PENDAHULUAN
Program Keluarga Berencana telah diterima oleh masyarakat secara luas di Indonesia.
Semula program keluarga berencana adalah program pengaturan kelahiran. Dalam
perkembangannya ditujukan untuk melembagakan norma keluarga kecil yang bahagia dan
sejahtera (NKKBS). Dalam paradigma baru Program KB, visi pelembagaan NKKBS
disempurnakan menjadi visi melembagakan keluarga berkualitas dengan ciri sehat, maju,
mandiri, memiliki jumlah anak ideal, berwawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis
serta bertaqwa kepada Tuhan YME. Untuk mewujudkan visi tersebut perlu berbagai upaya
yang komprehensif, bukan sekedar pengaturan kelahiran saja. Pada awalnya program KB dan
kependudukan lebih menitik beratkan tujuan penurunan kelahiran, sehingga kegiatan KB
melalui pelayanan kontrasepsi sering memberikan dampak negatif. Atas dasar hal tersebut
maka pada konferensi kependudukan di Kairo tahun 1994 menyepakati bahwa pelayanan
kontrasepsi adalah dalam kerangka pencapaian tujuan kesehatan reproduksi serta pemenuhan
hak reproduksi. Yang dimaksudkan dengan kesehatan reproduksi adalah kesehatan secara
fisik, mental dan kesejahteraan sosial pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan
fungsi reproduksi dan bukan hanya terbebas dari penyakit dan kecacatan. Sedangkan yang
dimaksud dengan hak reproduksi adalah hak setiap individu dan pasangan untuk menentukan
kapan akan melahirkan, berapa jumlah anak yang dimiliki serta upaya untuk mewujudkan
hak tersebut melalui pemakaian kontrasepsi atau cara lain. Hak pria dan wanita untuk
mendapatkan informasi dan pelayanan lontrasepsi keluarga berencana yang aman, efektif dan
terjangkau serta cara lain yang menjadi pilihan amereka yang tidak bertentangan dengan
undang-undang dan agama. Hak untuk mendapatkan derajat kesehatan reproduksi dan
seksual. Demikian pula hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan sehingga para wanita
dapat hamil dan melahirkan dengan selamat.
1
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui yang konsep kesehatan seksual.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat mental, fisik dan kesejahteraan
sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses
reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan serta dibentuk
berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan spiritual dan material yang
layak, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, spiritual yang memiliki hubungan yang
serasi, selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan antara keluarga dengan masyarakat
dan lingkungan (BKKBN,1996).
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik,
mental dan kehidupan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi yang
pemikiran kesehatan reproduksi bukannya kondisi yang bebas dari penyakit melainkan
bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman dan memuaskan sebelum
dan sesudah menikah (Depkes RI, 2000).
3
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2014 menyebut bahwa kesehatan reproduksi
yang menjamin setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan reproduksi yang
bermutu, aman dan dapat dipertanggung jawabkan, dimana peraturan ini juga menjamin
kesehatan perempuan dalam usia reproduksi sehingga mampu melahirkan generasi yang
sehat, berkualitas yang nantinya berdampak pada penurunan Angka Kematian Ibu. Didalam
memberikan pelayanan kesehatan reproduksi ada dua tujuan yang akan dicapai, yaitu tujuan
utama dan tujuan khusus.
Meningkatnya hak dan tanggung jawab sosial wanita dalam menentukan kapan
hamil, jumlah dan jarak kehamilan.
Meningkatnya peran dan tanggung jawab sosial pria terhadap akibat dari perilaku
seksual dan fertilitasnya kepada kesehatan dan kesejahteraan pasangan dan anak-
anaknya.
Terdapat dua sasaran kesehatan reproduksi yang akan dijangkau dalam memberikan
pelayanan, yaitu sasaran utama dan sasaran antara petugas kesehatan.
a. Sasaran Utama : laki-laki dan perempuan usia subur, remaja putra dan putri yang
belum menikah. Kelompok resiko: pekerja seks, masyarakat yang termasuk keluarga
prasejahtera.
4
Komponen kesehatan reproduksi remaja : seksualitas, beresiko/menderita HIV/AIDS,
beresiko dan pengguna NAPZA.
b. Sasaran antara petugas kesehatan : Dokter Ahli, Dokter Umum, Bidan, Perawat.
