Anda di halaman 1dari 87

STIKES BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA

PROPOSAL

GAMBARAN PENERAPAN PRINSIP ENAM BENAR OBAT


PADA MAHASISWA PRODI DIPLOMA III
KEPERAWATAN YANG PRAKTIK DI RS
BETHESDA YOGYAKARTA
TAHUN 2019

DEBORA YUSI KUSUMASTUTI


NIM : 1502011

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BETHESDA YAKKUM
YOGYAKARTA
2019
GAMBARAN PENERAPAN PRINSIP ENAM BENAR OBAT
PADA MAHASISWA PRODI DIPLOMA III
KEPERAWATAN YANG PRAKTIK DI RS
BETHESDA YOGYAKARTA
TAHUN 2019

PROPOSAL

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Keperawatan

DEBORA YUSI KUSUMASTUTI

1502011

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BETHESDA YAKKUM
YOGYAKARTA
2019

i
PERNYATAAN KEASLIAN

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa proposal dengan judul :

“Gambaran penerapan prinsip enam benar obat pada mahasiswa program studi

Diploma III Keperawatan yang praktik di RS Bethesda Yogyakarta tahun 2019”

yang saya kerjakan untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Sarjana

Keperawatan Program Studi Keperawatan di STIKES Bethesda Yakkum

Yogyakarta, bukan merupakan tiruan atau duplikasi dari proposal kesarjanaan di

lingkungan institusi maupun di Perguruan Tinggi atau instansi manapun, kecuali

bagian yang sumber informasinya dicantumkan sebagaimana mestinya.

Jika di kemudian hari didapati bahwa proposal ini adalah hasil tiruan dari proposal

lain, saya bersedia dikenai sanksi yaitu pencabutan gelar kesarjanaan saya.

Yogyakarta, Maret 2019

Debora Yusi Kusumastuti

(1502011)

ii
PROPOSAL

GAMBARAN PENERAPAN PRINSIP ENAM BENAR OBAT PADA

MAHASISWA PRODI DIPLOMA III KEPERAWATAN

YANG PRAKTIK DI RS BETHESDA

YOGYAKARTA TAHUN 2019

Proposal ini telah diperiksa oleh pembimbing dan disetujui untuk

dilaksanakan penelitian

Yogyakarta, Mei 2019

Pembimbing:

Isnanto,S.Kep.,Ns.,MAN. (.................................................)

iii
iv

iv
viii

Proposal ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Sidang pada

20 Maret 2019

Ketua Penguji : Niken WN Palupi, S.Kp.,M.Kes.

……………………

Penguji I : Indah Prawesti, S.Kep.,Ns.,M.Kep.

……………………

Penguji II : Isnanto, S.Kep.,Ns.,MAN

…………………

Mengetahui,

Ketua Prodi Sarjana Keperawatan

Ethic Palupi, S.Kep., Ns., MNS.

NIK: 090057
ix

MOTTO

“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan

memberi kelegaan kepadamu.”

(Matius 11 : 28)

“Dream, Believe it, Make it happen. ” – Agnes Monica

“Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan yang menaruh harap pada-

Nya, pada Tuhan”

(Yeremia 17 : 7)
x

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk :

1. Tuhan Yesus Kristus yang sungguh luar biasa dalam menyertai, menuntun

dan memberikan berkat serta rancangan yang indah bagi saya.

2. Kedua orang tua saya, Bapak Joko Widodo dan Ibu Margaretha Lulut

Wasiyati serta kakak saya Wisnu Samuel Atmaja Triwarsita, Yufi Yohanes

Kusuma Atmaja dan Agnes Anita, yang selalu memberikan dukungan, doa,

materi dan kasih sayangnya kepada saya.

3. Bapak Isnanto yang dengan sabar membimbing, memotivasi, mengingatkan

saya dalam menyelesaikan skripsi.

4. Sahabat terbaik saya ceciwi squad Agnes Candra, Allif Herlina, Rani

Chrisna, Devita Milia, Desi Ika, Ermita, dan Natasha yang selalu memotivasi

dan menjadi teman berjuang saya dalam menjalankan studi serta

menyelesaikan skripsi.

5. Teman-teman angkatan 2015 Stikes Bethesda Yakkum yang berjuang

bersama dalam menyelesaikan skripsi dan selalu berkata “Semangat yaa!”

setiap kali bertemu dimanapun.

6. Bapak dan Ibu dosen maupun karyawan STIKES Bethesda Yakkum

Yogyakarta, terima kasih untuk semangat, ilmu, bimbingan dan didikan selama

saya menimbilmu di STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta


xi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas penyertaan dan

kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal dengan judul

“Gambaran penerapan prinsip enam benar obat pada mahasiswa prodi D3

Keperawatan yang praktik di RS Bethesda Yogyakarta tahun 2019”. Proposal ini

disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Keperawatan Prodi Sarjana Keperawatan STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta.

Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis telah dibantu dan didukung oleh

berbagai pihak, untuk itu peneliti ucapkan terima kasih kepada

1. Ibu Vivi Retno Intening, S.Kep., Ns., MAN., selaku Ketua Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Bethesda Yakkum Yogyakarta.

2. Ibu Nurlia Ikaningtyas, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.MB., selaku Wakil

Ketua I Bidang Akademik STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta.

3. Ibu Ethic Palupi, S.Kep., Ns., MNS., selaku Ketua Prodi Sarjana

Keperawatan STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta.

4. Bapak Isnanto, S.Kep., Ns., MAN selaku Pembimbing yang telah bersedia

meluangkan waktu, tenaga untuk membantu dan membimbing dalam proses

penyusunan skripsi.

5. Ibu Niken WN Palupi, S.kp.,M.kes selaku ketua penguji proposal.

6. Ibu Indah Prawesti, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku penguji I.

7. Seluruh staf administratsi, rumah tangga dan perpustakaan STIKES Bethesda

Yakkum Yogyakarta yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi.


xii

8. Teman-teman mahasiswa Prodi Sarjana Keperawatan angkatan 2015 STIKES

Bethesda Yakkum Yogyakarta dan semua pihak yang telah membantu dalam

penyusunan proposal ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.

Selama proses penyusunan proposal ini penulis menyadari masih banyak

kekurangan, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun demi meningkatkan kesempurnaan proposal ini. Semoga proposal ini

bermanfaat sebagaimana mestinya. Tuhan memberkati. Berkah Dalem.

Yogyakarta, Januari 2019

Debora Yusi Kusumastuti


x

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN SAMPUL DEPAN

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN .................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv

MOTTO ........................................................................................................... v

PERSEMBAHAN ............................................................................................ vi

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi

DAFTAR SKEMA ........................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv

BAB I: PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

B. Rumusan Masalah Penelitian ........................................................ 6

C. Tujuan Penelitian........................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian......................................................................... 8

E. Keaslian Penelitian ........................................................................ 9

BAB II: KAJIAN TEORI................................................................................. 12

A. Landasan Teori .............................................................................. 12

1. Obat ........................................................................................ 12
xi

a. Pengertian Obat ............................................................... 12

b. Dasar Cara Kerja Obat .................................................... 12

c. Interaksi Obat .................................................................. 16

d. Respon Dosis Obat .......................................................... 17

e. Jalur Pemberian Obat ...................................................... 17

f. Masalah Dalam Memberikan Obat ................................. 20

g. Penerapan Prinsip Enam Benar ....................................... 21

h. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian Obat ...... 27

i. Akibat Kesalahan Pemberian Obat ................................. 31

2. Praktik Klinik Keperawatan ................................................... 32

a. Pengertian Praktik Klinik Keperawatan .......................... 32

b. Pendidikan Keperawatan sebagai Pendidikan

Keprofesian ..................................................................... 33

c. Dasar Pengembangan Pendidikan Tinggi

Keperawatan.................................................................... 34

d. Pengalaman Belajar Klinik dan Lapangan ...................... 34

3. Mahasiswa .............................................................................. 35

a. Pengertian Mahasiswa..................................................... 35

b. Karakteristik Mahasiswa ................................................. 37

c. Jenjang Pendidikan Mahasiswa ...................................... 37

B. Kerangka Teori .............................................................................. 40

C. Kerangka Konsep .......................................................................... 41

D. Pertanyaan Penelitian .................................................................... 42


xii

E. Variabel Penelitian ........................................................................ 42

1. Definisi Konseptual ................................................................ 42

2. Definisi Operasional............................................................... 47

BAB III: METODE PENELITIAN ................................................................. 48

A. Desain Penelitian ........................................................................... 48

B. Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................... 48

C. Populasi dan Sampel ..................................................................... 48

D. Alat Ukur Penelitian ...................................................................... 49

E. Etika Penelitian ............................................................................. 50

F. Prosedur Pengumpulan Data ......................................................... 53

G. Rencana Analisa Data ................................................................... 56

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 59

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Keaslian Penelitian 9

Tabel 2 Definisi Operasional 42

xii
DAFTAR SKEMA

Skema 1 Kerangka Teori 38

Skema 2 Kerangka Konsep 39

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Ijin Studi Awal

Lampiran 2 Surat Pernyataan Menjadi Asisten Penelitian

Lampiran 3 Surat Pernyataan Menjadi Responden

Lampiran 4 Kuesioner Data Demografi

Lampiran 5 Lembar Observasi

Lampiran 6 Dummy Tabel Umum

Lampiran 7 Dummy Tabel Khusus

Lampiran 8 Jadwal Kegiatan Penelitian

Lampiran 9 Rencana Anggaran Dana Penelitian

Lampiran 10 Lembar Konsultasi Proposal

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur yang dibutuhkan oleh manusia

dalam menjaga keseimbangan, baik fisiologis maupun psikologis. Hal ini

bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan keselamatan (Darma,

2013). Menurut Abraham Maslow, manusia memiliki lima kebutuhan

dasar yang memiliki tingkatan dan hierarki, mulai dari yang paling rendah

(bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri). Lima

kebutuhan tersebut adalah : kebutuhan fisiologis (physiological needs),

kebutuhan rasa aman dan perlindungan (safety and security needs),

kebutuhan rasa cinta, memiliki, dan dimiliki (love and belonging needs),

kebutuhan harga diri (self-esteem needs) dan kebutuhan aktualisasi diri

(self-actualization). Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan yang paling

dasar pada manusia, jika kebutuhan dasar ini tidak terpenuhi maka tubuh

akan rentan terhadap penyakit, terasa lemah, tidak bugar. Proses untuk

memenuhi kebutuhan selanjutnya dapat terhambat jika hal tersebut terjadi

(Dharma, 2013).

