Oleh :
Ellsa Aviana
OLEH :
ELLSA AVIANA
NIM : 01.18.014
ii
PERSETUJUAN PROPOSAL SKRIPSI
Dengan Judul:
Oleh:
Ellsa Aviana
NIM.01.80.014
Oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Yufi Aris Lestari, S.Kep., Ns.,M.Kes Dr. Yulianto, S.Kep., Ns., M.Mkes
NPP. 10.02.182 NPP. 10.02.045
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
iii
Dengan judul:
Oleh:
Ellsa Aviana
NIM: 01.18.014
Tim Penguji
Mengesahkan,
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dian Husada
Ketua
SURAT PERNYATAAN
iv
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :
Peneliti
Materai 10000
Ellsa Aviana
NIM: 01.18.014
v
KATA PENGANTAR
3. Yufi Aris Lestari, S.Kep., Ns.,M.Kes. selaku pembimbing I Skripsi yang telah
bersedia meluangkan banyak waktu untuk membimbing, mengarahkan,
memberikan motivasi dan semangat demi terselesaikannya proposal skripsi
ini.
4. Dr. H. Yulianto, S.Kep., Ns., M.MKes selaku pembimbing II Skripsi yang
dengan sabar membimbing, memotivasi dan mengarahkan serta banyak
meluangkan waktunya, membimbing penulis baik dalam perkuliahan maupun
dalam menyusun skripsi ini sampai selesai pada waktunya.
vi
7. Rekan mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan angkatan 2018 Dian
Husada Mojokerto.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu baik langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian Skripsi.
9. Semua pihak yang telah memberikan bantuan moral maupun material yang
tidak dapat disebutkan satu persatu, terutama untuk para responden yang
bersedia bekerjasama dan meluangkan waktunya demi terealisasinya
penelitian ini.
Ellsa Aviana
NIM: 01.18.014
vii
MOTTO
viii
LEMBAR PERSEMBAHAN
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
DAFTAR SINGKATAN, ARTI LAMBANG, DAN ISTILAH
Daftar Singkatan
Ns. : Ners
S1 : Sarjana
penelitian
populasi
% : Tanda Persen
xiii
() : Tanda Kurung
, : Tanda Koma
. : Tanda Titik
: Tanda Hubung
? : Tanda Tanya
“ : Tanda Petik
xiv
BAB 1
PENDAHULUAN
atau menyeluruh yang terdiri atas unsur biologis, psikologis, sosial dan
spiritual. Pada lansia, terdapat beberapa unsur terabaikan dan tidak terpenuhi
Lanjut usia (lansia) merupakan seorang yang telah mencapai usia 60 tahun
(Kemenkes RI, 2016). Pendekatan yang harus terpenuhi pada lansia diantara
unsur diatas adalah pada aspek spiritual dan sosial. Kebutuhan spiritual
merupakan kebutuhan untuk mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk
harapan dalam hidup, keterikatan antara diri sendiri, orang lain dan
dan didefinisikan dalam berbagai bentuk . Meskipun secara umum tidak ada
secara psikologis individu harus memiliki suasana hati dan emosi yang positif
xv
pekerjaan; keluarga); dan berfungsi secara positif (memiliki otonomi; makna
dan tujuan hidup) (Hupert & So, 2013; Diener et al., 2010).
kawasan Asia Tenggara populasi lansia sebesar 8 persen atau sekitar 142 juta
jiwa. Pada tahun 2000 jumlah lansia sekitar 5,300,000 7,45% dari total
polulasi, sedangkan pada tahun 2010 jumlah lansia meningkat 9,77% dari
banyak sekitar satu persen yakni 9,47%, pada pola serupa juga terjadi jika
mereka miliki, baik jenis kelamin, tipe daerah maupun kelompok umur
dimana lansia Indonesia didominasi oleh lansia perempuan, umur 60-69 tahun
(BPS, 2017).
penduduk. Hal ini menunjukkan bahwa Jawa Timur termasuk daerah dengan
2016). Saat ini jumlah lansia di Kota Surabaya mencapai 46.577 lansia, dan
meningkat tajam dari tahun sebelumnya yang hanya sebesar 42.000 lansia
fisik, psikologis, spiritual yang terjadi pada lansia karena tingginya harapan
hidup, masalah social dan kesehatan pada lansia juga meningkat. Masalah
kesehatan yang muncul berupa fisik maupun psikologis. Masalah fisik seperti
gangguan tidur, dan depresi. Salah satu masalah psikologis yang dihadapi
ketika berusia 60 tahun, akan tetapi saat ini banyak ditemukan penurunan
fungsi kognitif pada individu mulai usia 50 tahun ke atas, Penurunan fungsi
kognitif dapat dicegah dengan sering melakukan kontak atau interaksi social
Kabupaten Mojokerto.
xvii
1.2 Rumusan Masalah
Mojokerto ?
Pada penelitian ini ruang lingkup masalah ditujukan pada seluruh lansia
xviii
1.3.2 Tujuan Khusus
Kabupaten Mojokerto.
1.4.1 Teoritis
psikologis.
dilakukan oleh pihak lain yang tertarik untuk meneliti fenomena dengan
1.4.2 Praktis
1. Bagi Mahasiswa
xix
2. Bagi masyarakat lansia
akan datang.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Spiritualitas
kata sifat dalam bahasa Indonesia sebagai kata serapan dari bahasa Inggris. Kata
bendanya, spirit, berasal dari bahasa Latin spiritus atau spiritualis yang artinya
berdekatan dengan kata roh atau ruh, yang pengertian bahasanya adalah nafas.
Spiritualitas berasal dari bahasa Inggris yang berarti segala sesuatu yang bukan
jasmani, tidak bersifat duniawi dan bukan cara-cara yang bersifat materialistik
(Syamsudin & Azman, 2012:113). Mac Donald (2001) menjelaskan kata spiritual
itu sendiri bisa berarti sesuatu yang berhubungan dengan spirit, yang suci, dan
xx
fenomena atau makhluk supranatural. Spiritualitas adalah proses dari keberadaan
manusia dan kekuatan besar dalam mencari makna dan tujuan dari hidup.
