Anda di halaman 1dari 26

TUGAS MAKALAH

ADVOKASI, KOMUNIKASI DAN MOBILISASI SOSIAL


PROGRAM KESEHATAN IBU DAN ANAK

Kelompok 2
Anggota :
Tasya Hamidah 25010114120003
Elzha Geniez Rieny 25010114120011
Sheila Choirunnisa 25010114120017
Inna Rahmawati 25010114120023
Meinar Melva V 25010114120034
Anis Faizah 25010114120036
Novi Tristiawan 25010114120039
Windiana Wahyu P 25010114120043
Zalffarona Jihantama 25010114120053
Kholifatun Islami 25010114120059
Sri Wahyuni Ningsih 25010114120065
Evi Nurmala Sari 25010114120071
Maharani R. K 25010110141201
A-2014

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat
kesehatan msyarakat yang setinggi tingginya dapat terwujud. Pembangunan
kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan peri kemanusiaan, pemberdayaan
dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan
perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, manusia usia
lanjut (manula), dan keluarga miskin..
Program kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah satu prioritas
utama pembangunan kesehatan di Indonesia. Program ini bertanggung jawab
terhadap pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu melahirkan dan bayi neonatal.
Salah satu tujuan program ini adalah menurunkan kematian dan kejadian sakit di
kalangan ibu. Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Anak merupakan dua
indikator penting keberhasilan pembangunan suatu negara terutama dalam bidang
kesehatan, yang menunjukkan derajat kesehatan negara tersebut. Kedua indikator
tersebut masih cukup tinggi di negara miskin dan negara berkembang, termasuk
Indonesia.
Indonesia berharap dapat menurunkan Angka Kematian Ibu dari 390
menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup, Angka Kematian Bayi dari 69 menjadi
23 per 1.000 kelahiran hidup, dan Angka Kematian Balita 97 menjadi 32 per
1.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 dalam rangka memenuhi MDGs 2015.
Kesehatan ibu dan anak merupakan harapan masa depan bagi semua
orang. Dari dahulu hingga sekarang ini masalah kesehatan ibu dan anak masih
kurang diperhatikan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor tertentu, situasi, dan
kondisinya. Masalah kesehatan ibu dan anak merupakan masalah yang perlu
perhatian lebih karena masalah itu merupakan masalah yang mempengaruhi
generasi muda yang akan terbentuk.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud kesehatan ibu dan anak?
2. Bagaimana pengertian, tujuan dan manfaat program kesehatan ibu dan
anak?
3. Bagaimana bentuk strategi, sasaran dan bentuk aplikasi dalam program
kesehatan ibu dan anak?
4. Bagaimana output program kesehatan ibu dan anak?

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk
kesehatan ibu
dan anak.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pentingnya Kesehatan Ibu
dan Anak
b. Mahasiswa mengetahui pengertian, tujuan dan manfaat program –
program kesehatan ibu dan anak
c. Mahasiswa mengetahui strategi, sasaran dan bentuk aplikasi dalam
program kesehatan ibu dan anak
d. Mahasiswa mengetahui output dari program kesehatan ibu dan
anak
BAB II
GAMBARAN DAN APLIKASI PROGRAM
KESEHATAN IBU DAN ANAK

Program kesehatan ibu dan anak bertanggung jawab terhadap pelayanan


kesehatan bagi ibu hamil, ibu melahirkan dan bayi neonatal. Beberapa kegiatan
dalam program kesehatan ibu dan anak, diantaranya, adalah program kesehatan
reproduksi, program antenatal (ANC), dan Program Neonatal.

A. Program Pendidikan Kesehatan Produksi


1. Pengertian

Menurut UNESCO, pendidikan kesehatan reproduksi adalah


sebuah pendidikan yang dikembangkan dengan pendekatan yang sesuai
dengan usia, peka budaya dan komprehensif yang mencakup program yang
memuat informasi ilmiah akurat, realistis dan tidak bersifat menghakimi.
Pendidikan kesehatan reproduksi yang komprehensif memberikan
kesempatan bagi remaja untuk megeksplorasi nilai-nilai dan sikap diri
serta melatih kemampuan pengambilan keputusan, komunikasi dan
keterampilan penekanan resiko di semua aspek seksualitas.
2. Tujuan Program

