Anda di halaman 1dari 178

i

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA TN. K DAN


TN. W TAHAP PERKEMBANGAN LANSIA DENGAN
HIPERTENSI DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN
PEMELIHARAAN KESEHATAN DI DUSUN
JETAK DESA WONOREJO KECAMATAN
GONDANGREJO KABUPATEN
KARANGANYAR

Karya Tulis Ilmiah


Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma Tiga Keperawatan

DISUSUN OLEH:

ESTER YUSTIANA WIDIASIH


NIM. P.14075

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2017
i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saxa yanb berianda tangan di bawah ini


Nama . ESTER YUST IANA WI DIAS[H

NIM : P.14075
Program Studi : D3 KEPERAWATAN
I udul Karya Tulis ltmiah : Asuhan Keperawatan Keluarga Pada TN. K
dan 3W. W Tahap Perkembangan Lansia
dengan Hipcrtensi dengan Ketidakefektifan
Pemeliharaan Kesehatan di Dusun Jetak Desa
Wonorejo Kecamalan Gondangrejo
Kabupaten Karanganvar

Menyatnkan dengan sebenamya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan
tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya
sendiri.

Apabila di kemudian hari dapat dibuk4ikan bahwa Tugas Akhiri ini


adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas pcrbuatan
tersebut sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku.

Surakarta, I uli 2017


Yang Membuat Pemyataan

ESTER YUSTIANA WIDIASI H


NIM.P.l J075
MOTTO

“Kebiasaanmu dapat membuatmu berhasil tetapi juga dapat menghancurkanmu”

Yusuf Pardiyanto

“Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberi kekekalan

dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan

yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir”

Pengkotbah 3:11

iii
LEMBAR PERSETUJUAN
KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA
TN. K DAN TN. W TATFAP PERKEMBANGAN LANSIA DENGAN
BIPERTENSI DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN PEMELIHARAAN
KESEHATAN DI DUSUN JETAK DESA WONOREJO
KECAMATAN GONDANGREJO KABUPATEN
KARANGANYAR

Diajukan sebagai salah satu syarat guna rnemperoleh


gelar Ahli Madya Kepetawatan (Amd.Kep)

Oleh :
ESTER YUSTIANA WIDIAGHf

P.14075

Surakana, Juli 2017

Menyetujui,
Pembimbing

Meri OhtanL S.Ke

NJK. 200981037
LEMBAR PENETAPAN DEWAN PENGIHI

Telah Diuji Pada Tanggal

: 08 Agusius 2017

Dewao Peaguji :

Ketua :

1. Erline Windvastuti, S.Kep..Ns..M.Kep


NIK. 201187065

Anggota :

1. Meri Okteriaiii. S.Kep..Na.,M.Kep


NIK. 200981037

V
HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis llmiah ini diajukan oleh :

Nmna : Ester Yustiana Widiasih


NIM P.14075

Program Studi : D3 Kepcrawatan

Judul : Asuhan Keperawalan Keluarga pada Tn. K dan Tn W


Tahap Perkembangan Lansia dengan Hipertensi dengan
Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan di Dusun Jetak
Desa Wonorejo Kecamatan Gondangrejo Kabupaten
Ka<anganyar

Telah diujikan dan dipertahankan di hadapan


Dewan Penguji Karya Tufts Ilmiah
Prodi D3 Keperasvatan STlKes Kusuma Husada Surakarta

Ditetapkan di : Surakarta

Hari/Tanggal : Selasa, 08 Agustus 2017

DEWAN PENGUIN

1. Keiua :Er1ina Windyastuti S Kep Ns M Kep


NIK. 201187065

2. Anggota :Meri Oktariani, S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIK. 200981037

Mengemhui,
Ketua P Studi D3 Keperawatan ,
i<**d«¿
s u usada Surakarta

Ko NsMKe
200981037

V1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena

berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA

TN. K DAN TN. W TAHAP PERKEMBANGAN LANSIA DENGAN

HIPERTENSI DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN PEMELIHARAAN

KESEHATAN DI DUSUN JETAK DESA WONOREJO KECAMATAN

GONDANGREJO KABUPATEN KARANGANYAR”

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada yang terhormat :

1. Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns.,M.Kep., selaku Ketua STIKes Kusuma

Husada Surakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menimba ilmu

di STIKes Kusuma Husada Surakarta.

2. Meri Oktariani, S.Kep.,Ns.,M.Kep., selaku Ketua Program Studi D3

Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu

di STIKes Kusuma Husada Surakarta dan selaku dosen pembimbing

sekaligus sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat,

memberikan masukan-masukan, inspirasi perasaan nyaman dalam bimbingan

serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.

vii
3. Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns.,M.Kep., selaku Sekretaris Program Studi D3

Keperawatan dan selaku penguji yang telah memeberikan saran, masukan,

dan pendapat.

4. Semua dosen dan staf Program Studi D3 Keperawatan STIKes Kusuma

Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan

wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.

5. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat

untuk menyelesaikan pendidikan.

6. Suamiku, yang selalu mendampingi dan mendukung dalam proses

menyelesaikan pendidikan.

7. Teman-teman Mahasiswa Program Studi D3 Keperawatan STIKes Kusuma

Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-

persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.

Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

keperawatan dan kesehatan. Amin.

Surakarta, Juli 2017

Penulis

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN........................................................ii
MOTTO........................................................................................................iii
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................iv
LEMBAR PENETAPAN DEWAN PENGUJI...........................................v
LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................vi
KATA PENGANTAR................................................................................vii
DAFTAR ISI................................................................................................ix
DAFTAR TABEL.......................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Batasan Masalah 5
Rumusan Masalah 5
Tujuan 6
Tujuan Umum 6
Tujuan Khusus 6
Manfaat 6
Manfaat Teoritis 6
Manfaat Praktis 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Keluarga 8
Pengertian 8
Tugas dan Tahap Perkembangan Keluarga..............................................................9
Masalah Kesehatan Keluarga 13
Konsep Penyakit 18
Definisi Hipertensi 18
Klasifikasi Hipertensi 18

ix
Etiologi 20
Manifestasi Klinis 21
Patofisiologi 21
Pathway 24
Penatalaksanaan 25
Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga...............................28
Pengkajian 28
Tahap Diagnosa 37
Intervensi Keperawatan 43
BAB III METODE PENELITIAN
Desain Penelitian 48
Batasan Istilah 48
Partisipan 49
Lokasi dan Waktu Penelitian................................................49
Pengumpulan Data 50
Uji Keabsahan Data 54
Analisa Data 56
BAB IV HASIL
Hasil 60
Gambaran Lokasi Pengambilan Data.....................................................................60
Pengkajian 60
Analisa Data 73
Skoring Prioritas Masalah Asuhan Keperawatan
Keluarga................................................................75
Penentuan Masalah Berdasarkan Skoring..............................................................77
Perencanaan Keperawatan 78
Implementasi Keperawatan 83
Evaluasi 90
BAB V PEMBAHASAN
Pembahasan 94
Pengkajian 94
Diagnosa Keperawatan 99
Intervensi Keperawatan 101
Implementasi Keperawatan 102
x
Evaluasi 105
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan 110
Pengkajian 110
Diagnosa Keperawatan 110
Intervensi Keperawatan 111
Implementasi Keperawatan 111
Evaluasi Batasan Istilah 112
Saran 112
Bagi Puskesmas 112
Bagi Institusi Pendidikan 112
6.2.2 Bagi Klien dan Keluarga.....................................113
6.2.2 Bagi Penulis........................................................113
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Halaman

1. Tabel 2.1 Kriteria Penyakit Hipertensi ..................................................... 21

2. Tabel 2.2 Skala Penyusunan Masalah Kesehatan Keluarga Sesuai

Prioritas.................................................................................. 41

3. Tabel 4.1 Data Umum ........................................................................... 60

4. Tabel 4.2 Komposisi Keluarga .............................................................. 61

5. Tabel 4.3 Tipe Keluarga ........................................................................ 62

6. Tabel 4.4 Suku Bangsa .......................................................................... 62

7. Tabel 4.5 Agama ................................................................................... 62

8. Tabel 4.6 Status Sosial dan Ekonomi.................................................... 63

9. Tabel 4.7 Aktivitas Rekreasi ................................................................. 63

10. Tabel 4.8 Riwayat dan Tahap Perkembangan ....................................... 64

11. Tabel 4.9 Lingkungan............................................................................ 65

12. Tabel 4.10 Struktur Komunikasi Keluarga............................................ 67

13. Tabel 4.11 Fungsi Keluarga .................................................................. 68

14. Tabel 4.12 Stress dan Koping Keluarga ................................................ 70

15. Tabel 4.13 Harapan Keluarga................................................................ 71

16. Tabel 4.14 Pemeriksaan Fisik ............................................................... 71

17. Tabel 4.15 Analisa Data ........................................................................ 73

18. Tabel 4.16 Skoring Prioritas Masalah Asuhan Keperawatan

Keluarga .............................................................................. 75

19. Tabel 4.17 Penentuan Prioritas Masalah Berdasarkan Skoring ............ 77

20. Tabel 4.18 Perencanaan Keperawatan................................................... 78

21. Tabel 4.19 Implementasi Keperawatan ................................................. 83

22. Tabel 4.20 Evaluasi ............................................................................... 90


xii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Skema 2.1 Pathway Hipertensi ............................................................ 25

2. Skema 4.1 Genogram Klien 1 .......................................................... 61

3. Skema 4.2 Genogram Klien 2 .......................................................... 61

xiii
LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2. Lembar Audience

Lampiran 3. Lembar Konsultasi

Lampiran 4. Format Pengkajian Asuhan Keperawatan Keluarga

Lampiran 5. Asuhan Keperawatan Keluarga

Lampiran 6. Jurnal Pendidikan Kesehatan

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Keluarga merupakan bagian dari manusia yang setiap hari selalu

berhubungan dengan kita. Keadaan ini perlu kita sadari sepenuhnya bahwa

setiap individu merupakan bagiannya dan di keluarga juga semua dapat

diekspresikan tanpa hambatan yang berarti. Bila terdapat masalah satu

anggota keluarga akan menjadi masalah bagi satu unit keluarga. Karena ada

hubungan yang kuat antar keluarga dengan status keluarga.

Penetapan keluarga sebagai sasaran asuhan keperawatan adalah hal

yang tepat. Keluarga dalam hal ini tidak dipandang dari jumlah anggotanya,

tetapi kesatuannya yang unik dalam menghadapi masalah. Keunikannya

terlihat dari cara berkomunikasi, mengambil keputusan, sikap, nilai, cita-

cita, hubungan dengan masyarakat luas dan gaya hidup yang tidak sama

antara satu keluarga dan keluarga lainnya. Perbedaan tersebut dipengaruhi

oleh lingkungan, zaman, dan geografis; keluarga di desa sangat berbeda

dengan di kota dalam hal besarnya keluarga, struktur, nilai, dan juga gaya

hidupnya (Ali, 2010).

Keluarga mempunyai siklus perkembangan sebagaimana layaknya

individu. Perkembangan itu terutama dalam besarnya keluarga dan

kemampuannya, mulai dari pasangan yang baru menikah, baru memiliki

anak, memiliki anak remaja, memiliki anak dewasa, sampai keluarga yang

salah seorang anggota keluarganya meninggal dunia. Menurut Ali (2010),

1
2

siklus kehidupan perkembangan keluarga dibagi menjadi 8 tahap yaitu tahap

keluarga pemula, tahap keluarga yang sedang mengasuh anak, tahap

keluarga dengan anak usia pra-sekolah, tahap keluarga dengan anak usia

sekolah, tahap keluarga dengan anak remaja, tahap keluarga yang

melepaskan anak usia dewasa muda, tahap keluarga yang orang tua usia

pertengahan, dan tahap keluarga dalam masa lanjut usia.

Tahap terakhir perkembangan keluarga adalah tahap dalam masa usia

lanjut, tahap ini dimulai pada saat salah satu pasangan pensiun berlanjut

salah satu pasangan meninggal sampai keduanya meninggal (Gusti, 2013).

Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan

masa hidup manusia yang terakhir. Seseorang mengalami kemunduran fisik,

mental, dan sosial secara bertahap pada masa ini (Azizah, 2011).

Pada keadaan ini lanjut usia (lansia) akan mengalami berbagai masalah

kesehatan dan penyakit yang erat kaitannya dengan proses menua, misalnya

gangguan pada sirkulasi darah (hipertensi, kelainan pembuluh darah,

gangguan pembuluh darah di otak, jantung koroner, dan ginjal), gangguan

metabolisme hormonal (diabetes mellitus, klimakterium, dan

ketidakseimbangan tiroid), dan gangguan pada persendian (ostheoarthitis,

gout arthritis, ataupun penyakit kolagen lainnya) (Aspiani, 2014). Salah satu

permasalahan yang sering dialami lansia yaitu rentannya kondisi fisik lansia

terhadap berbagai penyakit dikarenakan berkurangnya daya tahan tubuh

dalam menghadapi pengaruh dari luar serta menurunnya efisiensi

mekanisme homeostatis, yaitu sistem kardiovaskuler. Masalah kesehatan

akibat dari proses penuaan dan sering terjadi pada sistem kardiovaskuler
3

yang merupakan proses degeneratif, di antaranya yaitu penyakit hipertensi

(Perry & Potter, 2009).

Di seluruh dunia terutama di negara-negara maju dan berkembang,

hipertensi merupakan masalah kesehatan yang cukup lazim ditemukan pada

usia lanjut. Di Amerika Serikat, sekitar 18-32% penduduknya menderita

hipertensi, sedangkan di Cina persentase kasusnya lebih rendah, yaitu

sekitar 13%. Di Indonesia prevalensi hipertensi lebih tinggi jika

dibandingkan dengan Singapura yang mencapai 27,3%, Thailand dengan

22,7% dan Malaysia mencapai 20%. Tingkat prevalensi hipertensi di

Indonesia mencapai 31,7 persen dari total jumlah penduduk dewasa (Dhuha,

2011). Di daerah Propinsi Jawa Tengah perbandingan angka kesakitan

lansia di daerah perkotaan dan perdesaan pada tahun 2008 sampai 2012

sebesar 24,77%, artinya bahwa dari setiap 100 orang lansia sekitar 24 orang

lansia yang mengalami sakit yang antara lain, hipertensi 57,6%, (Kemenkes

RI, 2013). Sedangkan dalam Profil Kabupaten Karanganyar tahun 2014 di

Kecamatan Gondangrejo dari jumlah 72.830 penduduk jumlah lansia

terdapat 32,4% mengalami masalah kesehatan yaitu hipertensi.

Hipertensi yang terjadi pada lansia umumnya adalah hipertensi dengan

sistolik terisolasi dimana arteri kehilangan elastisitasnya. Hipertensi pada

usia lanjut dibedakan menjadi dua macam yaitu hipertensi pada tekanan

sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan atau tekanan diastolik

sama atau lebih 90 mmHg serta hipertensi sistolik terisolasi tekanan sistolik

lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90

mmHg (Nugroho, 2008). Kebanyakan orang menganggap hipertensi


4

merupakan hal yang biasa terjadi pada lansia, sehingga mayoritas

masyarakat menganggap remeh akan penyakit ini. Penyakit hipertensi dapat

menyebabkan berbagai macam komplikasi antara lain gagal jantung dan

stroke.

Menurut Friedman (2010) salah satu fungsi keluarga adalah fungsi

perawatan atau pemeliharaan kesehatan yaitu keluarga berfungsi untuk

mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga, namun kenyataannya

banyak keluarga yang tidak memiliki kemampuan merawat anggota

keluarga dengan hipertensi sehingga diperlukan intervensi pendidikan

kesehatan bagi keluarga. Pendidikan kesehatan sebagai intervensi

keperawatan mandiri dapat direncanakan untuk meningkatkan kemampuan

keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mengalami hipertensi.

Keluarga merupakan sumber daya penting pemberian layanan kesehatan,

baik bagi individu maupun keluarga. Saat perawatan difokuskan pada

keluarga, efektifitas perawatan terbukti meningkat. Pengkajian dan

pemberian layanan kesehatan keluarga adalah hal yang penting dalam

membantu tiap anggota keluarga mencapai tingkat kesejahteraan yang

optimum (Gilliss & Davis, 1993 dalam Friedman, 2010). Pendidikan

kesehatan merupakan prioritas utama dan merupakan salah satu intervensi

keperawatan yang efektif untuk meningkatkan tingkat kesadaran masyarakat

akan pentingnya pemahaman yang benar mengenai hipertensi. Namun

demikian, efektifitas pendidikan kesehatan belum sepenuhnya diketahui

pengaruh pendidikan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan, sikap


5

dan keterampilan keluarga terutama dalam merawat anggota keluarga

dengan hipertensi.

Untuk mencegah dan mengurangi agar tidak terjadi seperti halnya yang

telah dijelaskan di atas maka dari itu perlu penanganan masalah hipertensi

secara maksimal, yang salah satunya adalah dengan pemberian Asuhan

Keperawatan karena hipertensi cenderung mengakibatkan terjadinya

komplikasi penyakit lainnya, yang mana keadaan tersebut dapat mengancam

kehidupan lansia. Sehingga pemberian asuhan keperawatan yang cepat,

tepat, dan efisien dapat membantu menekan angka kejadian dan kematian

pada pasien hipertensi. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis

tertarik untuk melakukan pengelolaan kasus keperawatan dalam bentuk

karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Tahap

Perkembangan Lansia dengan Hipertensi dengan Ketidakefektifan

Pemeliharaan Kesehatan di Dusun Jetak Kelurahan Wonorejo Kecamatan

Gondangrejo Kabupaten Karanganyar”.

Batasan Masalah

Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada Asuhan Keperawatan

Keluarga pada Tn. K dan Tn. W Tahap Perkembangan Lansia dengan

Hipertensi dengan Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan di Dusun Jetak

Desa Wonorejo Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada studi kasus ini adalah mengetahui

bagaimanakah Asuhan Keperawatan Keluarga pada Tn. K dan Tn. W Tahap

Perkembangan Lansia dengan Hipertensi dengan Ketidakefektifan


6

Pemeliharaan Kesehatan di Dusun Jetak Desa Wonorejo Kecamatan

Gondangrejo Kabupaten Karanganyar.

Tujuan

Tujuan Umum

Tujuan umum pada studi kasus ini untuk melaksanakan Asuhan

Keperawatan Keluarga pada Tn. K dan Tn. W Tahap Perkembangan

Lansia dengan Hipertensi dengan Ketidakefektifan Pemeliharaan

Kesehatan di Dusun Jetak Desa Wonorejo Kecamatan Gondangrejo

Kabupaten Karanganyar.

Tujuan Khusus

1. Melakukan pengkajian pada keluarga pada Tn. K dan Tn. W tahap

perkembangan lansia dengan hipertensi dengan ketidakefektifan

pemeliharaan kesehatan di Dusun Jetak Desa Wonorejo

Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar.

2. Menetapkan diagnosis keluarga pada Tn. K dan Tn. W tahap

perkembangan lansia dengan hipertensi dengan ketidakefektifan

pemeliharaan kesehatan di Dusun Jetak Desa Wonorejo

Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar.

3. Menyusun perencanaan keperawatan keluarga pada Tn. K dan Tn.

W tahap perkembangan lansia dengan hipertensi dengan

ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan di Dusun Jetak Desa

Wonorejo Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar.

4. Melaksanakan tindakan keperawatan keluarga pada Tn. K dan Tn.

W tahap perkembangan lansia dengan hipertensi dengan


7

ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan di Dusun Jetak Desa

Wonorejo Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar.

5. Melakukan evaluasi hasil tindakan keluarga pada Tn. K dan Tn. W

tahap perkembangan lansia dengan hipertensi dengan

ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan di Dusun Jetak Desa

Wonorejo Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar.

Manfaat Penulis

Teoritis

Penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan acuan selanjutnya yang

berhubungan dengan penulisan ini dan dapat memperluas informasi

serta pengetahuan bagi peneliti selanjutnya.

Praktis

1. Bagi institusi pelayanan kesehatan (keluarga)

Sebagai acuan dalam menjalankan praktek keperawatan pada Tn. K

dan Tn. W tahap perkembangan lansia dengan hipertensi dengan

ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan di Dusun Jetak Desa

Wonorejo Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar secara

mandiri oleh keluarga.

2. Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat

Sebagai acuan dalam upaya meningkatkan mutu dan pelayanan

dalam memberikan Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Tn. K dan

Tn. W Tahap Perkembangan Lansia dengan Hipertensi dengan

Krtidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan di Dusun Jetak Desa


8

Wonorejo Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar secara

komperhensif.

3. Bagi institusi pendidikan

Sebagai refrensi dalam perkembangan ilmu pengetahuan khususnya

dalam bidang keperawatan keluarga pada Tn. K dan Tn. W tahap

usia lanjut (lansia) dengan masalah hipertensi di masa yang akan

datang dan acuan bagi pengembangan laporan khusus sejenis.

4. Bagi penulis selanjutnya

Menambah wawasan dan pengalaman tentang konsep penyakit

serta penatalaksanaannya dalam aplikasi langsung melalui proses

keperawatan dengan basis ilmu keperawatan dalam memberikan

Asuhan Keperawatan Keluarga pada Tn. K dan Tn. W Tahap

Perkembangan Lansia dengan Hipertensi dengan Ketidakefektifan

Pemeliharaan Kesehatan di Dusun Jetak Desa Wonorejo

Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Keluarga

Pengertian Keluarga

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh

kebersamaan dan kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi

dirinya sebagai bagian dari keluarga (Friedman dkk, 2010). Keluarga

adalah unit terkecil dari masayarakat yang terdiri atas kepala keluarga

dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di

bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2008).

Keluarga adalah dua atau tiga individu yang tergabung karena

hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka

hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di

dalam peranannya masing-masing, menciptakan serta mempertahankan

kebudayaan (Bailon dan Maglaya, 1989 dalam Setiadi, 2008). Keluarga

adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan,

adopsi, kelahiran yang bertujua menciptakan dan mempertahankan

budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental,

emosional dan social diri tiap anggota keluarga (Duval dan Logan, 1986

dalam Setiadi, 2008).

Berdasarkan beberapa pengertian tentang keluarga dapat

disimpulkan keluarga adalah sekumpulan orang, dua atau lebih orang

yang terikat oleh pernikahan, hubungan darah yang hidup bersama

9
10

dalam suatu tempat, berinteraksi satu sama lain dan saling

ketergantungan. Keluarga juga merupakan suatu sistem, sebagai sistem

keluarga mempunyai anggota yaitu; ayah, ibu dan anak atau semua

individu yang tinggal didalam rumah tangga tersebut. Anggota keluarga

saling berinteraksi, interelasi dan interdependensi untuk mencapai

tujuan bersama. Keluarga merupakan sistem yang terbuka sehingga

dapat dipengaruhi oleh supra sistemnya yaitu lingkungannya yaitu

masyarakat dan sebaliknya sebagai subsitem dari lingkungan

(masyarakat) keluarga dapat mempengaruhi masyarakat (supra sistem).

Oleh karena itu betapa pentingnya peran dan fungsi keluarga

dalam membentuk manusia sebagai anggota masyarakat yang sehat

biopsikososial spiritual. Jadi sangatlah tepat jika keluarga sebagai titik

sentral pelayanan keperawatan. Diyakini bahwa keluarga yang sehat

akan mempunyai anggota yang sehat dan mewujudkan masyarakat yang

sehat.

Tugas dan Tahap Perkembangan Keluarga

Menurut Duval (1977) dalam Padila (2012), membagi keluarga

dalam 8 tahap perkembangan, yaitu:

1. Tahap keluarga pemula (Beginning Family)

Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak.

Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah :

a. Membangun perkawinan yang saling memuaskan

b. Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis


11

c. Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai

orang tua)

d. Menetapkan tujuan bersama

e. Persiapan menjadi orang tua

f. Memahami prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan

dan menjadi orang tua)

2. Tahap keluarga sedang mengasuh anak (Child Bearing).

Keluarga dengan anak pertama berusia kurang dari 30 bulan.

Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah :

a. Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap

(integrasi bayi dalam keluarga)

b. Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan

kebutuhan anggota keluarga

c. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan

d. Memperluas persahabatan keluarga besar dengan menambah

peran orang tua, kakek dan nenek

e. Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan

anak

f. Konseling KB post partum 6 minggu

g. Menata ruang untuk anak.

h. Menyiapkan biaya Child Bearing.

i. Memfasilitasi role learning angggota keluarga.

j. Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.


12

3. Tahap keluarga dengan anak usia pra sekolah

Keluarga dengan anak pertama berusia 30 bulan – 6 tahun.

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah :

a. Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga.

b. Mensosialisasikan anak

c. Mengintergrasikan anak yang baru dan memenuhi kebutuhan

anak yang lain

d. Mempertahankan hubungan yang sehat (hubungan perkawinan

dan hubungan orang tua–anak) serta hubungan di luar keluarga

(keluarga besar dan komunitas)

e. Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak

f. Pembagian tanggung jawab

g. Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan

kembang anak.

4. Keluarga dengan Anak Usia Sekolah (6 –13 tahun)

Keluarga dengan anak pertama 6-13 tahun.

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah :

a. Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi

sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya

yang sehat

b. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan

c. Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga

d. Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya

intelektual
13

e. Menyediakan aktivitas untuk anak

5. Keluarga dengan Anak Remaja (13-20 tahun).

Keluarga dengan anak pertama berusia 13-20 tahun.

Tugas perkembangan keluarpga pada tahap ini adalah :

a. Memberikan keseimbangan antara kebebasan dan tanggung

jawab ketika remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri

b. Memfokuskan kembali hubungan intim perkawinan

c. Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak

d. Mempersiapkan perubahan untuk memenuhi kebutuhan

tumbuh dan kembang anggota keluarga

6. Keluarga dengan Anak Dewasa

Keluarga dengan anak pertama meninggalkan rumah.

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah :

a. Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota

keluarga baru dari perkawinan anak-anaknya

b. Melanjutkan dan menyesuaikan kembali hubungan perkawinan

c. Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami

atau istri

d. Menbantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di

masyarakat.

e. Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima

kepergian anaknya.
14

f. Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi

anak–anaknya.

7. Keluarga Usia Pertengahan (Middle Age Family).

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah :

a. Menyediakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan

b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti

dengan para orangtua (lansia) dan anak-anak

c. Memperkokoh hubungan perkawinan

d. Persiapan masa tua atau pensiun

8. Tahap keluarga Lanjut Usia.

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah :

a. Penyesuaian tahap masa pension dengan cara merubah cara

hidup

b. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan

c. Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun

d. Mempertahankan hubungan perkawinan

e. Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan

f. Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi

g. Melakukan life riview masa lalu

Masalah Kesehatan Keluarga

Menurut Ali (2010), masalah kesehatan yang dapat muncul pada

tiap tahap perkembangan keluarga adalah sebagai berikut:

1. Tahap Keluarga Pemula

Masalah kesehatan pada tahap ini adalah:


15

a. Penyesuaian seksual dan peran pernikahan

b. Penyuluhan dan konseling keluarga berencana

c. Penyuluhan dan konseling pranata

d. Komunikasi dan informasi

2. Tahap Keluarga yang sedang Mengasuh

Anak Masalah kesehatan pada tahap ini

adalah:

a. Pendidikan maternitas yang berpusat pada keluarga

b. Perawatan bayi yang baik

c. Keluarga berencana

d. Pengenalan dan penanganan masalah kesehatan fisik secara dini

e. Imunisasi

f. Konseling perkembangan anak

g. Peningkatan kesehatan (gaya hidup)

h. Interaksi keluarga

3. Tahap Keluarga dengan Anak Usia Prasekolah

Masalah kesehatan fisik utama pada tahap ini adalah penyakit

menular yang lazim pada anak-anak, anak jatuh, luka, luka bakar,

keracunan, dan kecelakaan-kecelakaan lain. Sedangkan masalah

psikososial keluarga yang utama adalah:

a. Hubungan pernikahan

b. Persaingan antara kakak dan adik

c. Keluarga berencana

d. Kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan


16

e. Masalah pengasuhan anak seperti disiplin anak, penganiayaan,

dan penelantaran anak, keamanan di rumah

f. Masalah komunikasi keluarga

4. Tahap Keluarga dengan Anak Usia

Sekolah Masalah kesehatan pada tahap ini

adalah:

a. Orang tua akan mulai berpisah dengan anak karena anak mulai

memiliki banyak teman sebaya

b. Orang tua mengalami banyak tekanan dari luar, misalnya dari

sekolah dan komunitas

c. Kelemahan/kecacatan pada anak

5. Tahap Keluarga dengan Anak Remaja

Masalah kesehatan pada tahap ini adalah:

a. Pada orang tua yang berusia 35 tahun, risiko penyakit jantung

koroner meningkat di kalangan pria, dan perubahan

perkembangan dari biasanya sudah mulai tampak

b. Penyalahgunaan obat dan alkohol, keluarga berencana, kehamilan

yang tidak dikehendaki

c. Hubungan keluarga (suami-istri/ dan hubungan orang tua dengan

anak) perlu mendapat perhatian lebih serius karena periode ini

adalah periode rawan

6. Tahap Keluarga yang Melepaskan Anak Usia Dewasa

Muda Masalah kesehatan pada tahap ini adalah:

a. Komunikasi kaum muda dengan orang tua mereka perlu

ditingkatkan
17

b. Masalah dalam hal transisi peran bagi suami-istri

c. Masalah perawatan orang tua usia lanjut

d. Munculnya masalah kesehatan yang bersifat kronis dan

perubahan situasi fisik (kolesterol, obesitas/kegemukan, tekanan

darah tinggi)

e. Masalah gaya hidup perlu mendapat perhatian antara lain,

kebiasaan minum alkohol, merokok, makan, dan lain-lain

7. Tahap Keluarga dengan Orang Tua Usia

Pertengahan Masalah kesehtan pada tahap ini adalah:

a. Masalah yang berhubungan dengan pemahaman mengenai

kebutuhan, misalnya promosi kesehatan, nutrisi yang baik,

istirahat yang cukup, kegiatan pada waktu luang, tidur, nutrisi

yang baik, program olahraga yang teratur, pengurangan berat

badan optimal, berhenti merokok, berhenti/pengurangan alkohol,

pemeriksaan kesehatan, pencegahan penyakit

b. Masalah yang berhubungan dengan keharmonisan hubungan

pernikahan

c. Masalah yang berkaitan dengan keharmonisan hubungan dengan

anggota keluarga (anak-anak, cucu, orang tua lansia, dan lain-

lain)

d. Masalah yang berhubungan dengan perawatan keluarga, antara

lain perawatan orang tua lanjt usia atau yang tidak mampu

merawat dirinya sendiri


18

8. Tahap Keluarga dalam Masa Pensiun dan Lanjut

Usia Masalah kesehatan pada tahap ini adalah:

a. Masalah kesehatan lanjut usia karena menurunnya kekuatan fisik,

sumber finansial yang tidak memadai, isolasi sosial, kesepian dan

banyak kehilangan lain yang mengakibatkan lansia rentan secara

psikologis

b. Isolasi sosial, depresi, gangguan kognitif, masalah psikologi

merumaan masalah kesehatan yang serius

c. Kemampuan saling menolong suami-istri lansia dalam merawat

pasangannya perlu ditingkatkan. Karena penuaan dan banyaknya

masalah, suami-istri lansia perlu saling menolong. Umumnya

suami lebih sulit merawat pasangannya karena tidak terbiasa

merawat orang lain, sementara istri kebalikannya

d. Defisiensi nutrisi yang dapat mengganggu kesehatan, misalnya

lemah, bingung, depresi, konstipasi, dan lain-lain

e. Masalah yang berkaitan dengan perumahan, penghasilan yang

kurang cocok, kurang rekreasi, dan fasilitas perawatan yang

kurang memadai banyak merugikan lansia

Berbagai masalah kesehatan dan penyakit yang erat kaitannya

dengan proses menua (Aspiani, 2014):

a. Gangguan pada sirkulasi darah (hipertensi, kelainan pembuluh

darah, gangguan pembuluh dara di otak, jantung koroner, dan

ginjal)
19

b. Gangguan metabolisme hormonal (diabetes mellitus,

klimakterium, dan ketidakseimbangan tiroid)

c. Gangguan pada persendian (ostheoarthitis, gout arthritis, ataupun

penyakit kolagen lainnya)

Konsep Penyakit

Definisi Hipertensi

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya

140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg (Sylvia Price,

2005 dalam Reny, 2014). Hipertensi adalah suatu keadaan ketika

seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang

mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (mordibitas) dan angka

kematian (mortalitas) (Kushariyadi, 2008 dalam Reny, 2014). Menurut

Iskandar (2010), tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah keadaan yang

ditandai dengan terjadinya peningkatan tekanan darah di dalam arteri.

