A. Definisi
Carsinoma Mammae adalah pertumbuhan dan pembelahan sel khususnya
sel pada jaringan mammae yang tidak normal/abnormal yang terbatas yang
bertumbuh perlahan karena suplai limpatik yang jarang ketempat sekitar
jaringan mamae yang banyak mengandung banyak pembuluh limfe dan
meluas dengan cepat dan segera bermetastase.
Penyakit kanker payudara/mammae adalah penyakit keganasan yang
berasal dari struktur parenchim payudara. Paling banyak berasal dari efitel
duktus laktiferus (70 %), efitel lobulus (10%) sisanya sebagian kecil mengenai
jaringan otot dan kulit payudara, kanker payudara/mammae tumbuh lokal
ditempat semula, lalu selang beberapa waktu menyebar melalui saluran limfe
(penyebaran sisitemik) keorgan vital lain seperti paru-paru, tulang, hati, otak
dan kulit.
B. Etiologi
Tidak ada satupun penyebab spesifik dari kanker payudara; sebaliknya
serangkaian faktor genetik, hormonal, dan kemungkinan kejadian lingkungan
dapat menunjang terjadinya kanker ini. Bukti yang terus bermunculan
menunjukkan bahwa perubahan genetik berkaitan dengan kanker payudara;
namun apa yang menyebabkan perubahan genetik masih belum diketahui.
Perubahan genetik ini termasuk perubahan atau mutasi dalam gen normal, dan
pengaruh protein baik yang menekan atau meningkatkan perkembangan
kanker payudara. Hormon steroid yang dihasilkan oleh ovarium mempunyai
peran penting dalam payudara. Dua hormon ovarium utama-estradiol dan
progesteron mengalami perubahan dalam lingkungan seluler, yang dapat
mempengaruhi faktor pertumbuhan bagi kanker payudara.
Tetapi ada beberapa faktor resiko yang menyebabkan seorang wanita
menjadi lebih mungkin menderita kanker payudara. Beberapa faktor resiko
tersebut adalah:
1. Usia.
Sekitar 60% kanker payudara terjadi pada usia diatas 60 tahun. Resiko
terbesar ditemukan pada wanita berusia diatas 75 tahun.
2. Pernah menderita kanker payudara.
Wanita yang pernah menderita kanker in situ atau kanker invasif memiliki
resiko tertinggi untuk menderita kanker payudara.
Setelah payudara yang terkena diangkat, maka resiko terjadinya kanker
pada payudara yang sehat meningkat sebesar 0,5-1%/tahun.
3. Riwayat keluarga yang menderita kanker payudara.
Wanita yang ibu, saudara perempuan atau anaknya menderita kanker,
memiliki resiko 3 kali lebih besar untuk menderita kanker payudara.
4. Faktor genetik dan hormonal.
Telah ditemukan 2 varian gen yang tampaknya berperan dalam terjadinya
kanker payudara, yaitu BRCA1 dan BRCA2. Jika seorang wanita memiliki
salah satu dari gen tersebut, maka kemungkinan menderita kanker
payudara sangat besar. Gen lainnya yang juga diduga berperan dalam
terjadinya kanker payudara adalah p53, BARD1, BRCA3 dan Noey2.
Kenyataan ini menimbulkan dugaan bahwa kanker payudara disebabkan
oleh pertumbuhan sel-sel yang secara genetik mengalami kerusakan.
Faktor hormonal juga penting karena hormon memicu pertumbuhan sel.
Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif wanita, terutama jika
tidak diselingi oleh perubahan hormonal karena kehamilan, tampaknya
meningkatkan peluang tumbuhnya sel-sel yang secara genetik telah
mengalami kerusakan dan menyebabkan kanker.
5. Pernah menderita penyakit payudara non-kanker.
Resiko menderita kanker payudara agak lebih tinggi pada wanita yang
pernah menderita penyakit payudara non-kanker yang menyebabkan
bertambahnya jumlah saluarn air susu dan terjadinya kelainan struktur
jaringan payudara (hiperplasia atipik).
6. Menarke (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun, menopause
setelah usia 55 tahun, kehamilan pertama setelah usia 30 tahun atau belum
pernah hamil.
