Anda di halaman 1dari 22

ASKEP CA MAMAE / KANKER PAYUDARA

1. PENGERTIAN

Definisi Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus tumbuh berupa
ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk bejolan di payudara. Jika benjolan kanker itu tidak
dibuang atau terkontrol, sel-sel kanker bisa menyebar (metastase) pada bagian-bagian tubuh lain.
Metastase bisa terjadi pada kelenjar getah bening (limfe) ketiak ataupun di atas tulang belikat. Selain itu
sel-sel kanker bisa bersarang di tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit. (Erik T, 2005, hal : 39-40)
Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah
menjadi ganas. (http//www.pikiran-rakyat.com.jam 10.00, Minggu Tanggal 29-8-2005, sumber :
Harianto, dkk)

2. ETIOLOGI

Kanker payudara berasal dari unit sekretorius payudara, yaitu unit duktuslobulus terminal. Beberapa
faktor risiko kanker payudara telah diketahui saat ini antara lain faktor genetik (5 - 7%), riwayat keluarga
menderita kanker payudara, riwayat pernah menderita kanker payudara sebelumnya, faktor menstruasi
dan reproduksi, paparan radiasi, penggunaan terapi sulih hormon, alkohol dan diet tinggi lemak. 27
Meskipun telah banyak diketahui faktor risiko, ternyata 75% kanker payudara tidak ada hubungan
dengan faktor risiko yang ada.

3. TANDA GEJALA

- Benjolan atau pengerasan pada payudara yang berbeda dari jaringan sekitar.

- Darah keluar dari puting payudara.

- Kemerahan atau pembesaran pori-pori kulit payudara yang menyerupai kulit jeruk.

- Nyeri dan pembengkakan pada payudara.

- Pengelupasan kulit di sekitar puting payudara.

- Perubahan pada kulit payudara, seperti cekungan.

- Perubahan ukuran, bentuk, atau tampilan dari payudara.

- Puting tertarik masuk (retraksi atau inversi) ke dalam.

- Benjolan atau pembengkakan di bawah ketiak.


4. Stadium kanker payudara

Stadium 0

Stadium 0 digunakan untuk menggambarkan kanker payudara non-invasif atau carcinoma in situ.
Artinya, sel kanker atau sel abnormal nonkanker belum berkembang serta belum menyebar ke jaringan
sehat di dekatnya dan ke luar payudara.

Stadium I

Stadium I merupakan tahap paling awal dari kanker payudara yang berpotensi menyebar (invasif). Pada
tahap ini, ukuran tumor masih sangat kecil ukuran kurang dari 2 cm dan belum menyebar ke kelenjar
getah bening. Akan tetapi, sel kanker telah menyebar ke luar lokasi asli dan merambat ke jaringan
payudara sehat di sekitarnya.

Stadium II

Pada stadium II, ukuran tumor sudah lebih besar daripada stadium sebelumnya dengan ukuran 2-5 cm.
Sel kanker pun sudah menyebar ke kelenjar getah bening, walau masih di area yang terdekat, tetapi
belum menyebar ke bagian tubuh yang lebih jauh.

Stadium III.

Stadium III disebut juga dengan kanker payudara stadium lanjut lokal. Artinya, tumor ganas atau
benjolan yang ditemukan bisa lebih besar dengan ukuran lebih dari 5 cm, belum menginfiltrasi jaringan
sekitar payudara dan sudah ada penyebaran ke kelenjar getah bening ketiak. Namun, penyebarannya ini
belum sampai ke organ tubuh lainnya.

Stadium IIIA

Kondisi stadium IIIA biasanya adalah kondisi dimana tumor masih dapat dilakukan reseksi/operasi.

Stadium IIIB dan IIIC


Pada kanker payudara stadium IIIB, ini ukurannya > 5 cm dimana sudah ada infiltrasi di jaringan sekitar
daerah puting dan kulit payudara, sehingga tumor tidak bisa dilakukan reseksi / operasi. Perlu dilakukan
kemoterapi terlebih dahulu disebut sebagai kemoterapi neoadjuvant. Setelah itu dilakukan penilaian
respon, apabila respon baik terapi dapat dilanjukan dengan pembedahan (mastektomi radikal).

Stadium IV

Kanker payudara stadium IV merupakan tahap paling akhir dan merupakan kondisi serius yang
mengancam jiwa. Pada stadium ini, kanker telah menyebar dari payudara dan kelenjar getah bening di
sekitarnya ke organ tubuh lain, seperti paru-paru, kelenjar getah bening yang jauh dari payudara, kulit,
tulang, hati, atau otak.

5. JENIS KANKER PAYUDARA

1.Karsinoma duktal in situ (ductal carcinoma in situ/DCIS).

Karsinoma duktal in situ adalah jenis kanker payudara noninvasif yang bermula di dalam jaringan saluran
susu (duktus). Kondisi ini tidak mengancam nyawa dan masih bisa disembuhkan. Namun, bila terlambat
mendapat penanganan, kondisi ini bisa berkembang menjadi kanker payudara invasif.

2. Karsinoma lobular in situ (Lobular Carcinoma in situ/LCIS).

Karsinoma lobular in situ (LCIS) terjadi karena adanya pertumbuhan sel abnormal di jaringan lobulus
payudara. LCIS dikenal juga dengan nama neoplasia lolubar.