Tujuan program pendidikan kesehatan reproduksi adalah


 Menurunkan kecenderungan perilaku seksual pada remaja.
 Menyiapkan remaja agar mengetahui tentang seksualitas dan
akibat-akibatnya serta kesiapan mental dan material individu.
 Memberikan dan meningkatkan pengetahuan remaja, wanita dan
orang tua tentang kesehatan reproduksi.
 Mampu menilai dan mengambil keputusan terkait kehidupan
seksual dan fungsi reproduksi
3. Manfaat Program

Manfaat program pendidikan kesehatan reproduksi adalah


menambah pengetahuan serta memperluas wawasan remaja, wanita dan
orang tua mengenai kesehatan reproduksi sehingga dengan begitu dapat
merubah perilaku seksualnya dan bagi wanita dapat mempengaruhi
lingkungannya yaitu suami, anak dan tetangga agar berperilaku sehat
khususnya terkait reproduksi.
4. Strategi

Strategi yang dapat digunakan untuk melaksanakan program


pendidikan kesehatan reproduksi :
 Mengembangkan seluas-luasnya pusat informasi dan pelayanan
remaja yang ramah remaja,
 Mengembangkan media informasi dan pendidikan,
 Mengintegrasikan program remaja ke dalam program pencegahan
HIV/AIDS dan IMS,
 Memperkuat jaringan dan sistem rujukan ke pusat pelayanan
kesehatan yang relevan,
 Memperkuat pelayanan dan informasi bagi remaja termasuk
meningkatkan perlindungan bagi remaja putri dan anak-anak
untuk menghindari segala upaya eksploitasi dan kekerasan anak
dan remaja,
 Melaksanakan penelitian atau riset tentang KRR dan kebijakan
hak-hak reproduksi remaja,
 Melatih orangtua dan guru tentang KRR dan hak-hak reproduksi
remaja,
 Meningkatkan kapasitas staf dan relawan youth center untuk
memberikan pelayanan ramah remaja dan mengembangkan
advokasi dengan isu
5. Sasaran Program
Yang menjadi sasaran program pendidikan kesehatan reproduksi
ini adalah
 Remaja usia 10-24 tahun yang belum menikah
 Wanita usia 17-49 tahun yang telah menikah
 Pasangan usia subur
 Orang tua yang memiliki remaja
6. Aplikasi Program

Aplikasi program pendidikan kesehatan reproduksi dilakukan


dalam berbagai bentuk kegiatan yaitu :
 Pemilihan Duta Mahasiswa
 Seminar Remaja
 Gelar Seni Budaya
 Pentas Komedi
 Penyebaran Poster
 Junior Eagle Award
 GenRe Goes to School/ Campus/ Pesantren
 Jambore Kreativitas Remaja
 Temu Kader BKR
7. Output Program
 Kecenderungan perilaku seksual remaja menurun
 Meningkatnya kesehatan reproduksi remaja
 Banyak wanita yang dapat memberikan pengaruh positif pada
lingkungannya
 Peningkatan akan fasilitas pelayanan kesehatan reproduksi remaja
B. Program Antenatal Care (ANC)
1. Pengertian ANC

Menurut Depkes RI (2010) pelayanan antenatal merupakan


pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan terlatih untuk ibu selama
masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan
antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan.
Pengertian antenatal care adalah perawatan kehamilan. Antenatal care
adalah pengawasan kehamilan untuk mengetahui kesehatan umum ibu,
menegakkan secara dini penyakit yang menyertai mereka, menegakkan
secara dini komplikasi kehamilan, dan menetapkan risiko kehamilan
(risiko tinggi, risiko merakugan, risiko rendah) (Manuaba,2006). Definisi
lain mengatakan bahwa Antenatal care merupakan pengawasan sebelum
persalinan terutama ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan
janin dalam rahim.
Pemeriksaan antenatal adalah pemeriksaan kehamilan untuk
mengoptimalisasikan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, sehingga
mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan memberikan ASI
dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 1998).