Klasifikasi Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibedakan menjadi 2 bagian

yaitu (Reny, 2014):

1. Hipertensi Esensial/ Hipertensi Primer

Penyebab hioertensi primer belum diketahui dengan pasti, namun

ada beberapa faktor yaitu:

a. Faktor keturunan

Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki

kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika

orang tuanya adalah penderita hipertensi.


20

b. Ciri perseorangan

Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi

adalah umur (jika umur bertambah maka tekanan darah

meningkat), jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan),

ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih).

c. Kebiasaan Hidup

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi

adalah konsumsi garam yang tinggi (melibihi dari 30gr),

kegemukan atau makan berlebihan, stres, merokok, minum

alkohol, minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin).

2. Hipertensi Sekunder

Jenis hipertensi ini penyebabnya dapat diketahui sebagai berikut:

a. Penyakit Ginjal: Glomerulonefritis, Piyelonefritis, Nekrosis

tubular akut, Tumor

b. Penyakit Vaskular: Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis,

Aneurisma, Emboli kolestrol dan Vaskulitis

c. Kelainan Endokrin: Diabetes Mellitus, Hipertiroidisme,

Hipotiroidisme

d. Penyakit Saraf: Stroke, Ensephalitis, Syndrom Gulian Barre

e. Obat-obatan: Kontrasepsi oral, Kortikosteroid

The Join Nation Comitten on Detection, Evolution and Treatmen

of High Blood Presure, suatu badan penelitian hipertensi di USA

menentukan batasan yang berbeda.


21

Tabel 2.1
Kreteria penyakit hipertensi menurut JNC-V USA (Dalaimartha & Wijaya,
2004 dalam Reny, 2014)

Tekanan darah
No Kriteria Sistolik Diastolik
1. Normal <130 <85
2. Perbatasan (high normal) 130-139 85-89
3. Hipertensi
Derajat 1: ringan (mild) 140-159 90-99
Derajat 2: sedang (moderate) 160-179 100-109
Derajat 3: berat (severel) 180-209 110-119
Derajat 4: sengat berat (very severe) >209 >120

Etiologi

Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab spesifik.

Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan curah jantung (cardiac

output) atau peningkatan tekanan perifer. Akan tetapi, ada beberapa

faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:

1. Genetik: Respons neurologi terhadap stres atau kelainan ekskresi

atau transpor Na

2. Obesitas: terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang

mengakibatkan tekanan darah meningkat

3. Stres karena lingkungan

4. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua

serta pelebaran pembuluh darah

Penyebab hipertensi pada orang dengan usia lanjut adalah

terjadinya perubahan-perubahan pada elastisitas dinding aorta menurun,

katub jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung

memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun

kemampuan jantung memonpa darah menurun menyebabkna


22

menurunnya kontraksi dan volumenya, kehilangan elastisitas pembuluh

darah hal ini terjadi karena kurangnya efektivitas pembuluh darah

perifer untuk oksigenasi, dan meningkatnya resistensi pembuluh darah

perifer.

Manifestasi Klinis

Gejala umum yang ditimbulkan akibat menderita hipertensi tidak

sama pada setiap orang, bahkan kadang timbul tanpa gejala. Secara

umum gejala yang dikeluhkan oleh penderita hipertensi sebagai berikut

(Aspiani, 2014):

1. Sakit kepala

2. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk

3. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh

4. Berdebar atau detak jantung terasa cepat

5. Telinga bedenging

Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu

pusing, muka merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-

tiba, tengkuk terasa pegal, dan lain-lain (Novianti, 2006 dalam Aspiani,

2014)

Patofisologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh

darah terletak di pusat vasomotor pada medula ditolak. Dari pusat

vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis yang berlanjut ke bawah ke

korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia

simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor


23

dihantarkan dalam bentuk ipuls yang bergerak ke bawah melalui siste

saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron pre-ganglion

melepaskan asetikolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca

ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya

neropinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai

faktor, seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons

pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstiktor. Klien dengan

hipertensi sangat sensitif terhadap neropinefrin, meskipun tidak

diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan ketika sistem saraf simpatis merangsang

pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga

terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medula

adrenal menyekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.

Korteks adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat

memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi

yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan

pelepasan renin.

Renin yang dilepaskan merangsang pembantukan angiotensin I

yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, vasokonstriktor kuat,

yang pada akhirnya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks

adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus

ginjal, meneybabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor

tersebut cenderung mencetuskan hipertensi (Brunner & Suddarth, 2002

dalam Aspiani, 2014).


24

Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah

perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi

pada lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya

elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos

pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan

distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan

arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume

darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan

penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer,

Bare, 2002).
25

Pathway

umur jenis kelamin gaya hidup obesitas

elastisitas, arteriosklerosis

hipertensi
Perubahan status
kesehatan
kerusakan vaskuler pembuluh darah

perubahan struktur
Paparan
informasi kurang
penyumbatan pembuluh darah

vasokontriksi Defisiens
i
gangguan sirkulasi

otak ginjal pembuluh darah retina

Resistensi suplai O2 vasokontriksi sistemik koroner spasme

Pembuluh otak pembuluh arteriole

darah otak menurun darah ginjal vasokonstriksi iskemi

miocard diplopia

Sinkop blood flow afterload

Gangguan pola tidur Menurun meningkat Nyeri Res


Nyeri Gangguan akut ti
akut Perfusi Penurunan Curah jantung
fatique
Jaringan Respon
serebral RAA
Intoleransi aktifitas

Skema 2.1
Pathway Hipertensi
(Hasdianah & Suprapto,
2014)
26

Penatalaksanaan

Menurut Aspiani (2014), penatalaksanaan hipertensi pada lanjut

usia terdapat 2 pentalaksanaan, yaitu penatalaksanaa non farmakologi

dan penatalaksanaan medis.

1. Penatalaksanaan Non Farmakologi

a. Pengaturan Diet

Beberapa diet yang dianjurkan:

1) Rendah garam

Diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah pada

klien hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi garam dapat

mengurangi stimulasi system renin-angiotensin sehingga

sangat berpotansi sebagai antihipertensi. Jumlah intake

sodium yag dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6

gram per hari,

2) Diet tinggi potasium

Dapat menurunkan tekanan darah tapi mekanismenya belum

jelas/ pemberian potasium secara intravena dapat

menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi olh

netric oxide pada dinding vascular.

3) Diet kaya buah dan sayur

4) Diet rendah kolesterol

Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung

koroner.
27

b. Penurunan berat badan

Penurunan berat badan mengurangi tekanan darah, kemungkinan

dengan mengurangi beban kerja jantung dan volume sekuncup

juga berkurang.

c. Olahraga

Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda

bermanfaat untuk menrunkan tekanan darah dan memperbaiki

keadaan jantung. Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-4

kali dalam satu miggu sangat dianjurkan umtuk menurunkan

tekanan darah. Olahraga menungkatkan kadar HDL, yang dapat

mengurangi terbetuknya arterosklerosis akibat hipertensi.

d. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat

Berhenti merokok dan tidak menkonsumsi alkohol, penting untuk

mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok

diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat

meningkatkan kerja jantung.

2. Penatalaksanaan Medis

a. Terapi Oksigen

b. Pemantauan Hemodinamik

c. Pemantauan Jantung

d. Obat-obatan:

1) Diuretik: Chlorthalidon, Hydromax, Lasix, Aldactone,

Dyrenium. Diuretic bekerja melalui berbagai mekanisme


28

untuk mengurangi curah jantung dengan mendorong ginjal

meningkatkan ekskresi garam dan airnya.

2) Penyekat saluran kalsium menurunkan kontraksi otot polos

jantung atau arteri. Sebagian penyekat saluran kalsium

bersifat lebih spesifik untuk saluran lambat kalsium otot

jantung; sebagian yang lebih spesifik untuk saluran kalsium

otot polos vascular. Dengan demikian, berbagai penyeka

kalsium memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam

menurunkan kecepatan denyut jantung, volume sekuncup,

dan TPR.

3) Penghambat enzim mengubah angiotensin 2 atau inhibitor

ACE berfungsi untuk menurunkan angiotensin 2 dengan

menghambat enzim yang diperlukan untuk mengubah

agiotensin 1 menjadi angiotensi 2. Kondisi ini menurunkan

darah secara langsung dengan menurunkan TPR, dan secara

tidak langsung dengan menurunkan aldosterone, yang

akhirnya meningkatkan pengeluaran natrium pada urin

kemudian menurunkan volume plasma dan curah jantung.

4) Antagonis (penyeka) reseptor beta, terutama penyeka selektif,

bekerja pada reseptor beta di jantung untuk menurunkan

kecepatan denyut jantung dan curah jantung.

5) Antagonis reseptor alfa menghambat reseptor alfa di otot

polos vascular yang secara normal berespon terhadap


29

rangsangan saraf sipatis dengan vasokonstriksi. Hal ini akan

menurunkan TPR.

6) Vasodilator arterior langsung dapat digunakan untuk

menurunkan TPR. Misalnya: Natrium, Nitroprusida,

Nikardipin, Hidralazin, Nitrogliserin, dll.

Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga

Proses keperawatan merupakan suatu metode yang sistematis dan

terorganisasi dalam pemberian asuhan keperawatan, yang difokuskan pada

reaksi dan respon individu pada suatu kelompok atau perorangan terhadap

gangguan kesehatan yang dialami, baik aktual maupun potensial. Proses

keperawatan juga merupakan pendekatan yang digunakan perawat dalam

memberikan asuhan keperawatan, sehingga kebutuhan dasar klien dapat

terpenuhi. Proses keperawatan dimulai dari pengkajian, analisa data,

menetapkan diagnosa keperawatan, merumuskan rencana keperawatan,

implementasi keperawatan dan evaluasi.

Pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah sekumpulan tindakan yang

digunakan perawat untuk mengukur keadaan pasien/keluarga dengan

menggunakan standar norma kesehatan pribadi maupun sosial serta

integritas dan kesanggupan untuk mengatasi masalah (Ali, 2010).

Proses pengkajian:

1. Penjajakan Keluarga

Penjajakan perlu dilakukan untuk membina hubungan baik dengan

keluarga. Dalam penjajakan ini perawat perlu mengadakan kontak


30

dengan RW/RT dan keluarga yang bersangkutan guna

menyampaikan maksud dan tujuan serta mengatasi masalah

kesehatan mereka. Setelah mendapat tanggapan positif dari keluarga

tersebut, pengkajian diteruskan pada langkah berikutnya.

2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah upaya pengumpulan semua data, fakta,

dan informasi yang mendukung pemecahan masalah klien. Jenis data

yang dikumpulkan adalah sebagai berikut:

a. Struktur dan sifat keluarga

Hubungan antara kepala keluarga dan anggota keluarga lain

termasuk adanya perselisihan yang nyata atau tidak nyata antar-

anggota keluarga. Anggota keluarga yang menonjol dalam

pengambilan keputusan, terutama dalam hal kesehatan. Bentuk

struktur keluarga: matrikat, patrikat, berkumpul, atau menyebar

(anggota keluarga tinggal bersama kepala keluarga atau di tempat

yang lain).

b. Kegiatan sehari-hari

Kegiatan yang biasa dilakukan oleh keluarga, misalnya kebiasaan

tidur, kebiasaan makan dan cara memanfaatkan waktu

senggang/hiburan yang dilakukan bersama keluarga.

c. Faktor sosial-buaya-ekonomi

Hubungan keluarga dengan tetangga dan lingkungan sekitar

rumah. Keaktifan anggota keluarga mengikuti kegiatan di


31

lingkungan masyarakat dan keikutsertaan anggota keluarga

penyelesaian masalah di masyarakat.

Kesanggupan keluarga memenuhi kebutuhan primer seperti

makan, pakaian, dan perumahan. Keluarga membuat keputusan

untuk penentuan angggota keluarga yang bekerja, sumber

penghasilan disesuaikan dengan kebutuhan keluarga, dan jumlah

yang dihasilkan oleh setiap anggota keluarga yang bekerja.

d. Faktor lingkungan

Kondisi lingkungan sekitar tempat tinggal keluarga, luas rumah,

pengaturan kamar tidur, kelengkapan perabotan rumah tangga,

serangga/binatang pengerat, bahaya kecelakaan, persediaan air,

pembuangan kotoran/sampah yang memadai untuk keluarga layak

tinggal.

e. Riwayat kesehatan/riwayat medis

Riwayat penyakit yang pernah diderita anggota keluarga dan cara

keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk pencegahan

penyakit. Menganalisis status imunisasi setiap anggota keluarga

lengkap atau tidak. Pemahaman keluarga melihat peranan petugas

kesehatan dan pelayanan yang diberikan serta harapan keluarga

terhadap pelayanan petugas kesehatan.

f. Struktur komunikasi keluarga

Menurut Sunaryo (2016), ada beberapa struktur keluarga

diantaranya:

1) Sistem pendukung keluarga


32

2) Pola komunikasi keluarga

3) Struktur kekuatan keluarga

4) struktur peran

5) Nilai dan norma keluarga

g. Fungsi kelurga

1) Fungsi afektif

Fungsi afektif melibatkan persepsi keluarga terhadap

penghargaan akan, pengasuhan, kebutuhan psikologis

anggotanya (Friedman, 2010).

2) Fungsi sosial

Fungsi peran (sosial) mengidentifikasi tentang pola interaksi

sosial seseorang yang berhubungan dengan orang lain akibat

dari peran ganda yang dijalankannya (Nursalam, 2013).

3) Fungsi keperawatan kesehatan

Fungsi keperawatan kesehatan bukan hanya fungsi esensial

dan dasar keluarga namun ungsi yang mengemban fokus

sentral dalam keluarga yang berfungsi dengan baik dan sehat

(Friedman, 2010).

4) Fungsi reproduksi

Salah satu fungsi dasar keluarga adalah untuk menjamin

kontinuitas antar-generasi keluarga dan masyarakat yaitu

menyediakan anggota baru untuk masyarakat (Friedman,

2010).
33

5) Fungsi ekonomi

Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan

sumber daya yang cukup seperti finansial, ruang dan materi

serta alokasinya yang sesuai melalui proses pengambilan

keputusan (Friedman, 2010).

h. Stres dan koping keluarga

Stres adalah respon atau keadaan ketegangan yang di

sebabkanoleh stresor atau oleh tuntutan aktual/yang dirasakan

yang tidak teratasi. Koping keluarga adalah menunjukan tingkat

analisis kelompok keluarga (atau sebuah tingkat analisis

internasional), (Friedman, 2010).

i. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga.

Metode yang digunakan sama dengan pemeriksaan fisik klinik

(Padila, 2012). Pemeriksaan fisik meliputi :

1)Tekanan darah

2)Nadi

3)Respirasi

Pengkajian sistem pernafasan dilakukan atas dasar pemahaman

terhadap proses penuaan yang terjadi pada sistem pernafasan

(Tamher, 2009).

4)Rambut

Untuk mengetahui keadaan kulit kepala pada rambut untuk

menilai kebersihan, kelebapan, kerontokan (Priharjo, 2007).


34

5)Mata

Untuk mengetahui conjungtiva pucat atau tidak, sklera putih

atau tidak (Priharjo, 2007).

6)Hidung

Untuk menilai simetris kanan dan kiri, ada lubang kanan dan

kiri, ada benjolan atau tidak (Priharjo, 2007).

7)Telinga

Bagaimana keadaan telinga, liang telinga, ada serumen atau

tidak (Priharjo, 2007).

8)Mulut

Untuk mengetahui kebersihan mulut, ada karies atau tidak

(Priharjo, 2007).

9)Leher

Untuk mengetahui adakah kelenjar tyroid dan ada pembesaran

getah bening atau tidak (Priharjo, 2007).

10) Dada :

a) Paru

(1) Inspeksi

Dada dikaji tentang postur, bentuk, kesimetrisan serta

warna kulit (Sudarta, 2016).

(2) Palpasi

Palpasi dada bertujuan mengkaji kulit pada dinding

dada, adanya nyeri tekan, massa, dan kesimetrisan,

ekspansi paru dengan menggunakan telapak tangan

atau
35

jari sehingga dapat merasakan getaran dinding dada

dengan meminta pasien mengucapkan tujuh puluh tujuh

berulang-ulang, getaran yang dirasakan disebut : Vokal

/ taktil fremitus (Sudarta, 2016).

(3) Perkusi

Perkusi dinding thorax dengan cara mengetuk dengan

jari tengah, tangan kanan pada jari tengah tangan kiri

yang ditempelkan erat pada dinding dada celah

interkostalis (Sudarta, 2016).

(4) Auskultasi

Auskultasi paru adalah mendengarkan suara pada

dinding thorax menggunakan stetoscope secara

sistemik dari atas ke bawah dan membandingkan kiri

dan kanan, suara normal yang didengar (Sudarta, 2016).

b) Jantung

(1) Inspeksi

Pengamatan pertama kali di area precordial adalah Ictus

Cordis yaitu denyutan dinding thorax akibat pukulan

ventrikel kiri pada dinding thorax, bila normal akan

berada di ICS ke 5 sinistra linea media clavicularis

disebut dengan Poin Maximum Impuls (Sudarta, 2016).

(2) Palpasi

Palpasi dilakukan secara sistematis mengikuti struktur

anatomi jantung mulai area aorta pulmonal,


36

trikuspidalis dan area apical, raba ictus cordis

menggunakan jari ke 2,3,4 rasakan kerasnya pukulan

dan tentukan lebarnya ictus cordis (Sudarta, 2016).

(3) Perkusi

Perkusi jantung dilakukan untuk mengetahui ukuran dan

bentuk jantung secara kasar, perkusi dapat dikerjakan

dari semua arah menuju letak jantung untuk

menentukan sisi kanan dan kiri dikerjakan dari arah

lateral ke medial, dari atas ke bawah sampai terdengar

suara Dullnes (Sudarta, 2016).

(4) Auskultasi

Bunyi jantung dapat didengar melalui auskultasi

menggunakan alat yaitu stetoscope, untuk dapat

mendengar bunyi jantung diperlukan suasana yang

tenang (Sudarta, 2016).

11) Abdomen

a) Inspeksi

Proses observasi dengan menggunakan mata. Inspeksi

dilakukan untuk mendeteksi tanda-tanda fisik yang

berhubungan dengan status fisik (Priharjo, 2007)

b) Palpasi

Palpasi dilakukan dengan menggunakan sentuhan atau

rabaan. Metode ini dikerjakan untuk mendeterminasi ciri-

ciri jaringan atau organ (Priharjo, 2007).


37

c) Auskultasi

Auskultasi merupakan metode pengkajian yang

menggunakan pendengaran, untuk mendengarkan bunyi

jantung, paru-paru, bising usus, serta untuk mengukur

tekanan darah dan denyut nadi (Priharjo, 2007).

d) Perkusi

Perkusi adalah metode pemeriksaan dengan cara mengetuk.

Tujuan perkusi adalah menentukan batas-batas organ atau

bagian tubuh dengan cara merasakan vibrasi yang

ditimbulkan akibat adanya gerakan yang diberikan ke

bawah jaringan (Priharjo, 2007).

12) Ekstremitas

Pada kaki dan tangan apakah terjadi oedema, ada varices atau

tidak, reflek patella positif atau negatif (Priharjo, 2007).

13) Kulit

Kulit merupakan sistem tubuh yang terbesar, pada dasarnya

kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan terluar epidermis,

lapisan tengah dermis, dan lapisan bagian terdalam sub kutan,

beberapa organ ambahan adalah rambut, kuku, kelenjar

keringat serta kelenjar sebacea. Adapun tujuan pemeriksaan

kulit adalah untuk mengetahui kondisi kulit, rambut maupun

kuku (Sudarta, 2016).


38

j. Harapan keluarga

Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan

keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada (Padila, 2012).

Menurut Sunaryo (2016), ada 2 jenis harapan pada keluarga yaitu:

a. Harapan terhadap masalah kesehatan keluarga

b. Harapan terhadap petugas kesehatan

Tahap Diagnosa

Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan

masalah keperawatan yang didapat dari data-data pada pengkajian yang

berhubungan dengan etiologi yang berasal dari data-data pengkajian

fungsi perawatan keluarga. Sesuai dengan fungsi perawatan kesehatan,

keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami

dan dilakukan yang meliputi :

a. Mengenal masalah kesehatan

b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat

c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

d. Mempertahankan suasana rumah yang sehat

e. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat

Diagnosa keperawatan mengacu pada rumusan PES (problem,

etiologi, dan simpton) dimana untuk problem menggunakan rumusan

masalah dari NANDA, sedangkan untuk etiologi dapat menggunakan

pendekatan lima tugas keluarga atau dengan menggambarkan pohon

masalah. Tipologi dari diagnosa keperawatan keluarga terdiri dari

diagnosa keperawatan keluarga actual (terjadi defisit atau gangguan


39

kesehatan), risiko (ancaman kesehatan) dan keadaan sejahtera (Padila,

2012).

Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data

yang didapatkan pada pengkajian, yang terdiri dari masalah

keperawatan yang akan berhubungan dengan etiologi yang berasal dari

pengkajian fungsi perawatan keluarga. Tipologi dari diagnosa

keperawatan keluarga terdiri dari:

1. Diagnosa Keperawatan Keluarga Aktual (terjadi defisit/gangguan

kesehatan). Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda

dan gejala dari gangguan kesehatan

2. Diagnosa Keperawatan Keluarga Risiko (ancaman kesehatan)

Sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan.

Misalnya lingkungan rumah yang kurang bersih, pola makan yang

tidak adekuat, stimulasi tumbuh kembang yang tidak adekuat.

3. Diagnosa Keperawatan Keluarga Sejahtera/Potensial

Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga

kesehatan keluarga dapat di tingkatkan. Khusus untuk diagnosa

keperawatan potensial (sejahtera) boleh tidak menggunakan etiologi.

Penentuan diagnosa keperawatan pada keluarga dilakukan melalui

penentuan prioritas masalah. Apabila masalah kesehatan keluarga

cukup banyak, masalah tersebut tidak mungkin tidak mungkin diatasi

semuanya karena ada keterbatasan. Oleh karena itu, perlu disusun skala

prioritas dengan mengunakan kriteria sebagai berikut (Ali, 2010):


40

1. Sifat masalah

Skala yang digunakan adalah ancaman kesehatan, tidak/kurang

sehat, dan krisis yang dapat diketahui. Hal ini dipengaruhi oleh

faktor kebudayaan.

2. Kemungkinan masalah tersebut dapat diubah/tidak

Bila maslah ini dapat diatasi dengan sumber daya yang ada (tenaga,

dana, dll), masalah akan berkurang atau mencegah lebih luas. Skala

yang digunakan adalah mudah, hanya sebagian, dan tidak dapat.

Pada kriteria ini dipengaruhi oleh:

a. Pengetahuan yang ada, tekhnologi, dan tindakan untuk mengatasi

masalah

b. Sumber daya keluarga dalam hal fisik, keuangan, tenaga, dan

waktu

c. Sumber daya perawatan dalam bentuk fasilitas organisasi dalam

masyarakat dan dukungan masyarakat

3. Potensi masalah untuk dicegah

Sifat dan beratnya masalah yang akan timbul dapat dikurangi atau

dicegah. Skala yang digunakan adalah tinggi, cukup, dan rendah.

Pada kriteria ini dipengaruhi oleh:

a. Lamanya masalah (semakin lama, masalah semakin kompleks)

b. Kerumitan masalah.

Hal ini berhubungan dengan beratnya penyakit atau masalah.

Pada umumnya, semakin berat masalah, semakin sedikit

kemungkinan akan berubah/dapat dicegah.


41

c. Tindakan yang sedang dijalankan

Tindakan yang tepat dalam memperbaiki masalah. Tindakan yang

tepat akan meningkatkan kemungkinan untuk mencegah masalah.

d. Adanya kelompok “resiko tinggi” atau kelompok yang sangat

peka meningkatkan potensi untuk mencegah masalah.

4. Menonjolnya masalah

Cara keluarga menilai masalah dalam hal beratnya dan mendesaknya

masalah. Skala yang digunakan masalah berat harus ditangani,

masalah tidak perlu segara ditangani, masalah tidak dirasakan.

Tabel 2.3.2
Skala Penyusunan Masalah Kesehatan Keluarga Sesuai Prioritas
Kriteria Bobot
1 Sifat masalah 1
Skala:
Ancaman kesehatan 2
Tidak/kurang sehat 3
Krisis 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah 2
Skala:
Dengan mudah 2
Hanya sebagian 1
Tidak dapat 0
3 Potensi masalah untuk dicegah 1
Skala:
Tinggi 3
Cukup 2
Rendah 1
4 Menonjolnya masalah 1
Skala:
Masalah berat harus ditangani 2
Masalah tidak perlu segera ditangani 1
Masalah tidak dirasakan 0

Penghitungan/skoring pada diagnosa keperawatan keluarga dapat

diperoleh dengan cara:

1. Tentukan skor setiap kriteria


42

2. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan bobot

3. Jumlah skor untuk semua kriteria, dengan skor tertinggi adalah 5,

sama dengan seluruh bobot

Dalam menentukan prioritas diagnosa dengan cara

membandingkan skor setiap diagnosa, skor tertinggi yang akan menjadi

prioritas diagnosa keperawatan keluarga.

Masalah keperawatan pada lansia yang mengalami hipertensi

adalah (Stockslanger, 2008):

1. Nyeri akut

2. Gangguan pola tidur

3. Gangguan perfusi jaringan

4. Penurunan curah jantung

5. Intoleransi aktivitas

6. Defisiensi pengetahuan

Intervensi Keperawatan

Setelah diagnosis keperawatan ditetapkan, langkah berikutnya

adalah perumusan rencana asuhan keperawatan. Rencana asuhan

keperawatan merupakan kesimpulan tindakan yang ditentukan oleh

perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan masalah kesehatan

dan masalah/diagnosis keperawatan yang telah dilakukan. Rencana

keperawatan yang baik harus memenuhi beberapa syarat berikut ini

(Ali, 2010):

1. Rencana asuhan keperawatan harus berdasarkan pada masalah yang

telah disusun dengan jelas dan benar


43

2. Rencana tersebut harus realistis, dan dapat dilaksanakan (ada

sarana, metodelogi, dan sumber daya manusiannya)

3. Rencana harus sesuai dengan falsafah dan tujuan serta kebiksanaan

pemerintah dan institusi layanan kesehatan tersebut

4. Rencana asuhan keperawatan dibuat bersama dengan keluarga

sebagai objek dan subjek pelayanan. Keikutsertaan keluarga

terutama dalam menentukan kebutuhan kesehatan dan masalah

kesehatan, menentukan prioritas, memilih tindakan yang tepat,

mengimplementasikan, mengevaluasi hasil tindakan

5. Rencana dibuat secara tertulis agar dapat ditindaklanjuti oleh orang

lain secara berkesinambungan dan mudah dievaluasi

6. Rencana asuhan keperawatan difokuskan pada tindakan yang dapat

mencegah masalah/meringankan masalah yang sedang dihadapi

7. Rencana asuhan keperawatan dilaksanakan berdasarkan pada

proses yang simpatis

8. Rencana asuhan keperawatan terkait dengan masa yang akan

datang dan masa lalu

9. Rencana asuhan keperawatan terkait dengan masalah kesehatan dan

masalah keperawatan yang telah diidentifikasi sebelumnya

10. Rencana asuhan keperawatan merupakan strategi untuk mencapai

tujuan

11. Rencana asuhan keperawatan merupakan suatu proses yang

berlangsung secara terus menerus


44

Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan,

mencakup tujuan umum dan khusus, rencana intervensi serta dilengkapi

dengan rencana evaluasi yang memuat kriteria dan standar. Tujuan

dirumuskan secara spesifik, dapat diukur (measurable), dapat dicapai

(achivable), rasional dan menunjukkan waktu (SMART). Rencana

intervensi ditetapkan untuk mencapai tujuan (Padila, 2012).

Rencana tindakan keperawatan yang dapat diberikan pada

keluarga pada tahap perkembangan lansia dengan hipertensi adalah:

1. Nyeri akut

NOC:

a. Manajemen Nyeri

Kriteria Hasil:

a. Pasien merasa nyaman

b. Dapat manajemen nyeri

c. Skala nyeri 2-0

Intervensi NIC:

b. Kaji nyeri komperhensif yang meliputi lokasi, karakteristik,

frekuensi, kualitas, dan faktor pencetus

c. Kurangi faktor yang dapat mencetus nyeri, misal ketakutan,

kelelahan

d. Pilih dan implementasikan tindakan yang beragam, misal

farmakologi, non farmakologi untuk penurunan nyeri

d. Bantu keluarga dalam mencari dan menyediakan dukungan


45

2. Gangguan pola tidur

NOC

a. Kualitas dan kuantitas tidur

Kriteria Hasil:

a. Tidak tampak lelah

b. Kualitas tidur 5

c. Jumlah jam tidur cukup 6-8 jam tiap

hari Intervensi NIC:

a. Jelaskan pentingnya tidur yang cukup

b. Monitor pola tidur pasien dan catat kondisi fisik (misalnya, apnea

tidur, sumbatan jalan nafas, nyeri/ketidaknyamanan, dan

frekuensi buang air kecil) dan/atau psikologis (misalnya,

ketakutan atau kecemasan) keadaan yang mengganggu tidur

c. Anjurkan pasien untuk memantau pola tidur

d. Monitor partisipasi dalam kegiatan yang melelahkan selama

terjaga untuk mencegah penat yang berlebihan

3. Gangguan perfusi jaringan serebral

NOC:

a. Mempertahankan fungsi otak

Kriteria Hasil:

a. Tekanan darah dalam batas normal

b. Tidak gelisah dan sakit kepala

c. Tidak terjadi peningkatan tekana intrakranial


46

Intervevsi NIC:

a. Kaji keterbatasan fisik dan mental untuk belajar dan sesuaikan

cara penyuluhan sesuai kebutuhan

b. Monitor TIK pasien dan respon neurologi terhadap aktivitas

perawatan

c. Berikan obat nyeri, sesuai kebutuhan

d. Konsultasikan dengan dokter untuk menentukan tinggi kepala

tempat tidur yang optimal (misalnya, 15 atau 30 derajat) dan

monitor respon pasien terhadap pengaturan posisi kepala

e. Ajarkan menghindari fleksi leher atau fleksi panggul/lutut yang

ekstrem

4. Penurunan curah jantung

NOC:

a. Keefektifan pompa jantung

b. Status sirkulasi

Kriteria Hasil:

a. Tidak ada kelelahan

b. Frekuensi pernafasan dalam batas normal 16-20x per menit

c. Wajah tidak tegang

Intervensi NIC:

a. Pastikan tingkat aktivitas pasien yang tidak membahayakan

curah jantung atau memprovokasi serangan jantung

b. Monitor sesak nafas, kelelahan

c. Berikan dukungan teknik yang efektif untuk mengurangi stres


47

d. Melakukan terapi relaksasi

5. Intoleransi aktivitas

NOC:

a. Toleransi terhadap aktivitas

Kriteria Hasil:

a. Mempertahankan kebersihan diri

b. Perawatan diri: aktivitas sehari-hari

c. Pola istirahat tidak

terganggu Intervensi NIC:

a. Monitor hambatan untuk melakukan aktivitas

b. Dukung individu untuk memulai atau melanjutkan latihan

c. Libatkan keluarga/orang yang memberi perawatan dalam

merencanakan dan meningkatkan program latihan

d. Instruksikan individu terkait dengan tipe aktivitas fisik yang

sesuai dengan derajat kesehatannya, kolaborasikan dengan dokter

dan atau ahli terapi fisik

6. Defisiensi

pengetahuan NOC:

a. Pengetahuan: manajemen hipertensi

b. Pengetahuan Diet Sehat

c. Pengetahuan Gaya Hidup Sehat

Kriteria Hasil:
48

a. Melakukan secara konsisten dalam menyiapkan makanan sesuai

dengan rekomendasi diet untuk lemak, sodium (garam), dan

karbohidrat

b. Secara konsisten menunjukkan dalam berpartisipasi dalam

aktivitas fisik sehari-hari yang ditentukan

c. Tidak terganggu dalam mempertahankan

perhatian Intervensi NIC :

a. Libatkan individu, keluarga, dan kelompok dalam perencanaan

dan rencana implementasi daya hidup atau modifikasi perilaku

kesehatan

b. Rencanakan tindak lanjut jangka panjang untuk memperkuat

perilaku kesehatan atau adaptasi terhadap gaya hidup

c. Identifikasi faktor internal atau eksternal yang dapat

meningkatkan atau mengurangi motivasi untuk perilaku sehat

d. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan untuk memenuhi

kebutuhan gizi

Implementasi Keperawatan

Implementasi Keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan

dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan

(Nursalam, 2013).

Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan

dengan cara melakukan indentifikasi sejauh mana tujuan dari rencana

keperawatan tercapai atau tidak (Nursalam, 2013).


BAB III

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Desain penelitian pada penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini yaitu studi

kasus. Studi kasus pada intinya adalah meneliti kehidupan satu atau

beberapa komunitas, organisasi atau perorangan yang dijadikan unit

analisis, dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang tidak

mengadakan perhitungan. Studi kasus merupakan penelitian mengenai

manusia (dapat suatu kelompok, organisasi maupun individu), peristiwa,

latar secara mendalam, tujuan dari penelitian mendapatkan gambaran yang

mendalam tentang suatu kasus yang sedang diteliti, pengumpulan datanya

diperoleh dari wawancara, observasi dan dokumentasi (Sujarweni, 2014).

Studi kasus ini adalah studi untuk mengeskplorasi masalah asuhan

keperawatan keluarga pada Tn. K dan Tn. W tahap perkembangan lansia

dengan hipertensi dengan ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan di Dusun

Jetak Desa Wonorejo Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar.

Batasan Istilah

Batasan istilah atau disebut dengan definisi operasional adalah

pernyataan yang menjelaskan istilah-istilah kunci yang menjadi fokus dalam

penelitan. Fokus penelitian yaitu melakukan penelitian terhadap keseluruhan

yang ada pada obyek atau situasi sosial tertentu, tetapi perlu menentukan

fokus atau inti yang perlu diteliti. Fokus penelitian perlu dilakukan kerena

49
50

mengingat adanya keterbatasan, baik tenaga, dana, dan waktu serta supaya

hasil penelitian terfokus (Sukmadinata, 2010).

Asuhan keperawatan keluarga pada Tn. K dan Tn. W tahap

perkembangan lansia dengan hipertensi di Dusun Jetak Desa Wonorejo

Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar, maka penulis hanya

menjabarkan konsep keluarga, konsep hipertensi beserta asuhan

keperawatan keluarga mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi.

Batasan istilah disusun secara naratif dan apabila diperlukan ditambahkan

informasi kualitatif sebagai penciri dan batasan yang dibuat oleh penulis.

Partisipan

Partisipan merupakan objek yang ditentukan melalui suatu kriteria

tertentu yang akan dikategorikan ke dalam objek tersebut bisa termasuk

orang, dokumen atau catatan yang dipandang sebagi objek penelitian

(Sugiyono, 2013).

Partisipan dalam studi kasus ini adalah pada 2 keluarga dengan

masalah kesehatan hipertensi yang memiliki satu masalah keperawatan yang

sama di Dusun Jetak Desa Wonorejo Kecamatan Gondangrejo Kabupaten

Karanganyar.

Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Lokasi atau tempat penelitian merupakan istilah atau batasan yang

berkaitan dengan subjek atau objek yang hendak diteliti juga

merupakan salah satu jenis sumber data yang bisa dimanfaatkan oleh

peneliti. Adapun yang dimaksud dengan lokasi atau tempat penelitian


51

tidak lain adalah tempat di mana proses studi yang digunakan untuk

memperoleh pemecahan masalah penelitian berlangsung (Suharsono,

2009). Pada penelitian ini tempat pengambilan kasus akan dilakukan di

keluarga pada tahap perkembangan lansia dengan hipertensi di Dusun

Jetak Desa Wonorejo Kecamatan Gondangrejo Kabupaten

Karanganyar.

2. Waktu

Suatu penelitian sering kali memerlukan waktu yang lebih lama

dari yang telah ditentukan, sehingga menjadi kendala bagi semua

peneliti terutama peneliti pemula untuk memperkirakan waktu yang

diperlukan (Nursalam, 2013). Dalam penelitian ini waktu pengambilan

kasus asuhan keperawatan ini dilakukan selama 2 minggu dimulai dari

tanggal 22 Mei 2017 sampai dengan 3 Juni 2017.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek

dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu

penelitian. Langkah-langkah dalam pengumpulan data bergantung pada

rancangan penelitian dan teknik instrumen yang digunakan (Nursalam,

2013).

1. Wawancara

Menurut Hidayat (2014), bahwa wawancara adalah metode

pengumpulan data dengan cara mewawancarai langsung responden


52

yang diteliti, sehingga metode ini memberikan hasil secara langsung.

Hal ini digunakan untuk hal-hal dari responden secara lebih mendalam.

Pada kasus ini wawancara dilakukan pada pasien, keluarga, tenaga

kesehatan, dan rekam medis. Dalam penelitian ini penulis melakukan

wawancara terhadap pasien ataupun keluarga, ataupun perawat lainnya,

dan hasil wawancara berisi tentang identitas pasien, keluhan utama,

riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit

keluarga, riwayat imunisasi pasien, riwayat alergi, riwayat gizi, kondisi

lingkungan pasien dan pola kebiasaan pasien.

2. Observasi

Observasi adalah cara pengumpulan data dengan mengadakan

pengamatan secara langsung kepada responden penelitian untuk

mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti. Dalam metode

observasi ini instrument yang dapat digunakan, antara lain lembar

observasi, panduan pengamatan observasi atau lembar checklist

(Hidayat, 2014).

Dalam penelitian ini penulis melakukan observasi serta dengan

melakukan pemeriksaan fisik pada sistem tubuh pasien, yaitu dengan

cara pendekatan IPPA: inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi. Adapun

penjelasan mengenai tehnik pemeriksaan fisik tersebut adalah sebagai

berikut:

a. Inspeksi

Inspeksi merupakan proses observasi yang dilaksanakan secara

sistematik. Inspeksi dilakukan dengan menggunakan indra


53

penglihatan, pendengaran, dan penciuman sebagai alat untuk

mengumpulkan data. Inspeksi dimulai pada awal saat berinteraksi

dengan klien dan diteruskan pada pemeriksaan selanjutnya.

Penerangan yang cukup sangat diperlukan agar perawat dapat

membedakan warna, bentuk dan kebersihan tubuh. Fokus inspeksi

pada setiap bagian tubuh meliputi ukuran tubuh, warna kulit, bentuk

tubuh, serta posisi dan kesimetrisan tubuh. Pada proses inspeksi

perawat harus membandingkan bagian tubuh yang normal dengan

bagian tubuh yang abnormal (Hidayat, 2014).

b. Palpasi

Palpasi merupakan tehnik pemeriksaan yang menggunakan indra

peraba. Tangan dan jari-jari adalah instrumen yang sensitif dan dapat

digunakan untuk pengumpulan data suhu, turgor, bentuk,

kelembapan, vibrasi, dan ukuran (Hidayat, 2014).

Langkah yang perlu diperhatikan selama melakukan tehnik palpasi:

1) Ciptakan lingkungan yang kondusif, nyaman, dan santai.

2) Tangan perawat harus dalam keadaan kering dan hangat serta

kuku-kuku jari harus dipotong rapi dan pendek.

3) Bagian yang nyeri dipalpasi paling terakhir.

c. Perkusi

Perkusi merupakan tehnik pemeriksaan dengan mengetuk-ngetukkan

jari perawat (sebagai alat untuk menghasilkan suara) ke bagian tubuh

klien yang akan dikaji untuk membandingkan bagian yang kiri

dengan yang kanan. Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi,


54

ukuran, bentuk, dan konsistensi jaringan (Hidayat, 2014). Suara-

suara yang akan muncul yaitu:

1) Sonor : suara perkusi jaringan normal

2) Pekak : suara perkusi jaringan padat yang terdapat jika ada

cairan di rongga pleura, perkusi daerah jantung, dan perkusi

daerah hepar.

3) Redup : suara perkusi jaringan yang lebih padat atau konsolidasi

paru-paru, seperti pneumonia.

4) Hipersonor atau timpani : suara perkusi padat daerah yang

mempunyai rongga kosong seperti pada daerah caverna-caverna

paru dan klien dengan asma kronik.

d. Auskultasi

Auskultasi merupakan tehnik pemeriksaan dengan menggunakan

stetoskop untuk mendengarkan bunyi yang dihasilkan tubuh

(Hidayat, 2014). Ada empat ciri-ciri bunyi yang perlu dikaji dengan

auskultasi yaitu:

1) pitch (bunyi yang tinggi ke rendah)

2) keras (bunyi yang halus ke keras)

3) kualitas (menguat sampai melemah)

4) lama (pendek, menengah, panjang)

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan cara

mengambil data yang berasal dari dokumen asli, dokumen asli tersebut

dapat berupa gambar, tabel, daftar pustaka dan film dokumenter


55

(Hidayat, 2014). Pada kasus ini pendokumentasian asuhan keperawatan

keluarga pada tahap perkembangan lansia dengan hipertensi di

Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar dengan cara

mengambil data melalui data dari kader posyandu lansia.

4. Studi Kepustakaan

Menurut Hidayat (2014), studi kepustakaan adalah kegiatan

peneliti yang dilakukan oleh peneliti dalam rangka mencari landasan

teoritis dari permasalahan peneliti. Pada kasus ini studi kepustakaan

diperoleh dari buku-buku yang membahas tentang asuhan keperawatan

keluarga pada tahap perkembangan lansia dengan hipertensi di

Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar dari tahun 2007

sampai tahun 2017.

Uji Keabsahan Data

Setelah semua data terkumpul maka langkah selanjutnya yang

dilakukan adalah melakukan uji keabsahan data. Kegiatan ini dilakukan

untuk melihat kebenaran data yang telah dikumpulkan dan agar hasil-hasil

data dapat dipertanggungjawabkan dari segala segi (Sugiyono, 2012). Uji

keabsahan mempunyai dua fungsi yaitu melaksanakan pemeriksaan

sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuan dapat dipercaya,

dan memperlihatkan derajad kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan

pembuktian terhadap kenyataan ganda yang sedang diteliti (Prastowo,

2011). Dalam penelitian ini uji keabsahan data yang dimaksudkan untuk

menguji kualitas data/informasi yang diperoleh sehingga menghasilkan data


56

dengan validitas tinggi. Disamping integritas peneliti (karena peneliti

menjadi instrument utama), uji keabsahan data dilakukan dengan :

1. Memperpanjang waktu pengamatan atau tindakan

Dengan perpanjangan pengamatan ini, peneliti mengecek kembali

apakah data yang telah diberikan selama ini merupakan data yang sudah

benar atau tidak. Bila data yang diperoleh selama ini setelah dicek

kembali pada sumber data asli atau sumber lain ternyata tidak benar,

maka peneliti melakukan pengamatan lagi yang lebih luas dan

mendalam sehingga diperoleh data yang pasti kebenarannya (Sugiyono,

2013).

2. Sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga sumber

data utama yaitu pasien, perawat dan keluarga pasien yang berkaitan

dengan masalah yang diteliti yaitu keluarga pada tahap perkembangan

lansia dengan hipertensi di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten

Karanganyar. Menurut Sugiyono (2013) Triangulasi diartikan sebagai

teknik pengumpulan data yag bersifat menggabungkan dari berbagai

teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Dengan

teknik pengumpulan data triangulasi, maka peneliti akan meningkatkan

kredibilitas data karena menggunakan lebih dari satu pespektif sehingga

kebenarannya terjamin.

Analisis Data

Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori,


57

menjabarkan kedalam unit-unit, menyusun kedalam pola, memilih mana

yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga

mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Swarjana, 2016).

Dalam penelitian ini analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan,

sewaktu pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul. Analisis

data dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya

membandingkan dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam

opini pembahasan.

Teknik analisis yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban

yang diperoleh dari hasil interpretasi wawancara mendalam yang dilakukan

untuk menjawab rumusan masalah. Teknik analisis digunakan dengan cara

observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang menghasilkan data

untuk selanjutnya diinterpretasikan dan dibandingkan teori yang ada sebagai

bahan untuk memberikan rekomendasikan dalam intervensi tersebut. Urutan

dalam analisis data adalah :

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data yaitu mengumpulkan data di lokasi penelitian

dengan melakukan observasi wawancara dan dokumentasi dengan

menentukan stategi pengumpulan data yang dipandang tepat dan untuk

menentukan fokus serta pendalaman data pada proses pengumpulan

data berikutnya (Sugiyono, 2013). Dalam penelitian ini data

dikumpulan dari hasil WOD (wawancara, observasi, dokumen). Hasil

ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam bentuk

transkip (catatan terstruktur).


58

2. Mereduksi Data

Mereduksi data merupakan cara dimana peneliti merangkum,

memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,

mencari tema polanya, sehingga data lebih mudah dikendalikan

(Sugiyono, 2013). Dalam peneltian ini mereduksi data yang dimaksud

adalah data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan

lapangan dijadikan satu dalam bentuk transkip dan dikelompokkan

menjadi data subjektif dan objektif, dianalisis berdasarkan hasil

pemeriksaan diagnostik kemudian dibandingkan nilai normal.

3. Penyajian data

Setelah data direduksi, maka langkah penyajian data. Dalam

penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk

singkat, bagan, hubungan antar kategoti dan dengan teks yang bersifat

naratif (Sugiyono 2013). Dalam penelitian ini penyajian data dapat

dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks naratif.

Kerahasiaan dari klien dijamin dengan jalan mengaburkan identitas dari

klien.

4. Kesimpulan

Menurut Sugiyono (2013) kesimpulan dalam penelitian/kualitatif

yang diharapkan adalah temuan baru yang sebelumnya belum pernah

ada atau berupa gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih belum

jelas sehingga setelah diteliti menjadi jelas. Kesimpulan ini masih

sebagai hipotesis, dan data menjadi teori jika didukung oleh data-data

yang lain. Dalam penelitian ini kesimpulan dilakukan dari data yang
59

disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan hasil

penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku kesehatan.

Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induksi. Data yang

dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan,

tindakan, dan evaluasi.


BAB

IV

HASIL

Hasil

Gambaran Lokasi Pengambilan Data

Pada bab ini dijelaskan tentang Asuhan Keperawatan pada

keluarga Tn. K dan Tn. W pada tahap perkembangan lanjut usia

dengan hipertensi dilaksanakan pada tanggal 27-31 Mei 2017 di Dusun

Jetak Kelurahan Wonorejo Kecamatan Gondangrejo Kabupaten

Karanganyar. Asuhan Keperawatan di mulai dari pengkajian,

pemeriksaan fisik, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan

evaluasi.

Pengkajian

A. Data Umum

Tabel 4.1 Data Umum

IDENTITAS PASIEN Klien 1 Klien 2

1. Nama KK Tn. K Ny. W


2. Umur 60 tahun 64 tahun
3. Alamat Jetak RT. 02/ RW. 04, Jetak RT.03/ RW 04,
Wonorejo, Gondangrejo, Wonorejo, Gondangrejo,
Karanganyar Karanganyar
4. Pekerjaan KK Swasta Buruh Batu
5. Pendidikan KK SD SD

60
61

6. Komposisi Keluarga

Tabel. 4.2 Komposisi Keluarga


No Nama Jenis Hubungan dengan Usia Pekerjaan Pendidikan
kelamin keluarga
Klien 1
1 Ny. T P Istri 49 th Swasta SD
2 Sdri. A P Anak 17 th Pelajar SMA
Klien 2
1 Ny. P P Istri 62 th Ibu rumah SD
tangga
2 Sdr. A L Anak 38 th Swasta SMA

7. Genogram

Klien 1

Skema 4.1 Genogram Klien 1

Klien 2

Skema 4.2 Genogram Klien 2


62

Keterangan:

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

: Garis keturunan

: Menikah

: Klien

____ : Tinggal serumah

8. Tipe keluarga

Tabel 4.3 Tipe Keluarga


Klien 1 Klien 2
Keluarga Tn. K merupakan tipe Nuclear Keluarga Tn. W merupakan tipe Nuclear
Family (keluarga inti) yang terdiri dari Family (keluarga inti) yang terdiri dari
ayah, ibu, dan anak. Anak pertama sudah ayah, ibu, dan anak. Anak pertama sudah
menikah dan mempunyai 2 anak, anak menikah dan mempunyai 1 anak, anak
kedua dan ketiga berencana akan segera kedua belum menikah, dan anak ketiga
menikah, dan anak keempat masih sudah menikah tetapi belum dikaruniai
bersekolah. Tn. K tinggal bersama Ny. T anak.
dan anak keempat Sdri. A.
9. Suku bangsa

Tabel 4.4 Suku Bangsa


Klien 1 Klien 2
Tn. K mengatakan bahwa keluarganya Tn. K mengatakan bahwa keluarganya
berasal dari suku Jawa dan berbangsa berasal dari suku Jawa dan berbangsa
Indonesia. Dalam kehidupan sehari-hari Indonesia. Dalam kehidupan sehari-hari
Tn. K menggunakan bahasa Jawa Tn. K menggunakan bahasa Jawa
10. Agama

Tabel 4.5 Agama


Klien 1 Klien 2
Keluarga Tn. K menganut agama islam, Keluarga Tn. W menganut agama islam.
dalam hal beribadah Tn. K sangat disiplin Dalam kehidupan sehari-hari Ny. P yang
terhadap isteri dan anaknya untuk taat selalu taat sholat 5 waktu, saat sakit Tn. W
Sholat 5 waktu. jarang melakukan ibadah
63

11. Stasus Sosial Ekonomi

Tabel 4.6 Status Sosial dan Ekonomi


Klien 1 Klien 2
a. Status sosial a. Status ekonomi social
Hubungan keluarga Tn. K dan Hubungan dengan masyarakat baik,
masyarakat sangat baik. Sejak 1 sejak 6 bulan yang lalu Tn. W tidak
bulan yang lalu Tn. K mulai mengikuti perkumpulan rutin warga
mengikuti kembali perkumpulan dan tetapi Tn. W masih aktif ikut kerja
kegiatan warga, Ny. T sering bakti. Ny. P masih aktif dalam
dipercaya warga untuk ikut memasak mengikuti berbagai kegiatan dan
dalam berbagai acara hajatan dan perkumpulan warga.
Sdri. A sangat aktif dalam berbagai b. Status ekonomi
kegiatan karang taruna sehingga Pendapatan per bulan Tn. W tidak
dipercaya sebagai bendahara menentu karena Tn. W bekerja sebagai
karangtaruna. buruh batu dan istrinya berjualan
b. Status ekonomi makanan/sayuran. Sejak 6 bulan yang
Pendapatan perbulan Tn. K tidak lalu Tn. W tidak lagi bekerja karena
menentu. Sebelum sakit Tn. K sakit, sehingga untuk mencukupi
bekerja sebagai makelar penjualan kebutuhan Ny. P berjualan di depan
tanah dan Ny. T sebagai ibu rumah rumah.
tangga. Tetapi selama Tn. K sakit dan
tidak dapat bekerja, Ny. T bekerja
sebagai buruh cuci dan setrika baju di
rumah tetangga sekitar rumahnya.
Saat ini Tn K sudah mulai bekerja
tetapi pendapatan tidak seperti
sebelum Tn. K sakit karena
keterbasan penyakit yang diderita Tn.
K.

12. Aktivitas rekreasi

Tabel 4.7 Aktivitas Rekreasi


Klien 1 Klien 2
Di rumah Tn. K terdapat satu ruang khusus Keluarga Tn. W sangat jarang pergi keluar
untuk berkumpul keluarga yang terdapat bersama-sama ataupun melalukan rekreasi
TV untuk menonton TV bersama keluarga. bersama karena sibuk bekerja. Ny. P
Sesekali Tn. K dan keluarga pergi bersama mengatakan setiap hari minggu anak-
meskipun hanya untuk mengunjungi rumah anaknya datang kerumah untuk menjenguk
saudara atau makan bersama di luar. dan menyempatkan berkumpul sambil
menonton TV dirumah Tn. W.
64

B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

Tabel 4.8 Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


Riwayat Dan Tahap Klien 1 Klien 2
Perkembangan
Keluarga

1. Tahap Pada saat ini keluarga Tn. K Pada saat ini keluarga Tn. W
perkembangan berada pada tahap berada pada tahap
keluarga saat ini perkembangan lanjut usia. tn. perkembangan lanjut usia. Tn.
K dan Ny. T memiliki 4 anak W dan Ny. P memiliki 3 anak
perempuan, anak pertama laki-laki, anak pertama sudah
sudah menikah dan memiliki berkeluarga mempunyai 1
2 anak, anak kedua dan ketiga anak, anak kedua belum
akan segera menikah, dan menikah sedangkan anak
anak keempat masih duduk di ketiga sudah menikah tetapi
Sekolah Menengah Atas. Saat belum mempunyai anak. Saat
ini Tn. K sudah mulai bekerja ini Tn. W sudah tidak bekerja
tetapi tidak semaksimal dulu karena sakit dan usianya yang
sehingga pendapatan menurun semakin tua.
karena penyakitnya dan Tugas perkembangan pada
usianya yang semakin tua. tahap ini adalah penyesuaian
Tugas perkembangan pada tahap masa pensiun dengan
tahap ini adalah penyesuaian cara merubah cara hidup,
tahap masa pensiun dengan mempertahankan pengaturan
cara merubah cara hidup, hidup yang memuaskan,
mempertahankan pengaturan menyesuaikan terhadap
hidup yang memuaskan, pendapatan yang menurun,
menyesuaikan terhadap memeprtahankan hubungan
pendapatan yang menurun, perkawinan, menyesuaikan
memeprtahankan hubungan diri terhadap kehilangan
perkawinan, menyesuaikan pasangan, mempertahankan
diri terhadap kehilangan ikatan keluarga antar generasi
pasangan, mempertahankan dan melakukan life review
ikatan keluarga antar generasi masa lalu.
dan melakukan life review
masa lalu.

2. Tahap Tahap perkembangan keluarga Tahap perkembangan keluarga


perkembangan Tn. K yang belum terpenuhi Tn. K yang belum terpenuhi
keluarga yang yaitu penyesuaian terhadap yaitu penyesuaian terhadap
belum terpenuhi pendapatan yang menurun. pendapatan yang menurun.

3. Riwayat keluarga Tn. K merupakan penduduk Tn. W merupakan penduduk


inti asli Dusun Jetak, sejak kecil asli Dusun Jetak, sedangkan
tinggal di rumah yang Ny. P sebelum menikah
ditempati saat ini. Sedangkan tinggal di Dusun Jenggrik. Tn
Ny. T sebelum menikah W dan Ny. P menikah pada
dengan Tn. K tinggal di tahun 1971, saat itu Tn. W
Boyolali. berusia 18 tahun dan Ny. P
4. Riwayat keluarga berusia 16 tahun.
sebelumnya
(suami- istri)
a. Riwayat
Keluaga dari Tn. K mengatakan sebelum Tn. W mengatakan ada
Tn. K menikah dengan Ny. T pernah riwayat penyakit hipertensi
menikah dan dikaruniai dari kakak ayah Tn. W. Ny. P
65

seorang anak, dan sekarang mengatakan Tn. W menderita


anak dari pernikahan Tn.. K 1 tahun yang lalu dan 6 bulan
sebelumnya sudah memiliki yang lalu masuk RS karena
cucu seusia anak Tn. K yang stroke.
keempat. Tn. K mengatakan
tidak ada riwayat penyakit
akut kronik dan tidak ada
riwayat penyakit keturunan.
Tn. K mengatakan tidak
memiliki riwayat hipertensi,
tetapi 2 tahun yang lalu Tn. K
tiba-tiba jatuh saat berjalan di
dalam rumahnya kemudian
dibawa ke RS dan menderita
b. Riwayat stroke.
keluarga dari
Ny. T Ny. T mengatakan belum Ny. P mengatakan tidak ada
pernah menikah sebelum riwayat penyakit akut-kronik
menikah dengan Tn. K. dan tidak ada riwayat penyakit
Ny. T mengatakan tidak ada keturunan.
riwayat penyakit akut-kronik
dan tidak ada riwayat penyakit
keturunan.

C. Lingkungan

Tabel 4.9 Lingkungan


Lingkungan Klien 1 Klien 2
1. Karakteristik Rumah yang ditempati Tn. K Rumah yang di tempati Tn. W
rumah saat ini merupakan warisan merupakan rumah milik orang
dari orang tua Tn. K. Kedua tua Tn. W. Karena kakak Tn.
kakak Tn. K uga mendapat W tinggal di rumah keluarga
warisan tanah disekitar rumah istrinya, rumah tersebut
Tn. K tetapi tidak tinggal ditempati keluarga Tn. W.
disitu, tenah tersebut Rumah berukuran 12x20 m2.
dijadikan bengkel oleh kakak Rumah Tn. W memeiliki 3
Tn. K. Rumah yang ditempati kamar tidur, 1 kamar untuk Tn.
Tn. K berukuran 10x20 m2. W dan Ny. P, 1 kamar untuuk
Rumah Tn. K memiliki 4 anaknya (Sdr. A), dan 1 kamar
kamar tidur, 1 kamar untuk untuk tamu/anaknya yang lain
Tn. K dan Ny. T, 1 kamar jika menginap di rumah Tn.
untuk anak keempat (Sdri. A), W. Rumah Tn. W terdapat
1 kamar untuk anak pertama ruang tamu yang isinya 1 set
dan cucunya jika menginap, sofa dan lemari TV beserta
dan 1 kamar untuk anak kedua TV, tardapat 1 ruang dapur
dan ketiga saat pulang. yang isinya meja makan, rak
Rumah Tn. K terdapat ruang piring, dan lemari
tamu yang isinya 1 set sofa, penyimpanan makanan tetapi
terdapat ruang khusus untuk tidak terdapat peralatan
keluarga yang isinya lemari memasak dan kompar gas, dan
TV beserta TV dan meja terdapat 1 kamar mandi. Di
makan, terdapat ruang dapur halaman depan terdapat
dan 1 kamar mandi. Rumah bangunan kecil berukuran 2x2
Tn. K hanya terdapat 4 m2 untuk berjualan Ny. P,
jendela dan tidak terdapat terdapat peralatan memasak,
66

ventilasi udara. Rumah cukup kompor gas dan bahan


terang tetapi lembab karena dagangan Ny. P. Lantai rumah
sirkulasi udara yang kurang. belum keramik masih di
plester dengan semen, dinding
rumah dari batu bata tetapi
sudah banyak yang mengalami
kerusakan. Tidak terdapat
ventilasi udara dan hanya
terdapat 2 jendela besar di
dekat pintu masuk dan di
dapur karena rumah Tn. W
sangat berdekatan dengan
tetangga dan rumah cukup
2. Karakteristik gelap/kurang penerangan saat
tetangga dan Hubungan keluarga Tn. K siang hari.
komunitas dengan tetangga terjalin
sangat baik. Sejak 1 bulan Hubungan keluarga Tn. W
yang lalu Tn. K mulai aktif terjalin dengan baik, meski Tn.
kembali mengikuti kegiatan W sudah 6 bulan tidak
dan perkumpulan rutin warga. mengikuti kegiatan warga,
tetapi Tn. W ikut membantu
dalam pembangunan taman
desa bersama warga. Dengan
3. Mobilitas keterbatasan gerak, Tn. W
geografi keluarga Tn. K menempati rumahnya senang masih dapat
sejak dilahirkan, tetapi saat membantu.
Tn. K menikah dengan isteri
sebelumnya Tn. K tinggal di Tn. W menempati rumahnya
Desa Sindon, Boyolali. sejak Tn. W dilahirkan sampai
Kemudian saat Tn. K menikah sekarang. Tn. W belum pernah
dengan Ny. T, Tn. K kembali berpindah tempet tinggal.
tinggal di rumah tersebut.
4. Perkumpulan
keluarga dan Saat ini Tn. K mulai aktif
interaksi dengan mengikuti kegiatan dan
masyarakat perkumpulan rutin warga,
meskipun perkumpulan warga Tn. W saat ini belum
berpindah-pindah ke rumah mengikuti kembali kegiatan
warga Tn. K tetap mengikuti dan perkumpulan warga,
perkumpulan. karena perkumpilan dilakukan
berpindah-pindah ke setiap
rumah warga secara
5. System bergantian. Tn. W masih
pendukung Tn. K dan Ny. T sangat sangat sulit untuk berjalan kaki
keluarga menyayangi anak-anaknya. dengan jarak yang cukup jauh.
Tn. K mengatakan bahwa
dirinya sangat tegas dan Tn. W dan Ny. P mengatakan
disiplin. Dalam pengambilan sangat menyayangi anak-
keputusan, Tn K yang anaknya. Ny. P mengatakan
menentukan keputusan setelah jika ada masalah yang belum
bermusyawarah dengan bisa diatasi/diselesaikan, maka
keluarga. Tn. W dan Ny. P meminta
anak-anaknya untuk
berkumpul dan
bermusyawarah untuk mencari
solusi penyelesaian masalah.
67

D. Struktur Komunikasi Keluarga

Tabel 4.10 Struktur Komunikasi Keluarga


Struktur Komunikasi
Keluarga Klien 1 Klien 2
a. Pola komunikasi Tn. K merupakan orang yang Tn. W termasuk orang yang
keluarga tegas dan disiplin. Dalam sedikit bicara dan sedikit
penyelesaian masalah Tn. K tertutup. Dalam penyelesaian
selalu terbuka kepeda keluarga masalah keluarga, Tn. W
sehingga dalam pengambilan meminta istrinya untuk
keputusan selalu memanggil dan
bermusyawarah dengan mengumpulkan anaknya untuk
keluarga. Tn. K dan Ny. T bermusyawarah. Dalam
dalam kehidupan sehari-hari kehidupan sehari-hari Tn. W
menggunakan bahasa Jawa. dan Ny. P menggunakan
bahasa jawa dan terkadang
menggunakan bahasa
b. Struktur kekuatan Sifat Tn. K yang tegas dan Indonesia.
keluarga disiplin sangat berpengaruh
dalam perilaku keluarga dan Meski Tn. W tidak banyak
pemecahan masalah. bicara tetapi memiliki
Struktur peran: pengaruh dan andil dalam
Setiap anggota keluarga perilaku dan pemecahan
memiliki peran masing- masalah.
masing. Tn. K sebagai kepala Struktur peran:
keluarga bagi anak-anaknya Setiap anggota keluarga
dan istrinya. Ny. T berperan memiliki peran masing-
sebagai istri dan ibu yang masing. Tn. W sebagai kepala
mengurus anak dan rumah keluarga bagi anak-anaknya
tangga. Anak-anak Tn. K dan istrinya. Ny. P berperan
sangat menghormati sebagai istri dan ibu yang
orangtuanya. mengurus anak dan rumah
c. Nilai dan norma tangga. Anak-anak Tn. W
budaya Seluruh anggota keluarga sangat menghormati
beragama Islam yang taat orangtuanya.
menjalankan ibadah. Tn. K
sangat disiplin terhadap istri Seluruh anggota keluarga Tn.
dan anak-anaknya untuk taat W beragama Islam dan
ibadah dan menjalankan sholat menjalankan ibadah. Sejak Tn.
5 waktu. W sakit, Tn. W jarang
beribadah karena kelemahan
kaki dan tangan kirinya, tetapi
Ny. P sangat taat beribadah
dan berdoa untuk kesembuhan
Tn. W.
68

E. Fungsi keluarga

Tabel 4.11 Fungsi Keluarga


Fungsi keluarga Klien 1 Klien 2
1. Fungsi Afektif Keluarga Tn. K saling Keluarga Tn. W saling
menyayangi dan menyayangi dan menghormati
menghormmati. Jika ada satu sama lain. Jika ada
masalah, keluarga akan masalah, keluarga akan
bermusyawarah untuk berdiskusi untuk mencari
penyelesaian masalah. solusi. Saat berdiskusi semua
Meskipun Tn. K sanagt tegas anggota keluarga saling
tetapi saat bermusyawarah Tn. menghargai pendapat.
K menghargai pendapat
anggota keluarga yang lain.

2. Fungsi sosialisasi Hubungan keluarga Tn. K Hubungan keluarga Tn. W dan


terjalin sangat baik. Ny. T masyarakat terjalin dengan
sangat aktif dalam mengikuti baik. Ny. P sangat aktif dalam
kegiatan dan perkumpulan kegiatan dan perkumpulan
warga stiap minggu dan setiap warga setiap minggu dan
bulan. Bahkan Ny. T dipercaya setiap bulan. Sejak sakit 6
untuk bertanggungjawab jika bulan lalu, T. W tidak
ada tetangga yang punya mengikuti perkumpulan
kerja/hajatan untuk memasak. warga, tetapi Tn. W masih
Tn. K sudah lama tidak dapat membantu pembangunan
mengikuti berbagai kegiatan taman desa yang rencana akan
dan perkumpulan warga, tetapi dibuat di pekarangan depan
sejak 1 bulan yang lalu Tn. K rumahnya.
mulai mengikuti kegiatan dan
perkumpulan warga. Sdri. A
juga sangat aktif dalam
berbagai kegiatan karangtaruna
bahkan Sdri. A dipercaya
menjadi bendahara
karangtaruna.

