1 Latar Belakang
1
Maka dari itu, sesuai kasus yang diberikan oleh dosen pembimbing,
penulis berusaha menguraikan tentang kaitan antara penyakit TB paru dengan
kondisi ibu yang sedang hamil (antenatal).
1.3 Tujuan
2
1.3.2 Menjelaskan pengertian dari tuberculosis paru
3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
4
Pada awal kehamilan dan dengan demikian bukan di sebabkan oleh
uterus, diafragma terdorong keatas sebanyak 4 cm. Gerakan respirasi
diafragma meningkat dan terjadi peningkatan iga bagian bawah sternal dari
68° pada awal kehamilan menjadi 103° pada akhir kehamilan. Peningkatan
kompensatorik garis tengah toraks sebesar 2 cm ini berarti volume rongga
toraks hampir sama dengan keadaan sebelum hamil. Diafragma melakukan
sebagian besar kerja respirasi, bernafas lebih bersifat torakalis daripada
abdominalis. Pengaruh hormon menyebabkan otot dan tulang rawan di regio
toraks melemas sehingga toraks melebar. Penurunan compliance dinding
toraks menyebabkan dinding toraks dapat bergerak semakin kedalam sehingga
udara yang terperangkap lebih sedikit dan volume residua menurun.
Progesteron menurunkan kepekaan kemoreseptor periver dan sentral untuk
karbon dioksida. Hal ini berarti dorongan pernafasan terpicu pada kadar
karbondioksida yang lebih rendah sehingga wanita hamil bernafas lebih
dalam. Seiring dengan peningkatan kadar progesterone selama kehamilan,
peningkatan responsivitas terhadap PCO2 menyebabkan tidal volume
5
kehamilan ruang mati meningkat sebwsar sekitar 60 ml karena dilatasi
bronkiolus halus,ventilasi alviolus netto meningkat.Peningkatan volume alun
napas berati kapasitas resudual fungsional berkurang sehingga lebih banyak
udara segar yang bercampur dengan volume udara sisa yang jumlah semakin
berkurang yang tertinggal di paru.Dengan demikian,ventilasi alveolus pada
kehamilan meningkat sekitar 70% yang menyebabkan peningkatan efesiensi
pencampuran gas sehingga pertukaran gas menjadi lebih mudah
karenagradien difusi meningkat. Peningkatan gradien konsentrasi karbon
dioksida antara darah ibu dan janin membantu penyaluran karbon dioksida
menembus plasenta dan mungkin penting pada keadaan yang merugikan.
Progesteron meningkatkan kadar karbonat anhidrase di sel darah merah
sehingga efisiensi pemindahan karbon dioksida semakin tinggi .
Tekanan parsial oksigen pada ibu sedikit meningkat dari 90-100 menjadi 101-
106 mmHg dan kadar karbon dioksida menurun dari 35-40 mmHg menjadi
26-34 mmHg.peningkatan ringan PO2 tidak banyak berefek pada saturasi
hemoglobin.Namun,postur memengaruhi kadar oksigen alveolus posisi
terlentang pada akhir kehamilan menyebabkan tekanan oksigen alveolus
menurun dibandingakan dengan posisi duduk. Perubahan oksigenasi alveolus
ini mungkin kurang bermakna bagi janin walaupun mungkin dapat menjasi
kompensasi apabila ibu berada di tempat tinggi. Perjalanan udara dikaitkan
dengan peningkatan dispnea dan frekuensi pernapasa. Penurunan kadar
karbon dioksida pada kehamilan menyebabkan alkalosis respiratorik ringan.
Perubahan pH memengaruhi kadar kation dalam darah, misalnya natrium,
kalium, dan kalsium, yang membantu pemindahan melalui plasenta dan
meningkatkan pnyediaan bagi prtumbuhan janin. Terjadi kompensasi
metabolik berupa peningkatan ekskresi ion bikarbonat oleh ginjal. Penurunan
bikarbonat serum menyebabkan pH ibu meningkat ke batas atas rentang
fisiologis dari 7,40 menjadi 7,45. Dengan demikian kemampuan ibu untuk
mengompensasi asidosis metabolik menurun, yang mungkin menimbulkan
masalah pada persalinan lama atau apabila terjadi penurunan perfusi jaringan.
