Anda di halaman 1dari 27

1.

1 Latar Belakang

Tuberkolusis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh


basil Mikrobacterium tuberkolusis yang merupakan salah satu penyakit
saluran pernafasan bagian bawah yang sebagian besar basil tuberkolusis
masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection.

Tuberkulosis (TBC) masih menjadi masalah kesehatan di seluruh


dunia, demikian juga tuberkulosis pada kehamilan. Insidens TBC pada
kehamilan adalah 1/10.000 kehamilan.Penelitian pada tahun 1985-1990 di
New York, memperlihatkan insidens TBC pada kehamilan adalah 12 kasus
per 100.000 kelahiran dan pada tahun 1991-1992 insidens meningkat menjadi
95 kasus per 100.000 kelahiran. Penelitian di London tahun 1997-2001,
menunjukkan 32 wanita hamil menderita TBC, dengan insidens 252/100.000
kelahiran. Lima puluh tiga persen didiagnosis sebagai TBC ekstrapulmonal,
38% TBC pulmonal dan 9% TBC ekstra dan intra pulmonal.

Indonesia merupakan negara dengan prevalensi TB ke 3 tertinggi di


dunia setelah cina dan india berdasarkan survei kesehatan rumah tangga 1985
dan survei kesehatan nasional 2001 TB menempati rangking no 3 sebagai
penyebab kematian tertinggi di Indonesia.

Berdasarkan data tersebut, banyak diantanya yang terserang adalah


wanita yang berpotensi hamil. Sehingga menimbulkan banyak pertanyaan
akan perkembangan serta keselamatan janin yang dikandungnya.Faktor lain
yang berperan adalah pemberian regimen terapi yang tepat. Risiko yang
dihadapi oleh ibu dan janin lebih besar bila tidak mendapatkan pengobatan
TBC dibandingkan risiko pengobatan itu sendiri. Pemberian regimen
kemoterapi yang tepat dan adekuat akan memperbaiki kualitas hidup ibu,
mengurangi efek samping obat anti tuberculosis (OAT) terhadap janin dan
mencegah infeksi yang terjadi pada bayi yang baru lahir.

1
Maka dari itu, sesuai kasus yang diberikan oleh dosen pembimbing,
penulis berusaha menguraikan tentang kaitan antara penyakit TB paru dengan
kondisi ibu yang sedang hamil (antenatal).

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah :

1.2.1 Bagaimana sistem pernapasan pada kehamilan?

1.2.2 Apa pengertian dari tuberculosis paru ?

1.2.3 Bagaimana etiologi dari tuberkolosis ?

1.2.4 Apa manifestasi klinis daru tuberkolosis?

1.2.5 Bagaimana patofisiologi dari tuberkolosis pada antenatal?

1.2.6 Bagaimana pemeriksaan penunjang dari tuberculosis paru ?

1.2.7 Bagaimana efek tuberculosis pada ibu hamil ?

1.2.8 Bagaimana asuhan keperawatan tuberkolosis pada masa antenatal ?

1.2.9 Bagaimana pencegahan tuberculosis paru pada ibu hamil?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :

1.3.1 Mengetahui perubahan pernapasan pada kehamilan

2
1.3.2 Menjelaskan pengertian dari tuberculosis paru

1.3.3 Mengetahui etiologi dari tuberkolosis

1.3.4 Mengetahui manifestasi klinis daru tuberkolosis

1.3.5 Mengetahui patofisiologi dari tuberkolosis pada antenatal

1.3.6 Mengetahui pemeriksaan penunjang dari tuberculosis paru

1.3.7 Mengetahui efek tuberculosis pada ibu hamil

1.3.8 Mengetahui asuhan keperawatan tuberkolosis pada masa antenatal

1.3.9 Mengetahui pencegahan tuberculosis paru pada ibu hamil.

3
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Sistem Pernapasan Pada Kehamilan

2.1.1 Fungsi Paru

Wanita hamil bernapas lebih dalam (meningkatkan volume tidal,


volume gas bergerak masuk atau keluar traktus respiratorius padasetiap
tarikan napas), tetapi frekuensi napasnya hanya sedikit meningkat (kira-kira
dua kali bernapas dalam satu menit). Peningkatan volume tidal pernapasan,
yang berhubungan dengan frekuensi napas normal, menyebabkan peningkatan
volume napas satu menit sekitar 26%. Peningkatan volume napas satu menit
disebut hiperventilasi kehamilan, yang menyebabkan konsentrasi karbon
dioksida di alveoli menurun. Peningkatan kadar progesteron tampaknya
menyebabkan hiperventilasi kehamilan karena hiperventilasi terjadi pada pria
yang diberi progesteron (Scott, dkk., 1990).

Selama masa hamil, perubahan pada pusat pernapasan menyebabkan


penurunan ambang karbon dioksida. Progesteron dan estrogen diduga
menyebabkan peningkatan sensitivitas pusat pernapasan terhadap karbon
dioksida. Selain itu, kesadaran wanita hamil akan kebutuhan napas meningkat.
Beberapa wanita mengeluh mengalami dispnea saat istirahat.

Walaupun fungsi paru tidak terganggu oleh kehamilan, penyakit


traktus pernapasan dapat menjadi lebih berat selama masa hamil
(Cunningham, dkk., 1993). Salah satu faktor yang penting ialah peningkatan
kebutuhan oksigen.

