Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN KASUS CA MAMMAE

DI RSUD WAHIDIN MOJOKERTO

OLEH :

NURUL WILKYIS

NIM : 0118087

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA

MOJOKERTO

2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN CA MAMMAE

DI RSUD WAHIDIN

Nama Mahasiswa : Nurul Wilkyis

Telah disetujui pada


Hari :
Tanggal :

Pembimbing Pendidikan

Sutomo,S.Kep.Ns.M.Kes
NPP. 10.02.023
BAB I

PENDAHULLUAN

1.1 Latar belakang


Penelitian ini lakukan pada tahun 2020, di Puskesmas Maccini Sawah.
Kanker payudara merupakan kanker pembunuh nomor 2 setelah kanker
leher rahim. Sel kanker payudara yang pertama dapat tumbuh menjadi tumor
sebesar 1 cm pada waktu 8-12 tahun. Sel kanker tersebut diam pada kelenjar
payudara. Sel-sel kanker payudara ini dapat menyebar melalui aliran darah ke
seluruh tubuh. Kapan penyebaran itu berlangsung, kita tidak tahu. Sel kanker
payudara dapat bersembunyi di dalam tubuh kita selama bertahun-tahun tanpa
kita ketahui, dan tiba-tiba aktif menjadi tumor ganas atau kanker.
Kanker payudara adalah kanker yang paling sering terjadi pada wanita,
berdampak pada 2,1 juta wanita setiap tahun, dan juga menyebabkan kematian
terkait kanker pada wanita. Diperkirakan 627.000 wanita meninggal karena
kanker payudara yaitu sekitar 15% dari semua kematian akibat kanker di
kalangan wanita. Kejadian ini cenderung melibatkan jalur yang berhubungan
pada hormone. Hormon eksogen memiliki risiko lebih tinggi untuk kanker
payudara salah satunya penggunaan kontrasepsi oral (N. Sari & Afni Amran,
2019).
(Anggorowati, 2013) bahwa faktor yang berhubungan dengan kejadian
kanker payudara adalah obesitas, usia melahirkan anak pertama, riwayat
pemberian ASI, dan usia menarche. Menurut (Azmi et al., 2020) bahwa ada
hubungan yang signifikan antara faktor riwayat herediter dan kanker
payudara. Kanker payudara adalah kanker yang paling sering terjadi pada
wanita, berdampak pada 2,1 juta wanita setiap tahun, dan juga menyebabkan
kematian terkait kanker pada wanita. Menuerut (S. Suprapto et al., 2020)
bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan tingkat keterlaksanaan
kegiatan perkesmas.
Pemeriksaan kanker payudara sendiri telah dianjurkan oleh Amerikan
Cancer Society dan organisasi lain selama berpuluh-puluh tahun. Sebelum
penggunaan mammografi penyaring secara luas sekitar 90% kanker payudara
ditemukan oleh wanita itu sendiri. Tetapi tidak ada bukti yang menguatkan
bahwa pendekatan pemeriksaan payudara sendiri menurunkan mortalitas dari
kanker payudara. Namun demikian akal sehat mengharuskan bahwa seorang
wanita harus mengenali dan melaporkan setiap perubahan yang ditemukan
oleh dirinya sendiri. Satu kelemahan utama teknik ini adalah kepatuhannya
yang rendah hanya sekitar 25% wanita secara teratur melakukan pemeriksaan
payudara sendiri (Setiati, 2019).
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan Ca Mammae?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan Ca Mammae.
BAB II

TINJAUAN MATERI

2.1 Konsep Teori


A. DEFINISI
Ca mammae (carcinoma mammae) adalah keganasan yang berasal
dari sel kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak
termasuk kulit payudara. Ca mammae adalah tumor ganas yang tumbuh di
dalam jaringan payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar
susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara
(Medicastore, 2011).
Carsinoma mammae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel
normal mammae dimana sel abnormal timbul dari sel sel normal,
berkembang biak dan menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah
(Sofian,2012). Ca Mamae merupakan keganasan pada jaringan payudara
yang dapat berasal dari epitel ductus maupun lobulusnya (Kemenkes,
2017). Ca Mamae biasanya terdeteksi pada saat dilakukan pemeriksaan,
sebelum gejala berkembang, atau setelah wanita memperhatikan benjolan.
Sebagian besar massa terlihat saat terjadi benjolan di payudara dimana
awalnya bersifat jinak dan terus berkembang dan menyebar sehingga tidak
terkendali. Analisi mikroskopis payudara diperlukan untuk diagnosis
definitis dan untuk mengetahui tingkat penyebaran (in situ atau invasif)
dan ciri jenis penyakitnya. Analisis mikroskopis jaringan didapat melalui
biopsi jarum atau bedah. Biopsi didasarkan pada klinis pasien individu
faktor, ketersediaan perangkat biopsi, dan sumber daya tertentu (American
Cancer Soxiety, 2015).