Skalla & McCoy (2006) Spiritualitas tidak hanya bergantung pada kepemilikan
mendorong individu dalam mencari makna dan tujuan hidup, sebagai ciri
spiritual merupakan sifat dasar manusia, yakni makhluk yang secara mendasar
Sifat ini menunjuk kepada sosok manusia yang dekat dan sadar akan diri dan
Tuhannya. Selain itu istilah spiritual mengait pendekatan manusia pada Tuhannya
yang berasal dari kesadaran diri untuk mendekatan diri pada TuhanNya.
xxi
Berdasarkan definisi yang disebutkan beberapa tokoh di atas dapat ditarik
alamiah utama manusia yang mengarahkan manusia pada makna dan tujuan hidup
sekaligus dapat menjadi standar kesehatan individu. Selain itu spiritulitas juga
Artikel Haidar Baghir dalam website Mizan pada kolom dari CEO/Haidar
menyatakan bahwa, “Dari spiritualitas lahir moralitas dan rahmat (cinta kasih)
dengan perilaku atau sikap tertentu dari seorang individu. Menjadi seorang
spiritual berarti menjadi seorang yang terbuka, memberi dan penuh kasih.
melibatkan cara seseorang melakukan sesuatu yang terlihat secara kasat mata
seseorang dan kondisi spiritual dalam diri orang tersebut. Spiritualitas dapat
memanggil kita melampaui kebutuhan diri sendiri dan kepedulian terhadap orang
partisipasi religius adalah mungkin untuk mengadopsi bentuk luar dari ibadah dan
xxii
doktrin keagamaan tanpa memiliki hubungan yang kuat dengan yang transenden
indikator dari seberapa besar perasaan cinta kasih yang dimiliki seseorang selain
dapat mempengaruhi komunikasi dan dapat menjadi tolak ukur kualitas hubungan
bervariasi, dan mengarah pada tujuan, nilai dan pemberian makna, baik dan etis,
Prasetyo (2016:20) aspek kognitif atau filosofi meliputi pencarian arti, tujuan dan
keberadaan maupun pengalaman yang terjadi pada dirinya. Di sisi lain seseorang
yang secara universal dialami oleh individu sebagai konstruksi sposial yang terus
multidimensional yang dimaksudkan adalah gejala sosial yang terjadi dan dialami
xxiii
oleh masyarakat yang dapat diterangkan serta dinilai dari berbagai dimensi secara
hubungan integral dengan orang lain berdasar rasa hormat yang mendalam pada
lingkungan dan kepercayaan bahwa bumi itu suci. Hal yang mengandung makna
bahwa tidak ada yang saling menyakiti dan harus saling menghormati.
alamiah yang dimiliki oleh semua manusia yang akan bekerja aktif dengan
manusia pada sikap dan tindakan yang bijaksana. Spiritualitas juga merupakan
alat yang dirancang khusus bagi manusia untuk selalu rindu kepada Tuhannya dan
di dunia.
Taylor, (1997); Carven & Hirnle (1996); Hamid (2000) dalam Yusuf, Nihayati,
a. Tahap perkembangan
berfungsinya panca indera. Sejak bayi dilahirkan apa yang didengar, dilihat,
dicium, dan diraba akan disimpan dalam memori dan akan terus berkembang
xxiv
dalam menjalani tahap tumbuh kembang berikutnya. Konsep baik dan buruk,
boleh atau tidak, pantas atau tidak, sudah mulai dipelajari pada fase ini,
kepada orang lain, bahkan kehidupan untuk diri sendiri. Oleh karena itu keluaga
keluarganya.
Etnik adalah seperangkat keadaan atau kondisi spesifik yang dimiliki oleh
sosial sesuai dengan ide, gagasan, dan hasil karya yang diperoleh dari pengalaman
belajar dan tata karma yang dikembangkan. Budaya merupakan suatu yang
maupun adat istiadat. Budaya ini yang akan dijalani dan diajarkan kepada generasi
berikutnya.
Sikap, keyakinan dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan sosial
budaya. Pada umumnya seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual
keluarga.
xxv
d. Pengalaman hidup sebelumnya
Craven & Hirnle (1996) menyatakan perubahan dalam kehidupan dan krisis yang
merasa terisolasi dan kehilangan kebebasan pribadi dan system dukungan sosial.
Kebiasaan hidup sehari-hari juga berubah, antara lain tidak dapat mengahdiri
acara resmi, mengikuti kegiatan keagamaan atau tidak dapat berkumpul dengan
keluarga atau teman dekat yang bisa memberikan dukungan setiap saaat
diinginkan.
xxvi
Isu moral terkait dengan terapi ini masih terus berjalan meskipun sudah ada
pemisahan dan orientasi yang tegas dari pengobatan modern dan pengobatan
paradoksial berbasis pada kombinasi pikiran (mind), tubuh (body), spirit dengan
berjalan dan tetap berkembang sesuai karakter masyarakat dengan tokoh yang
mengembangkan.
Spiritualitas tidak hanya dipengaruhi dari kondisi individu sendiri akan tetapi
tinggal. Selain itu situasi spiritual dalam ranah kesehatan dan keilmuan yang
e. Masa bayi
untuk mengenal arti spiritual yang wajib diberi stimulasi untuk mengukir memori
terbaik. Pada fase oral bayi mengembangkan sikap percaya atau tidak kepada
penunh percaya, toleransi, rasa aman, dan penuh peneriman maka ia akan belajar
xxvii
sabar, percaya diri, menghargai orang lain dan mengembangkan kasih sayang.
Apabila stimulus yang diberikan pengasuh atau orangtua bayi merupakan stimulus
yang kurang baik seperti tidak segera memberi asi saat ia menangis karena haus
tingkat spiritualnya tinggi seperti mudah marah, merasa bersalah, dan suka
berkelahi.
Usia anak awal yakni (usia 18 bulan sampai 3 tahun) stimulasi pertumbuhan
kognitif telah berkembang lebih besar. Anak mulai bisa menirukan ucapan orang-
orang disekitarnya. Baik bagi anak bila sudah diajarkan untuk membaca bacaan
do’a-do’a
Pada usia pra sekolah (3 sampai 6 tahun) berhubungan erat dengan kondisi
penyeimbang antara tututan kebutuhan yang dibawa sejak lahir (id) dan
tuntutan kebutuhan yang sesuai dengan usia perkembangan (ego). Anak mulai
dengan norma keluarga. Anak sudah mampu membandingkan salah dan benar
lain. Pada masa perkembangan ini penting bagi orang tua untuk mengenalkan
Tuhan yang abstrak dan mulai mengajarkan ritus seperti saling memberi dan
memaafkan sebagai suntikan pemahaman bahwa hidup harus saling berbagi yang
xxviii
g. Usia sekolah
Usia sekolah (usia 6-12 tahun) merupakan masa yang paling banyak
mengalami peningkatan kualitas kognitif pada anak. Pada fase ini sudah bisa
h. Remaja
Masa remaja (12-18 tahun) merupakan masa dimana seseorang belum dapat
mengambil keputusan dan tindakan secara mandiri karena amsih bergantung pada
membuat orang tuanya tetap harus mengkontrol dan membimbingnya untuk tetap
i. Dewasa muda
seluruh potensi intelektual, bakat, minat dan dan ketrampilan yang telah di
kemampuan, dan kemauan menjadi penentu keberhasilan. Pada usia ini spiritual
bukanlah titik tuju utama yang didalami oleh seseorang, tetapi orang pada usia ini
kemapanan untuk kehidupan dimasa selanjutnya. Peran orang tua pada masa ini
xxix
pun tetap penting untuk menguatkan prinsip dan batasan-batasan mengenai
j. Dewasa pertengahan
dapat pula di sebut sebagai masa klimakterium atau masa-masa kritis dalam
rancangan tentang keluarga dan atau rumah tangga, pendidikan anak, keuangan,
bisnis, pekerjaan dan peran sosial tidak lagi dianggap sebagai percobaan. Pada
pada masa dewasa pertengahan sudah menggunakan keyakinan moral, agama dan
etik sebagai dasar dari sistem nilai. Pengevaluasian berbagai hal seperti
k. Dewasa akhir
Pada usia sekitar 38-56 tahun. Usia ini merupakan puncak pertumbuhan fisik
manusia. Setelah itu perlahan semua kondisi fisik akan menurun. Kondisi ini akan
berpengaruh terhadap peran dan hubungan dirinya dengan lingkungan. Pada usia
ini memiliki hubungan yang lebih intim dengan alam, manusia, dan Tuhan Lazim
terjadi. Mereka pada usia dewasa akhir orang cenderung meningkatkan kualitas
hidup mengingat waktu yang dimiliki dengan introspeksi dan mengkaji kembali
dimensi spiritualnya.