4
Pada awal kehamilan dan dengan demikian bukan di sebabkan oleh
uterus, diafragma terdorong keatas sebanyak 4 cm. Gerakan respirasi
diafragma meningkat dan terjadi peningkatan iga bagian bawah sternal dari
68° pada awal kehamilan menjadi 103° pada akhir kehamilan. Peningkatan
kompensatorik garis tengah toraks sebesar 2 cm ini berarti volume rongga
toraks hampir sama dengan keadaan sebelum hamil. Diafragma melakukan
sebagian besar kerja respirasi, bernafas lebih bersifat torakalis daripada
abdominalis. Pengaruh hormon menyebabkan otot dan tulang rawan di regio
toraks melemas sehingga toraks melebar. Penurunan compliance dinding
toraks menyebabkan dinding toraks dapat bergerak semakin kedalam sehingga
udara yang terperangkap lebih sedikit dan volume residua menurun.
Progesteron menurunkan kepekaan kemoreseptor periver dan sentral untuk
karbon dioksida. Hal ini berarti dorongan pernafasan terpicu pada kadar
karbondioksida yang lebih rendah sehingga wanita hamil bernafas lebih
dalam. Seiring dengan peningkatan kadar progesterone selama kehamilan,
peningkatan responsivitas terhadap PCO2 menyebabkan tidal volume

dan dengan demikian, volume permenit meningkat. Oleh karena itu,


hiperventilasi peningkatan volume alun merupakan hal normal pada
kehamilan. Konsumsi oksigen meningkat,tetapi tekanan oksigen arteri tidak
berubah.

Pada kehamilan,frekuensi pernapasan tidak berubah tetapi ventilasi per


menit meningkat 40 % karena volume alun nafas meningkat. Hal ini sudah
mulai tampak disni kehimilan 7 minggu.Hiperventilasi ini melebihi
peningkatan konsumsi oksigen. Efisiensi pertukaran gas di alviolus sangat
meningkat apabilaa yang meningkat volume alun napas dibandingkan dengan
frekuensi pernapasan.Ventialis alviolus semakin ditingkatkan oleh
berkurangnya volume residual.Sekitar 150 ml udara inspirasi tetap berada
disaluran napas atas dan tidak terjadi pertukaran gas.Walaupun pada

5
kehamilan ruang mati meningkat sebwsar sekitar 60 ml karena dilatasi
bronkiolus halus,ventilasi alviolus netto meningkat.Peningkatan volume alun
napas berati kapasitas resudual fungsional berkurang sehingga lebih banyak
udara segar yang bercampur dengan volume udara sisa yang jumlah semakin
berkurang yang tertinggal di paru.Dengan demikian,ventilasi alveolus pada
kehamilan meningkat sekitar 70% yang menyebabkan peningkatan efesiensi
pencampuran gas sehingga pertukaran gas menjadi lebih mudah
karenagradien difusi meningkat. Peningkatan gradien konsentrasi karbon
dioksida antara darah ibu dan janin membantu penyaluran karbon dioksida
menembus plasenta dan mungkin penting pada keadaan yang merugikan.
Progesteron meningkatkan kadar karbonat anhidrase di sel darah merah
sehingga efisiensi pemindahan karbon dioksida semakin tinggi .
Tekanan parsial oksigen pada ibu sedikit meningkat dari 90-100 menjadi 101-
106 mmHg dan kadar karbon dioksida menurun dari 35-40 mmHg menjadi
26-34 mmHg.peningkatan ringan PO2 tidak banyak berefek pada saturasi
hemoglobin.Namun,postur memengaruhi kadar oksigen alveolus posisi
terlentang pada akhir kehamilan menyebabkan tekanan oksigen alveolus
menurun dibandingakan dengan posisi duduk. Perubahan oksigenasi alveolus
ini mungkin kurang bermakna bagi janin walaupun mungkin dapat menjasi
kompensasi apabila ibu berada di tempat tinggi. Perjalanan udara dikaitkan
dengan peningkatan dispnea dan frekuensi pernapasa. Penurunan kadar
karbon dioksida pada kehamilan menyebabkan alkalosis respiratorik ringan.
Perubahan pH memengaruhi kadar kation dalam darah, misalnya natrium,
kalium, dan kalsium, yang membantu pemindahan melalui plasenta dan
meningkatkan pnyediaan bagi prtumbuhan janin. Terjadi kompensasi
metabolik berupa peningkatan ekskresi ion bikarbonat oleh ginjal. Penurunan
bikarbonat serum menyebabkan pH ibu meningkat ke batas atas rentang
fisiologis dari 7,40 menjadi 7,45. Dengan demikian kemampuan ibu untuk
mengompensasi asidosis metabolik menurun, yang mungkin menimbulkan
masalah pada persalinan lama atau apabila terjadi penurunan perfusi jaringan.

