Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KOMPREHENSIF

“ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA DENGAN DISMENORE PRI


MER DI PUSKESMAS TUJUH ULU”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Asuhan Kebidanan Holistik Pada Re


maja dan Pranikah

Oleh :
RATNA DAMAYANTI
NIM PO.71.24.4.22.031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI


JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
TAHUN 2022
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN KOMPREHENSIF

“Asuhan Kebidanan Pada Remaja Dengan Dismenore Primer Di


Puskesmas Tujuh Ulu”

Disusun Oleh:

RATNA DAMAYANTI
NIM PO.71.24.4.22.031

Menyetujui,

Pembimbing Klinik Pembimbing Institusi

(Sri Suharti, Am.Keb) (Elita Vasra, SST., M.Keb)


NIP. 196905091991032003 NIP. 197305191993012001

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Elita Vasra, SST, M.Keb


NIP. 197305191993012001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan
Komprehensif terkait Asuhan Kebidanan Pada Remaja Dengan Dismenore Pri
mer Di Puskesmas Tujuh Ulu. Penulisan Laporan ini dilakukan dalam rangka
memenuhi tugas praktik Asuhan Kebidanan Holistik pada Remaja dan Pra
nikah Program Pendidikan Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Palembang.
Laporan ini terwujud atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai
pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Pada kesempatan ini kami
juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Muhammad Taswin, S.Si, Apt, MM, M.Kes selaku Direktur
Poltekkes Kemenkes Palembang
2. Ibu Nesi Novita, S.SiT, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Palembang
3. Ibu Elita Vasra, SST, M.Keb selaku Ketua Program Studi Pendidikan Prof
esi Bidan Poltekkes Kemenkes Palembang dan Pembimbing Institusi
4. Ibu Dr. Meriance, M.Kes selaku Kepala Puskesmas Tujuh Ulu
5. Ibu Sri Suharti, Am.Keb. selaku Pembimbing Lahan.
6. Seluruh pegawai dan staf Puskesmas Tujuh Ulu.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan pendahuluan ini
masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis membuka diri
untuk menerima kritik dan saran sebagai masukan, guna kesempurnaan
penulisan laporan pendahuluan ini dan penulis mohon maaf kepada semua
pihak atas kesalahan dan kepada Allah SWT mohon ampun. Penulis berharap
semoga laporan pendahuluan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Palembang, September 2022

Penulis

DAFTAR ISI
iii
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………. i
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………. ii
KATA PENGANTKAR ………………………………………………...….. iii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………
iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Tujuan................................................................................................... 3
C. Ruang Lingkup..................................................................................... 4
D. Manfaat................................................................................................ 4
BAB II TINJAUAN KASUS DAN TEORI
A. Kajian Kasus......................................................................................... 5
B. Kajian Teori........................................................................................ 5
BAB III KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Pengkajian Data Subjektif .................................................................. 14
B. Pengkajian Data Objektif ....................................................................18
C. Menyusun Rencana Tindakan/Penatalaksanaan..................................18
D. Pembahasan.........................................................................................19
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................20
B. Saran ..................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan profesi bidan merupakan pendidikan yang
mempersiapkan lulusan untuk menguasai kompetensi yang dipersyaratkan
sesuai dengan seorang bidan ahli profeisonal, bekerja secara mandiri,
mampu mengembangkan diri dan beretika. Tujuan program profesi bidan
adalah untuk memberi asuhan kebidanan, komunikator, pengambil
keputusan, penggerak dan pemberdaya masyarakat, pengelola pelayanan
kebidanan serta peneliti yang bermoral tinggi dan berkepribadian luhur.
Remaja merupakan suatu tahap perkembangan antara masa anak-
anak dan masa dewasa yang ditandai oleh perubahan fisik umum serta
perkembangan kognitif dan sosial yang berlangsung antara umur 12-19
tahun. Remaja rentan terhadap gangguan kesehatan reproduksi.
Kesehatan reproduksi remaja dipengaruhi beberapa faktor yang berpotensi
menimbulkan gangguan, termasuk gangguan menstruasi. Pada remaja
putri banyak faktor yang dapat mempengaruhi gangguan menstruasi antara
lain: hormon, kelenjar, stres, dan status gizi (Proverawati dan Misaroh,
2009).
Kesehatan reproduksi didefinisikan sebagai keadaan sejahtera fisik,
mental dan sosial secara utuh (tidak semata-mata bebas dari penyakit atau
kecacatan) dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi,
serta fungsi dan prosesnya. Ruang lingkup kesehatan reproduksi
mencakup keseluruhan kehidupan manusia sejak lahir sampai mati. Dalam
pendekatan siklus hidup dikenal 5 tahap yaitu, konsepsi, bayi dan anak,
remaja, usia subur, usia lanjut (Kumalasari & Andhyantoro, 2012).
Masalah-masalah kesehatan reproduksi pada remaja menurut
Infodatin (2015) antara lain perilaku seksual beresiko seperti seks
pranikah, kehamilan tidak diinginkan, perilaku seks berganti-ganti
pasangan, aborsi tidak aman, dan Infeksi Menular Seksual (IMS). Perilaku