l. Lanjut usia
xxx
Usia 56 tahun sampai kematian merupakan periode akhir dalam rentang
dan fisik seperti ini orang sangat membutuhkan keterbiasaan diri mengelolah
di bangun oleh agama, keyakinan, intuisi, pengetahuan, cita yang tulus, rasa
lain, alam, dan hubungan dengan Tuhan (Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995;
xxxi
Fase-fase perkembangan spiritual manusia di atas menunjukan proses pencapaian
pengalaman spiritual yang dialami manusia. Pada masa bayi hingga remaja
perkembangan spiritual masih sampai pada tahap bimbingan dari orang tua,
namun pada masa dewasa awal hingga lanjut usia perkembangan spiritual sudah
mulai di dasari oleh kesadaran akan kebutuhannya pada Tuhan sebagai causa
dengan kategori usia remaja ke bawah kesadaran manusia tidak sebesar seperti
pada fase dewasa tetap saja seluruh tahap perkembangan manusia tidak lepas dari
cakupan spiritual.
agama memberikan efek positif pada pasangan dengan keyakinan agama yang
dengan dukungan spiritual memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mengatasi
mencegah efek-efek buruk dari konflik rumah tangga serta memediasi terjadinya
a. Merasa yakin bahwa hidup sangat bermakna. Hal ini mencakup rasa
xxxii
b. Memiliki sebuah komitmen terhadap aktualisasi potensi-potensi positif
dalam setiap aspek kehidupan. Hal ini mencakup kesadaran bahwa nilai-
akan musibah dalam kehidupan dan tersentuh oleh penderitaan orang lain.
menguntungkan. Hal ini mencakup perasaan bahwa segala hal dalam hidup
adalah suci.
Spilika dalam Dale dan Daniel (2011) membagi konsep spiritualitas kedalam 3
bentuk yakni :
teologis atau atas wahyu dari Tuhan. Ini dapat ditemukan pada hampir
ekologi dan alam. Mungkin The Secret, yang banyak sekali menyinggung
perihal harmoni alam dengan pikiran. manusia, bahwa alam adalah medan
magnet yang akan merespon segala pikiran manusia, karena itulah manusia
xxxiii
semesta memberikan umpan-balik yang positif juga menuju kehidupan
c. Spiritualistik humanistik.
dan kreativitas manusia pada puncak pencapain termasuk dalam hal ini
pencapaian prestasi.
1. Connection
beluk kehidupan yang tidak hanya dilakukan pada saat-saat stres saja. “Social
support dari Ilahi” dapat dirasakan dalam bentuk instrumental atau emosional
(Underwood, 2002).
Pengalaman spiritual dalam beribadah dalam aspek ini seperti bernyanyi dan
keterhubungan dengan Ilahi pada mereka yang tak memiliki sifat religious.
berbahaya atau dalam kondisi yang rentan terkena masalah dan perasaan-
keluar dari situasi yang sulit dan melakukan sesuatu yang biasanya mereka
4. Peace
yang ada di dalam batin. Rasa damai ini memiliki dimensi transenden yang
mungkin bisa dikatakan terpengaruh oleh suatu hal namun kedamaian yang
5. Divine help
individu seperti ilham, wahyu, petunjuk, atau bimbingan kepada dirinya dan
ini digambarkan paling mirip dengan kata “dorongan” dari Tuhan dan lebih
6. Divine guidance
Tuhan sebanyak beberapa kali sepanjang hari untuk melakukan satu hal dari
xxxv
pada melakukan hal yang lain. Umumnya, aspek ini bukan ditimbulkan oleh
tanggapan atas realitas terhadap prinsip namun lebih pada perasaan ingin
membiarkan diri sendiri di dorong Tuhan atau putus asa atas realitas. Dengan
kata lain divine guidance ini adalah berbagai tingkah laku individu yang
secara tidak kasat mata digerakkan oleh transenden di mana saat tingkah laku
2006).
merasakan cinta dari Tuhan secara langsung atau hanya secara konseptual
merasakannya. Cinta Ilahi baik secara langsung atau melalui hal yang lain
8. Awe
Kekaguman ini muncul dari fungsi inderawi ataupun batiniah manusia saat
(Underwood, 2006).
9. Thankfulness, appreciation
xxxvi
Rast (1984) dalam Underwood (2002) menyatakan terimakasih dianggap
sebagai komponen utama spiritualitas oleh banyak orang. Karena hal itu
menyeramkan.
spiritual. Aspek ini juga menggambarkan tentang cinta yang berpusat pada
kebaikan orang lain dan secara umum tidak berkonotasi pada diri sendiri
(Underwood,2006).