Obat diberikan kepada seseorang untuk membantu proses penyembuhan

dari suatu penyakit atau virus. Obat sering digunakan untuk mengatasi

1
2

penyakit. Cara pemberian obat dan evaluasi sangat penting bagi praktik

keperawatan, maka perawat perlu memiliki pengetahuan mengenai cara

kerja dan efek obat yang klien gunakan. Obat merupakan sebuah substansi

yang diberikan kepada manusia sebagai perawatan atau pengobatan,

bahkan pencegahan terhadap berbagai gangguan yang terjadi didalam

tubuhnya (Aziz, 2013). Perawat juga harus memastikan bahwa obat yang

diberikan oleh dokter tersebut aman bagi pasien dan perawat juga harus

memperhatikan efek samping dari obat yang sudah diberikan ke pasien

(Karch, 2011). Pemberian obat yang aman memerlukan pengertian aspek

hukum dari perawatan kesehatan, farmakologi, farmakokinetik (ilmu

tentang konsentrasi obat), ilmu hayat, anatomi manusia, dan matematika

(Potter, 2010).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari Auburn

University di 36 rumah sakit dan nursing home di Colorado da Georgia,

USE, pada tahun 2002, dari 3216 jenis pemberian obat, 43% diberikan

pada waktu yang salah, 4% diberikan jenis obat yang salah, dari 312 jenis

obat terdapat 17% diberikan dengan dosis yang salah. Hasil penelitian

yang dilakukan oleh Institute of Medicine pada tahun 1999, yaitu

kesalahan medis telah menyebabkan satu juta cedera dan 98.000 kematian

dalam setahun (Kinninger, 2003).

Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004 menyebutkan bahwa kesalahan pemberian

obat (medication error) adalah kejadian yang merugikan pasien, akibat


3

pemakaian obat selama dalam penanganan kesehatan, yang sebetulnya

dapat dicegah. Medication Error setiap kejadian yang dapat dihindari yang

menyebabkan atau berakibat pada pelayanan obat yang tidak tepat atau

membahayakan pasien sementara obat berada dalam pengawasan tenaga

kesehatan atau pasien.

Angka kejadian error akibat kesalahan dalam permintaan resep obat juga

bervariasi, yaitu antara 0,03-16,9%. Salah satu peneliti menemukan bahwa

11% kesalahan pemberian obat di rumah sakit berkaitan dengan kesalahan

saat menyerahkan obat ke pasien dalam bentuk dosis atau obat yang keliru

(Muladi, 2012). Pada penelitian yang dilakukan oleh Alakahli (2014),

kesalahan pengobatan yang paling umum terjadi adalah resep tidak

lengkap (61,7%), monitoring kesalahan obat (50,5%), dan kesalahan dosis

(44,3%). Pada penelitian yang dilakukan oleh Salmani (2016), kesalahan

dengan insidensi tinggi terjadi pada pengobatan non injeksi adalah salah

pasien (1,6%), salah obat (7,9%), pemberian obat tanpa pemintaan dokter

(1,6%), sedangkan dalam pengobatan injeksi meliputi salah dosis (7,9%),

salah perhitungan obat (6,4%) dan salah infus (9,5%), namun demikian

meskipun relatif sering terjadi kesalahan pemberian obat umumnya jarang

yang berakhir dengan cidera di pihak pasien.

Menurut Potter (2010) kesalahan pemberian obat dapat memicu atau

menyebabkan obat yang tidak tepat atau bahkan bahaya untuk klien.

Pencegahan terhadap kesalahan obat adalah kunci utama, meskipun

kesalahan pemberian obat terkadang serius, namun hal tersebut sering


4

tidak terperhatikan. Menurut Aronson (2009) penting untuk mendeteksi

kesalahan pemberian obat, karena kegagalan sistem yang awalnya

mengakibatkan kesalahan kecil dapat menyebabkan kesalahan serius.

Kejadian kesalahan pemberian obat merupakan salah satu ukuran

pencapaian keselamatan pasien.

Menurut Aronson 2009, kesalahan pemberian obat merupakan kejadian

yang dapat merugikan atau membahayakan pasien yang dilakukan oleh

petugas kesehatan, khususnya dalam hal pengobatan pasien. Kesalahan

yang terjadi ditetapkan melalui standar tertentu, di mana kesalahan dapat

dinilai. Semua orang yang terlibat dengan obat-obatan harus menetapkan

atau terbiasa dengan standar tersebut dan mengamati setiap langkah yang

dilakukan untuk memastikan bahwa kegagalan untuk memenuhi standar

tidak terjadi atau tidak mungkin terjadi. Semua orang yang terlibat dalam

proses pengobatan bertanggung jawab atas bagian prosesnya.

Proses pemberian obat memiliki banyak tahap dan mengikutsertakan

banyak tenaga kesehatan, karena perawat mempunyai peran penting dalam

menyiapkan dan memberikan obat, maka perawat perlu waspada dalam

mencegah kesalahan obat (Potter, 2010). Mengingat tindakan ini bukan

merupakan tindakan independen dari perawat, akan tetapi tindakan yang

bersifat dependen (kolaboratif), maka perawat membutuhkan suatu peran

tersendiri. Dalam pelaksanaan tugasnya, tenaga medis memiliki tanggung

jawab mengenai keamanan obat dan pemberian secara langsung kepada

pasien (Aziz,2013).
5

Kesalahan didalam praktik keperawatan maupun kedokteran sangat

membahayakan pasien (Henneman, 2010). Sangat sedikitnya publikasi

terkait kesalahan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan sering kali

terkendala karena kurang baiknya dokumentasi terkait kesalahan dan

membutuhkan multi pendekatan dalam pengambilan data serta

membutuhkan observasi yang juga tidak mudah (Rothschild, 2006).

Koohestani dan Baghchegi (2009) secara jelas menggambarkan karena

keterbatasan pengalaman klinis mahasiswa, maka mahasiswa perawat

mempunyai resiko melakukan kesalahan dalam memberikan pengobatan

atau tindakan ke pasien. Memberikan tindakan atau pengobatan kepada

pasien, mahasiswa dapat membahayakan kondisi pasien ketika dilakukan

dengan tidak sempurna atau salah dalam melakukan suatu prosedur.

Koohestani dan Baghchegi (2009) melakukan studi observasi terkait

frekuensi, tipe dan penyebab kesalahan penatalaksanaan terapi intravena

pada mahasiswa tingkat akhir. Hasil penelitian menunjukkan dari 372

observasi, terdapat 153 kejadian error yang terdeteksi. Kejadian error

yang paling sering terjadi adalah pengenceran obat (2,68%) dan

ketidaktepatan kecepatan infus (11,55%). Sedangkan penyebab error

paling banyak adalah kurangnya pengetahuan tentang farmakologi.

Penelitian dari Rothschild (2006) menemukan bahwa jenis-jenis error

umum yang berhasil diidentifikasi dalam penelitiannya adalah salah dosis

(17%), salah obat (15%), duplikasi obat (15%), salah rute (9%), salah

pasien (8%). Sedangkan jenis obat yang paling sering berkaitan dengan
6

error adalah jenis antikoagulan, elektrolit, vasopressor, betablocker, anti

aritmia, dan insulin.

Penerapan praktik keperawatan yang tepat seharusnya banyak di terapkan

di rumah sakit di tiap daerah, supaya meminimalkan tingkat kesalahan

medis yang disebabkan oleh kesalahan manusia itu sendiri di dalam

praktik klinik keperawatan, terutama pada pemberian obat yang dapat

berakibat fatal (Nursalam,2011). Indikator kesalahan pemberian obat

yaitu : salah pasien, salah dosis, salah nama, salah waktu, salah cara, salah

obat, dan salah dokumentasi (Nursalam,2011).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang peneliti merumuskan masalah

“Bagaimana gambaran penerapan prinsip enam benar obat pada

mahasiswa Program Studi Diploma III Keperawatan yang praktik di RS

Bethesda Yogyakarta tahun 2019?”

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang dirumuskan maka tujuan dari

penelitian ini akan dibagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus yang

akan diuraikan sebagai berikut

1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran penerapan prinsip enam benar obat pada

mahasiswa program studi Diploma III yang praktik di RS Bethesda

Yogyakarta
7

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui kepatuhan mahasiswa praktik dalam melakukan

penerapan prinsip benar obat di RS Bethesda Yogyakarta

b. Mengetahui kepatuhan mahasiswa praktik dalam melakukan

penerapan prinsip benar dosis di RS Bethesda Yogyakarta

c. Mengetahui kepatuhan mahasiswa praktik dalam melakukan

penerapan prinsip benar klien di RS Bethesda Yogyakarta

d. Mengetahui kepatuhan mahasiswa praktik dalam melakukan

penerapan prinsip benar rute pemberian di RS Bethesda

Yogyakarta

e. Mengetahui kepatuhan mahasiswa praktik dalam melakukan

penerapan prinsip benar waktu di RS Bethesda Yogyakarta

f. Mengetahui kepatuhan mahasiswa praktik dalam melakukan

penerapan prinsip benar dokumentasi di RS Bethesda Yogyakarta

g. Mencari presentase terbesar dan terkecil dalam penerapan prinsip

enam benar yang dilakukan oleh mahasiswa praktik

D. Manfaat

1. Manfaat teoritis

Berdasarkan hasil penelitian yang akan dilaksanakan ini, diharapkan

dapat memberikan gambaran yang objektif mengenai kepatuhan

penerapan prinsip enam benar obat dengan situasi nyata dilapangan.


8

2. Manfaat praktisi

a. Bagi Rumah Sakit

Penelitian ini diharapkan mampu digunakan sebagai gambaran

perilaku mahasiswa praktik yang sedang praktik klinik, terutama

dalam hal penerapan prinsip enam benar obat.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan mampu memberi gambaran bagi institusi

mengenai prinsip enam benar obat yang dilakukan oleh mahasiswa

Diploma III.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat membantu peneliti lain untuk

melakukan penelitian lanjutan mengenai gambaran penerapan

prinsip enam benar obat pada mahasiswa praktik.

E. Keaslian Penelitian

Keaslian penelitian dijelaskan oleh peneliti pada tabel 1.


Tabel 1

Keaslian penelitian

Nama Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan


Peneliti

Suratmi Hubungan Korelasi analitik Terdapat hubungan Variabel terikat tentang Alat ukur
(2016) Lingkungan Kerja dengan menggunakan antara lingkungan pencegahan kesalahan berupa lembar
dengan Upaya pendekatan cross kerja dengan upaya pemberian obat dan observasi
Pencegahan sectional. Dengan pencegahan variabel bebas
Kesalahan jumlah responden 23 kesalahan pemberian lingkungan kerja. jenis
Pemberian Obat perawat yang dipilih obat di ruang teratai penelitian ini adalah
diruang teratai dengan metode RSUD DR. Soegiri korelasi analitik, dengan
RSUD DR. sampling simple Lamongan. metode sampling simple
Soegiri random sampling. Data random sampling dengan
Lamongan. yang ada dianalisis jumlah sample 23
menggunakan uji responden
spearman rho

Robie Hubungan Penelitian ini Penerapan prinsip Variabel penelitian Variabel tentang
Wardana karakteristik menggunakan design enam benar obat tentang karakteristik penerapan
(2016) perawat dengan cross sectional dengan sebagian besar responden. Penelitian ini prinsip enam
penerapan prinsip point time approach, responden benar menggunakan design benar obat.
enam benar obat dengan tekhnik sampel yaitu sebanyak 32 cross sectional.
dalam pemberian jenuh. menggunakan uji responden (58,2%)
Obat diruang statistik chi square dari 55 responden.
rawat inap RSUD dengan fisher exact test. Yang salah ada 23
Dr. Soewondo Dengan Responden

9
Nama Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan
Peneliti

Kendal sejumlah 55 responden. respponden (41,8%).

