peneliti terjun langsung

kelapangan, sewaktu pengumpulan data sampai dengan semua data

terkumpul. Analisa data sebelum memasuki lapangan dilakukan

terhadap data hasil studi pendahuluan atau data sekunder yang akan

digunakan untuk membuat fokus penelitian (Notoatmodjo, 2010).

Data yang sudah didapatkan pada waktu pengumpulan data

dilapangan dibandnkan dengan teori yang telah ditemukan pada studi

pendahuluan atau konsep teori. Urutan dalam menganalisa data

meliputi :
46

1. Mereduksi data

Mereduksi data didapatkan melalui hasil wawancara dan

pemeriksaan kebidanan hasilnya dicatat dalam bentuk catatan

lapangan setelah itu disalin bentuk asuhan kebidanan 7 langkah

Varney seperti berikut: (Sarwono, 2014).

a. Langkah I: Pengumpulan data dasar

Pengumpulan data dasar dilakukan dengan cara

mengumpulkan seluruh informasi yang benar dari semua

sumber yang berkaitan dengan keadaan klien

b. Langkah II: Interpretasi data dasar

Dalam interpretasi data dasar melakukan interpretasi yang

tepat terhadap diagnosa atau masalah serta kebutuhan klien,

data yang telah dikumpulkan diinterpretasi kembali hingga

didapatkan masalah atau diagnosa yang spesifik

c. Langkah III: Mengidentifikasikan diagnosa atau masalah

potensial

Pada langkah ini masalah dan diagnosa potensial yang

berdasarkan rangkaian yang telah diidentifikasi.

d. Langkah IV: Mengidentifikasi dan menetapkan penanganan

segera/kolaborasi.

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh peneliti

atau untuk di konsultasikan atau ditangani bersama dengan

anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan keadaan klien.


47

e. Langkah V: Merencanakan asuhan yang menyeluruh.

Pada langkah ini merencanakan asuhan menyeluruh yang

ditentukan berdasarkan beberapa langkah sebelumnya, langkah

ini ialah kelanjutan dari masalah yang sudah diidentifikasi. Setiap

rencana asuhan harus disetujui oleh peneliti dan klien agar dapat

dilaksanakan secara efektif

f. Langkah VI: Implementasi

Pada langkah ini penatalksanaan asuhan yang diberikan

berlangsung secara efisien dan aman.

g. Langkah VII: Evaluasi

Dalam langkah evaluasi ini mengevaluasi keefektifan dari

seluru asuhan yang telah diberikan yang meliputi pemenuhan

kebutuhan apakah benar terpenuhi sesuai dengan sebagaimana

telah diidentifkasi didalam masalah dan diagnosa. Rencana

tersebut dapat dianggap baik jika memang efektif dalam

pelaksanaanya.

2. Penyajian data

Penyajian data dapat dilakukan dengan teks naratif

berpatokan pada panduan yang telah ditentukan, dimana dalam

menyajikan data harus terlebih dahulu dijelaskan dalam bentuk

tulisan yang dapat menggambarkan data atau informasi yang ingin

disampaikan.
48

3. Kesimpulan

Berdasarkan data yang telah dijabarkan, data dari hasil

penelitian dibahas dan dibandingkan dengan hasil penelitian

terdahulu secara teoritis berdasarkan evidence based.

G. Etika penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti meminta rekomendasi

dari Akademi Kebidanan Buton Raya, Dinas Kesehatan dan Kesbang

Kabupaten Buton serta permintaan izin dari Kepala puskesmas

lasalimu selatan. Setelah mendapat persetujuan kemudian dilakukan

penelitian dengan menekankan masalah etika yang meliputi:

(Notoatmodjo, 2010).

1. Lembar prersetujuan (Informed conssent)

Informed conssent merupakan bentuk persetujuan antara

peneliti dengan responden dalam suatu penelitian. Informed

conssent dibuat oleh peneliti berupa lembar persetujuan untuk

diberikan kepada calon responden sebelum penelitian dilaksanakan

sebagai bentuk persetujuan tertulis untuk menjadi responden.

Informed conssent dibuat agar subjek mengerti tentang maksud

dan tujuan penelitian, serta memahami dampak yang bisa

ditimbulkan. Jika mereka bersedia, maka mereka harus

menyatakan persetujuannya dengan menandatangani lembar

persetujuan yang dimaksud, sebaliknya jika ia menolak atau tidak

bersedia, maka peneliti harus menghormati keputusan itu.


49

2. Tanpa nama (Anonymity)

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak akan

mencantumkan nama responden.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti. Hanya

kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil

penelitian, informasi yang diperoleh dari responden sepenuhnya

menjadi tanggung jawab peneliti dalam lengkah selanjutnya.

4. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perilaku yang diberikan

(Right to full disclosure).

Hak untuk mendapatkan jaminan dari perilaku yang diberikan

yaitu seorang peneliti harus memberikan penjelasan secara rinci

serta bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada

subjek
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Letak geografis

Puskesmas Lasalimu Selatan memiliki jarak tempuh ± 43 km

dari ibu kota kabupaten. Jarak tempuh masyarakat ke puskesmas

yang terjauh ± 12 km dan yang terdekat ± 300 m. Puskesmas

Lasalimu Selatan berada dalam batas- batas wilayah sebagai

berikut :

a. Sebelah Utara : Kecamatan Lasalimu

b. Sebelah Timur : Hutan/pegunungan

c. Sebelah Selatan : Kecamatan Siontapina

d. Sebelah Barat : Kepulauan Kapota

Wilayah Kerja Puskesmas Lasalimu Selatan terdiri dari 8 desa

yaitu Desa Ambuau Togo, Desa Ambuau Indah, Desa Mega

Bahari, Desa Mopaano, Desa Kinapani Makmur, Desa Umalaoge,

Desa Lasalimu, Desa Mega Bahari. Adapun rincian luas Wilayah

Kerja Puskesmas Lasalimu Selatan masing-masing desa dilihat

pada tabel berikut ini:

50
51

Tabel 4.1 Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Lasalimu Selatan

No Nama Desa Luas Wilayah Jumlah Dusun/ Jarak Ibu Kota


(Km2) Lingkungan Kec (Km)
1. Ambuau Togo 7, 51 4 1
2. Ambuau Indah 8, 76 5 <0
3. Mega Bahari 7, 45 4 3
4. Mopaano 5,82 3 3
5. Kinapani Makmur 5,69 3 1
6. Umalaoge 11,92 5 9
7. Lasalimu 13,12 5 12
8. Balimu 4,11 3 11
Jumlah 64,38
Sumber: Profil Puskesmas Lasalimu Selatan Tahun 2021

2. Keadaan Fasilitas Kesehatan

a. Gedung rawat jalan terdiri :

(1) Ruang kepala puskesmas

(2) Ruang TU

(3) Ruang poli umum

(4) Ruang poli gigi

(5) Ruang farmasi

(6) Ruang KIA / KB

(7) Ruang gizi

(8) Gudang

(9) Ruang rapat

b. Kamar mandi / WC

c. Gedung UGD :

1) Ruang jaga perawat

2) Ruang observasi

3) Ruang tindakan
52

4) Ruang tempat penyimpanan alat

d. Gedung rawat inap :

1) Ruang bersalin + kamar mandi /WC

2) Ruang nifas + kamar mandi /WC

3) Ruang perawatan laki-laki + kamar mandi /WC

4) Ruang perawatan wanita + kamar mandi /WC

5) Ruang perawatan anak + kamar mandi/WC

6) Ruang sterilisasi

7) Ruang jaga perawat + bidan + kamar mandi /WC

8) Ruang apotek 24 jam

e. Tenaga kesehatan

1) Dokter umum : 2 orang

2) Dokter gigi : 1 orang

3) Perawat : 22 orang

4) Analisis gizi : 4 orang

5) Bidan : 38 orang

6) Apoteker : 3 orang

7) Kesehatan masyarakat : 4 orang


53

B. Hasil Studi Kasus


Berdasarkan studi kasus yang telah dilakukan didapatkan hasil
sebagai berikut

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BAYI “A” DENGAN


IKTERUS NEONATORUM FISIOLOGIS DI PUSKESMAS LASALIMU
SELATAN KAB BUTON TANGGAL 01 JULI
TAHUN 2021

No. Medrec : -
Tanggal Lahir : 28 Juni 2021 pukul 18.00 WITA
Tanggal Pengkajian : 01 Juli 2021 pukul 09.00 WITA

Nama Pengkaji : Dian fitriani

LANGKAH I IDENTIFIKASI DATA DASAR


A. DATA SUBJEKTIF

1. Identitas orang tua


Nama : Ny. “E” / Tn. “A”
Umur : 20 Tahun / 25 Tahun
Nikah : ± 1 tahun
Suku : Buton / Buton
Agama : Islam / Islam
Pendidikan : SMA / SMA
Pekerjaan : IRT / Wiraswasta
Alamat : Ambuau Togo
2. Identitas Bayi
Nama : Bayi “A”
Tgl Lahir : 28 Juni 2021
Suku Bangsa : Buton
Agama : Islam
3. Alasan datang : ibu mengatakan ingin memeriksakan keadaan

bayinya
54

4. Keluhan utama : ibu mengatatakan kehawatiran dengan kulit

bayinya berwarna kuning sejak tanggal 29 Juni 2021.

