NIM: 19033
NIM: 19033
i
AKPER YJK
PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN
NIM : 19033
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini
adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan
pengambil alih tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan
atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Mengetahui,
ii
AKPER YJK
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah ini disusun oleh Siti Anisa Artikaistri NIM 19033
dengan judul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Dan Pencegahan ISPA
Pada Anak” ini telah diperiksa dan disetujui untuk diuji sidangkan pada hari
Senin tanggal 06 Juni 2022.
iii
AKPER YJK
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmatNya saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulisan Karya
Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan dalam
menyelesaikan Program Ahli Madya keperawatan. Saya menyadari bahwa, tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, sangatlah sulit bagi saya untuk
menyelesaikannya. Oleh karena itu, saya mengucapkan terimakasih kepada:
iv
AKPER YJK
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
v
AKPER YJK
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL........................................................................................i
HALAMAN JUDUL...........................................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN..........................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................iv
KATA PENGANTAR........................................................................................v
DAFTAR ISI.......................................................................................................vi
DAFTAR TABEL..............................................................................................vii
DAFTAR SKEMA............................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1 Latar Belakang .........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................5
1.3.1 Tujuan Penulisan..................................................................................6
1.3.2 Tujuan Umum.....................................................................................6
1.3.3 Tujuan Khusus.......................................................................................6
1.4 Manfaat Penulisan....................................................................................6
1.4.1 Manfaat bagi peneliti.............................................................................6
1.4.2 Manfaat bagi responden.........................................................................6
1.4.3 Manfaat bagi institusi............................................................................6
vi
AKPER YJK
2.2. Pengetahuan............................................................................................14
2.2.1 Pengertian Pengetahuan......................................................................14
2.2.2 Tingkat Pengetahuan............................................................................14
2.2.3 Kategori pengetahuan...........................................................................15
2.2.4 Pengukuran tingkat pengetahuan..........................................................15
2.2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan................................16
2.2.6 Peran Perawat Dalam Pencegahan ISPA..............................................17
2.4 Kerangka Teori.......................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................32
LAMPIRAN................................................................................................
vii
AKPER YJK
DAFTAR TABEL
viii
AKPER YJK
DAFTAR SKEMA
ix
AKPER YJK
BAB 1
PENDAHULUAN
1
AKPER YJK
ISPA merupakan kepanjangan dari infeksi saluran pernafasan akut dan
mulai di perkenalkan pada tahun 1984 setelah di bahas dalam lokakarya
Nasional ISPA dicipanas jawa barat. Istilah ini merupakan padanan istilah
bahasa inggris yakni Acute Respiratory Infections (ARI) (Calistania &
Wahyuni, 2014) dalam (Suyudi, 2012). Infeksi saluran pernapasan akut
(ISPA) sering disebut juga dengan infeksi respiratori akut (IRA) Infeksi
respiratori akut terdiri dari infeksi respiratori atas akut (IRAA) dan infeksi
respiratori bawah akut (IRBA), disebut akut jika infeksi berlangsung
hingga 14 Hari. IRAA merupakan infeksi primer respiratori diatas laring
yang meliputi rhinitis, faringitis, tonsilitis, rinosinusitis, otitis media.
Sementara itu, IRBA terdiri dari epiglotis, laringotrakeobronkitis ,
bronkitis, bronkiolitis dan pneumonia (Calistania & Wahyuni, 2014)
dalam (Tanto dkk, 2014).
Penyakit ISPA sering terjadi pada anak-anak. Penyakit batuk pilek pada
balita di Indonesia diperkirakan 3-6 kali per tahun (rata-rata 4 kali per
tahun), artinya seorang balita rata-rata mendapatkan serangan batuk pilek
sebanyak 3-6 kali setahun. Hasil pengamatan epidemiologi dapat diketahui
bahwa angka kesakitan di kota cenderung lebih besar daripada di desa. Hal
ini mungkin disebabkan oleh tingkat kepadatan tempat tinggal dan
pencemaran lingkungan di kota yang lebih tinggi daripada di desa
(Widoyono, 2008) dalam penelitian (Ermayanti, 2011) dengan judul
gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang ISPA pada balita.
2
AKPER YJK
WHO mengatakan penyebab kematian nomor satu pada anak dibawah
usia 5 tahun adalah ISPA. Kurang lebih terdapat 2 miliar kejadian ISPA
pada balita dengan angka kematian sebesar 1,5 juta setiap tahunya di
dunia, kemudian di negara berkembang secara umum anak yang berusia
dibawah 3 tahun mengalami ISPA setiap tahunnya dalam penelitian
( Lestari, 2015) dengan judul gambaran pengetahuan ibu tentang ISPA
pada balita.
