Disusun Oleh :
NIM : 20317101
TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
C. Etiologi
Menurut Putra (2015) faktor risiko yang dapat menyebabkan kanker payudra terbagi
menjadi dua kelompok yaitu faktor resiko yang dapat diubah dan faktor resiko tidak dapat
diubah. Faktor-faktor tersebut sebagai berikut :
a. Faktor risiko yang dapat diubah :
1. Obesitas
Obesetitas adalah kegemukan yang diakibatkan oleh kelebihan lemak dalam tubuh.
Jaringan lemak dalam tubuh merupakan sumber utama estrogen, jadi jika memiliki
jaringan lemak lebih banyak berarti memiliki estrogen lebih tinggi yang
meningkatkan risiko kanker payudara.
2. Pecandu alkohol
Alkohol bekerja dengan meningkatkan kadar darah didalam insulin darah, seperti
faktor pertumbuhan atau insulin like growth factors (IGFs) dan estrogen. Oleh
karena itu alkohol dapat meningkatkan risiko kanker payudara.
3. Perokok berat
Rokok merupakan salah satu faktor risiko kanker payudara pada perempuan, rokok
mengandung zat-zat kimia yang dapat mempengaruhi organ – organ tubuh. Menurut
penelitian WHO menyatakan setiap jam tembakau rokok membunuh 560 oranng di
seluruh Dunia. Kematian tersebut tidak terlepas dari 3800 zat kimia yang sebagian
besar merupakan racun dan karsinogen (zat pemicu kanker).
4. Stres
Stres dapat menjadi faktor risiko kanker payudara karena stres pisikologi yang berat
dan terus menerus dapat melemahkan daya tahan tubuh dan penyakit fisik dapat
mudah menyerang.
5. Terpapar zat karsinogen
Zat karsinogen di antaranya yaitu zat kimia, radiasi, dan pembakaran asap
tembakau. Zat karsinogen dapat memicu tumbuhnya sel kanker payudara.
b. Faktor risiko yang tidak dapat diubah
1. Faktor genetik atau keturunan
Kanker payudara sering dikatakan penyakit turun temurun, ada dua gen yang dapat
mewarisi kanker payudara maupun ovarium yaitu gen BRCA1 (Brest Care
Susceptibility Gene 1) dan BRCA2 (Brest Care Susceptibility Gene 2) yang terlibat
dari perbaikan DNA (Deoxyribo Nucleic Acid). Kedua gen ini hanya mencapai 5%
dari kanker payudara, jika pasien memiliki riwayat kelurga kanker payudara uji gen
BRCA dapat dilakukan. Jika memiliki salah satu atau kedua gen BRCA1 dan
BRCA2 risiko terkena kanker payudara akan meningkat, BRCA1 berisiko lebih
tinggi kemungkinan 60%-85% berisko kanker payudara sedangkan BRCA2
berisiko 40% - 60% berisiko kanker payudara.
2. Faktor seks atau jenis kelamin
Perempuan memiliki risiko lebih besar mengalami kanker payudara, tetapi laki-laki
juga dapat terserang kanker payudara. Hal ini disebabkan laki-laki memiliki lebih
sedikit hormon estrogen dan progesteron yang dapat memicu pertumbuhan sel
kanker, selain itu payudara laki-laki sebagian besar adalah lemak, bukan kelenjar
seperti perempuan.
3. Faktor usia
Faktor risiko usia dapat menentukan seberapa besar risko kanker payudara.
presentase risiko kanker payudara menurut usia yaitu, dari usia 30-39 tahun berisiko
1 dari 233 perempuan atau 0,43%, usia 40-49 tahun berisiko 1 dari 69 perempuan
atau 1,4%, usia 50-59 tahun berisiko 1 dari 38 perempuan atau 2,6%, usia 60-69
tahun berisiko 1 dari 27 perempuan atau 3,7%. Jadi, Semakin tua usia seseorang
kemungkinan terjadinya kanker payudara semakin tinggi karena kerusakan genetik
(mutasi) semakin meningkat dan kemampuan untuk beregenerasi sel menurun.
4. Riwayat kehamilan
Perempuan yang belum pernah hamil (nullipara) memiliki risiko kanker payudara
lebih tinggi. Pertumbuhan sel payudara pada usia remaja bersifat imatur (belum
matang) dan sangat aktif. Sel payudara yang imatur lebih rentan mengalami mutasi
sel yang abnormal, ketika seseorang hamil akan mengalami kematuran sel pada
payudaranya dan menurunkan risiko kanker payudara.