Semakin dini menarke, semakin besar resiko menderita kanker payudara.
Resiko menderita kanker payudara adalah 2-4 kali lebih besar pada wanita
yang mengalami menarke sebelum usia 12 tahun.
Demikian pula halnya dengan menopause ataupun kehamilan pertama.
Semakin lambat menopause dan kehamilan pertama, semakin besar resiko
menderita kanker payudara
7. Pemakaian pil KB atau terapi sulih estrogen.
Pil KB bisa sedikit meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara, yang
tergantung kepada usia, lamanya pemakaian dan faktor lainnya. Belum
diketahui berapa lama efek pil akan tetap ada setelah pemakaian pil
dihentikan. Terapi sulih estrogen yang dijalani selama lebih dari 5 tahun
tampaknya juga sedikit meningkatkan resiko kanker payudara dan
resikonya meningkat jika pemakaiannya lebih lama.
8. Obesitas pasca menopause.
Obesitas sebagai faktor resiko kanker payudara masih diperdebatkan.
Beberapa penelitian menyebutkan obesitas sebagai faktor resiko kanker
payudara kemungkinan karena tingginya kadar estrogen pada wanita yang
obes.
9. Pemakaian alkohol.
Pemakaian alkohol lebih dari 1-2 gelas/hari bisa meningkatkan resiko
terjadinya kanker payudara.
10. Bahan kimia.
Beberapa penelitian telah menyebutkan pemaparan bahan kimia yang
menyerupai estrogen (yang terdapat di dalam pestisida dan produk industri
lainnya) mungkin meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.
11. DES (dietilstilbestrol).
Wanita yang mengkonsumsi DES untuk mencegah keguguran memiliki
resiko tinggi menderita kanker payudara.
12. Penyinaran.
Pemaparan terhadap penyinaran (terutama penyinaran pada dada), pada
masa kanak-kanak bisa meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.
13. Faktor resiko lainnya.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kanker rahim, ovarium dan
kanker usus besar serta adanya riwayat kanker dalam keluarga bisa
meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.
C. Patofisiologi
Kanker payudara berasal dari unsur epitel parenkim payudara. Kesatuan
fungsional terkecil payudara disebut lobulus, yang terbentuk oleh kelompok
asinus dengan fungsi sekresi air susu dan struktur saluran keluarnya, yang
berukuran kecil disebut duktulus, yang lebih besar disebut duktus. Papila atau
puting susu adalah muara duktus ekskretorius bentuk lobus yang bercabang
dalam sekelompok lobulus. Kanker payudara yang berasal dari epitel asinus
dalam lobulus disebut Karsinoma Lobular sedangkan kanker yang berasal dari
epitel duktulus atau duktus disebut Karsinoma Duktal. Keganasan setempat
yang masih terbatas intra lobular atau intra duktal, belum ada kerusakan
membran basalis dalam asinus dan duktulus atau duktus, jadi belum ada tanda
invasi ke jaringan di luar lobulus atau duktus, merupakan tahap awal
karsinoma payudara. Pertumbuhan lebih lanjut dari masing-masing keganasan
tersebut tetap seperti keadaan semula atau menyebuk (invasif). Jaringan di luar
lobulus atau duktulus atau duktus. Pertumbuhan keganasan yang tidak
menyibuk kemana-mana disebut karsinoma invasif = karsinoma insitu.
Karsinoma lobular maupun duktal baik bersifat invasif atau non invasif
yang berukuran kurang dari 0,5 cm (ada yang memakai patokan kurang dari 1
cm) disebut karsinoma payudara minimal (dini), secara klinik. Dan apabila
ditinjau dari populasi sel ganas, masa minimal terdeteksi tersebut diperkirakan
telah mencapai 30 doublings sehingga berbentuk 10 sel tumor ganas. Sel
tumor ganas mengadakan pembelahan secara tidak teratur dan diperkirakan
satu waktu doubling berkisar antara 30 sampai 200 hari atau lebih. Sehingga
status dini klinis tidak sama dengan status dini biologis. Apabila invasi tumor
ganas mencapai pembuluh limfe atau pembuluh darah, akan terjadi emboli sel
tumor ganas, sehingga akan memungkinkan penyebaran limfogen atau
hematogen baik regional atau metastasis jauh. Perjalanan penyakit lebih lanjut
secara klinis dinyatakan secara klinis T.N.M.