Penyebab ISPA gejala umum seperti batuk dan susah bernafas terlihat
pada anak faktor seperti umur, jenis kelamin, sebelumnya telah ada kontak
dengan agen, alergi dan status nutrisi ISPA berdasarkan riset Dinkes
Kabupaten Bogor merupakan daerah industri dan perumahan padat dengan
makin kompleksnya permasalahan lingkungan membuat penderita ISPA di
Kabupaten Bogor cukup banyak. Hal ini dipengaruhi banyaknya angka
kepadatan penduduk di Kabupaten Bogor ini cukup tinggi yaitu 19,98 jiwa
yang memperberat peningkatan kasus ISPA. Tingginya angka kepadatan
penduduk di Kabupaten Bogor serta sanitasi lingkungan juga kurang baik
maka akan mempermudah penularan penyakit ISPA. Tahun 2019 kasus
3
AKPER YJK
pada kelompok umur balita dimana perkiraan kasus ISPA pada balita
ditemukan di Kabupaten Bogor sejumlah 21.369 kasus dan jumlah
penderita ISPA tahun 2019 sebanyak 7.325 kasus.
Peran aktif orang tua terhadap pencegahan ISPA sangat penting dalam
melakukan perawatan kepada Balita karena yang biasa terkena dampak
dari ISPA merupakan usia balita yang kekebalan tubuhnya masih rentan
terserang oleh penyakit, sehingga orang tua harus mengerti tentang
dampak negatif dari penyakit ISPA serta mengetahui cara-cara pencegahan
ISPA (Sukarto, 2016) dalam penelitian (Suryani, 2021) dengan judul
gambaran pengetahuan ibu tentang penatalaksanaan ISPA pada balita.
4
AKPER YJK
1.2. Rumusan Masalah
WHO mengatakan penyebab kematian nomor satu pada anak dibawah
usia 5 tahun adalah ISPA. kurang lebih terdapat 2 miliar kejadian ISPA
pada balita dengan angka kematian sebesar 1,5 juta setiap tahunya di
dunia. Sedangkan menurut WHO kejadian ISPA di negara berkembang
dengan angka kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah
15 persen – 20 persen per tahun pada golongan usia balita. Berdasarkan
hasil Riskesdas ISPA di indonesia tahun 2013-2018 yaitu sebesar 25,0
persen. Provinsi Jawa Barat yaitu provinsi kedua terbesar ISPA dengan
persentase sebesar 42,51 persen. Berdasarkan riset Dinkes Kabupaten
Bogor penyakit ISPA tahun 2019 kasus pada kelompok umur balita
sejumlah 21.369 kasus dan jumlah penderita ISPA tahun 2019 sebanyak
7.325 kasus.
Menurut data dari Laporan Klinik Pelita Sehat Jl.Raya Cibuluh No.8-9
Simpang Pomad Bogor data di dapatkan pada tanggal 16 februari 2022
dan berdasarkan data laporan dari Klinik Pelita Sehat Pomad penyakit
terbanyak di derita anak adalah ISPA menjadi peringkat nomor 2 dalam
daftar 10 penyakit, dengan jumlah populasi rata-rata selama 3 bulan
terakhir 2021 dari bulan november sampai dengan bulan januari 2022 total
keseluruhan selama 3 bulan terakhir sebanyak 1.050 pasien ISPA pada
anak kemudian dari hasil total selama 3 bulan terakhir tersebut dibagi 3
jadi total populasi kasus ISPA pada anak di klinik pelita sehat pomad
bogor ada 350 anak pertahun 2021 sampai dengan januari 2022.
Pengetahuan dan Cara Pencegahan tentang ISPA sangat dibutuhkan oleh
ibu untuk Pengetahuan seorang ibu tentang ISPA merupakan faktor
domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang dalam
hal pengetahuan tentang pencegahan mengatasi penyakit ISPA pada anak.
5
AKPER YJK
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat
pengetahuan ibu dan pencegahan ISPA pada anak.
6
AKPER YJK
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian
2.1.1 Pengertian ISPA
Pillitteri & Adek (2005) menjelaskan, Penyakit Alat Pernafasan yaitu
Penyakit ini mudah timbul disertai gejala yang sering terlihat pada
infeksi saluran pernafasan bagian atas pada anak. Gejala utama
seperti batuk dan susah bernafas. Kyle & Carman (2015)
mengatakan, bahwa gangguan pernapasan merupakan penyebab
tersering anak sakit dan di rawat di rumah sakit. Penyakit ini dapat
berupa ringan dan tidak akut (seperti radang tengorokan) hingga
kondisi yang mengancam jiwa.
7
AKPER YJK
respiratori diatas laring yang meliputi rhinitis, faringitis, tonsilitis,
rinosinusitis, otitis media. Sementara itu, IRBA terdiri dari epiglotis,
laringotrakeobronkitis,bronkitis,bronkiolitis dan pneumonia
Calistania & Wahyuni (2014) dalam Tanto dkk. (2014).
2.1.2 Etiologi
Calistania & Wahyuni (2014) dalam Tanto dkk. (2014) dari 90%
IRAA disebabkan oleh virus. Virus tersebut meliputi rinovirus,
influenza virus parainfluenza virus, adenovirus, RSV, coronavirus.
