Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

CA Mammae atau Kanker payudara mempunyai andil terbesar dalam kematian


wanita di Nederland karena tumor-tumor maligna. Insiden karinoma payudara di
kebanyakan Negara meningkat 1-2% tiap tahun, sehingga mulai tahun 2000 kira-kira 1
juta wanita tiap tahun mendapat penyakit ini. Untuk Nederland ini berarti kira-kira
10.000 penderita baru tiap tahun. Setiap wanita belanda, selama hidupnya sejak lahir
mempunyai 10% kemungkinan untuk selama hidupnya mendapat kanker payudara.
Kematian karena karsinoma payudara berkat perbaikan diognostik dan terapi, meskipun
insidennya meningkat, tetap tidak berubah. Tetapi untuk wanita pada umur antara 35-50
tahun kanker payudara merupakan penyakit kematian terpenting. Terobosan terakhir
dalam penelitian molekuler genetik memungkinkan sekarang wanita dengan risiko
genetick yang meningkat dapat didefinisikan dengan pasti. Diagnostic dini dengan
skrining mamografik membantu pengenalan penyakit ini pada stadium dini.
Perkembangan daam kemoterapi dan radioterapi, kebanyakan dalam kombinasi dengan
pembedahan, merupakan keungkinan terapi baru dengan memungkinkan penyembuhan
yang lebih besar.

Pencegahan halnya mungkin dengan ablation payudara bilateral. Pda wanita dengan
anamnesis keluarga yang memberatkan, yang padanya terdapat segi keturunan
karsinoma payudara tau karsinoma payudara sebagai bagian dari salah satu kelainan
predisposisi, seperti sindrom Li-Fraumeni, Cowden, Peutz-Jeghers, Klineferter, dan
beberapa sindroma yang lain, secara preventif dapat dipertimbangkan ablation bilateral
payudara. Dengan uji DNA sekarang, nasehat dari poliklinik multidisipliner mengenai
“tumor keturunan” perlu diperhatikan.

Strategi baru adalah kemoprevensi dengan menggunakan tamoxofen dan retinoid,


tetapi ini masih merupakan bahan penelitian.

1
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu menerapkan Asuhan Keperawatan serta mengetahui bagaimana
penatalaksanaan pada pasien dengan CA Mammae.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar teori CA Mammae.
b. Menerapkan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan CA Mammae
1) Pengkajian
2) Merumuskan diagnosa pada pasien dengan CA Mammae
3) Membuat rencana keperawatan pada pasien dengan CA Mammae
4) Melakukan implementasi pada pasien dengan CA Mammae
5) Melakukan evaluasi pada pasien dengan CA Mammae

1.3 Manfaat Pembuatan Makalah


Untuk lebih meningkatkan dan mengetahui lebih banyak lagi pengetahuan tentang
tumor payudara terutama pada stadium awal sehingga dapat mengetahui sejak dini tanda
dan gejalanya untuk dapat mengambil langkah dalam penatalaksanaan dan
pengobatannya secara tepat dan efisien serta mencegah tumor untuk menjadi lebih ganas
lagi.

2
BAB II
KONSEP TEORI

2.1 Pengertian
CA Mammae atau Kenker Payudara adalah tumbuhnya sel-sel yang abnormal dan
membelah diri lebih cepat daripada sel-sel yang mati pada jaringan payudara, sehingga
sel-sel membentuk benjolan besar dan akan terus membesar (Machael Dixon & Robert
Leonard.2002.Kelainan Payudara : hal.55).
CA Mammae adalah suatu penyakit pertumbuhan sel, akibat adanya onkogen yang
menyebabkan sel normal menjadi sel kanker pada jaringan payudara (Karsono,2006).
CA Mammae merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara.
Kanker bisa tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak, maupun
jaringan ikat pada payudara (Wijaya,2005).
CA Mammae (carcinoma mammae) adalah keganasan yang bersal dari sel kelenjar,
saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara. Ca
Mammae adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker bisa
mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat
pada payudara (Medicastore,2011).
Carsinoma mammae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normal mammae
dimana sel abnormal timbul dari sel – sel normal, berkembang biak dan menginfiltrasi
jaringan limfe dan pembuluh darah (Lynda Juall Carpenito, 1995).
Kesimpulan, CA Mammae atau Kanker payudara merupakan penyakit keganasan
yang paling banyak menyerang wanita. Penyakit ini disebabkan karena terjadinya
pembelahan sel-sel tubuh secara cepat, tidak teratur atau abnormal sehingga pertumbuhan
sel tidak dapat dikendalikan dan akan tumbuh menjadi benjolan tumor (kanker).