Febri Adhi Hubungan antara Penelitian merupakan Penerapan standart Variabel terikat tentang Variabel
Hilmawan penerapan penelitisn deskriptif operational tingkat kepuasan pasien, pemberian obat
(2014) standart analitik, dengan procedure (SOP) variabel bebas penerapan prinsip enam
operational menggunakan pemberian obat standart operational benar.
procedure (SOP) pendekatan cross dengan prinsip enam procedure (SOP).
pemberian obat sectional, responden 87 benar yang
prinsip enam responden yang dipersepsikan oleh
benar dengan didapatkan dari pasien sebanyak 56
tingkat kepuasan perhitungan pasien (62,2%)
pasien di RSUD menggunakan rumus mengatakan
Ungaran slovin, kemudian diterapkan dan 34
dibulatkan oleh peneliti pasien (37,8%)
menjadi 90 responden. mengatakan tidak
Hasil penelitian diterapkan. Tingkat
menggunakan uji kepuasan pasien
analisis Chi Square. yang dipersepsikan
oleh pasien sebanyak
56 pasien (62,2%)
mengatakan puas
dan 34 pasien
(37,8%) mengatakan
tidak puas.

10
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Obat

a. Pengertian Obat

Obat yaitu zat kimia yang dapat mempengaruhi jaringan

biologi pada organ tubuh manusia (Batubara, 2008).

Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada

manusia atau binatang sebagai perawatan atau pengobatan,

bahkan pencegahan terhadap berbagai gangguan yang terjadi di

dalam tubuhnya (Hidayat, 2015).

Beberapa obat setidaknya memiliki tiga nama yang berbeda.

Nama kimiawi merupakan gambaran yang tepat mengenai

komposisi dan struktur molekuler obat. Nama generik menjadi

nama resmi yang dicantumkan dalam publikasi seperti di

United States Pharmacopeia (USP). Nama dagang, merek, atau

paten dibuat berdasarkan pabrik yang memproduksinya (Potter,

2010).

11
12

b. Dasar Cara Kerja Obat

Menurut Potter (2010) :

1) Absorpsi

Absorpsi adalah perjalanan molekul obat dari tempat

pemberian sampai darah. Faktor-faktor yang mempengaruhi

absorpsi obat adalah jalur pemberian, kemampuan obat

untuk larut, aliran darah ketempat pemberian obat, luas

permukaan tubuh, dan kelarutan obat dalam lemak.

a) Jalur pemberian obat

Setiap jalur pemberian obat memiliki laju absorpsi

masing-masing. Jika mengoleskan obat pada kulit

maka absorpsi akan lambat karena struktur fisik

kulit. Obat yang diberikan pada membran mukosa

dan saluran napas akan lebih cepat diserap karena

jaringan ini memiliki banyak pembuluh darah.

Karena pemberian oral melalui jalur

gastrointestinal, laju absorpsi secara keseluruhan

biasanya lambat. Injeksi intravena merupakan jalur

pemberian yang memiliki laju absorpsi paling cepat,

karena obat langsung memasuki sirkulasi sistemik


13

b) Tingkat kelarutan obat

Kemampuan untuk melarut tergantung pada bentuk

atau sediaan obat. Tubuh menyerap lebih cepat obat

dalam bentuk larutan dan suspensi yang sudah

dalam bentuk cairan dibandingkan dalam bentuk

tablet atau kapsul. Obat yang bersifat asam lebih

mudah diserap oleh mukosa lambung. Obat yang

bersifat basa tidak akan diserap sampai obat tersebut

mencapai usus kecil.

c) Aliran darah ke tempat pemberian

Jika tempat pemberian obat merupakan daerah yang

kaya pembuluh darah, maka penyerapan obat akan

lebih cepat. Pada saat darah berhubungan dengan

tempat pemberian obat, maka penyerapan obat

dimulai. Karena hal itu, maka daerah yang memiliki

pembuluh darah yang banyak akan mempercepat

dan mempermudah penyerapan obat ke dalam aliran

darah.

d) Luas permukaan tubuh

pada saat obat diberikan pada permukaan tubuh

yang luas, maka laju penyerapan obat akan lebih

cepat. Hal ini menjelaskan mengapa penyerapan


14

obat lebih banyak terjadi di usus kecil dibandingkan

dilambung.

e) Kelarutan obat dalam lemak

Karena membran sel memiliki lapisan lemak, maka

obat yang mudah larut dalam lemak akan mudah

melewati membran sel sehingga penyerapan lebih

cepat.

2) Distribusi

Setelah obat diserap, obat akan disebarkan ke jaringan dan

ke organ tubuh dan terutama ke daerah spesifik tempat obat

itu bekerja. Laju dan luasnya distribusi tergantung pada

sifat fisik dan kimia obat, serta fisiologi orang yang

mengkonsumsi obat tersebut.

a) Sirkulasi

Obat akan dibawa ke jaringan dan organ tubuh

setelah memasuki aliran darah. Cepatnya obat

tersebut mencapai tujuan tergantung pada

vaskularitas berbagai jaringan dan organ tersebut.

b) Permeabilitas membran

Untuk dapat didistribusikan ke organ tubuh, sebuah

obat harus melewati seluruh jaringan organ dan

membran biologis.
15

c) Ikatan protein

Distribusi obat dipengaruhi oleh tingkat ikatan obat

dengan protein serum seperti albumin. Kebanyakan

obat diikat oleh albumin. Obat yang terikat oleh

albumin tidak dapat melakukan aktivitas

farmakologisnya, hanya obat yang tidak terikat atau

bebas yang merupakan bentuk aktif.

3) Metabolisme

Setelah obat mencapai tempat kerjanya, obat tersebut akan

dimetabolisme ke dalam bentuk yang kurang atau tidak

aktif sehingga lebih mudah untuk dibuang. Biotransformasi

terjadi dalam pengaruh enzim yang dapat mendetoksifikasi,

menghancurkan, dan menghilangkan zat yang aktif secara

kimia. Biotransformasi kebanyakan terjadi di hati,

walaupun paru-paru, ginjal, darah dan usus juga

memetabolisme obat tersebut.

4) Ekskresi

Setelah obat dimetabolisme, obat akan keluar dari tubuh

memalui ginjal, hati, usus, paru-paru dan kelenjar eksokrin.

Komposisi kimia obat menentukan organ mana yang akan

mengeluarkannya. Zat kompleks yang berbentuk gas atau

zat yang mudah menguap seperti nitrit oksida dan alkohol

dikeluarkan melalui paru-paru. Kelenjar eksokrin


16

membuang obat yang larut dalam lemak. Saat obat dibuang

melalui kelenjar keringat, kulit terkadang bisa teriritasi.

Ginjal adalah organ utama untuk ekskresi obat.

c. Interaksi obat

Interaksi obat terjadi jika suatu obat memengaruhi kerja obat

lain. Interaksi obat sering terjadi pada individu yang

mengonsumsi beberapa jenis obat. Beberapa obat dapat

meningkatkan atau menghambat kerja obat lain serta dapat

mengganggu penyerapan metabolisme, dan sekresi obat lain

dalam tubuh.

d. Respons dosis obat

Obat memerlukan waktu untuk mencapai pembuluh darah,

kecuali pada pemberian intravena. Jumlah dan distribusi obat

pada kompartemen tubuh yang berbeda akan terus berubah.

Tujuan pemberian obat adalah tercapainya jumlah obat dalam

kisaran dosis terapeutik yang stabil didalam pembuluh darah.

Pemberian dosis berulang diperlukan untuk mencapai

konsentrasi terapeutik yang konstan karena beberapa bagian

obat akan diekskresi.

e. Jalur pemberian obat

Jalur pemberian obat tergantung pada bentuk obat dan efek

yang diharapkan, serta kondisi fisik dan mental klien.


17

1) Jalur oral

Jalur oral merupakan jalur yang termudah dan

paling sering digunakan. Obat diberikan melalui

mulut dan ditelan dengan bantuan cairan. Obat

oral memiliki onset kerja yang lebih lambat dan

efek yang lebih lama daripada pemberian

parenteral.

a) Pemberian sublingual

Beberapa obat dapat cepat diserap jika

diletakkan dibawah lidah sehingga dapat

melarut.

b) Pemberian bukal

Pemberian bukal dilakukan dengan cara

meletakkan obat berbentuk solid ke dalam

mulut dengan menempelkannya di membran

mukosa pipi sampai obat melarut.

2) Jalur parenteral

Pemberian secara parenteral adalah

menyuntikkan obat kedalam tubuh.

a) Intradermal : prnyuntikan ke kulit tepat di

bawah epidermis.

b) Subkutan : penyuntikan ke jaringan tepat di

bawah lapisan dermis kulit.


18

c) Intramuskular : penyuntikan ke dalam otot.

d) Intravena : penyuntikan ke dalam pembuluh

vena.

e) Epidural : obat epidural dimasukkan ke

ruangan epidural melalui kateter oleh

penataanastesi atau dokter anastesi. Jalur ini

biasanya digunakan untuk memasukkan obat

analgesik pasca operasi.

f) Intravekal : obat dimasukkan melalui kateter

yang diletakkan diruang subaraknoid atau

pada salah satu ventrikel otak.

g) Intraosteal : cara pemberian obat melalui

jalur ini adalah dengan jalan menyuntikan

obat langsung ke sumsum tulang.

h) Intraperitoneal : obat yang dimasukan

melalui intraperitoneal akan diserap dan

memasuki sirkulasi sistemik. Obat

kemoterapi, insulin, dan antibiotik dapat

dimasukkan dengan metode ini.

i) Intrapleural : jarum atau selang dada

digunakan untuk memasukkan obat langsung

ke ruang pleura. Hal ini disebut pleurodesis.


19

Teknik ini membantu pelekatan antara

pleura viseral dan parietal.

j) Intraarterial : obat intraarterial dimasukkan

langsung ke pembuluh darah arteri.

Penyuntikan intraarterial sering dilakukan

pada klien yang mengalami penyumbatan

arteri.

3) Jalur inhalasi

Saluran pernapasan yang lebih dalam

menyediakan daerah permukaan yang luas untuk

penyerapan obat. Obat inhalasi diberikan

melalui hidung, mulut, selang endotrakeal, atau

trakeostomi. Obat yang diberikan melalui

inhalasi dapat langsung diserap dan bekerja

dengan cepat karena jaringan paru memiliki

suplai pembuluh darah yang banyak.