Sedangkan belas kasih (mercy) bermanfaat ketika orang lain berada dalam
dalam kehidupan sehari-hari. Rasa belas kasihan yang dirasakan bukan hanya
kesadaran kognitif bahwa belas kasih adalah sebuah sikap dengan kualitas
yang baik. Dasar penerimaan terhadap orang lain ini tidak sama dengan
pemaafan, yang mana ini didasarkan pada respon terhadap tindakan tertentu
dari sikap seorang dengan rasa belas kasih ketika mengahadapi mereka yang
pemikiran.
xxxvii
Lotfi (1998) dalam Underwood (2002) Penyatuan (union) dan kedekatan
(closeness) adalah konsep kunci dalam tradisi Muslim dan mungkin lebih
kesadaran semesta yang mengantarkan manusia pada suatu Dzat luar biasa
a. Makna hidup
kehidupan manusia.
b. Emosi Positif
xxxviii
kehidupan yang mendasari kemampuan bersikap dengan tepat.
c. Pengalaman spiritual
spesifik dan unik terkait hubungan dirinya dengan Allah SWT dalam
pelbagai tingkatannya.
d. Ritual
makna hidup dan dan ritual adalah dimensi yang berorientasi ke luar, hal
seseorang.
manusia ada tujuh tingkatan dari yang bersifat egoistik maupun yang suci
secara spiritual, yang dinilai bukan oleh manusia, namun langsung oleh
1. Nafs Ammarah
mengarah pada kejahatan. Pada tahap ini orang yang tidak dapat
xxxix
mengontrol dirinya dan tidak memiliki moralitas atau rasa kasih. Dendam,
kemarahan, ketamakan, gairah seksual, dan iri hati adalah sifat seseorang
yang muncul pada tahap ini. Pada tahap ini kesadaran dan akal manusia
2. Nafs Lawwamah
mengajak hal-hal dalam kejahatan maupun perilaku keji. Pada tahap ini,
ada tiga hal yang dapat menjadi bahaya, yaitu kemunafikan, kesombongan
dan kemarahan. Mereka tidak akan bisa bebas dari godaan setiap kali
beraktifitas.
beribadah yang benar- benar termotivasi dari cinta dan kasih sayang, serta
adanya pengabdian dan nilai-nilai moral. Tahap ini merupakan dari awal
keinginan maupun ego pada tahap ini, namun pada tahap ini motivasi dan
Pada tahap ini adalah kelembutan, kasih sayang, kreativitas dan perilaku
xl
tindakan moral merupakan perilaku yang umum. Secara keseluruhan orang
yang berada pada tahap ini, memiliki emosi yang matang dan menghargai
4. Nafs Muthma’innah
serta pergolakan pada tahap awal telah lewat. Kebutuhan dan ikatan lama
seseorang telah mencapai tingkat jiwa yang tenang. Dari segi perkembangan
tahap ini memasuki dalam periode transisi. Seseorang sudah mulai dapat
dalam beragama seperti diberi surga di atas dunia. Setiap kata-kata yang
spiritualnya.
5. Nafs Radhiyah
xli
Pada tahap ini seseorang tidak hanya tenang dengan dirinya
sendiri, namun juga tetap bahagia dan tegar melewati keadaan sulit,
Keadaan bahagia itu sendiri tidak bersifat hedonistik atau materalistik, dan
berbeda dengan hal yang biasa dialami seseorang yang berorientasi pada
penghindaran rasa sakit (paint principle). Ketika seseorang sampai pada tingkat
6. Nafs Mardhiyah
atau materalistik, dan berbeda dengan hal yang biasa dialami oleh seseorang
yang berbeda dengan hal yang biasa dialami seseorang yang berorientasi
dan penghindaran rasa sakit (paint principle). Ketika seseorang sampai pada
Namun sedikit orang yang dapat mencapai tahap ini. dalam segala
kejadian maupun cobaan adalah atas tindakan Allah yang mencintai mereka
xlii
dalam setiap situasi. Ketakwaan, kepasrahan, kesabaran, kesyukuran, dan
cinta kepada Allah SWT adalah cobaan dari Allah untuk menanggapinya
7. Nafs Safiyah
transedensi diri yang utuh. Tidak ada nafas yang tersisa, hanya penyatuan
“Tidak Ada Tuhan Selain Allah”, dan hanya keilahian yang ada, dan setiap
dengan suatu cara, sarana atau siasat yang berdasarkan ajaran Islam.
meliputi:
xliii
Hubungan dengan orang lain terdapat hubungan harmonis dan tidak
Sedangkan kondisi yang tidak harmonis yaitu konflik dengan orang lain.
Hubungan dengan orang lain lahir dari kebutuhan akan keadilan dan
kebaikan, menghargai kelemahan dan kepekaan orang lain, rasa takut akan
mengalami stres, maka orang lain dapat memberi bantuan psikologis dan
sosial.
Hubungan dengan Tuhan meliputi agama dan luar agama. Keadaan ini
hikmah dari satu kejadian atau penderitaan, menjalin hubungan yang positif
xliv
maupun dinamis, membina integritas personal dan merasa diri sendiri
terdiri dari 15 item, termasuk konstruksi seperti rasa takut, rasa syukur,
model dua faktor: Faktor 1 ditetapkan sebagai hubungan vertikal (Tuhan atau
Transenden), yang terdiri dari 12 item (misalnya, Pertemuan pada agama atau
orang lain), yang terdiri dari tiga item (misalnya, Saya merasa peduli tanpa
pamrih pada orang lain). Skala diukur pada 6 jenis skala Likert: 6 = berkali-
sekali-sekali, dan 1 = tidak pernah atau hampir tidak pernah, dengan skor:
Nilamastuti, 2016).
dan hampir setiap hari (5-6 kali/minggu) maka sudah jelas tingkat
xlv
spiritualitasnya akan tinggi, jika pengalaman spiritualitas yang dirasaka
xlvi
2.2 Kesejahteraan Psikologis atau Psychological Well Being (PWB)
dalam arti ini diukur berdasarkan keseimbangan antara afek positif dan negatif
(Bardburn; Diener & Larsen, dalam Widyasinta, 1997). Menurut Ryff (1989)
sejauh mana ia memiliki pemahaman yang jelas mengenai tujuan hidup dan memiliki
kebahagian dan keselarasan hidup dalam seluruh dimensi, baik dilihat dari dimensi
fisik, intelektual, sosial, spiritual, mental, okupasional (Michalos dalam Singh & Arora,
Ryff dan Singer (2006) mengemukakan enam dimensi dari kesejahteraan psikologis
yaitu :
memberikan penilaian yang tinggi pada individualitas dan keunikan diri sendiri.
Seorang individu dikatakan memiliki nilai yang tinggi dalam dimensi penerimaan diri
47
apabila ia memiliki sikap yang positif terhadap dirinya sendiri, menghargai dan
menerima berbagai aspek yang ada pada dirinya, baik kualitas diri yang baik maupun
yang buruk.
Selain itu, orang yang memiliki nilai penerimaan diri yang tinggi juga dapat
merasakan hal yang positif dari kehidupannya di masa lalu (Ryff, 1995) Sebaliknya,
seorang dikatakan memiliki nilai yang rendah dalam dimensi penerimaan diri apabila
ia merasa kurang puas terhadap dirinya sendiri, merasa kecewa dengan apa yang telah
terjadi pada kehidupannya di masa lalu, memiliki masalah dengan kualitas tertentu
dari dirinya, dan berharap untuk menjadi orang yang berbeda dari dirinya sendiri
(Ryff, 1995).
individu untuk membina hubungan yang positif dengan orang lain. Sehingga mampu
untuk membina hubungan yang hangat dan penuh kepercayaan dengan orang lain.