6
Progesteron memiliki efek lokal pada tonus otot polos jalan napas dan
pembuluh darah paru. Kapasitas difusi adalah tingkat kemudahan gas
menembus membran paru. Pada awal kehamilan, kapasitas difusi menurun
mungkin karena efek estrogen pada komposisi mukopolisakarida dinding
kapiler, yang meningkatkan jarak temouh difusi (de swiet, 1998b). Efek ini
mungkin berlangsung selama beberapa bulan setelah persalinan. Peningkatan
retensi air di jaringan paru juga mengakibatkan penurunan kapasitas difusi.
Terjadi peningkatan closing volume yang mengisyaratkan diameter saluran
napas kecil berkurang; hal ini mungkin disebabkan oleh peningkatan cairan
paru. Penurunan efisiensi pemindahan gas di paru dikompensasi secara parsial
oleh relaksasi otot polos bronkiolus yang dipicu oleh progesteron, yang
menurunkan resistensi saluran napas. Penurunan resistensi saluran napas
berarti aliran udara meningkat. Prostaglandin juga memengaruhi otot polos
bronkiolus. Prostaglandin F2α , yang meningkat sepanjang kehamilan, adalah
konstriktor otot polos; prostaglandin E1 dan E2, yang meningkat pada
trimester ketiga, merupakan dilator otot polos. Bagaimana mereka
memengaruhi efisiensi pernapasan pada kehamilan masih belumlah jelas,
walaupun apabila digunakan untuk menginduksi abortus terapetik
prostaglandin F2α dapat menyebabkan asma pada Wanita yang rentan
(kreisman, van de weil, & mitchell, 1975). Usaha/kerja bernapas mungkin
tidak berubah karna penurunan resissistensi jalan napas mengompensasi
kongesti di kapiler dinding bronkus.
7
dilatasi vaskular dapat menyebabkan suara serak dan lebih berat, serta batuk
menetap. Pada kasus yang berat, perubahan berupa penebalan laring dapat
menyebabkan penyulit apabila akan dilakukan intubasi, misalnya pada
anestesia. Pada kehamilan, volume ekspirasi paksa pada 1 detik dan laju arus
puncak biasanya tidak terpengruh.
1. Volume alun napas (tidal volume, TV) Volume bernapas normal saat istirahat
500 ml Meningkat sampai 150-200 ml (25-40%) 75 % meningkat pada
trimester pertama
5. Volume residual (residual volume, RV) Voleme gas yang tertinggal di paru
setelah ekspirasi maksimum 1200 ml Menurun secara prgresif
6. Kapasitas paru total (total lung capacity. TLC) Volume maksimum paru
(=TV +IRV+ ERV+ruang mati) 6000 ml Tidak berubah
8
Kapasitas vital (vital capacity, VC) Volume total gas yang dapat masuk-keluar
paru (= TLC – volume volume residual) 4800 ml Meningkat 100-200 ml pada
akhir kehamilan tidak jelas pada wanita gemuktidak berubah
Kapasitas inspirasi Kemampuan inspirasi total paru (= IRC+TV) 2200 ml
Meningkat menjadi sekitar 2500 ml pada aterm
8. Volume residual (residual volume, RV) Volume gas yang tertinggal setelah
ekspirasi maksimum (= FRC-ERV) 2400 ml Ruang mati fisiologis Meningkat
sekitar 60 ml Ventilasi alveolus Perbedaan antara TV dan volume ruang mati
fisiologis Meningkat
b) Trisemester II
9
Selama periode kehamilan, sistem respirasi berubah, hal ini terjadi
karena kebutuhan O2 semakin meningkat. Disamping itu terjadi pula desakan
diafragma karena dorongan rahim. Ibu hamil bernapas lebih dalam sekitar 20-
25% dari biasanya. Ibu hamil dapat merasa lelah karena kerja jantung dan
paru-paru menjadi lebih berat. Penurunan adanya penekanan CO2 seorang
wanita hamil sering mengeluarkan sesak nafas sehingga meningkatkan usaha
bernafas.
c) Trisemester III
10
Pada 32 minggu keatas karena usus-usus tertekan uterus yang
membesar ke arah diafragma sehingga diafragma kurang leluasa bergerak
mengakibatkan kebanyakan wanita hamil mengalami derajat kesulitan
bernafas.
Seorang wanita hamil pada kelanjutan kehamilannya tidak jarang
mengeluh tentang rasa sesak dan pendek nafas. Hal ini ditemukan pada
kehamilan 32 minggu ke atas oleh karena usus-usus yang tertekan oleh uterus
yang membesar kea rah difragma, sehingga diafragma kurang leluasa
bergerak. Untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang meningkat ± 20%,
seorang wanita hamilselalu bernafas lebih dalam, dan bagian bawah toraksnya
juga melebar ke sisi, yang sesudah partus kadang-kadang menetap jika tidak
dirawat dengan baik. Hal ini berpengaruh pada jumlah sel darah merah.