3. Fungsi a. Mengenal masalah a. Mengenal masalah


keperawatan Keluarga mengatakan Ny. P mengatakan Tn. W
keluarga sebelumnya Tn. K tidak mederita hipertensi sejak 1
memiliki riwayat penyakit tahun yang lalu tetapi jarang
tekanan darah tinggi, tetapi memeriksakan kesehatannya
sejak 2 tahun yang lalu Tn. secara rutin sehingga Tn. W
K tiba-tiba jatuh saat mengalami stroke 6 bulan
berjalan di dalam lalu dan tiba-tiba mengalami
rumahnya, kemudian kelemahan tanga dan kaki
dibawa ke RS. Saat Tn. K kirinya. Ny. P mengatakan
bangun, tangan dan kaki tidak mengetahui tentang
kiri mengalami kelemahan penyakit hipertensi, tanda
dan saat diperiksa Tn. K dan gejala kekambuhan.
mengalami kenaikkan b. Mengambil keputusan
tekanan darah. Pengambilan keputusan
b. Mengambil keputusan dalam keluarga Tn. W
Tn. K adalah orang yang diambil oleh Tn. W yang
tegas, dalam pengambilan sebelumny
keputusan, diputuskan oleh dimusyawarahkan bersama
Tn. K yang sebelumnya anggota keluarga yang lain.
dimusyawarahkan dengan c. Merawat anggota keluarga
69

anggota keluarga yang yang sakit


lain. Ny. P mengatakan saat Tn.
c. Merawat anggota keluarga W sakit, Ny. P tidak
yang sakit megatahui cara merawat Tn.
Keluarga mengatakan W, terlebih lagi Tn. W
setelah Tn. K dirawat di mengalami kelemahan kaki
RS, Tn. K dirawat di dan tangan kirinya. Ny. P
rumah oleh keluarga. Ny. hanya mempercayakan
T mengatakan tidak petugas fisioterapi yang
mengetahui cara merawat datang ke rumah untuk
Tn. K, saat di rumah Tn. K mengurangi kelemahan kaki
hanya dirawat sebisa dan dan tangan kirinya.
seadanya saja. Ny. T d. Memelihara dan
mengatakan Tn. K istirahat memodifikasi lingkungan
total selama 1 tahun di Ny. P mengatakan rumah
rumah selalu dibersihkan setiap
d. Memelihara atau pagi dan sore hari. Banyak
memodifikasi lingkungan barang/perabotan rumah
Keluarga mengatakan yang sudah rusak, tetapi
rumah selalu dibersihkan tidak diperbaik. Ny. P
setiap hari pada pagi dan mengatakan sejak Tn. W
sore hari. Ny. T sakit banyak barang yang
mengatakan setiap 2 bulan mengalami kerusakan tetapi
perabotan rumah ditata dan belum bisa diperbaiki.
diatur ulang untuk e. Memanfaatkan fasilitas
dibersuhkan dan mengecek kesehatan di masyarakat
ada tidaknya kerusakan. Tn. W mengatakan jarang
Jika ada kerusakan barang, memeriksakan diri ke
Ny. T akan memanggil puskesmas karena jarak
petugas service untuk rumah dengan puskesmas
memperbaiki. cukup jauh. Tn. W datang ke
e. Menggunakan fasilitas puskesmas jika dirasa
kesehatan di masyarakat sakitnya sudah parah, tetapi
Keluarga mengatakan Tn. W kadang
sangat jarang memeriksakan diri ke mantri
memeriksakan kesehatan, dekat rumahnya.
jika sakit hanya diberi obat
yang dibeli di warung.
Keluarga mengatakan akan
memeriksakan kesehatan
ke puskesmas jika dirasa Ny. P mengatakan sudah tidak
sakitnya sudah cukup mengalami menstruasi/haid
parah. karena sudah masuk masa
menopause. Tn. W dan Ny. P
4. Fungsi reproduksi Ny. T mengatakan masih memiliki 3 orang anak laki-
mengalami menstruasi tetapi laki, anak pertama sudah
tidak teratur, terkadang 2 bulan berkeluarga mempunyai 1
sekali dan terkadang 3 bulan anak, ana kedua belum
sekali. Tn. K dan Ny. T menikah tetapi sudah bekerja,
memiliki 4 orang anak sedangkan anak ketiga sudah
perempuan, anak pertama menikah tetapi belum
sudah berkeluarga mempunyai mempunyai anak.
2 anak, anak kedua dan ketiga
sudah bekerja dan akan segera
menikah, sedangkan anak
keempat masih bersekolah.
70

5. Fungsi Ekonomi Tn. K mengatakan saat sakit Tn. W mengatakan sejak 6


tidak bekerja, dalam bulan lalu sudah tidak bekerja
pemenuhan kebutuhan Ny. T karena sakit. Dalam
bekerja sebagai buruh cuci dan pemenuhan kebutuhan saat ini
setrika baju di tetangga sekitar dari hasil berjualan Ny. P dan
rumah dan dibantu oleh anak- dibantu oleh anak-anak Tn. W.
anak Tn. K.

F. Stress dan Koping Keluarga

Tabel 4.12 Stress dan koping Keluarga


Stress dan koping
Klien 1 Klien 2
keluarga
1. Stressor jangka a. Stressor jangka pendek a. Stressor jangka pendek
pendek dan jangka Keluarga mengatakan agar Keluarga mengatakan agar
panjang Tn. K dapat sembuh total Tn. W sembuh. Sehingga
sehingga dapat melakukan biaya yang digunakan
aktivitas secara mandiri. untuk terapi dapat
b. Stressor jangka panjang digunakan untuk
Tn. K mengatakan ingin kebutuhan yang lain.
segera sembuh dan bekerja b. Stressor jangka panjang
lagi membantu istrinya Tn. W mengatakan jika
memenuhi kebutuhan. sudah sembuh akan
membantu istrinya
berjualan, meski Tn. W
tidak lagi bekerja.

2. Kemampuan Tn. K mengatakan saat sakit Tn. W mengatakan setiap


keluarga berespon hanya berharap kepada Tuhan permasalahan pasti ada solusi
terhadap stessor dengan taat beribadah dan dan jalan keluar sehingga saat
dan situasi berdoa, karena Tn. K sangat ada masalah Tn. W selalu
yakin akan diberi kesembuhan tenang dan tidak banyak bicara
oleh Tuhan. dan akan berdiskusi dengan
keluarga.

3. Strategi koping Koping yang digunakan Koping yang digunakan


yang keluarga Tn. K adalah dengan keluarga Tn. W adalah dengan
digunakan menyelesaikan masalah secara memecahkan masalah secara
bermusyawarah. bersama-sama.
71

G. Harapan Keluarga

Tabel 4.13 Harapan Keluarga


Harapan keluarga Klien 1 Klien 2
a. Persepsi keluarga Keluarga Tn. K mengatakan Keluarga Tn. W mengatakan
terhadap perawat bahwa perawat adalah tenaga bahwa perawat merupakan tenaga
kesehatan yang ikut berperan kesehatan yang ikut berperan
langsung dalam melakukan langsung dalam melakukan
pelayanan kesehatan. pelayanan kesehatan.

b. Harapan keluarga Keluarga mengatakan sangat Keluarga mengatakan sangat


terhadap perawat ingin dibantu perawat mengenal ingin dibantu perawat mengenal
masalah kesehatan diberi masalah kesehatan diberi
informasi cara merawatnya. informasi cara merawatnya

H. Pemeriksaan fisik

Dilakukan pada semua anggota keluarga

Tabel 4.14 Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan fisik Nama anggota keluarga
Klien 1 Tn. K Ny. T Sdri. A
Td 140/90 mmHg 130/80 mmHg 110/70 mmHg
Nadi 88 x / menit 80 x / menit 84 x / menit
RR 20x / menit 22x / menit 20x / menit
BB/ TB 55 kg/ 168 cm 48 kg/ 150 cm 48 kg/ 160 cm
Rambut Rambut sedikit Rambut pendek, Rambut panjang
beruban, bersih, lurus, belum bergelombang,
sedikit keriting beruban, bersih bersih, hitam
Konjungtiva Tidak anemis Tidak anemis Tidak anemis
Sclera Berwarna putih Berwarna putih Berwarna putih
Hidung Bersih Bersih Bersih
Telinga Tidak ada serumen, Tidak ada serumen, Tidak ada serumen,
simetris simetris simetris
Mulut Lembab, tidak ada Lembab, tidak ada Lembab, tidak ada
lesi lesi lesi
Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembesaran kelenjar pembesaran pembesaran
tiroid kelenjar tiroid kelenjar tiroid
Paru I: pengembangan I: pengembangan I: pengembangan
dada simetris dada simetris dada simetris
P: tidak ada nyeri P: tidak ada nyeri P: tidak ada nyeri
tekan tekan tekan
P: Sonor P: Sonor P: Sonor
A: vesikuler A: vesikuler A: vesikuler
Jantung I: ictus cordis tidak I: ictus cordis tidak I: ictus cordis tidak
tampak tampak tampak
P: ictus cordis teraba P: ictus cordis P: ictus cordis
di SIC V teraba di SIC V teraba di SIC V
P: bunyi pekak P: bunyi pekak P: bunyi pekak
A: vesikuler A: vesikuler A: vesikuler
Abdomen I: tidak ada jejas I: tidak ada jejas I: tidak ada jejas
A: peristaltik usus A: peristaltik usus A: peristaltik usus
72

16x/menit 16x/menit 16x/menit


P: tidak ada nyeri P: tidak ada nyeri P: tidak ada nyeri
tekan tekan tekan
P: terdengar tympani P: terdengar P: terdengar
Ekstremitas Atas 5/5 tympani tympani
Bawah 5/4 Atas 5/5 Atas 5/5
Kulit Mulai keriput, bersih Bawah 5/5 Bawah 5/5
Turgor Elastisitas berkurang Lembab, bersih Lembab, bersih
Keluhan Tn. K mengatakan Elastisitas baik Elastisitas baik
kaki kirinya masih Tidak ada Tidak ada
mengalami
kelemahan,
terkadang terasa
pusing saat bangun
tidur dan aktivitas
berlebih
Klien 2 Tn. W Ny. P Sdr. A
Td 170/100 mmHg 140/80 mmHg 120/70 mmHg
Nadi 92 x / menit 80 x / menit 84 x / menit
RR 24x / menit 20x / menit 20x / menit
BB/ TB 65 kg/ 170 cm 57 kg/ 150 cm 58 kg/ 173 cm
Rambut Rambut beruban, Rambut panjang, Rambut sedikit
berminyak, bersih bergelombang, keriting, bersih
bersih, mulai warna hitam
beruban
Konjungtiva Tidak anemis Tidak anemis Tidak anemis
Sclera Berwarna putih Berwarna putih Berwarna putih
Hidung Bersih Bersih Bersih
Telinga Tidak ada serumen, Tidak ada serumen, Tidak ada serumen,
simetris simetris simetris
Mulut Lembab, tidak ada Lembab, tidak ada Lembab, tidak ada
lesi, beberapa gigi lesi lesi
mulai ompong
Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembesaran kelenjar pembesaran pembesaran
tiroid kelenjar tiroid kelenjar tiroid
Paru I: pengembangan Tidak terkaji Tidak terkaji
dada simetris
P: tidak ada nyeri
tekan
P: Sonor
A: vesikuler
Jantung I: ictus cordis tidak Tidak terkaji Tidak terkaji
tampak
P: ictus cordis teraba
di SIC V
P: bunyi pekak
A: vesikuler
Abdomen I: tidak ada jejas Tidak terkaji Tidak terkaji
A: peristaltik usus
16x/menit
P: tidak ada nyeri
tekan
P: terdengar tympani
Ekstremitas Atas 5/3 Atas 5/5 Atas 5/5
Bawah 5/4 Bawah 5/5 Bawah 5/5
Kulit Mulai keriput, bersih Mulai keriput, Bersih
73

Turgor Elastisitas berkurang bersih Elastis


Keluhan Tn. W mengatakan Elastisitas Tidak ada
tangan dan kaki berkurang
kirinya masih lemah Tidak ada
dan sering merasa
pusing

Analisa Data

Tabel 4.15 Analisa Data


Analisa Data Etiologi Masalah
Klien 1
DS: Ketidakmampuan Ketidakefektifan
- Keluarga Tn. K mengakatakan keluarga mengenal manajemen kesehatan
tidak mengetahui Tn. K memiliki masalah kesehatan dalam keluarga
sakit hipertensi, hingga 2 tahun
lalu Tn. K tiba-tiba jatuh saat
berjalan di dalam rumahnya.
- Tn. K mengatakan terkadang
pusing di kepala bagian belakang
- Keluarga Tn. K mengatakan
kurang mengerti masalah
penyakit hipertensi
- Tn. K mengatakan jarang kontrol
ke pelayanan kesehatan
- Ny. T mengatakan Tn. K tidak
minum obat hipertensi

DO:
- Terlihat Ny. T selalu
mendampingi Tn. K saat
diwawancara.
- Keluarga hanya mengerti
hipertensi sebatas tensi tinggi
- Tn. K terlihat pucat beberapa
kali memegangi kepalanya
bagian belakang
- TD Tn. K : 140/90 mmHg.
- Nadi Tn. K 88x/menit.

DS: Ketidakmampuan Ketidakefektifan


- Ny. T mengatakan selama keluarga merawat pemeliharaan
dirawat dirumah, Tn. K dirawat anggota keluarga yang kesehatan dalam
sebisa dan seadanya karena sakit keluarga
keluarga tidak mengetahui cara
merawat Tn. K.
- Keluarga mengatakan tidak
mengetahui tentang obat
hipertensi
- Ny. T mengatakan kurang
74

memperhatikan diet hipertensi


- Ny. T mengatakan tidak
memeriksakan Tn. K karena
keterbatasan biaya

DO:
- Keluarga terlihat tidak mampu
memberikan perawatan
- Keluarga terlihat bingung saat
ditanya cara merawat Tn. K.
- Keluarga hanya mengerti
hipertensi sebatas tensi tinggi

Klien 2
DS: Ketidakmampuan Ketidakefektifan
- Tn. W mengatakan mengalami keluarga mengenal manajemen kesehatan
hipertensi sejak 1 tahun yang masalah kesehatan dalam keluarga
lalu.
- Ny. P mengatakan Tn. W pernah
masuk RS dengan stroke 6 bulan
yang lalu.
- Keluarga mengatakan kurang
mengetahui masalah hipertensi.
- Tn. W mengatakan sering pusing
di bagian kepela belakang
- Tn. W mengatakan jarang
kontrol ke pelayanan kesehatan
- Ny. P mengatakan Tn. W tidak
minum obat hipertensi

DO:
- Tn. W terlihat gelisah, meringis
dan sering memijati kepalanya.
- Keluarga terlihat bingung saat
ditanya tentang penyakit Tn. W
- TD Tn. W : 170/100 mmHg.
- Nadi Tn. W : 92x/menit.
DS: Ketidakmampuan Ketidkefektifan
- Tn. W mengatakan tidak keluarga merawat manajemen kesehatan
memeriksakan kesehatan secara anggota keluarga yang dalam keluarga
rutin karena jarak Puskesmas sakit
terlalu jauh dari rumahnya
- Ny. P mengatakan tidak
mengetahui cara merawat Tn. W
setelah pulang dari RS karena
Ny. P sibuk berjualan untuk
memenuhi kebutuhan
- Tn. W mengatakan pengelihatan
masih cukup jelas meski ada
bercak putih pada matanya
- Keluarga mengatakan
memanggil fisioterapi ke rumah
untuk memberika terapi pada
tangan dan kaki Tn. W
DO:
- Keluarga terlihat kurang
75

memahami kondisi kesehatan


Tn. W saat ini
- Keluarga tidak mengerti tentang
hipertensi
- Keluarga terlihat bingung saat
ditanya cara merawat Tn. W
- Saat diwawancara Ny. P terlihat
sedang sibuk melakukan
pekerjaan rumah.
- Mata Tn. W terlihat ada sedikit
bercak putih.
- Keluarga terlihat tidak mampu
memberikan perawatan

Skoring Prioritas Masalah Asuhan Keperawatan Keluarga

Tabel 4.16 Skoring Prioritas Masalah Asuhan Keperawatan Keluarga


Kriteria Skor Bobot Perhitungan Pembenaran
Klien 1
Ketidakefektifan manajemen kesehatan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah kesehatan
Sifat masalah: 3 1 3/3 x 1 = 1 Tn. K mengatakan
Aktual terkadang merasa pusing
saat bangun tidur dan
aktivitas berlebih
Kemungkinan masalah 1 2 ½ x 2= 1
dapat diubah: Keluarga mengatakan mau
Sebagian dibantu perawat mengenal
masalah hipertensi
Potensial masalah: 2 1 2/3 x 1= 2/3
Cukup Masalah yang dihadapi
tidak begitu berat dan
masih bisa diatasi
Menonjolnya masalah: 2 1 2/2 x 1=1
Dirasakan dan segera keluarga mengatakan ingin
ditangani Tn. K sembuh dan dapat
aktivitas

Total : 3 2/3

Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga


merawat anggota keluarga yang sakit
Sifat masalah: 3 1 1/3 x 1 =1 Keluarga mengatakan
Aktual tidak mengetahui cara
merawat Tn. K

Kemungkinan masalah 1 2 1/2 x 2= 1 Keluarga Tn. K


dapat diubah: mengatakan mau diberi
Sebagian informasi cara merawat
Tn. K
Potensial masalah 2 1 2/3 x 1= 2/3
Dapat dicegah: Masalah yang dihadapi
Cukup belum begitu berat dan
1 1 masih bisa diatasi
76

Menonjolnya masalah: ½ x 1= ½
Ada masalah, tidak Keluarga mengatakan Tn.
perlu segera ditangani K dirawat dirumah dengan
sebisa dan seadanya

Total: 2 5/6
Klien 2
Ketidakefektifan manajemen kesehatan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah kesehatan
Sifat masalah: 3 1 3/3 x 1 = 1 Tn. W mengatakan sering
Aktual pusing. Tn. W terlihat
gelisah, meringis dan
sering memijati kepalanya.

Kemungkinan masalah 1 2 ½ x 2= 1 Keluarga Tn. W


dapat diubah: mengatakan mau dibantu
Sebagian perawat mengenal
hipertensi
Potensial masalah: 2 1 2/3 x 1= 2/3
Cukup Masalah yang dihadapi
belum begitu berat dan
masih bisa diatasi
Menonjolnya masalah: 2 1 2/2 x 1=1
Dirasakan dan segera Tn. W sangat terbatas
ditangani dalam melakukan aktivitas

Total : 3 2/3
Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit
Sifat masalah: 3 1 1/3 x 1 =1 Keluarga mengatakan
Aktual tidak megetahui cara
merawat Tn. W

Kemungkinan masalah 1 2 1/2 x 2= 1 Keluarga mengatakan mau


dapat diubah: diberi informasi cara
Sebagian merawat T. W

Potensial masalah 2 1 2/3 x 1= 2/3 Masalah yang dihadapi


Dapat dicegah: belum begitu berat dan
Cukup masih bisa diatasi

Menonjolnya masalah: 1 1 ½ x 1= ½ Ny. P mengatakan hanya


Ada masalah, tidak memanggil petugas
perlu segera ditangani fisiotarapi karena sibuk
berjualan untuk memenuhi
kebutuhan.
Total: 2 5/6

Penentuan Perioritas Masalah Berdasarkan Skoring

Tabel 4.17 Penentuan Perioritas Masalah Berdasarkan Skoring


Klien 1 Klien 2
1. Ketidakefektifan manajemen kesehatan 1. Ketidakefektifan manajemen kesehatan
berhubungan dengan ketidakmampuan berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga mengenal masalah kesehatan
77

2. Ketidakefektifan pemeliharaan 2. Ketidakefektifan pemeliharaan


kesehatan berhubungan dengan kesehatan berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit. anggota keluarga yang sakit

Perencanaan

Tabel 4.18 Perencanaan


Diagnosis
NOC NIC
Keperawatan
Data
Kode Diagnosis Kode Hasil Kode Intervensi

Data pendukung
masalah
kesehatan Klien 1
dengan
Hipertensi

1. Keluarga Dx 1 Setelah dilakukan Keluarga mampu


tidak intervensi keperawatan, mengenal masalah:
mengetahui 0078 Ketidakefe keluarga mampu
hipertensi. ktifan mengenal masalah: 5616 Berikan pengajaran
2. terkadang manajeme tentang pengobatan
pusing di n 1808 Keluarga mengenal yang
kepala bagian kesehatan 1814 pengobatan dan proses diresepkan/dianjurka
belakang b.d pengobatan n
3. Keluarga ketidakma
kurang mpuan
mengerti keluarga Kelarga mampu Kelarga mampu
masalah mengenal memutuskan: memutuskan:
penyakit masalah
hipertensi kesehatan 1606 Berpartisipasi dalam 5250 Dukungan membuat
4. jarang kontrol memutuskan perawatan keputusan:diskusikan
ke pelayanan kesehatan dengan keluarga
kesehatan dalam memilih
5. tidak minum tindakan non
obat farmakologi
hipertensi Keluarga mampu Keluarga mampu
6. Keluarga merawat: merawat:
hanya
mengerti 1623 Perilaku patuh keluarga 5616 Berikan Penjelasan
hipertensi dan klien terhadap program pengobatan
sebatas tensi pengobatan 0180 Pengelolaan latihan
tinggi fisik dengan senam
7. Tn. K terlihat hipertensi
pucat dan Keluarga mampu Keluarga mampu
beberapa kali memodifikasi memodifikasi
memegangi lingkungan: lingkungan:
kepalanya
bagian 1910 Keluarga mampu 6480 Manajemen
belakang menyiapkan lingkungan
8. Rumah terasa lingkungan rumah yang
lembab aman
78

karena Keluarga mampu Keluarga mampu


kurangnya memenfaatkan fasilitas memanfaatkan
ventilasi dan pelayanan kesehatan: fasilitas pelayanan
penerangan kesehatan:
kurang 1806 Keluarga mengetahui
9. TD Tn. K : sumber-sumber 7560 Motivasi keluarga
140/90 kesehatan dan klien
mmHg, Nadi memeriksakan
Tn. K kesehatan secara
88x/menit, teratur
RR Tn. K:
20x/menit

Data pendukung
masalah
kesehatan
keluarga

1. Keluarga tidak Dx 2 Keluarga mampu Keluarga mampu


mampu mengenal masalah mengenal masalah
melakukan 0080 Ketidakefe tentang pengetahuan mengenai hipertensi
ktifan kesehatan
perawatan Berikan pendidikan
pemelihara
2. Keluarga tidak an 1813 Keluarga dan klien 5602 kesehatan mengenai
mengerti kesehatan mampu mengenal proses penyakit
tentang di keluarga masalah Hipertensi Hipertensi
hipertensi, b.d (pengertian, tanda dan (pengertian, tanda
penyebab dan ketidakma gejala, penyebab, dan gejala,
mpuan pencegahan, penyebab,
tanda gejala
keluarga mengontrol nyeri dan pencegahan, cara
hipertensi mengontrol nyeri dan
merawat pengobatan Hipertensi)
3. Keluarga tidak anggota pengobatan
mengetahui keluarga Hipertensi)
komplikasi dari yang sakit
hipertensi
4. Tn. K jarang Keluarga mampu Keluarga mampu
memeriksakan memutuskan: memutuskan:
hipertensinya
ke pelayanan 1606 Keluarga bersedia 5250 Berikan dukungan
kesehatan berpartisipasi dalam pada keluarga
perawatan kesehatan membuat keputusan
5. Tn. K tidak
klien yang mengalami yang tepat dalam
minum obat hipertensi merawat klien
hipertensi 5310 Motivasi keluarga
6. Keluarga untuk memberikan
terlihat tidak harapan pada klien
mampu dalam proses
memberikan pengobatan
hipertensinya
perawatan
Keluarga mampu Keluarga mampu
7. Keluarga merawat anggota merawat anggota
terlihat bingung keluarga yang sakit keluarga yang sakit
saat ditanya
79

cara merawat 1622 Keluarga mampu 7140 Libatkan keluarga


Tn. K. menyiapkan diet dalam merawat klien
8. Keluarga hanya Hipertensi untuk klien. yang mengalami
hipertensi
mengerti
1632 Keluarga mampu
hipertensi menerapkan aktivitas
sebatas tensi yang tepat bagi klien
tinggi
Keluarga mampu Keluarga mampu
memodifikasi memodifikasi
lingkungan : lingkungan:

2009 Dukungan keluarga 6485 Manajemen


selama pengobatan lingkungan rumah
yang aman
1910 Menyiapkan
lingkungan rumah yang 5440 Berikan dukungan
aman kepada keluarga
dalam proses
perawatan klien yang
mengalami
hipertensi
Keluarga mampu Keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas memanfaatkan
kesehatan fasilitas kesehatan

1603 Keluarga dan klien 7560 Motivasi keluarga


mampu mencari untuk memeriksakan
pelayanan kesehatan. klien yang
mengalami
2605 Adanya partisipasi hipertensi ke
keluarga dalam proses pelayanan kesehatan
keperawatan klien.

Data pendukung
masalah
kesehatan dengan Klien 2
Hipertensi

1. Keluarga Dx 1 Setelah dilakukan Keluarga mampu


tidak intervensi keperawatan, mengenal masalah:
mengetahui 0078 Ketidakefe keluarga mampu
hipertensi. ktifan mengenal masalah: 5616 Pengajaran:
2. Klien sering manajeme pengobatan yang
pusing di n 1808 Kelarga mengenal diresepkan
kepala bagian kesehatan 1814 pengobatan dan proses
belakang b.d pengobatan
3. Keluarga ketidakma
kurang mpuan
mengerti keluarga Kelarga mampu Kelarga mampu
masalah mengenal memutuskan: memutuskan:
penyakit masalah
hipertensi kesehatan 1606 Berpartisipasi dalam 5250 Dukungan memebuat
4. jarang kontrol memutuskan perawatan keputusan
80

ke pelayanan kesehatan
kesehatan
Keluarga mampu Keluarga mampu
5. tidak minum
merawat: merawat:
obat
hipertensi
1623 Perilaku patuh keluarga 5616 Berikan Penjelasan
6. Tn. K terlihat dan klien terhadap program pengobatan
pucat, lemas pengobatan 0180 Pengelolaan latihan
dan beberapa fisik dengan senam
kali memijati hipertensi
kepalanya
Keluarga mampu Keluarga mampu
bagian memodifikasi memodifikasi
belakang
lingkungan: lingkungan:
7. Rumah cukup
gelap, lembab 1910 Keluarga mampu 6480 Manajemen
karena menyiapkan lingkungan
kurangnya lingkungan rumah yang
ventilasi dan aman
penerangan Keluarga mampu Keluarga mampu
kurang memenfaatkan fasilitas memenfaatkan
8. TD Tn. W: pelayanan kesehatan: fasilitas pelayanan
170/100 kesehatan:
mmHg. 1806 Keluarga mengetahui 7560 Motivasi keluarga
Nadi Tn. W: sumber-sumber dan klien
92x/menit kesehatan memeriksakan
RR Tn. W: kesehatan secara
24x/menit teratur
Data pendukung
masalah
kesehatan
keluarga

1. Keluarga tidak Dx 2 Keluarga mampu Keluarga mampu


mampu mengenal masalah mengenal masalah
melakukan 0080 Ketidakefe tentang pengetahuan mengenai hipertensi
ktifan kesehatan
perawatan Berikan pendidikan
pemelihara
2. Keluarga tidak an 1813 Keluarga dan klien 5602 kesehatan mengenai
mengerti kesehatan mampu mengenal proses penyakit
tentang di keluarga masalah Hipertensi Hipertensi
hipertensi, b.d (pengertian, tanda dan (pengertian, tanda
penyebab dan ketidakma gejala, penyebab, dan gejala,
mpuan pencegahan, penyebab,
tanda gejala
keluarga mengontrol nyeri dan pencegahan, cara
hipertensi mengontrol nyeri dan
merawat pengobatan Hipertensi)
3. Keluarga tidak anggota pengobatan
mengetahui keluarga Hipertensi)
komplikasi dari yang sakit
hipertensi Keluarga mampu Keluarga mampu
memutuskan: memutuskan:
4. Tn. W jarang
memeriksakan 1606 Keluarga bersedia 5250 Berikan dukungan
hipertensinya berpartisipasi dalam pada keluarga
ke pelayanan perawatan kesehatan membuat keputusan
kesehatan klien yang mengalami yang tepat dalam
5. Tn. W tidak hipertensi merawat klien
5310 Motivasi keluarga
minum obat
untuk memberikan
81

hipertensi harapan pada klien


6. Keluarga dalam proses
terlihat tidak pengobatan
hipertensinya
mampu
Keluarga mampu Keluarga mampu
memberikan merawat anggota merawat anggota
perawatan keluarga yang sakit keluarga yang sakit
7. Keluarga
terlihat bingung 1622 Keluarga mampu 7140 Libatkan keluarga
saat ditanya menyiapkan diet dalam merawat klien
cara merawat Hipertensi untuk klien. yang mengalami
hipertensi
Tn. W
1632 Keluarga mampu
menerapkan aktivitas
yang tepat bagi klien

Keluarga mampu Keluarga mampu


memodifikasi memodifikasi
lingkungan : lingkungan:

2009 Dukungan keluarga 6485 Manajemen


selama pengobatan lingkungan rumah
yang aman
1910 Menyiapkan
lingkungan rumah yang 5440 Berikan dukungan
aman kepada keluarga
dalam proses
perawatan klien yang
mengalami
hipertensi
Keluarga mampu Keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas memanfaatkan
kesehatan fasilitas kesehatan

1603 Keluarga dan klien 7560 Motivasi keluarga


mampu mencari untuk memeriksakan
pelayanan kesehatan. klien yang
mengalami
2605 Adanya partisipasi hipertensi ke
keluarga dalam proses pelayanan kesehatan
keperawatan klien.
4.1.6 Implementasi Keperawatan

Tabel 4.19 Implementasi Keperawatan


Diagnosa No Jumat, 26 Mei 2017 No Sabtu, 27 Mei 2017 No Senin, 29 Mei 2017 No Selasa, 30 Mei 2017 No Rabu, 31 Mei 2017
keperawatan dx dx dx dx dx
Klien 1
Ketidakefektifa 1 1. Membina 1 1. Mengukur TTV 1 1. Mengukur TTV 1 1. Mengukur TTV 1. Mengukur TTV
n manajemen hubungan 2. Memberikan 2. Memberikan 2. Mengingatkan 2. Menganjurkan
kesehatan b.d saling percaya pengajaran penjelasan kembali Tn. K keluarga untuk
ketidakmampu 2. Mengukur TTV tentang program untuk meminum membuat
an keluarga 3. Mendiskusikan pengobatan pengobatan obat secara lingkungan
mengenal dengan Tn. K yang dianjurkan dengan teratur yang yang aman
masalah dan keluarga 3. Melatih/mengaj meminum obat diberikan dokter 3. Menganjurkan
kesehatan dalam memilih arkan senam yang diberikan saat kontrol kembali pada
tindakan non hipertensi saat kontrol 3. Menganjurkan Tn. K untuk
farmakologi 3. Menganjurkan pada keluarga melakukan
4. Menganjurkan Respon pada keluarga untuk senam hiperten
kepada keluarga DS: untuk memeriksakan
untuk a. Tn. K memeriksakan Tn. K secara Respon
memeriksakan mengatakan Tn. K secara teratur DO:
Tn. K secara akan melakukan teratur 4. Menganjurkan a. Keluarga
rutin ke 4. Menganjurkan kembali pada Tn. mengatakan akan
senam
pelayanan kembali pada K untuk akan memberikan
kesehatan hipertensi Tn. K untuk melakukan senam lingkungan yang
b. Tn. K melakukan hipertensi aman
Respon mengatakan senam
DS : masih pusing hipertensi Respon DS:
a. Tn. K DS : Tn. K terlihat
mengatakan DO : Respon a. Tn. K mempraktekkan
terkadang Tn. K terlihat DS : mengatakan senam hipertensi
pusing di sedang a. Tn. K pusing berkurang dengan baik
bagian kepala mempraktekkan i mengatakan b. Tn. K TD Tn. K: 140/80