5
Komponen ini penting karena Indonesia menempati urutan keempat dengan
jumlah penduduk terbanyak di Indonesia. Untuk mengantisipasi kemungkinan
timbulnya masalah tersebut pemerintah mempersiapkan kondisi ini dengan Program
Keluarga Berencana yang ditujukan pada upaya peningkatan kesejahteraan ibu dan
kesejahteraan keluarga. Keluarga berencana bukan hanya sebagai upaya/strategi
kependudukan dalam menekan pertumbuhan penduduk agar sesuai dengan daya
dukung lingkungan tetapi juga merupakan strategi bidang kesehatan dalam upaya
meningkatan kesehatan ibu melalui pengaturan kapan ingin mempunyai anak,
mengatur jarak anak dan merencanakan jumlah kelahiran nantinya. Sehingga seorang
ibu mempunyai kesempatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
kesejahteraan dirinya. Pelayanan yang berkualitas juga perlu ditingkatkan dengan
lebih memperhatikan pandangan klien terhadap pelayanan kesehatan yang ada.
6
e. Komponen usia lanjut
7
c. Faktor psikologis
Sebagai contoh rasa rendah diri (“low self esteem“), tekanan teman sebaya
(“peer pressure“), tindak kekerasan dirumah/ lingkungan terdekat dan dampak adanya
keretakan orang tua dan remaja, depresi karena ketidak seimbangan hormonal, rasa
tidak berharga wanita terhadap pria yang membeli kebebasan secara materi.
d. Faktor biologis
Beberapa masalah dapat terjadi pada setiap tahapan siklus kehidupan perempuan,
dibawah ini diuraikan masalah yang mungkin terjadi mada setiap siklus kehidupan.
8
d. Masalah penyakit yang ditularkan : masalah penyakit menular seksual yang lama
seperti sifilis, HIV/AIDS dan gonorrhea. Masalah penyakit menular seksual yang
relatif baru seperti chlamydia, dan herpes.
Keluarga Berencana (KB) adalah merupakan salah satu usaha untuk mencapai
kesejahteraan dengan jalan memberikan nasehat perkawinan,pengobatan kemandulan dan
penjarangan kelahiran (Depkes RI, 1999; 1).
KB adalah proses yang disadari oleh pasangan untuk memutuskan jumlah dan jarak
anak serta waktu kelahiran (Stright, 2004).
9
2.2.3 Ruang Lingkup Program Keluarga Berencana
c. Pelayanan infertilitas
d. Pendidikan seks
f. Konsultasi genetik
Akseptor KB adalah proses yang disadari oleh pasangan untuk memutuskan jumlah
dan jarak anak serta waktu kelahiran (Barbara R.Stright, 2004). Adapun jenis - jenis akseptor
KB, yaitu :
a. Akseptor aktif
Akseptor aktif adalah kseptor yang ada pada saat ini menggunakan salah satu
cara / alat kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan.
Akseptor aktif kembali adalah pasangan usia subur yang telah menggunakan
kontrasepsi selama 3 (tiga) bulan atau lebih yang tidak diselingi suatu kehamilan, dan
kembali menggunakan cara alat kontrasepsi baik dengan cara yang sama maupun
berganti cara setelah berhenti / istirahat kurang lebih 3 (tiga) bulan berturut–turut dan
bukan karena hamil.
10
c. Akseptor KB baru
Akseptor KB baru adalah akseptor yang baru pertama kali menggunakan alat /
obat kontrasepsi atau pasangan usia subur yang kembali menggunakan alat
kontrasepsi setelah melahirkan atau abortus.
d. Akseptor KB dini
Akseptor KB dini merupakan para ibu yang menerima salah satu cara
kontrasepsi dalam waktu 2 minggu setelah melahirkan atau abortus.
e. Akseptor KB langsung
Akseptor KB langsung merupakan para istri yang memakai salah satu cara
kontrasepsi dalam waktu 40 hari setelah melahirkan atau abortus.
f. Akseptor KB dropout
11
7. Fasilitas pelayanan harus memenuhi persyaratan yang ditentukan
8. Fasilitas pelayanan tersedia pada waktu yang ditentukan dan nyaman bagi klien
10. Terdapat mekanisme supervisi yang dinamis dalam rangka membantu menyelesaikan
masalah yang mungkin timbul dalam pelayanan.
a. Kelebihan
Bagi wanita menyusui, tersedia pil atau suntik khusus yang mengandung
progesteron saja yang tidak mengganggu kelancaran ASI.
b. Kekurangan
12
Diperoleh setelah konsultasi dengan dokter/bidan.
Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti “melawan”
atau “mencegah”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan
sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari konsepsi adalah menghindari /
mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sel
sperma. Untuk itu, berdasarkan maksud dan tujuan kontrasepsi, maka yang membutuhkan
kontrasepsi adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan seks dan kedua - duanya
memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan (Depkes, 1999).
Kontrasepsi adalah usaha - usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan, usaha itu
dapat bersifat sementara dapat bersifat permanen (Prawirohardjo, 2008).
13
b. Fase Mengatur/Menjarangkan Kehamilan
Periode usia istri antara 20 - 30 tahun merupakan periode usia paling baik
untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2 - 4
tahun. Kriteria kontrasepsi yang diperlukan yaitu efektifitas tinggi, reversibilitas
tinggi karena pasangan masih mengharapkan punya anak lagi. Kontrasepsi dapat
dipakai 3-4 tahun sesuai jarak kelahiran yang direncanakan.
Sebaiknya keluarga setelah mempunyai 2 anak dan umur istri lebih dari 30
tahun tidak hamil. Kondisi keluarga seperti ini dapat menggunakan kontrasepsi yang
mempunyai efektifitas tinggi, karena jika terjadi kegagalan hal ini dapat menyebabkan
terjadinya kehamilan dengan resiko tinggi bagi ibu dan anak. Di samping itu jika
pasangan akseptor tidak mengharapkan untuk mempunyai anak lagi, kontrasepsi yang
cocok dan disarankan adalah metode kontap, AKDR, implan, suntik KB dan pil KB
(Pinem, 2009).
14
a. Metode Perintang, yaitu metode yang bekerja dengan menghalangi pertemuan sel
sperma dengan sel telur ketika melakukan hubungan seksual. Varian metode ini
adalah kondom (baik untuk laki-laki maupun perempuan), serta spermisida
(pembunuh sperma).
b. Metode hormonal, metode ini bekerja dengan cara mengganggu produksi sel telur dan
kesuburan rahim. Cara kerjanya dengan mencegah indung telur mengeluarkan sel
telur, mempersulit pembuahan, menjaga agar dinding rahim tidak mendukung
terjadinya kehamilan.
c. Metode Intra Uterine Device (IUD/Spiral), metode ini menggunakan alat yang
dimasukkan (ditanam) ke rahim yang berguna untuk mencegah terjadinya penempelan
sel telur pada dinding rahim atau menangkal sel telur oleh sperma.
e. Metode alami, metode tanpa alat bantu sama sekali. Metode ini hanya mengetahui
kapan masa subur sehingga pasangan bisa menghindari hubungan seks saat itu.
Metode ini sangat beresiko dan ketepatannya sangat diragukan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik,
mental dan kehidupan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi yang
pemikiran kesehatan reproduksi bukannya kondisi yang bebas dari penyakit melainkan
bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman dan memuaskan sebelum
15
dan sesudah menikah. Terdapat dua sasaran kesehatan reproduksi yang akan dijangkau dalam
memberikan pelayanan, yaitu sasaran utama dan sasaran antara petugas kesehatan. Didalam
memberikan pelayanan kesehatan reproduksi ada dua tujuan yang akan dicapai, yaitu tujuan
utama dan tujuan khusus. Faktor-faktor tersebut secara garis besar dapat dikelompokkan
menjadi empat golongan.
Keluarga Berencana (KB) adalah merupakan salah satu usaha untuk mencapai
kesejahteraan dengan jalan memberikan nasehat perkawinan,pengobatan kemandulan dan
penjarangan kelahiran. Tujuan keluarga berencana meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak
serta mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera.
Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti “melawan”
atau “mencegah”. Kontrasepsi adalah usaha - usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan,
usaha itu dapat bersifat sementara dapat bersifat permanen (Prawirohardjo, 2008).
DAFTAR PUSTAKA
16