Sedangkan bakteri tersering penyebab IRAA adalah streptococus β-
haemolyticus.
8
AKPER YJK
c. Ukuran Tubuh
Perbedaan anatomi mempengaruhi respon terhadap
infeksi saluran pernapasan. diameter jalan nafas lebih
kecil pada anak-anak.
d. Resistensi
kemampuan untuk menahan masuknya organisme
bergantung pada beberapa faktor. Defisiensi sistem imun
menyebabkan anak beresiko mengalami proses infeksi.
e. Perubahan Musim
Patogen saluran pernapasan paling banyak terjadi secara
epidemi pada musim dingin dan panas namun infeksi
mycoplasma terjadi lebih sering pada musim semi dan
awal musim dingin. Musim dingin dan panas merupakan
musim biasanya terjadi infeksi.
2.1.3 Patofisiologi
Menurut (Behrman, 2005) perubahan yang pertama adalah edema
dan vasodilatasi pada submukosa. infiltrasi sel mononuklear
menyertai yang dalam satu sampai dua hari menjadi
polimorfoknuklear. Perubahan struktural dan fungsional silia
mengakibatkan pembersihan mukus terganggu. Pada infeksi sedang
sampai berat epitel superfisial mengelupas ada produksi mukus yang
banyak sekali, mula-mula encer, kemudian mengental dan biasanya
purulen dapat juga ada keterlibatan anatomi saluran pernapasan atas
dan kelainan rongga sinus.
9
AKPER YJK
Menurut (Rosana, 2016) Gejala ISPA berdasarkan tingkat keparahan
adalah sebagai berikut :
10
AKPER YJK
2. Anak tidak sadar atau kesadaran menurun.
3. Pernapasan berbunyi seperti mengorok dan anak
tampak gelisah.
4. Sela iga tetarik ke dalam pada waktu bernafas.
5. Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak
teraba.
6. Tenggorokan berwarna merah.
2.1.5 Pencegahan
Pencegahan ISPA pada anak sangat perlu untuk diperhatikan dan
dilakukan karena dapat menurunkan angka kejadian ISPA. Adapun
tiga kelompok pencegahan menurut antara lain (Silviana, I, 2014;
Hidayah, Y, 2015):
a. Pencegahan Primer
Segala upaya yang dilakukan saat pada periode pre patogenesis
dengan tujuan menghindari seseorang dari sakit. Hal-hal yang
dapat dilakukan dalam pencegahan primer pada ISPA pada anak
meliputi:
1. Mengupayakan anak memiliki gizi yang baik.
2. Melakukan imunisasi lengkap dengan tujuan meningkatkan
kekebalan tubuh pada anak.
3. Menjaga kebersihan lingkungan dan anggota keluarga.
4. Mencegah anak berinteraksi dengan orang yang penderita
ISPA.
Hal ini penting dilakukan karena ISPA ditularkan melalui
udara yang umumnya berbentuk aerosol (droplet nuclei)
yang merupakan sisa proses sekresi dari saluran pernapasan
yang dikeluarkan dari tubuh.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan pencegahan yang dilakukan
ketika proses penyakit berlangsung naman behim muncul
manifestasi klinis dan dilakukan pengobatan dini dengan tujuan
untuk mencegah dan menghentikan perkembangan penyakit
11
AKPER YJK
supaya tidak berlanjut dan tidak terjadi komplikasi yang tidak
diinginkan. Pengobatan tersebut dapat dilakukan dirumah pada
anak yang memiliki ISPA ringan Penanganan dirumah yang
perlu dilakukan antara lain :
1. kapan anak mailai demam maka dilakukan kompres hangat
nyaman mungkin
2. Apabila anak batuk dianjurkan memberikan obat yang
aman seperti jeruk nipis setengah sendok the dicampur
dengan kecap atau madu setengah sendok the dan diberikan
3 kali sehari.
3. bila anak tersumbat hidungnya karena lendir maka berusaha
membersihkan hidungnya agar anak dapat bernapas dengan
lancar.
4. Anak harus beristirahat di rumah.
5. Memberikan minum yang cukup seperti air putih, ar buah
dan sebagainya yang akan membantu mengencerkan dahak
dan tidak diperbolehkan memberikan anak mumman dingin
seperti es batu.
6. Memberikan makanan yang cukup dan bergizi sehingga
mampu menambah daya tahan tubuh Pemberian ASI pada
bayi harus tetap diberikan.
7. Menghindarkan anak yang sedang sakit pada orang yang
merokok dan asap dapur atau asap yang lainnya
8. Memperhatikan tanda-tanda ISPA sedang atau berat yang
memerlukan bantuan khusus petugas kesehatan.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier merupakan suatu upaya yang dilakukan
ketika proses penyakit telah masuk di akhir periode patogenesis
dan membatasi sisa-sisa gejala yang bertujuan untuk pemilihan
dan mencegah cacat serta mengembalikan penderita ke status
sehat.