5. Riwayat menstruasi
Perempuan yang mendapatkan menstruasi pertama kali sebelum umur 12 tahun
(menarche dini) berisiko 2-4 kali lebih tinggi terkena kanker payudara. Risiko yang
sama juga dimiliki perempuan yang menopause pada usia di atas 55 tahun. Setelah
wanita menstruasi akan mengalami perubahan bentuk tubuh tidak terkecualai
payudara, payudara akan mulai tumbuh dan terdapat hormon yang dapat memicu
pertumbuhan sel abnormal.
6. Riwayat menyusui
Perempuan yang menyusui anaknya, terutama selama lebih dari satu tahun, berisiko
lebih kecil menderita kanker payudara. Selama menyusui, sel payudara menjadi
lebih matang (matur). Dengan menyusui mentruasi akan mengalami penundaan. Hal
ini akan mengurangi paparan hormon estrogen terhadap tubuh sehingga
menurunkan risiko kanker payudara.
D. Patofisiologi
Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi hormon. Perubahan
pertama adalah mulai dari masa hidup anak melalui pubertas, masa fertilitas, dsampai
klimakterium dan menopouse. Sejak pubertas pengaruh hormon estrogen dan progesteron
yang diproduksi ovarium dan hipofisis, telah menyebabkan duktus berkembang dan
timbulnya asinus.
Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid. Sekitar hari ke 8
haid,payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum haid berikutnya terjadi
perbesaran maksimal. Selama beberapa hari menjelang haid, payudara menjadi tegang dan
nyeri sehingga pemeriksaan fisik terutama palpasi tidak mungkin dilakukan.
Perubahan ketiga terjadi masa hamil dan menyusui. Pada kehamilan payudara
Menjadi besar karena epitel duktus lobus dan duktus alveolus berproliferasi dan tumbuh
duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dan hipofise anterior memicu. Air susu diproduksi
oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu.
Kanker payudara berasal dari jaringan epitelia dan paling sering terjadi hiperflasia sel-
sel dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini berlanjut menjadi karsinoma insitu dan
menginvasi stroma. Kanker membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sebuah sel
tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat teraba (diameter 1 cm). Pada
ukuran tersebut ,kira kira seperempat dari kanker payudara telah bermetastasis.
Karsinoma payudara 95% merupakan karsinoma, berasal dari epitel saluran dan
kelenjar payudara. Karsinoma muncul sebagai akibat sel sel yang abnormal terbentuk pada
payudara dengan kecepatan tidak terkontrol dan tidak beraturan. Sel tersebut merupakan
hasil mutasi gen dengan perubahan perubahan bentuk, ukuran maupun fungsinya. Mutasi
gen ini dipicu oleh keberadaan suatu benda asing yang masuk dalam tubuh kita, diantara
pengawet makanan, vetsin, radioaktif, oksidan atau karsinognik yang dihasilkan oleh
tubuh sendiri secara alamiah. Pertumbuhan dimulai didalam duktus atau kelenjar lobulus
yang disebut karsinoma non invasif. Kemudian tumor menerobos keluar dinding duktus
atau kelenjar di daerah lobulus dan invasi ke dalam stroma, yang dikenal dengan nama
karsinoma invasif. Pada pertumbuhan selanjutnya tumor meluas menuju fasia otot
pektoralis atau daerah kulityang menimbulkan perlengketan-perlengketan. Pada kondisi
demikian tumor dikategorikanstadium lanju inoperabel.
Penyebaran tumor terjadi melalui pembuluh getah bening, deposit dan tumbuh
dikelenjar getah bening sehingga kelenjar getah bening aksiler ataupun supraklavikuler
membersar. Kemudian melalui pembukuh darah, tumor menyebar ke organ jauh antara
lain paru , hati, tulang dan otak . Akan tetapi dari penelitian para pakar , mikrometastase
pada organ jauh dapat juga terjadi tanpa didahului penyebaran limfogen. Sel kanker dan
racun racun yang dihasilkannya dapat menyebar keseluruh tubuh kita seperti tulang , paru-
paru dan liver tanpa disadari oleh penderita,. Oleh karena itu penderita kanker payudara
ditemukan benjolan diketiak atau dikelenjar getah bening lainnya.Bahkan muncul pula
kanker pada liver dan paru-paru sebagai kanker metastasisnya.