Kambuh
Genetik
Estrogen ↑
Stimulasi perkembangan
payudara abnormal
Stadium 0 Stadium I Stadium II A Stadium IIB Stadium IIIA Stadium IIIB Stadium IV
Garis tengah < 2 Garis tengah 2-5 Garis tengah > 5 Garis tengah > 5 Infiltrasi keluar
cm cm cm cm payudara Infiltrasi keluar
Terbatas pada payudara dan dada
payudara
Mastektomi
Depresi medulla
Gangguan body oblongata
image Stimulasi saraf Peningkatan Kerusakan
nyeri pajanan integritas
mikroorganisme kulit
Sistem System GI
Trauma jaringan respirasi
Resti
infeksi
Pe ↓ ekspansi Penumpukan secret Pe ↓ motilitas
paru pada jalan nafas usus
Nyeri
Pola nafas
tak efektif Bersihan jalan
nafas tak Konstipasi
efektif
F. Penatalaksanaan Medis
Untuk kanker yang terbatas pada payudara, pengobatannya hampir selalu meliputi
pembedahan (yang dilakukan segera setelah diagnosis ditegakkan) untuk mengangkat
sebanyak mungkin tumor. Terdapat sejumlah pilihan pembedahan, pilihan utama adalah
mastektomi (pengangkatan seluruh payudara) atau pembedahan breast-conserving
(hanya mengangkat tumor dan jaringan normal di sekitarnya).
Pembedahan breast-conserving
1. Lumpektomi : pengangkatan tumor dan sejumlah kecil jaringan normal di
sekitarnya
2. Eksisi luas atau mastektomi parsial : pengangkatan tumor dan jaringan
normal di sekitarnya yang lebih banyak
3. Kuadrantektomi : pengangkatan seperempat bagian payudara.
Pengangkatan tumor dan beberapa jaringan normal di sekitarnya memberikan peluang
terbaik untuk mencegah kambuhnya kanker. Keuntungan utama dari pembedahan
breast-conserving ditambah terapi penyinaran adalah kosmetik.
Biasanya efek samping dari penyinaran tidak menimbulkan nyeri dan berlangsung tidak
lama. Kulit tampak merah atau melepuh.
Mastektomi
1. Mastektomi simplek : seluruh jaringan payudara diangkat tetapi otot dibawah
payudara dibiarkan utuh dan disisakan kulit yang cukup untuk menutup luka bekas
operasi. Rekonstruksi payudara lebih mudah dilakukan jika otot dada dan jaringan
lain dibawah payudara dibiarkan utuh. Prosedur ini biasanya digunakan untuk
mengobati kanker invasif yang telah menyebar luar ke dalam saluran air susu,
karena jika dilakukan pembedahan breast-conserving, kanker sering kambuh.
2. Mastektomi simplek ditambah diseksi kelenjar getah bening atau modifikasi
mastektomi radikal : seluruh jaringan payudara diangkat dengan menyisakan otot
dan kulit, disertai pengangkatan kelenjar getah bening ketiak.
3. Mastektomi radikal : seluruh payudara, otot dada dan jaringan lainnya diangkat.
Terapi penyinaran yang dilakukan setelah pembedahan, akan sangat mengurangi resiko
kambuhnya kanker pada dinding dada atau pada kelenjar getah bening di sekitarnya.
Ukuran tumor dan adanya sel-sel tumor di dalam kelenjar getah bening mempengaruhi
pemakaian kemoterapi dan obat penghambat hormon. Beberapa ahli percaya bahwa
tumor yang garis tengahnya lebih kecil dari 1,3 cm bisa diatasi dengan pembedahan
saja. Jika garis tengah tumor lebih besar dari 5 cm, setelah pembedahan biasanya
diberikan kemoterapi. Jika garis tengah tumor lebih besar dari 7,6 cm, kemoterapi
biasanya diberikan sebelum pembedahan. Penderita karsinoma lobuler in situ bisa tetap
berada dalam pengawasan ketat dan tidak menjalani pengobatan atau segera menjalani
mastektomi bilateral (pengangkatan kedua payudara).