B. ETIOLOGI

Tidak ada satupun sebab spesifik, sebaliknya terdapat serangkaian


faktor genetik, hormonal dan kemudian kejadian lingkungan dapat
menunjang terjadinya kanker payudara.
Adapun beberapa penyebab dari Ca Mamae antara lain :
1. Usia
Sekitar 60% terjadi pada usia diatas 60 tahun. Resiko terbesar
ditemukan pada wanita berusia 75 tahun
2. Pernah Ca Mamae
Wanita yang pernah menderita kanker in situ atau kanker invasif
memiliki resiko tertinggi menderita Ca Mamae. Setelah payudara yang
terkena diangkat, maka resiko terjadinya karsinoma pada payudara
yang sehat meningkat sebesar 0,5-1%/tahun
3. Riwayat keluarga menderita kanker payudara
Wanita yang ibu, saudara perempuan atau anaknya menderita kanker,
memiliki resiko 3 kali lebih besar untuk menderita Ca Mamae
4. Faktor genetic dan hormonal
Telah ditemukan 2 varian gen yang tampaknya berperan terjadinya
kanker payudara, yaitu BRCA1 dan BRCA2. Jika seorang wanita
memiliki salah satu dari gen tersebut, maka kemungkinan menderita
kanker payudara sangat besar
5. Menarche (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun, menopause
setelah usia 55 tahun, kehamilan pertama setelah usia 30 tahun atau
belum pernah hamil. Semakin dini menarke, semakin besar resiko Ca
Mamae. Resiko menderita Ca Mamae adalah 2-4 kali lebih besar pada
wanita yang mengalami menarke sebelum usia 12 tahun
6. Pemakaian pil KB atau terapi sulih esterogen
Pil KB bisa sedikit meningkatkan resiko terjadinya Ca mammae, yang
tergantung kepada usia, lamanya pemakaian dan faktor lainnya. Belum
diketahui berapa lama efek pil akan tetap ada setelah pemakaian pil
dihentikan. Terapi sulih estrogen yang dijalani selama lebih dari 5
tahun tampaknya juga sedikit meningkatkan resiko Ca mammae dan
resikonya meningkat jika pemakaiannya lebih lama.
7. Obesitas pasca menopause
Obesitas sebagai faktor resiko Ca mammae masih diperdebatkan.
Beberapa penelitian menyebutkan obesitas sebagai faktor resiko Ca
mammae kemungkinan karena tingginya kadar estrogen pada wanita
yang obes.
8. Pemakaian alkohol
Pemakaian alkoloh lebih dari 1-2 gelas/hari bisa meningkatkan resiko
terjadinya Ca mammae.
9. Bahan kimia
Beberapa penelitian telah menyebutkan pemaparan bahan kimia yang
menyerupai estrogen (yang terdapat di dalam pestisida dan produk
industry lainnya) mungkin meningkatkan resiko terjadinya Ca Mamae
10. DES (dietstilbestrol)
Wanita yang mengkonsumsi DES untuk mencegah keguguran
memiliki resiko tinggi menderita Ca Mamae
11. Penyinaran
Pemaparan terhadap penyinaran (terutama penyinaran pada dada),
pada masa kanak-kanak bisa meningkatkan resiko terjadinya Ca
Mamae
12. Faktor resiko lainnya
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kanker Rahim, ovarium dan
kanker usus besar serta adanya riwayat kanker dalam keluarga bisa
meningkatkan resiko terjadinya Ca Mamae (Buku Saku Dokter, 2014).

C. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinis pada klien dengan Ca mamae adalah
1) Teraba adanya massa atau benjolan pada payudara
2) Payudara tidak simetris/mengalami perubahan bentuk dan ukuran
karena mulai timbul pembengkakan
3) Adanya perubahan kulit : penebalan, cekungan, kulit pucat disekitar
putting susu, mengkerut seperti jeruk perut dan adanya ulkus pada
payudara
4) Adanya perubahan suhu pada kulit : hangat, kemerahan, panas
5) Ada cairan yang keluar dari puting susu
6) Ada rasa sakit
7) Ada pembengkakan di daerah lengan
8) Adanya rasa nyeri atau sakit di daerah payudara
9) Mulai timbul luka pada payudara dan lama tidak sembuh meskipun
sudah diobati, serta puting susu seperti koreng atau eksim dan tertarik
ke dalam
10) Metastase (menyebar) ke kelenjar getah bening sekitar dan alat tubuh
lain

D. PATOFISIOLOGI

Tumor/neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan ciri-


ciri: proliferasi sel yang berlebihan dan tidak berguna yang tidak
mengikuti pengaruh struktur jaringan sekitarnya.

Neoplasma yang maligna terdiri dari sel-sel kanker yang menunjukkan


proliferasi yang tidak terkendali yang mengganggu fungsi jaringan normal
dengan menginfiltrasi dan memasukinya dengan cara menyebarkan anak
sebar ke organ-organ yang jauh. Di dalam sel tersebut terjadi perubahan
secara biokimia terutama dalam intinya. Hampir semua tumor ganas
tumbuh dari suatu sel di mana telah terjadi transformasi maligna dan
berubah menjadi sekelompok sel-sel ganas di antar sel-sel normal.

Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase:

1) Fase induksi: 15-30 tahun

Sampai saat ini belum dipastikan sebab terjadinya kanker, tapi faktor
lingkungan mungkin memegang peranan besar dalam terjadinya kanker
pada manusia. Kontak dengan karsinogen membutuhkan waktu
bertahun-tahun samapi bisa merubah jaringan displasi menjadi tumor
ganas. Hal ini tergantung dari sifat, jumlah, dan konsentrasi zat
karsinogen tersebut, tempat yang dikenai karsinogen, lamanya terkena,
adanya zat-zat karsinogen atau ko-karsinogen lain, kerentanan jaringan
dan individu.

2) Fase in situ: 1-5 tahun

Pada fase ini perubahan jaringan muncul menjadi suatu lesi pre-
cancerous yang bisa ditemukan di serviks uteri, rongga mulut, paru-
paru, saluran cerna, kandung kemih, kulit dan akhirnya ditemukan di
payudara.

3) Fase invasi
Sel-sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi meleui
membrane sel ke jaringan sekitarnya ke pembuluh darah serta limfe.
Waktu antara fase ke 3 dan ke 4 berlangsung antara beberpa minggu
sampai beberapa tahun.

4) Fase diseminasi: 1-5 tahun


Bila tumor makin membesar maka kemungkinan penyebaran ke
tempat-tempat lain bertambah.
E. PATHWAY
Penigkatan kadar progesterone genetik usia virus alcohol radiasi defisiensi imun
(usia, menarche dini, menopause,
Diet tinggi lemak, rendah serat,
Oeferektomi, hamil sesudah 30 tahun,  “Linkage genetic” Limfosit
Kontrasepsi oral autosomal dominant T
Mutasi Pe Mutasi
untuk Ca gen, radikal gen,
Perubahan keseimbangan steroid  Deteksi kromosom 17 ekspresi bebas ekspresi
Endogen (esstadiol&progesdiol)  Mutasi gen BRCA 2 c-onk onkogen Interferon
 Mutasi gen supresor sel, pe
tumor p 53 Jejas imunitas
Mempengaruhi faktor pertumbuhan jaringan
sel Kemampuan
untuk
Gangguan proliferasi menghancurkan
Gangguan proliferasi dan
jar. Epitel sistem
dengan derajat otonom menghambat
duktal
tertentu proliferasi sel
Hyperplasia sel dg
perkembangan atipikal
Melepaskan
Carsinoma in situ diri dari sel
Ca.primer

Masuk ke
Benjolan (+) Distorsi lig Mempengaruhi jar. non Invasi pembuluh sirkulasi
Invasi stoma
pd mammae cooper neoplastik utk meningkatkan limfe menyekat hematoggen
RX radang (pd suplai makanan O2&merangsang drainase limfatik
Ca inflamasi) Lekukan pada proliferasi di sekitar sel Ca
Mengejar jar. yg peka Benjolan pecah Metastasis
kulit (dimpling) Kulit
sensasi nyeri, spt Hipermetabolisme
Histamin, bercawak
perioteum/pleksu syaraf ulserasi Pleura Liver
bradikinin
Nyeri Deposit utk lemak
Stress: ansietas menurun Efusi pleura Obstruksi duktus
Panas, edema, kemerahan hepatikus
MK: MK: Kebutuhan Sesak nafas
MK: Nyeri akut Ansietas(cemas) nutrisi < keb.tubuh
MK: Gangguan pola nafas
F. TANDA DAN GEJALA

Penemuan tanda-tanda dan gejala sebagai indikasi kanker payudara masih sulit
ditemukan secara dini. Kebanyakan dari kanker ditemukan jika dudah teraba,
biasanya oleh wanita itu sendiri.

a. Terdapat massa utuh (kenyal)


Biasanya pada kuadran atas dan bagian dalam, di bawah lengan, bentuknya tidak
beraturan dan terfiksasi (tidak dapat digerakkan)

b. Nyeri pada daerah massa


c. Adanya lekukan ke dalam/dimping, tarikan dan retraksi pada area mammae.
Dimpling terjadi karena fiksasi tumor pada kulit atau akibat distorsi ligamentum
cooper.

Cara pemeriksaan: kulit area mammae dipegang antara ibu jari dan jari telunjuk
tangan pemeriksa l;alu didekatkan untuk menimbulkan dimpling.

d. Edema dengan Peaut d’oramge skin (kulit di atas tumor berkeriput seperti kulit
jeruk)
e. Pengelupasan papilla mammae
f. Adanya kerusakan dan retraksi pada area putting susu serta keluarnya cairan
secara spontan kadang disertai darah.
g. Ditemukan lesi atau massa pada pemeriksaan mamografi.