Diduga penyebab terjadinya kanker payudara tidak terlepas dari menurunnya atau
mutasi dari aktifitas gen T Supresor atau sering disebut dengan p53. Penelitian yang paling
sering tentang gen p53 pada kanker payudara adalah immunohistokimia dimana p53
ditemukan pada insisi jaringan dengan menggunakan parafin yang tertanam di jaringan.
Terbukti bahwa gen supresor p53 pada penderita kanker payudara telah mengalami mutasi
sehingga tidak bekerja sebagaimana fungsinya. Mutasi dari p53 menyebabkan terjadinya
penurunan mekanisme apoptosis sel. Hal inilah yang menyebabkan munculnya neoplasma
pada tubuh dan pertumbuhan sel yang menjadi tidak terkendali. (Irianto, 2015).
G. Komplikasi
Karsinoma payudara bisa menyebar ke berbagai bagian tubuh. Karsinoma payudara
bermetastase dengan penyebarab langsung ke jaringan sekitarnya, dan juga melalui saluran
limfe dan aliran darah. Tempat yang paling sering untuk metastase yang jauh atau sistemik
adalah paru paru, pleura, tulang (terutama tengkorak, vertebra dan panggul), adrenal dan
hati. Tempat yang lebih jarang adalah otak, tiroid, leptomeningen, mata, perikardium dan
ovarium (Irianto, 2015).
DAFTAR PUSTAKA
A. Biodata Pasien
1. Nama : Ny. S
2. Umur : 21 Tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuuan
4. No. Register : 0016768
5. Alamat : Serpong utara
6. Status : Menikah
7. Kekuarga Terdekat : Suami dan Orangtua
8. Diagnosa Medis : Tumor mamae
9. Tanggal Pengkajian : 05 April 2021
B. Anamnese
1. Keluhan Utama ( Alasan MRS )
Saat Masuk Rumah Sakit: ada benjolan di payudara kanan dan kiri setelah keguguran
bulan November 2017, klien mengatakan nyeri pada bagian kedua payudaranya
Saat Pengkajian: Ny. D usia 21 tahun saat dikaji mengatakan nyeri pada bagian kedua
payudaranya karena terdapat benjolan, nyeri setiap saat dengan skala nyeri 6, nyeri
seperti tertusuk-tusuk. Klien mengatakan tidak nyaman dengan adanya benjolan pada
payudaranya dan cemas serta khawatir dengan keadannya, gelisah karna kefikiran
dengan kondisinya saat ini. Hasil yang di dapatkan oleh perawat saat pengkajian TD
130/80 mmHg, N 86 x/m, RR 18 x/m, klien tampak meringis kesakitan tidak nyaman
dan tampak gelisah.
2. Riwayat Penyakit Sekarang : Tumor mamae
3. Riwayat Penyakit Yang Lalu : Tidak ada
4. Riwayat Kesehatan Keluarga : Tidak ada
C. Pola Pemeliharaan Kesehatan
1. Pola Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi :
No Pemenuhan Makan/Minum Di Rumah Di Rumah Sakit
2. Pola Eliminasi
No Pemenuhan Eliminasi Di Rumah Di Rumah Sakit
BAB/BAK
Masalah Keperawatan : Gangguan pola tidur, klien mengatakan tidak bisa tidur karena
nyeri pada payudaranya
Masalah Keperawatan : Defisit perawatan diri, selama di rawat klien belum pernah
mandi
5. Aktivitas Lain
No Aktivitas Yang Di Rumah Di Rumah Sakit
Dilakukan
E. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
a. TD : 130/80 mmHg
b. Nadi : 86 x/m
c. RR : 18 x/m
d. Suhu : 36,0°C
e. BB : 50 Kg
f. TB : 155 Cm
2. Keadaan Umum
Klien tampak lemah meringis kesakitan
3. Pemeriksaan Integument, Rambut Dan Kuku
a. Integument
Inspeksi : Adakah lesi (-), Jaringan parut (-)
Warna Kulit : Sawo matang
Bila ada luka bakar lokasi : Tidak ada, dengan luas : Tidak ada %