Hanya 25% karsinoma lobuler yang berkembang menjadi kanker invasif sehingga
banyak penderita yang memilih untuk tidak menjalani pengobatan.
Jika penderita memilih untuk menjalani pengobatan, maka dilakukan mastektomi
bilateral karena kanker tidak selalu tumbuh pada payudara yang sama dengan
karsinoma lobuler. Jika penderita menginginkan pengobatan selain mastektomi, maka
diberikan obat penghambat hormon yaitu tamoxifen.
Setelah menjalani mastektomi simplek, kebanyakan penderita karsinoma duktal in situ
tidak pernah mengalami kekambuhan.
Banyak juga penderita yang menjalani lumpektomi, kadang dikombinasi dengan terapi
penyinaran. Kanker payudara inflamatori adalah kanker yang sangat serius meskipun
jarang terjadi. Payudara tampak seperti terinfeksi, teraba hangat, merah dan
membengkak. Pengobatannya terdiri dari kemoterapi dan terapi penyinaran.
Rekonstruksi Payudara
Untuk rekonstruksi payudara bisa digunakan implan silikon atau salin maupun jaringan
yang diambil dari bagian tubuh lainnya. Rekonstruksi bisa dilakukan bersamaan
dengan mastektomi atau bisa juga dilakukan di kemudian hari.
Akhir-akhir ini keamanan pemakaian silikon telah dipertanyakan. Silikon kadang
merembes dari kantongnya sehingga implan menjadi keras, menimbulkan nyeri dan
bentuknya berubah. Selain itu, silikon kadang masuk ke dalam laliran darah.
H. Pemeriksaan fisik
Karena organ payudara dipengaruhi oleh faktor hormonal antara lain faktor
estrogen dan progesteron maka sebaiknya pemeriksaan payudara dilakukan di saat
pengaruh hormonal ini seminimal mungkin, yaitu setelah menstruasi lebih kurang satu
minggu dari hari pertama menstruasi.
Penderita diperiksa dengan bagian atas terbuka :
Posisi tegak (duduk)
Penderita duduk dengan tangan jatuh bebas kesamping, dan pemerisa berdiri di
depan dalam posisi yang lebih kurang sama tinggi. Pada ispeksi dilihat : simetri
payudara kanan – kiri , kelainan papila, letak dan bentuknya, adakah retraksi
putting susu, kelainan kulit, tanda-tanda radang, peau d’ orange, dimpling,
ulserasi dan lain-lain.
Posisi baring
Penderita berbaring dan diusahakan agar payudara jatuh tersebar rata di atas
lapangan dada ; jika perlu bahu/ punggung dengan bantal kecil pada penderita-
penderita payudaranya yang sakit. Palpasi ini dilakukan dengan
mempergunakan palang distal dan falang medial jari II, III, IV dan dikerjakan
secra sistematis mulai dari kranial setingi iga ke-2 sampai ke distal setinggi iga
ke-6.
Menetapkan keadaan tumornya
Lokasi tumor menurut kwadran di payudara atau teletak di daerah sentral
(subareoral dan dibawah papil).
Ukuran tumor, konsistensi, batas-batas tumor tegas atau tidak tegas.
Mobilitas tumor terhadap kulit dan m.pektoralis atau dinding dada.
Pengkajian
1. Biodata
Ca mammae terjadi terutama pada usia lanjut (diatas 50 th), tetapi 80 % terjadi pada usia
35 tahun sampai 65 tahun cenderung meningkat 6 kali lipat. Jenis kelamin : laki-laki
dibanding 1 :100.
2. Keluhan utama
Data Subjektif
Klien mengeluh adanya benjolan atau ulkus pada payudara dan kadang-kadang timbul
nyeri, serta perasaan takut atau cemas.
Data Objektif
Pada payudara terdapat adanya borok atau nodul-nodul yang mengeras serta bau tidak enak
yang menyengat. Klien tampak enggan bergaul dan berintegrasi dengan pasien lain. Klien
terlihat sedih dan sering melamun. Observasi gejala memegang payudara dan wajah
tampak menyeringai.