PENENTUAN UKURAN TUMOR, PENYEBARAN KE KELENJAR LIMFE DAN


TEMPAT LAIN PADA CARCINOMA MAMMAE
TUMOR SIZE (T)
TX Tidak ada tumor
T0 Tidak dapat ditunjukkan adanya tumor primer
T1 Tumor dengan diameter 2 cm atau kurang
T1a diameter 0,5cm atau kurang, tanpa fiksasi terhadap fascia
dan/muskulus pectoralis
T1b >0,5 cm tapi kurang dari 1 cm, dengan fiksasi terhadap fascia
dan/muskulus pectoralis
T1c >1 cm tapi < 2 cm, dengan fiksasi terhadap fascia dan/muskulus
pectoralis
T2 Tumor dengan diameter antar 2-5cm
T2a tanpa fiksasi terhadap fascia dan/muskulus pectoralis
T2b dengan fiksasi
T3 Tumor dengan diameter >5 cm
T3a tan pa fiksasi, T3b dengan fiksasi
T4 Tumor tanpa memandang ukurannya telah menunjukkan perluasan secar
langsung ke dalam dinding thorak dan kulit

REGIONAL LIMFE NODES (N)


NX Kelenjar ketiak tidak teraba
N0 Tidak ada metastase kelenjar ketiak homolateral
N1 Metastase ke kelenjar ketiak homolateral tapi masih bisa digerakkan
N2 Metastase ke kelenjar ketiak homolateral yang melekat terfiksasi satu sama
lain atau terhadap jaringan sekitarnya
N3 Metastase ke kelenjar homolateral supraklavikuler atau intraklavikuler
terhadap edema lengan
METASTASE JAUH (M)
M0 Tidak ada metastase jauh
M1 Metastase jauh termasuk perluasan ke dalam kulit di luar payudara

STADIUM KLINIS KANKER PAYUDARA

STADIUM T N M
0 T1s N0 M0
I T1 N0 M0
IIA T0 N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0
IIB T2 N1 M0
T3 N2 M0
IIIA T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1, N2 M0
IIIB T4 Semua N M0
Semua T N3 M0
IV Semua T Semua N M1

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pembedahan

a) Mastectomy radikal yang dimodifikasi

Pengangkatan payudara sepanjang nodu limfe axila sampai otot pectoralis


mayor. Lapisan otot pectoralis mayor tidak diangkat namun otot pectoralis
minor bisa jadi diangkat atau tidak diangkat.

b) Mastectomy total
Semua jaringan payudara termasuk puting dan areola dan lapisan otot
pectoralis mayor diangkat. Nodus axila tidak disayat dan lapisan otot dinding
dada tidak diangkat.

c) Lumpectomy/tumor

Pengangkatan tumor dimana lapisan mayor dri payudara tidak turut diangkat.
Exsisi dilakukan dengan sedikitnya 3 cm jaringan payudara normal yang
berada di sekitar tumor tersebut.

d) Wide excision/mastektomy parsial.

Exisisi tumor dengan 12 tepi dari jaringan payudara normal.

e) Ouadranectomy.

Pengangkatan dan payudara dengan kulit yang ada dan lapisan otot pectoralis
mayor.

2. Radiotherapy
Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula
merupakan therapi tunggal. Adapun efek samping: kerusakan kulit di sekitarnya,
kelelahan, nyeri karena inflamasi pada nervus atau otot pectoralis, radang
tenggorokan.
3. Chemotherapy
Pemberian obat-obatan anti kanker yang sudah menyebar dalam aliran darah.
Efek samping: lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan, kerontokan membuat,
mudah terserang penyakit.
4. Manipulasi hormonal.
Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk kanker yang sudah
bermetastase. Dapat juga dengan dilakukan bilateral oophorectomy. Dapat juga
digabung dengan therapi endokrin lainnya.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium meliputi:
a. Morfologi sel darah
b. Laju endap darah
c. Tes faal hati
d. Tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam serum atau
plasma
e. Pemeriksaan sitologik
Pemeriksaan ini memegang peranan penting pada penilaian cairan yang keluar
sponyan dari putting payudar, cairan kista atau cairan yang keluar dari
ekskoriasi

2. Tes diagnosis lain


a. Non invasif
1) Mamografi
Yaitu radiogram jaringan lunak sebagai pemeriksaan tambahan
yang penting. Mamografi dapat mendeteksi massa yang terlalu kecil untuk
dapat diraba. Dalam beberapa keadaan dapat memberikan dugaan ada
tidaknya sifat keganasan dari massa yang teraba. Mamografi dapat
digunakan sebagai pemeriksaan penyaring pada wanita-wanita yang
asimptomatis dan memberikan keterangan untuk menuntun diagnosis suatu
kelainan.

2) Radiologi (foto roentgen thorak)


3) USG
Teknik pemeriksaan ini banyak digunakan untuk membedakan antara
massa yang solit dengan massa yang kistik. Disamping itu dapat
menginterpretasikan hasil mammografi terhadap lokasi massa pada jaringan
patudar yang tebal/padat.

4) Magnetic Resonance Imaging (MRI)


Pemeriksaan ini menggunakan bahan kontras/radiopaque melaui intra
vena, bahan ini akan diabsorbsi oleh massa kanker dari massa tumor.
Kerugian pemeriksaan ini biayanya sangat mahal.