3
2.2 Penyebab/Etiologi
Penyebab Kanker Payudara belum dapat ditentukan secara jelas. Namun terdapat
beberapa faktor risiko yang telah ditetapkan, keduanya adalah lingkungan dan genetik
(Sylvia & Lorraine.2005. Patofisiologi,Vol.2,Edisi 6 : hal.1304).
1. Bertambah Usia
Lebih banyak wanita kelompok usia yang lebih tua menderita kanker payudara,
dengan risiko 2 kali lipat setiap 10 tahun. Usia 30-50 tahun meningkat tajam.
2. Riwayat Menstruasi, ketika masa haid mulai dan berakhir
Abortus spontan sebelum kelahiran pertama, masa haid yang lebih awal dan terus
berlangsung diatas usia 55 tahun akan meningkatkan risiko.
3. Menunda kehamilan
Wanita yang belum hamil sampai melebihi usia 30 tahun, atau yang belum pernah
melahirkan, memiliki risiko lebih besar daripada mereka yang hamil pertama kali di
usia belasan tahun.
4. Menyusui
Seorang wanita yang telah menyusui satu anak atau lebih memiliki risiko lebih rendah
daripada wanita yang tidak pernah menyusui.
5. Sel-sel payudara yang abnormal
Beberapa wanita yang berada pada kondisi non-kanker ditemukan menderita
ketidaknormalan pada sel-sel payudara tertentu yang nantinya bisa menjadi kanker.
6. Bentuk Tubuh, Kelebihan Berat Badan
Obesitas (setiap penambahan 10 kg) : 80% lebih besar terkena kanker payudara. Ada
juga kaitan antara kanker payudara dan makanan yang berlemak tinggi, meski belum
jelas bagaimana kaitannya.
7. Riwayat Keluarga
Sanak family perempuan tingkat pertama (keluarga maternal atau paternal) dengan
kanker payudara : 2-3 kali lebih besar terkena kanker payudara Ibu dan saudara
perempuan, atau 2 saudara perempuan terkena kanker payudara : 6 kali lebih besar
terkena kanker payudara.

4
8. Penyakit Payudara lain
Hyperplasia duktus dan lobulus dengan atipia : 8 kali lebih besar terkena kanker
payudara.
9. Terpajan Radiasi
Peningkatan risiko untuk setiap radiasi pada perempuan muda dan anak-anak;
bermanifestasi setelah usia 30 tahun; periode laten minimum 10-15 tahun.
10. Kanker Primer Kedua
Dengan kanker ovarium primer, risiko kanker payudara 3-4 kali lebih besar. Dengan
kanker endometrium primer, risiko kanker payudara 2 kali lebih besar. Dengan
kanker kolorektal, risiko kanker payudara 2 kali lebih besar.
11. Minum Alkohol dan Merokok
Wanita yang minum banyak alkohol memiliki risiko lebih tinggi daripada mereka
yang tidak minum alkohol. Merokok tidak dihubungkan secara langsung dengan
risiko kanker payudara, tetapi berhubungan dengan penyakit lain dan kesehatan
secara menyeluruh.
12. Mengkonsumsi pil KB
Ada sedikit peningkatan risiko pada wanita yang mengkonsumsi pil KB. Risiko ini
bersifat sementara dan hilang setelah 10 tahun berhenti mengkonsumsi pil KB.
13. Menjalani Terapi Penggantian Hormon (TPH)
Untuk 10 tahun pertama, manfaat kesehatannya lebih besar dibanding sedikit
peningkatan risiko terkena kanker payudara, tetapi setelah masa itu risikonya menjadi
lebih besar. Seorang wanita usia 50-an, 20 tahun kedepan memiliki satu dari 22
kemungkinan untuk menderita kanker payudara, dan akan meningkat menjadi satu
dari 20 jika ia menjalani terapi penggantian hormon selama 10 tahun. Risikonya
meningkat menjadi satu dari 17-18 selama 15 tahun pemakaian terapi. Terapi
penggantian hormon biasanya hanya diberikan pada wanita dengan sejarah keluarga
rentan kanker payudara dan mengalami masalah besar dengan menopausenya.