5. Riwayat obserti :

a. Riwayat kehamilan yang lalu :

1) HPHT : 23 09 2020

2) TP : 30 06 2021

3) Usia kehamilan : 40 minggu 1 hari

4) Pergerakan janin yang pertama dirasakan pada umur

kehamilan ± 16 minggu, pergerakan janin dalam 24 jam

terakhir ± 10 kali

5) Keluhan hamil muda : Tidak ada

6) Kenaikan BB : 12 kg

7) Pemeriksaan ANC sejak umur kehamilan 12 minggu

Frekuensi : Trimester I : 1 kali

Trimester II : 1 kali

Trimester III : 2 kali

8) Imunisasi

Ibu mengatakan telah mendapat imunisasi TT sebanyak 2

kali yaitu, TT1 pada umur kehamilan 12 minggu, dan TT 2

pada usia kehamilan 16 minggu.


55

9) Penyakit selama kehamilan

Ibu mengatakan tidak ada penyakit selama hamil

10) Kebiasaan makan : 3x sehari

11) Kompilkasi ibu : Tidak ada

12) Obat yang dikonsumsi

Ibu mengatakan hanya mengosumsi obat yang diberikan

oleh bidan yaitu tablet penambah darah dan vitamin

13) Riwayat nyeri perut hebat

Ibu mengatakan tidak pernah mengalami nyeri perut hebat

14) Riwayat spooting/blooding

Ibu mengatakan tidak ada riwayat spooting/blooding

b. Riwayat penyakit yang lalu/sekarang (saat dilahirkan)

Ibu mengatakan tidak ada penyaki yang lalu/sekarang seperti

kejang, asfiksia maupun penyakit lainnya

c. Riwayat persalinan sekarang

Jenis persalinan : Normal

Tempat persalinan : Puskesmas Lasalimu Selatan

Penolong persalinan : Bidan

Penyulit persalinan : Tidak ada

Komplikasi persalinan :tidak ada

d. Keadaan bayi baru lahir

BB/PB/LK/JK : 2.900 gram/ 49 cm/32 cm/laki-laki

Cacat bawaan : Tidak ada


56

APGAR score : Menit ke-1/menit ke-5/menit ke-10.

Menit Menit Menit ke-


No Kriteria
ke-1 ke-5 10
1 Denyut jantung 2 2 2
2 Usaha nafas 2 2 2
3 Tonus otot 1 2 2
4 Reflex 2 2 2
5 Warna kulit 1 1 2
Total 8 9 10

6. Riwayat penyakit yang lalu/sekarang (saat dilahirkan) : Tidak ada

7. Riwayat pemenuhan kebutuhan dasar

a. Nutrisi

Jenis : ASI

Pola minum : Lemah

Frekuensi minum : 4x sehari

Kemampuan mengisap: Baik dan kuat

b. Pola eliminasi

1) BAK

Frekuensi : 3 kali sehari

Warna : jernih

Bau : Khas amoniak

Masalah : Tidak ada

2) BAB

Frekuensi : 1-2 kali sehari

Warna : kuning

Masalah : Tidak ada


57

c. Pola tidur

Waktu tidur :Tidak menentu.

Lama tidur :Tidak menentu bayi terbangun jika

popok basah atau lapar

Masalah : Tidak ada

d. Personal hygiene

Mandi : 1 kali sehari

Tali pusat : Masih basah

Genetalia dan anus : Dibersihkan setelah BAK dan BAB

Pakaian : Diganti tiap kali basah dan kotor

8. Data Psikososial

Bayi : Bayi menangis jika haus dan popoknya basah

Orang tua : Sangat bahagia atas kelahiran anaknya

Interaksi orang tua : Baik

Masalah : Tidak ada

B. DATA OBJEKTIF

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. Apgar score : 8/9/10

4. Tanda-tanda vital

a. Nadi : 130 x/menit

b. Suhu : 36,50C

c. Pernafasan : 48 x/menit
58

5. Pemeriksaan fisik head to toe

a. Kepala

Rambut hitam, ketombe/kotoran tidak ada, tidak ada caput

suksadeneum, cephal hematoma ataupun hidrochepalus, Ubun

ubun teraba lembek, benjolan tidak ada, komplikasi tidak ada.

b. Wajah

Ekspresi tampak tenang, sianosis tidak ada, tidak ada oedema,

komplikasi tidak ada.

c. Mata

Simetris kiri dan kanan, penglihatan baik (+/+), konjungtiva tidak

anemis, sclera tampak ikterus, reflex pupil (+/+), komplikasi

tidak ada.

d. Hidung

Simetris kiri dan kanan, tidak ada pengeluaran secret, tidak ada

polip, komplikasi tidak ada

e. Mulut

Bibir lembab, sariawan tidak ada, gigi belum ada, caries tidak

ada, masalah tidak ada, komplikasi tidak ada, reflex rooting

baik, reflex sucking kuat

f. Telinga

Simetris kiri dan kanan, daun telinga terbentuk sempurna,

pengeluaran secret tidak ada, pendengaran baik (+/+),

komplikasi tidak ada


59

g. Leher

Tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada pembesaran

kelenjar tiroid, komplikasi lain tidak ada

h. Dada dan payudara

Simetris kiri dan kanan, putingg susu menonjol (+/+), eksresi

tidak ada, gerakan saat bernapas baik, retraksi tidak ada, tidak

ada benjolan.

i. Abdomen

Bentuk simetris kiri dan kanan, gerakan sesuai saat bernapas,

tali pusat masih tampak basah, trauma tidak ada, komplikasi

lain tidak ada, tonus otot perut tegang, komplikasi lain tidak ada,

frekuensi 130 x/m, irama jantung teratur.

j. Panggul

Fraktur dan kelainan tidak ada

k. Punggung

Tidak ada benjolan dan lubang

l. Genitalia luar

Bentuk normal, uretra ada, pengeluaran, testis sudah masuk ke

dalam scrotum, oedema tidak ada, massa/kista tidak ada,

komplikasi lain tidak ada.

m. Anus
Lubang anus ada, hemoroid tidak ada, oedema tidak ada.
60

n. Ekstremitas
1) Atas
Simetris kiri dan kanan, warna kuku merah muda, reflex baik

Oedema tidak ada, fraktur tidak ada

2) Bawah

Simetris kiri dan kanan, warna kuku merah muda, reflex baik

oedema tidak ada, pergerakan baik +/+.

o. Refleks

1) Refleks morrow : Kuat, apabila dikagetkan lengan dan kaki

terangkat.

2) Refleks grasping :Kuat, apabila benda diletakkan ditelapak

kaki bayi secara spontan bayi akan menggenggam

3) Refleks sucking : kuat, pada saat diberi susu sudah dapat

menghisap secara aktif

4) Refleks rooting : Kuat, apabila menyentuh pipi bayi

akan menoleh sentuhan

5) Refelks swallowing : kuat, bayi tidak dapat menelan

secara aktif

6. Pengukuran antopometri

a. Berat badan : 2.900 gram (Normal : 2.500-4000 gram )

b. Panjang badan : 49 cm (Normal : 48-52 cm)

c. Lingkar kepala : 32 cm (Normal : 33-35 cm)

d. Lingkar dada : 35 cm (Normal : 30-38 cm)

e. Lingkar perut : 36 cm (Normal : 30-38 cm)


61

f. Lingkar lengan : 9,5 cm (Normal : 9,5-11 cm)

7. Data penunjang : Tidak dilakukan

LANGKAH II IDENTIFIKASI DIAGNOSA/ MASALAH AKTUAL

Diagnosa : Bayi cukup bulan (BCB), sesuai masa kehamilan (SMK),

spontan (SPT), dengan umur bayi 3 hari, keadaan umum

bayi baik, dengan ikterus fisiologi.