12
AKPER YJK
2.1.6. Penatalaksanaan
d. Farmakologi
1. Terapi non medikamentosa :
seperti elevasi kepala, minum dan istirahat yang cukup
bermanfaat dan dalam tatalaksana rhinitis.
2. Terapi medikamentosa:
a. Pengobatan simtomatis: dekongestan, antihistamin
atau analgetik.
b. Pada faringitis umumnya hanya diberikan terapi
simptomatis :
1. Apabila curiga faringitis streptococal berikan
antibiotik selama 10 hari: penisilin 15 sampai 30
mg / kg BB/hari (3 kali sehari), ampilin 50
sampai 100 mg/kgBB/hari (4 kali sehari):
amoksisilin 25 sampai 50 mg/ kgBB/hari (3 kali
sehari): eritromisin 30 sampai 50 mg/kgBB/hari
(4 kali sehari).
2. Pemberian antibiotik golongan sefalosporin
generasi I dan II juga dapat memberikan efek
yang sama. namun tidak diberikan karena resiko
resistensinya lebih besar.
c. Pada Rinositus
Pada rinosinusitis dapat diberikan amoksisilin 45
mg/kgBB/hari (2 kali sehari).
1. pada anak yang alergi amoksisilin dapat
diberikan sefodoksin 10 mg/kgBB/hari dosis
tunggal atau sefuroksim 30 mg/kgBB/hari (2 kali
sehari).
13
AKPER YJK
2. pada anak dengan reaksi alergi berat dapat
diberikan klaritomicin 15 mg/ kgBB/hari (2 kali
sehari) atau azitromisin 10 mg/kgBB/hari pada
hari pertama dan dilanjutkan 5 mg/kgBB/ hari
dosis tunggal selama 3 sampai 4 hari.
3. jika kuman resisten penisilin dapat diberikan
klindamisin 30 sampai 40 mg/kgBB/hari (3 kali
sehari).
4. pada anak yang tidak kunjung sembuh dengan
pemberian amoksisilin, diberikan amoksisilin-
klavulanat dosis tinggi (80-90 mg/kgBB/hari
komponen klavulanat , 6,4 mg/ kgBB/hari dibagi
dalam dua dosis.
14
AKPER YJK
2.1.6 Komplikasi
Calistania & Wahyuni (2014), mengatakan Secara umum, IRAA
jarang menimbulkan komplikasi. Faringitis streptococus dapat
menimbulkan komplikasi akibat penyebaran langsung (otitis media,
rinosinusitis, mastoiditis, adenitis cervical, abses retrofaring/
parafaringeal, pneumonia) atau penyebaran hematogen (meningitis,
osteomielitis artritis septik, demam rematik, glomerulonefritis).
Cara penularan utama ISPA yaitu melalui Percikan air liur anak yang
terinfeksi, tetapi penularan melalui kontak (termasuk kontaminasi
tangan kemudian diikuti dengan inoklusi tidak sengaja) dan melalui
aerosol yang terinfeksi dengan berbagai ukuran dan jarak yang dekat
bisa terjadi untuk sebagian patogen (WHO, 2007). Sedangkan menurut
Tersini, B, (2018) paling sering virus infeksi saluran pernapasan
menyebar ketika tangan anak bersentuhan dengan Sekret hidung orang
yang terinfeksi. Ketika anak tersebut menyentuh hidung atau mata,
virus akan masuk dan menghasilkan infeksi baru. Infeksi dapat
menyebar ketika anak menghirup udara yang mengandung Percikan air
liur saat batuk atau bersin orang yang terinfeksi tetapi jarang terjadi.
Sekret hidung dari anak dengan infeksi saluran pernapasan lebih
banyak mengandung virus daripada dewasa yang terinfeksi.
Kemungkinan penularan infeksi semakin meningkat ketika banyak
anak berkumpul bersama, seperti di sekolah atau pusat penitipan anak.
Pada penyakit ISPA sering menular antar saudara satu rumah dan
teman sekelas (Catter dan Marshal, 2014)
2.1.8 Faktor Risiko Infeksi Saluran Pernafasan Atas Berulang Pada Anak
Terdapat banyak faktor resiko yang mendasari perjalanan penyakit infeksi saluran
Pernapasan akut pada anak. Hal ini berhubungan dengan pejamu, agen penyakit
dan lingkungan:
15
AKPER YJK
a. Status gizi
Status gizi anak merupakan salah satu faktor risiko penting timbulnya
ISPA. Gizi buruk merupakan faktor predisposisi terjadinya ISPA pada
anak. Status gizi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kondisi sosial
ekonomi, pendidikan orang tua, jumlah anak, pengetahuan dan pola asuh
ibu (putri et al, 2015).
b. Imunisasi
Air susu ibu merupakan adanya faktor protektif dan nutrisi dalam ASI
dapat menjamin status di gizi baik bayi serta menurunkan angka kesakitan
dan kematian bayi. Pemberian ASI eksklusif berperan penting pada sistem
Kekebalan bayi dan secara substansial menurunkan resiko mortalitas
akibat penyakit infeksi menular termasuk pneumonia (Karim et al, 2017).
sesuai pedoman who, berat badan lahir rendah apabila berat lahir kurang
dari 2500 gram dan kategori berat badan lahir sangat rendah yaitu kurang
dari 1500 gram. Berat badan lahir rendah dapat disebabkan oleh kelahiran
Prematur atau pertumbuhan Janin terhambat atau (PJT). Bayi berat badan
lahir rendah memiliki angka mortalitas lebih dari 20 kali lebih besar
dibandingkan dengan berat badan lahir normal (Cutland et al, 2017).
e. Penyakit penyerta
16
AKPER YJK
1. Penyakit jantung bawaan
2. Asma
f . Kesehatan rumah
f. Pendidikan ibu
Ibu yang tidak memiliki riwayat pendidikan atau hanya pendidikan dasar
lebih berisiko tinggi memiliki anak dengan ISPA dibandingkan ibu yang
berpendidikan tinggi. Tingkat pendidikan ibu penting untuk menentukan
kualitas perawatan anak dan pengaruh terhadap lingkungan sosial anak
tersebut (Tazinya et al, 2018).
Konsekuensi jangka pendek dan panjang dari makanan yang buruk pada
anak yakni penurunan status imun sehingga rentan penyakit infeksi
penurunan fungsi kognitif dan kemampuan belajar dan resiko mengalami
obesitas (Webser-Gandy et al, 2014).
17
AKPER YJK
i. Kepadatan rumah
Rumah tidak padat huni itu apabila hasil luas bangunan per jumlah orang
yang tinggal di rumah lebih dari sama dengan 8M per orang (Kemenkes,
2010) .
2.2.Pengetahuan
2.2.1. Pengertian Pengetahuan
Menurut (Notoatmodjo, 2018), pengetahuan secara umum pada dasarnya
terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang dapat
memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan yaitu baik dari
pengalaman langsung maupun melalui pengalaman orang lain. Ilmu
pengetahuan adalah suatu pengetahuan yang sifatnya umum atau
menyeluruh memiliki metode yang logis dan terurai secara sistematis ilmu
pengetahuan akan selalu berkembang karena manusia memiliki
kemampuan untuk berpikir dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi tetapi
keingintahuan yang kompleks memerlukan suatu cara yang sistematis
sehingga diperoleh suatu pengetahuan (Kurniawan & Agustini, 2021).
18
AKPER YJK
diaplikasikan atau diterapkan pada keadaan atau lingkungan
yang sebenarnya
d. Analisis (analyst): pengelompokan suatu objek kedalam
unsur yang memiliki keterkaitan satu sama lain serta mampu
menggambarkan dan membandingkan atau membedakan.
e. Sintesis (Synthesis) : Perencanaan dan penyusunan kembali
komponen pengetahuan ke dalam suatu pola baru yang
komprehensif.
f. Evaluasi (Ev aluation) : Penilaian terhadap suatu objek serta
dideskripsikan sebagai sistem perencanaan, perolehan dan
penyediaan data guna menciptakan alternatif keputusan.
19
AKPER YJK
yang melibatkan faktor subjektif dari penilaian sehingga hasil
nilai akan berbeda dari setiap penilaian dari waktu ke waktu.
b. Pertanyaan objektif : jenis pertanyaan objektif seperti pilihan
ganda (multiple choise) betul salah dan pertanyaan
menjodohkan dapat dinilai secara pas oleh penilai.
20
AKPER YJK
3. Kondisi fisik merupakan kemampuan untuk menghdapi
tuntutan fisik untuk tampil secara optimal. Kondisi fisik
merupakan faktor yang sangat mempengaruhi prestasi
seseorang. Tanpa kondisi fisik yang baik teknik tidak dapat
berjalan dengan sempurna.
b. Faktor eksternal: faktor dari luar diri, misalnya: keluarga,
masyarakat dan sarana serta faktor pendekatan belajar seperti
upayah belajar, misalnya strategi dan metode dalam
pembelajaran. Secara tidak langsung.
21
AKPER YJK
sehingga berdampak pada penurunan angka kesakitan dan
kematian akibat penyakit ISPA.
b. Advokasi Promosi : Pada tingkat ini diarahkan pada upaya
advokasi dan merupakan kegiatan yang penting dalam upaya
untuk memperoleh komitmen politis dan ke sadaran dari semua
pihak pengambil keputusan dan seluruh masyarakat dalam
kegiatan penanggulangan penyakit ISPA.