4) Jalur intraokular

Penghantaran obat intraokular mencakup

memasukkan obat seperti memakaikan lensa

kontak pada klien. Obat mata yang berbentuk

lempeng memiliki dua lapis luar yang lunak

dimana obat melekat, dan obat tersebut dapat

tinggal di mata klien sampai 1 minggu.


20

f. Masalah dalam pemberian obat

Menurut Hidayat (2015) :

1) Menolak pemberian obat

Jika pasien menolak pemberian obat, intervensi

keperawatan pertama yang dapat dilakukan adalah dengan

menanyakan alasan pasien melakukan hal tersebut.

Kemudian, jelaskan kembali kepada pasien alasan

pemberian obat. Jika pasien terus menolak, maka sebaiknya

tunda pengobatan, lapor pada dokter dan catat dalam

pelaporan.

2) Integritas kulit terganggu

Untuk mengatasi masalah gangguan integritas kulit,

lakukan penundaan dalam pengobatan, kemudian laporkan

ke dokter dan catat dalam laporan.

3) Disorientasi dan bingung

Masalah disorientasi dan bingung dapat diatasi oleh

perawat dengan cara melakukan penundaan pengobatan.

Jika pasien ragu, laporkan ke dokter dan catat dalam

laporan.

4) Menelan obat bukal dan sublingual

Sebagai perawat yang memiliki peran dependen, jika pasien

menelan obat bukal atau sublingual atau menaruh dibawah

lidah. Maka sebaiknya laporkan kejadian tersebut pada


21

dokter, untuk selanjutnya dokter yang akan melakukan

intervensi.

5) Alergi kulit

Apabila terjadi alergi kulit atas pemberian obat kepada

pasien, keluarkan sebanyak mungkin pengobatan yang telah

diberikan, beritahu dokter, dan catat dalam laporan.

g. Penerapan prinsip enam benar

Enam benar pada pemberian obat meliputi :

1) Benar obat

Perintah pemberian obat diperlukan setiap kali memberikan

obat pada pasien. Terkadang pemberi obat menuliskan

perintah pada rekam medis klien dengan tangan. Sebagai

alternatif, beberapa rumah sakit menggunakan komputer

untuk membuat intruksi dokter (Computerized Physician

Order Entry/CPOE). CPOE mengizinkan dokter untuk

membuat intruksi pengobatan secara elektronik, sehingga

mengurangi penulisan instruksi dengan tangan. Bandingkan

instruksi tulisan tangan dengan daftar obat yang tercantum

dalam laporan pemberian obat saat obat pertama kali

diresepkan. Jika sudah yakin informasi obat sudah akurat,

gunakan laporan pemberian obat untuk menyiapkan dan

memberikan obat. Jika klien menanyakan informasi tentang

obat jangan pernah mengabaikannya. Klien yang waspada


22

akan mengetahui jika obat yang diberikan tidak sama

dengan obat yang diberikan sebelumnya (Potter,2010).

Apabila obat pertama kali diprogramkan, bandingkan tiket

obat atau format pencatatan unit dosis dengan intruksi yang

ditulis dokter. Ketika memberikan obat bandingkan label

pada wadah obat dengan format atau tiket obat. Hal ini

dilakukan tiga kali yaitu sebelum memindahkan wadah obat

dari laci atau lemari, pada saat sejumlah obat yang

diprogramkan dipindahkan dari wadahnya, sebelum

mengembalikan wadah obat ke tempat penyimpangan. Jika

label tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus

segera dikembalikan ke farmasi. Obat yang benar berarti

klien menerima obat yang telah diresepkan (Mubarak,

2015).

2) Benar dosis

Sistem unit dosis dirancang untuk mengurangi kesalahan.

Saat menyiapkan obat dari volume yang besar atau lebih

kuat dari yang diperlukan atau saat memberi resep

memesan sistem pemberian yang berbeda dengan kemasan

dari apotek maka risiko terjadinya kesalahan akan

meningkat. Setelah menghitung dosis, siapkan obat dengan

alat ukur yang standar. Gunakan cangkir ukur, spuit, dan


23

pipet ukur untuk mengukur obat secara akurat (Potter,

2010).

Dosis yang benar adalah dosis yang diberikan untuk klien

tertentu. Untuk menghindari kesalahan pemberian obat,

maka penentuan dosis harus diperhatikan dengan

menggunakan alat standar seperti obat cair harus dilengkapi

alat tetes, gelas ukur, spuit atau sendok khusus, alat untuk

membelah tablet, dan lain-lain sehingga perhitungan obat

benar untuk diberikan pada pasien (Mubarak, 2015).

3) Benar klien

Identitas klien yang dapat diterima termasuk nama, nomor

identitas klien yang diberikan oleh rumah sakit, atau nomor

telepon, gelang tanda pengenal untuk klien. Perawat harus

menggunakan sistem yang dapat mencocokkan identitas

klien dengan minimal dua tanda pengenal sebelum

memberi obat. Proses identifikasi yang diperlukan hanya

pada saat klien mendatangi rumah sakit saat pertama kali.

Saat tanda pengenal telah dibuat untuk klien (seperti

membuat gelang tangan dan memakaikannya pada klien)

maka perawat hanya akan mencocokkan tanda pengenal

tersebut dengan laporan pemberian obat, dimana terdapat

daftar obat yang benar. Meminta klien untuk menyebutkan

nama lengkapnya dan informasi lain dapat dijadikan


24

langkah ketiga untuk memastikan bahwa perawat

memberikan obat pada klien yang tepat (Potter,2010).

Obat yang akan diberikan hendaknya benar pada pasien

yang diprogramkan dengan cara mengidentifikasi

kebenaran obat dengan mencocokkan nama, nomor register,

alamat, dan program pengobatan pada pasien. Klien yang

benar dapat dipastikan dengan memeriksa identitas klien,

dan meminta klien menyebutkan namanya sendiri

(Mubarak, 2015).

4) Benar rute pemberian

Kesalahan rute pemberian dapat menimbulkan efek

sistemik yang fatal pada pasien. Untuk itu, cara

pemberiannya adalah dengan melihat cara pemberian atau

jalur obat pada label yang ada sebelum memberikannya ke

pasien (Hidayat, 2009).

Selalu konsultasikan pada pemberi resep jika perintah tidak

menyertakan jalur pemberian obat. Kebalikannya, jika jalur

pemberian obat tidak biasanya, maka ingatkan juga pemberi

resep segera mungkin. Saat memberikan obat, sikap hati-

hati diperlukan untuk memastikan perawat memberikan

obat yang tepat. Menyiapkan obat suntik hanya dari sediaan

yang dirancang untuk pemberian parenteral merupakan hal

yang penting. Penyuntikan cairan dari sediaan oral akan


25

menyebabkan komplikasi lokal seperti abses steril atau efek

sistemik yang fatal. Pabrik obat mencatumkan label

“injectable use only” pada obat parenteral (Potter, 2010).

Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda.

Faktor yang menentukan pemberian rute terbaik ditentukan

oleh keadaan umum pasien, kecepatan respons yang

diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja

yang diinginkan (Mubarak, 2015).

5) Benar waktu

Perawat perlu mengetahui mengapa obat diberikan pada

waktu tertentu setiap harinya dan apakah mereka dapat

mengubah jadwal pemberiannya. Sebagai contoh, dua obat

yang diresepkan, satu setiap 8 jam dan obat lainnya 3 kali

sehari. Kedua obat tersebut dijadwalkan untuk diberikan 3

kali dalam kurun waktu 24 jam. Pemberi resep

merencanakan pemberian obat setiap 8 jam sekali tepat

waktu untuk mempertahankan kadar obat dalam darah.

Kebalikannya, perawat biasanya memberikan obat 3 kali

dalam sehari pada saat waktu bangun klien. Pemberi resep

sering memberikan perintah khusus mengenai waktu untuk

memberikan obat. Berikan prioritas pada obat yang

bereaksi pada waktu tertentu (Potter, 2010).


26

Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengan waktu

yang diprogramkan, karena berhubungan dengan kerja obat

yang dapat menimbulkan efek terapi dari obat. Pemberian

obat harus sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan,

waktu yang benar adalah saat obat yang diresepkan harus

diberikan (Mubarak, 2015).

6) Benar dokumentasi

Perawat dan tenaga kesehatan lain menggunakan laporan

yang akurat untuk berkomunikasi dengan yang lain. Banyak

kesalahan obat terjadi akibat laporan yang tidak akurat.

Untuk itu, pastikan untuk membuat laporan yang benar dan

akurat sebelum dan sesudah memberikan obat. Cocokkan

laporan yang tidak akurat sebelum memberikan obat

(Potter,2010).

Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan dosis,

rute, waktu, dan oleh siapa obat itu diberikan. Pemberian

obat sesuai dengan standar prosedur yang berlaku di rumah

sakit. Selalu mencatat informasi yang sesuai mengenai obat

yang telah diberikan serta respons klien terhadap

pengobatan (Mubarak, 2015).


27

h. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian obat

Menurut Harmiady (2014) dalam penelitiannya menyatakan

ada tiga faktor yang mempengaruhi perawat dalam pemberian

obat antara lain :

a) Tingkat pengetahuan perawat

Perawat dengan tingkat pengetahuan yang tinggi

cenderung untuk mampu melaksanakan prinsip benar

dalam pemberian obat dengan tepat dibandingkan

yang memiliki pengetahuan yang kurang baik.

Seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan yang baik

akan memiliki adab yang baik dan mengamalkan

ilmu tersebut. Tanpa pengetahuan seseorang tidak

mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan

menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi

oleh pasien. Pengetahuan diperlukan untuk mendapat

informasi misalnya hal-hal yang menunjang

pengambilan tindakan yang tepat sehingga dapat

meningkatkan kualitas hidup pasien. Pengetahuan dapat

mempengaruhi seseorang dalam pengambilan

keputusan sehingga nantinya akan memotivasi

perawat untuk bersikap dan berperan serta dalam

peningkatan kesehatan pasien dalam hal ini

pemberian tindakan pemberian obat dengan tepat.


28

Perawat harus mempunyai pengetahuan dan

pemahaman yang memadai tentang obat. Perawat yang

memberikan obat-obatan pada klien diharapkan

mempunyai pengetahuan dasar mengenai obat dan

prinsip-prinsip dalam pemberian obat (Dermawan,

2015).

b) Tingkat Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan perawat maka

semakin baik kemampuan perawat dalam

melaksanakan prinsip-prinsip dalam pemberian obat.

Hal ini disebabkan karena ukuran tingkat pendidikan

seseorang bisa menjadi tolak ukur sejauh mana

pemahaman perawat terhadap prosedur dan prinsip

yang berlaku dalam lingkup kerjanya.