6
Progesteron memiliki efek lokal pada tonus otot polos jalan napas dan
pembuluh darah paru. Kapasitas difusi adalah tingkat kemudahan gas
menembus membran paru. Pada awal kehamilan, kapasitas difusi menurun
mungkin karena efek estrogen pada komposisi mukopolisakarida dinding
kapiler, yang meningkatkan jarak temouh difusi (de swiet, 1998b). Efek ini
mungkin berlangsung selama beberapa bulan setelah persalinan. Peningkatan
retensi air di jaringan paru juga mengakibatkan penurunan kapasitas difusi.
Terjadi peningkatan closing volume yang mengisyaratkan diameter saluran
napas kecil berkurang; hal ini mungkin disebabkan oleh peningkatan cairan
paru. Penurunan efisiensi pemindahan gas di paru dikompensasi secara parsial
oleh relaksasi otot polos bronkiolus yang dipicu oleh progesteron, yang
menurunkan resistensi saluran napas. Penurunan resistensi saluran napas
berarti aliran udara meningkat. Prostaglandin juga memengaruhi otot polos
bronkiolus. Prostaglandin F2α , yang meningkat sepanjang kehamilan, adalah
konstriktor otot polos; prostaglandin E1 dan E2, yang meningkat pada
trimester ketiga, merupakan dilator otot polos. Bagaimana mereka
memengaruhi efisiensi pernapasan pada kehamilan masih belumlah jelas,
walaupun apabila digunakan untuk menginduksi abortus terapetik
prostaglandin F2α dapat menyebabkan asma pada Wanita yang rentan
(kreisman, van de weil, & mitchell, 1975). Usaha/kerja bernapas mungkin
tidak berubah karna penurunan resissistensi jalan napas mengompensasi
kongesti di kapiler dinding bronkus.

Banyak wanita hamil mengalami dispnea, yang menimbulkan rasa


tidak nyaman dan kecemasan, sering pada awal kehamilan sebelum terjadi
perubahan dalam tekanan intraabdomen. Hal ini berkaitan berat dengan PCO2
dan mungkin disebabkan oleh hiperventilasi (de swiet, 1998b).

Kapiler disaluran napas atas mengalami pembengkakan, yang dapat


menimbulkan kesulitan bernapas melalui hidung dan memperparah infeksi
saluran napas. Perubahan laring dan edema pita suara yang disebabkan oleh

7
dilatasi vaskular dapat menyebabkan suara serak dan lebih berat, serta batuk
menetap. Pada kasus yang berat, perubahan berupa penebalan laring dapat
menyebabkan penyulit apabila akan dilakukan intubasi, misalnya pada
anestesia. Pada kehamilan, volume ekspirasi paksa pada 1 detik dan laju arus
puncak biasanya tidak terpengruh.

Volume dan kapasitas paru

Parameter Definisi Rentang normal Perubahan pada kehamilan :

1. Volume alun napas (tidal volume, TV) Volume bernapas normal saat istirahat
500 ml Meningkat sampai 150-200 ml (25-40%) 75 % meningkat pada
trimester pertama

2. Frekuensi pernapasan (respiratory rate, RR) Jumlah pernapasan permenit 12


kali/menit Tidak berubah/sedikit meningkat menjadi 15 kali/menit
Volume per menit (minute volume, MV) Udara total yang dihirup dalam satu
menit pernapasa (= TV x RR) 6000 ml/menit 6,5 l/menit Meningkat sekitar
40% 10 l/menit

3. Volume cadangan inspirasi (inspiratory reserve volume, IRV) Volume udara


yang dapat diinspirasi di atas volume alun napas 3100 ml Tidak berubah

4. Volume cadangan ekspirasi (expiratory reserve volume, ERV) Volume gas


yang dapat di ekspirasi selain volume alun napas 1200 ml Menurun secara
progresif dari awal kehamilan menjadi sekitar 1100 ml

5. Volume residual (residual volume, RV) Voleme gas yang tertinggal di paru
setelah ekspirasi maksimum 1200 ml Menurun secara prgresif

6. Kapasitas paru total (total lung capacity. TLC) Volume maksimum paru
(=TV +IRV+ ERV+ruang mati) 6000 ml Tidak berubah

8
Kapasitas vital (vital capacity, VC) Volume total gas yang dapat masuk-keluar
paru (= TLC – volume volume residual) 4800 ml Meningkat 100-200 ml pada
akhir kehamilan tidak jelas pada wanita gemuktidak berubah
Kapasitas inspirasi Kemampuan inspirasi total paru (= IRC+TV) 2200 ml
Meningkat menjadi sekitar 2500 ml pada aterm

7. Kapasitas residual fungsional (functional residual capacity, FRC) Volume gas


yang tertinggal di paru setelah bernapas biasa (=ERV+RV) 2800 ml Menurun
secara progresif menjadi 2300 ml – meningkatkan efisiensi pencampuran

8. Volume residual (residual volume, RV) Volume gas yang tertinggal setelah
ekspirasi maksimum (= FRC-ERV) 2400 ml Ruang mati fisiologis Meningkat
sekitar 60 ml Ventilasi alveolus Perbedaan antara TV dan volume ruang mati
fisiologis Meningkat

2.1.1 Perubahan Sistem Pernapasan Pada Masa Kehamilan


a) Trimester I

Kebutuhan oksigen meningkat sampai 20%, selain itu diafragma juga


terdorong terjadi hiperventilasi dangkal (20-24x/menit) akibat kompliansi
dada (chest compliance) menurun. Volume tidal meningkat. Volume residu
paru (functional residual capacity) menurun. Kapasitas vital menurun
Adaptasi ventilasi dan structural selama masa hamil bertujuan
menyediakan kebutuhan ibu dan janin. Kebutuhan oksigen ibu meningkat
sebagai respon terhadap percepatan laju metabolic dan peningkatan kebutuhan
oksigen jaringan uterus dan payudara. Janin membutuhkan oksigen dan suatu
cara untuk memebuang karbondioksida.
Peningkatan kadar estrogen menyebabkan ligamentum pada kerangka
iga berelaksasi sehingga ekspansi rongga dada meningkat.