1
beresiko lain adalah penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat
adiktif (napza), perilaku gizi buruk yang dapat menyebabkan masalah gizi
dan gangguan pada saat menstruasi.
Menurut BKKBN (2009), program kesehatan reproduksi remaja
adalah untuk membantu remaja agar memiliki pengetahuan, kesadaran,
sikap dan perilaku hidup reproduksi sehat bertanggungjawab, melalui
advokasi, promosi, KIE, konseling dan pelayanan kepada remaja yang
memiliki permasalahan khusus. Materi kesehatan reproduksi remaja
mencakup aspek kehidupan remaja yang terkait dengan pengetahuan,
sikap dan perilaku kehidupan seksual serta berkeluarga.
Data di beberapa negara industri menyebutkan bahwa seperempat
penduduk perempuan dilaporkan pernah mengalami menoragia, 21%
mengeluh siklus haid memendek, 17% mengalami perdarahan antar haid,
dan 6% mengeluh perdarahan pasca senggama. Selain menyebabkan
gangguan kesehatan, gangguan haid ternyata berpengaruh pada aktivitas
sehari-hari yaitu 28% dilaporkan merasa terganggu saat bekerja sehingga
berdampak pada bidang ekonomi (Anwar dkk, 2011).
Upaya pendidikan kesehatan reproduksi yang komprehensif melalui
keluarga/orang tua, sekolah (guru), teman sebaya dan komunitas baik
melalui jalur pendidikan formal atau non formal merupakan strategi yang
penting dalm lebih baik dalam upaya untuk mendidik remaja pada usia
yang lebih dini sehingga remaja perempuan dan laki-laki akan memiliki
informasi yang mereka butuhkan untuk membuat keputusan mengenai
kesehatan reproduksinya. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) memiliki strategi yang berkaitan dengan Kesehatan Reproduksi
Remaja yaitu program GenRe (Generasi Berencana). Arah program
GenRe memiliki 2 bagian yaitu PIK-KRR (Pusat Informasi dan Konseling
Kesehatan Reproduksi Remaja) dan BKR (Bina Keluarga Remaja).
Keadaan kesehatan reproduksi di Indonesia saat ini masih belum
seperti yang diharapkan dibandingkan dengan keadaan di negara-
negara lain. Indonesia masih tertinggal dalam banyak aspek kesehatan

2
reproduksi. Masalah kesehatan reproduksi menjadi perhatian bersama
bukan hanya individu yang bersangkutan, karena dampaknya menyangkut
berbagai aspek kehidupan dan menjadi parameter kemampuan Negara
dalam menyelenggarakan kerja, dan Program Indonesia Sejahtera.
Program Indonesia Sehat selanjutnya menjadi program utama
Pembangunan Kesehatan yang kemudian direncanakan pencapaiannya
melalui Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019,
yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan R.I. Nomor
HK.02.02/Menkes/52/2015.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Tercapainya implementasi Asuhan Kebidanan Pada Remaja Dengan
Dismenorhea Di Puskesmas Tujuh Ulu menggunakan pola pikir
manajemen kebidanan serta mendokumentasikan hasil asuhannya.
2. Tujuan khusus
a. Terlaksananya pengkajian mendalam pada remaja dengan
disminorrhea primer.
b. Tersusunnya identifikasi diagnosa/masalah kebidanan berdasarkan
data subyektif dan data obyektif pada remaja dengan disminorrhea
primer.
c. Tersusunnya masalah potensial yang mungkin terjadi pada kasus
remaja disminorrhea primer.
d. Diketahuinya kebutuhan segera pada remaja dengan disminorrhea.
e. Tersusunnya rencana tindakan yang akan dilakukan pada kasus
remaja dengan disminorrhea primer.
f. Terlaksananya tindakan untuk menangani kasus remaja dengan
disminorrhea primer
g. Terlaksananya evaluasi untuk menangani kasus remaja dengan
disminorrhea primer.
h. Tersusunnya pendokumentasian kasus Remaja dengan disminorrhea

3
primer.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup laporan komprehensif ini adalah pelaksanaan
pelayananan kebidanan yang berfokus pada masalah kesehatan remaja yang
masuk dalam asuhan reproduksi.

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Pengembangan ilmu ke dalam praktik yang bisa meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman secara langsung, sehingga
menambah wawasan dalam menerapkan asuhan kebidanan pada kasus
disminorrhea primer pada remaja.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Mahasiswa
Dapat memahami teori, memperdalam ilmu, dan menerapkan asuhan
terkait disminorrhea pada remaja.
b. Bagi Bidan Pelaksana di Puskesmas Tujuh Ulu
Memberikan informasi bagi bidan pelaksana di Puskesmas Tujuh
Ulu dalam upaya promotif dan preventif dalam mencegah terjadinya
disminorrhea primer pada remaja.
c. Bagi Remaja
Menambah pengetahuan dan gambaran terkait asuhan pada remaja
yang mmengalami disminorrhea primer.

4
BAB II
KAJIAN KASUS DAN TEORI

A. Kajian Kasus
Kasus dalam asuhan kebidanan ini adalah remaja putri dengan
dismenore. Pengkajian dilakukan di pelayanan Puskesmas Tujuh Ulu.
Berdasarkan hasil pengkajian klien memiliki BB 53 Kg, tekanan darah
100/70 mmHg. Klien mengatakan setiap menjelang menstruasi dan
menstruasi di hari pertama sampai ketiga mengalami nyeri dibagian perut
bawah dan sekitar selangkangan, nyeri pada payudara, pusing sehingga
terkadang mengganggu kegiatan sehari-hari karena lumayan merasa tidak
nyaman. Tidak ada riwayat keluarga yang memiliki penyakit IMS
ataupun kanker serviks. Kebutuhan nutrisi klien mengaku sering jajan
dan jarang mengkonsumsi sayur dan buah. Klien juga mengatakan bahwa
aktifitasnya sehari-hari adalah mahasiswa sehingga banyak kegiatan
diluar rumah. Berdasarkan data tersebut maka diagnosisnya adalah
seorang remaja putri usia 18 tahun dengan dismenore primer butuh
konseling dan tindak lanjut terkait dampak dan penalatalaksanaan
dismenore primer.
B. Kajian Teori
1. Pengertian Dismenore
Dismenore didefinisikan sebagai nyeri pada saat menstruasi
(Okoro et al., 2013). Kata dismenore berasal dari bahasa Yunani,
yaitu dysmenorrhea, yang menurut arti katanya terdiri atas “dys”
berarti sulit, “meno” berarti bulan, dan “rrhea” berarti aliran
(Madhubala & Jyoti, 2012). Dismenore merupakan nyeri menstruasi
yang dikarakteristikan sebagai nyeri singkat sebelum atau selama
menstruasi yang merupakan permasalahan ginekologikal utama,
yang sering dikeluhkan oleh wanita.
2. Epidemiologi Dismenore

5
Kejadian dismenore di dunia sangat tinggi. Rata-rata lebih
dari 50% perempuan disetiap negara mengalami dismenore.
Penelitian di Georgia pada tahun 2012 di ketahui bahwa prevalensi 7
kejadian dismenore yaitu 52,07% dan akibat dari nyeri tersebut
dilaporkan bahwa 69,78% diantaranya tidak hadir ke sekolah (Gagua
et al., 2012).
3. Klasifikasi Dismenore
a. Dismenore primer
Dismenore primer adalah kondisi yang berhubungan dengan
siklus ovulasi. Penelitian menunjukan bahwa dismenore primer
memiliki dasar biokimia dan terjadi akibat pelepasan prostaglandin
selama mens. Selama fase luteal dan menstruasi berjalan
prostaglandin F2alfa (PGR, Pelepasan (PGF2a) yang berlebihan
meningkatkan amplitudo dan frekuensi kontraksi uterus dan
menyebabkan vasospasme dari arteriol uterus, menyebabkan
iskemia dan perut bagian bawah. Respons sistemik terhadap PGF2a
meliputi nyeri pinggang, kelemahan, berkeringat, gejala
gastrointestinal (anoreksia, mual, muntah, dan diare) dan gejala
sistem saraf pusat (rasa mengantuk, sinkop, sakit kepala, dan
konsentrasi buruk). Nyeri biasanya dimulai pada saat onset
menstruasi dan berlangsung selama 8-4 jam (Lowdermilk et al.,
2013).
b. Dismenore Sekunder
Dismenore sekunder adalah nyeri menstruasi yang terjadi
belakangan dalam kehidupan, umurnnya setelah usia 25 tahun. Hal
ini berhubungan dengan abnormalitas panggul seperti adenomiosis
endometriosis, penyakit radang panggul, polip endometrium,
mioma submukosa atau interstisial (fibroid uterus), atau
penggunaan alat kontrasepsi dalam kandungan. Nyeri sering kali
dimulai beberapa hari sebelum mens, namun hal ini dapat terjadi
pada saat ovulasi dan berlanjut selama hari-hari pertama menstruasi

6
atau dimulai setelah menstruasi terjadi. Berbeda dengan dismenore
primer, nyeri pada dismenore sekunde sering kali bersifat tumpul,
menjalar dari perut bagian bawal ke arah pinggang atau paha.
Wanita sering kali mengalam perasaan membengkak atau rasa
penuh dalam panggul (Lowdermilk et al., 2013).
4. Etiologi Dismenore
a. Dismenore primer
Dismenore primer adalah proses normal yang dialami ketika
menstruasi. Kram menstruasi primer disebabkan oleh kontraksi otot
rahim yang sangat intens, yang dimaksudkan untuk melepaskan
lapisan dinding rahim yang tidak diperlukan lagi. Dismenore primer
disebabkan oleh zat kimia alami yang diproduksi oleh sel-sel
lapisan dinding rahim yang disebut prostaglandin. Prostaglandin
akan merangsang otot otot halus dinding rahim berkontraksi. Makin
tinggi kadar prostaglandin, kontraksi akan makin kuat, sehingga
rasa nyeri yang dirasakan juga makin kuat. Biasanya, pada hari
pertama menstruasi kadar prostaglandin sangat tinggi. Pada hari
kedua dan selanjutnya, lapisan dinding rahim akan mulai terlepas,
dan kadar prostaglandin akan menurun. Rasa sakit dan nyeri
menstruasi pun akan berkurang seiring dengan makin menurunnya
kadar prostaglandin (Sinaga, 2017).
b. Dismenore sekunder
Dismenore sekunder umumnya disebabkan oleh kelainan
atau gangguan pada sistem reproduksi, misalnya fibroid uterus,
radang panggul, endometriosis atau kehamilan ektopik. Dismenore
sekunder dapat diatasi hanya dengan mengbati atau menangani
penyakit atau kelainan yang menyebabkannya (Sinaga, 2017).
5. Patofisiologi Dismenore
Peningkatan produksi prostaglandin dan pelepasannya
(terutama PGF2α) dari endometrium selama menstruasi
menyebabkan kontraksi uterus yang tidak terkoordinasi dan tidak