5) Positive Emission Tomografi (PET)


Pemeriksaan ini untuk mendeteksi ca mamae terutama untuk
mengetahui metastase ke sisi lain. Menggunakan bahan radioaktif
mengandung molekul glukosa, pemeriksaan ini mahal dan jarang
digunakan.

b. Invasif
1) Biopsi
Pemeriksaan ini dengan mengangkat jaringan dari massa payudara
untuk pemeriksaan histology untuk memastikan keganasannya. Ada 4 tipe
biopsy, 2 tindakan menggunakan jarum dan 2 tindakan menggunakan insisi
pemmbedahan.

2) Aspirasi biopsy
Dengan aspirasi jarum halus sifat massa dapat dibedakan antara kistik atau
padat, kista akan mengempis jika semua cairan dibuang. Jika hasil
mammogram normal dan tidak terjadi kekambuhan pembentukan massa
srlama 2-3 minggu, maka tidak diperlukan tindakan lebih lanjut. Jika massa
menetap/terbentuk kembali atau jika cairan spinal mengandung darah,maka
ini merupakan indikasi untuk dilakukan biopsy pembedahan.

3) Tru-Cut atau Core biopsy


Biopsi dilakukan dengan menggunakan perlengkapan stereotactic biopsy
mammografi dan computer untuk memndu jarum pada massa/lesi tersebut.
Pemeriksaan ini lebih baik oleh ahli bedah ataupun pasien karena lebih
cepat, tidak menimbulkan nyeri yang berlebihan dan biaya tidak mahal.

4) Insisi biopsy
Sebagian massa dibuang
5) Eksisi biopsy
Seluruh massa diangkat

Hasil biopsy dapat digunakan selama 36 jam untuk dilakukan pemeriksaan


histologik secara frozen section.

I. KOMPLIKASI
Komplikasi potensial dari Ca payudara adalah limfederma. Hal ini terjadi jika
saluran limfe untuk menjamin aliran balik limfe ke sirkulasi umum tidak berfungsi
dengan adekuat. Jika nodus eksilaris dan sistem limfe diangkat, maka sistem kolateral
dan aksilaris harus mengambil alih fungsi mereka. Apabila mereka diinstruksikan
dengan cermat dan didorong untuk meninggikan, memasase dan melatih lengan yang
sakit selama 3-4 bulan. Dengan melakukan hal ini akan membantu mencegah
perubahan bentuk tubuh dan mencegah kemungkinan terbukanya pembengkakan yang
menyulitkan.

J. PENCEGAHAN

Perlu untuk diketahui, bahwa 9 di antara 10 wanita menemukan adanya benjolan


di payudaranya. Untuk pencegahan awal, dapat dilakukan sendiri. Sebaiknya
pemeriksaan dilakukan sehabis selesai masa menstruasi. Sebelum menstruasi,
payudara agak membengkak sehingga menyulitkan pemeriksaan. Cara pemeriksaan
adalah sebagai berikut :

1) Berdirilah di depan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan pada payudara.
Biasanya kedua payudara tidak sama, putingnya juga tidak terletak pada
ketinggian yang sama. Perhatikan apakah terdapat keriput, lekukan, atau puting
susu tertarik ke dalam. Bila terdapat kelainan itu atau keluar cairan atau darah
dari puting susu, segeralah pergi ke dokter.

2) Letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali kedua payudara.

3) Bungkukkan badan hingga payudara tergantung ke bawah, dan periksa lagi.

4) Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di belakang kepala, dan
sebuah bantal di bawah bahu kiri. Rabalah payudara kiri dengan telapak jari-jari
kanan. Periksalah apakah ada benjolan pada payudara. Kemudian periksa juga
apakah ada benjolan atau pembengkakan pada ketiak kiri.
5) Periksa dan rabalah puting susu dan sekitarnya. Pada umumnya kelenjar susu bila
diraba dengan telapak jari-jari tangan akan terasa kenyal dan mudah digerakkan.
Bila ada tumor, maka akan terasa keras dan tidak dapat digerakkan (tidak dapat
dipindahkan dari tempatnya). Bila terasa ada sebuah benjolan sebesar 1 cm atau
lebih, segeralah pergi ke dokter. Makin dini penanganan, semakin besar
kemungkinan untuk sembuh secara sempurna. Lakukan hal yang sama untuk
payudara dan ketiak kanan

K. PENATALAKSANAAN/ TERAPI

1) Terapi non bedah: penyinaran, kemoterapi, terapi hormone dan endokrin

2) Lakukan pemeliharaan kulit/diri dengan benar (menggunakan sabun ringan


dengan penggosokan minimal, hindari sabun berparfum atau berdeodoran,
gunakan lotion hidrofilik untuk kekeringan, gunakan sabun aveno jika terjadi
pruritus, dan hindari pakaian yang ketat, kutang dengan kawat penyangga, dan
suhu yang berlebihan atau cahaya ultraviolet.