Palpasi :Tekstur (halus), Turgor/Kelenturan (baik), Struktur (), Lemak Subcutan
(tebal ), Nyeri Tekan (-)
Tipe Primer
Makula (+), Papula (-), Nodule (-), Vesikula (-)
Tipe Sekunder
Pustula (+), Ulkus (-), Crusta (-), Exsoriasi (+), Sear (+), Lichenifikasi (+)
Kelainan- kelainan pada kulit :
Naevus Pigmentosus (+), Hiperpigmentasi (-),Vitiligo/Hipopigmentasi (-), Tatto
(-), Haemangioma (-), Angioma/toh (+), Spider Naevi (-), Strie (-)
b. Pemeriksaan Rambut
Inspeksi dan Palpasi :
Penyebaran (merata), bau tidak, rontok (+), warna hitam, alopesia (-), hirsutisme
(-), alopesia (-)
c. Pemeriksaan Kuku
Inspeksi dan Palpasi
warna putih, bentuk oval, kebersihan baik
d. Keluhan yang dirasakan oleh klien yang berhubungan dengan
Px. Kulit : tidak ada
4. Pemeriksaan Kepala, Wajah Dan Leher
a. Pemeriksaan Kepala
Inspeksi : bentuk kepala (lonjong), kesimetrisan (+), Hidrochepalus (-), Luka (-),
darah (-), Trepanasi (-)
b. Pemeriksaan Mata
Inspeksi :
Kelengkapan dan kesimetrisan mata (+)
Ekssoftalmus (-), Endofthalmus (-)
Kelopak mata/palpebra : oedem (-), ptosis (-), peradangan (-), luka (-), benjolan
(-)
Bulu mata : tidak rontok
Konjunctiva dan sclera : perubahan warna pucat
Warna iris coklat, reaksi pupil terhadap cahaya (miosis), isokor (+)
Kornea : warna hitam
Nigtasmus (+), Strabismus (-)
Pemeriksaan Visus
Dengan Snelen Card: OD tidak terkaji, OS tidak terkaji
Tanpa Snelen Card: Ketajaman Penglihatan (baik)
Pemeriksaan lapang pandang normal
Pemeriksaan tekanan bola mata
Dengan tonometri tidak terkaji, dengan palpasi teraba tidak ada nyeri tekan
c. Pemeriksaan Telinga
Inspeksi dan palpasi
Amati bagian telinga luar: bentuk simetris, ukuran sedang, warna sawo matang,
lesi (-), nyeri tekan (-), peradangan (-), penumpukan serumen (-)
Dengan otoskop periksa membran tympany amati, warna tidak terkaji, transparansi
tidak terkaji, perdarahan (-), perforasi (-)
Uji kemampuan kepekaan telinga :
Tes bisik : mampu mendengarkan suara yang lirih seperti berbisik – bisik
Dengan arloji : antara telinga kanan & kiri tidak ada perbedaan
Uji weber: seimbang
Uji rinne : sama dibanding dengan hantaran udara
Uji swabach : sama
d. Pemeriksaan Hidung
Inspeksi dan palpasi
Amati bentuk tulang hidung dan posis septum nasi (tidak ada pembengkokan)
Amati meatus : perdarahan (-), kotoran (+), pembengkakan (-), pembesaran/polip
(-)
e. Pemeriksaan Mulut dan Faring
Inspeksi dan Palpasi
Amati bibir : Kelainan konginetal (tidak ada), warna bibir pucat, lesi (-), bibir
pecah (+)
Amati gigi ,gusi dan lidah : Caries (+), Kotoran (+), Gigi palsu (-), Gingivitis (-),
Warna lidah : pucat, perdarahan (-) dan abses (-)
Amati orofaring atau rongga mulut : Bau mulut : ada, uvula (simetris), benda
asing : (tidak)
Adakah pembesaran tonsil, T 0 / T 1 / T 2 / T 3 / T 4 tidak ada pembesaran tonsil
Perhatikan suara klien : (tidak berubah)
f. Pemeriksaan Wajah
Inspeksi
Perhatikan ekspresi wajah klien : tegang
warna dan kondisi wajah klien : sawo matang, wajah klien tampak meringis
kesakitan
Struktur wajah klien : lengkap
Kelumpuhan otot-otot fasialis (-)
g. Pemeriksaan Leher
Dengan inspeksi dan palpasi amati dan rasakan :
Bentuk leher (simetris), peradangan (-), jaringan parut (-), perubahan warna (-),
massa (-)
Kelenjar tiroid pembesaran (-)