Selain itu, individu tersebut memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan orang lain,
dapat menunjukkan empati, afeksi, dan intimitas, serta memahami prinsip memberi
dan menerima dalam hubungan antar pribadi (Ryff, 1995). Sebaliknya, Ryff (1995)
mengemukakan bahwa seseorang yang kurang baik dalam dimensi hubungan positif
dengan orang lain ditandai dengan tingkah laku yang tertutup dalam berhubungan
dengan orang lain, sulit untuk bersikap hangat, peduli, dan terbuka dengan orang lain,
lain.
48
3. Otonomi ( autonomy )
sendiri. Ciri utama dari seorang individu yang memiliki otonomi yang baik
antara lain dapat menentukan segala sesuatu seorang diri (self determining) dan
mandiri. Ia mampu untuk mengambil keputusan tanpa tekanan dan campur tangan
orang lain. Selain itu, orang tersebut memiliki ketahanan dalam mengahadapi tekanan
sosial, dapat mengatur tingkah laku dari dalam diri, serta dapat mengevaluasi diri
dengan standar personal (Ryff, 1995). Sebaliknya, seseorang yang kurang memiliki
dari orang lain, berpegangan pada penilaian orang lain untuk membuat keputusan
serta mampu memilih dan menciptkan lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan dan
kurang baik akan mengalami kesulitan dalam mengatur situasi sehari-hari, merasa
49
5. Tujuan hidup (Purpose in life)
Adanya tujuan hidup yang jelas merupakan bagian penting dari karakteristik
hidup yang dijalaninya serta mampu untuk memberikan makna pada kehidupannya.
Seseorang yang memiliki nilai tinggi dalam dimensi tujuan hidup memiliki
rasa keterarahan (directedness) dalam hidup, mampu merasakan arti dari masa lalu
dan masa kini, memiliki keyakinan yang memberikan tujuan hidup, serta memiliki
tujuan dan target yang ingin dicapai dalam hidup. Sebaliknya, seseorang yang kurang
memiliki tujuan hidup akan kehilangan makna hidup, memiliki sedikit tujuan hidup,
tujuan hidup, serta tidak melihat makna yang terkandung untuk hidupnya di masa lalu
(Ryff, 1995)
untuk selalu tumbuh dan berkembang. Seseorang yang memiliki pertumbuhan pribadi
memiliki kemampuan dalam menyadari potensi diri yang dimiliki, dapat merasakan
peningkatan yang terjadi pada diri dan tingkah lakunya setiap waktu, serta dapat
berubah menjadi pribadi yang lebih efektif dan memiliki pengetahuan yang bertambah
(Ryff, 1995). Sebaliknya, seseorang yang memiliki pertumbuhan pribadi yang kurang
50
baik akan merasa dirinya mengalami stagnasi, tidak melihat peningkatan dan
pengembangan diri, merasa bosan dan kehilangan minat terhadap kehidupannya, serta
merasa tidak mampu dalam mengembangkan sikap dan tingkah laku yang baik (Ryff,
1995).
Menurut Ryff dan Singer (1996) ada faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan
1. Usia
dengan bertambahnya usia. Sebaliknya dimensi tujuan hidup dan pertumbuhan pribadi
2. Jenis Kelamin
Penelitian Ryff (Ryff & Keyes, 1995) menemukan bahwa dibandingkan pria,
wanita memiliki skor yang lebih tinggi pada dimensi hubungan yang positif dengan
individu. Mereka yang menempati kelas sosial yang tinggi memiliki perasaan yang lebih
positif terhadap diri sendiri dan masa lalunya, memiliki rasa keterarahan dalam hidup
dibandingkan dengan mereka yang berada di kelas sosial yang lebih rendah.
51
4. Budaya
selatan menunjukkan bahwa responden di korea selatan memiliki skor yang lebih tinggi
pada dimensi hubungan positif dengan orang lain dan skor yang rendah pada dimensi
penerimaan diri. Hal itu disebabkan oleh orientasi budaya yang lebih bersifat kolektif
dan saling ketergantungan. Menurut Ryff & Keyes (2002) kebahatmgiaan adalah
5. Dukungan Sosial
yang diberikan seseorang individu kepada individu lain yang memiliki keterikatan dan
cukup bermakna dalam hidupnya. Dukungan sosial dari orang-orang yang bermakna
(Robinson 1983; Lazarus 1993). Dukungan sosial yang diberikan bertujuan untuk
interaksi yang baik dan memperoleh dukungan dari rekan kerja akan mengurangi
dukungan sosial memiliki kesejahteraan psikologis yang lebiih tinggi. Bahwa dukungan
psikologis yang dirasakan oleh individu tersebut. Dukungan sosial dapat membantu
perkembangan pribadi yang lebih positif maupun memberikan dukungan pada individu
dan menjaga kualitas hubungan sosial dengan lingkungan akan mengurangi munculnya
52
konflik dan meningkatkan kesejahteraan psikologis dalam hidup. (Wang & Kanungo,
2004).
dikembangkan oleh Carol Ryff pada tahun 1989. Alat ukur ini didasarkan pada 6
alat ukur ini berjumlah 20 aitem dari setiap dimensi yang ada, sehingga total aitem
dari versi asli alat ukur ini berjumlah 120 aitem. Seiring bertambahnya waktu Ryff
membuat beberapa versi berbeda dari alat ukur ini, dimana aitem dari tiap-tiap
dimensinya berjumlah 14,9, dan 3 aitem. Dalam pengujian psikometrik kali ini
peneliti menggunakan versi alat ukur dengan 9 aitem tiap dimensinya ( total
berjumlah 54 aitem). Alat ukur ini berbahasa asli yaitu Bahasa Inggris, sebelum
Indonesia. Proses translasi dibantu oleh 2orang ahli dalam bidang Bahasa Inggris,
dimana translator memberikan penilaian pada hasil terjemahan dan memberikan saran
perbaikan, selanjutnya hasil terjemahan alat ukur diberikan pada 2 orang calon
dengan memilih salah satu dari 6 pilihan jawaban (Skala Likert), yaitu : (1) Sangat
Tidak Setuju, (2) Tidak Setuju, (3) Cukup Tidak Setuju, (4) Cukup Setuju, (5) Setuju,
digunakan untuk mengukur kebahagiaan personal (personal happiness). Alat ukur ini
53
merupakan pengembangkan dari The Oxford Happiness Inventory (OHI).