c. Bina Suasana (Social support) : Bina suasana adalah suatu
kegiatan yang terorganisir untuk menjalin kemitraan untuk
membentuk opini positif tentang pencegahan dan perawatan
ISPA balita. Strategi ini bertujuan untuk membangun persepsi
yang sama dan menciptakan suasana yang kondusif di
masyarakat sehingga mereka mau mendukung dan berperan
aktif dalam upaya penanggulangan penyakit ISPA balita
1. Pengertian
2. Tanda dan Gejala
3. Komplikasi Cara Pengetahuan ISPA
Pengetahuan
22
AKPER YJK
BAB III
Variabel
Variabel Dependen
Independen
Cara Pencegahan
23
AKPER YJK
3.2 Definisi Operasional
Definisi operasional variabel dapat diukur dengan menggunakan instrumen
atau alat ukur, agar variabel dapat diukur maka harus diberikan batasan atau
definisi yang operasional atau “definisi operasional variabel”. Definisi
operasional ini penting dan dibutuhkan agar pengukuran variabel atau
pengumpulan data itu konsisten antara sumber data yang satu dan yang lain.
Definisi operasional merupakan uraian tentang batasan variabel yang
dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan
(Notoatmodjo, 2018).
24
AKPER YJK
Variabel Definisi Alat ukur Cara ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
3. Kurang
bila
responde
n
25 menjawa
AKPER YJK
b <55
(Arikunto,
2012)
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi
(Notoatmodjo, 2018).
26
AKPER YJK
sampling (sampel acak atau random) merupakan pengambilan sampel
secara random yang memberikan kesempatan atau peluang yang sama
kepada setiap individu dalam populasi tersebut untuk menjadi sampel
peneliti. Penentuan sampel mengacu pada kriteria inklusi dan ekslusi
sampel yang ditetapkan oleh peneliti ( Dharma, 2019).
Penelitian ini menggunakan sampel dengan jumlah Orang tua (ibu) yang
mempunya anak yang menderita sakit ISPA sebanyak 30 orang yang
memenuhi syarat yang dibuat oleh peneliti di Klinik Pelita Sehat Pomad
Bogor. Dalam penelitian sampel peneliti membuat kriteria bagi sampel
yang di ambil.
2. Kriteria Eklusi
27
AKPER YJK
Kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili sampel karena tidak
memenuhi kriteria syarat sebagai penelitian (Notoatmodjo, 2012). Kriteria
ekslusif dalam penelitian ini yaitu :
a. Responden tidak bersedia menjadi subyek penelitian.
b. Responden tidak kooperatif.
No Kegiatan Waktu
Mg Mg Mg Mg Mg Mg Mg Mg
1&2 3&4 1&2 3&4 1&2 3&4 1&2 3&4
1 Penyusunan
proposal
2 Pengambilan
Data
3 Penyusunan
Laporan
hasil
28
AKPER YJK
Menghormati atau menghargai orang perlu memperhatikan beberapa
hal, diantaranya:
29
AKPER YJK
dengan total nilai baik apabila skor 76 – 100 persen,cukup apabila skor 56-75
persen,kurang apabila skor <55 persen.
Kuesioner pencegahan yang dikutip dari Dyassari (2020) dengan judul
Gambaran sikap dan tindakan orang tua dalam pencegahan ISPA pada anak,
dengan jumlah soal sebanyak 11 soal, dengan total Baik 81-108, Sedang
54-80, Kurang 27-53 (Habeahan, 2009)
4.7 Validasi dan Reliabilitas
1. Validitas
Validitas merupakan suatu indeks yang menunjukan apakah alat ukur atau
kuesioner benar mengukur apa yang diukur. Untuk mengetahui apakah
kuesioner yang kita susun tersebut mampu mengukur apa yang akan kita
ukur. Maka perlu di uji korelasi antara skors setiap item-item pertanyaan
dengan skors total kuesioner tersebut (Notoatmojo, 2018).
Untuk mengetahui validitas suatu instrumen (kuesioner) dilakukan dengan
cara melakukan korelasi antar skors masing masing variabel dengan skors
Total.
Keputusan uji :
Bila r hitung lebih kecil atau sama dengan r tabel → artinya variabel tidak
valid.
2. Reabilitas
30
AKPER YJK
Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat
Pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan Hal ini berarti untuk
menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran tersebut tetap konsisten atau
tetap ada bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala
yang sama (Notoatmojo, 2018).
Hasil uji reabilitas di dapatkan dari 10 item pertanyaan Pengetahuan ISPA
yang telah dilakukan uji reabilitas dengan mengunakan perhitungan alpha
crombach reliabel karena r hitung (0,916) ≥ r tabel (0,6).
Sedangkan Hasil uji reabilitas di dapatkan dari 11 item pertanyaan
Pencegahan ISPA yang telah dilakukan uji reabilitas dengan mengunakan
perhitungan alpha crombach reliabel karena r hitung (0,923) ≥ r tabel
(0,6).
a. Prosedur Administrasi
1. Mendapatkan surat ijin untuk melakukan penelitian di Klinik dari
Direktur Akper.
2. Mendapatkan surat ijin dan rekomendasi dari Direktur Klinik / Tempat.
b. Prosedur Pelaksanaan
1. Peneliti menemui kepala Klinik dan menjelaskan maksud tujuan, manfaat
penelitian dan meminta izin kepada klinik Pelita Sehat Pomad Bogor
untuk melakukan penelitian.