3) Hindari mencuci rambut setiap hari dan gunakan sampo ringan untuk
mengihindari kerontokan

4) Biarkan rambutmongeringsecara ajami danjangan menyikatrambut

5) Konsultasikan dengan dokter untuk pemakaian terapi hormonal

6) Makan makananyangbergizisihingga dapat meningkatkan kekebaiantubuh

7) Istirahatcukup dan olahraga secara teratur

8) Jika menginginkan kehamijan konsultasikan dengan dokter karena kebanyakan


diminta menunggu selama 2 tahun

9) Sadari .Tata cara sadari (periksa payudara sendiri)

a. Berdirilah di depan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan pada


payudara, Biasanya kedua payudara tidak sama, putingnya juga tidak terletak
pada ketinggian yang sama. Perhatikan apakah terdapat keriputj lekukan,
atau puting susu tertarik ke dalam. Bila terdapat kelainan itu atau keluar
cairan atau darah dari puting susu, segeralah pergi ke dokter.
b. Letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali kedua
payudara. Kemudian bungkukkan badan hingga payudara tergantung ke
bawah, & periksa lagi.

c. Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di belakang kepala, dan
sebuah bantal di bawah bahu kiri. Rabalah payudara kiri dengan telapak jari-
jari kanan. Periksalah apakah ada benjolan pada payudara. Kemudian periksa
juga apakah ada benjolan atau pembengkakan pada ketiak kiri.

d. Periksa dan rabalah puting susu dan sekitarnya. Pada urnumnya ketenjar susu
bila diraba dengan telapak jari-jari tangan akan terasa kenyal dan mudah
digerakkan. Bila ada tumor, maka akan terasa keras dan tidak dapat
digerakkan (tidak dapat dipindahkan dari tempatnya). Bila terasa ada sebuah
benjoian sebesar 1 cm atau lebih, segeralah pergi ke dokter. Makin dini
penanganan, semakin besar kemungkinan untuk sembuh secara sempurna.
Rekomendasi American Cancer Sociaty (2001) untuk deteksi dini kanker
2.2 KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Indentitas
Meliputi: nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa,
pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor register.
2. Riwayat keperawatan
1) Keluhan utama
Pada keluhan utama ada benjolan pada payudara dan lain-lain keluhan serta
sejak kapan riwayat penyakit (perjalanan penyakit, pengobatan yang telah
diberikan) faktor etiologi/risiko.
2) Riwayat penyakit sekarang
Biasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya benjolan yang
menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras,
bengkak dan nyeri.
3) Riwayat kesehatan masa lalu
Adanya riwayat ca mammae sebelumnya atau ada kelainan pada mammae,
kebiasaan makan tinggi lemak, pernah mengalami sakit pada bagian dada
sehingga pernah mendapatkan penyinaran pada bagian dada, ataupun
mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker
serviks.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Adanya keluarga yang mengalami ca mammae berpengaruh pada
kemungkinan klien mengalami ca mammae atau pun keluarga klien pernah
mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker
serviks.
3. Pemeriksaan klinis
Mencari benjolan karena organ payudara dipengaruhi oleh faktor hormone antara
lain esterogen dan progesterone, maka sebaiknya pemerikasaan ini dilakukan saat
pengaruh hormonal ini seminimal mungkin/setelah menstruasi ± 1 minggu dari
akhir menstruasi.
4. Pemeriksaan Fisik

1) Kepala : normal, kepala tegak lurus, tulang kepala umumnya bulat


dengan tonjolan frontal di bagian anterior dan oksipital dibagian posterior.

2) Rambut : biasanya tersebar merata, tidak terlalu kering, tidak terlalu


berminyak.

3) Mata : biasanya tidak ada gangguan bentuk dan fungsi mata. Mata
anemis, tidak ikterik, tidak ada nyeri tekan.

4) Telinga : normalnya bentuk dan posisi simetris. Tidak ada tanda-tanda


infeksi dan tidak ada gangguan fungsi pendengaran.

5) Hidung : bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan nyeri tekan.

6) Mulut : mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa.

7) Leher : biasanya terjadi pembesaran KGB.

8) Dada : adanya kelainan kulit berupa peau d’orange, dumpling,


ulserasi atau tanda-tanda radang.

9) Hepar : biasanya tidak ada pembesaran hepar.

10) Ekstremitas : biasanya tidak ada gangguan pada ektremitas.

5. Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon

1) Persepsi dan Manajemen

Biasanya klien tidak langsung memeriksakan benjolan yang terasa pada


payudaranya kerumah sakit karena menganggap itu hanya benjolan biasa.

2) Nutrisi – Metabolik

Kebiasaan diet buruk, biasanya klien akan mengalami anoreksia, muntah dan
terjadi penurunan berat badan, klien juga ada riwayat mengkonsumsi makanan
mengandung MSG.

3) Eliminasi

Biasanya terjadi perubahan pola eliminasi, klien akan mengalami melena,


nyeri saat defekasi, distensi abdomen dan konstipasi.
4) Aktivitas dan Latihan

Anoreksia dan muntah dapat membuat pola aktivitas dan lathan klien
terganggu karena terjadi kelemahan dan nyeri.