5
2.3 Tanda dan Gejala

Tanda awal dari kanker payudara adalah ditemukannya benjolan yang terasa berbeda
pada payudara. Jika ditekan, benjolan ini tidak terasa nyeri. Awalnya benjolan ini
berukuran kecil, tapi lama kelamaan membesar dan akhirnya melekat pada kulit atau
menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau puting susu. Berikut merupakan tanda
dan gejala kanker payudara, yaitu:
1. Perubahan simetris pada payudara
2. Perubahan kulit pada payudara, penebalan, cekungan, kulit pucat sekitar putting susu,
adanya mengkerut seperti kulit jeruk purut dan adanya ulkus
3. Perubahan temperatur kulit (hangat, panas, kemerahan)
4. Adanya massa atau benolan pada payudara
5. Bentuk putting berubah (bisa masuk kedalam, atau terasa sakit terus-menerus),
6. Adanya cairan atau darah yang keluar dari putting susu
7. Perubahan pada putting susu, seperti gatal, terbakar, adanya erosi dan terjadi retraksi
8. Rasa sakit
9. Penyebaran kanker ke tulang sehingga tulang mudah rapuh dan terjadi peningkatan
kalsium di dalam darah
10. Pembengkakan di daerah lengan

2.4 Patofisiologi dan WOC


Patofisiologi :
Kanker payudara adalah penyakit yang terjadi karena kerusakan genetik pada
DNA dari sel epitel payudara. Ada banyak jenis dari kanker payudara. Perubahan genetik
ditemukan pada sel epitel, menjalar ke duktus atau jaringan lobular. Tingkat dari
pertumbuhan kanker tergantung pada efek dari estrogen dan progesteron. Kanker dapat
berupa invasif (infiltrasi) maupun noninvasif (in situ). Kanker payudara invasif atau
infiltrasi dapat berkembang ke dinding duktus dan jaringan sekitar, sejauh ini kanker
yang banyak terjadi adalah invasif duktus karsinoma. Duktus karsinoma berasal dari
duktus lactiferous dan bentuknya seperti tentakel yang menyerang struktur payudara di
sekitarnya. Tumornya biasanya unilateral, tidak bisa digambarkan, padat, non mobile,

6
dan nontender. Lobular karsinoma berasal dari lobus payudara. Biasanya bilateral dan
tidak teraba. Nipple karsinoma (paget’s disease) berasal dari puting. Biasanya terjadi
dengan invasif duktal karsinoma. Perdarahan, berdarah, dan terjadi pengerasan puting
(Lowdermilk et al 2000).
Kanker payudara dapat menyerang jaringan sekitar sehingga mempunyai tentakel.
Pola pertumbuhan invasif dapat menghasilkan tumor irregular yang bisa teraba saat
palpasi. Pada saat tumor berkembang, terjadi fibrosis di sekitarnya dan memendekkan
Cooper’s ligamen. Saat Cooper’s ligamen memendek, mengakibatkan terjadinya peau
d’orange (kulit berwarna orange) perubahan kulit dan edema berhubungan dengan kanker
payudara. Jika kanker payudara menyerang duktus limpatik, tumor dapat berkembang di
nodus limpa, biasanya menyerang nodus limpa axila. Tumor bisa merusak lapisan kulit,
menyebabkan ulserasi. Metastasis diakibatkan oleh kanker payudara yang menempati
darah dan sistem lympa, menyebabkan perkembangan tumor di tulang, paru-paru, otak,
dan hati (Lowdermilk et al 2000, Swart 2011).