b) Trisemester II

9
Selama periode kehamilan, sistem respirasi berubah, hal ini terjadi
karena kebutuhan O2 semakin meningkat. Disamping itu terjadi pula desakan
diafragma karena dorongan rahim. Ibu hamil bernapas lebih dalam sekitar 20-
25% dari biasanya. Ibu hamil dapat merasa lelah karena kerja jantung dan
paru-paru menjadi lebih berat. Penurunan adanya penekanan CO2 seorang
wanita hamil sering mengeluarkan sesak nafas sehingga meningkatkan usaha
bernafas.

 16 minggu : serabut-serabut elastik terbentuk di paru-paru, terlihat


brochiolus terminal dan respiratorius.
 18 minggu : gerakan pernafasan dapat terdeteksi namun perkembangan
struktur alveolus paru belum mencukupi bagi kemungkinan hidup janin
sebelum minggu ke 27-28.
 20 minggu : lubang hidung terbuka kembali.
 22 minggu : gerakan nafas yang diikuti oleh bunyi suara yang lemah.
 24 minggu : sakus dan duktus alveolus terbentuk, gerakan seperti
pernafasan mulai terlihat, terlihat lesitin dalam cairan amnion.
 28 minggu : terbentuk surfaktan di permukaan alveolar.

c) Trisemester III

Pernafasan masih diafragmatik selama kehamilan, tetapi karena


pergerakan diafragma terbatas setelah minggu ke-30, wanita hamil bernafas
lebih dalam, dengan meningkatkan volume tidal dan kecepatan ventilasi,
sehingga memungkinkan pencampuran gas meningkat dan konsumsi oksigen
meningkat 20%. Diperkirakan efek ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi
progesteron. Keadaan tersebut dapat menyebabkan pernafasan berlebih .Ph
kehamilan 32 mg, menyebabkan ibu hamil sulit bernafas (sesak nafas &
pendek nafas) sbg kompensasi tjdnya desakan rahim & keb O2 ä, ibu hamil
akan bernafas lbh dlm sktr 20 s/d 35% dr biasanya.

10
Pada 32 minggu keatas karena usus-usus tertekan uterus yang
membesar ke arah diafragma sehingga diafragma kurang leluasa bergerak
mengakibatkan kebanyakan wanita hamil mengalami derajat kesulitan
bernafas.
Seorang wanita hamil pada kelanjutan kehamilannya tidak jarang
mengeluh tentang rasa sesak dan pendek nafas. Hal ini ditemukan pada
kehamilan 32 minggu ke atas oleh karena usus-usus yang tertekan oleh uterus
yang membesar kea rah difragma, sehingga diafragma kurang leluasa
bergerak. Untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang meningkat ± 20%,
seorang wanita hamilselalu bernafas lebih dalam, dan bagian bawah toraksnya
juga melebar ke sisi, yang sesudah partus kadang-kadang menetap jika tidak
dirawat dengan baik. Hal ini berpengaruh pada jumlah sel darah merah.
Produksi sel darah merah akan meningkat sebagai akibat dari akselererasi
kebutuhan oksigen ekstra untuk maternal dan jaringan plasenta.peningkatan
kebutuhan oksigen dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil adalah
sebesar 1400-1650 ml yang dapat ditingkatkan lagi sampai 30 % bila
diberikan suplemen zat besi. Selama masa hamil, perubahan pada pusat
pernafasan menyebabkan penurunan ambang karbondioksida.progesteron dan
estrogen diduga menyebabkan peingkatan sensitivitas pusat pernafasan
terhadap karbondioksida

11
12
2.1.2 WOC

Pernapasan pada masa


kehamilan

TRISEMESTER I TRISEMESTER II TRISEMESTER III

Hormon estrogen Hormon progesteron Pernapasan diafragmatik

Perubahan fisiologis pernapasan Perubahan takanan abdomen


Ekspansi tulang iga
perbesaran uterus
Desakan diafragma oleh rahim Diafragma terangkat hingga terdesak
Pelebaran toraks akibat
hormone estrogen lingkar dada meningkat akibat hormon
Kebutuhan O2 meningkat
estrogen
Progesterone menurunkan Napas dalam
kemoreseptor CO2 perubahan otot, v.residu ,
kapasitas inspirasi
PCO2 menurun Kerja jantung dan paru meningkat
Estrogen, menyebabkan
kelelahan Sesak perubahan mukosa
hiperventilasi

Obstruksi jalan napas


Mk: gangguan pertukaran MK : intoleransi MK : pola napas
gas aktivitas tidak efektif
Sesak/sulit napas

13
2.1.3 Diagnosa Keperawatan
a. Trisemester 1
- Gangguan pertukaran gas
b. Trisemester 2
- Pola napas tidak efektif
- Intoleransi aktivitas
c. Trisemester 3
- Pola napas tidak efektif

2.2 Tuberculosis paru

2.2.1 Pengertian Tuberkulosis Paru

Tuberkulosis (TBC) adalah  penyakit akibat kuman Mycobakterium


tuberkculosis sistemis sehingga dapat mengenai semua organ tubuh dengan
lokasi terbanyak di paru paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer
(Arif Mansjoer, 2000).