1. BCB/ SMK/SPT, umur bayi 3 hari.

DS :
a. Ibu mengatakan HPHT : 23-09-2020
b. Ibu mengatakan melahirkan tanggal :28-06-2021
DO :
a. BBL : 2900 gram
b. PBL : 49 CM
c. Bayi laki-laki dengan berat badan 2.900 gram, panjang badan
49 cm
Analisa dan interpretasi data

a. Berdasarkan hasil pengkajian ibu mengatakan HPHT 23-09-2020

dan tanggal lahir bayi adalah 28-06-2021. Menurut rumus Neaglle,

terhitung dari HPHT tanggal 23-09-2021 sampai tanggal partus 28-

06-2021, usia kehamilan ibu adalah 40 minggu 1 hari. Hal ini

menandakan bayi cukup bulan dengan umur kehamilan 37-42

minggu.

b. Bayi lahir sesuai dengan masa kehamilan ialah bayi yang lahir

dengan berat badan lahir 2500 – 4000 gram dengan usia gestasi

37 – 42 minggu (Sarwono, 2014). Dari hasil pengkajian, pada


62

kasus bayi “A” didaptkan lahir pada usia kehamilan 40 minggu 1

hari dengan berat badan lahir 2900 gram. Berdasarkan kurva

pertumbuhan berat badan lahir bayi “A’” dengan usia kehamilan 40

minggu 1 hari sudah sesuai Masa Kehamilan (SMK).

c. Bayi lahir normal adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan

Antara 37-42 minggu dengan berat badan 2500-4000 gram,

terdapat verniks kaseosa, APGAR score menit pertama, menit

kelima dan menit kesepuluh adalah 8/9/10, tanda-tanda vital dalam

batas normal, ukuran-ukuran tubuh dalam batas normal.

d. Dari hari partus 28-06-2021 sampai hari pengkajian 01-07-2021

maka terhitung umur bayi adalah 3 hari

(Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Sarwono 2006)

2. Ikterus Fisiologi

Data Dasar

Data subjektif :

1) Ibu pasien mengatakan kulit bayinya terlihat kuning.

Data objektif :

1) Kulit bayi terlihat kuning

Analisa dan interpretasi data:

Ikterus fisiologi adalah warna kuning di kulit, konjungtiva dan

mukosa yang nampak pada hari kedua dan ketiga dan tidak memiliki

dasar patologik, kondisi ini disebabkan oleh meningkatnya kadar


63

bilirubin dalam darah. Produksi bilirubin sebagian besar berasal dari

pemecahan sel darah merah yang menua (80%), (Maryunani, 2014).

Ikterus Fisiologi tidak melebihi kadar yang berbahaya atau yang

mempunyai potensi menjadi ikterus patologi dan tidak menyebabkan

suatu kecatatan pada bayi. Ikterus neonatorum fisiologi bisa juga di

sebabkan karena organ hati dalam tubuh bayi tersebut belum matang

sempurna, atau dikarenakan kadar penguraian sel darah merah yang

cepat (Sarwono, 2014)

Dari hasil pengkajian dan pemeriksaan yang dilakukan pada

kasus bayi “A” didapatkan kulit bayi nampak kuning pada seluruh tubuh

khususnya pada bagian sclera dan konjungtiva sejak 2 hari setelah

dilahirkan, artinya bayi tersebut mengalami Ikterus neonatorum

fisiologis.

LANGKAH III IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL

Masalah potensial : Ikterus neonatorum patologi

DS :

Ibu pasien mengatakan kulit bayinya berwarna kuning

DO :

Kulit bayi terlihat kuning pada seluruh tubuh bayi

Analisa dan interpretasi:

Jika bayi dengan Ikterus fisiologis tidak ditangani dengan baik dan

kadar bilirubinnya semakin tinggi maka akan menimbulkan komplikasi

yang membahayakan karena bilirubin dapat menumpuk diotak yang


64

disebut dengan ikterus patologi (Herawati dan Maya, 2017: 68).

(ditambsah)

Pada kasus bayi “A” diantisipasi terjadinya ikterus patologi.

LANGKAH IV TINDAKAN SEGERA/KOLABORASI


Kolaborasi dengan teman sejawat untuk merencanakan asuhan

LANGKAH V RENCANA ASUHAN


Tanggal, 01 Juli 2021 Pukul 09.10 WITA
A. Tujuan
Ikterus fisiologi pada bayi “A” dapat teratasi dan warna kulit bayi
kembali normal.
B. Kriteria
1) KU bayi baik

2) Tanda-tanda vital dalam batas normal:

Frekuensi jantung : 120-160x/ Menit

Pernapasan : 40-60x/ Menit

Suhu : 36,5-37,5 0c

3) Kulit bayi tampak kuning

C. Rencana asuhan
1) Memakai masker

Rasional : Untuk menegah penularan penyakit

2) Cuci tangan dan memakai handscon

Rasional : Untuk mencegah terjadinya infeksi


65

3) Observasi KU bayi dan tanda-tanda vital tiap 3 jam

Rasional :Untuk memantau keadaan pasien dan mencegah

terjadinya komplikasi.

4) Memberitahu ibu untuk memberikan intake ASI pada bayinya

Rasional : agar menurunkan kadar bilirubin dengan memberikan

cukup ASI karena bilirubin dapat pecah apabila bayi banyak

mengeluarkan feses dan urin.

5) Menjaga kehangatan bayi

Rasional : Agar mempertahankan suhu tubuh bayi

6) Berikan informasi dan dan penjelasan tentang hasil pemeriksaan

pada keluarga By “A” tentang kondisi By “A” saat ini.

Rasional: Untuk meningkatkan pemahaman, menurunkan rasa

takut agar keluarga mengetahui kondisi bayi “A” saat ini.

7) Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang ikterus neonatorum

a. Ikterus neonatorum adalah warna kuning pada kulit,

sclera,selaput lender ataupunorgan lain. Warna kuning yang

dihasilkan biasanya akibat dari proses akumulasi pigmen

bilirubin yang tak terkonjugasi secara berlebihan, ikterus

fisiologis ini juga dapat disebabkan organ hati yang belum

matang atau disebabkan kadar penguraian sel darah merah

yang cepat (eny, 2019) dan jika tidak di tagani dengan tepat

maka akan mengakibatkan terjadinya ikterus patologi yang


66

mengarah menjadi kern ikterus yang dapat mengakibatkan

cacat dan kematian.

LANGKAH VI IMPLEMENTASI
Tanggal, 01 Juli 2021 Pukul, 09.10 WITA

1. Memakai masker

Hasil : Terlaksana, masker telah dipakai

2. Mencuci tangan dan memkai handscon sebelum dan sesudah

melakukan tindakan

Hasil : Terlaksana, telah memakain handscoon

3. Mengobservasi KU bayi dan TTV tiap 3 jam

Hasil :

KU bayi lemah Tanda-tanda vital :

Frekuensi jantung : 130x/ Menit

Pernapasan : 44x/ Menit

Suhu : 36,6 0c

4. Memberikan intake ASI tiap 3 jam.

Hasil : Terlaksana, telah diberikan intake ASI 3 jam.

5. Menjaga kehangatan bayi.

Hasil : Terlaksana, mengganti popok dan baju bayi jika basah.

6. Memberikan informasi dan dan penjelasan tentang hasil

pemeriksaan pada keluarga bayi “A” tentang kondisi bayi “A” saat

ini.

Hasil : Terlaksana, ibu By “A” mengerti


67

LANGKAH VII EVALUASI


Tanggal 01 Juli 2021 Pukul 09.15 WITA

1. Keadaan umum bayi sedang

2.Tanda-tanda vital

Frekuensi jantung : 136x/ Menit

Pernapasan : 48x/ Menit

Suhu : 36,50c

3.Kebutuhan nutrisi bayi telah terpenuhi ditandai dengan bayi minum ASI

per 3 jam .

4. Popok bayi sudah diganti dan bayi dalam kondisi hangat.

5. keluarga bayi “A” telah mengetahui tentang kondisi bayi “A” saat ini.
68

DATA PERKEMBANGAN I

PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU


LAHIR PADA BY “A” DENGAN IKTERUS NEONATORUM
FISIOLOGIS DI PUSKESMAS LASALIMU SELATAN
KAB BUTON TANGGAL 01 JULI
TAHUN 2021
(SOAP I)

No.Register :-

Tanggal Masuk : 01 Juli 2021 Pukul : 13.30 WITA

Tanggal Pengkajian : 01 Juli 2021 Pukul : 09.00 WITA

Nama Pengkaji : Dian Fitriani

Identitas Bayi

Nama : Bayi “A”

Umur : 3 Hari

Tanggal Lahir : 28 Juni 2021 pukul 18.00 WITA

Suku Bangsa : Buton

Agama : Islam

Jenis kelamin : Laki-Laki.

Berat badan lahir : 2900 gram.

Panjang badan : 49 cm.

Anak ke : 1 (Satu)

Data Subjektif (S)

1. Ibu By “A” mengatakan khawatir dengan keadaan bayinya

karena kulit bayinya berwarna kuning sejak tanggal 29 Juni 2021.


69

2. Ibu By “A” mengatakan bahwa By “A” merupakan anaknya

yang pertama dan ibu tidak memiliki riwayat keguguran

sebelumnya.