2. Peneliti melihat daftar pasien yang terdaftar dipoli rawat jalan untuk
mengetahui jumlah pasien anak yang terdiagnosa ISPA.
31
AKPER YJK
4. Melalui informed consent peneliti mendapat nama responden yang
memenuhi kriteria inklusi dan memasukkannya ke dalam daftar nama
responden hingga jumlah sampel penelitian terpenuhi.
5. Setelah peneliti mendapat nama responden yang memenuhi kriteria sesuai
dengan jumlah sampel yang ditetapkan. Peneliti menjelaskan kepada
responden mengenai tujuan, manfaat, prosedur penelitian, jaminan
kerahasiaan data yang didapat, dan hak untuk menolak mengikuti
penelitian.
6. Ketika calon responden sudah memenuhi penjelasan maka calon
responden tersebut diminta untuk menandatangani informed consent
bersedia menjalani menjadi responden.
7. Kuesioner diisi oleh responden berupa kuesioner pengetahuan ibu dan cara
pencegahan. Waktu pengisian sekitar 15 menit.
8. Peneliti menjelaskan untuk pertanyaan yang kurang dipahami oleh
responden.
9. Kuesioner yang telah diisi dilakukan pengecekan kelengkapan data oleh
peneliti.
10. Setelah memastikan seluruh kuesioner telah diisi, selanjutnya peneliti
mengganti inisial responden menjadi nomor responden untuk segera
dilakukan analisis pengelolaan data.
32
AKPER YJK
masing variabel meliputi data cara pencegahan ISPA, kondisi dalam
rumah dan kejadian ISPA.
b. Coding (Pemberian Kode)
Setelah semua data terkumpul dan diyakini sudah benar-benar valid,
peneliti kemudian melakukan pengkodean pada masing-masing data
tersebut berupa kode angka pada tiap-tiap item data. Peneliti dalam
melakukan entry data dan mempermudah pada saat analisis.
c. Processing
Dilakukan dengan cara memasukan data dari kuesioner ke program
komputer dengan menggunakan salah satu program.
d. Cleaning (Pembersihan Data)
Proses pembersihan data dilakukan dengan mengecek kembali data yang
sudah dientry. Pengecekan dilakukan apakah ada data yang hilang
(missing) dengan melakukan list. menyiapkan data agar pada saat
dianalisis bebas dari kesalahan (Masturoh & Anggita, 2018).
33
AKPER YJK
3 Pekerjaan Kategorik Jumlah dan presentase
34
AKPER YJK
Daftar Pustaka
Amalia, S.D., (2020). Hubungan dan pengetahuan ibu dan cara pencegahan ISPA
dengan penyakit ISPA pada anak prasekolah di wilayah kerja puskesmas
beruntung raya tahun 2020. Hubungan dan pengetahuan ibu dan cara
pencegahan ISPA dengan penyakit ISPA pada anak prasekolah Diakses
dari http://eprints.uniska-bjm.ac.id
Behrman, R.E., Kliegman, R., & Arvin, A.M. (2005). Nelson Ilmu Kesehatan
Anak. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Cahyaningsih H., Hamzah A., Suheti T (2021). Pemberdayaan Ibu Balita dalam
Penanganan ISPA pada Anak di Wilayah Kerja Puskesmas.
Pemberdayaan Ibu Balita dalam Penanganan ISPA pada Anak, 4. Diakses
dari https://jscspa.ejournal.unri.ac.id.
Dya ssari, N.D., (2020). Gambaran sikap dan tinadakan orang tua dalam
pencegahan ISPA di dusun pondok kobong desa kedungrejo kecamatan
rowokangkung kabupaten lumajang. Gambaran sikap dan tinadakan
orang tua dalam pencegahan ISPA. Diakses dari
https://repository.unej.ac.id
35
AKPER YJK
Dharma, K.L,. (2019). Metodologi penelitian keperawatan. Jakarta : Trans Info
Media.
Ermayanti., (2011). Gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang ISPA pada balita
di Puskesmas Ngaglik 1 Seleman Yogyakarta. Gambaran tingkat pengetahuan ibu
tentang ISPA pada balita Diakses dari
http://repository.unjaya.ac.id/1718/1/Ermayanti_1308024_nonfull.PDF
Kyle, T., Carman, S. (2015). Buku Ajar Keperawatan Pediatri. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Lestari & Endah F.D,.(2015). Gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang ISPA
pada balita di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang.
36
AKPER YJK
Melonguane Kecamatan Melonguane Kabupaten Talaud. (Universitas
Katolik Dela Salle Manado Fakultas Keperawatan). Diakses dari
https://repo.unikadelasalle.ac.id/1533/2/BAB_ISI
LAMPIRAN_SeratrilviaSalama.pdf
Sagala D., Fauziah A., Mahyuni (2021). Edukasi Kesehatan Bahaya ISPA dan
Pencegahanya Di Desa Tepung Jaya Kabupaten Rokan Hulu. Journal Of
Community Services Public Affairs,1(3),87-91.Diakses dari
http://repository.unjaya.ac.id.