82
83

belakang senam hipertensi akan minum mengatakan mmHg


b. Keluarga Keluarga terlihat obat senam hipertensi Nadi Tn.
mengatakan selalu mendampingi hipertensinya dalam bermanfaat K:88x/menit
akan Tn. K RR Tn. K
b. Tn. K mengurangi
TD Tn. K: 130/90 20x/menit
memeriksakan mengatakan pusing
mmHg
kesehatan Tn. K Nadi Tn. K: pusing mulai c. Tn. K
secara rutin 90x/menit berkurang mengatakan akan
RR Tn. K 20x/menit dengan latihan rutin minum obat
DO : senam hipertensinya
Perawat hipertensi
memberikan DO :
anjuran latihan a. Tn. K tampak
DO :
fisik senam
a. Tn. K nampak lebih rileks
hipertensi
TD Tn. K 140/90 mempraktekkan b. Tn. K dan
mmHg senam keluarga nampak
Nadi Tn. K hipertensi mengerti manfaat
92x/menit b. Tn. K nampak teknik relaksasi
RR Tn. K lebih rileks dan nafas dalam
21x/menit tidak lemas untuk
c. Keluarga mengurangi nyeri
terlihat selalu c. Tn. K nampak
mendampingi memahami
Tn. K pentingnya
d. TD Tn. K: kontrol teratur
130/80 mmHg dan manfaat
Nadi Tn. K: minum obat
88x/menit hipertensinya
RR Tn. K: TD Tn. K 140/90
22x/menit mmHg
Nadi Tn. K
84

84x/menit
Rr Tn. K
22x/menit
Ketidakefektifa 2 1. Mengkaji 2 1. Mengkaji ulang 2 1. Melakukan 2 1. Melakukan tanya 2 1. Mengkaji ulang
n pemeliharaan pengetahuan pengetahuan tanya jawab jawab kembali pengetahuan
kesehatan di keluarga tentang keluarga tentang pada Tn. K dan pada Tn. K dan keluarga tentang
keluarga hipertensi hipertensi keluarga keluarga hipertensi
2. Memberikan 2. Memberikan 2. Menjelaskan mengenai 2. Mengingatkan
penjelasan pada penyuluhan kembali kepada hipertensi kepada Tn. K
Tn. K untuk kesehatan Tn. K dan 2. Mengingatkan untuk
mengkonsumsi tentang penyakit keluarga tentang kepada Tn. K mengkonsumsi
diet hipertensi hipertensi pengertian, untuk makanan yang
3. Menjelaskan tanda dan gejala, mengkonsumsi sesuai dengan
Respon kepada Ny. J faktor makanan yang diet hipertensi
DS : dan keluarga resiko,penyebab, sesuai dengan diet 3. Mengingatkan
Tn. K dan keluarga tentang komplikasi dan hipertensi kembali Tn. K
mengatakan kurang pengertian, cara pencegahan 3. Mengingatkan dan keluarga
memahami tentang tanda dan dan perawatan kembali Tn. K betapa
hipertensi dan cara gejala, faktor hipertensi dan keluarga pentingnya
merawat hipertensi resiko, 3. Mengingatkan betapa pentingnya menjaga
penyebab, kepada Tn. K menjaga kenyamanan
DO : komplikasi dan untuk kenyamanan lingkungan
Tn. K dan keluarga cara pencegahan mengkonsumsi lingkungan
nampak bersedia dan perawatan makanan yang Respon:
diberikan hipertensi sesuai dengan Respon DS:
pendidikan diet hipertensi DS : Tn. K dan keluarga
kesehatan mengenai Respon 4. Memberikan Tn. K dan keluarga mengatakan sudah
hipertensi DS : penjelasan pada mengatakan sudah mengetahui
Tn. K dan keluarga Tn. K dan mulai mengetahui pengertian
mengatakan sedikit keluarga betapa pengertian hipertensi, hipertensi, cara
memahami pentingnya cara mengontrol, dan mengontrol, dan
mengenai hipertensi menjaga diet hipertensi diet hipertensi
kenyamanan
85

DO : lingkungan DO : DO:
a. Tn. K dan Tn. K dan keluarga Tn. K dan keluarga
keluarga Respon sudah mampu sudah mampu
kooperatif saat DS : menjelaskan menjelaskan
diberikan Tn. K dan keluarga pengertian hipertensi pengertian
pendidikan mengatakan belum walaupun dengan hipertensi walaupun
kesehatan sepenuhnya dibantu perawat, cara dengan bahasa
mengenai mengetahui mengontrol hipertensi sendiri, cara
hipertensi mengenai dan diet untuk mengontrol
b. Tn. K dan hipertensi. hipertensi hipertensi dan diet
keluarga untuk hipertensi
nampak DO :
mengetahui diet Tn. K dan keluarga
hupertensi kooperatif dalam
tanya jawab
mengenai hipertensi

Klien 2 Jumat, 2 Juni 2017 Sabtu, 3 Juni 2017 Minggu, 4 Juni 2017 Senin, 5 Juni 2017 Selasa, 6 Juni 2017
Ketidakefektifa 1 1. Membina 1 1. Mengukur TTV 1 1. Mengukur TTV 1 1. Mengukur TTV 1. 1. Mengukur TTV
n manajemen hubungan 2. Memberikan 2. Memberikan 2. Mengingatkan 2. Menganjurkan
kesehatan b.d saling percaya pengajaran penjelasan kembali Tn. W keluarga untuk
ketidakmampu 2. Mengukur TTV tentang program untuk meminum membuat
an keluarga 3. Mendiskusikan pengobatan pengobatan obat secara lingkungan
mengenal dengan Tn. W yang dianjurkan dengan teratur yang yang aman
masalah dan keluarga 3. Melatih/mengaj meminum obat diberikan dokter 3. Menganjurkan
kesehatan dalam memilih arkan senam yang diberikan saat kontrol kembali pada
tindakan non hipertensi saat kontrol 3. Menganjurkan Tn. W untuk
farmakologi 3. Menganjurkan pada keluarga melakukan
4. Menganjurkan Respon pada keluarga untuk senam hiperten
kepada keluarga DS: untuk memeriksakan
untuk a. Tn. W memeriksakan Tn. W secara Respon
memeriksakan mengatakan Tn. W secara teratur DO:
Tn. W secara akan melakukan teratur 4. Menganjurkan a. Keluarga
86

rutin ke senam 4. Menganjurkan kembali pada Tn. mengatakan akan


pelayanan hipertensi kembali pada W untuk akan memberikan
kesehatan b. Tn. W Tn. W untuk melakukan senam lingkungan yang
mengatakan melakukan hipertensi aman
Respon senam
DS : masih pusing Respon DS:
hipertensi
a. Tn. W DS : Tn. W terlihat
mengatakan DO : Respon a. Tn. W mempraktekkan
Tn. W terlihat DS : mengatakan senam hipertensi
terkadang
sedang a. Tn. W dengan baik
pusing di pusing berkurang
mempraktekkan i mengatakan TD Tn. W: 170/100
bagian kepala senam hipertensi b. Tn. W
akan minum mmHg
belakang Ny. P terlihat sibuk mengatakan
Nadi Tn. W:
melakukan obat senam hipertensi
b. Keluarga 98x/menit
pekerjaan rumah hipertensinya dalam bermanfaat RR Tn. W
mengatakan
TD Tn. W: 150/90 b. Tn. W mengurangi 22x/menit
akan
mmHg mengatakan pusing
memeriksakan Nadi Tn. W: pusing mulai c. Tn. W
kesehatan Tn. 90x/menit
berkurang mengatakan akan
W secara rutin RR Tn. W
20x/menit dengan latihan rutin minum obat
DO : senam hipertensinya
Perawat hipertensi
memberikan DO :
anjuran latihan DO : a. Tn. W tampak
fisik senam a. Tn. W nampak lebih rileks
hipertensi mempraktekkan b. Tn. W dan
TD Tn. W 170/90 senam keluarga nampak
mmHg
hipertensi mengerti manfaat
Nadi Tn.W
98x/menit b. Tn. W nampak teknik relaksasi
RR Tn. W lebih rileks dan nafas dalam
22x/menit tidak lemas untuk
c. Keluarga mengurangi nyeri
87

terlihat selalu c. Tn. W nampak


mendampingi memahami
Tn.W pentingnya
d. TD Tn. W: kontrol teratur
160/90 mmHg dan manfaat
Nadi Tn. W: minum obat
90x/menit hipertensinya
RR Tn. W: TD Tn.W 150/90
22x/menit mmHg
Nadi Tn. W
84x/menit
Rr Tn. W
21x/menit
Ketidakefektifa 2 1. Mengkaji 2 1. Mengkaji ulang 2 1. Melakukan 2 1. Melakukan tanya 1. Mengkaji ulang
n pemeliharaan pengetahuan pengetahuan tanya jawab jawab kembali pengetahuan
kesehatan di keluarga tentang keluarga tentang pada Tn. W dan pada Tn. W dan keluarga tentang
keluarga hipertensi hipertensi keluarga keluarga hipertensi
2. Memberikan 2. Memberikan 2. Menjelaskan mengenai 2. Mengingatkan
penjelasan pada penyuluhan kembali kepada hipertensi kepada Tn. W
Tn. W untuk kesehatan Tn. W dan 2. Mengingatkan untuk
mengkonsumsi tentang penyakit keluarga tentang kepada Tn. W mengkonsumsi
diet hipertensi hipertensi pengertian, untuk makanan yang
3. Menjelaskan tanda dan gejala, mengkonsumsi sesuai dengan
Respon kepada Tn. W faktor makanan yang diet hipertensi
DS : dan keluarga resiko,penyebab, sesuai dengan diet 3. Mengingatkan
Tn. W dan keluarga tentang komplikasi dan hipertensi kembali Tn. W
mengatakan kurang pengertian, cara pencegahan 3. Mengingatkan dan keluarga
memahami tentang tanda dan dan perawatan kembali Tn. W betapa
hipertensi dan cara gejala, faktor hipertensi dan keluarga pentingnya
merawat hipertensi resiko, 3. Mengingatkan betapa pentingnya menjaga
penyebab, kepada Tn. W menjaga kenyamanan
komplikasi dan untuk kenyamanan lingkungan
88

DO : cara pencegahan mengkonsumsi lingkungan


Tn. W dan keluarga dan perawatan makanan yang Respon:
nampak bersedia hipertensi sesuai dengan Respon DS:
diberikan diet hipertensi DS : Tn. W dan keluarga
pendidikan Respon 4. Memberikan Tn. W dan keluarga mengatakan sudah
kesehatan mengenai DS : penjelasan pada mengatakan sudah mengetahui
hipertensi Tn. K dan keluarga Tn. W dan mulai mengetahui pengertian
mengatakan sedikit keluarga betapa pengertian hipertensi, hipertensi, cara
memahami pentingnya cara mengontrol, dan mengontrol, dan
mengenai hipertensi menjaga diet hipertensi diet hipertensi
kenyamanan
DO : lingkungan DO : DO:
a. Tn. W dan Tn. W dan keluarga Tn. W dan keluarga
keluarga Respon sudah mampu sudah mampu
kooperatif saat DS : menjelaskan menjelaskan
diberikan Tn. W dan keluarga pengertian hipertensi pengertian
pendidikan mengatakan belum walaupun dengan hipertensi walaupun
kesehatan sepenuhnya dibantu perawat, cara dengan bahasa
mengenai mengetahui mengontrol hipertensi sendiri, cara
hipertensi mengenai dan diet untuk mengontrol
b. Tn. W dan hipertensi. hipertensi hipertensi dan diet
keluarga untuk hipertensi
nampak DO :
mengetahui diet Tn. W dan keluarga
hupertensi kooperatif dalam
tanya jawab
mengenai hipertensi
89

5.1.8 Evaluasi

Tabel 4.20 Evaluasi


Diagnosa No 26 mei 2017 No 27 mei 2017 No 29 mei 2017 No 30 mei 2017 No 31 Mei 2017
keperawatan dx dx dx dx dx
Klien 1
Dx 1 1,2 S: 1,2 S: 1,2 S: 1,2 S: 1,2 S:
Dx 2 - Tn. K - Tn.K - Tn. K - Tn. K - Keluarga
mengatakan mengatakan mengatakan mengatakan mengatakan akan
terkadang akan melakukan akan minum pusing membuat
pusing di senam obat berkurang lingkungan yang
bagian kepala hipertensi hipertensinya - Tn. K aman
belakang - Tn. K - Tn. K mengatakan - Keluarga
- Keluarga mengatakan mengatakan senam mengatakan
mengatakan masih pusing pusing mulai hipertensi sudah mengetahui
akan - Tn. K dan berkurang bermanfaat pengertian
memeriksakan keluarga dengan senam dalam hipertensi, cara
Tn. K secara mengatakan hipertensi mengurangi mengontrol dan
rutin seikit - Keluarga pusing diet hipertensi
- Tn. K dan memahami mengatakan - Tn. K akan O:
keluarga mengenai belum rutin minum - Tn. K terlihat
mengatakan hipertensi sepenuhnya obat mempraktekkan
kurang O: mengetahui hipertensinya senam hipertensi
memahami - Keluarga tentang - Tn. K dan dengan baik
tentang terlihat hipertensi keluarga - Tn. K dan
hipertensi kooperatif saat O: mengatakan keluarga mampu
O: diberikan - Tn. K terlihat sudah mulai menjelaskan
- Perawat pendidikan memprektekkan mengetahui pengertian
memberi kesehatan senam pengertian hipertensi
anjuran latihan - Tn. K terlihat hipertensi hipertensi, cara walaupun dengan
fisik senam sedang - Tn. K terlihat mengontrol, bahasa sendiri,
hipertensi mempraktekkan rileks dan diet cara mengontrol
- Tn. K dan senam - Keluarga hipertensi dan diet
90

keluarga terlihat hipertensi terlihat selalu O: hipertensi


bersedia - Terlihat mendampingi - Tn. K terlihat - TD Tn.K: 140/80
diberikan keluarga selalu Tn. K lebih rileks mmHg
pendidikan mendampingi - Tn. K dan - Tn. K dan Nadi Tn. K:
kesehatan Tn. K keluarga terlihat keluarga terlihat 88x/menit
mengenai - Keluarga kooperatif mengerti RR Tn. K:
hipertensi terlihat sudah dalam tanya manfaat senam 20x/menit
- TD Tn.K: mengetahui diet jawab mengenai hipertensi untuk A:
140/90 mmHg hipertensi hipertensi mengurangi - Keluarga mampu
Nadi Tn.K: A: - TD Tn.K: pusing mengambil
92/menit - Keluarga 130/80 mmHg - Tn. K terlihat keputusan
RR Tn.K: mampu Nadi Tn.K: memahami - Keluarga mampu
21x/menit mengambil 88x/menit pentingnya mengenal
A: keputusan RR Tn.K: kontrol teratur masalah
- Keluarga - Keluarga 22x/menit dan manfaat kesehatan
mampu mampu A: minum obat - Keluarga mampu
mengambil mengenal - Keluarga hipertensi memanfaatkan
keputusan masalah mampu A: fasilitas
P: lanjutkan kesehatan mengambil - Keluarga kesehatan di
intervensi P: intervensi keputusan mampu masyarakat
dilanjutkan - Keluarga mengambil - Keluarga mampu
mampu keputusan merawat anggota
mengenal - Keluarga keluarga yang
masalah mampu sakit
kesehatan mengenal - Keluarga mampu
- Keluarga masalah memelihara/mem
mampu kesehatan odifikasi
memanfaatkan - Keluarga lingkungan
fasilitas mampu P: intervensi
kesehatan di memanfaatkan dilanjutkan oleh
masyarakat fasilitas keluarga secara
P: intervensi kesehatan di mandiri
dilanjutkan masyarakat
- Keluarga
91

mampu
merawat
anggota
keluarga yang
sakit
P: intervensi
dilanjutkan
Klien 2 02 Juni 2017 03 Juni 2017 04 Juni 2017 05 Juni 2017 06 Juni 2017
Dx 1 1,2 S: 1,2 S: 1,2 S: 1,2 S: 1,2 S:
Dx 2 - Tn. W - Tn.W - Tn. W - Tn. W - Keluarga
mengatakan mengatakan mengatakan mengatakan mengatakan akan
terkadang akan melakukan akan minum pusing membuat
pusing di senam obat berkurang lingkungan yang
bagian kepala hipertensi hipertensinya - Tn. W aman
belakang - Tn. W - Tn. W mengatakan - Keluarga
- Keluarga mengatakan mengatakan senam mengatakan
mengatakan masih pusing pusing mulai hipertensi sudah mengetahui
akan - Tn. W dan berkurang bermanfaat pengertian
memeriksakan keluarga dengan senam dalam hipertensi, cara
Tn. W secara mengatakan hipertensi mengurangi mengontrol dan
rutin seikit - Keluarga pusing diet hipertensi
- Tn. W dan memahami mengatakan - Tn. W akan O:
keluarga mengenai belum rutin minum - Tn. W terlihat
mengatakan hipertensi sepenuhnya obat mempraktekkan
kurang O: mengetahui hipertensinya senam hipertensi
memahami - Keluarga tentang - Tn. W dan dengan baik
tentang terlihat hipertensi keluarga - Tn. W dan
hipertensi kooperatif saat O: mengatakan keluarga mampu
O: diberikan - Tn. W terlihat sudah mulai menjelaskan
- Perawat pendidikan memprektekkan mengetahui pengertian
memberi kesehatan senam pengertian hipertensi
anjuran latihan - Tn. W terlihat hipertensi hipertensi, cara walaupun dengan
fisik senam sedang - Tn. W terlihat mengontrol, bahasa sendiri,
hipertensi mempraktekkan rileks dan diet cara mengontrol
92

- Tn. W dan senam - Keluarga hipertensi dan diet


keluarga terlihat hipertensi terlihat mulai O: hipertensi
bersedia - Terlihat Ny. P mendampingi - Tn. W terlihat - TD Tn.W:
diberikan sibuk Tn. W lebih rileks 170/100 mmHg
pendidikan melakukan - Tn. W dan - Tn. W dan Nadi Tn. W:
kesehatan pekerjaan keluarga terlihat keluarga terlihat 98x/menit
mengenai rumah kooperatif mengerti RR Tn. W:
hipertensi - Keluarga dalam tanya manfaat senam 22x/menit
- TD Tn.W: terlihat sudah jawab mengenai hipertensi untuk A:
170/90 mmHg mengetahui diet hipertensi mengurangi - Keluarga mampu
Nadi Tn.W: hipertensi - TD Tn.W: pusing mengambil
98/menit A: 160/90 mmHg - Tn. W terlihat keputusan
RR Tn.W: - Keluarga Nadi Tn.W: memahami - Keluarga mampu
22x/menit mampu 90x/menit pentingnya mengenal
A: mengambil RR Tn.W: kontrol teratur masalah
- Keluarga keputusan 22x/menit dan manfaat kesehatan
mampu - Keluarga A: minum obat - Keluarga mampu
mengambil mampu - Keluarga hipertensi memanfaatkan
keputusan mengenal mampu A: fasilitas
P: lanjutkan masalah mengambil - Keluarga kesehatan di
intervensi kesehatan keputusan mampu masyarakat
P: intervensi - Keluarga mengambil - Keluarga mampu
dilanjutkan mampu keputusan merawat anggota
mengenal - Keluarga keluarga yang
masalah mampu sakit
kesehatan mengenal - Keluarga mampu
- Keluarga masalah memelihara/mem
mampu kesehatan odifikasi
memanfaatkan - Keluarga lingkungan
fasilitas mampu P: intervensi
kesehatan di memanfaatkan dilanjutkan oleh
masyarakat fasilitas keluarga secara
P: intervensi kesehatan di mandiri
dilanjutkan masyarakat
93

- Keluarga
mampu
merawat
anggota
keluarga yang
sakit
P: intervensi
dilanjutkan
BAB V

PEMBAHASA

Pembahasan

Pengkajian

Pada tahap pengkajian pada keluarga 1 dan keluarga 2 didapatkan

data, keluarga mengatakan kurang mengetahui tentang penyakit

hipertensi dan cara merawatnya. Pada penelitian ini, maka dapat

diasumsikan bahwa sikap keluarga dalam merawat anggota keluarga

yang menderita hipertensi sangat dipengaruhi oleh pemahaman

keluarga tersebut tentang tata cara perawatan hipertensi di rumah yang

dapat diperoleh melalui pendidikan kesehatan (Mardhiah, 2013). Hal

ini menunjukkan bahwa antara hasil studi kasus dan teori yang sudah

ada tidak terdapat kesenjangan sesuai dengan pendapat Notoatmojo

(2007) pendidikan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan status

kesehatan, mencegah timbulnya penyakit dan bertambahnya masalah

kesehatan, mempertahankan derajat kesehatan yang sudah ada,

memaksimalkan fungsi dan peran pasien selama sakit, serta membantu

pasien dan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan.

Kemudian untuk riwayat penyakit hipertensi pada klien 1 (Tn. K)

didapatkan data bahwa Tn. K tidak memiliki riwayat hipertensi, tetapi

2 tahun yang lalu tiba-tiba Tn. K jatuh dan pingsan saat berjalan di

dalam rumahnya, kemudian Tn. K dibawa ke rumah sakit. Saat

diperiksa Tn. K mengalami stroke dan kelemahan pada tangan dan

94
95

kaki kirinya. Sedangkan data pengkajian pada tanggal 27 Mei 2017

didapatkan Tn. K masih terlihat pincang saat berjalan, Tn. K beberapa

kali memegangi kepalanya bagian belakang. Tekanan darah Tn. K

140/90 mmHg, nadi 88x/menit dan frekuensi pernafasan 22x/menit.

Kemudian klien 2 (Tn. W) riwayat penyakit hipertensi didapatkan data

bahwa Tn. W memiliki riwayat hipertensi 1 tahun yang lalu, kemudian

6 bulan lalu mengalami stroke dan kelemahan pada tangan dan kaki

kirinya.

Pengkajian pada tanggal 30 Mei 2017 didapatkan Tn. W masih

mengalami kelemahan pada tangan dan kaki kirinya, Tn. W terlihat

beberapa kali memijati kepalanya bagian belakang dan terlihat gelisah.

Tekanan darah Tn. W 170/100 mmHg, nadi 98x/menit dan frekuensi

pernafasan 20x/menit. Menurut jurnal penelitian bahwa mayoritas

pengetahuan responden tentang hipertensi masih kurang 48,7%,

pengetahuan yang baik 26,9%, dan yang tingkat pengetahuanya cukup

24.4%. Sebanyak 15% yang memberikan tanggapan bahwa

mengetahui pengertian hipertensi, sebanyak 15% yang memberikan

tanggapan bahwa sedikit tahu mengenai pengertian hipertensi, dan

sebanyak 70% yang memberikan tanggapan bahwa tidak tahu

mengenai pengertian hipertensi. Hal ini menunjukkan bahwa antara

hasil studi kasus dan teori yang sudah ada tidak terdapat kesenjangan

bahwa pengetahuan/pengalaman merupakan faktor/indikator yang

sangat berperan dari orang yang melakukan tindakan terhadap sesuatu,

jika seseorang di dasari pada pengetahuan yang baik terhadap


96

kesehatan maka orang tersebut akan memahami bagaimana tindakan

pencegahan hipertensi dan mendorong untuk mengalokasikan apa

yang diketahuinya atau melakukannya secara nyata (Notoadmodjo dan

Priyoto, 2007).

Pada Tn. K didapatkan hasil dari pengkajian status sosial, Tn. K

mengatakan hubungan keluarga Tn. K dan masyarakat sangat baik,

sejak sakit Tn. K tidak mengikuti kegiatan dan perkumpulan warga

tetapi 1 bulan yang lalu Tn. K mulai megikuti kembali perkumpulan

dan kegiatan warga. Sedangkan status ekonomi keluarga, Tn. K

mengatakan pendapatan perbulan tidak menentu, sebelum sakit Tn. K

bekerja sebagai makelar penjualan tanah dan isterinya (Ny. T) sebagai

ibu rumah tangga. Tetapi selama Tn. K sakit dan tidak dapat bekerja,

Ny. T bekerja sebagai buruh cuci dan setrika baju di tetangga sekitar

rumahnya. Pada Tn. W didapatkan hasil dari pengkajian status sosial,

Tn. K mengatakan hubungan keluarga dengan masyarakat baik, sejak

6 bulan yang lalu Tn. W tidak mengikuti perkumpulan rutin warga

tetapi Tn. W masih aktif ikut kerja bakti. Sedangkan status ekonomi

keluarga, Tn. W karena Tn. W bekerja sebagai buruh batu dan

istrinya (N. P) berjualan makanan/sayuran. Sejak 6 bulan yang lalu

Tn. W tidak lagi bekerja karena sakit, sehingga untuk mencukupi

kebutuhan Ny. P berjualan di depan rumah. Pada penelitian yang

dilakukan oleh Teti Agutin (2015) diketahui yang bekerja sebagai ibu

rumah tangga/IRT sebanyak 35%, yang bekerja sebagai Wiraswasta

sebanyak 25%, yang bekerja sebagai PNS/ Pensiunan sebanyak 25%


97

dan yang bekerja sebagai Pegawai Swasta sebanyak 15%. Didukung

dari hasil penelitian Utomo (2013) pekerjaan masa lalu responden

sebagai IRT sebanyak 48,7%, swasta (16,7%), wiraswata 9 11,5%,

guru 2,6% dan petani 20,5%. Hal ini mununjukkan bahwa antara hasil

studi kasus dan teori yang sudah ada tidak terdapat kesenjangan

bahwa lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan

sesorang, sedang ekonomi dikaitkan pendidikan. Ekonomi baik tingkat

pendidikan akan tinggi sehingga tingkat pengetahuan akan tinggi pula

(Notoatmojo, 2007).

Hasil pengkajian dari studi dokumentasi Kartu Keluarga pada Tn.

K berumur 60 tahun dan Ny. T berumur 49 tahun, sedangkan pada Tn.

W berumur 64 tahun dan Ny. P berumur 62 tahun. Pada penelitian

yang dilakukan oleh Utomo (2013) diketahui responden terbanyak

pada kelompok lanjut usia elderly (60-74 tahun) sebanyak 79,5%,

sedangkan responden paling sedikit pada usia kelompok old (75-76

tahun) sebanyak 6,4% sedangkan yang usia middle age (57-59 tahun)

sebanyak 14,1%. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh

Anggara dan Prayitno (2012) mengenai faktor-faktor yang

berhubungan dengan tekanan darah di Puskesmas Telaga Murni,

Cikarang Barat menunjukkan bahwa ada hubungan antara usia dengan

kejadian penyakit hipertensi. Hal ini mununjukkan bahwa antara hasil

studi kasus dan teori yang sudah ada tidak terdapat kesenjangan

bahwa semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi juga tekanan

darahnya (Fujie, 2008). Hal ini merupakan pengaruh degenerasi yang


98

terjadi pada organ dengan pertambahan usia berkaitan dengan adanya

kemunduran sistem pembuluh darah pada lanjut usia (Mauk, 2010).

Didapatkan hasil pengkajian dari studi dokumentasi Kartu

Keluarga, pendidikan terakhir pada Tn. K yaitu sekolah dasar (SD)

dan pendidikan terakhir Ny. T yaitu SD, sedangkan pendidikan

terakhir pada Tn. W yaitu SD dan pendidikan terakhir Ny. P yaitu SD.

Pada penelitian yang dilakukan diketahui oleh Utomo (2013) bahwa

responden dengan pendidikan SD sebanyak 41%, kemudian responden

dengan tingkat pendidikan SMP sebanyak 23,1%, responden dengan

tingkat pendidikan SMA sebanyak 26,9%, dan responden dengan

tingkat pendidikan sampai ke Perguruan Tinggi sebanyak 9%.

Penelitian yang dilakukan oleh Wulandhani, dkk (2014) menunjukkan

bahwa mayoritas pendidikan terakhir lansia adalah SD (sekolah dasar)

dengan jumlah 34,1%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat

disimpulkan bahwa tingkat pendidikan lansia masih tergolong rendah.

Hal ini sesuai dengan Komisi Nasional Lanjut Usia (2009) yang

mengatakan penduduk lansia yang tamat SD hanya sebesar 45%. Hal

ini mununjukkan bahwa antara hasil studi kasus dan teori yang sudah

ada tidak terdapat kesenjangan bahwa tingkat pendidikan seseorang

mempengaruhi kemampuan seseorang dalam menerima informasi dan

mengolahnya sebelum menjadi perilaku yang baik atau buruk

sehingga berdampak terhadap status kesehatannya (Notoatmodjo,

2010).
99

Pada Tn. K didapatkan hasil dari pengkajian agama, Tn. K

mengatakan semua anggota keluarga menganut agama Islam, dalam

hal beribadah Tn. K sangat disiplin terhadap istri dan anaknya untuk

taat sholat 5 waktu. Pada Tn. W didapatkan hasil dari pengkajian

agama, Tn. W mengatakan semua anggota keluarga agama Islam, saat

sakit Tn. W jarang beribadah tetapi dalam kehidupan sehari-hari Ny. P

yang selalu taat sholat 5 waktu. Pada penelitian yang dilakukan

diketahui oleh Wulandhani, dkk (2014) dilihat dari segi agama yang

dianut oleh responden menunjukkan bahwa mayoritas beragama Islam

dengan jumlah 94,5%. Hal ini dikarenakan responden yang beragama

Islam yang selalu ditemukan saat dilakukan penelitian. Sensus dari

Central Intelligence Agency (2013) yang menyatakan bahwa 86,1%

penduduk negara Indonesia menganut agama Islam. Agama

merupakan sistem kepercayaan yang terorganisasi dan pemujaan yang

dipraktikkan seseorang untuk mengekspresikan spiritualitas dari luar.

Agama juga dapat mempengaruhi cara pandang terhadap pelayanan

kesehatan dan respon terhadap penyakit (Potter & Perry, 2009).

Agama atau kepercayaan akan semakin terintegrasi dalam kehidupan

lansia.

Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan data hasil pengkajian pada keluarga Tn. K dan Tn. W,

pada kasus keluarga Tn. K data subjektif didapatkan keluarga

mengatakan jarang memeriksakan kesehatannya karena keterbatasan

biaya. Ny. T mengatakan setelah Tn. K masuk RS selama 1 minggu,


100

Tn. K dirawat di rumah oleh keluarga. Ny. T mengatakan selama

dirawat di rumah Tn. K dirawat sebisa dan seadanya karena keluarga

tidak mengetahui cara merawat Tn. K. Keluarga tidak mengetahui

tentang obat hipertensi dan kurang memperhatikan diet hipertensi.

Sedangkan data objektif didapatkan keluarga terlihat kurang mampu

memberikan perawatan, keluarga terlihat bingung saat ditanya cara

merawat Tn. K dan keluarga hanya mengerti hipertensi sebatas tensi

tinggi.

Pada kasus keluarga Tn. W data subjektif didapatkan Tn. W

mengatakan tidak memeriksakan kesehatannya secara rutin karena

jarak Puskesmas terlalu jauh dari rumah. Ny. P mengatakan tidak

mengetahui cara merawat Tn. W setelah pulang dari RS karena Ny. P

sibuk berjualan untuk mencukupi kebutuhan. Tn. W mengatakan

pengelihatan cukup jelas meski ada bercak putih pada matanya.

Keluarga memanggil fisioterapi ke rumah untuk terapi tangan dan kaki

kiri Tn. W. Sedangkan data objektif didapatkan keluarga kurang

memahami kondisi kesehatan Tn. W saat ini, keluarga tidak mengerti

tentang hipertensi, keluarga terlihat bingung saat ditanya tentang cara

merawat Tn. W, saat diwawancara Ny. P terlihat sibuk melakukan

pekerjaan rumah, mata Tn. W terlihat ada sedikit bercak putih dan

keluarga terlihat tidak mampu memberikan perawatan

Maka dari itu berdasarkan data diatas didapatkan diagnosa

keperawatan yaitu ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan keluarga

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota


101

keluarga yang sakit. ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan keluarga

adalah pola pengaturan dan pengintegrasi ke dalam kebiasaan

terapeutik hidup sehari-hari untuk pengobatan penyakit dan sekuelnya

yang tidak memuaskan untuk memenuhi tujuan kesehatan spesifik..

Penulis mengambil diagnosa ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan

mengacu pada batasan karakteristik yaitu adanya akselerasi gejala

penyakit seorang anggota keluarga, kegagalan melakukan tindakan

mengurangi faktor resiko, kesulitan dengan regimen yang ditetapkan,

ketidaktepatan aktivitas keluarga untuk memenuhi tujuan kesehatan,

dan kurang perhatian pada penyakit (Herdman, 2015). Hal ini

menunjukkan antara hasil studi kasus dan teori tidak ada kesenjangan

bahwa batasan karakteristik yaitu adanya akselerasi gejala penyakit

seorang anggota keluarga, kegagalan melakukan tindakan mengurangi

faktor resiko, kesulitan dengan regimen yang ditetapkan,

ketidaktepatan aktivitas keluarga untuk memenuhi tujuan kesehatan,

dan kurang perhatian pada penyakit (Herdman, 2015).