3. Riwayat penyakit
a. Sekarang : Klien mengeluh adanya benjolan atau ulkus pada payudara dan
kadang-kadang timbul nyeri, serta perasaan takut atau cemas.Pada
payudara terdapat adanya borok atau nodul-nodul yang mengeras
serta bau tidak enak yang menyengat Klien tampak enggan bergaul
dan berintegrasi dengan pasien lainKlien terlihat sedih dan sering
melamun, Observasi gejala memegang payudara dan wajah tampak
menyeringai
b. Dahulu: adanya siklus perubahan hormonal yang lama dan tidak ada heti-
hentinya, menarche awal, menopuse terlambat dan tidak ada
kehamilan,(long,1996), adanya riwayat kanker sebelumnya, riwayat
kehamilan (nullipara, multipara), penggunaan obat-obatan
hormonal kontrapsepsi, riwayat menstruasi (early menarce, late
menopouse). Adanya papaaran radiasi dan riwayat peminum
alkohol.
c. Keluarga: Ibu dan anak prempuan khususnya dengan kanker premenopuse
atau kanker payudara bilateral, adanya anggota keluarga yang
menderita ca mammae.
KOMPLIKASI KEMOTHERAPI
Efek samping :
- nausea, vomiting
- alopecia
- rasa (pengecap) menurun
- mucositis
toksik
- hematologik : depresi sumsum tulang, anemia
- ginjal, hepar
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A. Sistem Integumen
1. Perhatikan : nyeri, bengkak, flebitis, ulkus
2. Inspeksi kemerahan & gatal, eritema
3. Perhatikan pigmentasi kulit
4. Kondisi gusi, gigi, mukosa & lidah
B. Sistem Gastrointestinalis
1. Kaji frekwensi, mulai, durasi, berat ringannya mual & muntah setelah
pemberian kemotherapi
2. Observasi perubahan keseimbangan cairan & elektrolit
3. Kaji diare & konstipasi
4. Kaji anoreksia
5. Kaji : jaundice, nyeri abdomen kuadran atas kanan
C. Sistem Hematopoetik
1. Kaji Netropenia
Kaji tanda infeksi
Auskultasi paru
Perhatikan batuk produktif & nafas dispnoe
Kaji suhu
2. Kaji Trombositopenia : < 50.000/m3 – menengah, < 20.000/m3 – berat
3. Kaji Anemia
Warna kulit, capilarry refill
Dispnoe, lemah, palpitasi, vertigo
D. Sistem Respiratorik & Kardiovaskular
1. Kaji terhadap fibrosis paru yang ditandai : Dispnoe, kering, batuk non produktif
– terutama bleomisin
2. Kaji tanda CHF
3. Lakukan pemeriksaan EKG
E. Sistem Neuromuskular
1. Perhatikan adanya perubahan aktifitas motorik
2. Perhatikan adanya parestesia
3. Evaluasi refleks
4. Kaji ataksia, lemah, menyeret kaki
5. Kaji gangguan pendengaran
6. Diskusikan ADL
F. Sistem genitourinari
1. Kaji frekwensi BAK
2. Perhatikan bau, warna, kekeruhan urine
3. Kaji : hematuria, oliguria, anuria
4. Monitor BUN, kreatinin
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan netropenia
2. Resiko perlukaan berhubungan dengan trombositopenia
3. Lemah berhubungan dengan anemia
4. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan efek samping
5. Perubahan selaput mukosa berhubungan dengan stomatitis
6. Perubahan gambaran diri berhubungan dengan alopecia
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Mencegah infeksi
2. Mencegah perdarahan
3. Mengurangi kelelahan
4. Meningkatkan nutrisi
5. Mengurangi stomatitis
6. Meningkatkan koping pada perubahan gambaran diri
THERAPI RADIASI
Terapi radiasi menggunakan energi tinggi & getaran ion. Dapat menimbulkan kerusakan
molekul sel dan perubahan biokimia : mematikan sel kanker
Pertimbangan klinis :
Indikasi : digunakan tersendiri atau kombinasi
Perencanaan pengobatan
Komplikasi :