Tuberkolosis merupakan infeksi bakteri kronik yang disebabkan oleh


Mycobacterium Tuberculosis dan ditandai oleh pembentukan granuloma pada
jaringan yang terinfeksi dan oleh hipersensitivitas yang diperantarai-sel (Cell-
Mediated-Hypersensitivity). Penyakit biasanya terletak di paru, tetapi dapat
mengenai organ lain. Dengan tidak adanya pengobatan yang efektif untuk
penyakit yang efektif, biasa terjadi perjalanan penyakit yang kronik, dan
berakhir dengan kematian .

Tuberkolusis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan


oleh basil Mikrobacterium tuberkolusis yang merupakan salah satu penyakit
saluran pernafasan bagian bawah yang sebagian besar basil tuberkolusis
masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection dan selanjutnya
mengalami proses yang dikenal sebagai focus primer dari ghon ( Hood
Alsagaff, th 1995. hal 73)

14
Tuberkulosis  paru adalah penyakit infeksius yang terutama
menyerang parenkim paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian
tubuh lainnya, terutama meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Suzanne
dan Brenda, 2001).

2.2.2 Etiologi

Penyebab tubercolosis adalah Microbakterium Tubercolosis sejenis


kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1 -4/ um dan tebal 0,3-
0,6/um. Sebagian dinding kuman terdiri atas asam lemak (lipid),
peptidoglikan dan arabinomanan. Lipid inilah yang membuat kuman lebih
tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga disebut bakteri tahan
asam(BTA). Ia juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis. Kuman
dapat tahan hidup pada udara kering maupaun dalam keadaan dingin (dapat
bertahan tahun tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada
dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan
menjadikan penyakit tuberculosis menjadi aktif lagi. Didalam jaringan, kuman
hidup sebagai parasit intraseluler yakni salam sitoplasma makrofag. Makrofag
yang semula memfagositosi malah disenanginya karena banyak mengandung
lipid. Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menujukan bahwa kuman
lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigenny. Dalam hal ini
tekanan oksigen pada bagian apical lebih tinggi dari bagian lain, sehingga
bagian apical ini merupakan tempata predileksi penyakit tuberculosis. Bakteri
ini sangat lambat pertumbuhannya, mereka memecah diri setiap 16-20 jam.

 Ibu
Sumber penularana penyakit tuberculosis adalah penderita TB BTA
positif. Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman keudara
dalam bentuk Droplet (percikan Dahak). Droplet yang mengandung kuman
dapat bertahan diudara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat
terinfeksi bila droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernapasan. Selama

15
kuman TB masuk kedalam tubuh manusia melalui pernapasan, kuman TB
tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya, melalui sistem
peredaran darah, sistem saluran linfe,saluran napas, atau penyebaran langsung
kebagian-nagian tubuh lainnya.
Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya
kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil
pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan
dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak
menular.Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh konsentrasi
droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.

 Janin
Tuberkulosis dapat ditularkan baik melalui plasenta di dalam rahim,
menghirup atau menelan cairan yang terinfeksi saat kelahiran, atau menghirup
udara yang mengandung kuman TBC setelah lahir.

2.2.3 Manifestasi Klinis

 Ibu

a) Demam, biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Serangan demam


pertama dapat sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat timbul kembali.
Begitulah seterusnya, hilang timbulnya demam influenza ini. Sehingga klien
merasa tidak pernah terbebas dari serangan demam influenza. Keadaan ini
sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh klien dan berat ringannya infeksi
kuman tuberculosis yang masuk.
b) Batuk/batuk berdarah, batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk
ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar. Karena
terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru
ada setelah penyakit berkembang pada jaringan paru yakni setelah berminggu-
minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula. Sifat batuk dimulai dari

16
batuk kering (non-produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi
produktif (menghasilkan sputum) keadaan yang lanjut adalah berupa batuk
darah karena terdapat pembuluh hdarah yang pecah. Kebanyakan bentuk
darah pada tuberculosis terjadi pada kavitas tetapi dapat juga terjadi pada
ulkus dinding bronkus.
c) Sesak nafas, sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut,
yang infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru.
d) Nyeri dada : ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai
ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
e) Malaise : ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala,
nyeri otot dan keringat di waktu di malam hari.

 Bayi

Abortus, terhambatnya pertumbuhan janin, kelahiran prematur dan


terjadinya penularan TB dari ibu ke janin melalui aspirasi cairan amnion
(disebut TB congenital). Gejala TB congenital biasanya sudah bisa diamati
pada minggu ke 2-3 kehidupan bayi,seperti prematur, gangguan napas,
demam, berat badan rendah, hati dan limpa membesar. Penularan kongenital
sampai saat ini masih belum jelas,apakah bayi tertular saat masih di perut atau
setelah lahir.