Intervensi Keperawatan

Berdasarkan fokus diagnosa keperawatan yang akan dibahas dan

dibuat perbandingan pada keluarga Tn. K dan keluarga Tn. W yaitu

ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan keluarga berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang

sakit, maka penulis menyusun rencana keperawatan dengan tujuan

setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 minggu dengan

kunjungan selama 5x45 menit diharapkan memelihara kesehatan


102

keluarga dengan keluarga mampu merawat anggota keluarga yang

sakit.

Intervensi atau rencana keperawatan yang akan dilakukan pada

keluarga Tn. K dan keluarga Tn. W yaitu yang pertama berikan

pendidikan kesehatan mengenai proses penyakit hipertensi (pengertian,

tanda dan gejala, penyebab, pencegahan, cara mengontrol dan

pengobatan). Kedua yaitu berikan dukungan/motivasi pada keluarga

membuat keputusan yang tepat dalam merawat klien dengan

memberikan harapan pada klien dalam proses pengobatan hipertensi.

Ketiga yaitu libatkan keluarga dalam merawat klien yang

mengalami hipertensi dengan menyiapkan diet hipertensi untuk klien

yang bertujuan untuk menurunkan tekanan darah pada penderita

hipertensi. Kemudian yang selanjutnya yaitu memotivasi keluarga

memeriksakan kesehatan yang mengalami hipertensi secara rutin ke

pelayanan kesehatan. Dengan memeriksakan tekanan darah secara

rutin maka penderita hipertensi dapat mengetahui tekanan darahnya

dalam keadaan tinggi atau rendah. Implementasi kelima manajemen

lingkungan rumah yang aman dalam proses perawat klien yang

mengalami hipertensi.

Implementasi Keperawatan

Implementasi hari pertama yang dilakukan keluarga Tn. K dan

keluarga Tn. W yang pertama berikan pendidikan kesehatan mengenai

proses penyakit hipertensi (pengertian, tanda dan gejala, penyebab,

pencegahan, cara mengontrol dan pengobatan). Menurut Trianni


103

(2008), penelitian pada tingkat pendidikan di Poliklinik di RSUD

Tugurejo Semarang bahwa lansia yang menderita hipertensi paling

banyak berpendidikan sekolah dasar yaitu 36,8%. Hal ini

menunjukkan antara implementasi dan teori yang sudah ada tidak

terdapat kesenjangan bahwa hasil penelitian oleh Cekti (2008)

mengatakan bahwa pengetahuan individu mempengaruhi kesadaran

terhadap perilaku pencegahan hipertensi, dengan kata lain makin

tinggi pengetahuan individu mengenai penyebab hipertensi, faktor

pemicu, tanda gejala, dan tekanan darah normal dan tidak normal

maka individu akan cenderung menghindari hal hal yang dapat

memicu terjadinya hipertensi, seperti perilaku merokok, minum kopi,

dan obesitas.

Menurut penelitian pada nilai rata-rata (mean) pengetahuan

responden pretest 46,62 dan posttest 69,86 (0,0001) menunjukkan ada

pengaruh pendidikan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan

keluarga dengan hipertensi. Nilai rata-rata (mean) sikap responden

pretest 80,16 dan posttest 88,05 (0,0001) menunjukkan ada pengaruh

pendidikan kesehatan terhadap peningkatan sikap keluarga dengan

hipertensi. Nilai rata-rata (mean) keterampilan responden pretest

20,72 dan posttest 86,49 (0,0001) menunjukkan ada pengaruh

pendidikan kesehatan terhadap peningkatan keterampilan keluarga

dengan hipertensi (Mardhiah, 2013). Hal ini menunjukkan antara

implementasi dan teori yang sudah ada tidak terdapat kesenjangan

bahwa ada pengaruh yang signifikan antara pemberian pendidikan


104

tentang hipertensi terhadap peningkatan pengetahuan mengelola

hipertensi (Susanti, et al., 2012).

Implementasi hari kedua dilakukan pada keluarga Tn. K dan

keluarga Tn. W yaitu berikan dukungan/motivasi pada keluarga

membuat keputusan yang tepat dalam merawat klien dengan

memberikan harapan pada klien dalam proses pengobatan hipertensi.

Implementasi hari ketiga melibatkan keluarga dalam merawat klien

yang mengalami hipertensi dengan menyiapkan diet hipertensi untuk

klien yang bertujuan untuk menurunkan tekanan darah pada penderita

hipertensi. Menurut penelitian antara tingkat pengetahuan klien

tentang hipertensi dengan sikap kepatuhan dalam menjalankan diit

hipertensi menunjukkan bahwa pengetahuan kurang baik dan memiliki

tingkat sikap kepatuhan cukup sebanyak 11 orang responden (45,8%).

Sikap kepatuhan responden dengan pengetahuan baik dan memiliki

sikap kepatuhan baik sebanyak 20 orang responden (90,9%). Artinya

semakin baik tingkat pengetahuan tentang hipertensi, akan semakin

meningkat tingkat sikap kepatuhan dalam menjalankan diit hipertensi

(Arifah, 2008).

Implementasi hari keempat dilakukan pada keluarga Tn. K dan

keluarga Tn. W yaitu menganjurkan keluarga memeriksakan

kesehatan secara rutin. Menurut jurnal penelitian empat dari 10 lansia

mengatakan mendapatkan dukungan berupa keluarga memberitahukan

informasi tentang pentingnya memeriksakan tekanan darah pada

lansia, keluarga menemani lansia untuk memeriksakan tekanan


105

darahnya ke pelayanan kesehatan, keluarga mengingatkan jadwal

pemeriksaan tekanan darah, serta keluarga memberikan semangat

kepada lansia untuk tetap menjaga kesehatan lansia hipertensi

sedangkan 6 lansia mengatakan keluarga tidak memberikan informasi

pentingnya memeriksakan tekanan darah pada lansia, lansia

mengunjungi pelayanan kesehatan tanpa pendampingan keluarga,

keluarga tidak mengingatkan lansia untuk memeriksakan tekanan

darah, serta lansia mengatakan tidak perlu memeriksakan tekanan

darah ketika gejala hipertensi tidak dirasakan (Wulandhani dkk.,

2014).

Implementasi hari kelima yang dilakukan pada keluarga Tn. K dan

keluarga Tn. W yaitu manajemen lingkungan rumah yang aman dalam

proses perawat klien yang mengalami hipertensi. Menurut Utomo, dkk

(2013) hasil penelitian kurangnya pengetahuan responden tidak

terlepas dari kemampuan untuk mengingat pengetahuan tentang

hipertensi yang sebenarnya responden pernah dengar saat penyuluhan.

Daya ingat yang menurun sebagai akibat proses menua,

mengakibatkan besarnya nilai kesalahan yang ada pada hasil jawaban

kuesioner.

Evaluasi

Pada evaluasi penulis sudah sesuai dengan teori yang ada yaitu

sesuai SOAP (subjektif, objektif, assessment dan planning). Evaluasi

dilakukan setiap hari selama tiga hari yaitu keluarga Tn. K dari
106

tanggal 27 Mei-01 Juni 2017 dan klien 2 (An. D) dari tanggal 02-06

Juni 2017.

Evaluasi hari pertama didapatkan data subjektif keluarga Tn. K dan

keluarga Tn. W yaitu keluarga tidak mengetahui tentang hipertensi

dan cara merawat penderita hipertensi. Data objektif kedua keluarga

terlihat bingung saat ditanya tentang hipertensi dan cara merawat

penderita hipertensi. Analisa masalah klien teratasi belum teratasi,

planning lanjutkan intervensi: berikan pendidikan kesehatan tentang

hipertensi, libatkan keluarga merawat klien dengan menyiapkan diet

hipertensi, motivasi keluarga memeriksakan kesehatan klien secara

rutin, dan manajemen lingkungan yang aman dan nyaman.

Evaluasi hari kedua didapatkan data subjektif dari keluarga Tn. K

yaitu keluarga mengatakan bersedia diberi penyuluhan, keluarga

mengatakan merasa senang diberi informasi, dan keluarga mengatakan

sudah mulai memahami tentang hipertensi. Data subjektif dari

keluarga Tn. W didapatkan bahwa keluarga mengatakan mau diberi

penyuluhan, keluarga mengatakan merasa senang diberi informasi,

dan Ny. P mengatakan masih sedikit bingung tentang hipertensi dan

cara merawat Tn. Data objektif keluarga Tn. K yaitu keluarga terlihat

kooperatif, Ny. T beberapa kali menyampaikan pertanyaan/bertanya,

keluarga dapat menjawab pertanyaan setelah diberi penyuluhan

dengan dibantu perawat. Sedangkan data objektif keluarga Tn. W

yaitu keluarga kurang kooperatif, Ny. P terlihat beberapa kali sibuk

melakukan pekerjaan rumah, dan keluarga kurang dapat menjawab


107

pertanyaan setelah diberi penyuluhan meski dibantu oleh perawat.

Analisa masalah klien teratasi sebagian, planning lanjutkan intervensi:

libatkan keluarga merawat klien dengan menyiapkan diet hipertensi,

motivasi keluarga memeriksakan kesehatan klien secara rutin, dan

manajemen lingkungan yang aman dan nyaman.

Evaluasi hari ketiga pada keluarga Tn. K dan keluarga Tn. W yaitu

didapatkan data subjektif keluarga mengatakan akan memeberikan diit

rendah garam untuk penderita hipertensi. Data objektif yaitu kedua

keluarga terlihat sangat antusias mendengarkan penjelasan dari

perawat. Analisa masalah klien teratasi sebagian, planning lanjutkan

interversi: motivasi keluarga memeriksakan kesehatan klien secara

rutin, dan manajemen lingkungan yang aman dan nyaman.

Evaluasi hari keempat pada keluarga Tn. K dan keluarga Tn. W

yaitu didapatkan data subjektif keluarga mengatakan akan memeriksa

tekanan darah secara rutin. Data objektif yaitu pada keluarga Tn. K

keluarga terlihat kooperatif, sedangkan pada keluarga Tn. W keluarga

terlihat kurang kooperatif dan Ny. P terlihat sibuk mengerjakan

pekerjaan rumah. Analisa masalah klien teratasi sebagian, planning

lanjutkan interversi: manajemen lingkungan yang aman dan nyaman.

Evaluasi hari kelima pada keluarga Tn. K dan keluarga Tn. W

didapatkan data subjektif yaitu keluarga mengatakan akan

memberikan lingkungan yang aman bagi klien. Data objektif yaitu

pada keluarga 1, Ny. T dapat memberikan lingkungan yang aman bagi

klien sedangkan keluarga 2, Ny. P kurang menunjukkan dalam


108

memberikan lingkungan yang aman bagi klien. Analisa masalah klien

teratasi, planning lanjutkan interversi secara mandiri oleh keluarga:

merawat penderita hipertensi, keluarga memberikan diit rendah garam

untuk penderita hipertensi, keluarga memeriksakan kesehatan secara

rutin dan memberikan lingkungan yang aman bagi klien.

Respon pada keluarga Tn. K menunjukkan peningkatan

pengetahuan dengan baik, tetapi pada keluarga Tn. W kurang

menunjukkan peningkatan pengetahuan, karena pada saat diberi

pertanyaan keluarga kurang dapat menjawab pertanyaan perawat

meski dibantu oleh perawat dan Ny. P sibuk melakukan pekerjaan

rumah. Kurangnya pengetahuan responden tidak terlepas dari

kemampuan untuk mengingat pengetahuan tentang hipertensi yang

sebenarnya responden pernah dengar saat penyuluhan. Daya ingat

yang menurun sebagai akibat proses menua, mengakibatkan besarnya

niai kesalahan yang ada pada hasil jawaban kuesioner. Menurut

Darmodjo (2009), dilihat dari aspek psikologi mundurnya daya ingat,

penurunan degenerasi otak dan kemunduran orientasi. Selain dari segi

penurunan kemampuan untuk mengingat, factor latar belakang

pendidikan juga mempengaruhi kemampuan responden untuk mengisi

kuesioner pengetahuan.

Dalam pengelolaan pasien dengan hipertensi penulis sudah

melakukan pengkajian selama dua (2) Minggu di Dusun Jetak Desa

Wonorejo Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar. Penulis

berusaha semaksimal mungkin dalam memberikan asuhan


109

keperawatan keluarga pada Tn. K dan pada Tn. W, nampak keluarga

mampu merawat anggota keluarga yang mengalami hipertensi.

Tampak keluarga Tn. K dan keluarga Tn. W mau menerima tindakan

keperawatan yang dilakukan oleh penulis dan bersedia

mengaplikasikan kedalam keseharian guna untuk mencegah

kekambuhan dan komplikasi berlanjut terhadap hipertensi.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pada bab ini penulis akan menyimpulkan proses keperawatan

mulai dari pengkajian, penentuan diagnosa, perencanaan, impementasi

dan evaluasi tentang asuhan keperawatan keluarga Tn. K dan keluarga

Tn. W dengan hipertensi dengan ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan

di Dusun Jetak Kelurahan Wonorejo Kecamatan Gondangrejo Kabupaten

Karanganyar dengan mengaplikasikan hasil studi kasus pemberian

pendidikan kesehatan pada keluarga lansia yang menderita hipertensi.

Pengkajian Keperawatan

Setelah penulis melakukan pengkajian pada keluarga 1

(Tn. K) data subjektif yaitu keluarga mengatakan tidak

mengetahui tentang hipertensi dan cara merawat penderita

hipertensi, data objektif keluarga terlihat bingung saat ditanya

tentang hipertensi dan cara merawat penderita hipertensi,

Diagnosa Keperawatan

Hasil perumusan masalah yang penulis angkat sesuai

dengan pengkajian keperawatan yang telah penulis lakukan yaitu

ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.

110
Intervensi Keperawatan

Asuhan keperawatan yang diberikan pada keluarga Tn. K

dan keluarga Tn. W dengan diagnosis ketidakefektifan

pemeliharaan kesehatanuan berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

yaitu: berikan pendidikan kesehatan mengenai proses penyakit

hipertensi,berikan dukungan pada keluarga membuat keputusan

yang tepat dalam merawat klien, motivasi keluarga untuk

memberikan harapan pada klien dalam proses pengobatan

hipertensi, libatkan keluarga dalam merawat klien yang

mengalami hipertensi, manajemen lingkungan yang aman,

motivasi keluarga untuk memeriksakan kesehatan secara teratur.

Implementasi Keperawatan

Asuhan keperawatan yang diberikan pada keluarga Tn. K

dan keluarga Tn. W yaitu: memberikan pendidikan kesehatan

mengenai proses penyakit hipertensi, memberikan dukungan pada

keluarga membuat keputusan yang tepat dalam merawat klien,

motivasi keluarga untuk memberikan harapan pada klien dalam

proses pengobatan hipertensi, melibatkan keluarga dalam merawat

klien yang mengalami hipertensi, memanajemen lingkungan yang

aman, memotivasi keluarga untuk memeriksakan kesehatan secara

teratur.
Evaluasi Keperawatan

Hasil evaluasi akhir diagnosis defisiensi pengetahuan

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota

keluarga yang sakit. Pada awal pengkajian keluarga Tn. K dan Tn.

W mengatakan tidak mengetahui tentang hipertensi dan cara

merawat penderita hipertensi. Setelah dilakukan impelementasi

selama 2 minggu yaitu keluarga diberikan pendidikan kesehatan

tentang hipertensi dan cara merawat penderita hipertensi,

sekarang keluarga Tn. K mampu memahami tentang hipertensi

dan mampu merawat penderita hipertensi dengan menjawab

pertanyaan dengan baik tanpa dibantu oleh perawat, sedangkan

pada keluarga Tn. W mulai memahami tentang hipertensi dan

akan merawat penderita hipertensi dengan menjawab pertanyaan

dengan baik dengan dibantu oleh perawat.

Saran

Bagi Puskesmas

Bagi kader posyandu, maupun petugas kesehatan dari puskesmas

ada baiknya memberikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat

luas, terutama pada lansia. Demikian juga kepada masyarakat untuk

dapat berperilaku hidup sehat, yaitu dengan pola hidup yang sehat

maupun asupan makanan yang sehat.

Bagi Institusi Pendidikan

Bagi institusi pendidikan, diharapkan untuk lebih menjalin kerja

sama dengan pihak instansi kesehatan, bukan hanya terfokus pada


rumah sakit, namun bagi Puskesmas dan posyandu, sehingga

diharapkan dengan adanya kerjasama di kedua belah pihak, dapat

memberikan suatu informasi kesehatan dari penelitian yang

dilakukan pihak pendidikan yang diberikan kepada pihak instansi

kesehatan.

Bagi Klien dan Keluarga

Bagi keluarga responden, dimana responden yang sudah lansia,

diharapkan keluarga agar senantiasa dapat memberikan dukungan

untuk menganjurkan kepada klien pola hidup yang sehat, makan

makanan yang sehat, khususnya untuk diet penyakit hipertensi.

Bagi Penulis

Diharapkan dapa tmeningkatkan kualitas kesehatan khususnya pada

keluarga lansia dengan hipertensi, baik klien maupun keluarga serta

bisa memberikan tindakan pengelolaan selanjutnya pada klien

dengan hipertensi dalam pemberian diit rendah garam bagi

penderita hipertensi untuk menurunkan tekanan darah.


LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ester Yustiana Widiasih

Tempat, tanggal lahir : Sukoharjo, 04 September 1994

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat rumah : Kebonagung RT 08 RW 06 Suruh, Kecamatan Tasikmadu

Kabupaten Karanganyar

Riwayat pendidikan :

1. TK Kristen Emmanuel Karanganyar tahun 2001


2. SD Kristen Karanganyar 2007
3. SMP Negeri 2 Karanganyar tahun 2010
4. SMA Negeri Karangpandan tahun 2013

Riwayat pekerjaan :-

Riwayat Organisasi :

1. Dirigen paduan suara SMP Negeri 2 Karanganyar (2007-2009)


2. Kabid Seni OSIS SMA Negeri Karangpandan (2011-2012)
3. Ketua Grup Dance SMA Negeri Karangpandan (2011-2012)
4. Bendahara Teater Soklay SMA Negeri Karangpandan (2011-2012)
Publikasi :-
LEMBAR AUDIENCE UTI SIDANG PROPOSAL KTI

Nama Mahasiswa : p :ari8

No Hari/'tanggal Nama Teruji Nama & TTD


Penguji
LEMBARNf7Zt2 C'A UJI SIDANG PROPOSAL KTI

NA

No Hari/Tanggal Nama Teruji Judul Nama & TTD


Penguji
e .
.
LEMBAH K(i NS U L’fAS1 KARY.A TULIS ILMIAH

Nama : ESTER YUS FIAT A


WIDIASIH NIM : P.14075
Judut KTi . #.SUHAN KkPERnWATAN KELUARG,A PADA
LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI DESA
GONDANGREJO
Saran Nama & TTD
No hari/Tanggal Matei i Konsultasi
Pembimbing Pembimbing

Surakarta, .............. ... . . ..........


Mengetahui
Pembimbing,
LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS
ILMIAH
Nama ' Ester Yustiyana
NIM . P l407;i
JUDUL
KTI
NO TANGGAL MATHRI S .N TTD
£EMBIM NG
LEMBAR KON SULTASI KARYA TULIS ILM IAH

Nama : ESTER YUSTfANA WfDfASfH


NIM P14075
JUDU1. K3’I . ASUI1AN K kPERA WATAN KELUARGA PADA 1”AHAP
PERKEMBANGAN LANSIA DENGAN HIPERETENSI DI
KECAMATAN GONDANGREJO KABUPATEN
KARANGANY AR

NO HARI/
MATERI
SARAN NAMA*& TTD
TANGGA 1. PEM R lMBfNG PEMi3lMntNG

Surakarta,.. .......
Mengetahui,
Pembimbing

(Meri Oktnriani, S.Kcp., Ns., M.Kcp)


Lampiran 19: Lembar Konsultasi

LEMBAR KONSHLTASJ KARYA TULIS ILMIAH

Nama Mshasiswa
NIM
Judul KTI

fiARAN NAMA&TTD
NO. PEMBIMBING

Surakana,........ ..............
Mengetahui,
Pembimbing,
LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH

Namamnhm*Bws: Zxv•mO/r#ea

NO MATERI

Mengetahui,
Pembimbing,
ILEMBAR KONSULTASI PROPOSAL

Nama
NIM

NAMA&TTD
NO
PF BEG
Lampiran 19: Lembar Konsultasi

LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH

Nama Mahasiswa
NIM
Judul KTI

NO. MATERI NAMA&TTD

.. ........ . . .
Mengstahui,
Pembimbing,

87
FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

I. DATA UMUM
a. Nama KK :
b. Umur :
c. Alamat :
d. Pekerjaan KK :
e. Pendidikan KK :
f. Komposisi Keluarga
Hubungan
Jenis
No Nama dengan Usia Pekerjaan Pendidikan
Kelamin
KK
1
2
3
4
5
...
g. Genogram :
h. Tipe Keluarga :
i. Suku Bangsa :
j. Agama :
k. Status sosial ekonomi :
l. Aktivitas rekreasi keluarga :
II. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
a. Tahap Perkembangan Keluarga saat ini :
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi :
c. Riwayat keluarga inti :
d. Riwayat keluarga sebelumnya (suami-istri) :
III. LINGKUNGAN
a. Karakteristik rumah :
b. Karakteristik tetangga dan komunitas :
c. Mobilitas geografi keluarga :
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat :
e. Sistem pendukung keluarga :
IV. STRUKTUR KOMUNIKASI KELUARGA
a. Pola komunikasi keluarga :
b. Struktur kekuatan keluarga :
c. Struktur peran :
d. Nilai dan Norma Budaya :
V. FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi afektif :
b. Fungsi Sosialisasi :
c. Fungsi Perawatan Kesehatan :
Hal-hal yang dikaji sejauh mana keluarga melakukan pemenuhan tugas
perawatan keluarga adalah:
1. Mengenal masalah:
2. Mengambil keputusan:
3. Merawat anggota keluarga yang sakit:
4. Memelihara/memodifikasi lingkungan:
5. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada:
d. Fungsi reproduksi :
e. Fungsi Ekonomi :
VI. STRESS DAN KOPING KELUARGA
a. Stressor jangka pendek dan jangka panjang:
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor dan situasi:
c. Strategi koping yang digunakan:
VII. HARAPAN KELUARGA
a. Persepsi keluarga terhadap perawat :
b. Harapan keluarga terhadap perawat :

VIII. PEMERIKSAAN FISIK


Dilakukan pada semua anggota keluarga
Pemeriksaan Nama anggota keluarga
fisik
Tekanan Darah
Nadi
Respirasi Rate
BB/TB
Rambut
Konjungtiva
Sklera
Hidung
Telinga
Mulut
Leher
Dada 1. Paru
2. Jantung
Abdomen
Ektremitas
Kulit
Turgor
Keluhan
0

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN


DAN KEPATUHAN DIIT HIPERTENSI PADA LANJUT USIA
DI DESA WIRONANGGAN KECAMATAN GATAK
SUKOHARJO

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Oleh :

YULI INDAH SAPUTRI


J210.100.043

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS


MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2014
1

UNIVERSITASMUHAMMADIYAH SURAKARTA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
Jln. A. Yani, Tromol pos 1 Pabelan, Kartasura Telp.(0271) 717417 Surakarta
57102

Surat Persetujuan Artikel Publikasi Ilmiah

Yang bertandatangan di bawah ini pembimbing skripsi/tugas akhir :

Pembimbing I

Nama : H.M. Abi Muhlisin, SKM., M.Kep

Pembimbing II

Nama : Agustaria Budinugroho, S.Kep. Ns

Telah membaca dan mencermati naskah artikel publikasi ilmiah, yang merupakan
ringkasan skripsi/tugas akhir dari mahasiswa:

Nama : YULI INDAH SAPUTRI

NIM : J210.100.043

Fakultas : Ilmu Kesehatan

Program Studi : S1 Keperawatan

Judul Skripsi : Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap


Pengetahuandan Kepatuhan Diit Hipertensi
Pada Lanjut Usia Di Desa Wironanggan
Kecamatan Gatak Sukoharjo
Naskah artikel tersebut layak dan dapat di setujui untuk di publikasikan. Demikian
persetujuan ini dibuat, semoga dapat di pergunakan seperlunya.
Surakarta, 18 Maret 2015

Pembimbing I Pembimbing II

H.M. Abi Muhlisin, SKM., M.Kep Agustaria Budinugroho, S.Kep. Ns


1

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN


DAN KEPATUHAN DIET HIPERTENSI PADA LANJUT USIA
DI DESA WIRONANGGAN KECAMATAN GATAK SUKOHARJO

Yuli Indah Saputri1), Abi Muhlisin 2) Agustaria Budinugroho3)

1: Mahasiswa S1 Keperawatam FIK UMS 2,3:


Dosen Pengajar FIK UMS
ABSTRAK
Kasus kejadian hipertensi pada lansia tertinggi di Desa Wironaggan tahun
2014 paling tinggi dibanding penyakit lain yang tercatat 206 penderita. Tingginya
kejadian hipertensi disebabkan masih buruknya kepatuhan diet hipertensi, dan
buruknya diet hipertensi sebagai akibat pengetahuan lansia tentang diet hipertensi
masih banyak yang belum baik. Pendidikan kesehatan merupakan salah satu cara
peningkatan pengetahuan lansia lewat metode ceramah dan media leaflet. Tujuan
penelitian adalah mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
pengetahuandan kepatuhan diet hipertensi pada lanjut usia di desa Wironanggan
Kecamatan Gatak Sukoharjo. Rancangan penelitian menggunakan “Quasi
Eksperiment, dengan rancangan penelitian Pretest - Posttest with control group
design.sampel penelitian adalah anggota posyandu lansia sebanayk 33 lansia
kelompok perlakuan dan 33 lansia kelompok control. Teknik pengambilan sampel
menggunaka proportional random sampling. Instrument penelitian menggunakan
SAP diet hipertensi, kuesioner pengetahuan, dan kepatuhan diet hipertensi. Alat
analisis data menggunakan uji komparatif. Hasil penelitian menunjukkan hasil uji
wilcoxon Sign Rank test pre test post test pengetahuan kelompok perlakuan
dengan p =0,015. Hasil penelitian menunjukkan hasil uji Paired sample test pre
test post test kepatuhan diet hipertensi kelompok perlakuan dengan p =0,445.
Kesimpulan penelitian adalah ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
pengetahuan lanjut usia dan tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
kepatuhan diet hipertensi pada lanjut usia. Masih diperlukan perilaku disiplin dari
lansia untuk patuh melakukan diet hipertensi agar tidak terjadi kekambuhan
hipertensi.

Kata kunci; pendidikan kesehatan. Pengetahuan, kepatuhan, diet hipertensi,


2

THE INFLUENCE OF HEALTH EDUCATION OF KNOWLEDGE AND


HYPERTENSION DIET COMPLIANCE OF ELDERLY IN WIRONANGGAN
VILLAGE OF GATAK SUKOHARJO

Yuli Indah Saputri1), Abi Muhlisin 2) Agustaria Budinugroho3)

Abstract

The case of hypertension incident of elderly in Wironaggan village 2014 is


highest compared to other diseases recorded 206 patients. The high incidence of
hypertension caused is still bad compliance hypertension diet, and poor
hypertension diet as a result of elderly lack knowledge. Health education is one
way to increase knowledge of elderly through a speech method and media
leaflets .The purpose of study is to know the influence of health education on
knowledge and hypertension diet compliance of elderly in Wironanggan Village
of Gatak Sukoharjo. The research was using quasi experiment, and pretest -
posttest with control groups design. Sampel research are 33 elderly of posyandu
members and as case group. and 33 elderly as control groups. Taking sample
was using proportional random sampling. Instrument used protocol of
hypertension diet a questionnaire knowledge, and diet hypertension compliance.
analysis is using comparative data. The test results shows that wilcoxon sign
test a pre test post test of knowledge with p = 0.015. Results study showed with
paired sample test pre test post test hypertension diet p = 0,445. conclusions
there was an influence of health education on knowledge but there was no
influence of health education of hypertension diet compliance of elderly, thus still
needed behavioral discipline of elderly to follow hypertension diet to avoid the
recurrence of hypertension.

key word: health education, knowledge, hypertension, compliance diet,

PENDAHULUAN adanya gejala yang muncul, pola


makan yang tidak sehat dan
Kasus tertinggi yang tidak kurangnya olahraga juga
menular di Jawa Tengah adalah dapat memicu
hipertensi dan pembuluh darah. Dari
total 1.212.167 kasus yang dilaporkan
sebesar 66,51% (806.208) adalah
penyakit jantung dan pembuluh darah.
Peningkatan ini disebabkan oleh
rendahnya kesadaran masyarakat
untuk memeriksakan tekanan darah
sejak dini tanpa harus menunggu
peningkatan tekanan darah (Profil
Kesehatan Jawa Tengah, 2012). 3
Data bulan September 2014
terdapat 8.353 orang lansia dari 14
Wilayah kerja Puskesmas. Data dari
Kader posyandu Dahlia Desa
Wironanggan terdapat 1086 orang
lansia terdiri dari 606 lansia perempuan,
dan 480 lansia laki-laki. Data anggota
posyandu lansia Dahlia sebanyak 284
lansia. Informasi dari Kader posyandu
bahwa dari anggota posyandu lansia,
penyakit yang paling banyak diderita
oleh anggota adalah hipertensi,
disusul oleh gout.
4

Hipertensi menduduki peringkat


pertama dengan 206 orang lansia. : hati, ginjal, usus, babat), kue-kue
Tujuan penelitian adalah kering, gorengan (menggantikan
Mengetahui pengaruh pendidikan penggunaan lemak hewani untuk
kesehatan terhadap pengetahuan menggoreng seperti minyak
kepatuhan diit hipertensi pada lanjut jagung,dan minyak kedelai),
usia makanan yang dimasak dengan
santan kental (seperti : gudeg, kare,
gulai), mengganti kebiasaan
TINJAUAN PUSTAKA
minum susu full cream dengan
susu kedelai. (Beck, Mary, 2011)
Konsep Dasar Lanjut Usia
3) Diit tinggi serat ; perbanyak
Undang-undang Nomor 13 konsumsi sayur-sayuran dan buah-
Tahun 1998 tentang kesejahteraan buahan (Beck, Mary, 2011)
lanjut usia Bab 1 Pasal 1 Ayat 2
menyebutkan bahwa usia 60 tahun Pengetahuan (Knowledge)
adalah usia permulaan tua. Menua
bukanlah suatu penyakit, tetapi Pengetahuan adalah hasil
merupakan proses menurunnya daya „tahu‟, dan terjadi setelah orang
tahan tubuh dalam menghadapi melakukan pengindraan terhadap suatu
rangsangan dari dalam dan luar tubuh objek tertentu. Pengetahuan
yang berakhir dengan kematian merupakan domain yang sangat
(Tamher, 2009). penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang (overt behavior)
Hipertensi (Notoatmodjo, 2007).
Hipertensi adalah masalah
kesehatan ditandai oleh tekanan darah Kepatuhan
sistolik persisten di atas 140 mmHg Menurut Wong (2004),
dan tekanan darah diastolik di atas 85 kepatuhan adalah segala sesuatu
mmHg (Brooker, 2009). Udjianti dimana perilaku pasien / keluarga
(2010), hipertensi didefinisikan sesuai dengan program yang
sebagai tekanan darah sistolik ≥ 140 ditentukan (misalnya meminum obat,
mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ mengikuti diit, dan mengikuti
90 mmHg. perubahan gaya hidup).

Diit Hipertensi Pendidikan kesehatan


Pendidikan kesehatan adalah
1) Diit rendah garam suatu proses yang dilakukan atau
Diit rendah garam membantu dijalankan untuk merubah dan
untuk menghilangkan retensi meningkatkan kemampuan individu
garam/ air dalam jaringan tubuh dan masyarakat tentang cara
dan menurunkan tekanan darah memelihara dan meningkatkan
pada hipertensi (Mangunkusumo, kesehatannya ke arah yang lebih baik
2001). (Notoatmodjo, 2007).