Dikembangkan oleh Peter Hills dan Michael Argyle (1998). Tidak hanya mengukur
dalam kebahagiaan personal namun alat ukur ini juga menggambarkan tingkat
kepuasan hidup seseorang (Hills, 2002). Total aitem berjumlah 29 dan termasuk
dalam skala Likert. Terdapat 6 pilihan jawaban, yaitu : (1) Sangat Tidak Setuju, (2)
Tidak Setuju, (3) Cukup Tidak Setuju, (4) Cukup Setuju, (5) Setuju, (6) Sangat setuju.
Tingkat relibilitas alat ukur ini yakni 0.92 dan tingkat validasi 0.26 s/d 0.69 dengan ρ
< 0.001. OHQ digunakan sebagai alat ukur pembandingan dikarenakan kesamaan
Being (PWB)
bebas dari tekanan atau masalah-masalah mental saja, tetapi lebih dari itu yaitu kondisi
keyakinan bahwa hidupnya bermakna dan memiliki tujuan (purpose in life), memiliki
kualitas hubungan positif dengan orang lain (positive relationship with others), kapasitas
bahwa dalam diri manusia ada natur ketuhanan yang disebut lahut. Untuk mencapai
tidak hanya membutuhkan diri sendiri, menjadi spiritual juga membutuhkan keberadaan
orang lain, alam sekitar dan pendekatan yang tekun kepada Ilahi. Individu yang bisa
54
menjalin hubungan positif dengan orang lain biasanya cukup baik dalam mengelola
emosi.
akan berperan sebagai output dari spiritual seperti memperhalus rasa jiwa spiritual
psikologis terpenuhi, seseorang tidak hanya sekedar dikatakan sejahtera namun juga
dikatakan memiliki spiritual yang tinggi. Pada dimensi kesejahteraan psikologis terdapat
sedangkan dengan spiritual orang menggunakan kesadarannya untuk dapat mengenal diri
Saat seseorang mampu hidup harmoni dengan kehidupan, yang ada di dalam
dirinya adalah penerimaan tentang realitas termasuk penerimaan diri (self acceptance)
sendiri. Diri yang rela akan menjadi subyek dan obyek bagi divine. Dimana penerimaan
(comfort) yang timbul dari aspek spiritual connection. of divine love. Dengan spiritual
diri menyadari adanya intervensi dan transenden yang mengendalikan seluruh kinerja
semesta beserta isinya ini termasuk dalam aspek divine guidance. Spiritual menjadikan
connection. Ada tiga alat ukur dari aspek tersebut yaitu: strenght and comfort, perception
of divine love, divine help, dan divine guidance merupakan aspek- aspek yang mewakili
keterhubungan manusia dengan Ilahi. Mendekat pada Ilahi adalah konsep kunci dalam
tradisi Muslim (Lotfy, 1998). Bagi kaum Muslim tujuan hidup adalah beribadah kepada
55
Allah subhanahu wa ta’ala. Kesempatan melihat Dzat Allah adalah nikmat yang tiada
tara. Seseorang yang ingin menjadi pribadi yang lebih baik dalam konsep tradisi muslim
adalah menjadikan Allah pemilik dimensi transenden sebagai tujuan dari hidupnya.
hatinya.
kesejahteraan psikologis. Seperti yang dikatakan Nelson (2009) spiritualitas yang sehat
dapat menjadikan hidup seseorang begitu bermakna, punya tujuan mulia, berintegrasi
tinggi dan penuh tanggung jawab atau membuat hidup berkah, bahagia, dan sentosa.
Orang yang telah menempuh perjalanan spiritual memiliki kepribadian tidak bergantung
pada selain Allah. Seorang spiritual memelihara berhubungan baik dengan Allah,
memelihara hubungan baik dengan sesama manusia, dan memelihara berhubungan baik
dengan alam. Spiritual mendorong manusia untuk menata diri maupun mengenal diri.
Mengenal diri menjadikan seseorang lebih autonomy yang berarti tidak mudah
dipengaruhi oleh hal-hal lain di luar diri. Mengetahui apa-apa yang perlu untuk ada atau
pribadi seseorang. Proses mengenal diri inilah yang menjadi outuput dari aspek
menempatkan diri pada tempat yang sesuai atau pas dan melakukan apa yang seharusnya
56
2.4 Lansia
Manusia lanjut usia (manula) merupakan populasi penduduk yang berumur tua
dengan kelompok usia 60 tahun atau lebih (Bustan, 2012). Menurut (Fatmah, 2015) lansia
merupakan proses alamiah yang terjadi secara berkesinambungan pada manusia dimana
ketika menua seseorang akan mengalami beberapa perubahan yang pada akhirnya akan
Istilah manusia usia lanjut belum ada yang mematenkan sebab setiap orang memiliki
penyebutannya masing-masing seperti manusia lanjut usia (manula), manusia usia lanjut
(lansia), usia lanjut (usila), serta ada yang menyebut golongan lanjut umur (glamur)
(Maryam, 2013).
Proses menua merupakan proses fisiologis tubuh pada setiap manusia (Darmojo,
2014). Proses menua ini ditandai dengan proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tubuh
tidak mampu mempertahankan dirinya terhadap infeksi serta tubuh tidak mampu
menumpuknya metabolit dalam sel. Metabolit bersifat racun terhadap sel sehingga bentuk
dan komposisi pembangun sel akan mengalami perubahan. (Azizah, 2011). Seiring dengan
meningkatnya usia, sistem kerja pada jantung dan pembuluh darah pun akan mengalami
perubahan dari segi struktur dan fungsinya. Perubahan pada lansia khususnya sistem kerja
pada jantung meliputi perubahan pada ventrikel kiri dan katup jantung yang mengalami
penebalan dan membentuk tonjolan, jumlah sel pacemaker mengalami penurunan yang mana
57
implikasi klinisnya akan menimbulkan disritmia pada lansia, kemudian terdapat arteri dan
vena yang menjadi kaku ketika dalam kondisi dilatasi sehigga katup jantung tidak kompeten
yang akibatnya akan menimbulkan implikasi klinis berupa edema pada ekstremitas
Lansia dapat mengalami perubahan struktur pada jantung. Ketebalan dinding ventrikel
cenderung meningkat akibat adanya peningkatan densitas kolagen dan hilangnya fungsi serat
elastis. Sehingga dapat berdampak pada kurangnya kemampuan jantung untuk berdistensi.