2.2.4 Patofisiologi dan WOC

Mycobacterium tuberculosis yang biasanya ditularkan melalui inhalasi


percikan ludah (droplet), orang ke orang dan mengkolonisasi bronkiolus atau
alveolus. Apabila bakteri tuberculin dalam jumlah yang bermakna berhasil
menembus mekanisme pertahanan sistem pernapasan dan berhasil menempati
saluran napas bawah, maka pejamu akan melakukan respons imun dan
peradangan yang kuat. Karena respons yang hebat ini, akibat diperantarai oleh
sel T, maka hanya sekitar 5 % orang yang terpajan basil tersebut menderita

17
tuberculosis aktif. Penderita TBC yang bersifat menular bagi orang lain adalah
mereka yang mengidap infeksi tuberculosis aktif dan hanya pada masa infeksi
aktif.

Basil mycobacterium tuberculosis sangat sulit dimatikan apabila telah


mengkolonisasi saluran nafas bawah, maka tujuan respons imun adalah lebih
untuk mengepung dan mengisolasi basil bukan untuk mematikannya. Respons
selular melibatkan sel T serta makrofag. Makrofag mengelilingi basil diikuti
oleh sel T dan jaringan fibrosa membungkus kompleks makrofag basil
tersebut. Tuberkel akhirnya mengalami kalsifikasi dan disebut kompleks
Ghon, yang dapat dilihat pada pemeriksaan sinar-x toraks. Sebelum ingesti
bakteri selesai, bahan mengalami perlunakan (perkijuan). Mikro-organisme
hidup dapat memperoleh akses ke sistem trakeobronkus dan menyebar melalui
udara ke orang lain. Bahkan walaupun telah dibungkus secara efektif, basil
dapat bertahan hidup dalam tuberkel.

Apabila partikel infeksi terisap oleh orang sehat, akan menempel pada
jalan nafas atau paru-paru. Kuman menetap di jaringan paru akan bertumbuh
dan berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Di sini kuman dapat
terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Kuman yang bersarang di jaringan
paru-paru akan membentuk sarang tuberkulosis pneumonia kecil dan disebut
sarang primer.

Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi


sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil. Gumpalan basil
yang lebih besar cenderung tertahan di salurang hidung dan cabang besar
bronkus. Basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan.Kerusakan pada
paru akibat infeksi adalah disebabkan oleh basil serta reaksi imun dan
peradangan yang hebat. Edema interstisium dan pembentukan jaringan parut
permanen di alveolus meningkatkan jarak untuk difusi oksigen dan
karbondioksida sehingga pertukaran gas menurun.(Corwin, 2001: 414).

18
Pada ibu hamil mycobacterium tuberkolosis ini menular pada janin
melaui plasenta.Selama kehamilan terjadi transmisi basil ke janin.Transmisi
ini biasanya terjadi secara limfatik, hematogen atau secara langsung.Janin
dapat terinfeksi melalui darah yang berasal dari infeksi plasenta melalui vena
umbilikalis atau aspirasi cairan amnion.

19
WOC TB PARU Secara Umum
Droplet nucler/dahak yang mengandung basil
TBC (Mycobacterium Tuberculosis)

Batuk , bersin Factor dari dalam ;


Factor dari luar :

1. Factor toksik (alcohol 1. Ibu hamil, bayi


dan rokok ) 2. Gizi buruk
Terhirup,lalu masuk ke paru 3. lansia
2. Social ekoomi rendah
3. Terpapar penderita TBC
4. lingkungan buruk
Mycobacterium menetap /dormant

Kurang informasi Imunitas tubuh MK : Risiko tinggi infeksi


menurun

MK : Kurang pengetahuan
Inflamasi Secret Batuk
,Pembuluh darah produktif,batuk
pecah darah
Membentuk sarang TB Premonia
Kecil/sarang primer
MK : bersihan jalan napas
tidak efektif

20
Membentuk sarang TB Premonia
Kecil/sarang primer

Kerusakan membrane alveolar-


kapiler dan merusak
pleura pleura,atelaktasis

Reaksi sistematis Perubahan cairan intrapleura Ekspansi torak

malaise lemah Sesak, sianosis, penggunaan alat bantu hiperventilasi


napas

Anoreksia MK : intoleransi aktivitas MK : pola napas MK : Gangguan


tidak efektif pertukaran gas

Berat
badan

MK : Nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh

21
Diagnosa Keperawatan Tb Paru Secara Teortis

1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d batuk produktif ,batu darah

2. Gangguan pertukaran gas b.d hiperventilasi

3. Pola napas tidak efektif b.d perubahan cairan intrapleura

4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d reaksi sistematik tubuh

5. Intoleransi aktivita b.d reaksi sistemik tubuh

6. Kurangnya pengetahuan

22
2.2.5 Pemeriksaan Penunjang

Berikut ini pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk menguji seseorang


positif terkena TB Paru:

a) Uji Serologi

Mendiagnosis tuberkulosis yang berdasarkan pengenalan antibodi Ig G 


serum terhadap antigen mikrobacterium tertentu dan menggunakan teknik  ELIZA
(Enzim Linket Imunoserbent). Penerapan ini paling besar kemungkinan pada anak dan
klien tuberkulosis ekstra pulmunal yaitu pada kasus sputumnya tidak ada.

b) Pemeriksaan radiologi

Gambaran radiologik yang dicurigai sebagai kelainan TB yang masih aktif,


bila didapatkan gambaran bayangan berawan / nodular di bagian tas paru, gambaran
kavitas (lubang pada paru), terutama lebih dari satu yang dikelilingi oleh bayangan
opak (putih) berawan atau nodular, bayangan bercak milier (berbintik-bintik putih
seukuran jarum pentul) yang berupa gambaran nodul-nodul (becak bulat) miliar yang
tersebar pada lapangan paru, dan gambaran berupa efusi pleura (terdapatnya cairan
pada selaput paru).  