2) Diit rendah kolesterol Metode penelitian


Makanan yang harus dihindari
misalnya otak dan jerohan (seperti Jenis penelitian ini adalah
“Quasi Eksperiment, dengan
5

rancangan penelitian Pretest - Sukoharjo, Lanjut usia yang tidak


Posttest with control group mengalami gangguan pendengaran dan
design. Jumlah Sampel = 66 pengelihatan.
responden. Untuk memenuhi Kriteria Eksklusi yaitu tidak
menyelesaikan proses jalannya
sampel diatas
penelitian dari pre test hingga post test.
peneliti mengambil Instrumen Penelitian
sampel dengan menggunakan kuesioner, SAP (Satuan
cara propotional Acara Pendidikan), berisi materi-
sampling (Sugiono, materi tentang diit hipertensi. Alat
bantu penyampaian informasi dengan
2011), alat bantu lihat seperti LCD dan
leaflet. Uji bivariat menggunakan uji
Kriteria inklusi sampel yaitu
paired sample test Wilcoxon Sign Rank
lanjut usia yang menderita hipertensi,
Test, dan independent test
diutamakan lansia belum pernah
menerima pendidikan kesehatan
tentang diit hipertensi sebelumnya,
bersedia menjadi responden, lansia
yang dapat membaca, menulis dan
dapat diajak komunikasi, bertempat
tinggal di Desa Wironanggan
Kecamatan Gatak Kabupaten
Hasil Penelitian
Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin, umur, pendidikan dan
pekerjaan
Kelompok
Kelompok kontrol
Pengetahuan perlakuan
Jumlah % Jumlah %
Jenis kelamin
Laki-laki 6 18.2 6 18.2
Perempuan 27 81.8 27 81.8
Umur
60-74 tahun 32 97.0 28 84.8
75-77tahun 1 3.0 5 15.2
Pendidikan
SD 13 39.4 6 18.2
SMA 6 18.2 8 24.2
SMP 14 42.4 19 57.6
Pekerjaan
Pedagang 7 21.2 5 15.2
Tani 6 18.2 9 27.3
Tidak bekerja 20 60.6 19 57.6

Tabel 4.1 distribusi responden 97% dan kontrol 84,8%.


berdasarkan jenis kelamin diketahui Pendidikan
baik kelompok perlakuan dan control
banyak berjenis kelamin perempuan,
masing-masing 81,8%. Umur
responden mayoritas 60-74 tahun,
untuk kelompok perlakuan sebesar
responden paling banyak tingkat SMP,
kelompok perlakuan sebesar 42,4% dan 6
kelompok kontrol sebesar 57,6%. Status
pekerjaan responden paling banyak
tidak bekerja, kelompok perlakuan
sebesar 60,6% sementara kelompok
perlakuan sebesar 57,6%.
7

Analisis Univariat
Pengetahuan tentang diit hipertensi
Kelompok perlakuan

Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan pre test post pengetahuan kelompok


perlakuan

Pre test Post test


Pengetahuan
Jumlah % Jumlah %
Baik 0 0 3 9.1
Cukup 12 36.4 18 54.5
Kurang 21 63.6 12 36.4
Jumlah 33 100.0 33 100.0
Tabel 2. Diketahui pret test pengetahuan responden lebih banyak pada
kategori kurang sebesar 63,6%. Pada post test pengetahuan responden banyak
pada kateogori cukup sebanyak 54,5%.

Kelompok kontrol
Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan pre test post pengetahuan kelompok
kontrol

Pre test Post test


Pengetahuan
Jumlah % Jumlah %
Baik 0 0 0 0
Cukup 14 42.4 13 39.4
Kurang 19 57.6 20 60.6
Jumlah 33 100.0 33 100.0

Tabel 3 memperlihatkan pengetahuan responden baik pada pre test maupun pada
post test dalam kategori kurang.

Kepatuhan diit hipertensi


Kelompok perlakuan
Tabel 4. Distribusi responden berdasarkan pre test post kepatuhan diit hipertensi
kelompok perlakuan

Pre test Post test


Kepatuhan
Jumlah % Jumlah %
Baik 12 36.4 19 57.6
Buruk 21 63.6 14 42.4
Jumlah 33 100.0 33 100.0

Tabel 4. Diketahui pret test kepatuhan diit hipertensi responden lebih


banyak pada kategori buruk sebesar 63,6%. Pada post test responden banyak pada
kateogori baik sebanyak 57,4%.
8

Kelompok kontrol

Tabel 5. Distribusi responden berdasarkan pre test post diit hipertensi kelompok
kontrol
Pre test Post test
Kepatuhan
Jumlah % Jumlah %
Baik 13 39.4 16 48.5
Buruk 20 60.6 17 51.5
Jumlah 33 100.0 33 100.0

Tabel 5 memperlihatkan data kepatuhan responden baik pada pre test maupun
post test banyak dalam kategori kurang masing-masing 60,6% dan 51,5%.

Uji hipotesis penelitian diperoleh nilai t- test = -0.774, p =


Analisis uji beda rata-rata 0,445 (p>0,05), dengan keputusan Ho
pengetahuan pre test-post test diterima. Ho diterima artinya tidak
kelompok perlakuan terdapat perbedaan rata-rata kepatuhan
diit hipertensi kelompok perlakuan
Berdasarkan hasil uji statistic antara pre test dan post test.
dengan menggunakan uji Wilcoxon
Signed Ranks Test diperoleh nilai Z= - Analisis uji beda rata-rata kepatuhan
2.431 dengan p= 0,015 (p<0,05) diit hipertensi pre test- post test
sehingga keputusan yang diambil
kelompok kontrol
adalah Ho ditolak. Ho ditolak
memmpunyai arti bahwa ada Berdasarkan hasil uji statistic
perbedaan rata-rata pengetahuan dengan uji Paired Samples Test
responden sebelum dan sesudah diperoleh nilai t- test = -0.834, p =
mendapat pendidikan kesehatan 0,411 (p>0,05), dengan keputusan Ho
tentang penyakit diit hipertensi. diterima. Ho diterima artinya tidak
terdapat perbedaan rata-rata kepatuhan
Analisis uji beda rata-rata diit hipertensi kelompok perlakuan
pengetahuan pre test-post test antara pre test dan post test.
kelompok kontrol

Berdasarkan hasil uji statistic PEMBAHASAN


dengan uji Paired Samples Test Karakteristik responden
diperoleh nilai t- test = -0.204, p =
0,839 (p>0,05) dengan keputusan Ho Berdasarkan hasil penelitian
diterima. Ho diterima artinya tidak diketahui Jenis kelamin responden
terdapat perbedaan rata-rata penelitian 81,8% adalah perempuan.
pengetahuan responden kelompok Hal ini sesuai dengan data anggota
kontrol antara pre test dan post test. posyandu di tempat penelitian, dari
373 jumlah keseluruhan anggota
Analisis uji beda rata-rata kepatuhan posyandu lansia di desa Wironanggan,
Kecamatan Gatak, 306 orang adalah
diit hipertensi pre test- post test lansia perempuan, sedangkan 67
kelompok perlakuan lainnya adalah lansia laki-laki.

Berdasarkan hasil uji statistic


dengan uji Paired Samples Test
9

Factor penyebab banyaknya


lansia perempuan yang mengikuti Tingkat pendidikan responden
kegiatan posyandu lansia dan diketahui 50% adalah lulus SMP. Hal
mengikuti pendidikan kesehatan ini masih dianggap wajar bagi
adalah bahwa lansia laki-laki hanya penduduk Desa Wironanggan bahwa
akan mengikuti kegiatan posyandu para lansia hanya menyelesaikan
apabila pada saat yang sama mengeluh pendidikan SMP. Hal ini berkaitan
sakit, sementara apabila merasa sehat, dengan sosidemografi bahwa desa
maka jarang untuk bersedia hadir wironanggan sebagian besar adalah
dalam kegiatan posyandu lansia yang petani, yang memang tidak
sudah terjadwal. Banyaknya jenis membutuhkan pendidikan formal
kelamin perempuan di tempat untuk melakukan pekerjaan di sawah.
penelitian juga sesuai data dari Badan Dengan keterbatasan pendidikan pada
Pusat Statistik (2012) menyatakan responden akan berpengaruh mengenai
bahwa jumlah lansia di Indonesia pola hidup sehat termasuk bagaimana
berdasarkan jenis kelamin, jumlah melakukan diit hipertensi secara ketat.
lansia laki-laki di Indonesia pada tahun Purwanto (2005), yang
2011 berjumlah 9.290.782 jiwa dan mengemukakan bahwa salah satu
lansia perempuan berjumlah faktor yang berpengaruh pada perilaku
11.256.759 jiwa. kesehatan adalah tingkat pendidikan.
Berdasarkan umur responden, Hasil pendidikan ikut membentuk pola
diketahui 90.9 responden berumur 60- berpikir, pola persepsi dan sikap
74 tahun. usia responden tersebut pengambilan keputusan seseorang.
maka berdampak pada kemampuan Pendidikan seseorang yang meningkat
responden secara fisik dalam mengajarkan individu mengambil
mengikuti kegiatan posyandu lansia keputusan yang terbaik untuk dirinya.
sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil penelitian,
Responden dengan usia 60-74 tahun responden dengan pendidikan SMP
masih merasa kuat untuk mengikuti pada pre test terdapat 57,6% dengan
kegiatan posyandu lansia demikian pengetahuan kurang. Demikian juga
juga dengan mengikuti kegiatan pada pada post test pengetahuan
pendidikan kesehatan yang diadakan responden penelitian dari kelompok
peneliti. Berbeda dengan lansia dengan perlakuan dan kelompok kontrol tetap
usia diatas 74 tahun sudah jarang banyak yang kurang.
mengikuti kegiatan posyandu lansia, Berdasarkan hasil penelitian
hal ini diperkuat dari data presensi mengenai status pekerjaan diketahui
anggota jika dilihat adanya 59.1% responden tidak bekerja. Hal ini
kecenderungan bahwa anggota yang sangat wajar mengingat responden
berusia lebih tua akan semakin sering telah masuk dalam lanjut usia
tidak hadir dalam kegiatan posyandu mengalami keterbatasan dalam
lansia. Hardywinoto (2005) melakukan aktivitas temasuk dalam
menyatakan bahwa pada umur tersebut kemampuaan bekerja. Dengan
sangat butuh sarana pelayanan menurunnya kemampuan aktivitas
kesehatan terkait penurunan berbagai secara fisik dalam hal bekerja maka
fungsi dan kelemahan. 59.1% tidak melakukan aktivitas di
luar rumah yang dapat menghasilkan
sejumlah uang untuk pendapatan
10

rumah tangga. Berdasarkan hasil


penelitian bahwa responden yang tidak hipertensi, dengan demikian
bekerja baik pre test dan post test berdasarkan hasil penelitian pada pre
pengetahuan banyak dalam kategori test baik kelompok perlakuan maupun
kurang. kontrol nilai pengetahuan masih
kurang.
Analisis Univariat Post test Pengetahuan tentang Diit
Pre Test Pengetahuan tentang Diit
Hipertensi
Hipertensi
Berdasakan hasil penelitian
Berdasarkan hasil penelitian pada kelompok perlakuan,
responden kelompok perlakuan pada pengetahuan responden banyak dalam
pretest diketahui pengetahuan kategori cukup sebesar 54,5%.
terbanyak pada kategori kurang Cukupnya pengetahuan responden ini
sebanyak 63,6%, dan kelompok dapat dipengaruhi oleh factor
kontrol sebsar 57,6%. Kurangnya responden sendiri maupun dari factor
pengetahuan tentang diit hipertensi petugas kesehatan sebagai pembicara.
adalah banyak responden yang hanya Faktor pada responden adalah bahwa
mengetahuai pada batas pengetahuan sebenarnya responden sudah pernah
hipertensi, yaitu tekanan darah mendapat informasi tentang diet pada
seseorang diatas 160 mmHg, saat kegiatan posyandu lansia, namun
sementara pengetahuan tentang diit karena responden masuk dalam usia
hipertensi mengenai pola makan yang lanjut, responden mengalami
harus dijaga dengan baik, masih penurunan daya pendengaran, dan
kurang. Respoden kurang mengerti visual sehingga dapat mempengaruhi
makanan yang masuk dalam kategori pengetahuan. Menurut Budiono (2002)
dianjurkan, dibatasi maupun dihindari. bahwa lanjut usia akan mengalami
Kedua kelompok penelitan ini yang penurunan fungsi seperti indra
berasal dari anggota posyandu lansia pendengaran, pengelihatan. Factor dari
sebenarnya telah diberikan informasi petugas kesehatan yang adalah materi
mengenai diit hipertensi, namun bagaimana untuk melakukan diit
karena informasi yang sebatas dengan hipertensi secara baik dan disiplin.
anjuran dari petugas kesehatan, maka
akan dengan mudah menjadi lupa Pendekatan persuasif dari petugas
mengenai anjuran diit hipertensi kesehatan dengan bahasa yang mudah
terlebih untuk mengaplikasikan dalam dipahami, dan memberikan contoh
mengkonsumsi makanan yang sesuai menu makan yang mudah dijumpai
dengan diit hipertensi. Menurut dalam kehidupan sehari-hari
Wawan (2010) bahwa pengetahuan menjadikan responden mudah
dapat dipengaruhi oleh factor menyerap pengetahuan secara baik.
lingkungan, dan budaya setempat. Proses pemberian pendidikan
Lingkungan yang kurang mendukung kesehatan dengan menggunakan
seperti lingkungan keluarga yang metode ceramah, Tanya jawab dan
sebenarnya kurang mengerti tentang pemberian leaflet merupakan cara agar
diit hipertensi akan menghambat responden yang sudah lansia
responden untuk mendapatkan bersemangat mengikuti kegiatan
informasi secara benar tentang diit pendidikan kesehatan. Proses Tanya
jawab yang diberikan banyak
11

digunakan oleh lansia dengan bertanya


mengenai akibat dari pola makan kesehatan, oleh karena itu hasil
yang selama ini dilakukan. Jawaban penelitian menunjukkan bahwa pada
yang diterima oleh responden dari post test pengetahuan 60,6%
petugas kesehatan juga dengan mudah responden masih kurang.
dipahami dan dimengerti sehingga Pre test Kepatuhan Diit Hipertensi
responden mempunyai niat yang kuat
untuk melakuan kepatuhan diit secara Berdasarkan hasil penelitian
baik. Notoatmodjo (2007) menyatakan kepatuhan diit hipertensi kelompok
Pendidikan kesehatan adalah suatu perlakuan pada pre test 63,6% masih
kegiatan atau usaha menyampaikan buruk dalam melakukan diit
pesan kesehatan kepada masyarakat, hiipertensi. Buruknya kepatuhan diit
Dengan harapan masyarakat, tidak terlepas dari masih kurangnya
kelompok atau individu dapat pemahaman tentang jenis makanan
memperoleh pengetahuan tentang yang dianjurkan, dibatasi ataupu
kesehatan yang lebih baik. Hasil dihindari. Buruknya kepatunhan diit
penelitian Afrianti (2014) hipertensi pada responden terbentuk
menyimpulkan bahwa dengan dari kebiasaan responden selama ini
pengetahuan yang baik pasien mengkonsumsi makanan seperti sayur
hipertensi dapat menjadi lebih baik bersantan, mengkonsumsi makanan
dalam melakukan diit hipertensi. berminyak seperti pisang goreng.
Berbeda halnya dengan Kebiasaan makanan bersantan yang
kelompok kontrol yang tidak hampir tiap hari dilakukan
mendapatkan pendidikan kesehatan. mengakibatkan buruknya pelaksanaan
Hasil post test pengetahuan diketahui diit hipertensi.
banyak dalam kategori kurang. Tidak Pada kelompok kelompok kontrol
adanya peningkatan pengetahuan dari hasil pre test 60,6 % masih buruk
tentang diit hipertensi menjadikan dalam kepatuhan diit hipertensi.
responden terhambat untuk Ketidak patuhan diit hipertensi sama
mendapatkan informasi secara baik dengan kelompok perlakuan, bahwa
dari kegiatan pendidikan kesehatan, responden dalam kesehariannya
meskipun sebelumnya dalam kegiatan mengkonsumsi makanan yang
posyandu lansia petugas pernah sebenarnya harus dibatasi maupun
memberikan informasi tentang diit dihindari seperti makanan rasa asin,
hipertensi. Responden yang tidak minum kopi. Oleh karena itu pada pre
menerima pendidikan kesehatan test kepatuhan diit diketahui masih
tentunya akan lebih tertinggal banyak yang buruk dalam penerapan
mengenai pengetahuan baru berkaitan diit hipertensi. Menurut Wong (2004),
dengan diit hipertensi. Notoadmojo kepatuhan adalah segala sesuatu
(2010) bahwa pengetahuan seseorang dimana perilaku klien/ keluarga sesuai
dapat dipengaruhi oleh faktor dengan program yang ditentukan
informasi. Seseorang yang mempunyai (misalnya meminum obat, mengikuti
sumber informasi yang lebih banyak diit, dan mengikuti perubahan gaya
akan memberikan pengetahuan yang hidup). Hasil penelitian Manan (2012)
lebih jelas termasuk menerima menyimpulkan bahwa perilaku tidak
informasi dari kegiatan pendidikan sehat seperti merokok, kurangnya
aktivitas fisik, masih mengkonsumsi
12

garam dalam jumlah yang banyak


menyebabkan terjadikan hipertensi di meningkat menjadi 48,5%. Pre test diit
wilayah kerja Puskesmas Bangkala hipertensi peningkatan jumlah
Kabupaten Jeneponto. responden dalam melakukan diit
hipertensi ini dapat dipengaruhi oleh
adanya informasi dari peneliti
Post test Kepatuhan Diit Hipertensi
mengenai penerapan diit hipertensi
Berdasarkan hasil penelitan yang baik. Informasi ini dijadikan
diketahui kelompok perlakuan 57,6% sumber pengetahuan untuk melakukan
kepatuhan diit hipertensi sudah baik. diit hipertensi, meskipun penilaian
Hal ini dapat disebabkan proses dari post test hanya berjarak 2 hari. Oleh
menerima informasi kesehatan setelah karena itu kemauan untuk
mengikuti pendidikan kesehatan. menjalankan diit hipertensi dapat
Responden mulai mengerti bahwa apa dilakukan secara baik sebanyak 2
yang selama ini dilakukan dalam orang responden. Perilaku kepatuhan
mengkonsumsi makanan masih salah. diit hipertensi ini sejalan dengan
Salah dalam penerapan jenis makanan pendapat Notoadmojo (2010) bahwa
yang dikonsumsi, seperti tetap makan perilaku seseorang dalam hal
bersantan, asin, mengkonsumsi telur kesehatan dapat dipengaruhi oleh
ayam dengan jumlah yang tidak sesuai pengetahuan yang kemudian merubah
dengan takaran diit hipertensi. sikap menjadi lebih baik dan
Menurut Notoadmojo (2007) bahwa berpengaruh pada perilaku dalam
pengetahuan mempunyai 6 tingakatan, hidup sehat secara baik juga. Selain
yaitu tahu, memahami, informasi dari peneliti pada saat pre
mangaplikasikan, menganalisis, test, Factor lain adalah karena
sinstesis dan evaluasi. Responden penyakit hipertensi yang sudah lama
setelah tahu apa yang salah pada diderita dan setidaknya sudah
dirinya dalam diit hipertensi kemudian mengetahuai jenis makanan yang
memahami akibat yang terjadi apabila dibatasi ataupun menjadi pantangan
tetap mengkonsumsi makanan yang dalam diit hipertensi, maka responden
dihindari dan mengaplikasikan dalam kelompok kontrol untuk mencoba
kehidupan sehari-hari. Bentuk kembali melakukan diit hipertensi.
kepatuhan diit dapat dilihat dari jenis Secara keseluruhan data post test
makanan seperti konsumsi sayur dan perilaku diit hipertensi masih dalam
tidak bersantan, mengurangi rasa asin, kategori buruk. Responden yang tidak
dan tetap menjaga kesehatan. mendapat pendidikan kesehatan
Kelompok kontrol pada post test menyebabkan kurangnya pemahaman
diketahui 51,5% masih tetap buruk tentang makanan yang seharusnya
meskipun pada pre test kepatuhan diit dihindari dan berdampak pada
hipertensi sebanyak 60,6%. Penurunan kepatuhan diit hipertensi. Asupan gizi
nilai presentese tersebut yang terima oleh responden disajikan
menggambarkan bahwa dalam rentang oleh anggota keluargapun tidak seusai
waktu pre test dan post test dengan saran petugas kesehatan yang
menjadikan sebagian responden lebih pernah diterima pada saat pemeriksaan
patuh dalam menjalani diit hipertensi, kesehatan seperti puskesmas ataupun
hal ini terlihat dari pre test diit rumah sakit. Penelitian Agrina (2010)
hipertensi yang baik sebesar 39,4% menyimpulkan sebanyak 34 orang
13

(56,7%) responden tidak patuh dalam


pemenuhan diet hipertensi dan pantang bagi penderita hipertensi
sebanyak 26 orang (43,3%) yang patuh dijelaskan dengan bagaimana cara
dalam pemenuhan diet hipertensi. memasak dengan rendah garam,
Faktor sikap negatif yang sering namun tidak mengurangi rasa nikmat
muncul dikarenakan kejenuhan serta masakan. Contoh sayuran dan buah
tidak terbiasanya penderita hipertensi yang mudah ditemui dan murah
untuk menjalankan diet hipertensi. sebagai asupan bagi penderita
Budaya responden itu sendiri dalam hipertensi merupakan cara yang cukup
mengkonsumsi makanan yang baik dalam menerangkan masalah
cenderung asin, dan pedas yagn yang dihadapi peserta dalam diit
berlangsung lama sehingga sangat hipertensi.
sulit sekali untuk dihilangkan. Hasil peneliian Lawrence
(2006) menyimpulkan bahwa dengan
perawatan pasien hipertensi dan
Analisis Bivariat
mencegah terjadikan kekambuhan,
Pengaruh Pendidikan Kesehatan
setidaknya melakukan diit hipertensi
terhadap Pengetahuan tentang Diit secara ketat. Pola makan yang sehat,
Hipertensi olah raga ringan secara rutin,
mencegah tidak stress merupakan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan pencegahan yang baik agar
diketahui bahwa pada kelompok tidak mengalami kekambuhan
perlakuan pada pre test 63,2% masih hipertensi.
kurang dan setalah mendapat Pendidikan kesehatan yang
pendidikan kesehatan pengetahuan dilakukan selama penelitian dengan
responden yang kurang menjadi menggunakan metode informasi dua
sebesar 36,4. Pengetahuan yang cukup arah, bahwa adanya sesi tanya jawab
pada pre test sebesar 36,4% meningkat menjadikan responden yang pada
menjadi 54,5%. Hasil ini menunjukkan awalnya kurang memahami
bahwa terjadi peningkatan pentingnya diit hipetensi menjadi
pengetahuan kelompok perlakuan paham setelah dijelaskan oleh petugas
sebesar 27,2%. Berdasarkan hasil uji kesehatan secara runtut. Penelitian
staitistik pada kelompok perlakuan Suhardi (2011) menyimpulkan
diperoleh nilai p= 0,015, yang artinya terdapat perbedaan tingkat
ada pengaruh pendidikan kesehatan pengetahuan penderita hipertensi
terhadap pengetahuan tentang diit setelah diberikan penyuluhan
hipertensi pada lanjut usia di Desa kesehatan di Puskesmas Air Lais
Wironangan Kecamatan Gatak Kabupaten Bengkulu Utara Tahun
Sukoharjo. 2011. Informasi dari petugas kesehatan
Adanya peningakatan melalui pendidikan kesehatan
pemgettahuna dapat dipengaruhi oleh menunjukkan bahwa penting bagi
faktor petugas kesehatan yang setiap orang dalam mendapatkan
mempunyai pengalaman dalam pengetahuan secara baik dan benar
memberikan informasi secara baik, dari sumber yang berpengaruh
baik dalam menjelaskan secara termasuk mengikuti kegiatan
sederhana namun mudah dipahami pendidikan kesehatan tentang diit
oleh peserta. Contoh makanan yang hipertensi.
dianjurkan, dibatasi dan menjadi
14

Hasil pengetahuan pada


kelompok kontrol yang tidak Pengaruh Pendidikan Kesehatan
mendapatkan pendidikan kesehatan terhadap Kepatuhan tentang Diit
pada pre test 57,6% dalam kategori hipertensi
kurang dan post sebesar 60,6% dalam Berdasarkan hasil penelitian
kategori kurang. Ini artinya secara mengenai kepatuhan tentang diit
garis besar tidak ada peningkatan hipertensi pada kelompok perlakuan
pengetahuan antara pre test dan post diketahui tidak ada perbedaan antara
test. Pentingnya pendidikan kesehatan pre test dan post test kepatuhan diit
kepada masyarakat agar masyarakat hipertensi. Hal ini menunjukkan
lebih mengetahuai, mamahami bahwa bahwa untuk mendapatkan kepatuhan
dalam rangka pengendalian diit hipertensi dibutuhkan waktu yang
kekambuhan hipertensi diperlukan cukup lama. Perubahan pola makan
informasi pengetahuan yang baik. yang sebelumnya masih
Padap tahap berikutnya dengan mengkonsumsi makanan berlemak,
pengetahuan yang baik maka jarang sayur ataupun banyak
masyarakat akan menyadari menggunakan garam dapur masih
melakukan tindakan berperilaku hidup sulit dilakukan oleh responden.
sehat seperti mengkonsumsi makanan Diperlukan niat dan usaha yang kuat
yang sehat. serta adanya peran serta anggota
Pendidikan kesehatan keluarga sebagai pendampingan proses
merupakan proses perubahan sikap kepatuhan diit hipertensi. Fungsi
dan perilaku seseorang atau individu anggota keluarga sebagai pengontrol
yang dinamis, dimana perubahan tidak keteraturan makan pada responden.
hanya dipengaruhi oleh transfering Menurut Niven (2002) factor yang
materi dari seseorang ke orang lain, mempengaruhi proses kepatuhan
tetapi perubahan juga bisa terjadi adalah Modifikasi lingkungan dan
karena adanya kesadaran dalam diri social. Hal ini berarti membangun
individu, kelompok, dan masyarakat dukungan sosial dari keluarga dan
(Mubarak dan Chayatin, 2009). teman-teman untuk tetap menjaga agar
Oleh karena itu kelompok pasien hipertensi patuh dalam
kontrol yang tidak mendapat melakukan diit hipertensi secara ketat.
pendidikan kesehatan dari hasil pre Hasil kepatuhan pada kelompok
test post test tidak ada perbedaan kontrol juga sama, yaitu tidak ada
tingkat pengetahuan dengan hasil uji perbedaan kepatuhan diit hipertensi
statistik p =0,839 (p>0,05), oleh antara pre test dan post test. Jenis
karena itu pendidikan kesehatan dapat makaan yang sama setiap harinya,
meningkatkan pengetahuan seseorang. serta keterbatasan jenis makan yang
Hasil penelitian Auroro (2014) ada menjadikan kepatuhan diit
menyimpulkan ada perbedaan hipertensi sulit dilakukan. Berdasarkan
pengetahuan keluarga penderita Kusta hasil penelitian post test kepatuhan diit
dan masyarakat setelah diberikan hipertensi di rumah masing-masing
pendidikan kesehatan mengenai responden diperoleh informasi baik
pencegahan penyakit Kusta di dari pasien maupun anggota keluarga
Kecamatan Purwosari. adalah pola makan pasien hipertensi
adalah sama dengan anggota keluaga
yang lain yang tidak menderita
15

hipertensi seperti sayuran bersantan


dan terasa asin. Di satu sisi anggota lanjut usia namun Tidak terdapat
keluarga merasa selama pasien pengaruh pendidikan kesehatan
hipertensi tidak merasa sakit kepala, terhadap kepatuhan diit hipertensi
atau tanda kambuh hipertensi maka pada kelompok perlakuan Tidak
makanan yang diberikan akan tetap terdapat perbedaan pengetahuan
sama, seperti sayur tempe bersantan, dan kepatuhan diit hipertensi pada
atau lauk tahu tempe yang tentunya kelompok kontrol pada pre test dan
sudah diberi bumbu dapur post test .
sebelumnya. Disi sisi lain pasien
hipertensi merasa bahwa masakan Saran
yang tidak asin akan mempengaruhi 1. Bagi lansia
nafsu makan. Rasa hambar pada Diharapkan lansia tetap mau
masakan menjadikan responden akan melakukan diit hipertensi secara
menambah sendiri garam dapur hingga ketat agar tekanan darah tetap
masakan menjadi lebih enak. stabil dan tidak terjadi
Penelitian Nelwetis. 2009 kekambuhan hipertensi.
menyimpulkan bahwa perilaku dalam 2. Bagi Keluarga lansia
pencegahan kekambuhan Penderita Anggota keluarga lansia
Hepertensi di Kota Padang sulit hendaknya memberikan dukungan
dilakukan, mengingat budaya masakan keluarga secara penuh terhadap
yang selalu menggunakan santan, lansia untuk memberikan asupan
pedas, dan menjadi menu sehari-hari. gizi sesui diit hipertensi seperti
saran petugas keseahtan
3. Petugas kesehatan
Simpulan Diharapkan perlu peningkatan
1. Sebagian besar pengetahuan peran petugas kesehatan untuk
lansia kelompok perlakuan dan lebih aktif melakukan kunjungan
kepada lansia di rumah-rumah
kontrol tentang diit hipertensi
penduduk untuk mengetahui
sebelum diberi pendidikan
kondisi kesehatan seperti
kesehatan dalam kategori kurang, mengukur tekanan darah dan
sesudah diberi pendidikan pengobatan secara gratis kepada
kesehatan dalam kategori sedang. lansia dan tidak terpancang pada
2. Sebagian besar kepatuhan diit kegiatan posyandu lansia saja.
hipertensi lansia kelompok 4. Peneliti selanjutnya
perlakuan sebelum diberi Hasil penelitian ini dapat dijadikan
pendidikan kesehatan buruk dan dasar pengembangan bagi peneliti
setelah diberi pendidikan lain yang meneliti factor terjadinya
kesehatan banyak yang baik. ketidak patuhan dlaan diit
Sebagaian besar kepatuhan diit hipertensi pada lansia seperti
hipertensi lansia kelompok kontrol factor social ekonomi.
pada pre test dan setelah post test
banyak yang buruk
3. Terdapat pengaruh pendidikan DAFTAR PUSTAKA
kesehatan terhadap peningkatan
pengetahuan diit hipertensi
pada
16

Arikunto, S 2006. Prosedur Penelitian Tinjauan dari Berbagai Aspek:


Menjaga Keseimbangan
: Suatu Pendekatan Praktek Edisi
Kualitas Hidup Para Lanjut Usia.
Revisi VI, Jakarta : Rineka Cipta.
Jakarta:Gramedia Pustaka
2007 Metodologi Utama.
Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta Mannan, H.2012. Faktor Risiko
Kejadian Hipertensi Di Wilayah
.
Kerja Pukesmas Bangkala
Afrianti, M. 2014. Hubungan Tingkat
Kabupaten Jeneponto Tahun
Pengetahuan dan Dukungan 2012. Journal Kesmas. Bagian
Keluarga dengan Kepatuhan Epidemiologi Fakultas
Menjalani Diet Hipertensi pada Kesehatan Masyarakat
Penderita Hipertensi di Universitas Hasanuddin
Makassar
Puskesmas kota Bengkulu.
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Mubarak dan Chayatin, 2009. 2006.
Kesehatan Masyarakat. Volume Buku Ajar Keperawatan
1, No. 1 Juli 2014 Komunitas 2 Teori dan Aplikasi
Dalam Praktek. Jakarta: Sagung
Aurora G (2013) Efektivitas Seto.
Pendidikan Kesehatan Pada
Keluarga Dan Masyarakat dalam
Pencegahan Penyakit Kusta di Nelwetis. 2009. Faktor Demografi dan
Bojonegoro. Skripsi Tidak Persepsi Terhadap Resiko
Diterbitkan. Fakultas Ilmu Hipertensi Kaitannya Dengan
Kesehatan Universitas Perilaku Pencegahannya pada
Muhammadiyah Surakarta
Penderita Hepertensi di Kota
Badan Pusat Statistik (2012). Data Padang.
jumlah penduduk berdasarkan
jenis kelamin dan kelompok Niven, N., 2002. Psikologi Kesehatan.
umur Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.

Beck, Mary E. (2011). Ilmu Gizi dan Notoatmojo. 2007. Promosi Kesehatan
Diet: Hubungannya Dengan Teori dan Aplikasi. Jakarta :
Penyakit-penyakit Rineka Cipta
Untu
k 2007 Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Perawat dan Dokter. Rineka Cipta
Yogyakarta: Andi Yogyakarta

Brooker, Christine. 2009. Kamus Saku


Keperawatan. Jakarta : EGC 2010. Metodologi
17
Penelitian Kesehatan. Jakarta:

Budiono B, 2002. Pengantar Rineka Cipta


Pendidikan (Penyuluhan)
Kesehatan Masyarakat. Purwanto Hi. 2005. Pengantar
Perilaku Manusia untuk
Hardywinoto dan Setiabudhi, T. Keperawatan. Jakarta: EGC.
(2005). Panduan Gerontologi
Renika, N. 2008. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Diit Dengan Kepatuhan1D8
iit Penderita Hipertensi di Klinik 24 jam Mardi Mulyo Semarang. Skripsi Tidak
diterbitkan. FIK Universitas Diponegoro Semarang
Suhardi, 2011. Perbedaan Tingkat Pengetahuan Penderita Hipertensi Setelah
Diberikan Penyuluhan Kesehatan di Puskesmas Air Lais Kabupaten Bengkulu
Utara Tahun 2011. Journal of Nursing and Public Health. Volume 1, No. 1
Juli
2014

Tamher, S. & Noorkasiani. (2009).