7
teratur sehingga menimbulkan nyeri. Selama periode menstruasi,
wanita yang mempunyai riwayat dismenore mempunyai tekanan
intrauteri yang lebih tinggi dan memiliki kadar prostaglandin dua
kali lebih banyak dalam darah (menstruasi) dibandingkan dengan
wanita yang tidak mengalami nyeri. Uterus lebih sering berkontraksi
dan tidak terkoordinasi atau tidak teratur. Akibat peningkatan
aktivitas uterus yang abnormal tersebut, aliran darah menjadi
berkurang sehingga terjadi iskemia atau hipoksia uterus yang
menyebabkan timbulnya nyeri. Mekanisme nyeri lainnya disebabkan
oleh protaglandin (PGE2) dan hormon lain yang membuat saraf
sensori nyeri diuterus menjadi hipersensitif terhadap kerja bradikinin
serta stimulus nyeri fisik dan kimiawi lainnya (Reeder et al., 2014).
Kadar vasopresin mengalami peningkatan selama menstruasi
pada wanita yang mengalami dismenore primer. Apabila disertai
dengan peningkatan kadar oksitosin, kadar vasopresin yang lebih
tinggi menyebabkan ketidakteraturan kontraksi uterus yang
mengakibatkan adanya hipoksia dan iskemia uterus. Pada wanita
yang mengalami dismenore primer tanpa disertai peningkatan
prostaglandin akan terjadi peningkatan aktivitas alur 5-
lipoksigenase. Hal seperti ini menyebabkan peningkatan sintesis
leukotrien, vasokonstriktor sangat kuat yang menginduksi kontraksi
otot uterus (Reeder et al., 2014).
6. Tanda dan Gejala Dismenore
Dismenore menyebabkan nyeri pada perut bagian bawah,
yang bisa menjalar ke punggung bagian bawah dan tungkai. Nyeri
dirasakan sebagai kram yang hilang-timbul atau sebagai nyeri
tumpul yang terus menerus ada. Biasanya nyeri mulai timbul sesaat
sebelum atau selama menstruasi, mencapai puncaknya dalam waktu
24 jam dan setelah 2 hari akan menghilang. Dismenore juga sering
disertai oleh sakit kepala, mual, sembelit atau diare dan sering
berkemih. Kadang sampai terjadi muntah (Nugroho et al., 2014).

8
a. Dismenore primer
Gejala-gejala umum seperti rasa tidak enak badan, lelah,
mual, muntah, diare, nyeri punggung bawah, sakit kepala,
kadang-kadang dapat juga disertai vertigo atau sensasi jatuh,
perasaan cemas dan gelisah, hingga jatuh pingsan. Nyeri dimulai
beberapa jam sebelum atau bersamaan dengan awitan menstruasi
dan berlangsung selama 48 sampai 72 jam. Nyeri yang berlokasi
di area suprapubis dapat berupa nyeri tajam, dalam, kram,
tumpul dan sakit. Sering kali terdapat sensasi penuh di daerah
pelvis atau sensasi mulas yang menjalar ke paha bagian dalam
dan area lumbosakralis. Beberapa wanita mengalami mual dan
muntah, sakit kepala, letih, pusing, pingsan, dan diare, serta
kelabilan emosi selama menstruasi (Reeder et al., 2014). Ciri-ciri
atau gejala dismenore primer, yaitu a) Nyeri berupa keram dan
tegang pada perut bagian bawah; b) Pegal pada mulut vagina; c)
Nyeri pinggang; d) Pegal-pegal pada paha; e) Pada beberapa
orang dapat disertai mual, muntah, nyeri kepala, dan diare (Sari
et al., 2012).
b. Dismenore Sekunder
Nyeri dengan pola yang berbeda didapatkan pada
dismenore sekunder yang terbatas pada onset haid. Dismenore
terjadi selama siklus pertama atau kedua setelah haid pertama,
dismenore dimulai setelah usia 25 tahun. Ciri-ciri atau gejala
dismenore sekunder, yaitu a) Darah keluar dalam jumlah banyak
dan kadang tidak beraturan; b) Nyeri saat berhubungan seksual;
c) Nyeri perut bagian bawah yang muncul di luar waktu haid; d)
Nyeri tekan pada panggul; e) Ditemukan adanya cairan yang
keluar dari vagina; f) Teraba adanya benjolan pada rahim atau
rongga panggul (Sari et al., 2012).
7. Faktor Risiko Dismenore