Pada permukaan di dalam jantung seperti pada katup mitral dan katup aorta akan mengalami
penebalan dan penonjolan di sepanjang garis katup. Obstruksi parsial terhadap aliran darah
selama denyut sistole dapat terjadi ketika pangkal aorta mengalami kekakuan sehingga akan
peningkatan jumlah jaringan fibrosa dan jaringan ikat. Dengan bertambahnya usia, sistem
aorta dan arteri perifer menjadi kaku. Kekakuan ini terjadi akibat meningkatnya serat kolagen
dan hilangnya serat elastis dalam lapisan medial arteri. Proses perubahan akibat penuaan ini
Proses penuaan ini mampu menjadikan lansia mengalami perubahan fungsional dari
sudut pandang sistem kardiovaskuler. Dimana perubahan utama yang terjadi adalah
kebutuhan tubuh. Seiring bertambahnya usia denyut dan curah jantung pun mengalami
penurunan, hal itu terjadi karena miokardium pada jantung mengalami penebalan dan sulit
untuk diregangkan. Katup-katup yang sulit diregangkan inilah yang dapat menimbulkan
58
peningkatan waktu pengisian dan peningkatan tekanan diastolik yang diperlukan untuk
1. Karakteristik Lansia
diantaranya adalah:
1) Seseorang yang berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU
2. Klasifikasi Lansia
59
2.5 KERANGKA KONSEP
Tingkat spiritualitas
1. Ammarah
2. Lawwamah
3. Mulhiman
4. Muthma’innah
5. Radhiyah
6. Mardhiyah
7. Safiyah
keterangan :
(Hasan, 2006)
1. = Diteliti
Dukungan
2. = Diteliti spiritualitas
3. = Berpengaruh 1. Hubungan
dengan diri
sendiri
2. Hubungan
dengan sesama
3. Hubungan
dengan
lingkungan
4. Hubungan
dengan tuhan
60
2.6 HIPOTESIS PENELITIAN
61
BAB 3
METODE PENELITIAN
digunakan untuk menggambarkan masalah yang sedang terjadi pada masa sekarang
atau yang sedang berlangsung, bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang sedang
merupakan penelitian yang mendeskripsikan suatu gejala atau fenomena yang terjadi
Rancangan Penelitian
62
3.2 Kerangka kerja
Populasi
Semua lansia di Dusun Ketegan Desa Gondang Kabupaten
Mojokerto yang berjumlah 38
Sampel
Sebagian lansia di Dsn. Ketegan Ds. Gondang Kabupaten
Mojokerto yang berjumlah 35
Sampling
Probability Sampling dengan jenis Random Sampling
Pengumpulan Data
Kuesioner untuk tingkat spiritualitas (DSES) dan kuesioner tingkat
kesejahteraan psikologis ( RPWB)
Analisa Data
Setelah data terkumpul dilakukan Editing, Coding, Scoring, dan
Tabulating menggunakan Uji Korelasi Spearman.
Kesimpulan Saran
63
3.3 Sampling Desain
3.3.1 Populasi
Kabupaten Mojokerto adalah semua lansia yang ada di Dusun Ketegan Desa Gondang
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagain dari keseluruhan obyek yang diteliti, yang dianggap
mewakili seluruh populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah lansia yang berada di
Dusun Ketegan Desa Gondang Kabupaten Mojokerto. Kriteria dalam penelitian ini
adalah :
2. Lansia yang tidak hadir atau izin saat pengumpulan data dilakukan
N
n= 2
N . d +1
Keterangan :
n = jumlah sampel
N = jumlah seluruhlansia
64
d2 = tingkat signifikan (0,05)
N 38
n= = 2
=35 responden
N . d +1 ( 38 ) . 0,05 +1
2
untuk terpilih atau tidak terpilih sebagai sampel. Simple random sampling adalah
pemilihan sampel dengan cara menyeleksi sampel secara acak, cara ini merupakan
Menurut Arikunto (2010) variabel adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan
fungsinya masing-masing. Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel yang akan
diteliti, yaitu:
Variabel X (Bebas) dalam penelitian ini adalah Tingkat Spiritualitas pada lansia
3.4.2
Variabel Dependent
65
Variabel Y (Terikat) dalam penelitian ini adalah Kesejahteraan Psikologis pada
lansia
3 .5 Definisi Operasional
Operasional / Alat
Ukur
lain. spiritualitas
sedang
3.Nilai 66-
88 = tingkat
spiritualitas
tinggi
66
Dependent : Kesejahteraa 1. Penerimaan Kuesioner Ordinal Skor untuk
ekonomi, 5.Sangat
tertentu.
Baik : Jika
nilai skor
13-18
Cukup :
Jika nilai
skor 7-12
Kurang :
Jika nilai
67
skor 0-6
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan proses
2003).
Informed Concent pada lansia. Sebelum peneliti memberikan kuesioner terkait tingkat
menjelaskan cara pengisian kuesioner. Setelah data terkumpul peneliti mengolah data
tersebut.
2. Instrumen
Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan April 2022 di Dusun Ketegan Desa
Analisa data merupakan bagian yang sangat penting untuk mencapai tujuan
68
dilakukan pengolahan data melalui tahapan editing, coding, scoring, dan
tabulating.
1. Editing
dalam pengisian.
2. Coding
Setelah proses editing selesai, selanjutnya dilakukan coding dengan member kode
terhadap kuesioner yang sudah terkumpul dengan menggunakan angka. Hal ini
dimaksudkan agar lebih mudah melakukan tabulasi dan analisa data. Setiap kategori
b. Jenis Kelamin
Perempuan = Kode 2
c. Pendidikan
SD = Kode 2
69
SMP = Kode 3
SMA = Kode 4
d. Pekerjaan
PNS = Kode 1
Wiraswasta = Kode 2
Petani/Buruh = Kode 3
Lain-lain = Kode 5
3. Scoring
Scoring dilakukan setelah kuesioner terkumpul dari responden dan peneliti. Kuesioner
ini menggunakan skala ordinal dengan skor nilai 15-40 = tingkat spiritualitas rendah,
nilai 41-65 = tingkat spiritualitas sedang, nilai 66-88 = tingkat spiritualitas tinggi.
4. Tabulating
Pada tabulasi ini, data disajikan dalam bentuk tabel yang terdiri dari beberapa baris
dan kolom yang digunakan untuk memaparkan sehingga mudah dibaca dan di
menggunakan uji korelasi spearman yang bertujuan untuk melihat hubungan antar
variabel. Taraf signifikansi yang digunakan pada uji korelasi spearman 0,05. Yang
artinya jika hasil analisis penelitian didapatkan nilai ρ < 0,05 maka hipotesa diterima
yang berarti ada hubungan antara tingkat spiritualitas dengan kesejahteraan pada
lansia di Dusun Ketegann Desa Gondang Kabupaten Mojokerto. dan jika ρ > 0,05
70
hipotesa ditolak artinya tidak ada hubungan tingkat spiritualitas dengan kesejahteraan
Lembar persetujuan diberikan pada subjek yang akan diteliti. Kemudian peneliti
menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan, serta dampak yang
mungkin terjadi selama maupun sesudah pengumpulan data. Jika responden bersedia
responden menolak untuk diteliti, tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-
haknya.