Vena jugularis, pembesaran (-)
Palpasi : pembesaran kelenjar limfe (-), kelenjar tiroid (-), posisi trakea (simetris)
Keluhan yang dirasakan klien terkait dengan Px. Kepala, wajah, leher tidak ada
Masalah Keperawatan : nyeri akut pada payudara, karena terdapat benjolan pada
kedua payudara
c. Perkusi
Area paru : (sonor)
d. Auskultasi
Suara nafas
Area Vesikuler (halus), area bronchial (halus), area bronkovesikuler (halus)
Suara ucapan
Terdengar : bronkophoni (-), egophoni (-), pectoriloqy (-)
Suara tambahan
Terdengar : Rales (-), Ronchi (-), Wheezing (-), Pleural fricion rub (-)
Keluhan lain yang dirasakan terkait Px. Torak dan Paru tidak ada
7. Pemeriksaan Jantung
a. Inspeksi
Ictus cordis (-), pelebaran (-) cm
b. Palpasi
Pulsasi pada dinding thorak teraba : (Kuat)
c. Perkusi
Batas-batas jantung normal adalah :
Batas atas : ICS II(N = ICS II)
Batas bawah : ICS V (N = ICS V)
Batas Kiri : ICS V Mid Clavikula Sinistra ( N = ICS V Mid Clavikula Sinistra)
Batas Kanan : ICS IV Mid Sternalis Dextra( N = ICS IV Mid Sternalis Dextra)
d. Auskultasi
BJ I terdengar (tunggal), (keras), (reguler)
BJ II terdengar (tunggal), (keras), (reguler)
Bunyi jantung tambahan : BJ III (-), Gallop Rhythm (-), Murmur (-)
e. Keluhan lain terkait dengan jantung : tidak ada keluhan
8. Pemeriksaan Abdomen
a. Inspeksi
Bentuk abdomen : (datar)
Massa/Benjolan (-), Kesimetrisan (+)
Bayangan pembuluh darah vena (-)
b. Auskultasi
Frekuensi peristaltic usus 15 x/m ( N = 5 – 35 x/menit, Borborygmi (-)
c. Palpasi
Palpasi Hepar :
Diskripsikan : Nyeri tekan (-), pembesaran (-), perabaan (lunak), permukaan
(halus), tepi hepar (tumpul ). ( N = hepar tidak teraba).
Palpasi Lien :
Gambarkan garis bayangan Schuffner dan pembesarannya tidak terkaji
Dengan Bimanual lakukan palpasi dan diskrisikan nyeri tekan terletak pada garis
Scuffner ke berapa? Tidak terkaji (menunjukan pembesaran lien)
Palpasi Appendik :
Buatlah garis bayangan untuk menentukan titik Mc. Burney . nyeri tekan (-),nyeri
lepas (-), nyeri menjalar kontralateral (-)
Palpasi dan perkusi untuk mengetahui ada acites atau tidak :Shiffing Dullnes (-),
Undulasi (-)
Palpasi Ginjal :
Keluhan lain yang dirasakan terkait dengan Px. Abdomen tidak ada
b. Palpasi
Oedem : -
2. Status Emosi
Bagaimana ekspresi hati dan perasaan klien : merasa sedih
Stressing yang membuat perasaan klien tidak nyaman : nyeri pada kedua payudara
3. Gaya Komunikasi
Apakah klien tampak hati-hati dalam berbicara (tidak), apakah pola komunikasinya
(spontan), apakah klien menolak untuk diajak komunikasi (tidak), Apakah komunikasi
klien jelas (ya), apakah klien menggunakan bahasa isyarat (tidak).
c. Pola Interaksi
Kepada siapa klien berspon : perawat dan keluarga
Siapa orang yang dekat dan dipercaya klien : keluarga
Bagaimanakah klien dalam berinteraksi (aktif)
d. Pola Pertahanan
Bagaimana mekanisme kopping klien dalam mengatasimasalahnya : keluarga
memberi dukungan
DATA FOKUS
1. Kategori : Psikologi
Subkategori : Nyeri dan Kenyamanan
D. 0077 : Nyeri Akut
2. Kategori : Psikologi
Subkategori : Nyeri dan Kenyamanan
D. 0074 : Gangguan Rasa Nyaman
3. Kategori : Psikologi
Subkategori : Integritas Ego
D. 0080 : Ansietas
INTERVENSI KEPERAWATAN
TGL 05-04-2021
TGL 06-04-2021
TGL 07-04-2021