Komplikasi tergantung dari lokasi, jenis radiasi, dosis, status kesehatan klien
1. Efek samping akut 1 – 6 bulan
- eritema
- lemah & lunglai
- nausea, muntah, diare
- oral : kering, mucositis, xerostomia
- dispnoe, pnemonia
- sistitis
2. Efek samping kronis > dari 6 bulan
- Kulit : fibrosis, kehitaman permanen atropi
- Gastro intestinal : fibrosis, obstruksi, ulkus, striktur
- Oral : xerostomia, pengecapan menurun, caries gigi
- Paru : fibrosis
- Ginjal : nefritis, fibrosis
- Kanker lain 5 – 7% leukemia
Pengkajian
1. Sistem terkait
2. Emosi/psikologis klien
Intervensi Keperawatan
1. Mempertahankan perawatan kulit secara optimal
- informasikan tentang reaksi kulit
- jangan menggunakan lotion, minyak kosmetik pada lokasi therapi hanya
tepung maizena
- hindari, penekanan, penggosokan, garuk
2. Memastikan terlindungi dari efek radiasi
Tujuan Pemulangan
1. Ventilasi atau oksigenasi adekuat untuk kebutuhan individu.
2. Komunikasi dengan efektif.
3. Komplikasi tercegah atau minimal.
4. Memulai untuk mengatasi gambaran diri.
5. Proses penyakit atau prognosis dan program terapi dapat dipahami.
Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan efek dari
anestesi, gangguan kemampuan untuk bernapas, batuk dan menelan,
serta sekresi banyak dan kental.
Batasan karakteristik : sulit bernapas, perubahan pada frekwensi atau
kedalaman pernapasan,penggunaan otot aksesori pernapasan, bunyi napas
tidak normal,sianosis.
Goal : Klien akan mempertahankan jalan napas tetap terbuka.
Kriteria hasil : bunyi napas bersih dan jelas, tidak sesak, tidak
sianosis,frekwensi napas normal.
Rencana tindakan :
Mandiri
1) Awasi frekwensi atau kedalaman pernapasan.Auskultasi bunyi napas.
Selidiki kegelisahan, dispnea, dan sianosis. Rasional perubahan pada
pernapasan, adanya ronki,mengi,diduga adanya retensi sekret.
2) Tinggikan kepala 30-45 derajat. Rasional memudahkan drainase
sekret, kerja pernapasan dan ekspansi paru.
3) Dorong menelan bila pasien mampu. Rasional mencegah
pengumpulan sekret oral menurunkan resiko aspirasi. Catatan :
menelan terganggu bila epiglotis diangkat atau edema paskaoperasi
bermakna dan nyeri terjadi.
4) Dorong batuk efektif dan napas dalam. Rasional memobilisasi sekret
untuk membersihkan jalan napas dan membantu mencegah komplikasi
pernapasan.
5) Hisap selang laringektomi atau trakeotomi, oral dan rongga nasal.
Catat jumlah, warna dan konsistensi sekret. Rasional mencegah
sekresi menyumbat jalan napas, khususnya bila kemampuan menelan
terganggu dan pasien tidak dapat meniup lewat hidung.
6) Observasi jaringan sekitar selang terhadap adanya perdarahan. Ubah
posisi pasien untuk memeriksa adanya pengumpulan darah dibelakang
leher atau balutan posterior.Rasional sedikit jumlah perembesan
mungkin terjadi. Namun perdarahan terus-menerus atau timbulnya
perdarahan tiba-tiba yang tidak terkontrol dan menunjukkan sulit
bernapas secara tiba-tiba.
7) Ganti selang atau kanul sesuai indikasi. Rasional mencegah akumulasi
sekret dan perlengketan mukosa tebal dari obstruksi jalan napas.
Catatan : ini penyebab umum distres pernapasan atau henti napas pada
paskaoperasi.
Kolaborasi
8) Berikan humidifikasi tambahan, contoh tekanan udara atau oksigen
dan peningkatan masukan cairan.Rasional fisiologi normal ( hidung)
berarti menyaring atau melembabkan udara yang lewat.Tambahan
kelembaban menurunkan mengerasnya mukosa dan memudahkan
batuk atau penghisapan sekret melalui stoma.
9) Awasi seri GDA atau nadi oksimetri, foto dada. Rasional
pengumpulan sekret atau adanya ateletaksis dapat menimbulkan
pneumonia yang memerlukan tindakan terapi lebih agresif.
Jakarta:EGC