7
WOC CA MAMMAE :
FAKTOR PREDISPOSISI

Genetik Hormon Pola Makan dan Radiasi


Kembar monozygote Penggunaan obat Minum Merangsang
yang terdapat kanker antikontiseptiva Makanan yang pertumbuhan sel
payudara, ibu yang oral/hormon mengandung lemak,
abnormal kanker.
merokok, minuman
mempunyai kanker estrogen jangka
beralkohol.
payudara. panjang.

Hiperplasia sel

Karsinoma In Situ

Stroma jar. Ikat disekitar sel


diinvasi oleh sel

CA Mammae

Merusak jaringan sekitar. Mendesak


pembuluh darah
Menekan jaringan pada mammae Mendesak sel saraf Aliarn darah
terhambat
Peningkatan konsistensi mammae
Mammae membengkak Ukuran Mammae abnormal Interupsi sel saraf Hipoksia
Massa tumor mendesak Mammae asimetrik
Necrose jaringan
ke jaringan luar MK :
MK : Nyeri
Gangguan
Perfusi Jaringan terganggu Citra Tubuh. Bakteri pathogen

Ulkus
MK : Risiko
infeksi

MK : Gangguan
Integritas Kulit

8
2.5 Komplikasi
Menurut Sjamsuhidayat (2004), komplikasi kanker payudara adalah :
1. Gangguan Neurovaskuler
2. Metastasis : otak, paru, hati, tulang tengkorak, vertebra, iga, tulang panjang
3. Fraktur patologis
4. Fibrosis payudara
5. Kematian

2.6 Terapi Secara Umum


1) Medis
Ada 2 macam yaitu kuratif (pembedahan) dan paliatif (non pembedahan).
Penanganan kuratif dengan pembedahan, yaitu :

a. Mastektomi parsial (eksisi tumor local dan penyinaran)


Mulai dari tilektomi (lumpektomi) sampai pengangkatan segmental (pengangkatan
jaringan yang luas dengan kulit yang terkena) sampai kuadrantektomi (pengangkatan
seperempat payudara); pengangkatan atau pengambilan contoh jaringan dari kelenjar
getah bening aksila, untuk penentuan stadium.
b. Mastektomi total dengan diseksi aksila rendah
Eksisi seluruh payudara, semua kelenjar getah bening di lateral otot pektoralis minor.
c. Mastektomi radikal yang dimodifikasi
Eksisi seluruh payudara, semua atau sebagian besar jaringan aksila.
d. Mastektomi radikal
Eksisi seluruh payudara, otot pektoralis mayor dan minor dibawahnya; seluruh isi
aksila.
e. Mastektomi radikal yang diperluas
Sama seperti mastektomi radikal ditambah dengan kelenjar getah bening mamaria
interna.

9
Penanganan dengan nonpembedahan, yaitu :

a. Penyinaran
Ke payudara dan daerah dada lain sebagai terapi lokal tambahan setelah prosedur
bedah; ke payudara dan kelenjar getah bening regional yang tidak dapat direseksi
pada kanker lanjut, pada metastasis tulang; metastasis kelenjar getah bening aksila,
kekambuhan tumor lokal atau regional setelah mastektomi.
b. Kemoterapi
Terapi sistemik tambahan setelah mastektomi; paliatif pada penyakit yang lanjut.
Pengobatan ini biasanya diberikan sebagai kombinasi obat-obatan anti-kanker,
seringkali sekaligus tiga kali. Target utama obat-obatan semacam ini dimaksudkan
untuk mengidentifikasi dan membunuh sel-sel yang bertambah dan membelah secara
cepat. Obat-obatan anti-kanker tidak dapat mengenali sel-sel kanker secara spesifik,
dan akan membunuh sel-sel lain yang membelah secara aktif seperti sel-sel darah atau
sumsum tulang (dan rambut).
Keberhasilan dibalik kemoterapi kanker dapat ditemukan dalam kombinasi obat-
obatan yang digunakan, yang dapat memperkecil kerusakan pada darah selagi bekerja
memperbesar kerusakan pada sel-sel kanker. Efek samping yang sangat tidak
menyenangkan dari kemoterapi, yaitu rasa mual, muntah, kerontokan rambut.
c. Terapi Hormon dan Endokrin
Kanker yang telah menyebar, memakai estrogen, androgen, progesterone,
antiestrogen; ooforektomi, adrenalektomi, hipofisektomi.
d. Terapi Paliatif dan pain
Terapi paliatif untuk dapat dikerjakan sesuai dengan keluhan pasien, untuk tujuan
perbaikan kualitas hidup. Dapat bersifat medikamentosa, paliatif (pemberian obat-
obat paliatif) dan non medicamentosa (radiasi paliatif dan pembedahan paliatif).
e. Immunoterapi dan ioterapi
Sampai saat ini penggunaan immunoterapi seperti pemberian interferon, modified
molekuler, biologi agent, masih bersifat terbatas sebagai terapi adjuvan untuk
mendukung keberhasilan pengobatan-pengobatan lainnya. Pengobatan bioterapi
dengan rekayasa genetika u ntuk mengoreksi mutasi genetik untuk mengoreksi mutasi
genetik masih dalam penelitian.

10
f. Rehabilitasi fisik dan psikis
Penderita kanker payudara sebaiknya setelah mendapat pengobatan konvensiobnal
seperti pembedahan, penyinaran, kemoterapi sebaiknya dilakukan rehabolitasi fisik
untuk mencegah timbulnya komplikasi akiabt treatment tersebut. Rehabilitasi psikis
juga diperlukan untuk mendorong semangat hidup yang lebh baik.

2) Keperawatan
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan perawat pada pasien CA Mammae
yaitu membantu pasien/orang terdekat menerima stress situasi/prognosis, mencegah
komplikasi, membuat program rehabilitasi individual, memberikan informasi tentang
penyakit, prosedur, prognosis dan kebutuhan pengobatan.

11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

3.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan berfokus pada hal-hal berikut :
a. Berapa lama muncul massa, penebalan, atau gejala lain dan apakah telah mengalami
perubahan.
b. Karakter nyeri payudara, jika ada.
c. Rabas dari putting berikut karakteristiknya.
d. Adanya ruam atau eksem pada putting.
e. Riwayat trauma payudara dan riwayat keluarga memiliki risiko kanker.

Resons emosional wanita dan keluarga dan sumber untuk koping perlu diidentifikasi.
Pemeriksaan fisik meliputi pengkajian perubahan kulit (terdapat cekungan,eritema,ruam),
rabas dari putting, dan penebalan atau teraba adanya massa. Wanita harus diperiksa
dalam posisi duduk atau telentang.

3.2 Masalah Keperawatan yang Muncul

Preoperasi :

1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit Ca Mamae.


2. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang pra dan pasca operasi dan
takut akan kecacatan.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pengetahuan terhadap penyakit.

Postoperasi :

1. Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, pembengkakan jaringan,adanya selang


nasogastrik atau orogastrik.
2. Gangguan citra diri berhubungan dengan kehilangan payudara, perubahan anatomi
tubuh.

12
3. Kerusakan integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan bedah pengangkatan,
radiasi atau agen kemoterapi, gangguan sirkulasi atau suplai darah,pembentukan
udema dan pengumpulan atau drainase terus-menerus.

3.3 Tindakan yang bisa dilakukan baik Mandiri, Kolaborasi/Delegatif


Preoperasi :
1) Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit Ca Mamae.
Tujuan dan Kriteria Hasil :
a. Klien mampu mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas.
b. Melaporkan nyeri yang dialaminya.
c. Mengikuti program pengobatan.
d. Mendemontrasikan tehnik relaksasi dan pengalihan rasa nyeri melalui aktivitas
yang mungkin.

Intervensi :

Tindakan Mandiri :
1. Observasi dan tentukan riwayat nyeri, lokasi, durasi dan intensitas.
Rasional : Untuk mengetahui efektifitas penanganan nyeri, tingkat nyeri dan
sejauh mana klien mampu menahan rasa nyeri serta untuk mengetahui kebutuhan
klien akan obat-obatan anti nyeri.
2. Evaluasi therapi: pembedahan, radiasi, khemotherapi, biotherapy.
Rasional : Untuk mengetahui terapi yang dilakukan sesuai atau tidak, atau malah
menimbulkan komplikasi.
3. Berikan pengalihan seperti reposisi dan aktivitas menyenangkan seperti
mendengarkan music atau menonton TV.
Rasional : Untuk meningkatkan kenyamanan dengan mengalihkan perhatian klien
dari rasa nyeri.
4. Diskusikan penanganan nyeri dengan dokter dan juga dengan klien.
Rasional : Agar terapi yang diberikan tepat sasaran.

13
5. Menganjurkan tehnik penanganan stress (tehnik relaksasi, visualisasi, bimbingan),
gembira, dan berikan sentuhan therapeutik.
Rasional : Meningkatkan control diri atas efek samping dengan menurunkan
stress dan ansietas.

Tindakan Kolaborasi :
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik sesuai indikasi seperti
morfin, methadone, narkotik, dll.
Rasional : Untuk mengurangi dan mengatasi rasa nyeri.

2) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang pra dan pasca


operasi dan takut akan kecacatan.
Tujuan dan Kriteria Hasil :
a. Klien dapat mengurangi rasa cemasnya.
b. Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif.
c. Menunjukkan koping yang efektif serta mampu berpartisipasi dalam pengobatan.

Intervensi :

Tindakan Mandiri :

1. Observasi pengalaman klien sebelumnya terhadap penyakit yang dideritanya.


Rasional : Data-data mengenai pengalaman klien sebelumnya akan memberikan
dasar untuk penyuluhan dan menghindari adanya duplikasi.
2. Catat koping yang tidak efektif seperti kurang interaksi sosial, ketidakberdayaan,
dll.
Rasional : Mengetahui dan menggali pola koping klien serta mengatasinya
/memberikan solusi dalam upaya meningkatkan kekuatan dalam mengatasi
kecemasan.
3. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman.
Rasional : Memberikan kesempatan pada klien untuk berpikir/merenung/istirahat.

14
4. Pertahankan kontak dengan klien, bicara dan sentuhlah dengan wajar.
Rasional : Klien mendapatkan kepercayaan diri dan keyakinan bahwa dia benar-
benar ditolong.
5. Beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan rasa marah, takut,
konfrontasi. Beri informasi dengan emosi wajar dan ekspresi yang sesuai.
Rasional : Dapat menurunkan kecemasan klien.
6. Berikan informasi tentang prognosis secara akurat.
Rasional : Pemberian informasi dapat membantu klien dalam memahami proses
penyakitnya.
7. Jelaskan pengobatan, tujuan dan efek samping. Bantu klien mempersiapkan diri
dalam pengobatan.
Rasional : Membantu klien dalam memahami kebutuhan untuk pengobatan dan
efek sampingnya.
8. Anjurkan untuk mengembangkan interaksi dengan support system.
Rasional: Agar klien memperoleh dukungan dari orang yang terdekat/keluarga.

3) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pengetahuan terhadap


penyakit.
Tujuan dan Kriteria Hasil :
a. Klien dapat mengatakan secara akurat tentang diagnosis dan pengobatan pada
tingkatan siap.
b. Mengikuti prosedur dengan baik dan menjelaskan tentang alasan mengikuti
prosedur tersebut.
c. Mempunyai inisiatif dalam perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam
pengobatan.
d. Bekerjasama dengan pemberi informasi.

Intervensi :

Tindakan Mandiri :

1. Tanyakan pengertian klien dan keluarga tentang diagnosa, pengobatan dan


akibatnya.

15
Rasional : Menghindari adanya duplikasi dan pengulangan terhadap pengetahuan
klien.
2. Tentukan persepsi klien tentang kanker dan pengobatannya, ceritakan pada klien
tentang pengalaman klien lain yang menderita kanker.
Rasional : Memungkinkan dilakukan pembenaran terhadap kesalahan persepsi
dan konsepsi serta kesalahan pengertian.
3. Beri informasi yang akurat dan faktual. Jawab pertanyaan secara spesifik,
hindarkan informasi yang tidak diperlukan.
Rasional : Membantu klien dalam memahami proses penyakit.
4. Berikan bimbingan kepada klien/keluarga sebelum mengikuti prosedur
pengobatan, therapy yang lama, komplikasi. Jujurlah pada klien.
Rasional : Membantu klien dan keluarga dalam membuat keputusan pengobatan.
5. Anjurkan klien untuk memberikan umpan balik verbal dan mengkoreksi
miskonsepsi tentang penyakitnya.
Rasional : Mengetahui sejauh mana pemahaman klien dan keluarga mengenai
penyakit klien.
6. Beri penjelasan kepada klien /keluarga tentang pentingnya status nutrisi yang
optimal.
Rasional : Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga mengenai nutrisi yang
adekuat.
7. Anjurkan klien untuk mengkaji membrane mukosa mulutnya secara rutin,
perhatikan adanya eritema, ulcerasi.
Rasional : Mengkaji perkembangan proses-proses penyembuhan dan tanda-tanda
infeksi serta masalah dengan kesehatan mulut yang dapat mempengaruhi intake
makanan dan minuman.
8. Anjurkan klien memelihara kebersihan kulit dan rambut.
Rasional : Meningkatkan integritas kulit dan kepala.

16
Postoperasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, pembengkakan jaringan,adanya
selang nasogastrik atau orogastrik
Tujuan dan Kriteria Hasil :
a. Pasien mengatakan rasa nyerinya berkurang, skala 1-3 dari 10 skala yang
diberikan.
b. Ekspresi wajah tidak pucat/ anemis
c. Keadaan umum membaik
d. Tanda - tanda vital dalam batas normal

- TD : 100-120/60-80 mmHg

- N : 60-100 x/mnt

- RR : 16-24 x/mnt

- S : 36,8-37,2 0C

Intervensi :

Tindakan Mandiri :

1. Observasi dan kaji TTV pasien setiap 6 jam


Rasional : Untuk mengetahui keadaan umum pasien.
2. Observasi dan kaji lokasi, skala, karakteristik nyeri
Rasional : Menentukan lokasi, skala, dan karakteristik nyeri untuk membantu
memilih intervensi.
3. Berikan pasien posisi semifowler
Rasional : Mengurangi atau meringankan rasa nyeri, serta memberikan rasa
nyaman kepada pasien.
4. Ajarkan teknik manajemen nyeri distraksi (menonton TV) dan relaksasi (nafas
dalam)
Rasional : Teknik manajemen nyeri dapat mengalihkan dan meringankan rasa
nyeri pasien.

17
Tindakan Kolaborasi :
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik sesuai indikasi
Rasional : Analgetik dapat meringankan rasa nyeri.

2) Kerusakan integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan bedah


pengangkatan, radiasi atau agen kemoterapi, gangguan sirkulasi atau suplai
darah,pembentukan udema dan pengumpulan atau drainase terus-menerus
Tujuan dan Kriteria Hasil :
a. Luka pasien sembuh
b. Kulit pasien pada daerah pembedahan tidak kemerahan
c. Kulit pasien tidak mengalami abrasi

Intervensi :
Tindakan Mandiri :
1. Observasi luka secara teratur (setiap 5 jam), catat karakteristik dan integritas
jaringan.
Rasional : Pengenalan akan adanya kegagalan proses penyembuhan
luka/berkembangnya komplikasi secara dini dapat mencegah terjadinya kondisi
yang lebih serius.
2. Kaji jumlah dan karakteristik cairan luka.
Rasional : Menurunnya cairan menandakan adanya evolusi dari proses
penyembuhan, apabila pengeluaran cairan terus-menerus atau adanya eksudat
yang bau menunjukkan terjadinya komplikasi.
3. Lakukan perawatan luka
Rasional : Mencegah berkembangnya mikroorganisme.
4. Berikan HE tentang proses penyembuhan luka, keadaan integritas kulit dan
ingatkan pasien untuk tidak menyentuh daerah luka
Rasional : Pendidikan tentang proses penyembuhan luka dapat membantu pasien
paham terhadap keadaan luka yang dialaminya dan dapat mencegah kontaminasi
luka.