Untuk menjaga kerahasiaan identitas subjek, peneliti tidak akan mencantumkan nama
subjek pada lembar pengumpulan data (kuisioner) yang diisi oleh subjek. Lembar
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh subjek dijamin oleh peneliti. Hanya
kelompok data tertentu saja yang akan disajikan sebagai hasil riset.
71
Daftar pustaka
Hills, Petter & Michael Argyle. 2002. The Oxford Happiness Questionnaire: A Compact
Scale for The Measurement of Psychological Well-Being. Personality and
Individual Difference. 33(2002): 1073-1082
Ryff, Carol D. 1989. Happiness is Everything, or is it ? Exploration on the Meaning of
Psychological Well-Being. Journal of Personality and Social Psychology. Vol. 57,
No. 6, 1069-1081
Nelson, James. (2009). Psychology, Religion, and Spirituality. Valpariso, USA: Springer
Science + Bussiness Media, LLC.
Syamsuddin, & Azman, A. (2012). Memahami Dimensi Spiritualitas dalam Praktek
Pekerjaan Sosial (Understanding the Dimension of Spirituality in Social Work
Practice). 17(2), 114.
Witono, T. (2012). Spiritualitas dan agama dalam usaha kesejahteraan sosial di Indonesia.
Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial. 1(1), 119-139
Ingersoll, R. Elliott & Bauer, Ann L. (2004). An Integral Approach to Spiritual Wellness in
School Counseling Settings. Journal Professional School Counseling: ASCA. 7:5.
Anandarajah G, Hight E (2001). Spirituality and medicalpractice: Using the HOPE questions
as a practical tool for spiritual assessment. Am Family Physician, 63, 81-9.
McGinn, B. (1993). The letter and the spirit: spirituality as an academic discipline. Christian
Spirituality Bulletin. l(2):2-9.
Underwood, L. G., & Teresi, J. A., (2002). The Daily Spiritual Experience Scale:
Development, Theoretical Description, Reliability, Explanatory Factor Analysis,
and Preliminary Construct Validity Using Health-Related Data. 24(1), 22-23.
Kozier, B., Erb., K., & Wilkinson, J.M. (1995). Fundamental of Nursing; Concept, Process
and Practice, edisi 5. Redwood City; Addison-Wesley.
Pasiak. (2012). Spiritualitas dan Integrasi Spiritualitas dalam Pendidikan Kedokteran.
disampaikan pada Seminar Pemantapan Ekspresi Kecerdasan Spiritual melalui
Pendekatan Agama dari Filsafat dan Pendidikan. Komisi Imtak Graha Masyarakat
Ilmiah Kedokteran & FMI. Fakultas Kedokteran Unair.
Ryff, Carol D. (1989). Happiness Is Everything, or Is It? Explorations on the Meaning of
Psychological Well-Being. Journal of Personality and Social Psychology. 57(6),
1069-1081. American Psychological Association, Inc.
Ryff. C dan Corey Lee M. Keyes. (1995). The structure of psychological well- being
revisited. Journal of Personaity & Social Psychology, 69(4), 719-727.
72
Aman, Saifuddin. (2013). Tren Spiritualitas Milenium Ketiga. Cetakan Pertama.
Tangerang: Ruhama.
Nursalam. 2013. Metode Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis (Edisi 4).
Jakarta:Salemba Medi
Dinkes RI (2011) Jumlah Lansia Di Surabaya. Available at:
http://dinkes.surabaya.go.id/portal/berita/anggaran-pmt-lansia-meningkat- empat-
kali/.
Kemenkes RI (2013) ‘Populasi lansia diperkirakan terus meningkat hingga tahun 2020’,
Artikel, (021), pp. 1–2.
Kemenkes RI (2016) Elderly Condition in Indonesia. Available at: https://doi.org/ISSN
2442-7659
Rahmawati, Syadiyah, & Santika, 2014 (2014) ‘Gambaran Kebutuhan Spiritual pada Lansia
yang Beragama Islam di Desa Sraturejo kecamatan Baureno Kabupaten
Bojonegoro’.
BPS (2017) ‘Data Lanjut usia tahun 2017’.
Soeweno (2016) ‘Hubungan antara Religious Involvement dan Depresi pada Lansia di Panti
Werdha’.
73
Lampiran 1
74
Lampiran 1
SURAT BALASAN IZIN LOKASI PENELITIAN
75
Lampiran 3
LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth :
Bapak/Ibu/Sdr/i Calon Responden
Di Tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawaah ini, mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Dian
Husada Mojokerto.
NIM : 0118014
yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk tujuan penelitian.
Mojokerto, 2022
Hormat saya
Ellsa Aviana
Nim : 01.18.014
76
Lampiran 4
KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
AlamatRumah :
Setelah mendapat keterangan dari peneliti dan mengetahui manfaat dan resiko
penelitian yang berjudul “Hubungan Tingkat Spiritualitas Dengan Kesejahteraan Psikologis
Pada Lansia di Dusun Ketegan Desa Gondang Kabupaten Mojokerto”. Saya menyatakan
SETUJU / TIDAK SETUJU *) diikutsertakan menjadi responden dalam penelitian, dengan
catatan apabila sewaktu-waktu merasa dirugikan dalam bentuk apapun berhak membatalkan
persetujuan ini.
Responden
Keterangan
77
Lampiran 5
Kuesioner Penelitian
Nama : ……………………….
Usia : ……………………….
Jenis kelamin : ……………………….
Pendidikan : ……………………….
Pekerjaan : ……………………….
Alamat rumah : ……………………….
Scale). Kami mohon kerjasama Anda untuk mengisi sejumlah pernyataan dengan jujur
dan apa adanya. Setiap orang dapat memiliki jawaban yang berbeda. Tidak ada jawaban
yang di anggap salah, oleh karena itu Anda tidak perlu khawatir pada jawaban yang Anda
berikan. Pilih salah satu jawaban yang sesuai dengan keadaan Anda dan berilah tanda (√)
pada jawaban yang sesuai dengan pilihan Anda. Pilihan jawaban tersedia sebanyak lima
buah, yaitu:
TS : Tidak setuju
N : Netral
S : Setuju
SS : Sangat Setuju
78
Skala 1
79
Skala 2
Kuesioner ini menggunakan alat ukur DSES (Daily Spiritual Experience Scale). Pernyataan
memiliki pilihan jawaban yang berbeda mohon di baca dengan seksama.
80
14 Saya mempunyai keinginan untuk
lebih dekat kepada Tuhan.
Tidak
Bisa di Sangat dekat
dekat Sangat
katakan sekali
sama dekat
dekat
sekali
Secara umum sedekat apakah
15.
anda dengan Tuhan?
81