2. Tujuan Program ANC

Tujuan antenatal care ialah untuk mengetahui data kesehatan ibu


hamil dan perkembangan bayi intrauterine sehingga kesehatan yang
optimal dapat dicapai dalam menghadapi persalinan, peurperium dan
laktasi, serta mempunyai pengetahuan yang cukup tentang pemeliharaan
bayinya (Ida, 2000).
Menurut Manubua (2003), dalam arti sempit tujuan antenatal care
adalah :
 Mengawasi ibu hamil selama masa kehamilan sampai persalinan.
 Merawat dan memeriksa ibu hamil. Jika didapatkan kelainan sejak
dini yang dapat menganggu tumbuh kembang janin, harus diikuti
upaya untuk memberikan pengobaan yang adekuat.
 Menemukan penyakit ibu sejak dini yang dapat dipengaruhi atau
mempengaruhi kesehatan janin serta berusaha mengobatinya.
 Mempersiapkan ibu sehingga proses persalinan yang dialaminya
dapat dijadikan pengalaman yang menyenangkan dan diharapkan.
 Mempersiapkan ibu hamil agar dapat memlihara dan menyusui
secara optimal.
Sedangkan menurut Depkes RI (2009) , tujuan pelayanan
antenatal adalah mengantarkan ibu hamil agar dapat bersalin dengan
sehat dan memperoleh bayi yang sehat, mendeteksi dan
mengantisipasi dini kelainan kehamilan, dan deteksi serta antisipasi
dini kelaianan janin.
3. Manfaat Program ANC

Manfaat pemeriksaan kehamilan secara dini adalah untuk


memperoleh gambaran dasar mengenai perubahan fisiologi yang terjadi
selama kehamilan dan berbagai kelainan yang menyertai kehamilan
secara dini, sehingga dapat diperhitungkan dan diperiksakan langkah-
langkah dalam perttolongan persalinannya (Manuaba, 2009).

4. Sasaran Program ANC

Sasaran pelayanan antenatal care adalah :


 Ibu Hamil
 Suami
 Keluarganya
5. Aplikasi Program

Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus


Memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standar terdiri dari:
a) Timbang berat badan
Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin.
Penambahan berat badan yang kurang dari 9 kilogram selama
kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap bulannya
menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin.
b) Ukur lingkar lengan atas (LiLA).
Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak pertama untuk
skrining ibu hamil berisiko kurang energi kronis (KEK). Kurang
energy kronis disini maksudnya ibu hamil yang mengalami
kekurangan gizi dan telah berlangsung lama (beberapa bulan/tahun)
dimana LiLA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan
dapat melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).\
c) Ukur tekanan darah.
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah e”
140/90 mmHg) pada kehamilan dan preeklampsia (hipertensi
disertai edema wajah dan atau tungkai bawah; dan atau proteinuria)
d) Ukur tinggi fundus uteri
Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak
dengan umur kehamilan. Jika tinggi fundus tidak sesuai dengan
umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin.
Standar pengukuran menggunakan pita pengukur setelah kehamilan
24 minggu.
e) Hitung denyut jantung janin (DJJ)
Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya
setiap kali kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari 120/menit
atau DJJ cepat lebih dari 160/menit menunjukkan adanya gawat
janin.
f) Tentukan presentasi janin;
Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan
selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini
dimaksudkan untuk mengetahui letak janin. Jika, pada trimester III
bagian bawah janin bukan kepala, atau kepala janin belum masuk
ke panggul berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau ada
masalah lain.
g) Beri imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus
mendapat imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil
diskrining status imunisasi TT-nya. Pemberian imunisasi TT pada
ibu hamil, disesuai dengan status imunisasi ibu saat ini.
h) Beri tablet tambah darah (tablet besi),
Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat
tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan diberikan sejak
kontak pertama.
i) Periksa laboratorium (rutin dan khusus)
Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada saat antenatal meliputi:
1. Pemeriksaan golongan darah,
Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya
untuk mengetahui jenis golongan darah ibu melainkan juga
untuk mempersiapkan calon pendonor darah yang sewaktu-
waktu diperlukan apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.
2. Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb)
Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil
dilakukan minimal sekali pada trimester pertama dan sekali
pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini ditujukan untuk
mengetahui ibu hamil tersebut menderita anemia atau tidak
selama kehamilannya karena kondisi anemia dapat
mempengaruhi proses tumbuh kembang janin dalam
kandungan.
3. Pemeriksaan protein dalam urin
Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil
dilakukan pada trimester kedua dan ketiga atas indikasi.
Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui adanya
proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria merupakan salah satu
indikator terjadinya preeclampsia pada ibu hamil
4. Pemeriksaan kadar gula darah.
Ibu hamil yang dicurigai menderita Diabetes Melitus
harus dilakukan pemeriksaan gula darah selama kehamilannya
minimal sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester
kedua, dan sekali pada trimester ketiga (terutama pada akhir
trimester ketiga).
5. Pemeriksaan darah Malaria
Semua ibu hamil di daerah endemis Malaria dilakukan
pemeriksaan darah Malaria dalam rangka skrining pada kontak
pertama. Ibu hamil di daerah non endemis Malaria dilakukan
pemeriksaan darah Malaria apabila ada indikasi.
6. Pemeriksaan tes Sifilis
Pemeriksaan tes Sifilis dilakukan di daerah dengan risiko
tinggi dan ibu hamil yang diduga Sifilis. Pemeriksaaan Sifilis
sebaiknya dilakukan sedini mungkin pada kehamilan.
7. Pemeriksaan HIV
Pemeriksaan HIV terutama untuk daerah dengan risiko
tinggi kasus HIV dan ibu hamil yang dicurigai menderita HIV.
Ibu hamil setelah menjalani konseling kemudian diberi
kesempatan untuk menetapkan sendiri keputusannya untuk
menjalani tes HIV.
8. Pemeriksaan BTA
Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang
dicurigaimenderita Tuberkulosis sebagai pencegahan agar
infeksi Tuberkulosis tidak mempengaruhi kesehatan janin.
Selain pemeriksaaan tersebut diatas, apabila diperlukan dapat
dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya di fasilitas rujukan.
j) Tatalaksana/penanganan Kasus
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil pemeriksaan
laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus
ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan.
Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem
rujukan.
k) KIE Efektif
KIE efektif dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang meliputi:
1. Kesehatan ibu
2. Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan kehamilannya
secara rutin ke tenaga kesehatan.
3. Perilaku hidup bersih dan sehat
4. Meningkatkan Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan
perencanaan persalinan
5. Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta
kesiapan menghadapi komplikasi. Setiap ibu hamil
diperkenalkan mengenai tanda-tanda bahaya baik selama
kehamilan, persalinan, dan nifas. Mengenal tanda-tanda bahaya
ini penting agar ibu hamil segera mencari pertolongan ke
tenaga kesehtan kesehatan.
6. Pengetahuan mengenai Asupan gizi seimbang
7. Gejala penyakit menular dan tidak menular. Setiap ibu hamil
harus tahu mengenai gejala-gejala penyakit menular dan
penyakit tidak menular karena dapat mempengaruhi pada
kesehatan ibu dan janinnya.
8. Penawaran untuk melakukan konseling dan testing HIV di
daerah tertentu (risiko tinggi). Konseling HIV menjadi salah
satu komponen standar dari pelayanan kesehatan ibu dan anak.
9. Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memberikan ASI kepada
bayinya segera setelah bayi lahir karena ASI mengandung zat
kekebalan tubuh yang penting untuk kesehatan bayi. Pemberian
ASI dilanjutkan sampai bayi berusia 6 bulan.
10. KB paska persalinan
11. Ibu hamil diberikan pengarahan tentang pentingnya ikut KB
setelah persalinan untuk menjarangkan kehamilan dan agar ibu
punya waktu merawat kesehatan diri sendiri, anak, dan
keluarga.
12. Imunisasi
13. Setiap ibu hamil harus mendapatkan imunisasi Tetanus Toksoid
(TT) untuk mencegah bayi mengalami tetanus neonatorum.
14. Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (Brain
booster)
15. Untuk dapat meningkatkan intelegensia bayi yang akan
dilahirkan, ibu hamil dianjurkan untuk memberikan stimulasi
auditori dan pemenuhan nutrisi pengungkit otak (brain booster)
secara bersamaan pada periode kehamilan.
6. Strategi ANC

Strategi yang dapat diterapkan dalam ANC menggunakan


konseling perseorangan di posyandu dan rumah sakit. Konseling adalah
proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara. Konseling
membantu klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat
mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau
masalah khusus.
7. Output
a. Kunjungan pertama (K1)
K1 adalah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan
yang mempunyai kompetensi, untuk mendapatkan pelayanan terpadu
dan komprehensif sesuai standar. Kontak pertama harus dilakukan
sedini mungkin pada trimester pertama, sebaiknya sebelum minggu
ke 8.
b. Kunjungan ke-4 (K4)
K4 adalah ibu hamil dengan kontak 4 kali atau lebih dengan
tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi, untuk mendapatkan
pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai standar. Kontak 4 kali
dilakukan sebagai berikut: sekali pada trimester I (kehamilan hingga
12 minggu) dan trimester ke-2 (>12 - 24 minggu), minimal 2 kali
kontak pada trimester ke-3 dilakukan setelah minggu ke 24 sampai
dengan minggu ke 36. Kunjungan antenatal bisa lebih dari 4 kali
sesuai kebutuhan dan jika ada keluhan, penyakit atau gangguan
kehamilan. Kunjungan ini termasuk dalam K4.
c. Penanganan Komplikasi (PK)
PK adalah penanganan komplikasi kebidanan, penyakit menular
maupun tidak menular serta masalah gizi yang terjadi pada waktu
hamil, bersalin dan nifas. Pelayanan diberikan oleh tenaga kesehatan
yang mempunyai kompetensi. Komplikasi kebidanan, penyakit dan
masalah gizi yang sering terjadi adalah: perdarahan,
preeklampsia/eklampsia, persalinan macet, infeksi, abortus, Malaria,
HIV/AIDS, Sifilis, TB, Hipertensi, Diabete Meliitus, anemia gizi
besi (AGB) dan kurang energi kronis (KEK).
d. Meningkatnya kesehatan Ibu dan turunnya angka kematian ibu di
indonesia.
C. Program Neonatal
1. Pengertian Neonatal

Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai


standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada
neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai dengan 28 hari
setelah lahir, baik di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan
rumah. Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus berupa :

a. Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6 - 48


Jam setelah lahir.
b. Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari
ke 3 sampai dengan hari ke 7 setelah lahir.
c. Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari
ke 8 sampai dengan hari ke 28 setelah lahir.
2. Tujuan Program

Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses


neonatus terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini
mungkin bila terdapat kelainan/masalah kesehatan pada neonatus. Risiko
terbesar kematian neonatus terjadi pada 24 jam pertama kehidupan,
minggu pertama dan bulan pertama kehidupannya. Sehingga jika bayi
lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di
fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama.

3. Manfaaat Program

Manfaat dari pelayanan kesehatan neonatus yaitu untuk


mendeteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus
oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat. Deteksi dini kehamilan
dengan faktor risiko adalah kegiatan yang dilakukan untuk menemukan
ibu hamil yang mempunyai faktor risiko dan komplikasi kebidanan.
4. Strategi Program
Strategi yang dapat dipakai adalah sosialisasi kepada ibu yang
telah melahirkan dan memiliki anak untuk mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan imunisasi dasar lengkap bagi balita, pemberian ASI
eksklusif serta pemberian makanan tambahan.

5. Sasaran

Sasaran dari pelayanan kesehatan neonatus yaitu seluruh ibu yang


telah melahirkan. Sebagian besar kematian ibu dapat dicegah apabila
mendapat penanganan yang adekuat di fasilitas pelayanan kesehatan.

6. Aplikasi Program
a. Pemberian imunisasi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit.
Berdasarkan sifat penyelenggaraannya, imunisasi dikelompokkan
menjadi imunisasi wajib dan imunisasi pilihan. Imunisasi wajib
merupakan imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah untuk
seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi
yang bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari penyakit
menular tertentu. Imunisasi pilihan merupakan imunisasi yang
dapat diberikan kepada seseorang sesuai dengan kebutuhannya
dalam rangka melindungi yang bersangkutan dari penyakit menular
tertentu.
b. Pelaksanaan Posyandu Rutin
Pelaksanaan posyandu rutin ini dilakukan rutin setiap bulan
untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan balita.
Posyandu ini dalam pelaksanaanya akan dibantu oleh tenaga
kesehatan setempat seperti Dokter dan Bidan dari puskesmas
setempat.
c. Pemberian ASI Ekslusif
ASI Eksklusif adalah merupakan air susu ibu yang
diberikan untuk bayi sejak baru lahir sampai 6 bulan tanpa
makanan pendamping dan minuman pralakteal lainnya seperti hal
dan contohnya adalah air gula, aqua, dan sebagainya. Jadi murni
hanya ASI saja yang diberikan kepada sang bayi dan anak.
Keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat dari
beberapa aspek diantaranya adalah aspek imunologik, psikologik,
kecerdasan, Neurologis, ekonomis dan penundaan kehamilan.
Berikut ini penjabaran mengenai berbagai aspek tersebut. Pertama
manfaat ASI dilihat dari aspek imunologik. Aspek imunologik
memiliki lima hal penting. Pertama, ASI mengandung zat anti
infeksi, bersih dan bebas kontaminasi. Kedua, Immunoglobulin A
(Ig.A) dalam kolostrum atau ASI kadarnya cukup tinggi. Sekretori
Ig.A tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri patogen E.
coli dan berbagai virus pada saluran pencernaan. Laktoferin yaitu
sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang
mengikat zat besi di saluran pencernaan. Ketiga, Lysosim, enzym
yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli dan salmonella) dan
virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak daripada
susu sapi. Keempat, sel darah putih pada ASI pada 2 minggu
pertama lebih dari 4000 sel per mil. Terdiri dari 3 macam yaitu:
Brochus-Asociated Lympocyte Tissue (BALT) antibodi
pernafasan, Gut Asociated Lympocyte Tissue (GALT) antibodi
saluran pernafasan, dan Mammary Asociated Lympocyte Tissue
(MALT) antibodi jaringan payudara ibu. Kelima, faktor bifidus,
sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen, menunjang
pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri ini menjaga
keasaman flora usus bayi dan berguna untuk menghambat
pertumbuhan bakteri yang merugikan.
Manfaat ASI juga dapat dilihat dari aspek kecerdasan.
Aspek kecerdasan ini memiliki dua poin penting. Pertama,
Interaksi ibu, bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan
untuk perkembangan system syaraf otak yang dapat meningkatkan
kecerdasan bayi. Kedua, penelitian menunjukkan bahwa IQ pada
bayi yang diberi ASI memiliki IQ point 4.3 point lebih tinggi pada
usia 18 bulan, 4-6 point lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8.3
point lebih tinggi pada usia 8.5 tahun, dibandingkan dengan bayi
yang tidak diberi ASI.
Selain itu dapat dilihat dari aspek Neurologis. Dengan
menghisap payudara, koordinasi syaraf menelan, menghisap dan
bernafas yang terjadi pada bayi yang baru lahir itu bisa lebih
sempurna. Lalu bisa dilihat dari aspek ekonomis. Dengan
menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya
untuk makanan bayi sampai bayi berumur 4 bulan.
d. Pemberian Makanan Tambahan
Setelah bayi berumur 6 bulan, ia harus mulai diperkenalkan
dengan makanan padat atau dikenal juga dengan istilah MPASI
(Makanan Pendamping ASI), sedangkan ASI dapat diberikan
sampai bayi berusia 2 tahun. Pemberian makanan tambahan atau
Makanan Pendamping ASI penting untuk diberikan kepada balita
untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi dan balita untuk
meningkatkan tumbuh kembang bayi dan balita.
7. Ouput Program
1. Meningkatnya Kesehatan bayi dan balita
2. Menurunnya angka kematian bayi dan balita
3. Menurunnya kejadian penyakit pada bayi dan balita
4. Kecukupan gizi bayi dan balita terpenuhi
D. Peranan dan Tugas Tenaga Kesehatan Masyarakat Terhadap Kesehatan
Ibu dan Anak
Tenaga kesehatan harus mampu mengajak, memotivasi dan
memberdayakan masyarakat, mampu melibatkan kerja sama lintas sektoral,
mampu mengelola sistem pelayanan kesehatan yang efisien dan efektif, mampu
menjadi pemimpin, pelopor, pembinaan dan teladan hidup sehat.
Dalam upaya kesehatan program  yang diperlukan adalah program
kesehatan yang lebih “efektif” yaitu program kesehatan yang mempunyai model-
model pembinaan kesehatan (Health Development Model) sebagai paradigma
pembangunan kesehatan yang diharapkan mampu menjawab tantangan sekaligus
memenuhi program upaya kesehatan. Model ini menekankan pada upaya
kesehatan dan mempunyai ciri-ciri, antara lain :
5. Mempersiapkan bahan baku sumber daya manusia yang
berkualitas untuk 20-25 tahun mendatang
6. Meningkatkan produktivitas sumber daya manusia yang ada
7. Melindungi masyarakat luas dari pencemaran melalui upaya
promotif-preventif-protektif dengan pendekatan pro-aktif
8. Memberi pelayanan kesehatan dasar bagi yang sakit
9. Promosi kesehatan yang memungkinkan penduduk mencapai
potensi kesehatannya secara penuh (peningkatan vitalitas)
penduduk yang tidak sakit (85%) agar lebih tahan terhadap
penyakit.
10. Pencegahan penyakit melalui imunisasi : bumil (ibu hamil),
bayi, anak, dan juga melindungi masyarakat dari pencemaran.
11. Pencegahan, pengendalian, penanggulangan pencemaran
lingkungan serta perlindungan masyarakat terhadap pengaruh
lingkungan buruk (melalui perubahan perilaku)
12. Penggerakan peran serta masyarakat.
13. Penciptaan lingkungan yang memungkinkan masyarakat dapat
hidup dan bekerja secara sehat.
14. Pendekatan multi sektor dan inter disipliner.
Peran dan tugas tenaga kesehatan masyarakat, antara lain :
1. Mengumpulkan, mengolah data dan informasi, menginventarisasi
permasalahan, serta melaksanakan pemecahan permasalahan yang
berkaitan dengan pelayanan kesehatan masyarakat.
2. Merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, mengevaluasi, dan
melaporkan kegiatan Puskesmas.
3. Menyiapkan bahan kebijakan, bimbingan dan pembinaan, serta
petunjuk teknis sesuai bidang tugasnya.
4. Melaksanakan upaya kesehatan masyarakat.
5. Melaksanakan upaya kesehatan perorangan.
6. Melaksanakan pelayanan upaya kesehatan/kesejahteraan ibu dan anak,
Keluarga Berencana, perbaikan gizi, perawatan kesehatan masyarakat,
pencegah dan pemberantasan penyakit, pembinaan kesehatan
lingkungan, penyuluhan kesehatan masyarakat, dan lain-lain.
7. Melaksanakan pengembangan upaya kesehatan dalam hal
pengembangan kader pembangunan di bidang kesehatan dan
pengembangan kegiatan swadaya masyarakat di wilayah kerjanya.
8. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan dalam rangka sistem
informasi kesehatn
9. Melaksanakan ketatausahaan dan urusan rumah tangga UPT.
10. Melaksanakan analisis dan pengembangan kinerja UPTD.