18
Tindakan Kolaborasi

5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik


Rasional : Mencegah infeksi bakteri pada luka pasien.

3) Gangguan citra diri berhubungan dengan kehilangan payudara, perubahan


anatomi tubuh
Tujuan dan Kriteria Hasil :
a. Pasien tidak malu dengan keadaan tubuhnya setelah operasi.
b. Pasien dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

Intervensi :

Tindakan Mandiri :

2. Beri dukungan kepada pasien agar pasien dapat menerima keadaannya.


Rasional : Mempertahankan kondisi psikologis pasien
3. Dorong keluarga atau orang terdekat pasien untuk berpartisipasi dalam perawatan.
Rasional : Dukungan keluarga atau orang terdekat pasien dapat meningkatka
nmotivasi pasien.

3.4 Implementasi
Implementasi merupakan tahap ke empat dalam proses keperawatan dengan
melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tidakan keperawatan) yang telah direncanakan pada
intervensi.

3.5 Evaluasi
Preoperasi :
1. Nyeri pasien dapat teratasi
2. Cemas pasien teratasi
3. Kurang pengetahuan pasien teratasi

19
Postoperasi :

1. Nyeri dapat teratasi


2. Tidak terjadi kerusakan integritas kulit
3. Pasien dapat beradaptasi dengan citra tubuhnya

20
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
CA Mammae atau Kanker payudara merupakan penyakit keganasan yang paling
banyak menyerang wanita. Penyakit ini disebabkan karena terjadinya pembelahan sel-sel
tubuh secara cepat, tidak teratur atau abnormal sehingga pertumbuhan sel tidak dapat
dikendalikan dan akan tumbuh menjadi benjolan tumor (kanker).
Terdapat beberapa faktor risiko yang telah ditetapkan, keduanya adalah
lingkungan dan genetic. Faktor-faktor tersebut antara lain : Bertambah Usia, Riwayat
Menstruasi; ketika masa haid mulai dan berakhir, Menunda kehamilan, Menyusui, Sel-sel
payudara yang abnormal, Bentuk Tubuh; Kelebihan Berat Badan, Riwayat Keluarga,
Penyakit Payudara lain, Terpajan Radiasi, Kanker Primer Kedua, Minum Alkohol dan
Merokok , Mengkonsumsi pil KB, Menjalani Terapi Penggantian Hormon (TPH).
Beberapa tanda dan gejala dari CA Mammae antara lain : Perubahan simetris pada
payudara, Perubahan kulit pada payudara, penebalan, cekungan, kulit pucat sekitar
putting susu, adanya mengkerut seperti kulit jeruk purut dan adanya ulkus, Perubahan
temperatur kulit (hangat, panas, kemerahan), Adanya massa atau benolan pada payudara,
Bentuk putting berubah (bisa masuk kedalam, atau terasa sakit terus-menerus), Adanya
cairan atau darah yang keluar dari ptting susu.
Terapi umum yang diberikan pada pasien CA Mammae, yaitu Medis dan
Keperawatan. Terapi Medis dibagi menjadi 2 ; Pembedahan dan Non Pembedahan.
Terapi pembedahan dapat dilakukan dengan Mastektomi, dan non pembedahan dapat
dilakukan dengan penyinaran, kemoterapi dan terapi hormon dan endokrin. Serta
tindakan keperawatan yang dapat dilakukan antara lain : membantu pasien/orang terdekat
menerima stress situasi/prognosis, mencegah komplikasi, memberikan informasi tentang
penyakit, prosedur, prognosis dan kebutuhan pengobatan.

21
4.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa mengetahui serta mampu
memahami konsep dasar teori dari penyakit CA Mammae serta memahami Asuhan
Keperawatan pada pasien yang menderita CA Mammae. Mulai dari tahap pengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. Serta dapat
mengaplikasikannya di lingkungan rumah sakit maupun lingkungan sekitar. Dan untuk
lembaga pendidikan kesehatan disarankan lebih banyak menyediakan buku-buku
penunjang sebagai acuan dalam melakukan asuhan keperawatan.

22

Anda mungkin juga menyukai