Sedangkan pada gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB inaktif, bila


didapatkan gambaran fibrotik (jaringan penyembuhan luka seperti serabut putih yang
halus) pada bagian atas paru, gambaran kalsifikasi (perkapuran yang tampak putih),
atelektasis (jaringan paru yang tidak mengembang), fibrothorax dan atau penebalan
pleura (selaput pelapis paru-paru). Pada tuberkulosis kronis dapat terjadi
pneumothoraks (timbulnya udara yang mendesak jaringan paru-paru)dengan atau
tanpa efusi (cairan), yang secara radiologis memberikan gambaran radiolusen (lebih
hitam) dengan corakan bronkovaskuler (paru) menghilang pada pleura yang terisi
udara, gambaran kolaps, cairan, atau desakan jantung.

c) Pemeriksaan Dahak

Spesimen dahak dikumpulkan/ditampung dalam pot dahak yang bermulut


lebar, berpenampang 6 cm atau lebih dengan tutup berulir, tidak mudah pecah dan

23
tidak bocor, pot ini harus selalu tersedia di Unit pelayanan kesehatan. Diagnosa
tubercolosis ditegakkan dengan pemeriksaan spesimen dahak sewaktu pagi sewaktu
(SPS). Spesimen dahak sebaiknya dikumpulkan dalam 2 hari kunjungan yang
berurutan ( Depkes RI, 2002 ).

Adapun  waktu pelaksanaan pengumpulan dahak sebagai berikut: Sewaktu


yaitu Dahak dikumpulkan pada saat suspek TBC paru datang berkunjung pertama kali
pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak
hari kedua. Pagi yaitu dahak dikumpulkan di rumah pada hari kedua, segera setelah
bangun tidur pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di Unit pelayanan
kesehatan. Sewaktu yaitu dahak dikumpulkan di Unit pelayanan kesehatan pada hari
kedua, saat menyerahkan dahak pagi ( Depkes RI, 2002).

Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan ditemukannya kuman


BTA. Diagnosis tuberkolusis dapat ditegakkan. Kriteria BTA sputum positif adalah
bila sekurang-kurangnya ditemukan tiga batang kuman BTA pada satu sedian dengan
kata lain diperlukan 5.000 kuman dalam 1 mL sputum .

d) Pemeriksaan Darah

Pemeriksaaan ini kurang mendapatkan perhatian, karena hasilnya kadang-


kadang meragukan, hasilnya tidak sensitif dan juga tidak spesifik. Pada saat
tuberkolusis mulai aktif, akan didapatkan jumlah leukosit yang sedikit meninggi
dengan hitung jenis pergeseran ke kiri. Jumlah limfosit masih di bawah normal. Laju
endap darah mulai meningkat. Bila penyakit mulai sembuh, jumlah leukosit kembali
normal dan jumlah limfosit masih tinggi. Laju endap darah perlahan turun sampai
normal. Hasil pemeriksaan darah didapatkan, anemia ringan dengan gambaran
normokrom dan normositer, gama globulin meningkat, kadar natrium dan darah
menurun (Zulkifli, 2007).  

e) Tes Tuberkulin
Biasanya dipakai cara mantoux yakni dengan menyuntikkan 0,1cc tuberkulin
PPD (Purified Protein Derivate) intra cutan. Setelah 48-72 jam tuberkulin disuntikkan,
akan timbul reaksi berupa indurasi kemerahan yang terdiri dari infiltrasi limfosit
yakni persenyawaan antara antibody dan antigen tuberkulin.

24
Hasil tes mentoux dibagi dalam :
1)      Indurasi 0-5 mm (diameternya) : mantoux negative
2)      Indurasi 6-9 mm : hasil meragukan
3)      Indurasi 10-15 mm : hasil mantoux positive
4)      Indurasi lebih dari 16 mm : hasil mantoux positif kuat

Biasanya hampir seluruh penderita memberikan reaksi mantoux yamg positif


(99,8%) Kelemahan tes ini juga dapat positif palsu yakni pemberian BCG atau
terinfeksi dengan Mycobacterium lain. Negatif palsu lebih banyak ditemukan
daripada positif palsu .

2.2.6 Komplikasi

Menurut Depkes RI (2002), merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada


penderita tuberculosis paru stadium lanjut yaitu :

1. Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat mengakibatkan
kematian karena syok hipovolemik atau karena tersumbatnya jalan napas.
2. Atelektasis (parumengembang kurang sempurna) atau kolaps dari lobus akibat
retraksi bronchial.
3. Bronkiektasis (pelebaran broncus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat
pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
4. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, dan ginjal.