9
Banyak teori telah dikemukakan untuk menerangkan
penyebab dismenore primer, tetapi patofisiologisnya belum jelas
dimengerti. Faktor yang memegang peranan sebagai penyebab
dismenore primer adalah Prostaglandin. Prostagladin terbentuk dari
asam lemak tak jenuh yang disintesis oleh seluruh sel yang ada
dalam tubuh. Hal ini menyebabkan kontraksi otot polos yang
akhirnya menimbulkan rasa nyeri. Banyak faktor lain yang
menyebabkan dismenore primer antara lain:
a. Faktor Endokrin
Pada umumnya kejang yang terjadi pada dismenore
disebabkan oleh kontraksi otot uterus yang berlebihan. Hormon
estrogen merangsang kontraktiltas uterus, sedangkan hormon
progesteron menghambat atau mencegahnya.
b. Faktor Konstitusi
Faktor konstitusi seperti anemia dan penyakit menahun
juga dapat mempengaruhi timbilnya dismenore. Saat seseorang
menderita anemia maka sensitivitas tubuh terhadap nyeri akan
meningkat. Hipersensitivitas pada jaringan ini dipengaruhi
karena adanya peningkatan kadar prostaglandin dalam tubuh.
Prostaglandin sendiri merupakan zat yang dihasilkan oleh
jaringan yang sedang terluka, sehingga peningkatan
prostaglandin dapat dipengaruhi oleh adanya kerusakan jaringan
yang disebabkan oleh anemia.
c. Merokok
Rokok adalah stimula yang tidak hanya menyebabkan
ketegangan dalam sistem saraf, tetapi juga mendistorsi produksi
hormon yang menyebabkan produksi prostaglandin yang
berlebihan. Oleh karena itu, wanita perokok lebih cenderung
mengalami nyeri menstruasi.
d. Kekurangan Gizi

10
Kekurangan gizi disebabkan oleh asupan yang kurang
pada zat gizi dan diet yang tidak sehat. Zat gizi dibagi dalam dua
golongan besar, yaitu makro nutrien dan mikro nutrien.
Kekurangan zat gizi makro, seperti essensial fatty acid (asam le
mak esensial) akan memicu dismenore, karena essensial fatty
acid ini berfungsi sebagai bahan awal untuk mengatur hormon
molekul seperti molekul (prostaglandin) yang mengatur aktivitas
sel. Menurut penelitian terdapat hubungan antara zat gizi mikro
kalsium dan vitamin C dengan kejadian dismenore (Saraswati et
al., 2020).
e. Stres
Stress psikologis dan fisiologis terhadap peristiwa yang
mengganggu keseimbangan seseorang dalam beberapa cara yang
menyebabkan ketidakseimbangan kimia dalam otak yang
mengakibatkan menstruasi tidak teratur atau kram menstruasi.
f. Status Gizi
Wanita yang memiliki berat badan berlebih memiliki
resiko dua kali lebih kuat mengalami nyeri menstruasi daripada
wanita yang berat badan normal. Sedangkan status gizi yang
kurang dapat memperparah keadaan dismenore tersebut.
g. Usia Menarche
Menarche adalah menstruasi pertama terjadi yang
merupakan ciri khas kedewasaan seorang wanita yang sehat dan
tidak hamil. Status gizi remaja mempengaruhi terjadinya
menarche baik dari faktor usia terjadinya menarche, adanya
keluhan-keluhan selama menarche maupun lamanya hari
menarche. Usia gadis remaja pada waktu pertama kalinya
mendapat menstruasi (menarche) bervariasi lebar, yaitu antara
10-16 tahun, tetapi rata-ratanya 12,5 tahun. Statistik menunjukan
bahwa usia menarche dipengaruhi oleh faktor keturunan,
keadaan gizi dan kesehatan umum.