3. Ibu By “A” mengatakan melahirkan bayinya yang pertama

pada tanggal 28 Juni 2021 pukul 18.00 WITA, di Puskesmas

Lasalimu Selatan, lahir spontan langsung menangis dan warna kulit

bayi kemerahan.

4. Ibu By “A” mengatan selama hamil tidak pernah sakit dan

tidak pernah menderita penyakit apapun.

5. Ibu By “A” mengatakan selama hamil tidak pernah

mengkonsumsi obat apapun dan jamu.

6. Ibu By “A” mengatakan hari pertama haid terakhir tanggal 23

09 2020.

7. Ibu By “A” mengatakan dalam keluarga tidak ada penyakit

menurun dan tidak ada riwayat PMS

8. Ibu By “A” mengatakan anak-anak sebelumnya tidak ada

yang mengalami penyakit kuning.

9. Ibu By “A” mengatakan menggunakan BPJS untuk

membayar biaya perawatan.


70

10. Ibu By “A” dan keluarga berdoa kepada Allah SWT agar

bayinya selamat.

Data Objektif (O)


1. KU bayi :Lemah

2. Kesadaran : composmentis

3. Gestasi : 40 minggu 1 hari

4. Tanda-tanda vital :

Frekuensi jantung : 130x/ Menit

Pernapasan : 44x/ Menit

Suhu : 36,6 0c

5. Pemeriksaan head to toe

a. Kepala : Rambut tipis, berwarna hitam dan tidak ada

caput sucsadenum.

b. Wajah : Ekspresi wajah tampak tenang, tidak ada

oedema pada daerah wajah tampak berwarna kekuningan.

c. Hidung : Tidak ada secret, tidak ada polip dan tidak

terdapat kelainan.

d. Mulut : Bibir nampak kering dan tidak ada kelainan

e. Telinga : Simetris kiri dan kanan,tidak ada serumen

f. Leher : Tidak ada benjolan dan nyeri tekan

g. Dada : Pernapasan sesuai dengan gerakan dada

h. Abdomen : Tidak ada tanda-tanda infeksi pada tali pusat

i. Genetalia :Testis sudah turun semua, terdapat lubang

pada penis.
71

j. Anus : Terdapat lubang pada anus

k. Ekstremitas atas : Jari-jari lengkap, tidak ada kelainan.

Ekstremitas bawah : Jari-jari lengkap, tidak ada kelainan

l. Kulit : Nampak kuning pada seluruh tubuh

m. Refleks Morro : Kuat, apabila dikagetkan lengan dan

kaki terangkat

n. Refleks grasping : Kuat, apabila benda diletakkan

ditelapak tangan bayi secara spontan bayi akan

menggenggam.

o. Refleks sucking : kuat, pada saat diberi susu bayi dapat

menghisap secara aktif

p. Refleks rooting : Kuat, apabila menyentuh pipi bayi akan

menoleh sentuhan.

q. Refelks swallowing : Kuat, bayi tidak dapat menelan secara

aktif.

r. Pengukuran antropometri

BBS : 2900 gram


PBS : 48 cm
LK : 34 cm
LD : 36 cm
LP : 35 cm
LILA : 11 cm
6. Eliminasi Urin :Sehari BAK 8-10 kali

7. Mekonium :Sehari 4-6 kali, warna kuning

konsistensi lembek
72

Assesment (A)
Diagnosa aktual : Bayi “A”, BCB, SMK, dengan ikterus fisiologi

Masalah aktual : Kulit bayi terlihat berwarna kuning.

Masalah potensial : Antisipasi terjadinya ikterus patologi.

Planning (P)
Tanggal 01 Juli 2021 pukul 09.00 WITA
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi

Hasil : Terlaksana, tangan telah dicuci

2. Mengobservasi KU bayi dan TTV tiap 3 jam

Hasil : KU bayi lemah

Tanda-tanda vital : Frekuensi jantung :130x/ Menit

Pernapasan : 44x/ Menit

Suhu : 36,6 0c

3. Memberikan intake ASI atau susu formula tiap 3 jam

Hasil : terlaksana, telah diberikan intake ASI per 3 jam

4. Menjaga kehangatan bayi

Hasil : Terlaksana, mengganti popok dan baju bayi jika basah

5. Memberikan informasi dan dan penjelasan tentang hasil pemeriksaan

pada keluarga bayi “A” tentang kondisi bayi “A” saat ini.

Hasil : Terlaksana, ibu pasien mengerti

6. Pasien Boleh pulang namun tetap melanjutkan asuhan di rumah pasien

Hasil : Terlaksana
73

DATA PERKEMBANGAN II
PENDOKOMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN PADA
BY”A”DENGAN IKTERUS NEONATORUM FISIOLOGIS
DI RUMAH TANGGAL 2 JULI TAHUN 2021
(SOAP II)

No.Register :-

Tanggal Lahir : 28 Juni 2021 Pukul 18.00 WITA

Tanggal Pengkajian : 02 Juli 2021 Pukul 07.30 WITA

Nama Pengkaji : Dian Fitriani

Identitas Bayi

Nama : Bayi “A”

Umur : 3 Hari

Tanggal Lahir : 28 Juni 2021 pukul 18.00 WITA

Suku Bangsa : Buton

Agama : Islam

Jenis kelamin : Laki-Laki.

Berat badan lahir : 2900 gram.

Panjang badan : 49 cm.

Anak ke : 1 (Satu)

Data Subjektif (S)


1. Ibu bayi “A” mengatakan, kulit bayinya masih berwarna kuning.
74

Data Objektif (O)


1. KU bayi sedang

2. Tanda-tanda vital : Frekuensi jantung : 146x/Menit

Pernapasan : 44x/ Menit

Suhu : 36,5 0c

3. Berat badan bayi

a. Berat badan bayi lahir : 2900 gram

b. Berat badan bayi sekarang : 3000 gram

4. Pemeriksaan fisik terfokus

a. Kepala : Tidak ada benjolan dan nyeri tekan

b. Mata : Konjungtiva tampak kuning, sklera tampak

ikterus

c. Dada : Pernapasan sesuai dengan gerakan dada

d. Abdomen : Tidak ada tanda-tanda infeksi pada tali pusat

e. Kulit : Nampak kuning pada seluruh tubuh

5. Eliminasi BAB (+) BAK (+)

Assesment (A)

Diagnosa aktual : BCB, SMK, dengan ikterus Fisiologi

Diagnosa Potensial : Potensial terjadinya Ikterus patologi


75

Planning (P)
Tanggal 02 Juli 2021 pukul 09.00 WITA

1. Cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi

Hasil : Terlaksana, tangan telah dicuci

2. Mengobservasi KU bayi dan TTV tiap 3 jam

Hasil : KU bayi sedang Tanda-tanda vital :

Frekuensi jantung : 146x/menit

Pernapasan : 44x/menit

Suhu : 36,5 0c

3. Menimbang berat badan bayi

Hasil : Terlaksana, BB sekarang 3000 gram

4. Memberitahu ibu untuk menyusui bayinya secara on demand

Hasil : Terlaksana

5. Menjaga kehangatan bayi

Hasil : Terlaksana, pakaian dan popok bayi telah diganti

6. Menjemur bayi di matahari pagi yaitu pada pukul 7-9 pagi selama

kurang lebih 10-15 menit dengan kondisi bayi hanya memakai

popok, topi dan kacamata.

Hasil : bayi telah dijemur selama kurang lebih 10 menit


76

DATA PERKEMBANGAN III


PENDOKOMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI
”A” DENGAN IKTERUS NEONATORUM FISIOLOGIS
DI RUMAH TANGGAL 3 JULI TAHUN 2021
(SOAP III)

No.Register :

Tanggal Lahir : 28 Juli 2021 Pukul : 18.00 WITA

Tanggal Pengkajian : 03 Juli 2021 Pukul : 09.00 WITA

Nama Pengkaji : Dian Fitriani

1. IdentitasBayi

Nama : Bayi “A”

Umur : 3 Hari

Tanggal Lahir : 28 Juni 2021 pukul 18.00 WITA

Suku Bangsa : Buton

Agama : Islam

Jenis kelamin : Laki-Laki.

Berat badan lahir : 2900 gram.

Panjang badan : 49 cm.

Anak ke : 1 (Satu)
77

DATA SUBJEKTIF (S)


1. Ibu bayi “A” mengatakan KU bayi baik, kulitnya sudah tidak kuning.

2. Ibu bayi “A” mengatakan bayinya sudah dimandikan kemudian

dikeringkan dan dikenakan popok.

DATA OBJEKTIF (O)


1. KU bayi baik

2. Tanda-tanda vital : Frekuensi jantung : 142x/menit

Pernapasan : 46x/i menit

Suhu : 36,5 0c

1. Pemeriksaan fisik terfokus

Kepala : Tidak ada benjolan dan nyeri tekan

Mata : Konjungtiva merah muda, sklera nampak putih

Dada : Pernapasan sesuai dengan gerakan dada

Abdomen : Tidak ada tanda-tanda infeksi pada tali pusat.