Pendidikan yang telah dicapai oleh perawat dapat

digunakan sebagai salah satu indikator untuk

mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat dan juga

berperan dalam menurunkan angka kesakitan.

Dengan semakin tingginya tingkat pendidikan

seseorang dapat membantu menekan/menurunkan

tingginya angka kesakitan pada pasien

(Nursalam,2012).
29

Menurut Nursalam (2012) pendidikan merupakan

bagian paling mendasar dalam pengembangan Sumber

Daya Manusia (SDM), pendidikan adalah hal terpenting

dari keberhasilan pemberian perawatan.

c) Motivasi Kerja

Motivasi kerja perawat merupakan tingkah laku

seseorang yang mendorong kearah suatu tujuan tertentu

karena adanya suatu kebutuhan baik secara internal

maupun eksternal dalam melaksanakan perannya.

Semakin baik motivasi kerja yang dimiliki perawat

maka cenderung mendorong diri mereka untuk

melaksanakan prinsip dan prosedur yang berkaitan

dibandingkan yang memiliki motivasi yang kurang.

Timbulnya motivasi dalam diri seorang perawat

dapat disebabkan oleh adanya rasa tanggung jawab

yang timbul dalam diri seorang atau aspek internal

perawat. Oleh sebab itu ketika perawat memiliki

rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap pasien maka

tentunya perawatakan berusaha semaksimal mungkin

untuk melakukan tindakan yang cepat, tepat dan

terarah untuk mengatasi masalah pasien termasuk

ketepatan dalam pemberian obat. Sedangkan aspek

internal perawat berasal dari lingkup rumah sakit.


30

Rumah sakit akan memberikan rangsangan tersebut

baik dalam bentuk penghargaan yang diterima,

insentif kerja serta pujian. Hal inilah yang bisa

menimbulkan suatu dorongan untuk selalu berbuat yang

lebih baik.

i. Akibat Kesalahan Pemberian Obat

Menurut Kemenkes (2011) akibat kesalahan pemberian

obat dibagi menjadi dua yaitu :

1) Adverse drug event adalah suatu insiden dalam

pengobatan yang dapat menyebabkan kerugian pada

pasien. Adverse drug event meliputi kerugian yang

bersifat intrisik bagi individu/pasien contoh:

(a) Meresepkan obat NSAID pada pasien dengan

riwayat pad pasien dengan riwayat penyakit

ulkus peptik yang terdokumentasi di rekam

medis, yang dapat menyebabkan pasien

menggalami perdarahan saluran cerna.

(b) Memberikan terapi antiepilepsi yang salah,

dapat menyebabkan pasien menggalami kejang.

2) Adverse drug reaction merupakan respon obat

yang dapat membahayakan dan menimbulkan

kesalahan dalam pemberian obat seperti

hipersensitivitas, reaksi alergi, toksisitas dan


31

interaksi antar obat, berdasarkan penelitian

Nurinasari (2014) sebagai berikut :

(a) Hipersensitivitas

Reaksi yang muncul ketika klien sensitif

terhadap efek obat karena tubuh menerima dosis

obat yang berlebihan. Hipersensitivitas obat

biasanya terjadi sekitar 3 minggu hingga 3 bulan

setelah pemberian obat, yang ditandai oleh

demam dan munculnya lesi pada kulit.

(b) Alergi

Reaksi alergi obat adalah reaksi melalui

mekanisme imunologi terhadap masuknya obat

yang dianggap sebagai benda asing dalam tubuh

dan tubuh akan membuat antibodi untuk

mengeluarkan benda asing dari dalam tubuh.

(c) Toksisitas

Akibat dosis yang berlebihan sehingga terjadi

penumpukan zat di dalam darah karena

gangguan metabolisme tubuh.

(d) Interaksi antar obat

Reaksi suatu obat dipengaruhi oleh

pemberian obat secara bersamaan, sehingga


32

terjadi interaksi obat yang kuat atau

bertentangan terhadap efek dari obat.

2. Praktik klinik keperawatan

Menurut Nursalam (2011) :

a. Pengertian Praktik Klinik Keperawatan

Praktik keperawatan adalah tindakan mandiri perawat

profesional melalui kerjasama berbentuk kolaborasi dengan

klien dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan

keperawatan atau sesuai dengan lingkungan wewenang dan

tanggung jawabnya.

Standar praktik keperawatan adalah norma atau penegasan

tentang mutu pekerjaan seorang perawat yang dianggap baik,

tepat dan benar, yang dirumuskan sebagai pedoman pemberian

asuhan keperawatan serta merupakan tolak ukur dalam

penilaian penampilan kerja seorang perawat. Standar

merupakan pernyataan yang absah, model yang disusun

berdasarkan wewenang, keiasaan atau kesepakatan mengenai

apa yang memadai dan sesuai, dapat diterima dan layak dalam

praktik keperawatan. Standar praktik menguraikan apa yang

harus dilakukan, mengidentifikasi tanggung jawab, dan

pelaksanaan tanggung jawab tersebut.


33

b. Pendidikan keperawatan sebagai pendidikan keprofesian

Pengembangan sistem pendidikan tinggi keperawatan sangat

penting dan sangat berperan dalam pengembangan pelayanan

keperawatan profesional, pengembangan teknologi

keperawatan, pembinaan kehidupan keprofesian dan

pendidikan keperawatan berlanjut yang dicapai melalui lulusan

dengan kemampuan profesional.

Pendidikan keperawatan sebagai pendidikan profesi harus

dikembangkan sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu dan profesi

keperawatan yang harus memiliki landasan akademik dan

landasan keprofesian yang kokoh. Hal ini tercermin dalam isi

pendidikan, proses pembelajaran yang dikembangkan dalam

lingkungan belajar yang memungkinkan perubahan perilaku

pada peserta didik sesuai dengan yang dirumuskan dalam

kurikulum pendidikan.

c. Dasar pengembangan pendidikan tinggi keperawatan

Pengembangan pendidikan tinggi keperawatan juga bertolak

dari pengertian tentang ilmu keperawatan yang mencakup

ilmu-ilmu dasar seperti ilmu alam, ilmu sosial, dan ilmu

perilaku, ilmu biomedik, ilmu kesehatan masyarakat, ilmu

dasar keperawatan, ilmu keperawatan komunitas, dan ilmu

keperawatan klinik.
34

d. Pengalaman belajar klinik dan lapangan

Pendidikan keperawatan adalah suatu pendidikan yang

bertujuan untuk menghasilkan perawat yang disebut

profesional pemula. Proses pendidikan ini dilaksanakan melalui

dua tahapan yaitu tahapan akademik dan tahapan profesi.

Proses pendidikan tahap profesi di Indonesia dikenal dengan

pengajaran klinik dan lapangan, yang bertujuan untuk

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

menerapkan ilmu yang dipelajarinya dikelas ke keadaan nyata.

Pengalaman Belajar Klinik merupakan proses transformasi dari

mahasiswa yang akan menjadi seorang perawat profesional.

Dengan kata lain, peserta didik dengan perilaku awal sebagai

mahasiswa keperawatan, setelah memperoleh Pengalaman

Belajar Klinik ia akan memiliki perilaku sebagai perawat

profesional. Dalam fase ini mahasiswa mendapat kesempatan

beradaptasi pada perannya sebagai perawat profesional dalam

masyarakat keperawatan dan lingkungan pelayanan atau asuhan

keperawatan.

Pengalaman Belajar Klinik adalah suatu proses transformasi

mahasiswa untuk menjadi seorang perawat profesional, yang

memberi kesempatan beradaptasi pada perannya sebagai

perawat profesional dalam melaksanakan praktik keperawatan


35

profesional ditatanan nyata pelayanan kesehatan

klinik/komunitas untuk :

1) Melaksanakan asuhan keperawatan dengan benar

2) Menerapkan pendekatan proses keperawatan

3) Menampilkan sikap/tingkah laku profesional

4) Menerapkan ketrampilan profesional

3. Mahasiswa

a. Pengertian mahasiswa

Mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses

menimba ilmu ataupun belajar dan terdaftar sedang

menjalani pendidikan pada salah satu bentuk perguruan

tinggi yang terdiri dari akademik, politeknik, sekolah tinggi,

institut dan universitas (Hartaji, 2012).

Menurut Siswoyo (2007) mahasiswa dapat didefinisikan

sebagai individu yang sedang menuntut ilmu ditingkat

perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga

lain yang setingkat dengan perguruan tinggi. Mahasiswa

dinilai memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi,

kecerdasan dalam berpikir dan kerencanaan dalam

bertindak. Berpikir kritis dan bertindak dengan cepat dan

tepat merupakan sifat yang cenderung melekat pada diri

setiap mahasiswa, yang merupakan prinsip yang saling

melengkapi.
36

Seorang mahasiswa dikategorikan pada tahap

perkembangan yang usianya 18 sampai 25 tahun. Tahap ini

dapat digolongkan pada 19 masa remaja akhir sampai masa

dewasa awal dan dilihat dari segi perkembangan, tugas

perkembangan pada usia mahasiswa ini ialah pemantapan

pendirian hidup (Yusuf, 2012).

b. Karakteristik Mahasiwa

Mahasiswa dinilai memiliki tingkat intelektualitas yang

tinggi, kecerdasan dalam berpikir dan perencanaan dalam

bertindak. Berpikir kritis dan bertindak dengan cepat dan

tepat merupakan sifat yang cenderung melekat pada diri

setiap mahasiswa, yang merupakan prinsip yang saling

melengkapi.

c. Jenjang Pendidikan Mahasiswa

1) Diploma 3

Diploma adalah sebuah sertifikat atau akta yang

dikeluarkan oleh lembaga pendidikan seperti universitas,

yang menerangkan bahwa penerima telah menyelesaikan

program studi tertentu, atau menganugerahkan suatu gelar

akademik dengan jangka waktu dan bobot yang lebih

pendek dari Sarjana. D3 ( diploma 3) masa kuliahnya 3

tahun, untuk mendapatkan gelar studinya maka harus

menyelesaikan karya ilmiah yang disebut Tugas Akhir


37

sebagai persyaratannya. Mata kuliahnya memberikan skill,

lebih banyak membekali praktek daripada teori. Dan akan

melahirkan tenaga terampil berkualitas pendidikan tinggi

formal ke dunia usaha atau dunia industri. Setelah

menyelesaikan tugas akhirnya, Diploma 3 akan

memperoleh gelar ahli Madya atau A.Md

(Yulihastin,2009).

2) Diploma 4

Diploma 4 setara dengan Strata 1 (S1), maka dari itu

banyak yang menyebut diploma 4 sebagai sarjana terapan.

Perbedaan Diploma dan S1 adalah S1 memiiki orientasi

kurikulum yang menekankan teori dan diharapkan bisa

mengembangkan ilmu pengetahuan yang ia geluti sesuai

bidangnya, berbeda dengan Diploma yang berada dijalur

vokasi dan memiliki orientasi kurikulum yang menekankan

praktek. Diploma 4 diharapkan bisa memiliki kemampuan

praktis dan wawasan tentang kerja lapangan yang lebih

mantap sehingga sangat mudah untuk masuk dunia kerja.