Kesehatan Usia Lanjut dengan
Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika 19

Tamher, S. & Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Udjianti J (2010), Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika

Wawan dan Dewi, A, (2010) Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta:
Nuha Media

Wong, D. L. (2004). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatric, Alih Bahasa. Jakarta: EGC
Jurnal Ilmu Keperawatan
Mardhiah

Pendidikan Kesehatan Dalam Peningkatan Pengetahuan, Sikap Dan


Keterampilan Keluarga Dengan Hipertensi - Pilot Study

Health Education in the Improvement of Knowledge , Attitude and Practice in the Family with
Hypertension – a Pilot Study

Ainal Mardhiah¹²‫׳‬, Asnawi Abdullah³, Hermansyah4

¹Magister Keperawatan Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

²Akper Pemkab Pidie Sigli Aceh

³Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiah Banda Aceh


4
Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Banda Aceh
Email: ainalmardhiah@gmail.com

Abstrak

Hipertensi merupakan salah satu masalah utama kesehatan masyarakat saat ini, prevalensi di Indonesia mencapai
31,7% tahun 2007 dan 25,8% pada tahun 2013, namun angka ini masih dalam kategori tinggi. Bila tidak ditangani
dengan baik sedini mungkin bisa menjadi the silent killer. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendekatan
nonfarmakologis termasuk penurunan berat badan, pembatasan alkohol, natrium dan tembakau, latihan dan relaksasi
merupakan intervensi wajib pada penanganan hipertensi. Disamping tenaga medis, keluarga juga berperan penting,
namun pengaruh intervensi pendidikan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan
keluarga dengan hipertensi masih kurang evidence terutama di Aceh. Tujuan penelitian mengetahui pengaruh
pendidikan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan keluarga dengan hipertensi di
Kemukiman Bluek Grong- Grong Kecamatan Indrajaya Kabupaten Pidie. Intervensi Pendidikan kesehatan tentang
hipertensi dengan metode ceramah, diskusi dan demonstrasi menggunakan media power point dan booklets. Jenis
penelitian kuantitatif dengan desain pre experimental berupa the one group pretest-posttest design terhadap 37
responden yang diperoleh secara simple random sampling. Instrumen penelitian adalah kuesioner. Teknik analisa data
menggunakan uji statistik parametrik Paired T-test. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh pendidikan
kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan (p = 0,0001), sikap (p = 0,0001) dan keterampilan (p = 0,0001).
Diharapkan pendidikan kesehatan tentang hipertensi dapat dijadikan salah satu tindakan keperawatan pada keluarga
dengan hipertensi dikomunitas.

Kata Kunci : Hipertensi, Keluarga, Pendidikan kesehatan, Sikap

Abstract

Hypertension is one of the major public health problem today, prevalence in Indonesia reached 31.7 % in 2007 and to

25.8 % in 2013, but this figure is still in the high category. If not handled properly as early as possible it can be “the
silent killer”. Some research suggests that non-pharmacological approaches include weight loss , alcohol restrictions ,
sodium and tobacco , exercise and relaxation are compulsory intervention on hypertension management. Other than

111
Jurnal Ilmu Keperawatan
Mardhiah
medical personnel, the family also plays an important role. However , the effect of health education interventions to
increase knowledge, attitudes and practice of families with hypertension still less evidence , especially in Aceh. This
study aims to determine the effect of health education to increase knowledge , attitude and practice of families with
hypertension in Bluek Grong-Grong Sub-Subdistrict Indrajaya Subdistrict Pidie District. Health education intervention
on hypertension with lectures, discussions and demonstrations using media power point and booklets. This research is a
quantitative research design pre experiment with the one group pretest-posttest design of the 37 respondents were
obtained through simple random sampling. The research instrument was a questionnaire. Data analysis techniques
using parametric statistical tests Paired t-test . The results showed there are significant health education to increase
knowledge (p = 0,0001), attitude (p = 0,0001), and practice (p = 0,0001). Expected health education about
hypertension can be one nursing actions on families with hypertension in the community.

Keywords: hypertension, family, health education, attitude

112
Jurnal Ilmu Keperawatan
Mardhiah
Latar Belakang
dari 10 penderita tersebut tidak mendapatkan
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai
pengobatan secara adekuat (Rahajeng &
tekanan darah persisten dengan tekanan
Tuminah, 2009). Jumlah penderita hipertensi
sistoliknya ≥ 140 mmHg dan tekanan
di Indonesia pada tahun 1995 baru sekitar 5
diastolik ≥ 90 mmHg. Hipertensi sering
persen dari populasi. Survei tahun 2008 yang
disebut the silent killer atau “pembunuh diam-
dilakukan WHO menjadi 32 persen (Widiani,
diam”, karena orang dengan hipertensi sering
2013).
tidak menampakkan gejala. Institut Nasional
Jantung, Paru dan Darah U.S.A. Tahun 2007, prevalensi hipertensi di
memperkirakan sepuluh orang yang Indonesia mencapai 31,7%. Prevalensi
menderita hipertensi tidak sadar akan menjadi 25,8% pada tahun 2013, namun
kondisinya. Begitu penyakit ini diderita, angka ini masih dalam kategori tinggi bahkan
tekanan darah pasien harus dipantau dengan sebagian besar (63,2%) kasus hipertensi di
interval teratur mengingat hipertensi masyarakat tidak terdiagnosis (Kemenkes,
merupakan kondisi seumur hidup (Smeltzer 2013). Di Provinsi Aceh diketahui prevalensi
& Barre, 2002). hipertensi mencapai 30.2%, paling tinggi di
Indonesia (Kemenkes, 2007).
Apabila hipertensi tidak terkontrol, akan
menyerang target organ, dan dapat Di Kabupaten Pidie, kasus hipertensi yang
menyebabkan serangan jantung, stroke, dirawat di puskesmas tahun 2012 berjumlah
gangguan ginjal, serta kebutaan. Dari 1.590 kasus dan 919 kasus baru. Tahun 2013
beberapa penelitian dilaporkan bahwa jumlah kasus baru sudah mencapai 15.245
penyakit hipertensi yang tidak terkontrol kasus (Dinkes Pidie, 2014).
dapat menyebabkan peluang 7 kali lebih
Peningkatan kasus hipertensi terjadi di
besar terkena stroke, 6 kali lebih besar
hampir semua Puskesmas. Di Puskesmas
terkena congestive heart failure, dan 3 kali
Indrajaya misalnya pada tahun 2013 telah
lebih besar terkena serangan jantung
merawat rata-rata 65 kasus hipertensi
(Rahajeng & Tuminah, 2009; Lu, et al.
perbulan dan periode Januari sampai dengan
2015).
Juni 2014 sebanyak 466 kasus atau 143 kasus
Data dari World Heath Organization (WHO) perbulan (Puskesmas Indrajaya, 2014). Ini
dan the International Society of Hypertension merupakan peningkatan jumlah kasus yang
(ISH), saat ini terdapat 600 juta penderita sangat signifikan. Sedangkan jumlah

hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta penderita hipertensi di Kemukiman Bluek

diantaranya meninggal setiap tahunnya, Grong-Grong Kecamatan Indrajaya


Kabupaten Pidie sebanyak 114 orang yang
7
113
Jurnal Ilmu Keperawatan
Mardhiah

tersebar di 16 desa.
tingkat kesadaran masyarakat akan
Menurut Friedman (2010) salah satu fungsi pentingnya pemahaman yang benar mengenai
keluarga adalah fungsi perawatan atau hipertensi. Namun demikian, efektifitas
pemeliharaan kesehatan yaitu keluarga pendidikan kesehatan belum sepenuhnya
berfungsi untuk mempertahankan keadaan diketahui pengaruh pendidikan kesehatan
kesehatan anggota keluarga, namun terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan
kenyataannya banyak keluarga yang tidak keterampilan keluarga terutama dalam
memiliki kemampuan merawat anggota merawat anggota keluarga dengan hipertensi.
keluarga dengan hipertensi sehingga Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
diperlukan intervensi pendidikan kesehatan apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan
bagi keluarga. Masyarakat tidak sepenuhnya terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan
memahami hipertensi dan manfaat early keterampilan keluarga dengan hipertensi
diagnosis dan early prevention, terutama
Metode
masyarakat berpendidikan rendah dan
Desain penelitian adalah pre experimental
kelompok tidak bekerja.
dengan rancangan the one group pretest-
Pendidikan kesehatan sebagai intervensi posttest. Penelitian dilakukan di Kemukiman
keperawatan mandiri dapat direncanakan Bluek Grong-Grong wilayah kerja Puskesmas
untuk meningkatkan kemampuan keluarga Indrajaya kabupaten Pidie pada tanggal 16
dalam merawat anggota keluarga yang Maret sampai dengan 25 April 2015. Populasi
mengalami hipertensi. Keluarga merupakan dalam penelitian ini adalah semua keluarga
sumber daya penting pemberian layanan yang anggota keluarganya menderita
kesehatan, baik bagi individu maupun hipertensi yang tinggal di Kemukiman Bluek
keluarga. Saat perawatan difokuskan pada Grong-grong Kecamatan Indrajaya
keluarga, efektifitas perawatan terbukti Kabupaten Pidie sebanyak 114 keluarga.
meningkat. Pengkajian dan pemberian Teknik sampel dengan simple random
layanan kesehatan keluarga adalah hal yang sampling berjumlah 37 orang. Instrumen
penting dalam membantu tiap anggota penelitian menggunakan kuesioner yang
keluarga mencapai tingkat kesejahteraan yang dirancang oleh peneliti yang telah diuji
optimum (Gilliss & Davis, 1993 dalam validitas dan reliabilitas.
Friedman, 2010).
Metode pengumpulan data dilakukan dalam
Pendidikan kesehatan merupakan prioritas beberapa tahapan. Pretest satu kali pada setiap
utama dan merupakan salah satu intervensi responden. Satu minggu setelah pretest
keperawatan yang efektif untuk meningkatkan dilanjutkan dengan kegiatan intervensi berupa

114
Jurnal Ilmu Keperawatan
Mardhiah

pendidikan kesehatan 4 (empat) kali Hasil


pertemuan dengan interval waktu 1 (satu) Data karakteristik responden dapat terlihat
minggu. Intervensi pertama sampai dengan pada Tabel 1.
ketiga dilakukan secara kelompok di Aula
Tabel 1. Responden Menurut Umur, Jenis Kelamin
Puskesmas Indrajaya dengan metode ceramah
dan Pendidikan (n = 37)
menggunakan media power point dan booklets
selama 60 menit dengan materi pendidikan No Karakteristik f %
kesehatan tentang perawatan hipertensi 1 Umur
Remaja Akhir (17 – 25
meliputi pengertian tekanan darah tinggi, Tahun) 11 29,7
penyebab, gejala, komplikasi, ketaatan pada Dewasa Awal (26 – 35
Tahun) 14 37,8
pengobatan, manajemen berat badan, nutrisi Dewasa Akhir (36 – 45
Tahun) 9 24,3
dan aktivitas fisik. Nutrisi atau diet pada Lansia Awal (46 – 55 Tahun) 3 8,1
hipertensi terdiri dari rendah lemak, rendah 2 Jenis Kelamin
4 10,8
Laki-laki
garam, tinggi buah-buahan, sayuran dan ikan. Perempuan
33 89,2

Aktivitas fisik berupa aktivitas fisik sedang 3 Pendidikan


10 27,0
minimal 30 menit/hari. Pertemuan keempat Dasar (SD & SMP)
14 37,8
Menengah (SMA)
13 35,1
dilakukan di rumah responden secara individu
dengan metode demontrasi dan redemonstrasi
Berdasarkan tabel 1 di atas sebagian besar
selama 30 – 40 menit dengan materi cara
responden dengan kelompok umur dewasa
mengukur tekanan darah di rumah. Tahapan
dengan dewasa awal dan dewasa akhir 62,1%,
terakhir dilakukan posttest 1 kali pada setiap
jenis kelamin perempuan 89,2% dan tingkat
responden.
pendidikan menengah dan tinggi 72,9%.
Analisis data meliputi analisis univariat dan
Skor pretest dan posttest didapatkan nilai rata-
analisis bivariat menggunakan uji statistik
rata (mean) pengetahuan 46,62 (SD. 13,746)
Paired t-test pada confidence interval 90%
dan 69,86 (13,307), sikap 80,16
(α=10%) setelah melakukan uji normalitas
(9,677) dan 88,05 (9,375), keterampilan 20,72
data menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov Z (21,30) dan 86,49 (17,50).
dengan hasil untuk seluruh variabel pada
pretest dan posttest paling rendah adalah 0,1 Perbedaan nilai rata-rata pengetahuan, sikap
dan paling tinggi adalah 0,756 atau lebih dan keterampilan responden pretest dan
besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan posttest disajikan pada Tabel 2.
data terdistibusi normal.

115
Jurnal Ilmu Keperawatan
Mardhiah
Tabel 2. Perbedaan Nilai Rata-Rata
ini sejalan dengan penelitian sebelumnya
Pengetahuan, Sikap dan
Keterampilan Responden Pretest (Purwati, et al., 2014) terdapat pengaruh
dan Posttest

Min
penyuluhan kesehatan terhadap peningkatan
Mea
P
Variabel Mean SD - n pengetahuan klien hipertensi.
Differ Value
Ma
ence
x
Penelitian Beigi, et al., (2014), menunjukkan
Pengetahuan
Pretest 13,7 20-
46, bahwa program pendidikan efektif dalam
6 46 75 -
meningkatkan pengetahuan, meningkatkan
40- 23,24
2 13,3
0,0001

Posttest
69,
8

6 07 95
manajemen diri, dan mengendalikan kebiasaan
Sikap

Pretest 9,6 62-


80 gaya hidup yang merugikan pasien dengan
, 7
94 -
1 7 hipertensi. Hasil penelitian Roca, et al., (2003)
64- 7,892
6 9,3 0,0001
7
Posttest
88
,
0

5 5 98
bahwa program pendidikan hipertensi dapat
Keterampilan

Pretest -
21, 0- berguna dalam meningkatkan pengetahuan
20, 3
7 tentang hipertensi.
100 65,77
0 0,000
33,
2 1 Penelitian Susanti, et al., (2012) menunjukkan
3
17,
Posttest 5
86 -
, 100
0
4

9 menunjukkan ada pengaruh pendidikan kesehatan


Nilai rata-rata (mean) pengetahuan responden terhadap peningkatan pengetahuan
pretest 46,62 dan posttest 69,86 (0,0001) keluarga dengan hipertensi. Nilai rata-rata

116
Jurnal Ilmu Keperawatan
Mardhiah

(mean) sikap responden pretest 80,16 dan


posttest 88,05 (0,0001) menunjukkan ada
pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
peningkatan sikap keluarga dengan
hipertensi.
Nilai rata-rata (mean) keterampilan
responden

117
Jurnal Ilmu Keperawatan
Mardhiah
pretest 20,72 dan posttest 86,49 (0,0001)
bahwa ada pengaruh yang signifikan antara
menunjukkan ada pengaruh pendidikan
pemberian pendidikan tentang hipertensi
kesehatan terhadap peningkatan keterampilan
terhadap peningkatan pengetahuan mengelola
keluarga dengan hipertensi.
hipertensi. Hasil penelitian Bayo (2008) bahwa

Pembahasan ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap

Penelitian ini menemukan ada pengaruh pengetahuan klien tentang cara pencegahan

pendidikan kesehatan terhadap peningkatan hipertensi.

pengetahuan keluarga dengan hipertensi. Hal


Proses belajar dalam pendidikan kesehatan
merupakan proses terjadinya perubahan
kemampuan pada subjek belajar dengan
keluaran yang diharapkan adalah kemampuan
sebagai hasil perubahan perilaku dari sasaran
didik (Notoatmodjo, 2010). Peningkatan
pegetahuan yang terjadi setelah diberikan
pendidikan kesehatan merupakan salah satu
aspek kemampuan yang dicapai oleh sasaran
didik sebagai akibat adanya proses belajar.

118
Jurnal Ilmu Keperawatan
Mardhiah

Pendidikan kesehatan merupakan aktifitas


Ali (2000) bahwa penyuluhan kesehatan
pembelajaran yang dirancang oleh perawat
adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan
sesuai kebutuhan klien. Pencapaian tujuan
dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan
pendidikan kesehatan akan lebih mudah
keyakinan, sehingga orang tidak saja sadar,
dengan penggunaan media pembelajaran yang
tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa
sesuai dan dapat meningkatkan kemudahan
melakukan suatu anjuran yang ada
penerimaan informasi. Menurut Nies dan
hubunganya dengan kesehatan.
McEwen (2001) penggunaan alat bantu berupa
Menurut Notoatmodjo (2010) bahwa
tulisan akan lebih menghasilkan peningkatan
pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan
pengetahuan daripada dengan kata-kata.
ini terjadi setelah orang melakukan

Pendidikan kesehatan tentang perawatan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

hipertensi dilakukan dengan menggunakan Penginderaan terjadi melalui pancaindera

media berupa power point dan booklet. seseorang. Pengetahuan merupakan domain

Notoatmodjo (2010) menjelaskan bahwa yang sangat penting untuk terbentuknya

kurang lebih 75% dari pengetahuan manusia tindakan seseorang.

diperoleh melalui mata, sedang sisanya


Berdasarkan uraian tentang hasil penelitian
melalui indera yang lain. Dengan
dan teori-teori terkait tersebut di atas, maka
menggunakan power point dan booklet,
dapat diasumsikan bahwa pendidikan
informasi yang disampaikan melalui mata
kesehatan tentang perawatan hipertensi pada
lebih banyak, sehingga informasi akan lebih
keluarga dengan hipertensi memiliki pengaruh
mudah diterima oleh keluarga.
yang positif terhadap peningkatan pengetahuan

Berdasarkan hasil penelitian ini pendiddikan keluarga dalam merawat anggota keluarga

kesehatan efektif untuk meningkatkan yang menderita hipertensi di rumah.

pengetahuan keluarga tentang perawatan


Namun demikian diketahui bahwa sebelum
hipertensi di Kemukiman Bluek Grong-grong
diberikan pendidikan kesehatan tentang
Kecamatan Indrajaya Kabupaten Pidie. Hal ini
hipertensi, responden telah memiliki
dimungkinkan karena responden juga sudah
pengetahuan tentang hipertensi yang dapat
merawat keluarganya yang menderita
dilihat dari mean skor pretest pengetahuan
hipertensi dan materi pendidikan kesehatan
yaitu 46,62 artinya bahwa responden sudah
diberikan dengan metode ceramah dan
pernah memperoleh informasi tentang
menggunakan media power point dan booklets
hipertensi dari petugas kesehatan, televisi,
sehingga responden dapat memahami pesan
surat kabar ataupun buku bacaan.
dengan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat

119
Jurnal Ilmu Keperawatan
Mardhiah

Selanjutnya, penelitian ini menemukan ada


atau evaluasi terhadap suatu objek; dan
pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
kecenderungan untuk bertindak.
peningkatan sikap keluarga dengan hipertensi.
Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya Berdasarkan uraian tentang hasil penelitian di
(Susanti, et al., 2012) bahwa ada pengaruh atas, maka dapat diasumsikan bahwa sikap
yang signifikan antara pemberian pendidikan keluarga dalam merawat anggota keluarga
kesehatan dan sikap baik sebelum dan sesudah yang menderita hipertensi sangat dipengaruhi
diberikan pendidikan kesehatan tentang oleh pemahaman keluarga tersebut tentang
hipertensi terhadap sikap dalam mengelola tatacara perawatan hipertensi di rumah yang
hipertensi. dapat diperoleh melalui pendidikan kesehatan.
Pendidikan kesehatan tentang perawatan
Penelitian Ludianita, 2013 menunjukkan
hipertensi pada anggota keluarga dapat
terdapat interaksi pengaruh pendidikan
memberikan informasi yang dibutuhkan
kesehatan dan sikap terhadap perilaku
keluarga yang dapat meningkatkan
penderita hipertensi. Penelitian Widyasari, et
pengetahuan keluarga sehingga keluarga dapat
al., (2010) menunjukkan peningkatan yang
menentukan sikap yang lebih baik dalam
signifikan secara statistik dalam pengetahuan
perawatan hipertensi anggota keluarga.
dan sikap sebelum dan sesudah pendidikan.
Hasil penelitian Songjanan, et al., (2013) Namun demikian diketahui bahwa sebelum
bahwa ada perbedaan sikap yang bermakna diberikan pendidikan kesehatan tentang
antara sebelum dan setelah diberikan hipertensi, responden telah memiliki sikap
pendidikan kesehatan. yang baik tentang hipertensi yang dapat
dilihat dari mean skor pretest sikap yaitu
Menurut Notoatmodjo (2010) sikap adalah
80,16 artinya bahwa responden sudah pernah
respon tertutup seseorang terhadap stimulus
memperoleh informasi tentang hipertensi dari
atau objek tertentu yang sudah melibatkan
petugas kesehatan, televisi, surat kabar
faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan
ataupun buku bacaan.
(senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-
tidak baik dan sebagainya). Dalam
Selanjutnya, penelitian ini menemukan ada
menentukan sikap yang utuh, pengetahuan,
pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
pikiran, keyakinan dan emosi memegang
peningkatan keterampilan keluarga dengan
peranan penting. Menurut Notoatmodjo (2010)
hipertensi. Penelitian yang dilakukan oleh
sikap mempunyai tiga komponen pokok yaitu
Ludianita (2013) menunjukkan terdapat
kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep
pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
terhadap suatu objek; kehidupan emosional
perilaku penderita hipertensi. Hasil penelitian

120
Jurnal Ilmu Keperawatan
Mardhiah

Baghianimoghadam, et al., (2009) bahwa


Penelitian Jafar, et al., (2010) menunjukkan
program pendidikan kesehatan dapat
hasil bahwa keluarga berdasarkan pendidikan
membantu dan diperlukan untuk meningkatkan
kesehatan di rumah secara signifikan
perilaku monitoring tekanan darah sendiri
memperbaiki peningkatan tenanan darah. Hasil
pada pasien dengan hipertensi. Hasil penelitian
penelitian Park, et al., (2010) menunjukkan
Foroushani, et al., (2014), bahwa terdapat
setelah intervensi tekanan darah pada
pengaruh yang signifikan antara promosi
kelompok eksperimen menurun secara
kesehatan terhadap perubahan gaya hidup
signifikan dibandingkan kelompok kontrol.
Lansia dengan penyakit kronis.
Hasil penelitian Saldana, et al., (2013) bahwa
Penelitian Oliveria, et al., (2005) menunjukkan
intervensi pendidikan terstruktur berdasarkan
bahwa, meskipun pengetahuan umum dan
kebutuhan individu diidentifikasi, ditambah
kesadaran hipertensi memadai, pasien tidak
dengan pemberdayaan individu dan
memiliki pemahaman yang komprehensif
pemantauan dilakukan oleh para profesional
tentang kondisi ini. sehingga diperlukan
keperawatan, memungkinkan untuk mencapai
program pendidikan pasien dan intervensi
perilaku permanen sehubungan dengan
pada risiko kardiovaskular yang terkait dengan
perawatan diri, memfasilitasi pengetahuan diri
hipertensi tidak terkendali, terutama
dan perubahan pola perilaku, selain
peningkatan kadar tekanan darah sistolik.
penguasaan keterampilan dan pengetahuan.
Penelitian Xue & Lewin (2008) menunjukkan Menurut Notoatmodjo (2010) hasil pendidikan
ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap orang dewasa adalah perubahan kemampuan,
manajemen diri pasien dimana terjadi penampilan atau perilakunya, perubahan
perubahan yang singnifikan pada gaya hidup perilaku didasari adanya perubahan atau
pasien setelah menjalani 4 kali pendidikan penambahan pengetahuan, sikap, atau
selama 5 minggu. Hasil penelitian Wang & keterampilannya.
Abbott (2001) menunjukkan bahwa program-
Berdasarkan uraian tentang hasil penelitian
program pendidikan, dukungan keluarga dan
dan teori-teori terkait tersebut di atas, maka
layanan kesehatan telah dapat menurunkan
dapat diasumsikan bahwa pendidikan
tekanan darah pada 80% dari peserta dengan
kesehatan tentang perawatan hipertensi pada
hipertensi dan dapat menurunkan kadar
keluarga memiliki pengaruh yang positif
glukosa darah sampai dengan rata-rata 57,86
terhadap peningkatan keterampilan keluarga
gr/dl pada 80% dari peserta dengan diabetes
dalam merawat anggota keluarga yang
mellitus dalam waktu satu tahun
menderita hipertensi di rumah khususnya
keterampilan tentang cara mengukur tekanan

121
Jurnal Ilmu Keperawatan
Mardhiah

darah. Pendidikan kesehatan tentang cara


Referensi
mengukur tekanan darah yang dilakukan
Ali Z., (2000). Dasar-dasar keperawatan
dengan metode demonstrasi dan redemonstrasi profesional, Jakarta: Widya Medika.
yang dapat diamati dengan mata dapat
meningkatkan kemampuan atau keterampilan
Baghianimoghadam, M.H., Rahaee, Z.,
keluarga dalam mengukur tekanan darah Morowatisharifabad, M.A., Sharifirad,
anggota keluarga sehingga keluarga dapat G., Andishmand, A., & Azadbakht, L.
(2009). Effect of education on self-
memantau tekanan darah anggota keluarga monitoring of blood pressure based on
yang mengalami hipertensi setiap hari. BASNEF model in hypertensive
patients. Journal of Research in
Medical Sciences, 15(2), 70-77.
Disamping itu juga dengan memiliki
keterampilan mengukur tekanan darah,
Bayo, M.B., (2008). Pengaruh pendidikan
seseorang juga sudah memahami tentang kesehatan terhadap pengetahuan klien
tekanan darah sistolik dan diastolik sehingga tentang cara pencegahan hipertensi di
akan termotivasi untuk memeriksa tekanan kelurahan tijomoyo semarang.

darah anggota keluarga yang mengalami


hipertensi secara rutin dan menggunakan Beigi, M.A., Zibaeenezad M.J., Aghasadeghi
K., Aghasadeghi, K., Jokar, A.,
fasilitas pelayanan kesehatan.
Shekarforoush, S., & Khazraei, H.
(2014). The effect of educational
Kesimpulan program on hypertension management.
Berdasarkan hasil penelitian dapat International Cardiovascular Research
Journal, 8(3) 94-98.
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
pendidikan kesehatan terhadap peningkatan Branch, W.T., Alexander R.W., Schlanta R.C., &
pengetahuan, sikap dan keterampilan keluarga Hurst J.W. (2000). Cardiology in
primary care. New York: McGraw-Hill
dengan hipertensi.
Companies.
Ucapan Terima Kasih
Ucapan terima kasih saya atas kerjasama yang Dinkes Aceh, (2013). Profil kesehatan aceh
baik kepada Kepala Puskesmas Indrajaya dan tahun 2012
staf serta seluruh keluarga klien hipertensi
yang telah berpartisipasi. Dinkes Pidie, (2014). Laporan tahunan 2012

dan 2013

Foroushani, A.R,, Estebsari, F., Mostafaei, D.,


Ardebili, H.E., Shojaeizadeh, D.,
Dastoorpour, M., et al. (2014). The
effect of health promoting intervention
on healthy lifestyle and social support
in elders: a clinical trial study. Iranian
122
Jurnal Ilmu Keperawatan
Mardhiah
Red Crescent Medical Journal, 16
(8).

Friedman, M.M. (2010). Buku ajar


keperawatan keluarga: riset, teori, &
praktik/ Marilyn M. Friedman,
Vicky

123
Jurnal Ilmu Keperawatan
Mardhiah
R, Bowden, Elaine G. Jones; Jakarta: Pharm, C.D & Hill, M.N. (2005).
EGC Hypertension knowledge, awareness, and
attitudes in a hypertensive population,
Jafar, T.H., Islam, M., Hatcher, J., Hashmi, S., Journal of General Internal Medicine, 20
Bux, R., Khan, A., et al, (2010). (3).
Community based lifestyle intervention
for blood pressure reduction in children
and young adults in developing
country, BioMedical Journal, 340.

Kemenkes RI, (2013). Riset kesehatan dasar


(Riskesdas) tahun 2013

Kemenkes RI, (2007). Riset kesehatan dasar


(riskesdas) tahun 2007.

Levine G.N., (2010). Cardiology secrets,


Philadelphia, Mosby Elsevier

Ludianita, O, (2013). Pengaruh pendidikan


kesehatan terhadap perilaku penderita
hipertensi ditinjau dari aspek sikap
tentang hipertensi di Desa Malasan
Kecamatan Durenan Kabupaten
Trenggalek. Tesis.
http:/pasca.uns.ac.id/?p=3506 diakses
tanggal 16 Juni 2014.

Nies, M.A., & McEwen, M, (2001).


Community health nursing: Promoting
the health of population (3rd ed.), USA:
W.B. Saunders Company.

Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu perilaku


kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2010). Promosi kesehatan


teori dan aplikasinya edisi revisi,
Jakarta: Rineka Cipta.

Oliveria, S.A., Chen, R.S., McCarthy, B.D.,


124
Jurnal Ilmu Keperawatan
Mardhiah

Park, Y.H., Song M., Cho B., Lim, J., Song, Smeltzer, S.C., & Barre, B.G., (2002). Buku ajar
W., & Kim, S. (2010). The effect of keperawatan medikal-bedah Brunner
integrated health education and
& Suddarth. Jakarta: EGC.
exercise program in community-
dwelling older adults with
hypertension: a randomized
controlled trial, Patient Eduation and Songjanan, M.E., Marlinah., Hasifah, (2013).
Cunseling Journal, 10 (1016). Pengaruh pendidikan kesehatan tentang

Purwati, R.D., Bidjuni, H., & Babakal, A.,


(2014). Pengaruh penyuluhan
kesehatan terhadap pengetahuan
perilaku klien hipertensi

di puskesmas bahu manado, Journal


Unsrat.

Puskesmas Indrajaya, (2014). Daftar


kunjungan pasien

Rahajeng, E., & Tuminah, S. (2009).


Prevalensi hipertensi
dan
determinannya di indonesia;
Biomedical and Pharmacytical
Research and Development Center
National Institute of Health Research
and Development.

Roca, B., Nadal, E., Rovira, R.E., Valls, S.,


Lapuebla, C., & Lloria, N. (2003).
Usefulness of a hypertension
education program, Southern Medical
Journal, 96 (11).

Saldana, D.M, Rodriquez S.M., Beltran, L.F,


Velasco, M.P., Umama, J.M.,
Martinez, M.A., et al. (2013). Efecto
de un plan educativo en la cappacidal
de agencia de autocuidado del
paciente con hypertension arterial.
Aquichan ISSN 1657-599, 13(3),
363-372.

124
Jurnal Ilmu Keperawatan
Mardhiah

hipertensi kehamilan terhadap sikap


pemeliharaan tekanan darah ibu hamil
di puskesmas debut kabupaten maluku
tenggara, e-library
stikes
nanihasanuddin-merlinelis-212-1-
artikel, 9(2), 2302-1721.

Susanti, M.T, Suryani, M, & Shobirun, (2012).


Pengaruh pendidikan kesehatan tentang
hipertensi terhadap pengetahuan dan
sikap mengelola hipertensi di
puskesmas pandanaran semarang.

Wang, C.Y., & Abbott, L.J, (2001).


Development of a community-based diabetes
and hypertension preventive program, Public
Health Nursing, 15(6).

Widiani, R. (2013). 32 persen orang Indonesia


sakit hipertensi.

http://health.kompas.com/read/2013/04/
04/15544899 diakses tanggal 5 Mei
2014

Widyasari, F., Candrasari, D., & Anika,


(2010). Pengaruh pendidikan tentang
hipertensi terhadap perubahan
pengetahuan dan sikap lansia
di desa makam haji kartasura
sukoharjo, Journal UMS.

Xue, F, Yao, W., & Lewin, R.J., (2008). A


randomised trial of a 5 week, manual
based, self-management programme
for hypertension delivered in cardiac
patient club in shanghai, BMC
Cardiovascular Disorder Journal, 8(10),
1471-2261.

125

Anda mungkin juga menyukai