Produksi sel darah merah akan meningkat sebagai akibat dari akselererasi
kebutuhan oksigen ekstra untuk maternal dan jaringan plasenta.peningkatan
kebutuhan oksigen dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil adalah
sebesar 1400-1650 ml yang dapat ditingkatkan lagi sampai 30 % bila
diberikan suplemen zat besi. Selama masa hamil, perubahan pada pusat
pernafasan menyebabkan penurunan ambang karbondioksida.progesteron dan
estrogen diduga menyebabkan peingkatan sensitivitas pusat pernafasan
terhadap karbondioksida
11
12
2.1.2 WOC
13
2.1.3 Diagnosa Keperawatan
a. Trisemester 1
- Gangguan pertukaran gas
b. Trisemester 2
- Pola napas tidak efektif
- Intoleransi aktivitas
c. Trisemester 3
- Pola napas tidak efektif
14
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius yang terutama
menyerang parenkim paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian
tubuh lainnya, terutama meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Suzanne
dan Brenda, 2001).
2.2.2 Etiologi
Ibu
Sumber penularana penyakit tuberculosis adalah penderita TB BTA
positif. Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman keudara
dalam bentuk Droplet (percikan Dahak). Droplet yang mengandung kuman
dapat bertahan diudara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat
terinfeksi bila droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernapasan. Selama
15
kuman TB masuk kedalam tubuh manusia melalui pernapasan, kuman TB
tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya, melalui sistem
peredaran darah, sistem saluran linfe,saluran napas, atau penyebaran langsung
kebagian-nagian tubuh lainnya.
Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya
kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil
pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan
dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak
menular.Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh konsentrasi
droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
Janin
Tuberkulosis dapat ditularkan baik melalui plasenta di dalam rahim,
menghirup atau menelan cairan yang terinfeksi saat kelahiran, atau menghirup
udara yang mengandung kuman TBC setelah lahir.
Ibu
16
batuk kering (non-produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi
produktif (menghasilkan sputum) keadaan yang lanjut adalah berupa batuk
darah karena terdapat pembuluh hdarah yang pecah. Kebanyakan bentuk
darah pada tuberculosis terjadi pada kavitas tetapi dapat juga terjadi pada
ulkus dinding bronkus.
c) Sesak nafas, sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut,
yang infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru.
d) Nyeri dada : ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai
ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
e) Malaise : ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala,
nyeri otot dan keringat di waktu di malam hari.
Bayi
17
tuberculosis aktif. Penderita TBC yang bersifat menular bagi orang lain adalah
mereka yang mengidap infeksi tuberculosis aktif dan hanya pada masa infeksi
aktif.
Apabila partikel infeksi terisap oleh orang sehat, akan menempel pada
jalan nafas atau paru-paru. Kuman menetap di jaringan paru akan bertumbuh
dan berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Di sini kuman dapat
terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Kuman yang bersarang di jaringan
paru-paru akan membentuk sarang tuberkulosis pneumonia kecil dan disebut
sarang primer.
18
Pada ibu hamil mycobacterium tuberkolosis ini menular pada janin
melaui plasenta.Selama kehamilan terjadi transmisi basil ke janin.Transmisi
ini biasanya terjadi secara limfatik, hematogen atau secara langsung.Janin
dapat terinfeksi melalui darah yang berasal dari infeksi plasenta melalui vena
umbilikalis atau aspirasi cairan amnion.
19
WOC TB PARU Secara Umum
Droplet nucler/dahak yang mengandung basil
TBC (Mycobacterium Tuberculosis)
MK : Kurang pengetahuan
Inflamasi Secret Batuk
,Pembuluh darah produktif,batuk
pecah darah
Membentuk sarang TB Premonia
Kecil/sarang primer
MK : bersihan jalan napas
tidak efektif
20
Membentuk sarang TB Premonia
Kecil/sarang primer
Berat
badan
MK : Nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
21
Diagnosa Keperawatan Tb Paru Secara Teortis
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d batuk produktif ,batu darah
6. Kurangnya pengetahuan
22
2.2.5 Pemeriksaan Penunjang
a) Uji Serologi
b) Pemeriksaan radiologi
c) Pemeriksaan Dahak
23
tidak bocor, pot ini harus selalu tersedia di Unit pelayanan kesehatan. Diagnosa
tubercolosis ditegakkan dengan pemeriksaan spesimen dahak sewaktu pagi sewaktu
(SPS). Spesimen dahak sebaiknya dikumpulkan dalam 2 hari kunjungan yang
berurutan ( Depkes RI, 2002 ).