5) Kognitif dan Persepsi

Biasanya klien akan mengalami pusing pasca bedah sehingga kemungkinan


ada komplikasi pada kognitif, sensorik maupun motorik.

f) Istirahat dan Tidur

Biasanya klien mengalami gangguan pola tidur karena nyeri.

g) Persepsi dan Konsep Diri

Payudara merupakan alat vital bagi wanita. Kelainan atau kehilangan akibat
operasi akan membuat klien tidak percaya diri, malu, dan kehilangan haknya
sebagai wanita normal.

h) Peran dan Hubungan

Biasanya pada sebagian besar klien akan mengalami gangguan dalam


melakukan perannya dalam berinteraksi social.

i) Reproduksi dan Seksual

Biasanya aka nada gangguan seksualitas klien dan perubahan pada tingkat
kepuasan.

j) Koping dan Toleransi Stress

Biasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan, denial dan keputus
asaan.

k) Nilai dan Keyakinan

Diperlukan pendekatan agama supaya klien menerima kondisinya dengan


lapang dada.

6. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan radiologis
a) Mammografi/USG mammae
b) X-foto thorax
c) Kalau perlu
(1) Galktografi
(2) Tulang-tulang
(3) USG abdomen
(4) Bone scan
(5) CT scan
2) Pemeriksaan laboratorium
a) Rutin, darah lengkap, urine
b) Gula darah puasa dan 2 jam pp
c) Enzyme alkali sposphate, LDH
d) CEA, MCA, AFP
e) Hormon reseptor ER, PR
f) Aktivitas estrogen/vaginal smear
3) Pemeriksaan sitologis
a) FNA dari tumor
b) Cairan kista dan pleura effusion
c) Secret putting susu
4) Pemeriksaan sitologis/patologis
a) Durante oprasi vries coupe
b) Pasca operasi dari specimen operasi
7. Analisa data

No Data penunjang Masalah Etiologi


1 Ds : Ansietas Kecemasan
- Merasa bingung
- Merasa khawatir dengan
akibat dari kondisi yang
dihadapi
- Sulit berkonsentrasi
Do :
- Tampak gelisah
- Tampak tegang
- Sulit tidur
2 Ds : Mengeluh nyeri Nyeri akut Panas, edema,
Do : kemerahan
- Tampak meringis
- Bersikap protektif
- Gelisah
- \frekuensi nadi
meningkat
- Sulit tidur

4 Ds : Defisit nutrisi Ketidakseimbangan


- Cepat kenyang setelah nutrisi kurang dari
makan kebutuhan tubuh
- Nyeri abdomen
- Nafsu makan menurun
Do :
- Bising usus hiperaktif
- Otot pengunyah lemah
- Otot menelan lemah
- Memberan mukosa pucat
- Serum albumin turun
5 Ds : Dispnea Pola nafas tidak Gangguan pola
Do : efektif nafas
- Penggunaan otot bantu
- Fase ekspirasi
memanjang
- Pola napas abnormal
B. Diagnosa keperawatan
1. Anxietas berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan, status
sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian, pemisahan
dengan keluarga ditandai dengan peningkatan tegangan, kelelahan (D.0080).
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan
syaraf, infiltrasi sistem syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek samping
terapi kanker (D.0077).
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
hipermetabolik (iritasi lambung, anoreksia) (D.0019).
4. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energi/kelelahan (D.0005)

C. Intervensi

N DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI


O KRITERIA HASIL KEPERAWATAN
1 Anxietas Setelah di lakukan 1. Reduksi Ansietas (1.09314)
berhubungan dengan tindakan keperawan Observasi :
situasi krisis (kanker), selama 1x24 jam ansietas  Identifikasi saat tingkat
perubahan kesehatan, membaik dengan kreteria ansietas berubah (mis.
status sosio ekonomi, hasil : Kondisi, waktu, stresor)
peran dan fungsi,  Verbalisasi  Identifikasi kemampuan
bentuk interaksi, kebingungan mengambil keputusan.
persiapan kematian, menurun  Monitor tanda-tanda
pemisahan dengan  Verbalisasi khawatir ansietas (verbal dan non
keluarga ditandai akibat kondisi yang verbal)
dengan peningkatan dihadapi menurun Terapeutik :
tegangan, kelelahan  Perilaku gelisah  Ciptakan suasana
(D.0080). menurun terapeutik untuk