Ekstremitas atas : Tidak ada kelainan

Kulit : Nampak kemerahan

2. Eliminasi BAB (+) BAK (+)

ASSESMENT (A)
Bayi “A” BCB, SMK, dengan keadaan normal
78

PLANNING (P)
Tanggal 03 Juli 2021 Pukul 10.30 WITA
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi

Hasil : Terlaksana, tangan telah dicuci

2. Mengobservasi KU bayi

Hasil : KU bayi baik Tanda-tanda vital :

Frekuensi jantung : 146x/ Menit

Pernapasan : 44x/ Menit

Suhu : 36,5 0c

3. Bekerjasama dengan teman sejawat dalam mengobservasi

Hasil : Terlaksana, bayi sudah dalam keadaan baik.

9. Memberitahu kepada orang tua bayi bahwa hari ini bayinya sudah

dalam keaadaan baik dan sehat.

Hasil: Terlaksana, orang tua bayi nampak senang dengan

informasi yang disampaikan tentang kondisi bayinya

10. Memberikan HE pada orang tua bayi mengenai:

a. Pemberian ASI

b. Pencegahan hipotermi

c. Tanda-tanda bayi sakit

d. Personal hygiene

e. imunisasi

Hasil : Ibu mengerti, dan mau mengikuti saran yang diberikan


79

DATA PERKEMBANGAN IV

PENDOKOMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI


NY ”A” DENGAN IKTERUS NEONATORUM FISIOLOGIS
DI RUMAH TANGGAL 4 JULI 2021
(SOAP IV)

Tanggal Kunjungan : 4 Juli 2021

Nama Pengkaji : Dian Fitriani

SUBJEKTIF (S)

1. Keadaan bayi telah membaik

2. Warna kuning pada kulit bayi tampak menghilang,

3. Bayi diberi ASI Setiap 2-3 jam

OBJEKTIF (O)

1. Keadaan umum bayi baik.

2. Kesadaran komposmentis

3. Berat badan sekarang: 3200 gram

4. Tanda-tanda vital:

a. Suhu : 36,7 ºC

b. Denyut jantung : 149 x/menit

c. Pernapasan : 50 x/menit

5. Konjungtiva tidak ikterus

6. Gerakan dada sesuai dengan pola napas bayi

7. Abdomen tampak bersih.

8. Gerakan tangan dan kaki aktif

9. Bayi di bedong
80

ASSESMENT (A)

Bayi “A” BCB, SMK, dengan keadaan normal

PLANNING (P)

Tanggal 4 Juli 2021, pukul 10.45 WITA

1. Menyampaikan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga

Hasil: ibu dan keluarga sudah mengetahui keadaan umum bayinya baik

dan tanda-tanda vitalnya dalam batas normal.

2. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI secara intake pada bayi

Hasil: ibu bersedia melakukan anjuran yang diberikan

2. Menganjurkan ibu memberi bayi MP ASI setelah 6 bulan

Hasil: ibu bersedia untuk memberikan MP ASI pada bayinya setelah 6

bulan.

3. Menganjurkan ibu untuk mengganti pakaian dan popok jika telah

BAB/BAK, lembab dan basah

Hasil: ibu telah melaksnakannya

4. Mengingatkan ibu untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah

tindakan.

Hasil: ibu biasa mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan.

5. Memberitahu ibu untuk menjemur bayi dibawah sinar matahari,

sebaiknya dibawah jam 10 pagi selama 10-15 menit/hari dan bayi

menggunakan topi, dan kacamata kecil untuk bayi, untuk melindungi

retina mata bayi.

Hasil : Ibu mengerti dan akan melakukan anjuran yang diberikan


81

6. Menganjurkan ibu untuk mempertahankan suhu tubuh bayi dengan

membedong bayi

Hasil: bayi telah dibedong.

7. Menganjurkan ibu untuk kontrol tumbuh kembang bayi dan imunisasi

sesuai

Hasil: ibu bersedia dan akan datang sesuai pada jadwal imunisasi yang
diberikan
8. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tanda-tanda bahaya pada bayi

dan segera membawanya ke puskesmas atau rumah sakit.

A . Bayi kelihatan lemas

c. Bayi menangis tidak kuat

d. Bayi diare

e. Suhu tubuh bayi tinggi (Sudarti dan Afroh. F, 2013: 61)

Hasil: ibu dan keluarga mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan

akan membawanya bayi ke puskesmas atau rumah sakit jika

salah satu dari atas terjadi

C. Pembahasan

Pada pembahasan ini peneliti membahas tentang asuhan

kebidanan pada bayi “A” dengan Ikterus Neonatorum fisiologis di

Puskesmas Lasalimu Selatan pada tanggal 31 Mei 2021 – 06 Agustus

2021 menggunakan manajemen asuhan kebidanan menurut Varney

yang terdiri dari 7 langkah yaitu, pengumpulan data dasar, identifikasi

diagnosa atau masalah aktual, identifikasi diagnosa atau masalah

potensial, perlunya tindakan segera atau kolaborasi, merencanakan


82

asuhan yang menyeluruh, melaksanakan perencanaan dan evaluasi.

Adapun penatalaksanaannya sebagai berikut :

1. Identifikasi data dasar

Pada langkah ini peneliti mengumpulkan informasi tentang klien

atau orang yang meminta dan memilih informasi yang tepat

diperlukan analisa yang meliputi anamnesa, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang.

Pada penelitian ini data dasar yang didapatkan adalah ibu pasien

mengatakan kulit bayinya tampak berwarna kuning sejak tanggal 29

Juni 2021, ibu pasien juga mengatakan bayinya cukup bulan. hal ini

didukung oleh hasil pengkajian yang dilakukan tanggal 01-07-2021

pukul 09.15 WITA dengan hasil keadaan umum bayi tampak baik,

dan berat badan 3000 gram, kulit dan sklera bayi terlihat kuning,

refleks menghisap dan menelan lemah.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Fatimah (2017), tentang ikterus neonaturm, dimana dalam studi

kasusnya didapatkan hasil pengkajian data dasar pada kasus bayi

“N” dengan ikterus neonatorum melalui anamnesa didapatkan ibu

pasien mengatakan cemas dengan keadaan bayinya karena kulit

bayinya berwarna kuning sejak tanggal 29 Juni 2021, ibu pasien

mengatakan bayinya lahir cukup bulan dan pada saat dilakukan

pemeriksaan KU bayi normal, kulit dan sklera bayi terlihat kuning .

Hal ini didukung teori yang menyatakan bahwa Ikterus


83

neonatorum merupakan suatu keadaan klinis pada bbl yang dapat

bedakan oleh warna kuning pada bagian kulit dan juga sklera

penyebab dari akumulasi bilirubin yang tidak terkonjugasi

berlebihan. (Maryunani, 2013). Yolanda (2018),juga

mengemukakan bahwa Ikterus adalah gejala diskolorasi kuning

pada bagian kulit, konjungtiva dan mukosa akibat tumpukan

bilirubin.

Bayi baru lahir dapat dinyatakan sebagai Bayi dengan

ikterus neonatorum fisiologis jika didapat tanda dan gejala dalam

hasil pemeriksaan sebagai berikut : Warna kuning akan nampak

pada hari ke-2 atau hari ke-3 serta terlihat jelas pada hari ke 5-6

kemudian menghilang pada hari ke-10, bayi tampak normal, kuat

menyusu, berat badan naik dalam taraf normal, Kandungan

bilirubin serum pada bayi cukup bulan tidak lewat dari 12 mg/dL,

dan pada BBLR 10mg/dL kemudian akan hilang pada hari ke-14

(Yolanda, 2018). Jadi berdasarkan hasil pelaksanaan studi kasus

yang didukung dengan teori, maka dapat disimpulkan bahwa tidak

ada kesenjangan antara teori dan praktek dalam studi kasus ini.

2. Identifikasi diagnosa atau masalah aktual

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap

diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan

interpretasi yang benar atas data-data yang dikumpulkan. Data


84

dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga

ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik.

Identifikasi diagnosa/masalah aktual dalam studi kasus ini

adalah By. “A”, BCB/SMK/SPT, umur 3 hari, KU bayi Sedang

dengan ikterus neonatorum fisiologi. Kemudian diagnosa/masalah

aktual pada studi kasus yang dilakukan oleh Fatimah (2017),

Dimana dalam studi kasusnya didapatkan hasil:

BCB/SMK/SPT/PBK dengan ikterus neonatorum fisiologis, dengan

umur 2 hari, KU bayi sedang, dengan ikterus neonatorum fisiologis

(Yolanda, 2018).

Adapun faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya

ikterus neonatorum fisiologis yaitu Produksi yang berlebihan, lebih

dari kekuatan bayi agar mengeluarkanya, contohnya bagian

hemolisis yang brtaambah pada inkompatibilitas darah Rh, ABO,

defisiensi enzim G6PD, pyruvate kinase, perdarahan tertutup, dan

sepsis (Yolanda, 2018), gangguan dalam proses uptake dan juga

konjugasi hepar, keadaan ini bisa dikarenakan oleh imaturitas

hepar, kurangnya substrat untuk konjugasi bilirubin, gangguan

fungsi hepar yang disebabkan asidosis, hipoksia dan infeksi atau

tidak terdapatnya enzim glucoronil transferase (criggler najjar

syndrome). Faktror penyebab lain ialah defisiensi protein dalam

hepar yang berperan penting dalam uptake bilirubin ke sel-sel

hepar (Yolanda, 2018), Masalah dalam transportasi Bilirubin yang


85

terdapat dalam darah terhubung oleh albumin setelah itu di

pindahkan ke hepar, hubungan antara bilirubin didalam albumin ini

dapat di sebabkan oleh obat-obatan, contohnya: salisilat, dan

sulfaforazole. (Yolanda, 2018), masalah dalam eksresi. terjadi

karena obstruksi dalam hepar atau di luar hepar, Kelainan di luar

hepar pada biasanya disebabkan karena infeksi atau kerusakan

hepar (Yolanda, 2018),

Untuk menegakkan diagnosa bayi dengan ikterus

neonatorum fisiologis, hal-hal yang harus diperhatikan adalah

Terjadi pada hari kedua atau ketiga setelah lahir dan tidak lebih

dari dua minggu , bayi aktif, reflex hisap baik suhu tubuh normal,

dan tidak terbukti adanya ikterus neonatorum (Yolanda, 2018).

Hal ini sejalan dengan hasil pengkajian pada bayi “A” yaitu

kulitnya berwarna mulai berwarna kuning pada hari kedua setelah

bayi dilahirkan, bayi tetap aktif reflex hisap baik, suhu tubuh

normal, dan tidak terbukti adanya teori, maka dapat disimpulkan

bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek dalam studi

kasus ini.

3. Identifikasi diagnosa/ masalah potensial

Identifikasi diagnosa/masalah potensial merupakan langkah

mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial lain berdasarkan

rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah

diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila


86

memungkinkan dilakukan pencegahan sehigga diharapkan

waspada dan bersiap mencegah diagnosis/masalah potensial bila

terjadi (Varney, 2012).

Berdasarkan kasus pada By.“A” dengan ikterus neonatorum

fisiologis maka potensial terjadi ikterus neonatorum patologis. Hal

ini sejalan dengan studi kasus yang dilakukan oleh Nada Nova

Wanda (2018), dimana dalam studi kasusnya potensial terjadi

ikterus patologis.

Ikterus patologi merupakan bayi dengan kadar bilirubinya

diatas 10 mg% sehingga mencapai suatu nilai yang disebut

hiperbilirubinemia (Marmi dan Rahardjo, 2012). Adapun tanda dan

gejala neonatus dengan hiperbilirubinemia adalah : kulit berwarna

kuning, sklera tampak ikterus, bayi kehilangan berat badan sampai

5% selama 24 jam yang disebabkan karena kurangnya intake

kalori, asfiksia, hipoksia, sindrom gangguan pernapasan, dan pada

saat dilakukan pemeriksaan abdomen terjadi bentuk perut yang

membuncit, feses yang berwarna seperti dempul dan pemeriksaan

neurologis dapat ditemukan adanya kejang, epistotonus, terjadi

pembesaran hati, bayi tidak mau minum, letargi, refleks hisap dan

menelan lemah (Maryunani, 2014).


87

Hal ini didukung teori yang dikemukakan oleh Nada Nova

(2013), bahwa komplikasi yang dapat timbul pada bayi dengan

ikterus neonatorum adalah jika `ikterus patologi tidak tertangani

secepatnya dan kadar bilirubin juga meningkat maka akan

menimbulkan resiko terjadinya komplikasi yang disebabkan oleh

menumpuknya bilirubin dalam otak yang disebut dengan kern

ikterus (Maulida, Luluk Fajria, 2014)

Hal ini didukung teori yang dikemukakan Maryunani (2013),

bahwa komplikasi yang dapat timbul pada bayi dengan ikterus

neonatorum fisiologis adalah terjadinya ikterus patologi jika tidak

tertangani maka mengarah menjadi kern ikterus sehingga

mengakibatkan cerebral palsy, tuli, bahkan kematian (Maryunani,

2013).

Sehingga berdasarkan hasil pelaksanaan studi kasus yang

didukung dengan teori, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada

kesenjangan antara teori dan praktek dalam studi kasus ini.

4. Tindakan segera/kolaborasi

Tindakan segera/kolaborasi merupakan tahap

mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter

untuk dikonsultasikan dan ditangani bersama dengan anggota tim

kesehatan lain sesuai dengan kondisi klien (Varney, 2012).

Berdasarkan kasus By.”A” dengan ikterus neonatorum

fisiologi maka dilakukan tindakan segera/kolaborasi dengan rekan


88

sejawat untuk pantau keadaan umum dan tanda-tanda vital bayi,

lakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir, lakukan pengukuran

antropometri bayi baru lahir, pertahankan suhu tubuh dengan

ketat, dan pemenuhan nutrisi (ASI dan susu formula) yang

adekuat.

Hal ini didukung teori yang dikemukakan oleh Rosyada

(2013), bahwa penatalaksanaan bayi dengan ikterus neonatorum

fisiologi yaitu Ikterus fisiologis tidak terlalu memerlukan adanya

penanganan khusus sehingga dapat rawat jalan dengan nasehat

untuk kembali jika ikterus berlangsung lebih dari 2 minggu, jika

bayi dapat menghisap, sampaikan ibu agar selalu memberikan asi

pada bayinya minimal setiap 2 jam, jika bayi tidak dapat menyusu,

berikan ASI melalui gelas dan sendok, dan letakkan bayi ditempat

yang cukup mendapat sinar matahari pagi selama 30 menit

selama 3-4 hari, dan Jaga bayi agar selalu dalam kondisi hangat.

Agar masalah-masalah tersebut tidak terjadi disini peneliti

melakukan tindakan segera/kolaborasi dan tetap memberikan

dukungan psikologis maupun spiritual kepada ibu dan keluarga

agar tetap berdzikir dan berdoa kepada Allah SWT. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi kesenjangan

antara teori dan praktek dalam studi kasus ini.

5. Rencana asuhan kebidanan

Rencana asuhan kebidanan merupakan tahapan


89

perencanaan tindakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan

oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan

kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa

yang telah diidentifikasi atau antisipasi. Pada langkah ini,

informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi (Varney,

2012)

Rencana tindakan pada kasus By. “A” dengan ikterus

neonatorum fisiologis yaitu memantau keadaan umum dan tanda-

tanda vital bayi, bertujuan untuk memantau agar keadaan bayi

tidak mencapai nilai yang menimbulkan ikterus patologi,

pemenuhan nutrisi (ASI dan susu formula) yang adekuat secara

baik agar kandungan bilirubin dalam tubuh bayi dapat menurun

dan bayi kembali dalam keadaan normal, serta observasi BAB

dan BAK, juga lingkungan sekitar bayi dijaga agar tetap bersih

dan hangat.

Hal ini didukung teori yang dikemukakan oleh Rukiah

(2010), Cara dilakukan untuk mengatasi bayi kuning adalah

dengan memberikan ASI sesering mungkin atau secara adekuat,

tujuannya, agar frekuensi buang air besar bayi lebih sering

sehingga kelebihan bilirubin bisa dikeluarkan. Protein ASI juga

bisa melapisi mukosa usus sehingga menurunkan penyerapan

kembali bilirubin.

Studi kasus ini ditunjang dengan hasil studi kasus yang


90

dilakukan oleh Lovianita Dani Arianda (2015), rencana asuhan

kebidanan yang diberikan yaitu memantau keadaan umum dan

tanda-tanda vital bayi, dan juga memberikan pemenuhan nutrisi

ASI secara adekuat untuk bayi.

Sehingga berdasarkan hasil pelaksanaan studi kasus yang

didukung dengan teori, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada

kesenjangan antara teori dan praktek dalam studi kasus ini.

6. Pelaksanaan tindakan asuhan kebidanan

Pada langkah ini. ini dilakukan seluruhnya oleh peneliti atau

sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lain.

Penatalaksanaan yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya

serta meningkatkan mutu dan asuhan klien (Varney, 2012).

Berdasarkan kasus By. “A” dengan ikterus neonatorum

fisiologis maka penatalaksanaan asuhan kebidanan yang

dilakukan yaitu memantau perubahan warna kulit pada bayi,

memantau keadaan umum dan tanda-tanda vital bayi, memantau

agar keadaan bayi tidak menjadi ikterus patologi, dan juga

memberikan pemenuhan nutrisi ASI secara ade kuat untuk bayi.

Sementara dalam studi kasus yang dilakukan Maulida (2014),

yaitu penatalaksanaan yang dilakukan pada bayi dengan ikterus

fisiologi adalah dengan memberikan ASI secara optimal karena

bilirubin dapat dipecah apabila bayi mengeluarkan feses dan urin.

Sehingga pemberian ASI wajib diberikan karena ASI sangat


91

efektif dalam memperlancar BAB dan BAK. walaupun demikian,

dalam pemberiannya harus dalam pengawasan.

Sehingga berdasarkan hasil pelaksanaan studi kasus yang

didukung dengan teori, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada

kesenjangan antara teori dan praktek dalam studi kasus ini.

7. Evaluasi Asuhan Kebidanan

Dalam langkah ini diperlukan adanya evaluasi keefektifan

yang didapat melaluo asuhan yang telah diberikan meliputi

pemenuhan kebutuhan akan bantuan sebagaimana telah

diidentifikasi dalam masalah dan diagnosis. Disamping

dilakukanya evaluasi terhadap asuhan yang telah diberikan,

peneliti juga mampu melakukan evaluasi terhadap proses asuhan

yang telah dilakukan. Dalam teori bayi dengan ikterus neonatorum

fisiologi target yang ingin dicapai yaitu keadaan umum bayi

menjadi baik, bayi mengalami peningkatan berat badan,dan warna

kuning pada kulit bayi sudah menghilang (Yolanda, 2018).

Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada bayi “A” dengan

ikterus neonatorum fisiologi. Pada kunjungan pertama tanggal 01

Juli 2021, masalah yang dialami klien akan diatasi dengan

memberikan nutrisi ASI, untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pada

bayi, tanggal 02 juli 2021 KU bayi sedang, kebutuhan nutrisi bayi

sudah terpenuhi dan tindakan tanggal 03 Juli 2021 keadaan bayi

sudah mengalami kemajuan dan mulai membaik ditandai dengan


92

sklera dan kulit bayi sudah mulai tidak kuning.

Studi kasus ini ditunjang dengan hasil studi kasus yang

dilakukan oleh Dewi Wahyu Ningrum (2012), diperoleh hasil

evaluasi setelah dilakukan asuhan selama 4 hari didapatkan hasil

keadaan umum baik, warna kulit bayi sudah normal, nutrisi bayi

telah terpenuhi dan keadaan bayi sudah mengalami peningkatan,.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

kesenjangan antara teori dan praktek dalam studi kasus ini.

8. Pendokumentasian hasil asuhan kebidanan

Pendokumentasian hasil asuhan kebidanan (SOAP)

merupakan catatan tentang perkembangan informasi yang

sistematis terhadap interaksi terhadap tenaga kesehatan, pasien,

keluarga pasien, dan klinik kesehatan yang mencatat tentang

hasil pemeriksaan, prosedur pengobatan pada pasien dan

pendidikan pada pasien dan respon pasien terhadap semua

kegiatan yang telah dilakukan (Varney, 2012).

Setelah dilakukan pelaksanaan manajemen asuhan

kebidanan bayi baru lahir pada By ”A” dengan ikterus

neonatorum fisiologis di Puskesmas Lasalimu Selatan

Kabupaten Buton, selanjutnya dilakukan pendokumentasian data

perkembangan asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan

menggunakan SOAP.

Berdasarkan data perkembangan I yang telah dilakukan


93

pada tanggal 01-07-2021 pukul 09.15 WITA, maka diagnosa

aktual By. “A”, BCB/SMK/SPT, umur 3 hari, KU bayi baik dengan

ikterus neonatorum fisiologis. Potensial terjadi ikterus patologi.

Dilakukan tindakan segera/kolaborasi dengan teman sejawat

untuk pantau keadaan umum dan tanda-tanda vital bayi,

lanjutkan pemenuhan nutrisi yaitu ASI yang adekuat. Hal ini

didasarkan atas data subjektif diantaranya : ibu mengatakan kulit

bayinya yang nampak berwarna kuning. kondisi bayinya baik,

dan pergerakan bayinya aktif, ibu mengatakan bayi telah di

bedong dan pakaian bayi diganti setiap kali basah atau kotor,

daerah genetalia bayinya dibersihkan setiap kali bayi BAK/BAB.

Setelah dilakukan pelaksanaan asuhan kebidanan

didapatkan hasil evaluasi keadaan umum bayi tampak normal,

pernapasan 32 kali/menit (30-40 kali/menit), nadi 128 kali/menit

(100-160 kali/menit), suhu 36,8 °C (36,5-37,5°C), kulit bayi masih

berwarna kuning dan asuhan dilanjutakan di rumah pasien.

Selanjutnya berdasakan data perkembangan II yang telah

dilakukan pada tanggal 02-07-2021 pukul 08.00 WITA, maka

diagnosa aktual By. Ny “A”, umur 4 hari, KU bayi baik dengan

ikterus neonatorum fisiologis. Potensial terjadi ikterus patologis.

Dilakukan tindakan segera/kolaborasi kolaborasi dengan teman

sejawat untuk pantau keadaan umum dan tanda-tanda vital bayi,

pertahankan suhu tubuh dengan ketat, pemenuhan nutrisi (ASI


94

yang adekuat. Hal ini didasarkan atas data subjektif diantaranya:

ibu mengatakan bayinya dalam kondisi baik dan aktif bergerak,

kulit bayinya masih berwarna kuning.

Setelah dilakukan pelaksanaan asuhan kebidanan

didapatkan hasil evaluasi keadaan umum bayi baik, pernapasan

30 kali/menit (30-40 kali/menit), nadi 120 kali/menit (100-160

kali/menit), suhu 36,8 °C (36,5-37,5°C), berat badan bayi 3000

gram, lingkar kepala 30 cm, lingkar dada 28 cm, lingkar lengan

atas 8.3 cm, panjang badan 44 cm, pusat tampak kering dan

bersih serta tidak ada tanda-tanda infeksi pada bayi.

Selanjutnya berdasakan data perkembangan III yang telah

dilakukan pada tanggal 19-02-2020 pukul 08.00 WITA, maka

diagnosa aktual By. Ny “A”, umur 5 hari, KU bayi baik. Tidak ada

data yang mendukung untuk terjadinya masalah potensial. Tidak

ada data yang mendukung untuk perlunya tindakan

segera/kolaborasi. Hal ini didasarkan atas data subjektif

diantaranya : ibu mengatakan bayinya dalam kondisi baik dan

bayinya aktif bergerak, ibu mengatakan warna kuning pada

bayinya mulai Nampak hilang atau memudar, ibu mengatakan

bayinya diberikan ASI ±30 cc/kali minum secara bergantian

setiap 2-3 jam sekali atau atau jika bayi merasa lapar dan haus,

ibu mengatakan bayinya BAK 4-5 kali/hari berwarna kekuningan,

bau khas amoniak serta tidak ada masalah BAK. Ibu juga
95

mengatakan bayinya BAB 2-3 kali/sehari dengan tinja berwarna

kekuningan dengan konsistensi yang lebih liat serta tidak ada

masalah BAB, dan

Hal ini didukung dengan hasil pemeriksaan yang telah

dilakukan yaitu keadaan umum bayi baik, pernapasan 34

kali/menit (30-40 kali/menit), nadi 130 kali/menit (100-160

kali/menit), suhu 36,8 °C (36,5-37,5°C), berat badan 3000 gram,

warna kuning pada kulit bayi sudah Nampak hilang.

Selanjutnya berdasakan data perkembangan IV yang telah

dilakukan pada tanggal 04-07-2021 pukul 09.00 WITA, maka

diagnosa aktual By. “A”, umur 6 hari, KU bayi baik. Tidak ada

data yang mendukung untuk terjadinya masalah potensial. Tidak

ada data yang mendukung untuk perlunya tindakan

segera/kolaborasi. Hal ini didasarkan atas data subjektif

diantaranya : ibu mengatakan bayinya dalam kondisi baik dan

bayinya aktif bergerak,ibu mengatakan warna kuning pada kulit

bayinya sudah menghilang, ibu mengatakan, bayinya diberikan

ASI secara lebih sering.

Hal ini didukung dengan hasil pemeriksaan yang dilakukan

yaitu keadaan umum bayi baik, pernapasan 34 kali/menit (30-40

kali/menit), nadi 130 kali/menit (100-160 kali/menit), suhu 36,8 °C

(36,5-37,5°C), berat badan 3200 gram, kulit bayi Nampak


96

berwarna merah, pergerakan bayi aktif dan tidak terdapat

masalah pada bayi.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa setelah dilakukan

pendokumentasian hasil asuhan kebidanan pada By. ”A” dengan

Ikterus neonatorum fisiologis di Puskesmas Lasalimu Selatan

Kabupaten Buton tidak ada masalah ataupun komplikasi pada

ibu maupun bayi baru lahir. Tidak ada data yang mendukung

untuk perlunya tindakan segera/kolaborasi serta tidak ada data

yang mendukung terjadinya masalah potensial pada bayi baru

lahir. Keadaan bayi baik, tanda- tanda vital dalam batas normal,

berat badan bayi bertambah dari berat badan lahir 2900 gram

menjadi 3200 gram serta tidak ada tanda-tanda bahaya pada

bayi baru lahir. Sehingga dapat disimpulkan tujuan asuhan

kebidanan tercapai dan tidak ada kesenjangan antara teori dan

praktek dalam studi kasus ini.


97

D. Keterbatasan Karya Tulis Ilmiah

Dalam melakukan studi kasus ini, terdapat beberapa keterbatasan

yang mungkin dapat mempengaruhi hasil studi kasus ini, diantaranya

adalah sebagai berikut :

1. Studi kasus ini menggunakan desain penelitian observasional

deskriptif dengan pendekatan studi kasus sehingga masih perlu

dilakukan studi kasus secara observasional deskriptif kuantitatif

yang lebih terperinci agar diperoleh hasil studi kasus yang lebih

mendalam mengenai manajemen asuhan kebidanan bayi baru lahir

dengan ikterus neonatorum fisiologis.

2. Studi kasus ini dilakukan hanya pada satu orang pasien sehingga

tidak ada perbandingan mengenai tanda dan gejala masalah yang

sedang dialami terkait dengan keluhan yang dirasakan.

3. Studi kasus ini tidak dilakukan dengan cara memantau selama 24

jam penuh sehingga kemungkinan-kemungkinan berkaitan dengan

perubahan status kondisi pasien tidak terpantau secara

keseluruhan
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

1.Dalam melakukan pengumpulan data dasar pada By “A” dengan

ikterus Neonatorum Fisiologi dilaksanakan dengan mengumpulkan

data subyektif yang diperoleh dari hasil wawancara dimana ibu

pasien mengatakan kulit bayinya berwarna kuning, data objektif

diperoleh dari pemeriksaan fisik seperti kulit dan sklera bayi nampak

kuning.

2.Identifikasi diagnose atau masalah actual dilakukan dengan

mengumpulkan data secara teliti dan akurat, sehingga didapatkan

hasil diagnose kebidanan pada By “A”, BCB, SMK, dengan ikterus

neonatorum fisiologi

3.Diagnosa potensial pada kasus ini tidak muncul karena penanganan

yang cepat dan tepat

4.Perlunya tindakan segera atau kolaborasi dalam langkah ini

dilakukan kolaborasi dengan rekan sejawat di puskesmas Lasalimu

Selatan dalam melakukan tindakan.

5.Merencanakan asuhan yang menyeluruh, pada kasus ini rencana

asuhan yang dilakukan cuci tangan sebelum dan sesudah

memegang bayi, observasi KU bayi dan tanda-tanda vital tiap 3 jam,

berikan intake ASI atau susu formula tiap 3 jam, jaga kehangatan

bayi, memberikan informasi dan dan penjelasan tentang hasil

bpemeriksaan pada keluarga By “A” tentang kondisi By “A” saat ini.

98
99

6. Melaksanakan perencanaan dan penatalaksanaan pada bayi “A”

merupakan pelaksanaan dari rencana tindakan.

7. Evaluasi, setalah dilakukan asuhan kebidanan selama 4 hari pada

kasus bayi “A” dengan ikterus neonatorum fisiologi didapat hasil KU

bayi baik, sklera dan kulit bayi sudah tidak kuning, kebutuhan nutrisi

tercukupi.

8.Peneliti tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori dan

kasus nyata dilapangan.

B. Saran

1.Bagi Puskesmas diharapkan lebih meningkatkan profesionalisme

dalam melaksanakan asuhan pada bayi agar dapat mempercepat

proses penyembuhan khususnya pada bayi dengan ikterus

neonatorum fisiologi dan mencegah terjadinya komplikasi.

2. Bagi pendidikan diharapkan agar institusi pendidikan dapat lebih

meningkatkan dan menambah referensi sehingga dapat membantu

penulis atau mahasiswa yang akan mengambil kasus yang sama.

3.Bagi profesi Meningkatkan mutu penanganan dan pelayanan bagi

bayi dengan ikterus fisiolog secara cepat, tepat dan komprehensif.


DAFTAR PUSTAKA

Ade Heryana. 2019. Metodologi Penelitian Kesehatan Masyarakat.


Jakarta: rineka cipta.
Akmal, Annisa Fitri. 2019. “Rasio Prevalensi Berat Badan Lahir Rendah
Terhadap Ikterus Neonatorum Dini Di Rsud Wates Kabupaten Kulon
Progo Tahun 2017.” Yogyakarta.
Andriani, Feni, 2019 "Asuhan Kebidanan, Pada Neonatus, and Bayi dan.
Balita" Sidoarjo. Kebon Agung
Apriyulan, Mahardika, dan Luluk Khusnul Dwihestie. 2017. “Hubungan
Frekuensi Pemberian ASI Dengan Derajat Ikterus Neonatorum
Fisiologis Di RSUD PKU Muhammadiyah I Yogyakarta.” Jurnal Unisa
Auliasari, Nimas Anggie. 2019. “Faktor Risiko Kejadian Ikterus
Neonatorum.” Faktor Risiko Kejadian Ikterus Neonatorum" jakarta
Dinkes Sultra. 2017. “Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tenggara 2016.”
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara.
Eny, Pamilih Eko Karyuni. 2019. "Buku Saku Manajemen Masalah Bayi
Baru Lahir". Jakarta
Fajria Lala. 2013. “Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
Pada Bayi Ny.S Dengan Ikterus Neonatorum Derajat II.” Sragen.
Fallis, A.G Nursalam2016, metode penelitian. 2013. “Angka Kematian
Bayi (Infant Mortality Rate).” Journal Ikterus Neonatorum.
Herawati, Yanti, dan Maya Indriati. 2017. “Pengaruh Pemberian Asi Awal
Terhadap Kejadian Ikterus Pada Bayi Baru Lahir 0-7 Hari.” Jurnal
Kebidanan 3(01):67–72.
Kemenkes. 2007. “Laporan Nasional Riskesdas 2015.” Laporan Nasional
2015.
Kemenkes. 2019. “Standar Profesi Bidan” Laporan Kemenkes 2019.
Lasboy, Rode Hulda Nimsi. 2016. “Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir
Pada Bayi Ny. T Dengan Asfiksia Sedang Di Rsud Surakarta Karya
Tulis Ilmiah.” STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Melan, Melinda,2018 kejadian ikterus derajat 2 . “Jurusan Kebidanan
Prodi D-Iv.”
Notoatmodjo, S. 2010. “Metodologi Penelitian Kesehatan.” Jakarta: rineka
cipta.
Nila farid moeloek. 2019. “Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata
Laksana Hiperbilirubinemia.” Pedoman nasional pelayanan
kedokteran tata laksana hiperbilirubinemia jaarta, hk.01.07/m(ikterus)
Notoatmodjo, S. 2010. “Metodologi Penelitian Kesehatan.” Jakarta: rineka
cipta.
Puskesmas, lasalimu selatan. 2021. "Profil Puskesms Lasalimu".
Kabupaten Buton.
Ratuain, Maria Oliva, Heni Puji Wahyuningsih, dan Yuliasti Eka
Purnamaningrum. 2015. “Hubungan Antara Masa Gestasi Dengan
Kejadian Ikterus Neonatorum.” Jurnal Kesehatan Ibu Dan Anak
jakarta.
Rosyada Fitriani Addina. 2013. “Asuhan Kebidanan Pada Neonatus
Dengan Ikterus Patologi Di Ruang Bayi SR PKU Muhammadiyah
Yogyakarta.” Yogyakarta.
Sarwono, Prawihardjo. 2014. “Ilmu Kebidanan.” jakarta: yayasan bina
pustaka sarwono prawihardjo.
Sowwam, Muhammad, and Ssepty Nur Aini. 2018. “Fototerapi Dalam
Menurunkan Hiperbilirubin Pada Asuhan Keperawatan Ikterus
Neonatorum.” Jurnal Keperawatan care 8(2):82–90.
Sulis diana, M. Ke., M. Ke. Erfiani mail, and M. S. Rufaida, Zulfa, S.Keb.
Bd. 2019. “Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Persalinan, Dan Bayi Baru
Lahir.” yogyakarta.
Yolanda, W. 2018. “Manajemen asuhan bayi baru lahir normal" Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
\

Anda mungkin juga menyukai