Setara tapi tidak sama, sederajat tapi memiliki arah yang

berbeda.
38

B. Kerangka Teori

Sugiyono (2013) mengatakan teori adalah alur logika atau penalaran, yang

merupakan seperangkat konsep, definisi, dan proporsi yang disusun secara

sistematis.

Mahasiswa : Praktik Klinik Keperawatan :


1. Pengertian mahasiswa 1. Pengertian praktik klinik
2. Karakteristik mahasiswa keperawatan
3. Jenjang pendidikan 2. Pendidikan keperawatan
sebagai pendidikan keprofesian
3. Dasar pengembangan
pendidikan tinggi keperawatan
4. Pengalaman belajar klinik dan
Obat : lapangan
1. Pengertian obat
2. Dasar cara kerja obat
3. Interaksi obat
4. Respon dosis obat
5. Jalur pemberian obat Penerapan Prinsip 6 Benar Obat :
6. Masalah dalam pemberian obat 1. Benar Obat
7. Penerapan prinsip enam benar obat 2. Benar Dosis
8. Faktor-faktor yang mempengaruhi 3. Benar Klien
pemberian obat 4. Benar Jalur
9. Akibat kesalahan pemberian obat 5. Benar Waktu
6. Benar Dokumentasi

Akibat Kesalahan Pemberian Obat :


1. Adverse drug event Masalah Dalam Pemberian Obat :
2. Adverse drug reaction : 1. Menolak pemberian obat
a. Hipersensistifitas 2. Integritas kulit terganggu
b. Alergi 3. Disorientasi dan bingung
c. Toksisitas 4. Menelan obat bukal dan sublingual
d. Interaksi antar obat 5. Alergi pada kulit

Skema 1
Kerangka Teori

Sumber : Hidayat (2015), Potter (2010), Kemenkes (2011), Nursalam


(2011), Siswoyo (2007), Hartaji (2012), KBBI Online, Nurinasari (2014).
39

C. Kerangka Konsep Penelitian

Menurut Notoatmodjo (2012) kerangka konsep penelitian adalah suatu

uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap

yang lainnya. Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Gambaran Penerapan Prinsip Penerapan Prinsip Enam Benar dalam


Enam Benar Obat Pada pemberian obat :
Mahasiswa Program Studi 1. Benar Obat
Diploma III Keperawatan Yang
2. Benar Dosis
Praktik Di RS Bethesda
Yogyakarta Tahun 2019 3. Benar Klien
4. Benar Jalur
5. Benar Waktu
Faktor – faktor yang mempengaruhi 6. Benar Dokumentasi
pemberian obat :
1. Tingkat pengetahuan Diukur menggunakan lembar observasi
mahasiswa. penerapan enam benar obat dengan
2. Tingkat pendidikan skala Guttman.
Skor 1 untuk jawaban Ya
mahasiswa.
Skor 0 untuk jawaban Tidak
3. Motivasi kerja mahasiswa.

Baik Tidak Baik


: Diteliti

: Tidak Diteliti

Skema 2
Kerangka Konsep Penelitian
40

D. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah

gambaran penerapan prinsip enam benar obat pada mahasiswa program

studi diploma 3 yang praktik klinik di RS Bethesda Yogyakarta?”

E. Variabel Penelitian

1. Definisi Konseptual

Enam benar pada pemberian obat meliputi :

a. Benar obat

Benar obat adalah perintah pemberian obat yang

dilakukan setiap kali memberikan obat pada pasien.

(Potter,2010).

b. Benar dosis

Benar dosis adalah saat menyiapkan obat dari volume

yang besar atau lebih kuat dari yang diperlukan atau saat

memberi resep memesan sistem pemberian yang berbeda

dengan kemasan dari apotek maka risiko terjadinya

kesalahan akan meningkat (Potter, 2010).

c. Benar klien

Benar klien adalah meminta klien untuk menyebutkan

nama lengkapnya dan informasi lain yang dapat dijadikan


41

untuk memastikan bahwa perawat memberikan obat pada

klien yang tepat (Potter,2010)

d. Benar rute pemberian

Benar rute pemberian adalah jika rute pemberian obat

sesuai dengan rute pemberian yang sudah dikonsultasikan

dan sesuai dengan resep yang diberikan (Potter, 2010).

e. Benar waktu

Benar obat adalah memberikan obat pada waktu tertentu

setiap harinya dan diberikan sesuai dengan resep yang

ada (Potter, 2010).

f. Benar dokumentasi

Benar dokumentasi adalah laporan yang dibuat sebelum

dan setelah memberikan obat atau melakukan tindakan ke

pasien, dan ditulis secara benar dan akurat (Potter, 2010)


2. Definisi Operasional
Tabel 2
Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Penelitian Ukur
Penerapan Penerapan prinsip enam Lembar Observasi Hasil ukur mutlak yaitu jika responden tidak Nominal
prinsip enam benar obat adalah prinsip berisi 6 ceklist tentang melakukan salah satu poin maka responden
benar obat yang seharusnya dilakukan benar obat, benar dinyatakan tidak benar, dan jika responden
oleh mahasiswa program dosis, benar klien, melakukan semua poin (6 poin) maka responden
studi Diploma III semester benar rute pemberian, dinyatakan benar
VI STIKES Bethesda benar waktu, benar
Yakkum Yogyakarta yang dokumentasi. Analisa
sedang praktik di Rumah menggunakan skala
Sakit Bethesda Yogyakarta guttman yaitu :
bulan Maret 2019. Lembar a. Skor 1 : Ya
Observasi terdiri atas b. Skor 0 : Tidak
ceklist benar obar, benar
dosis, benar klien, benar
rute pemberian, benar
waktu dan benar
dokumentasi.

42
43

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif dengan

pendekatan deskriptif observasi pada mahasiswa Program Studi Diploma

III Keperawatan yang sedang praktik di RS Bethesda Yogyakarta.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Lokasi Penelitian di RS Bethesda Yogyakarta yang akan dilaksanakan

pada bulan Mei tahun 2019.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Diploma

III Keperawatan semester VI yang berjumlah 50 mahasiswa dan

sedang praktik klinik di RS Bethesda Yogyakarta.

2. Sampel

Pada penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan total

populasi, dimana jumlah sampel sama dengan jumlah populasi yang

ada yaitu 50 orang.


44

Adapun kriteria inklusi dan kriteria eksklusi sampel penelitian adalah

sebagai berikut :

a. Kriteria Inklusi

1) Mahasiswa Program Studi Diploma III yang sedang praktik

di RS Bethesda Yogyakarta.

2) Mahasiswa yang memberikan obat oral, obat intravena,

obat intra muscular, obat inhalasi,obat subkutan dan obat

intracutan kepada pasien.

3) Mahasiswa yang bersedia menjadi responden dan

mengikuti proses penelitian hingga akhir dengan

menandatangani infromed consent.

b. Kriteria Eksklusi

1) Mahasiswa praktik keperawatan yang menolak menjadi

responden.

D. Alat Ukur Penelitian

1. Kuesioner

Kuesioner ini berisi tentang data demografi responden, berupa nama

(diisi dengan inisial saja), usia, jenis kelamin.

2. Lembar Observasi

Lembar observasi dibuat oleh peneliti berisi ceklist tentang benar obat,

benar dosis, benar klien, benar jalur, benar waktu, benar dokumentasi.

Observasi akan dilakukan oleh peneliti dan asisten peneliti.


45

Penilaian dalam checklist dengan skala Guttman berdasarkan tingkat

kemampuan mahasiswa dalam melaksanakan prinsip enam benar

obat dengan jawaban “tidak” mendapatkan skor 0 dan jawaban

“iya” mendapatkan skor 1.

E. Uji Validitas dan Reliabilitas

Untuk menguji validitas dan reliabilitas skala penilaian lembar observasi

penerapan prinsip enam benar obat tahap uji coba teoritik digunakan

interrater reliability, yaitu reliabilitas yang dilihat dari tingkat kesepakatan

(aggrement) antara rater (penilai). Interrater reliability akan memberikan

gambaran (berupa skor) tentang sejauh mana tingkat kesepakatan.

Koefisien interrater reliability yang digunakan adalah koefisien

kesepakatan Cohen Kappa (K) dengan rumus sebagai berikut (Arikunto,

2010) :

Po − Pe
K=
1 − Pe

Keterangan :

K : Koefisien Cohen Kappa

Po : Proporsi kesepakatan teramati

Pe : Proporsi kesepakatan harapan

Uji ini dilakukan oleh peneliti dan asisten peneliti pada mahasiswa praktik

yang memiliki karakteristik yang sama dengan responden pada penelitian


46

ini. Uji ini akan dilakukan pada Mei 2019 di Akademi Kesehatan Karya

Husada Yogyakarta.

F. Etika Penelitian

1. Ethical Clearance

Peneliti mengurus etika penelitian ini melalui Komisi Etik Penelitian

Kesehatan di Universitas Kristen Duta Wacana pada April 2019.

2. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)

Peneliti dalam hal ini sangat mempertimbangkan hak-hak responden

sebagai subjek dalam penelitian ini. Responden dalam penelitian ini

memiliki hak asasi untuk menentukan pilihannya untuk bersedia atau

tidak menjadi responden penelitian ini (autonomy) sehingga dalam

penelitian ini tidak ada unsur paksaan dari peneliti kepada responden.

Peneliti menjelaskan tujuan yang dilakukannya dalam penelitian ini

kepada responden sebelum membagikan kuesioner.

Peneliti melakukan beberapa hal yang berhubungan dengan inform

concent, yaitu sebagai berikut :

a. Mempersilahkan formulir persetujuan yang ditandatangani oleh

subjek penelitian. Isi formulir inform concent yaitu :

1) Penjelasan tentang judul penelitian, tujuan dan manfaat

penelitian.

2) Permintaan kepada subjek untuk berpartisipasi dalam

penelitian.

3) Penjelasan prosedur penelitian.


47

4) Penjelasan tentang keuntungan yang didapat dengan

berpartisipasi sebagai subjek penelitian.

5) Persetujuan penelitian untuk memberikan informasi yang jujur

terkait prosedur penelitian yang akan dilakukan.

6) Pernyataan persetujuan dari subjek untuk ikut serta dalam

penelitian.

b. Memberikan penjelasan langsung kepada subjek terkait semua

yang tertulis pada lembar inform concent dan segala informasi

terkait dengan penelitian.

c. Memberikan kesempatan kepada subjek untuk bertanya tentang hal

yang belum dipahami dan dimengerti dari penjelasan peneliti.

d. Meminta subjek untuk menandatangani formulir inform concent

jika subjek menyetujui ikut serta dalam penelitian.

3. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek (respect for privacy and

confidentialy)

Peneliti merahasiakan segala hal terkait dengan informasi tentang

responden dengan melakukan pengodean data, sehingga informasi

terkait responden tidak dicantumkan secara terang-terangan oleh

peneliti dan tidak diketahui oleh orang lain.

4. Menghormati keadilan dan inklusivitas ( respect for justice

inclusiveness )

Peneliti dalam hal ini menjaga prinsip keterbukaan pada setiap

responden dalam penelitian ini, sehingga tidak ada satupun responden


48

yang diperlakukan secara lebih oleh peneliti melainkan semua

responden diperlakukan secara adil dan merata.

5. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan ( balancing

harm and benefits )

Peneliti menggunakan kode sebagai identitas responden, dengan

maksud untuk tidak menimbulkan dampak yang merugikan bagi

responden, selain itu peneliti juga mengurus ethical clerance ke bagian

komite etik penelitian, untuk meminimalisirkan resiko penelitian yang

terjadi kepada responden.

G. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan lembar

observasi.

Langkah-langkah pengumpulan data sebagai berikut :

1. Tahap persiapan

a. Peneliti mengajukan surat ijin studi pendahuluan kepada Ketua

Stikes Bethesda Yakkum pada

b. Peneliti mengajukan surat permohonan ijin studi pendahuluan pada

bulan Januari 2019 kepada Ketua STIKES Bethesda Yakkum

Yogyakarta untuk melakukan studi pendahuluan pada mahasiswa

Diploma 3 keperawatan yang praktik di RS Bethesda Yogyakarta,

setelah melakukan studi pendahuluan peneliti menyusun proposal

dan mengikuti ujian proposal pada 20 Maret 2019.


49

c. Peneliti mengajukan surat permohonan ethical clearance pada

April 2019 di Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas

Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW)

Yogyakarta.

d. Peneliti mengajukan surat permohonan untuk ijin penelitian

pada Mei 2019 kepada Ketua STIKES Bethesda Yakkum

Yogyakarta untuk memberikan surat permohonan ijin penelitian ke

mahasiswa STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta yang praktik di

RS Bethesda Yogyakarta.

e. Peneliti memastikan bahwa telah mendapat surat ijin untuk

melakukan penelitian ke mahasiswa STIKES Bethesda Yakkum

Yogyakarta.

f. Peneliti melakukan koordinasi dengan ketua kelas Program Studi

Diploma 3 pada Mei 2019 mengenai waktu dan tempat dengan

responden serta menjelaskan tentang prosedur dan teknis

pelaksanaan dalam penelitian.

g. Peneliti memohon ijin dan berkoordinasi dengan kepala ruang

Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta yang digunakan mahasiswa

Program Studi Diploma 3 praktik klinik untuk menjelaskan

mengenai teknis pelaksanaan penelitian.

h. Peneliti menentukan asisten yang akan membantu dalam

pelaksanaan penelitian sesuai dengan jumlah tempat praktik

mahasiswa Program Studi Diploma 3 Keperawatan dan kemudian


50

melakukan proses persamaan persepsi peneliti dengan asisten

mengenai teknis dalam pelaksanaan penelitian.

Berikut ini syarat dan tugas asisten peneliti, yaitu sebagai berikut:

1) Syarat asisten peneliti

a) Mahasiswa keperawatan Prodi Sarjana Keperawatan

Tingkat IV yang bersedia dan menandatangani surat

persetujuan menjadi asisten penelitian.

b) Mahasiswa keperawatan yang telah dinyatakan lulus pada

mata kuliah riset keperawatan.

2) Tugas dan tanggung jawab asisten peneliti

a) Asisten peneliti bersama peneliti membagikan kuesioner

praktik klinik kepada responden dan memastikan kuesioner

yang dibagikan sudah sesuai.

b) Asisten peneliti bersama peneliti melakukan observasi

kepatuhan penerapan prinsip enam benar (benar obat, benar

dosis, benar klien, benar jalur, benar waktu, benar

dokumentasi) kepada responden dan mencocokkan data

yang diobservasi dengan lembar observasi.

c) Asisten peneliti bersama peneliti melakukan

pengumpulan data hasil obsevasi kepatuhan penerapan

prinsip enam benar di ruang tempat penelitian dengan

lembar observasi yang sudah ditentukan.


51

2. Tahap Pelaksanaan

Setelah Peneliti mendapatkan ijin penelitian dari STIKES

Bethesda Yakkum Yogyakarta, kemudian peneliti melakukan

langkah-langkah pelaksanaan penelitian sebagai berikut :

a. Peneliti memperkenalkan diri terlebih dahulu kepada responden.

b. Peneliti menjelaskan kepada responden tentang teknis dalam

penelitian, lalu menjelaskan tentang metode yang dilakukan, yaitu

dengan pengisian kuesioner dan obervasi kepatuhan penerapan

prinsip enam benar.

c. Peneliti memberikan lembar informasi subjek penelitian dan

informed consent kepada responden untuk menyetujui menjadi

subjek penelitian.

d. Peneliti melakukan penelitian.

Berikut ini instrumen yang digunakan dalam penelitian, yaitu:

1) Kuesioner berisi data demografi responden.

2) Lembar Observasi penerapan prinsip enam benar.

e. Peneliti bersama asisten peneliti melakukan pengumpulan data.

Cara mengumpulkan data adalah sebagai berikut :

1) Peneliti dan asisten peneliti mengikuti mahasiswa praktik yang

akan memberikan obat kepada pasien.


52

2) Saat mahasiswa memberikan obat, peneliti dan asisten peneliti

mengamati apakah mahasiswa melakukan prinsip enam benar

obat atau tidak.

3) Pengamatan ini menggunakan Standard Operating Procedure

(SOP) pemberian obat.

f. Peneliti dan asisten peneliti mengakhiri penelitian.

3. Tahap Akhir

a. Peneliti memeriksa kembali seluruh data yang telah dikumpulkan

dan memastikan lengkap.

b. Peneliti dan asisten mengucapkan terima kasih kepada ruangan

Rumah Sakit yang dijadikan sebagai tempat penelitian.

c. Setelah data lengkap, peneliti kemudian melakukan pengolahan

data dan menyusun data tersebut dalam laporan hasil penelitian.

H. Rencana Analisis Data

1. Pengelolaan Data

Proses pengolahan data meliputi 4 tahap, yaitu :

a. Editing

Peneliti melakukan pemeriksaan dan pengecekan lembar observasi

yang telah diisi berdasarkan hasil observasi peneliti.

b. Coding
53

Pada proses ini peneliti melakukan pengodean atau coding yaitu

merubah hasil observasi menjadi angka dengan pengelolaan data

menggunakan komputer. Data yang sudah terkumpul terlebih

dahulu diberi nomor/kode responden kemudiandilakukan entry

data. Coding data dilakukan pada distribusi frekuensi usia dan

jenis kelamin, yaitu sebagai berikut :

1) Usia

a) Usia ≤ 20 tahun diberi kode (1)

b) Usia ≥ 20 tahun diberi kode (2)

2) Jenis Kelamin

a) Laki-laki diberi kode (1)

b) Perempuan diberi kode (2)

c. Entry Data

Pada tahap ini peneliti memasukkan data-data berupa karakteristik

responden yang meliputi usia, jenis kelamin dan data hasil lembar

observasiyang sudah dikolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode

yang sesuai dengan data tersebut, yang selanjutnya akan dilakukan

proses perhitungan persentase frekuensi variabel menggunakan

perhitungan di komputerisasi.

d. Tabulasi

Peneliti menggunakan table sebagai proses pengelolaan data dari

lembar coding ke dalam table, kemudian dilakukan analisis. Data


54

yang telah diperoleh dimasukkan kedalam master table digunakan

dengan tujuan mempermudah dalam proses analisis data.

e. Cleaning

Setelah data dimasukkan ke dalam kolom yang sesuai, tahap yang

dilakukan selanjutnya adalah pembersihan data dengan melihat ada

tidaknya kesalahan dalam memasukkan data.

2. Analisis Data

a. Analisa

Mendeskripsikan tentang karakteristik responden meliputi usia dan

jenis kelamin. Data yang telah terkumpul diolah dan dianalisis ke

dalam tabel frekuensi dan presentase, dengan menggunakan

metode komputerisasi.

Hasil berupa presentase untuk menilai prosedur pemberian obat

dengan menggunakan rumus uji mean, yaitu:

𝑥
𝑃= × 100%
𝑛

Keterangan:

P : Persentase (%)

x : Jumlah nilai yang didapat

n : Jumlah nilai maksimal


DAFTAR PUSTAKA

Alakahli, Ruchika Garg, Atul Kabra, Ashish Chauhan. (2014). Study of

Medication Errors and Compliances for Inclusion of New Drugs in

Hospital Formulary. Int. J. Fund. Appl. Sci. Vol 3

Amik, Muladi. (2012). Faktor-Faktor Penyebab Medication Error.

Penelitian Akademi Keperawatan Tujuh Belas Karang Anyar

Aronson, J.K. (2009). Medication Errors: What They are, How They

Happen, and How to Avoid Them. QJM; 102 (8): 513521

Batubara, P. L. (2008). Farmakologi Dasar, edisi II. Jakarta: Lembaga

Studi dan Konsultasi Farmakologi

Darma, I Ketut. (2013). Keterampilan Dasar Praktik Klinik : Modul

Kebidanan. Jakarta : EGC

Dermawan, Deden. (2015). Farmakologi untuk Keperawatan.

Yogyakarta : Gosyen Publishing

Dwiprahasto I. (2011), ‘Intervensi Pelatihan untuk Meminimalkan

Risiko Medication Error di Pusat Pelayanan Kesehatan

Primer’, Jurnal Berkala Ilmu Kedokteran 2006, XXXVIII

(1),Dari:http://ilib.ugm.ac.id/jurnal/detail.php?dataId=5603

Diakses pada tanggal 17 Januari 2019

Febri Adhi. (2014). Hubungan antara penerapan standart operasional

procedure (sop) pemberian obat prinsip enam benar dengan

55
tingkat kepuasan pasien di rsud ungaran. Dari :

http://id.portalgaruda.org/?ref=browse&mod=viewarticle&article=

393148

Harmiady. (2014). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan

Pelaksanaan Prinsip 6 Benar Dalam Pemberian Obat

Oleh Perawat Pelaksana Di Ruang Interna Dan Bedah

Rumah Sakit Haji Makassar. Makasar. Jurnal Ilmiah.

Diakses tangal 1 November 2018 dari

http://libary.stikesnh.ac.id/files/disk1/11/elibrary%20stikes%2

0nani%20hasanuddin-raufharmia-540-1-45146596-1.pdf

Hartaji, Damar A. (2012). Motivasi Berprestasi Pada Mahasiswa yang

Berkuliah Dengan Jurusan Pilihan Orangtua. Skripsi strata satu,

Fakultas Psikologi : Universitas Gunadarma

Hasibuan M. (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi

Aksara

Henneman, E.A., Roche, J.P., Fisher, D.L., Cunningham, H., Reilly, C.A.,

Nathanson, B.H., Henneman, P.L. (2010). Eror identification

and recovery by student nurses using human patient simulation:

Opportunity to improve patient safety.In Applied Nursing

research. 23: 11–21.

Hidayat, A Aziz Alimul. (2013). Pengantar kebutuhan dasar manusia :

Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba

Medika

56
Karch, M. A. (2010). Buku ajar farmakologi keperawatan. Jakarta: EGC

Kemenkes. (2011). Modul Penggunaan Obat Rasional. Jakarta

Kinninger,T&Reeder,L (2003) Establishing ROI for Technology to

Reduce Medication Errors is Both Science and Art. Diambil 28

Januari 2019, dari

http://www.bridgemedical.com_mediacov_203.shtml

Mahasiswa. Kamus Bahasa Indonesia (online). Diakses pada tanggal 25

oktober (2018) dari kbbi.web.id

Mubarak, Wahit Iqbal. (2015). Ilmu Keperawatan Komunitas : Konsep

dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika

Nurinasari. (2014). Identifikasi Idependensi Variabel Pengobatan Penyakit

Tuberkulosis di Negara Asean Berdasarkan Struktur Dynamic

Bayesian Networks. Diambil dari

https://www.researchgate.net/publication/311645266_Identific

ation_of_Tuberculosis_Patient_Characteristics_Using_K-

Means_Clustering

Notoatmodjo, Soekidjo. (2012). Metode penelitian kesehatan. Jakarta :

Rineka Cipta

Nursalam, dan Efendi, F. (2011). Pendidikan dalam Keperawatan.

Jakarta : Salemba Medika

Nursalam. (2012). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik

Keperawatan Profesional. Edisi 3. Jakarta:Salemba Medika

57
Perry, Potter. (2010). Fundamentals os Nursing Fundamental

Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta

Rothschild, J.M., Hurley, A.C., Landrigan, C.P., Cronin, J.W., Martell

Waldrop, K., Foskestt, C., Burdick, E., Czeisler, C.A., Bates,

D.W., (2006). Recovery from Medical errors: The critical care

nursing safety net. Journal on Quality and Patient Safety.

32(2): 62–72

Salmani N, Fallah Tati B. (2016). Frequency, Type and Causes of

Medication Errors in Pediatric Wards of Hospitals in Yazd, the

Central of Iran. International Journal Pediatric, 4(9):3475-87.

DOI:10.22038/ijp.2016.7434

Setiadi. (2013). Konsep dan praktek penulisan riset keperawatan edisi 2.

Yogyakarta : Graha Ilmu

Siswoyo, Dwi. (2007). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta : UNY Press

Sugiyono. (2013). Metode penelitian pendidikan.Bandung : Alfabeta

Suharsimi, Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan

Praktik edisi revisi. Jakarta : Rineka Cipta

Suratmi. (2016). Hubungan Lingkungan Kerja dengan Upaya Pencegahan

Kesalahan Pemberian Obat diruang terapi RSUD Dr. Soegiri

Lamongan. Diakses tanggal 21 Oktober 2018 dari

https://jurnal.stikesmuhla.ac.id/wp-content/uploads/2016/12/53-

59-Suratmi.pdf

58
Soekidjo, Notoatmodjo. (2012). Metodologi Peneltian Kesehatan Edisi

revisi. Jakarta : Rineke Cipta

Wardana. (2016). Hubungan Karakteristik Perawat dengan Penerapan

Prinsip Enam Benar Obat Dalam Pemberian Obat diruang

rawat inap RSUD Dr. Soewondo Kendal. Diakses tanggal 21

Oktober 2018 dari

http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/ilmukeperawata

n/article/view/189/213

Yulihastin, Erma. (2009). Bekerja Sebagai Perawat. Penerbit Erlangga

Yusuf, Syamsu. (2012). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.

Bandung:RemajaRosd

59
LAMPIRAN
Lampiran 2

SURAT PERNYATAAN MENJADI ASISTEN PENELITIAN

Setelah mendapat penjelasan, saya memahami dan mengetahui tentang tugas-

tugas saya sebagai asisten peneliti, oleh sebab itu saya yang bertanda tangan di

bawah ini,

nama :

jenis kelamin :

umur :

pendidikan :

Dengan ini menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan

penelitian yang berjudul “Gambaran penerapan prinsip enam benar obat pada

mahasiswa program studi Diploma III Keperawatan yang praktik di RS Bethesda

Yogyakarta tahun 2019”, yang akan dilakukan oleh Debora Yusi Kusumastuti

mahasiswa Prodi Sarjana Keperawatan STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta.

Demikian lembar persetujuan ini saya isi dengan sebenar-benarnya agar dapat

dipergunakan sebagaimana mestinya.

Asisten peneliti
(...................................)

Lampiran 3

Informed Consent

No. Responden :

KONFIRMASI PERSETUJUAN

UNTUK BERPARTISIPASI SEBAGAI RESPONDEN DALAM

PENELITIAN

(INFORMED CONSENT)

1. Saya .........................................................................(mohon menuliskan nama)

Menyatakan bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian dengan judul :

“Gambaran penerapan prinsip enam benar obat pada mahasiswa program studi

Diploma III Keperawatan yang praktik di RS Bethesda Yogyakarta tahun 2019”

2. Saya menyatakan bahwa telah membaca dan memahami “Lembar Informasi” yang

berisi informasi yang terkait dengan penelitian ini dan ketentuan-ketentuan dalam

berpartisipasi sebagai responden.

3. Saya menyatakan bahwa peneliti telah memberikan penjelasan secara lisan untuk

memperjelas hal-hal terkait dengan informasi tersebut diatas. Saya telah

memahaminya dan telah diberi waktu untuk menanyakan hal-hal yang kurang

jelas.
4. Saya menyadari bahwa mungkin saya tidak akan secara langsung menerima atau

merasakan manfaat dari penelitian ini, namun telah disampaikan kepada saya

bahwa hasil penelitian ini akan berguna untuk meningkatkan pelayanan kesehatan.

5. Saya telah diberi hak untuk menolak memberikan informasi jika saya

berkeberatan untuk menyampaikannya.

6. Saya juga diberi hak untuk dapat mengundurkan diri sebagai responden pada

penelitian ini sewaktu-waktu tanpa ada konsekuensi apapun.

7. Saya mengerti dan saya telah diberitahu bahwa semua infromasi yang akan saya

berikan akan sepenuhnya digunakan untuk kepentingan penelitian.

8. Saya juga telah diberi informasi bahwa identitas pribadi saya akan dijamin

kerahasiannya, baik dalam laporan maupun publikasi hasil penelitian

SAKSI

Saya telah menjelaskan kepada Bpk/Ibu/Sdr .......................... (nama responden)

hal-hal mendasar tentang penelitian ini. Menurut saya, Bpk/Ibu/Sdr tersebut telah

memahami penjelasan tersebut.

Nama : ................................................... (Nama Pewawancara)

Status dalam penelitian ini :

Yogyakarta, 2019

(tanda tangan) (tanda tangan) (tanda tangan)

(Nama Pewawancara) (Nama saksi) (Nama responden)


Lampiran 4

KUESIONER DATA DEMOGRAFI

A. Identitas Responden

Nama (inisial) :

Jenis Kelamin :

Usia :
Lampiran 5

LEMBAR OBSERVASI

Hari/Tanggal :

Jam :

Ruang :

No. Nama Benar Benar Benar Benar Benar Benar


responden Obat Dosis Klien Rute Waktu Dokumentasi
(inisial)

Materi :
1. Benar Obat
Bandingkan instruksi tulisan tangan dengan daftar obat yang tercantum
dalam laporan pemberian obat saat obat pertama kali diresepkan. Jika
sudah yakin informasi obat sudah akurat, gunakan laporan pemberian obat
untuk menyiapkan dan memberikan obat.
2. Benar Dosis
Sebelum memberikan obat kepada pasien cek buku daftar obat untuk
mengecek ulang dosis obat yang tepat untuk pasien, kemudian cocokkan
dengan obat yang sudah disiapkan.
3. Benar Klien
Sebelum memberikan obat pada klien, gunakan setidaknya dua identitas
klien. Meminta klien untuk menyebutkan nama dan informasi lainnya
dapat dijadikan langkah untuk memastikan bahwa obat diberikan pada
klien yang tepat.

4. Benar Rute Pemberian


Selalu konsultasikan pada pemberi resep jika perintah tidak menyertakan
jalur pemberian obat. Saat memberikan obat, sikap hati-hati diperlukan
untuk memastikan perawat memberikan obat yang tepat.
5. Benar Waktu
Obat diberikan pada waktu tertentu setiap harinya dan sesuai dengan
program obat yang sudah ditentukan.
6. Benar Dokumentasi
Pastikan untuk membuat laporan yang benar dan akurat sebelum dan
sesudah memberikan obat.

Yogyakarta, April 2019

(nama peneliti/asisten peneliti)


Lampiran 8

Tabel 6.
Jadwal Kegiatan Penelitian

No. Waktu September Oktober Januari Februari Maret April Mei


2019 2018 2019 2019 2019 2019 2019

Kegiatan

1. Pengajuan
judul
2. Penelusuran
literatur dan
identifikasi
masalah
3. Penyusunan
proposal dan
konsultasi
4. Ujian
proposal
5. Pengajuan
Ethical
Clearance
6. Penelitian
Lampiran 9

Tabel 7.
Rencana Anggaran Dana Penelitian

NO Pengeluaran Total
1. Penggandaan proposal Rp. 150.000,00
2. Asisten Rp. 200.000,00
3. Souvenir responden Rp. 200.000,00
4. Ethical Clearance Rp. 250.000,00
5. Penggandaan Kuisoner dan Lembar Rp. 100.000,00
Observasi
6. Penggandaan hasil skripsi Rp. 200.000,00
7. Perijinan Rp. 200.000,00
Jumlah Rp. 1.300.000,00
Lampiran 6

Dummy
Tabel Umum
Tabel 3.
Karakteristik Responden Gambaran Penerapan Prinsip Enam Benar Obat di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2019

No. Karakteristik Responden Penerapan Prinsip Enam Obat


Responden Jenis Kelamin Usia Baik Tidak Baik
Lampiran 7

Dummy
Tabel Khusus
Tabel 4.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Mahasiswa Program Studi Diploma III yang Praktik di Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta Tahun 2019
No. Kategori Frekuensi Persentase (%)
1. Laki-laki
2. Perempuan
Jumlah
Lampiran 7

Dummy
Tabel Khusus
Tabel 5.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Gambaran Penerapan Prinsip Enam Benar pada Mahasiswa Program Studi Diploma III
yang Praktik di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2019
No. Kategori Frekuensi Persentase (%)
1. Baik
2. Tidak Baik
Jumlah

Anda mungkin juga menyukai