d) Pemeriksaan Darah
e) Tes Tuberkulin
Biasanya dipakai cara mantoux yakni dengan menyuntikkan 0,1cc tuberkulin
PPD (Purified Protein Derivate) intra cutan. Setelah 48-72 jam tuberkulin disuntikkan,
akan timbul reaksi berupa indurasi kemerahan yang terdiri dari infiltrasi limfosit
yakni persenyawaan antara antibody dan antigen tuberkulin.
24
Hasil tes mentoux dibagi dalam :
1) Indurasi 0-5 mm (diameternya) : mantoux negative
2) Indurasi 6-9 mm : hasil meragukan
3) Indurasi 10-15 mm : hasil mantoux positive
4) Indurasi lebih dari 16 mm : hasil mantoux positif kuat
2.2.6 Komplikasi
1. Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat mengakibatkan
kematian karena syok hipovolemik atau karena tersumbatnya jalan napas.
2. Atelektasis (parumengembang kurang sempurna) atau kolaps dari lobus akibat
retraksi bronchial.
3. Bronkiektasis (pelebaran broncus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat
pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
4. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, dan ginjal.
Efek TB pada kehamilan tergantung pada beberapa factor antara lain tipe, letak
dan keparahan penyakit, usia kehamilan saat menerima pengobatan antituberkulosis,
status nutrisi ibu hamil, ada tidaknya penyakit penyerta, status imunitas, dan
kemudahan mendapatkan fasilitas diagnosa dan pengobatan TB. Status nutrisi yang
jelek, hipoproteinemia, anemia dan keadaan medis maternal merupakan dapat
meningkatkan morbiditas dan mortalitas maternal. Usia kehamilan saat wanita hamil
25
mendapatkan pengobatan antituberkulosa merupakan factor yang penting dalam
menentukan kesehatan maternal dalam kehamilan dengan TB.
Harold Oster MD,2007 mengatakan bahwa TB paru (baik laten maupun aktif)
tidak akan memengaruhi fertilitas seorang wanita di kemudian hari. Namun, jika kuman
menginfeksi endometrium dapat menyebabkan gangguan kesuburan.
Menurut Oster,2007 jika kuman TB hanya menyerang paru, maka akan ada
sedikit risiko terhadap janin.Untuk meminimalisasi risiko,biasanya diberikan obat-
obatan TB yang aman bagi kehamilan seperti Rifampisin, INH dan Etambutol.
Kasusnya akan berbeda jika TB juga menginvasi organ lain di luar paru dan jaringan
limfa, dimana wanita tersebut memerlukan perawatan di rumah sakit sebelum
melahirkan. Sebab kemungkinan bayinya akan mengalami masalah setelah lahir.
Penelitian yang dilakukan oleh Narayan Jana, KalaVasistha, Subhas C Saha,
Kushagradhi Ghosh, 1999 tentang efek TB ekstrapulmoner tuberkuosis, didapatkan
hasil bahwa tuberkulosis pada limpha tidak berefek terhadap kahamilan, persalinan dan
hasil konsepsi. Namun juka dibandingkan dengan kelompok wanita sehat yang tidak
mengalami tuberculosis selama hamil mempunyai resiko hospitalisasi lebih tinggi (21%
: 2%), bayi dengan APGAR skore rendah segera setelah lahir (19% : 3%), berat badan
lahir rendah (<2500 ).
26
Selain itu, risiko juga meningkat pada janin, seperti abortus, terhambatnya
pertumbuhan janin, kelahiran prematur dan terjadinya penularan TB dari ibu ke janin
melalui aspirasi cairan amnion (disebut TB congenital). Gejala TB congenital biasanya
sudah bisa diamati pada minggu ke 2-3 kehidupan bayi,seperti prematur, gangguan
napas, demam, berat badan rendah, hati dan limpa membesar. Penularan kongenital
sampai saat ini masih belum jelas,apakah bayi tertular saat masih di perut atau setelah
lahir.
2.2.8 Penatalaksanaan
27