Wong, D.L., Eaton, M.H., Wilson, D., Winkelstein, M.L., & Schwartz, P.(2009).
Wong Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
37
AKPER YJK
Lampiran I
Dengan Hormat,
Saya Siti Anisa Artikaistri, mahasiswi program studi DIII Keperawatan, Akademi
Keperawatan Yayasan Jalan Kimia bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul
“Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Dan Pencegahan ISPA Pada Anak”.
Prosedur penelitian yang dilakukan adalah mengisi kuesioner yang akan dilakukan oleh Ibu yang
berisi pertanyaan yang berkaitan dengan gambaran tingkat pengetahuan dan pencegahan ISPA
pada anak.
Hasil penelitian ini akan dimanfaatkan bagi pengembangan pembelajaran dikemudian hari serta
memberikan pengetahuan dan acuan kepada instansi terkait gambaran tingkat pengetahuan dan
pencegahan ISPA pada anak.
Kesediaan Ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini bersifat sukarela. Ibu dapat memutuskan
sendiri apakah bersedia atau tidak untuk menjadi responden penelitian. Ibu juga berhak untuk
berhenti mengikuti penelitian ini tanpa sanksi apapun. Penelitian ini tidak akan memberikan
dampak negatif atau resiko apapun kepada Ibu. Penelitian akan menjamin kerahasiaan informasi
yang Ibu berikan untuk penelitian ini. Identitas diri Ibu tidak akan diketahui oleh siapapun kecuali
peneliti ini. Informasi yang Ibu berikan tidak akan digunakan untuk kepentingan lain, hanya akan
digunakan peneliti untuk kepentingan penelitian.
Peneliti sangat menghargai kesediaan Ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Apabila Ibu
bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, silahkan menandatangani lembar persetujuan
38
AKPER YJK
menjadi responden penelitian. Atas ketersediaan Ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini,
peneliti ucapkan terimakasih.
Peneliti Lampiran II
Nama :
Setelah mendengarkan dan membaca ulang penjelasan penelitian, saya menyatakan bersedia
menjadi responden penelitian yang berjudul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Dan
Pencegahan ISPA Pada Anak” yang dilakukan oleh Siti Anisa Artikaistri (nomor telepon :
081212603309) mahasiswi studi DIII Keperawatan Akademi Keperawatan Yayasan Jalan
Kimia. Peneliti telah memberikan penjelasan mengenai penelitian dan memberi kesempatan
kepada saya untuk bertanya bila ada hal yang tidak saya pahami terkait penelitian. Saya juga
berhak untuk menolak atau berhenti mengikuti penelitian ini jika saya merasa tidak nyaman.
Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak menimbulkan kerugian apapun bagi saya. Jawaban yang
saya berikan merupakan jawaban yang sebenarnya tanpa paksaan dari pihak manapun. Saya juga
mengetahui bahwa semua informasi yang saya berikan nantinya akan dirahasiakan, hanya
digunakan untuk pengolahan data dan setelah itu akan dimusnahkan.
Demikian pernyataan ini saya tanda tangani dalam keadaan sadar, sukarela, dan tanpa paksaan,
agar informasi yang saya berikan dapat digunakan sebaik-baiknya.
Jakarta,..........Juni 2022
Mengetahui, Peneliti
39
AKPER YJK
Yang memberi peryataan
KUESIONER PENELITIAN
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DAN PENCEGAHAN
ISPA PADA ANAK
Tanggal :
Petunjuk Pengisian
1. Nama inisial :
2. Umur :
1. 15-30 Tahun (.....)
3. Pendidikan : :
1.SD (.....)
2. SMP (.....)
3.SMA (.....)
4.Perguruan Tinggi (.....)
40
AKPER YJK
4. Riwayat Pekerjaan :
1.Tidak bekerja (.....)
2.Bekerja (.....) Lampiran IV
Berilah tanda check list (√) pada salah satu kolom di samping ini :
41
AKPER YJK
9 Gejala dari ISPA sedang yaitu nafas cepat atau sesak, demam
atau suhu tubuh diatas 39,tenggorokan merah,timbul bercak
merah pada kulit
10 Gejala dari ISPA berat yaitu bibir dan kulit berwarna biru,nadi
cepat lebih dari 160 bahkan tidak teraba dan kesadaran
menurun
Total :
Lampiran V
Berilah tanda check list (√ ) pada salah satu kolom di samping ini :
7 Saya menutup mulut saya jika ingin batuk dan bersin dan
memakai masker sehingga anak saya tidak tertular
42
AKPER YJK
8 Saya memberikan anak saya minum air putih yang cukup
untuk mengencerkan dahak dan tidak dibolehkan minum es
Total :
43
AKPER YJK