11
8. Penatalaksanaan Dismenore
Untuk mengurangi rasa nyeri bisa diberikan obat anti
peradangan non-steroid (misalnya ibu profen, naproxen dan asam
mefenamat). Obat ini akan sangat efektif jika mulai diminum 2 hari
sebelum menstruasi dan dilanjutkan sampai hari 1-2 menstruasi.
Menurut Nugroho, selain dengan obat-obatan, rasa nyeri juga bisa
dikurangi dengan yakni (Nugroho et al., 2014):
a. Istirahat yang cukup.
b. Olah raga yang teratur (terutama berjalan).
c. Pemijatan.
d. Yoga atau senam
e. Kompres hangat di daerah perut.
Untuk mengatasi mual dan muntah bisa diberikan obat anti
mual, tetapi mual dan muntah biasanya menghilang jika kramnya
telah teratasi. Gejala juga bisa dikurangi dengan istirahat yang cukup
serta olah raga secara teratur. Apabila nyeri terus dirasakan dan
mengganggu kegiatan sehari-hari, maka diberikan pil KB dosis
rendah yang mengandung estrogen dan progesteron atau diberikan
medroxiprogesteron. Pemberian kedua obat tersebut dimaksudkan
untuk mencegah ovulasi (pelepasan sel telur) dan mengurangi
pembentukan prostaglandin, yang selanjutnya akan mengurangi 29
beratnya dismenore. Jika obat ini juga tidak efektif, maka dilakukan
pemeriksaan tambahan (misalnya laparoskopi). Jika dismenore
sangat berat bisa dilakukan ablasio endometrium, yaitu suatu
prosedur dimana lapisan rahim dibakar atau diuapkan dengan alat
pemanas. Pengobatan untuk dismenore sekunder tergantung kepada
penyebabnya (Nugroho et al., 2014).
Adapun metode alternatif digunakan untuk pengobatan
dismenore primer, dan ada pendekatan perawatan diri, seperti terapi
panas dan olahraga, untuk menghilangkan rasa sakitnya. Juga,
pengobatan pengobatan komplementer atau alternatif seperti

12
akupunktur dan aromaterapi telah digunakan, tetapi ada bukti
terbatas untuk mendukung kemanjurannya. Perawatan aromaterapi
dengan minyak esensial untuk menghilangkan rasa sakit pada
dismenore primer adalah metode yang paling banyak digunakan
dalam praktik komplementer. Minyak atsiri dapat dioleskan dengan
pijatan atau saat mandi, atau dapat dihirup. Ketika perawatan
aromaterapi dengan minyak esensial dilakukan dengan pijat perut,
minyak diserap melalui kulit dan menembus jaringan (Banikarim,
2015).

13
BAB III
KASUS DAN PEMBAHASAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA DENGAN DISMENORRHEA


PRIMER DI PUSKESMAS TUJUH ULU

Nama Pengkaji : Ratna Damayanti


Tempat Pengkajian : Puskesmas Tujuh Ulu
Waktu Pengkajian : 16 September 2022

A. PENGKAJIAN

I. Data Subjektif
1. Identitas Pasien
Nama : Nn. W
Umur : 18 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Mahasiswi
Alamat : Jl. SH Wardoyo Kelurahan Tujuh Ulu
2. Keluhan Utama
Klien mengeluh pusing, payudara nyeri dan nyeri perut bagian bawah,
klien juga mengatakan sedang datang bulan hari pertama dan setiap datang
bulan selalu merasakan hal tersebut sehingga terkadang mengganggu
kegiatan sehari-harinya karena merasa tidak nyaman.
3. Data Kebidanan
a. Riwayat Menstruasi
1) Menarche : 11 tahun
2) Siklus : ± 30 hari.
3) Keteraturan : haid selalu teratur setiap bulan
4) Lama : 5-8 hari
5) Banyaknya : ganti pembalut 2-3 x/hari

14
6) Bau : bau khas menstruasi
7) Flour Albus : sebelum menstruasi kadang mengalami keputihan,
tetapi tidak berbau dan tidak gatal
8) Dismenorhoe : Ya, menjelang dan saat awal menstruasi.
9) Amenorhoe : Tidak ada
4. Data Kesehatan
a. Riwayat penyakit sistemik yang pernah/sedang diderita
1) Jantung : Klien mengatakan tidak merasa berdebar-debar
saat melakukan aktifitas ringan dan tidak
berkeringat dingin ditelapak tangan.
2) Ginjal : Klien mengatakan tidak pernah merasa sakit
pinggang dan saat buang air kecil tidak sakit.
3) Asma : Klien mengatakan tidak pernah sesak nafas.
4) TB Paru : Klien mengatakan tidak pernah batuk
berkepanjangan selama 3 bulan.
5) Hepatitis : Klien mengatakan pada mata, kuku, dan kulit
tidak pernah berwarna kuning.
6) Hipertensi : Klien mengatakan tidak pernah merasakan sakit
kepala hebat, pandangan kabur, dan tekanan
darah > 140/90 mmHg.
b. Riwayat penyakit ginekologi
Klien mengatakan tidak pernah merasakan gejala rasa sakit, benjolan,
luka, serta keluarnya cairan nanah di kemaluan, klien mengatakan
hanya merasakan nyeri pada perut bawah saat menstruasi.
5. Data kebutuhan dasar
a. Pola nutrisi
Klien mengatakan makan 3 x/hari porsi sedang, suka jajan makanan
junk food seperti mie instan dan seblak dan jarang mengkonsumsi sayur
dan buah serta minum 6-7 gelas/hari jenis air putih.

15
b. Pola eliminasi
Klien mengatakan BAB 2 hari sekali dan tidak lancar konsistensi
lembek serta BAK 3-5 kali/hari, warna urine kuning jernih, bau khas
urine.
c. Aktifitas
Klien mengatakan aktifitasnya adalah mahasiswa sehingga banyak
kegiatan diluar rumah.
d. Istirahat / Tidur
Klien mengatakan kadang tidur siang 1 jam dan tidur malam 5 - 6 jam
per hari.
e. Personal Hygiene
Klien mengatakan mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, ganti pakaian
2x sehari dan keramas setiap hari.
6. Data psikososial
a. Pengetahuan tentang gangguan/penyakit yang diderita
Klien mengatakan belum mengetahui penyebab dari nyeri haidnya.
b. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
Klien hanya mengatahui bahwa harus menjaga kebersihan area
kewanitaannya, tetapi tidak mengetahui tentang alat reproduksi dan
gangguan reproduksi yang mungkin terjadi.
c. Dukungan keluarga
Keluarga dan kerabat selalu mendukung klien untuk cepat sembuh dan
kembali pulih seperti semula, dimana klien selalu ditemani oleh
keluarga dan kerabat saat memerlukan bantuan dan memenuhi
kebutuhannya.
d. Keadaan psikologi
Klien mengatakan tidak nyaman pada kondisinya, apakah
menstruasinya ada pengaruh terhadap penyakit yang ganas seperti
tumor dan penyakit pada kesehatan reproduksi lainnya.
II. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum

16
a. Keadaan umum : Tampak lemas
b. Kesadaran : Composmentis
c. TB : 156 cm
d. BB : 53 kg
e. TTV :
TD : 100/70 mmHg S : 36,7˚C
N : 78 x/menit R : 20 x/menit
f. LILA : 25,3 cm
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala dan wajah
1) Rambut : Bersih,tidak berketombe, dan tidak mudah rontok.
2) Muka : Bersih, tidak oedema
3) Mata : Conjungtiva sedikit pucat, sclera putih
4) Hidung : Bersih, tidak ada secret dan tidak ada benjolan.
5) Telinga : Simetris, bersih, dan tidak ada serumen.
6) Mulut / gigi / gusi : Bibir kering, bersih, tidak stomatitis, tidak
caries, tidak bengkak dan tidak berdarah.
b. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar gondok, tidak ada
pembesaran vena, tidak ada pembesaran kelenjar
limfe.
c. Dada dan Axilla
1) Dada : Normal, simetris.
2) Mammae
a) Membesar : Normal, tidak teraba benjolan abnormal.
b) Simetris : Simetris kanan dan kiri.
3) Axilla
a) Benjolan : Tidak ada benjolan.
b) Nyeri : Ada nyeri tekan.
d. Abdomen
1) Benjolan : Tidak ada benjolan atau pembesaran
abnormal

17
2) Nyeri tekan : Tidak ada nyeri tekan.
3) Bekas luka operasi : Tidak ada bekas operasi.
e. Genitalia
1) Vulva Vagina : Tidak ada kelainan
2) PPV : Terdapat pengeluaran pervaginam dari
pembalut ±5 cc berupa darah merah
kecoklatan
3) Anus : Tidak ada Haemoroid.
f. Ektremitas : Atas : tidak oedema, kuku tidak pucat
Bawah : tidak oedema, tidak ada varies
3. Pemeriksaan Penunjang : Tidak dilakukan

B. ANALISA DATA
Diagnosa : Dismenorrhea primer.

C. PENATALAKSANAAN
Hari/Tanggal : Sabtu, 16 September 2022, Pukul : 09.20 WIB
1. Memberitahu klien hasil pemeriksaan yang dilakukan (TTV, TB/BB)
bahwa klien dalam keadaan baik dan mengalami dismenore primer.
Evaluasi : Klien mengerti hasil pemeriksaan dan penjelasan yang
disampaikan.
2. Memberikan Pendidikan kesehatan seperti : Penjelasan dismenore dari
factor penyebab, factor resiko, fisiologi nyeri yang dialami pencegahan dan
penatalaksanaan dismenore, pola nutrisi yang baik, pola istirahat dan
konseling personal hygiene selama menstruasi.
Evaluasi : Klien melakukan umpan balik dengan menanyakan apa hal yang
ingin diketahuinya.
3. Melaksanakan pemberian terapi instruksi dari dokter :
- Asam Mefenamat 500mg tab X | 3 dd 1
- Fe tab X | 1 dd 1
Evaluasi : Klien bersedia untuk meminum obat yang telah diresepkan.

18
4. Tata laksana pada nyeri menstruasi selain dengan terapi obat yaitu dengan
terapi komplementer seperti melakukan pengompresan pada bagian yang
nyeri dengan menggunakan air hangat, melakukan beberapa gerakan yoga,
terapi pijat atau massage dengan aromaterapi dan terapi hypnosis .
Evaluasi : Klien mengerti dan bersedia melakukan.
5. Merencanakan konsultasi online ataupun offline jika ada yang ingin ditanya
kan dan jika ada keluhan lain.
Evaluasi : Klien bersedia untuk dilakukan pemantauan/kunjungan ulang
6. Pendokumentasian
Evaluasi : Telah dilakukan pendokumentasian