 Perilaku tegang menumbuhkan kepercayaan

menurun  Temani pasien untuk

 Konsentrasi membaik mengurangi kecemasan,

 Pola tidur membaik jika memungkinkan


 Pahami situasi yang
membuat ansietas
dengarkan dengan penuh
perhatian
 Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
 Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
Edukasi :
 Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi yang
mungkin dialami
 Informasikan secara faktual
mengenai diagnosis,
pengobatan dan prognosis
 Latih penggunaan
mekanisme pertahanan diri
yang tepat
 Latih teknik relaksasi
2. Terapi relaksasi. (I.09326)
Observasi
 Identifikasi penurunan
tingkat energi,
ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau gejala
lain yang mengganggu
kemampuan kognitif
 Periksa ketegangan otot,
frekuensi nadi, tekanan
darah, dan suhu sebelum
dan sesudah latihan
 Monitor respons terhadap
terapi relaksasi
Terapeutik
 Ciptakan lingkungan
tenang dan tanpa
gangguan dengan
pencahayaan dan suhu
ruang nyaman, jika
memungkinkan
 Gunakan nada suara
lembut dengan irama
lambat dan berirama
Edukasi
 Jelaskan secara rinci
intervensi relaksasi yang
dipilih
 Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi
rileksasi
Anjurkan sering mengulangi
atau melatih teknik yang dipilih
2 Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (I.01011)
berhubungan dengan tindakan keperawatan Observasi :
proses penyakit 1x24 jam, maka, nyeri  Identifikasi lokasi,
(penekanan/kerusakan akut menurun dengan karakteristik, durasi,
jaringan syaraf, kriteria hasil : frekuensi, kualitas,
infiltrasi sistem  Keluhan nyeri intensitas nyeri
syaraf, obstruksi jalur menurun  Identifikasi skala nyeri
syaraf, inflamasi),  Sikap protektif  Identifikasi respon nyeri
efek samping terapi menurun non verbal.
kanker (D.0077).  Gelisah menurun  Identifikasi faktor yang

 Kesulitan tidur memperberat dan

menurun memperingan nyeri.

 Frekuensi nadi  Identifikasi pengetahuan dan

membaik keyakinan tentang nyeri.


 Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan.
 Monitor efek samping
penggunaaan analgetik
Terapeutik :
 Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
( mis, suhu lingkungan,
pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan
tidur
 Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri.
Edukasi :
 Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri
secara mandir
 Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
 Anjurkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
 Kolaborasi
pemberian analgetik, jika
perlu

3 Ketidakseimbangan Setelah di lakukan 1. Manajemen Nutrisi


nutrisi kurang dari tindakan keperawan ( I.08238)
kebutuhan tubuh selama 4 jam Observasi :
berhubungan dengan Ketidakseimbangan  Identifikasi status nutrisi
hipermetabolik (iritasi nutrisi kurang dari  Identifikasi alergi dan
lambung, anoreksia) kebutuhan membaik intoransi makanan
(D.0019). dengan kreteria hasil :  Identifikasi kebutuhan
 Porsi makan yang kalori dan jenis nutrien
dihabiskan  Monitor asupan makanan
meningkat  Monitor berat badan
 Kekuatan otot Terapeutik :
pengunyah  Sajikan makanan secara
meningkat menarik dan suhu yang
 Kekuatan otot sesuai
menelan meningkat  Berikan makanan tinggi

 Serum albumin serat untuk mencegah

meningkat konstipasi

 Verbalisasi keinginan  Berikan makanan tinggi

untuk meningkatkan kalori dan tinggi protein

nutrisi meningkat Edukasi :

 Perasaan cepat  Anjurkan posisi duduk,

kenyang menurun jika mampu


2. Promosi Berat Badan
 Nyeri abdomen
(I.03136)
menurun
Observasi
 Berat badan
 Identifikasi kemungkinan
membaik
penyebab BB kurang
 Frekuensi makan
 Monitor adanya mual dan
membaik
muntah
 Nasfu makan
 Monitor jumlah kalori
membaik
yang dikonsumsi sehari-
 Bising usus membaik
hari
Terapeutik
 Sediakan makanan yang
tepat sesuai kondisi pasien
(mis. Makanan dengan
tekstur halus, makanan
yang diblender, makanan
cair yang diberikan
melalui NGT atau
gastrostomi, total
perenteral nutritiom sesuai
indikasi)
 Hidangkan makanan
secara menarik
Edukasi
 Jelaskan jenis makanan
yang bergizi tinggi, namun
tetap terjangkau
 Jelaskan peningkatan
asupan kalori yang
dibutuhkan
4 Pola nafas tidak Setelah dilakukan 1. Pemantauan respirasi
efektif berhubungan tindakan keperawatan (I.01014)
dengan penurunan 1x24 jam, maka, Pola Observasi
energi/kelelahan nafas tidak efektif  Monitor frekuensi, irama,
(D.0005) membaik dengan kriteria kedalaman, dan upaya
hasil : napas
 Dispnea menurun  Monitor pola napas
 Penggunaan otot (bradipnea, takipnea,
bantu pernapasan hiperventilasi, kussmaul)
menurun  Auskultasi bunyi napas
 Frekuensi napas Terapeutik
membaik  Atur interval pemantauan

 Kedalaman napas respirasi sesuai kondisi

membaik pasien
 Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
 Informasikan hasil
pemantauan

D. Evaluasi
1. Anxietas terarasi
2. Nyeri teratasi
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh terpenuhi
4. Pola nafas tidak efektif teratasi
5. Pasien mampu mengetahui informasi tentang sakitnya
DAFTAR PUSTAKA

PPNI.2016.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).Jakarta


PPNI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).Jakarta
PPNI.2019.Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI).Jakarta
Brunner & Suddarth. 2005. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &Suddarth
Volume 3. Jakarta: EGC.
NANDA. 2015. Nursing Diagnosis : Definition and Classification. Philadelphia.
Wijaya, A.S & Putri, Y.M,. 2013. Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa) 2.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Tucker, S.M,. 1998. Standar Perawatan Pasien Volume I. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai