Anda di halaman 1dari 34

BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1 Kanker payudara

Pengertian

Kanker payudara adalah tumor ganas pada jaringan payudara. Jaringan payudara
terdiri dari kelenjar susu (kelenjar pembuat air susu), saluran kelenjar (saluran air susu),
dan jaringan penunjang payudara. Oleh Word Health Organization (WHO) penyakit ini
dimasukkan ke dalam International Classification of Disease (ICD) dengan kode 174-
175. Kanker payudara terjadi karena adanya kerusakan pada gen yang mengatur
pertumbuhan dan diffrensiasi sehingga sel itu tumbuh dan berkembang biak tanpa dapat
dikendalikan. Penyebaran kanker payudara terjadi melalui pembuluh getah bening dan
tumbuh di kelenjar getah bening, sehingga kelenjar getah bening aksila ataupun
supraklavikula membesar. Kemudian melalui pembuluh darah kanker menyebar ke organ
lain seperti paru-paru, hati dan otak.

Etiologi

Ada 3 pengaruh penting pada kanker payudara:


a. Faktor genetik
Faktor ini berpengaruh dalam peningkatan terjadinya kanker payudara. Pada
percobaan tikus dengan galur sensitif kanker, melalui persilangan genetik didapatkan
tikus yang terkena kanker. Ada faktor turunan pada suatu keluarga yaitu di lokus kecil
kromosom 17q21 pada kanker payudara yang tumbuh di usia muda.

b. Hormon
Kelebihan estrogen endogen atau ketidakseimbangan hormon terlihat sangat jelas
pada kanker payudara. Banyak faktor resiko yang dapat disebutkan seperti masa
reproduksi yang lama, nulipara dan usia tua yang memilii anak pertama. Wanita post
menopause dengan tumor ovarium fungsional dapat terkena tumor payudara karena
kelebihan hormon estrogen. Suatu penelitian menyebutkan bahwa kelebihan jumlah
estrogen di air seni, frekuensi ovulasi dan usia saat menstruasi dihubungkan dengan
meningkatnya resiko terkena kanker payudara.
Epitel payudara normal memiliki reseptor estrogen dan progesteron. Kedua
reseptor ditemukan pada sebagian besar kanker payudara. Berbagai bentuk growth
promoters (transforming growth factor-alpha/ epitelial growth factor, PDGF) disekresi
oleh sel kanker payudara manusia. Produksi GF tergantung pada hormon estrogen,
sehingga interaksi antara hormon di sirkulasi, reseptor hormon di sel kanker dan GF
autokrin merangsang tumor menjadi progresif.
c. Lingkungan
Pengaruh lingkungan diduga karena berbagai faktor antara lain : alkohol, diet
tinggi lemak, kecanduan kopi dan infeksi virus. Hal tersebut akan mempengaruhi
onkogen dan gen supresi tumor dari sel kanker payudara.

Faktor risiko

Penyebab pasti kanker payudara sampai saat ini belum diketahui. Penyebab
kanker payudara termasuk multifaktorial yaitu banyak faktor yang terkait satu dengan
yang lainnya. Beberapa faktor risiko yang mempengaruhi timbulnya kanker payudara
adalah:
a. Usia
Risiko utama kanker payudara adalah bertambahnya usia. Berdasarkan penelitian
American Cancer Society tahun 2006 diketahui usia lebih dari 40 tahun mempunyai
risiko yang lebih besar untuk mendapatkan kanker payudara yakni 1 per 68 penduduk
dan risiko ini akan bertambah seiring dengan pertambahan usia yakni menjadi 1 per
37 penduduk usia 50 tahun, 1 per 26 penduduk usia 60 tahun dan 1 per 24 penduduk
usia 70 tahun. Kanker payudara juga ditemukan pada usia <40 tahun namun
jumlahnya lebih sedikit yakni 1 per 1.985 penduduk usia 20 tahun dan 1 per 225
penduduk usia 30 tahun.22 Data American Cancer Society (2007) melaporkan 70%
perempuan didiagnosa menderita kanker payudara di atas usia 55.
b. Jenis Kelamin
Kanker payudara lebih banyak ditemukan pada wanita. Pada pria juga dapat terjadi
kanker payudara, namun frekuensinya jarang hanya kira-kira 1% dari kanker
payudara pada wanita.
c. Riwayat Reproduksi
Riwayat reproduksi dihubungkan dengan banyak paritas, umur melahirkan anak
pertama dan riwayat menyusui anak. Wanita yang tidak mempunyai anak atau yang
melahirkan anak pertama di usia lebih dari 30 tahun berisiko 2-4 kali lebih tinggi
daripada wanita yang melahirkan pertama di bawah usia 30 tahun. Wanita yang tidak
menyusui anaknya mempunyai risiko kanker payudara 2 kali lebih besar. Kehamilan
dan menyusui mengurangi risiko wanita untuk terpapar dengan hormon estrogen
terus. Pada wanita menyusui, kelenjar payudara dapat berfungsi secara normal dalam
proses laktasi dan menstimulir sekresi hormon progesteron yang bersifat melindungi
wanita dari kanker payudara.
d. Riwayat Kanker Individu
Penderita yang pernah mengalami infeksi atau operasi tumor jinak payudara berisiko
3-9 kali lebih besar untuk menderita kanker payudara. Penderita tumor jinak payudara
seperti kelainan fibrokistik berisiko 11 kali dan penderita yang mengalami operasi
tumor ovarium mempunyai risiko 3-4 kali lebih besar.
e. Riwayat Kanker Keluarga
Secara genetik, sel-sel pada tubuh individu dengan riwayat keluarga menderita kanker
sudah memiliki sifat sebagai embrio terjadinya sel kanker. Menurut sutjipto (2000)
yang dikutip oleh Elisabet T, kemungkinan terkena kanker payudara lebih besar 2
hingga 4 kali pada wanita yang ibu dan saudara perempuannya mengidap penyakit
kanker payudara.
f. Menstruasi cepat dan Menopause lambat
Wanita yang mengalami menstruasi pertama (Menarche) pada usia kurang dari 12
tahun berisiko 1,7 hingga 3,4 kali lebih tinggi daripada wanita dengan menstruasi
yang datang pada usia normal atau lebih dari 12 tahun dan wanita yang mengalami
masa menopausenya terlambat lebih dari 55 tahun berisiko 2,5 hingga 5 kali lebih
tinggi. Wanita yang menstruasi pertama di usia kurang dari 12 tahun dan wanita yang
mengalami masa menopause terlambat akan mengalami siklus menstruasi lebih lama
sepanjang hidupnya yang mengakibatkan keterpaparan lebih lama dengan hormon
estrogen.

g. Pajanan Radiasi
Wanita yang terpapar penyinaran (radiasi) dengan dosis tinggi di dinding dada
berisiko 2 hingga 3 kali lebih tinggi.
h. Obesitas dan Konsumsi makanan lemak tinggi
Wanita yang mengalami kelebihan berta badan (obesitas) dan individu dengan
konsumsi tinggi lemak berisiko 2 kali lebih tinggi dari yang tidak obesitas dan yang
tidak sering mengkonsumsi makanan tinggi lemak. Risiko ini terjadi karena jumlah
lemak yang berlebihan dapat meningkatkan kadar estrogen dalam darah sehingga
akan memicu pertumbuhan sel-sel kanker.

Gejala

Fase awal kanker payudara asimtomatik (tanpa tanda dan gejala). Tanda dan
gejala yang paling umum adalah benjolan dan penebalan pada payudara. Kebanyakan
kira-kira 90% ditemukan oleh penderita sendiri. Kanker payudara pada stadium dini
biasanya tidak menimbulkan keluhan.

Fase lanjut kanker payudara :

a. Bentuk dan ukuran payudara berubah, berbeda dari sebelumnya.

b. Luka pada payudara sudah lama tidak sembuh walau sudah diobati.

c. Eksim pada puting susu dan sekitarnya sudah lama tidak sembuh walau diobati.

d. Puting sakit, keluar darah, nanah atau cairan encer dari puting atau keluar air susu
pada wanita yang sedang hamil atau tidak menyusui.

e. Puting susu tertarik ke dalam.

f. Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk (peud dorange).


Metastase luas, berupa :
1. Pembesaran kelenjar getah bening supraklavikula dan servikal.

2. Hasil rontgen toraks abnormal dengan atau tanpa efusi pleura.

3. Peningkatan alkali fosfatase atau nyeri tulang berkaitan dengan penyebaran ke


tulang.

4. Fungsi hati abnormal.

Di Indonesia, kanker payudara masih menjadi masalah besar karena lebih dari
70% pasien datang ke dokter pada stadium yang sudah lanjut dengan berbagai bentuk
luka, antara lain tumor melekat pada kulit dan jaringan dibawahnya serta penyebaran
pada kelenjar getah bening regional. Gejala lain yang mungkin timbul adalah batuk dan
sesak nafas karena metastasis tumor pada paru, sakit di punggung akibat metastasis pada
tulang belakang, berat badan semakin menurun dan anemia.

Pembagian stadium kanker


Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penelitian dokter saat
mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh manakah
tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar maupun
penyebaran ketempat lain. Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau kanker dan
tidak ada pada tumor jinak.
Untuk menentukan suatu stadium, harus dilakukan pemeriksaan klinis dan
pemeriksaan penunjang lainnya yaitu histopatologi atau PA, rontgen, USG, dan bila
memungkinkan dengan CT scan, scintigrafi, dan lain-lain. Banyak sekali cara untuk
menentukan stadium, namun yang paling banyak digunakan saat ini adalah stadium
kanker berdasarkan klasifikasi sistem TNM yang direkomendasikan oleh UICC
(International Union Against Cancer dari World Helath Organization) / AJCC (American
Joint Committee On Cancer yang disponsori oleh American Cancer Society dan
American College of Surgeons).
Dibawah ini pembagian stadium klinis Portman yang disesuaikan dengan aplikasi
klinik :
a. Stadium I : Tumor terbatas dalam payudara, bebas dari jaringan sekitarnya, tidak ada
klasifikas/ infiltrasi berkulit dan jaringan dibawahnya. Besar tumor 1-2 cm. KGB
(Kelenjar Getah Bening) regional belum teraba.
b. Stadium II : Sama dengan stadium I, besar tumor 2-5 cm, sudah ada KGB aksila (+),
tetapi masih bebas dengan diameter kurang 2 cm.
c. Stadium IIIA : Tumor berukuran 5-10 cm, tetapi masih bebas dari jaringan sekitarnya,
KGB aksila masih bebas satu sama lain.
d. Stadium IIIB : Tumor meluas dalam jaringan payudara ukuran 5-10 cm, fiksasi pada
kulit/ dinding dada, kulit merah dan ada edema (lebih dari 1/3 permukaan kulit
payudara), ulserasi, nodul satelit, KGB aksila melekat satu sama lain atau ke jaringan
sekitarnya dengan diameter 2-5 cm dan belum ada metastasis jauh. Stadium IV :
Tumor seperti stadium I, II atau III tetapi sudah disertai dengan KGB aksila
supraklavikula dan metastasis jauh.23 Selain itu, Bagian Patologi Anatomi FK UI
membagi stadium klinik kanker payudara atas stadium dini dan lanjut. Yang termasuk
stadium dini adalah stadium I, stadium II dan stadium IIIA, sedangkan yang termasuk
stadium lanjut adalah stadium IIIB dan stadium IV.

Sistem TNM
TNM merupakan singkatan dari T yaitu tumor size atau ukuran tumor, N
yaitu node atau kelenjar getah bening regional dan M yaitu metastasis atau penyebaran
jauh. Ketiga faktor T, N, dan M dinilai baik secara klinis sebelum dilakukan operasi, juga
sesudah operasi dan dilakukan pemeriksaan histopatologi (PA). Pada kanker payudara,
penilaian TNM sebagai berikut :
a) Ukuran Tumor (T) :

Tabel 1.1 : Klasifikasi Ukuran Tumor Berdasarkan Sistem TNM

Ukuran Tumor (T) Interpretasi

T0 Tidak ada bukti adanya suatu tumor


Tis Lobular carninoma in situ (LCIS),
ductus carninoma in situ (DCIS), atau
Pagets disease
T1 Diameter tumor 2cm
T1a Tidak ada perlekatan ke fasia atau otot
T1b pektoralis
Dengan perlekatan ke fasia atau otot
pektoralis
T2 Diameter tumor 2-5 cm
T2a Tidak ada perlekatan ke fasia atau otot
T2b pektoralis
Dengan perlekatan ke fasia atau otot
pektoralis
T3 Diameter tumor 5 cm
T3a Tidak ada perlekatan ke fasia atau otot
T3b pektoralis
Dengan perlekatan ke fasia atau otot
pektoralis
T4 Bebepa pun diameternya, tumor telah
T4a melekat pada dinding dada dan
T4b mengenai pectoral lymph node
Dengan fiksasi ke dinding toraks
Dengan edema, infiltrasi, atau ulserasi
b) Palpable Lymph Node (N):

Tabel 1.2 : Klasifikasi Palpable Lymph Node Berdasarkan Sistem

TNM Palpable Lymph Node (N) Interpretasi


N0 Kanker belum menyebar ke lymph
node
N1 Kanker telah menyebar ke axillary
lymph node ipsilateral dan dapat
digerakkan
N2 Kanker telah menyebar ke axillary
lymph node ipsilateral dan melekat
antara satu sama lain (konglumerasi)
atau melekat pada struktru lengan
N3 Kanker telah menyebar ke mammary
lymph node atau supraclavicular
lymph node ipsilateral

Setelah masing-masing faktor T, N, M didapatkan, ketiga faktor tersebut kemudian digabungkan


dan akan diperoleh stadium kanker sebagai berikut:

Tabel 1.3 Stadium Numerik Kanker Payudara


Stadium Ukuran Tumor Palpable Lymph Metastase
Node
0 Tis N0 M0
1 T1 N0 M0
IIA T1 N1 M0
T2 N0 M0
IIB T2 N1 M0
T3 N0 M0
IIIA T1, T2 N2 M0
T3 N1 M0
IIIB T4 N3 M0
IV T N M1

Diagnosis
Terdapat berbagai macam cara untuk mendiagnosa kanker payudara dan untuk
menentukan apakah suda ada metastasis ke organ lain. Beberapa tes juga berguna untuk
menentukan pengobatan yang paling efektif untuk pasien. Kebanyakan pada tipe kanker,
biopsi (mengambil sedikit jaringan untuk diteliti dibawah mikroskop, dilakukan oleh ahli
patologi) adalah jalan satu-satunya untuk menentukan secara pasti diagnosis kanker.
Apabila biopsy tidak mungkin dilakukan, dokter akan mengusulkan tes lain untuk
membantu diagnosa. Test Imaging bisa digunakan untuk menemukan apakah telah terjadi
metastasis. Dokter akan mempertimbangkan faktor-faktor di bawah ini, ketika
memutuskan tes diagnostik:
Usia dan kondisi medis pasien

Tipe kanker

Beratnya gejala

Hasil tes sebelumnya


Tes diagnosa kanker payudara biasanya dimulai apabila wanita atau dokter
menemukan suatu massa atau pengerasan yang tidak normal (suatu titik kecil dari
kalsium, biasanya dilihat pada saat X-ray), pada screening mammogram. Atau bisa juga
suatu yang tidak normal di payudara wanita ditemukan pada pemeriksaan klinis atau
pemeriksaan sendiri. Beberapa tes mungkin dilakukan untuk memastikan diagnosa dari
kanker payudara. Tidak pada semua orang akan dilakukan seluruh test dibawah ini:

IMAGING TEST :
Diagnostic mammography
Sama dengan screening mammography hanya pada test ini lebih banyak gambar
yang bisa diambil. Biasanya digunakan pada wanita dengan tanda-tanda, diantaranya
puting mengeluarkan cairan atau ada banjo;an baru. Diagnostic mammography bisa juga
digunakan apabila sesuatu yang mencurigakan ditemukan pada saat screening
mammogram.
Ultrasound (USG)
Suatu pemeriksaan ultrasound adalah menggunakan gelombang bunyi dengan
frekuensi tinggi untuk mendapatkan gambaran jaringan pada payudara. Gelombang bunyi
yang tinggi ini bisa membedakan suatu masa yang padat, yang kemungkinan kanker, dan
kista yang berisi cairan, yang kemungkinannya bukan kanker.
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI merupakan magnetic, bukan X-ray, untuk memproduksi gambaran detail
dari tubuh. Apabila seorang wanita telah didiagnosa mempunyai kanker maka untuk
memeriksa payudara lainnya dapat digunakan MRI. Tetapi ini tidaklah mutlak karena
dapat digunakan untuk screening saja. Menurut American Cancer Society (ACS), wanita
yang mempunyai resiko tinggi terkena kanker payudara, seperti pada wanita dengan
mutasi gen BRCA atau banyak anggota keluarganya terkena kanker payudara, sebaliknya
juga mendapatkan MRI, bersamaan dengan mammografi. MRI biasanya lebih baik dalam
melihat suatu kumpulan masa yang kecil pada payudara yang mungkin tidak terlihbat
pada saat USG atau mammogram. Khususnya pada wanita yang mempunyai jaringan
payudara yang padat.
Kelemahan MRI juga ada, kadang jaringan pada yang terlihat pada saat MRI
bukan kanker, atau bahkan MRI tidak dapat menunjukkan suatu jaringan yang padat itu
sebagai in situ breast cancer maka untuk memastikan lagi harus dilakukan biopsi.

TES DENGAN BEDAH


Biopsi
Suatu tes bisa saja menunjukkan kemungkinan adanya kanker tapi hanya biopsi
yang bisa memberikan diagnosis secara pasti. Sampel yang diambil dari biopsy, dianalisa
oleh ahli patologi (dokter spesialis yang ahli dalam menterjemahkan tes-tes laboratorium
dan mengevaluasi sel, jaringan, dan organ untuk menentukan penyakit).
Image guided biopsy digunakan ketika suatu benjolan yang mencurigkan tidak
teraba. Itu dapat dilakukan dengan Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB, menggunakan
jarum kecil untuk mengambil sampel jaringan). Stereotactic Core Biopsy (menggunakan
X-ray untuk menentukan jaringan yang akan diambil) atau Vacuum Assisted Biopsy
(menggunakan jarum yang tebal untuk mengambil beberapa macam jaringan inti yang
luas).
Dalam melakukan prosedur ini, jarum biopsy untuk menuju area yang dimaksud,
dibantu oleh mammografi. USG atau MRI. Metal klip kecil dapat diletakkan pada bagian
dari payudara yang akan dilakukan biopsy. Dalam kasus ini apabila jaringan itu
membuktikan adanya kanker, maka segera diadakan operasi tambahan. Keuntungan
teknik ini adalah bahwa pasien hanya butuh sekali operasi untuk menentukkan
pengobatan dan menentukkan stadium.
Core Biopsy dapat menentukkan jaringan FNAB dapat menentukkan sel dari
suatu masa yang berada dan ini semua kemudian dapat dianalisa untuk menentukkan
adanya sel kanker.
Surgical Biopsy (biopsi dengan cara operasi) mengambil sejumlah besar
jaringan. Biopsy ini biasa incisional (mengambil sebagain dari benjolan) atau excisional
(mengambil seluruh benjolan)
Apabila didiagnosa kanker, operasi lanjutan mungkin diperlukan untuk
mendapatkan clear margin area (area jaringan disekitar tumor dimana dipastikan sudah
bersih dari sel kanker) kemungkinan, sekalian mengambil jaringan kelenjar getah bening.
Jaringan yang didapat dari biopsy juga akan dites oleh dokter untuk menentukan
pengobatan. Tes itu untuk melihat :
Ciri-ciri tumor. Apakah tumor itu invasif (biasanya menyebar) atau in situ
(biasanya tidak menyebar). Ductal (dalam saluran susu) atau lobular (dalam kelenjar
susu) Grade (seberapa besar perbedaan kanker itu dari sel sehat) dan apakah sel kanker
telah menjalar ke pembuluh darah atau pembulu getah bening. Margin dari tumor juga
diamati.
Receptor Estrogen (ER) dan Receptor Progestron (PR) tes. Apabila diketahui
positif mengandung receptor ini [ER (+) dan PR (+)], kanker ini berkembangnya karena
hormon-hormon tersebut. Biasanya diadakan terapi hormon. Tes HER2 neu. (C-erb2).
Adanya protein HER2 yang berlebihan. Rata-rata pada 25% penderita kanker. Dengan
mengetahui status HER2 (positif atau negatif), maka dapat ditentukan apakah pasien akan
diterapi dengan menggunakan obat yang disebut trastuzumab (HERCEPTIN) atau tidak.
Genetic Desription of the Tumor. Tes dengan melihat unsur biologi dari tumor,
untuk memahami lebih dalam mengenai kanker payudara. Oncotype DX adalah tes untuk
mengukur resiko seberapa jauh kekambuhannya.

TES DARAH
Tes darah juga diperlukan untuk lebih mendalami kondisi kanker. Tes-tes itu diantaranya
adalah :
a. Level Hemoglobin (HB) : untuk mengtahui jumlah oksigen yang ada di dalam sel
darah merah

b. Level Hematokrit : untuk mengetahui persentase dari darah merah didalam seluruh
badan

c. Jumlah dari sel dari putih : untuk membantu melawan infeksi

d. Jumlah trombosit : untuk membantu pembekuan darah

e. Differential : persentase dari beberapa sel darah putih.

JUMLAH ALKALINE PHOSPHATASE


Jumlah enzim yang tinggi bisa mengindikasikan penyebaran kanker ke hati, saluran
empedu dan tulang.

SGOT DAN SGPT


Tes ini untuk mengevaluasi fungsi hati. Angka yang tinggi dari salah satu tes ini
mengindikasikan adanya kerusakan pada hati, bisa jadi suatu sinyal adanya penyebaran
ke hati.

TUMOR MARKER TEST


Untuk melihat apakah ada suatu jenis zat kimia yang ditemukan pada darah, urin atau
jaringan tubuh. Dengan adanya jumlah tumor marker yang terlalu tinggi atau terlalu
rendah dari nilai normalnya, mengindikasikan adanya suatu proses yang tidak normal di
dalam tubuh akibat kanker. Pada kanker payudara tumor marker yang biasanya dilakukan
adalah CA 15.3 dengan mengambil sampel darah. Pada standar PRODIA tumor marker
tidak boleh melebihi angka 30.
TES-TES LAIN
Tes-tes lain yang biasa dilakukan untuk kanker payudara adalah :
Photo Thorax untuk mengetahui apakah sudah ada penyebaran ke paru
Bonescan untuk mengetahui apakah kanker sudah menyebar ke tulang. Pasien disuntikan
radioactive tracer pada pembuluh vena yang akan berkumpul di tulang yang menujukkan
kelainan karena kanker. Jarang antara suntikan dan pelaksanaan bonescan kira-kira 3-4
jam. Selama itu pasien dianjurkan minum sebanyak-banyak. Hasil yang terlihat adalah
gambar penampang tulang lengkap dari depan dan belakang. Tulang yang menunjukkan
kelainan akan melihat warnya lebih gelap dari tulang normal.
Computed Tomography (CT atau CAT) Scan. Untuk melihat secara detail letak tumor.
Pasien juga disuntik radioactive tracer pada pembuluh vena, tetapi volumenya lebih
banyak sehingga sebenarnya sama benar dengan infus. Setelah disuntik CT-Scan dapat
segera dilakukan.CT-scan akan membuat gambar tiga dimensi bagian dalam tubuh yang
diambil dari berbagai sudut. Hasilnya akan terlihat gambar potongan melintang bagian
dari tubuh yang di scan 3 dimensi.
Positron Emission Tomograpy (PET) Scan. Untuk melihat apakah kanker sudah
menyebar. Dalam PET scan, cairan glukosa yang mengandung radioaktif disuntikan pada
pasien. Sel kanker akan menyerap lebih cepat cairan glukosa tersebut dibandingkan sel
normal. Sehingga akan terlihat warna kontras pada PET scan. PET scan biasanya
digunakan sebagai pelengkap data dari hasil CT scan, MRI, dan pemeriksaan secara
fisik.

Penatalaksanaan kanker payudara


Penatalaksanaan kanker payudara dilakukan dengan serangkain pengobatan
meliputi pembedahaan, kemoterapi, terapi radiasi, dan yang terbaru adalah terapi
imunologi (antibodi). Pengobatan ini ditujukan untuk memusnahkan kanker atau
membatasi perkembangan penyakit serta menghilangkan gejala-gejalanya. Keberagaman
jenis terapi ini mengharuskan terapi dilakukan secara individual.
Pembedahaan
Tumor primer biasanya dihilangkan dengan pembedahan. Prosedur pembedahan yang
dilakukan pada pasien kanker payudara tergantung pada tahapan penyakit, jenis tumor,
umur dan kondisi kesehatan pasien secara umum. Ahli bedah dapat mengangkat tumor
(lumpectomy), mengangkat sebagaian payudara yang mengandung sel kanker atau
pengangkatan seluruh payudara (mastectomy). Untuk meningkatan harapan hidup,
pembedahan biasanya diikuti dengan terapi tambahan seperti radiasi, hormone, atau
kemoterapi.

Terapi Radiasi
Terapi radiasi dilakukan dengan sinar-X dengan intensitas tinggi untuk membunuh sel
kanker yang tidak terangkat saat pembedahan.

Terapi Hormon
Terapi hormonal dapat menghambat pertumbuhan tumor yang peka horman dan dapat
dipakai sebagai terapi pendamping setelah pembedahan atau pada stadium akhir.

Kemoterapi
Obat kemoterapi digunakan baik pada tahap awal ataupun tahap lanjut penyakit (tidak
dapat lagi dilakukan pembedahan). Obat kemoterapi dapat digunakan secara tunggal atau
dikombinasikan. Salah satu diantaranya Capecitabine dari Roche, obat anti kanker oral
yang diaktivasi oleh enzim yang ada pada sel kanker, sehingga hanya menyerang sel
kanker saja.

Terapi Imunologi
Sekitar 15-25% tumor payudara menunjukkan adanya protein pemicu pertumbuhan atau
HER2 secara berlebihan dan untuk pasien seperti ini, trastuzumab, antibodi yang secara
khusus dirancang untuk menyerang HER2 dan menghambat pertumbuhan tumor, dapat
menjadi pilihan terapi. Pasien sebaiknya juga menjalani tes HER2 untuk menentukan
kelayakan terapi dengan trastuzumab.

Mengobati Pasien Pada Tahap Akhir Penyakit


Banyak obat anti kanker yang telah diteliti untuk membantu 50% pasien yang mengalami
kanker tahap akhir dengan tujuan memperbaiki harapan. Meskipun demikian, hanya
sedikit yang terbukti mampu memperpanjang hidup pada pasien, diantaranya adalah
kombinasi trastuzumab dengan capecitabine. Fokus terapi pada kanker tahap akhir
bersifat paliatif (mengurangi rasa sakit). Dokter berupaya untuk memperpanjang serta
memperbaiki kualitas hidup pasien melalui terapi hormon, terapi radiasi, dan kemoterapi.
Pada pasien kanker payudara dengan HER2 positif, trastuzumab memberikan harapan
untuk pengobatan kanker payudara yang dipicu oleh HER2.

2.2 SADARI
Definisi SADARI
Pemeriksaan payudara sendiri atau sering disebut dengan SADARI adalah suatu
cara yang efektif untuk mendeteksi sedini mungkin timbulnya benjolan pada payudara,
sebenarnya dapat diketahui secara cepat dengan pemeriksaan sendiri. Sebaiknya
pemeriksaan dilakukan secara berkala yaitu satu bulan sekali. Ini dimaksudkan agar yang
bersangkutan dapat mengantisipasi secara cepat jika ditemukan benjolan pada payudara .
Jika SADARI dilakukan secara rutin, seorang wanita akan dapat menemukan benjolan
pada stadium dini. Sebaiknya SADARI dilakukan pada waktu yang sama setiap bulan.
Bagi wanita yang mengalami menstruasi, waktu yang tepat untuk melakukan SADARI
adalah hari ke 7 setelah sesudah hari 1 menstruasi (Mardiana, 2004). Menurut Yuni
(2009) SADARI adalah pemeriksaan yang mudah dilakukan oleh setiap wanita untuk
mencari benjolan atau kelainan lainnya. Pemeriksaan payudara sendiri sangat penting
untuk mengetahui benjolan yang memungkinkan adanya kanker payudara karena
penemuan secara dini adalah kunci untuk menyelamatkan hidup.

Tujuan SADARI
Adapun tujuan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dilakukan adalah untuk
mengetahui adanya kelainan pada payudara sejak dini, sehingga diharapkan kelainan-
kelainan tersebut tidak ditemukan pada stadium lanjut yang pada akhirnya akan
membutuhkan pengobatan rumit dengan biaya mahal. Selain itu adanya perubahan yang
diakibatkan gangguan pada payudara dapat mempengaruhi gambaran diri penderita
(Hidrah, 2008).
Pentingnya pemeriksaan payudara sendiri tiap bulan terbukti dari kenyataan
bahwa kanker payudara ditemukan sendiri secara kebetulan atau waktu memeriksa diri
sendiri. Wanita-wanita yang sudah berpengalaman dalam memeriksa diri sendiri dapat
meraba benjolan-benjolan kecil dengan garis tengah yang kurang dari satu sentimeter.
Dengan demikian bila benjolan ini ternyata ganas dapat diobati dalam stadium dini. Dan
kemungkinan sembuh juga lebih besar.
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah suatu prosedur untuk
mengetahui kelainan-kelainan pada payudara dengan melakukan inspeksi secara berkala,
misalnya sebelum melakukan pemeriksaan payudara terlebih dahulu harus mencuci
tangan agar tidak terjadi infeksi pada payudara, serta penggantian bra merupakan salah
satu dari penanggulangan untuk pencegahan infeksi pada payudara. Tujuan dilakukannya
SADARI adalah untuk mendeteksi adanya kelainan-kelainan pada payudara baik
struktur,bentuk ataupun tekstur.

Manfaat SADARI
Manfaat periksa payudara sendiri (SADARI) adalah untuk mendeteksi sedini
mungkin adanya kelainan pada payudara karena kanker payudara pada hakikatnya dapat
diketahui secara dini oleh para wanita usia subur. Setiap wanita mempunyai bentuk dan
ukuran payudara yang berbeda, bila wanita memeriksa payudara sendri secara teratur,
setiap bulan setelah haid, wanita dapat merasakan bagaimana payudara wanita yang
normal. Bila ada perubahan tentu wanita dapat mengetahuinya dengan mudah (Manuaba,
2000).

Cara Pemeriksaan Payudara Sendiri


Pemeriksaan payudara sendiri hendaknya dilakukan setiap bulan jika wanita itu
sudah berumur diatas 40 tahun. Bila ada hal-hal yang luar biasa dan mencurigakan
hendaknya memeriksakan ke dokter. Menurut Sukardja (2000) pemeriksaan payudara
sendiri (SADARI) dilakukan dalam tiga tahap, yaitu :

1. Melihat payudara
a. Pemeriksaan ini dilakukan di depan cermin
b. Bukalah seluruh pakaian dari pinggang ke atas dan berdirilah di depan cermin yang
besar
c. Lakukan kedua tangan disamping tubuh
d. Perhatikan payudara :
-Apakah bentuk dan ukuran payudara kanan dan kiri simetris?
-Apakah payudara membesar atau mengeras?
-Apakah arah putting tidak lurus ke depan atau berubah arah?
-Apakah putting tertarik ke dalam?
-Apakah putting atau kulit ada yang lecet?
-Apakah ada perubahan warna kulit?
-Apakah kulit menebal dengan pori-pori melebar (seperti kulit jeruk)
-Apakah permukaan kulit tidak mulus, ada kerutan atau cekungan?.
e. Ulangi semua pengamatan diatas dengan posisi kedua tangan lurus keatas.
f. Setelah itu, ulangi lagi pengamatan tersebut dengan posisi kedua tangan di
pinggang, dada di busungkan, dan siku tertaarik ke belakang.

2. Memijat payudara
a. Dengan kedua tangan, pijat payudara dengan lembut dari tepi hingga ke putting
b. Perhatikan apakah ada cairan atau darah yang keluar dari putting susu (seharusnya,
tidak ada cairan yang keluar kecuali pada wanita yang sedang menyususi).

3. Meraba payudara
a. Pemeriksaan dilakukan dalam posisi berbaring
b. Lakukan perabaan payudara satu persatu
c. Untuk memeriksakan payudara kanan, letakkan bantal atau handuk yang dilipat
dibawahbahu kanan. Lengan kanan direntangkan disamping kepala atau diletakkan
dibawah kepala.
d. Raba payudara dengan menggunakan tiga atau empat jari tangan kiri yang saling
dirapatkan
e. Rabaan dilakukan dengan gerakkan memutar dari tepi payudara hingga keputing
susu
f. Geser posisi jari, kemudian lakukan lagi gerakkan memutar dari tepi payudara
hingga keputing susu
g. Lakukan seterusnya hingga seluruh bagian payudar diperiksa
h. Lakukan hal yang sama pada payudara yang satunya lagi
i. Sebaiknya perabaan dilakukan dalam tiga macam tekanan: tekanana ringan untuk
meraba adanya benjolan dipermukaan kulit, tekanan sedang untuk memeriksa adanya
benjolan ditengah jaringan payudara, dan tekanan kuat untuk meraba benjolan di
dasar payudara yang melekat pada tulang iga
j. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan menggunakan lotion atau minyak sebagai
pelicin agar pemeriksaan lebih sensitif
k. Setelah itu, dilakukan semua langkah perabaan dalam posisi berdiri. Sebaiknya
dilakukan saat sedang mandi (dengan menggunakan sabun)

Waktu Dilakukan SADARI


Pemeriksaan payudara sendiri sebaiknya dilakukan sebulan sekali. Para wanita
yang sedang haid sebaiknya melakukan pemeriksaan pada hari ke-5 sampai ke-7 setelah
masa haid bermula, ketika payudara mereka sedang mengendur dan terasa lebih lunak.
Jika menemukan adanya benjolan atau perubahan pada payudara yang membuat
diri Anda resah, segera konsultasikan ke dokter. Jika dokter menginformasikan bahwa
hasil pemeriksaannya menunjukkan tidak adanya kelainan tapi Anda masih tetap resah,
Anda bisa meminta kunjungan lanjutan. Anda juga bisa meminta pendapat kedua dari
seorang dokter spesialis. Para wanita yang telah berusia 20 dianjurkan untuk mulai
melakukan SADARI bulanan, dan harus melakukan pemeriksaan mamografi setahun
sekali bila mereka telah memasuki usia 40 (Peiwen, 2010).
Selain SADARI, deteksi dini untuk kanker payudara yang perlu dilakukan adalah
pemeriksaan klinis payudara minimal 3 tahun sekali untuk perempuan berusia 20-39
tahun dan setiap tahun untuk yang berusia diatas 39 tahun. Lakukan mamogram secara
rutin ketika usia sudah mencapai 40 tahun (Hawari, 2004).
BAB III
GAMBARAN UMUM PUSKESMAS BUNGAH

Gambar
3.1.
Gambaran
Peta Wilayah
Kecamatan
Bungah

(Googlemaps.com)

3.1. Keadaan Umum Puskesmas Kecamatan Bungah


Kecamatan : Bungah
Kabupaten : Gresik
Propinsi : Jawa Timur
Luas Wilayah : 79,43 km2
Luas Pemukiman : 387,78 ha
Jumlah Penduduk : 65.447 jiwa
Jumlah KK : 16.916 KK
Pembagian Wilayah : Terdiri dari 22 desa
1. Desa Sidomukti
2. Desa Mojopurogede
3. Desa Mojopurowetan
4. Desa Melirang
5. Desa Sidorejo
6. Desa Masangan
7. Desa Sukowati
8. Desa Bungah
9. Desa Sukorejo
10. Desa Bedanten
11. Desa Watuagung
12. Desa Kramat
13. Desa Tajung Widoro
14. Desa Sungonlegowo
15. Desa Indrodelik
16. Desa Kisik
17. Desa Abar Abir
18. Desa Sidokumpul
19. Desa Raciwetan
20. Desa Pegundan
21. Desa Kemangi
22. Desa Gumeng
Batas Wilayah
Utara : Kecamatan Sidayu
Timur : Selat Madura
Selatan : Sungai Bengawan Solo
Barat : Kecamatan Dukun

3.2 Batas Geografis dan Demografis


3.2.1 Puskesmas Kecamatan Bungah, terletak 17 km sebelah utara dari kota Gresik.
3.2.2 Pada umumnya masyarakat Kecamatan Bungah adalah masyarakat yang
berpenghasilan Petani, ABRI, Buruh Tani, Pertukangan, Nelayan, Pedagang,
Pegawai Negeri Sipil, dan Peternak.
3.2.3 Kecamatan Bungah dapat diakses dengan fasilitas transportasi mudah dijangkau oleh
kendaraan umum/pribadi dan merupakan daerah agraris.
3.2.4 Komunikasi masyarakat yakni dapat menggunakan sarana radio, televise, Koran, dan
telepon genggam.
3.2.5 Luas wilayah Kecamatan Bungah
- Tanah Sawah atau tegel : 1027,95 ha
- Tanah Tambak : 4,50796 ha
- Tanah Pekarangan : 387,78 ha
- Tanah Tegal / Kebun : 1638,73 ha
- Lain-lain : 1381,02 ha

3.3 Data Kependudukan


3.3.1 Jumlah Penduduk Kec. Bungah menurut jenis kelamin
- Laki-laki : 32.577 jiwa
- Perempuan : 32.960 jiwa
- Total : 65.447 jiwa
3.3.2 Data Sarana Kesehatan
Puskesmas Induk : 1 buah
Pustu : 5 buah
Ponkesdes : 16 buah
Polindes : - buah
Puskesmas Keliling : 3 buah
Posyandu : 73 buah
BPS : 6 buah
Apotek : 4 buah
Laboratorium : 2 buah
Rumah Sakit Swasta : 1 buah
Klinik Swasta : 1 buah

3.4 Data Pendidikan


Mayoritas penduduk Kec. Bungah berpendidikan cukup maju dengan mempunyai sarana
pendidikan terdiri
a. Jumlah Sekolah
Taman Kanak-kanak / PADU : 33 / 29 buah
SD/MI : 20 / 27 buah
SMP/MTs. : 9 / 12 buah
SMA/MA/SMK : 3 / 8 /4 buah
Perguruan Tinggi : 1 buah
Pondok Pesantren : 12 buah
b. Jumlah Murid yang ada
Taman Kanak-kanak / PADU : 2721 murid
SD/MI : 2107 / 4108 murid
SMP/MTs. : 1814 / 2055 murid
SMA/MA/SMK : 1000 / 1468 /2012 murid
Perguruan Tinggi : - mahasiswa
Pondok Pesantren : 1423 santri

3.5 Data Tentang Pondok Pesantren


Terdapat 9 Pondok Pesantren yang terdata dan terakreditasi dari 12 Pondok
Pesantren di Kecamatan Bungah Gresik
1. Pondok Pesantren Al Islah
2. Pondok Pesantren Qomaruddin
3. Pondok Pesantren Annafi'iyah
4. Pondok Pesantren Assafi'iyah
5. Pondok Pesantren Ash Salafiyah
6. Pondok Pesantren APTQ
7. Pondok Pesantren Baiturrohim
8. Pondok Pesantren Zainal Abidin
9. Pondok Pesantren Nurul Hidayah
BAB IV

METODE KEGIATAN

4.1. Metode Pengumpulan Data

4.1.1. Rancangan Pengumpulan Data

Untuk dapat menjalankan program intervensi, maka diperlukan data primer


dan sekunder tentang masalah kesehatan dalam lingkup wilayah kerja Puskesmas
Bungah Gresik. Berdasarkan Laporan Tahunan Puskesmas Bungah Tahun 2016 di bidang
penyakit berbasis lingkungan, didapatkan bahwa jumlah ibu menyusui cukup besar yaitu
_____ dari ______ pasien kunjungan poli setiap bulannya..

Gambar 4.1. Jumlah Kunjungan Ibu Menyusui di Puskesmas Bungah Tahun 2016

Jumlah Pasien dengan Penyakit Berbasis lingkungan Dari data se


Puskesmas Bungah Gresik
Tahun 2016
8258

2279
1255 530
103
13
2 0 0

Penentuan target lokasi intervensi dipilih di Puskesmas Bungah Gresik secara


cluster sampling pada 22 desa yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Bungah Gresik
yang meliputi desa Sidomukti, desa Mojopurogede, desa Mojopurowetan, desa
Melirang, desa Sidorejo, desa Masangan, desa Sukowati, desa Bungah, desa Sukorejo,
desa Bedanten, desa Watuagung, Desa Kramat, desa Tajung Widoro, Desa
Sungonlegowo, Desa Indrodelik, Desa Kisik, Desa Abar Abir, Desa Sidokumpul, Desa
Raciwetan, Desa Pegundan, Desa Kemangi, Desa Gumeng.

Purposive sampling adalah pengambilan sampel yang berdasarkan atas suatu


pertimbangan tertentu seperti sifat-sifat populasi ataupun ciri-ciri yang sudah diketahui
sebelumnya (Notoadmojo, 2010). Pada penelitian kami ini, kami fokuskan untuk
mengambil sampel populasi dari masing masing desa sehingga diharapkan dapat
menyebarkan pengetahuan yang telah diterimanya pada penduduk desanya, sehingga
dipilih :

1. ___ dari desa ____


Setelah ditentukan prioritas masalah utama dan sampel, maka pengumpulan
data mulai dilakukan yaitu data primer yang didapatkan dari petugas kesehatan
pemegang poli umum Puskesmas Bungah, pemegang program promosi kesehatan, dan
data sekunder dari laporan pemegang program kesehatan lingkungan Puskesmas
Bungah.

4.1.1.1. Data Primer

Wawancara dengan Petugas Kesehatan Puskesmas Bungah

Wawancara dilakukan pada tanggal ____ 2017 di Poli Umum Puskesmas Bungah
pada pukul ______ WIB. Beliau memaparkan bahwa angka kunjungan pasien ibu
menyusui dari tahun ke tahun selalu tinggi. Untuk persebaran wilayah pasien ibu
menyusui memang belum ada data yang jelas tentang persebaran pasien berdasarkan
wilayah namun dari identitas kunjungan pasien rata-rata berasal dari pondok
pesantren.

Tingginya jumlah pasien ibu di Puskesmas Bungah seringkali disertai dengan


ketidaktahuan tentang bagaimana mengumpulkan, menyimpan ASI dengan baik,
bagaimana mengobati penyakitnya saat sakit, obat apa yang boleh dan tidak boleh,
serta penyakit seperti bengkak ataupun infeksi saat menyusui , kapan perlu segera
mendapatkan pengobatan, hyegiene personal pasien.
Wawancara dengan Pemegang Program Promosi Kesehatan

Wawancara dilakukan pada tanggal ______ 2017 dengan pemegang program


promosi kesehatan, ibu Nur Saadah pada pukul ____ di Aula Pertemuan Puskesmas
Bungah. Beliau memaparkan bahwa memang ibu menyusui masih sangat banyak di
wilayah kerja Puskesmas Bungah namun masih banyak anak yang tidak diberikan ASI
eksklusif oleh karena kurangnya waktu menyusui, takut menyusui saat sakit, ataupun
ketakutan akan penyakit saat sedang menyusui. Hal tersebut juga dimungkinkan
selama ini belum pernah diadakan penyuluhan maupun menyebar poster tentang ibu
menyusui di setiap desa.

4.1.1.2. Data Sekunder

Data sekunder didapatkan dari rekapitulasi jumlah kedatangan pasien ibu


menyusui di Puskesmas Bungah Gresik yakni untuk bulan Januari tahun 2017
didapatkan sebanyak ____ pasien dan pada bulan Februari tahun 2017 didaptkan
sebanyak ______ pasien. Hal tersebut menunjukkan bahwa di wilayah kerja Puskesmas
Bungah masih banyak ibu menyusui.

4.2. Analisis Masalah

Dari data primer dan data sekunder yang telah didapatkan, dilakukan analisis faktor resiko
yang menyebabkan masih kurangnya kesadaran masyarakat tentang kanker payudara di lingkup
wilayah kerja Puskesmas Bungah.
Pengetahuan

Kanker Payudara
Faktor yang mempengaruhi:
Masyarakat
1. Pengertian
1. Pendidikan bungah
2. Faktor Resiko
2. Pengalaman
3. Gejala
3. Sosial Ekonomi
4. Deteksi dini
4. Budaya
5. Pencegahan
5. Usia
6. Intelegensi
7. Lingkungan

Sikap

Gambar 4.2. Analisis Masalah dalam Pengetahuan tentang Kanker Payudara

4.3. Penentuan Prioritas Intervensi

Berdasarkan data primer dan sekunder yang didapatkan dan analisis dari sumber
penularan maka dilakukan penentuan prioritas intervensi melalui metode MSF (Magnitude
Seriousness Feasibility), sebagaimana yang tercantum dalam tabel 4.1. Dari analisis sumber
penularan di atas yang memungkinkan untuk dilakukan intervensi yaitu meningkatkan
pengetahuan tentang penyakit skabies.
Tabel 4.1 Menentukan Prioritas Intervensi menggunakan metode MSF

No. Masalah Magnitude Seriousness Feasibility Total

Peranan petugas kesehatan


1. dalam deteksi dini kanker 9 8 7 24
payudara

Peningkatan pengetahuan
tentang penyakit kanker
2. 7 6 5 18
payudara pada masyarakat
kecamatan bungah

Peningkatan wawasan
3. tentang deteksi dini kanker 7 8 5 20
payudara

Dari metode MSF tersebut didapatkan kesimpulan bahwa intervensi yang bisa dilakukan
berupa peningkatan pengetahuan tentang penyakit kanker payudara pada masyarakat bungah
di desa bedanten dan peningkatan wawasan untuk mendeteksi dini kanker payudara.

4.4. Rencana Pelaksanaan Intervensi

4.4.1. Sasaran

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai maka sasaran intervensi ini

Target primer : Masyarakat desa bedanten di Kecamatan Bungah,


Kabupaten Gresik.

Target sekunder : wanita usia 20-50 tahun di Kecamatan Bungah, Kabupaten


Gresik.
Target tersier : Keluarga wanita usia 20-50 tahun warga Kecamatan Bungah,
Kabupaten Gresik.

4.4.2. Tujuan

a. Tujuan Umum

Meningkatkan pengetahuan pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas


Bungah Gresik tentang penyakit kanker payudara

b. Tujuan Khusus

Meningkatkan kewaspadaan masyarakat desa bedanten mengenai bahayanya


penyakit kanker payudara

4.4.3. Lokasi dan Waktu Intervensi

Intervensi akan dilakukan pada hari ____ tanggal ____ 2017 pada pukul 08.00
selesai di Puskesmas Bungah, Desa Bungah, Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik.

4.4.4. Metode

Metode intervensi dilakukan dengan melakukan pretest , penyuluhan, dan


posttest mengenai pengumpulan dan penyimpanan ASI, penyakit yang umum terjadi saat
menyusui, dan pengobatan saat menyusui.

4.4.5. Penanggung jawab


Penanggung jawab kegiatan ini dokter internsip yang bekerja sama dengan
pihak Puskesmas Bungah, Desa Bungah, Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik dan
Puskesmas Bungah Gresik.

4.4.6. Rancangan Evaluasi

Tabel 4.2 Tabel Rancangan Evaluasi

Kegiatan Target Indikator

Pretest, Mengetahui responden >90% responden yang datang


penyuluhan, masyarakat mengisi kuesioner
dan posttest
mengenai Mengetahui dan
penyakit meningkatkan tingkat >90% responden yang mengisi
kanker pengetahuan masyarakat kuesioner pretest dan posttest
payudara mengenai penyakit kanker mengenai kanker payudara
ganas payudara, kanker jinak dan cara mendeteksi dini
payudara dan cara kanker payudara
mendeteksi dini kanker
payudara
BAB V

RENCANA KERJA, INTERVENSI, DAN EVALUASI (PLAN OF ACTION)

5.1. Rencana Kerja

Tabel 5.1 Tabel Rencana Kerja Intervensi

Rincian
No Kegiatan Tujuan Sasaran Waktu Lokasi
Kegiatan

1. Persiapan

Penanggung
jawab poli
umum,
pemegang
program
kesehatan Minggu
Mendukung Melakukan
lingkungan, keempat Puskesmas
Pengumpula kelancaran pengumpula
dan bulan Bungah
n data program n data primer
pemegang Agustus Gresik
intervensi dan sekunder
program 2017
promosi
kesehatan
Puskesmas
Bungah
Gresik

Meminta
dukungan,
Meminta
mengutaraka Minggu
dukungan
Advokasi ke Pengurus n maksud pertama Puskesmas
program
pihak desa pustu desa pelaksanaan bulan Bungah
acara yang
Bedanten Bedanten kegiatan dan Septemb Gresik
akan
mencatat er 2017
dilaksanakan
data yang
diperlukan

2. Pelaksanaan

Penyuluhan Meningkatka Kader pada Penyuluhan Minggu Puskesmas


peningkatan n desa ketiga Bungah
kualitas dan pengetahuan Bedanten bulan Gresik
kuantitas ASI masyarakat Septemb
desa er 2017
Bedanten
terhadap
penyakit
kanker
payudara
dan cara
mendeteksin
ya

3. Evaluasi

Mengetahui
tingkat
pengetahuan
kader desa
Minggu
Bedanten
Kader pada ketiga Puskesmas
Pretest akan Analisa
desa bulan Bungah
posttest penyakit kuesioner
Bedanten Septemb Gresik
kanker
er 2017
payudara
dan cara
mendeteksin
ya

5.2. Rencana Rangkaian Kegiatan

Kegiatan ini dilakukan bersamaan dengan intervensi lainnya yaitu penyuluhan tentang
kanker ganas payudara, kanker jinak payudara dan juga cara deteksi dini sendiri kanker
payudara

Nama kegiatan : Peningkatan Kesadaran dan Kewaspadaan masyarakat desa bedanten


terhadap kanker payudara

5.3. Rencana Anggaran Keuangan


Berikut ini ada tabel rencana anggaran semua kegiatan sebagaimana tercantum pada tabel 5.2

Tabel 5.2 Rencana Anggaran Keuangan Semua Kegiatan

Harga Subtotal
No. Kegiatan Jumlah Total
Satuan Harga

1. Konsumsi Peserta

Nasi Kotak Peserta 40 Rp 15.000 Rp 600.000

Nasi Kotak Undangan 10 Rp 17.000 Rp 170.000

Air Mineral 100 Rp 2.000 Rp 200.000

Rp 970.000

2. Hadiah Games

Paket Hadiah 3 Rp 30.000 Rp 90.000

Rp 90.000

3. Print + Alat Peraga

Spanduk 1 Rp 150.000 Rp 150.000

Kuesioner (Pre & Post


80 Rp 1.000 Rp 80.000
Test)

Absensi 7 Rp 1.000 Rp 7.000

Alat Peraga 40 Rp 5.000 Rp 200.000

Rp 437.000

Jumlah Total Keseluruhan Rp 1.497.000

Anda mungkin juga menyukai