Perubahan paradigma kesehatan yang kini lebih menekankan pada upaya


promotif-preventif dibandingkan dengan upaya kuratif dan rehabilitatif
diharapkan merupakan titik balik kebijakan Depkes dalam menangani kesehatan
penduduk yang berarti program kesehatan yang menitikberatkan pada pembinaan
kesehatan bangsa bukan sekedar penyembuhan penyakit. Upaya kesehatan di
masa datang harus mampu menciptakan dan menghasilkan SDM Indonesia yang
sehat produktif sehingga obsesi upaya kesehatan harus dapat mengantarkan setiap
penduduk memiliki status kesehatan yang cukup. Melalui kesadaran yang leih
tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Program kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah satu prioritas
utama pembangunan kesehatan di Indonesia. Program ini bertanggung jawab
terhadap pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu melahirkan dan bayi
neonatal. Beberapa kegiatan dalam program kesehatan ibu dan anak,
diantaranya, adalah program kesehatan reproduksi, program antenatal (ANC),
Program Neonatal dan sebagainya. Strategi yang dilaksanakan dalam
program kesehatan ibu dan anak meliputi sosialisasi, bentuk pencerdasan ke
masyarakat melalui diskusi umum mengenai kesehatan ibu dan anak, kegiatan
posyandu dan sebagainya. Dalam pelaksanaan program kesehatan ibu dan
anak dibutuhkan kerjasama antar berbagai pihak terkait seperti tenaga
kesehatan, masyarakat, dan lintas sektor untuk membentuk sistem yang saling
bersinergi demi terwujudnya Indonesia Sehat.
Program kesehatan ibu dan anak diharapkan dapat membantu
mengurangi angka kematian ibu dan anak di indonesia serta dapat
meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh
kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas
manusia seutuhnya.
B. Saran
Saran yang dapat kami berikan diantaranya adalah :
 Peningkatan kesehatan pada Ibu dan Anak, dan lebih
mengutamakan upaya promotif-preventif dibandingkan kuratif
 Melakukan peningkatan peran tenaga kesehatan
 Peningkatan pemberdayaan wanita dan masyarakat
DAFTAR PUSTAKA

Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu. 2010. Kementertian Kesehatan RI.


Purnama, Wanda Jaya. 2015. Analisis Pelaksanaan Program Antenatal Care di
Puskesmas Ciputat Timur. Jakarta:
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28930/1/Wanda
%20Jaya%20Purnama-fkik.pdf
Suratno, Imam. 2013. Studi Gambaran Keberhasilan Antenatal Care Pasca
Kemitraan Bidan dan Dukun di Puskesmas Galesong Kabupaten Takalar.
Makassar: http://repository.unhas.ac.id:4001/digilib/files/disk1/165/--imamsuratn-
8244-1-13-imam-o.pdf

www.gizikia.depkes.go.id/wp-content/uploads/downloads/2013/08/Pedoman-
PWS-KIA.pdf
SOAL
1. Jumlah minimal tablet besi yang dianjurkan dikonsumsi ibu hamil
untuk mencegah anemia adalah …
a. 80
b. 90
c. 85
d. 50
e. 70
2. Berikut ini merupakan program pemeriksaan dan perawatan bayi baru
lahir kecuali..
a. Perawatan Tali pusat
b. Melaksanakan ASI Eksklusif
c. Memastikan bayi telah diberi Injeksi Vitamin K2
d. Memastikan bayi telah diberi Salep Mata Antibiotik
e. Pemberian Imunisasi Hepatitis B-0
3. Sasaran antenatal care adalah………………………….
a. Ibu hamil
b. Suami
c. Bayi
d. Balita
e. A dan B benar
4. Yang dimaksud dengan Penanganan Komplikasi (PK) pada program
ANC adalah…………………………
a. Kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan
b. Ibu hamil dengan kontak 4 kali atau lebih dengan tenaga kesehatan
c. Penanganan komplikasi kebidanan, penyakit menular maupun
tidak menular serta masalah gizi yang terjadi pada waktu
hamil, bersalin dan nifas
d. Menilai keadaan umum (fisik) dan psikologis (kejiwaan) ibu hamil
e. BSSD
5. Kekebalan yang didapat bayi A setelah mendapat imunisasi adalah ...
a. Pasif
b. Kombinasi
c. Aktif alami
d. Aktif buatan
e. Pasif bawaan
6. Kunjungan neonatal ke-2 pada pelayanan neonatus dilakukan pada
kurun waktu …
a. 6-48 jam
b. Hari ke 3 sampai dengan hari ke 7 setelah lahir
c. Hari ke 8 sampai dengan hari ke 28 setelah lahir
d. Hari ke 10 setelah lahir
e. Hari ke 15 setelah lahir
7. Contoh aplikasi program pendidikan kesehatan reproduksi dilakukan
dalam berbagai bentuk kegiatan yaitu sebagai berikut, kecuali …..
a. Pemilihan Duta Mahasiswa
b. Seminar Remaja
c. Gelar Seni Budaya
d. Pentas Komedi
e. Program debat
8. Jumlah minimal tablet besi yang dianjurkan dikonsumsi ibu hamil
untuk mencegah anemia adalah …
a. 80
b. 90
c. 85
d. 50
e. 70
9. Di bawah ini yang merupakan standar pelayanan ANC dalam
melakukan pemeriksaan yaitu, kecuali...
a. Timbang berat badan
b. Ukuran lingkar lengan atas
c. Ukuran tekanan darah
d. Hitung denyut jantung janin
e. Hitung denyut jantung ibu
10. Imunisasi yang diberikan pada saat bayi lahir adalah...
a. Hepatitis B-2
b. Polio-0
c. BCG
d. DPT
e. MMR

Anda mungkin juga menyukai