2.2.7 Tuberkulosis Pada Kehamilan

a) Efek tuberculosis terhadap kehamilan

Efek TB pada kehamilan tergantung pada beberapa factor antara lain tipe, letak
dan keparahan penyakit, usia kehamilan saat menerima pengobatan antituberkulosis,
status nutrisi ibu hamil, ada tidaknya penyakit penyerta, status imunitas, dan
kemudahan mendapatkan fasilitas diagnosa dan pengobatan TB. Status nutrisi yang
jelek, hipoproteinemia, anemia dan keadaan medis maternal merupakan dapat
meningkatkan morbiditas dan mortalitas maternal. Usia kehamilan saat wanita hamil

25
mendapatkan pengobatan antituberkulosa merupakan factor yang penting dalam
menentukan kesehatan maternal dalam kehamilan dengan TB.

Kehamilan dapat berefek terhadap tuberculosis dimana peningkatan diafragma


akibat kehamilan akan menyebabkan kavitas paru bagian bawah mengalami kolaps
yang disebut pneumo-peritoneum. Pada awal abad 20, induksi aborsi direkomondasikan
pada wanita hamil dengan TB. Selain paru-paru, kuman TB juga dapat menyerang
organ tubuh lain seperti usus, selaput otak, tulang, dan sendi, serta kulit. Jika kuman
menyebar hingga organ reproduksi, kemungkinan akan memengaruhi tingkat kesuburan
(fertilitas) seseorang. Bahkan, TB pada samping kiri dan kanan rahim bisa
menimbulkan kemandulan. Hal ini tentu menjadi kekhawatiran pada pengidap TB atau
yang pernah mengidap TB, khususnya wanita usia reproduksi. Jika kuman sudah
menyerang organ reproduksi wanita biasanya wanita tersebut mengalami kesulitan
untuk hamil karena uterus tidak siap menerima hasil konsepsi.

Harold Oster MD,2007 mengatakan bahwa TB paru (baik laten maupun aktif)
tidak akan memengaruhi fertilitas seorang wanita di kemudian hari. Namun, jika kuman
menginfeksi endometrium dapat menyebabkan gangguan kesuburan.

b) Efek tuberculosis terhadap janin

Menurut Oster,2007 jika kuman TB hanya menyerang paru, maka akan ada
sedikit risiko terhadap janin.Untuk meminimalisasi risiko,biasanya diberikan obat-
obatan TB yang aman bagi kehamilan seperti Rifampisin, INH dan Etambutol.
Kasusnya akan berbeda jika TB juga menginvasi organ lain di luar paru dan jaringan
limfa, dimana wanita tersebut memerlukan perawatan di rumah sakit sebelum
melahirkan. Sebab kemungkinan bayinya akan mengalami masalah setelah lahir.
Penelitian yang dilakukan oleh Narayan Jana, KalaVasistha, Subhas C Saha,
Kushagradhi Ghosh, 1999  tentang efek TB ekstrapulmoner tuberkuosis, didapatkan
hasil bahwa tuberkulosis pada limpha tidak berefek terhadap kahamilan, persalinan dan
hasil konsepsi. Namun juka dibandingkan dengan kelompok wanita sehat yang tidak
mengalami tuberculosis selama hamil mempunyai resiko hospitalisasi lebih tinggi (21%
: 2%), bayi dengan APGAR skore rendah segera setelah lahir (19% : 3%), berat badan
lahir rendah (<2500 ).

26
Selain itu, risiko juga meningkat pada janin, seperti abortus, terhambatnya
pertumbuhan janin, kelahiran prematur dan terjadinya penularan TB dari ibu ke janin
melalui aspirasi cairan amnion (disebut TB congenital). Gejala TB congenital biasanya
sudah bisa diamati pada minggu ke 2-3 kehidupan bayi,seperti prematur, gangguan
napas, demam, berat badan rendah, hati dan limpa membesar. Penularan kongenital
sampai saat ini masih belum jelas,apakah bayi tertular saat masih di perut atau setelah
lahir.

2.2.8 Penatalaksanaan

Dalam perawatan klien hamil dengan TB perawat harus mampu memberikan


pendidikan pada klien dan keluarga tentang penyebaran penyakit dan pencegahannya,
tentang pengobatan yang diberikan dan efek sampingnya, serta hal yang mungkin terjadi
jika penyakit TB tidak mendapatkan pengobatan yang adekuat. Klien dan keluarga harus
tahu system pelayanan pengobatan TB sehingga klien tidak mengalami drop out selama
pengobatan dimana keluarga berperan sebagai pengawas minum obat bagi klien.
Pemantuan kesehatan ibu dan janin harus selalu dilakukan untuk mencegah terjadinya
komplikasi yang mungkin terjadi akibat TB.Perbaikan status nutrisi ibu dan pencegahan
anemia sangat penting dilakukan untuk mencegah keparahan TB dan meminimalkan
efek yang timbul terhadap janin.Pendidikan tentang sanitasi lingkungan pada keluarga
dan klien penting diberikan untuk menghindari penyebaran penyakit lebih luas.

Pengobatan farmakologik yang dapat diberikan kepada ibu hamil dengan TB


paru adalah:

1. Isoniazid 5mg/Kg, jangan melebihi 300mg/hari. Bersama dengan peridoksin


50mg/hari
2. Rifampin 10mg/Kg/hari, jangan melebihu 500mg/hari
3. Etambutol 5-25mg/kg/hari, jangan melebihi 2,5gr/hari

27

Anda mungkin juga menyukai