D. PEMBAHASAN
Pada kasus ini adalah dismenore primer Perlu istirahat beberapa hari.
Dismenore berat terdapat pada skala nyeri dengan tingkatan 7-10. Dimana
gejala umum seperti rasa tidak enak badan, lelah, mual, muntah, diare, nyeri
punggung bawah, sakit kepala, kadang-kadang dapat juga disertai vertigo atau
sensasi jatuh, perasaan cemas dan gelisah, hingga jatuh pingsan (Anurogo,
2011).
Pencegahan dismenore menurut Anurogo (2011) yaitu a) Menghindari
stress; b) Miliki pola makan yang teratur dengan asupan gizi yang memadai,
memenuhi standar 4 sehat 5 sempurna; c) Hindari makanan yang cenderung
asam dan pedas, saat menjelang haid; d) Istirahat yang cukup dan tidak
menguras energi yang berlebihan; e) Tidur yang cukup, sesuai standar
keperluan masing-masing 6-8 jam dalam sehari; f) Lakukan olahraga ringan
secara teratur
Dari hasil pengkajian apa yang dialami klien sesuai dengan teori.
Bahwa dismenorrhea ini disebabkan karena gaya hidup yang kurang sehat dan
tingkat stress yg cukup tinggi. Klien tidak menerapkan pola hidup sehat yang
baik, konsumsi makanan dengan sayur dan buah yang kurang serta pola junk
food yang cukup sering. Klien juga tidak pernah olah raga. Diagnosis
kebidanan dilakukan mengacu pada hasil pengkajian dan teori Intervensi

19
sudah dilakukan secara komprehensif.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam kasus ini, kami memahami kasus secara nyata tentang asuhan
yang diberikan pada remaja dengan Dismenorrhea. Asuhan kebidanan yang
diberikan pada Nn. W di Puskesmas Tujuh Ulu berjalan sesuai teori. Selain
itu dari penatalaksanaan telah :
1. Dilakukan pengkajian yang lengkap untuk kompetensi Puskesmas Tujuh
Ulu meskipun masih membutuhkan pemeriksaan penunjang yang lebih
lengkap.
2. Analisis dilakukan berdasarkan pengkajian optimal yang dilakukan di
Puskesmas Tujuh Ulu.
3. Penatalaksanaan dilakukan berdasarkan masalah yang didapat
berdasarkan pengkajian yang dilakukan.
B. Saran
1. Bagi Bidan Pelaksana di Puskesmas Tujuh Ulu
Diharapkan dapat memberikan asuhan komprehensif pada kasus
Dismenorrhea pada remaja dengan memaksimalkan kerjasama lintas
program dan lintas sector.
2. Bagi Remaja
Dapat mempraktikkan perilaku dan gaya hidup sehat untuk pencegahan
terjadinya komplikasi lainnya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Alharbi, K. K., Alkharan, A. A., Abukhamseen, D. A., Altassan, M. A.,


Alzahrani, W., & Fayed, A. (2018). Knowledge, readiness, and myths about
menstruation among students at the Princess Noura University. Journal of
Family Medicine and Primary Care, 7(6), 1197–1202.
https://doi.org/10.4103/jfmpc.jfmpc

Gagua, T., Tkeshelashvili, B., & Gagua, D. (2012). Primary dysmenorrhea :


prevalence in adolescent population of Tbilisi , Georgia and risk factors. J
Turkish-German Gynecol Assoc, 13(4), 162–168.
https://doi.org/10.5152/jtgga.2012.21

Kusmiran, E. (2016). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Salemba


Medika.

Lowdermilk, D., Perry, S., & Cashion, M. C. (2013). Keperawatan Maternitas (2-
Vol Set).

Madhubala, C., & Jyoti, K. (2012). Relation Between Dysmenorrhea and Body
Mass Index in Adolescents with Rural Versus Urban Variation. The Journal
Of Obstetrics And Gynecology Of India, 62(4), 442–445.
https://doi.org/10.1007/s13224-012-0171-7

Nugroho, T., Nurrezki, Warnaliza, D., & Wilis. (2014). Buku Asuhan Kebidanan
Nifas 3. Nuha Medika.

Okoro, R. N., Malgwi, H., Pharm, B., & Okoro, G. O. (2013). Evaluation of
Factors that Increase the Severity of Dysmenorrhoea among University
Female Students in Maiduguri , North Eastern Nigeria. The Internet Journal
of Allied Health Science and Practice, 11(4), 1–10.

Reeder, S. J., Martin, L. L., & Koniak-Griffin, D. (2014). Keperawatan


Maternitas : Kesehatan Wanita, Bayi, dan Keluarga. EGC.

Saraswati, P. D. W., Suiraoka, I. P., & Kusumajaya, A. A. N. (2020).


Consumption Level of Calcium , Zinc , Vitamin E and Primary Dysmenorea
in the Students at Senior High School. Jurnal Kesehatan, 10(3).
https://doi.org/ISSN 2086-7751 (Print), ISSN 2548-5695 (Online)

Sari, W., Indrawati, L., & Harjanto, B. D. (2012). Panduan Lengkap Kesehatan
Wanita. Penebar Plus.

Sinaga, E. (2017). Manajemen Kesehatan Menstruasi. l IWWASH Global One.

14

Anda mungkin juga menyukai