3. Karsinoma duktal invasif (Invasive ductal carcinoma/IDC).

Jenis kanker ini dimulai dari bertumbuhnya sel-sel kanker di saluran susu (duktus). Dari lokasi tersebut,
sel kanker mengganas sehingga menerobos dinding saluran dan akhirnya menyerang jaringan payudara
lain di dekatnya.

4. Karsinoma lobular invasif (invasive lobular carcinoma/ILC).

Karsinoma lobular invasif (ILC) merupakan jenis kanker payudara yang bermula di lobulus payudara,
yang kemudian menyerang jaringan payudara lain di dekatnya dan bahkan bisa organ lainnya.
6. beberapa faktor resiko pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara, yaitu :

1. Tinggi melebihi 170 cm

Wanita yang tingginya 170 cm mempunyai resiko terkena kanker payudara karena pertumbuhan lebih
cepat saat usia anak dan remaja membuat adanya perubahan struktur genetik (DNA) pada sel tubuh
yang diantaranya berubah ke arah sel ganas.

2. Masa reproduksi yang relatif panjang.

1. Menarche pada usia muda dan kurang dari usia 10 tahun.

2. Wanita terlambat memasuki menopause (lebih dari usia 60 tahun)

3. Wanita yang belum mempunyai anak Lebih lama terpapar dengan hormon estrogen relatif lebih lama
dibandingkan wanita yang sudah punya anak.

4. Kehamilan dan menyusui Berkaitan erat dengan perubahan sel kelenjar payudara saat menyusui.

5. Wanita gemuk Dengan menurunkan berat badan, level estrogen tubuh akan turun pula.

6. Preparat hormon estrogen

Penggunaan preparat selama atau lebih dari 5 tahun.

7. Faktor genetik Kemungkinan untuk menderita kanker payudara 2 – 3 x lebih besar pada wanita yang
ibunya atau saudara kandungnya menderita kanker payudara. (Erik T, 2005, hal : 43-46).

7. Anatomi fisiologi

1. Anatomi payudara

Secara fisiologi anatomi payudara terdiri dari alveolusi, duktus laktiferus, sinus laktiferus,

ampulla, pori pailla, dan tepi alveolan. Pengaliran limfa dari payudara kurang lebih 75% ke aksila.

Sebagian lagi ke kelenjar parasternal terutama dari bagian yang sentral dan medial dan ada pula

pengaliran yang ke kelenjar interpektoralis.


2. Fisiologi payudara

Payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormon. Perubahan pertama ialah mulai dari
masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium dan menopause. Sejak
pubertas pengaruh ekstrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise, telah
menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus. Perubahan kedua adalah perubahan sesuai
dengan daur menstruasi. Sekitar hari kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada
beberapa hari sebelum menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul
benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang menstruasi payudara menjadi
tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu
pemeriksaan foto mammogram tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu menstruasi
mulai, semuanya berkurang.

Perubahan ketiga terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan payudara menjadi besar karena
epitel duktus lobul dan duktus alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormon
prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus,
kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu. (Samsuhidajat, 1997, hal : 534-535)

8. Insiden Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa lima besar kanker di dunia adalah
kanker paru-paru, kanker payudara, kanker usus besar dan kanker lambung dan kanker hati. Sementara
data dari pemeriksaan patologi di Indonesia menyatakan bahwa urutan lima besar kanker adalah kanker
leher rahim, kanker payudara, kelenjar getah bening, kulit dan kanker nasofaring (Anaonim, 2004).
Angka kematian akibat kanker payudara mencapai 5 juta pada wanita. Data terakhir menunjukkan
bahwa kematian akibat kanker payudara pada wanita menunjukkan angka ke 2 tertinggi penyebab
kematian setelah kanker rahim. (http//www.pikiran-rakyat.com.jam 10.00, Minggu Tanggal 29-8-2005,
sumber : Harianto, dkk).

9. Patofisiologi

Kanker payudara bukan satu-satunya penyakit tapi banyak, tergantung pada jaringan payudara yang
terkena, ketergantungan estrogennya, dan usia permulaannya. Penyakit payudara ganas sebelum
menopause berbeda dari penyakit payudara ganas sesudah masa menopause (postmenopause). Respon
dan prognosis penanganannya berbeda dengan berbagai penyakit berbahaya lainnya. Beberapa tumor
yang dikenal sebagai “estrogen dependent” mengandung reseptor yang mengikat estradiol, suatu tipe
ekstrogen, dan pertumbuhannya dirangsang oleh estrogen. Reseptor ini tidak manual pada jarngan
payudara normal atau dalam jaringan dengan dysplasia. Kehadiran tumor “Estrogen Receptor Assay
(ERA)” pada jaringan lebih tinggi dari kanker-kanker payudara hormone dependent. Kanker-kanker ini
memberikan respon terhadap hormone treatment (endocrine chemotherapy, oophorectomy, atau
adrenalectomy). (Smeltzer, dkk, 2002, hal : 1589)
10.Manifestasi klinik

Gejala-gejala kanker payudara antara lain, terdapat benjolan di payudara yang nyeri maupun tidak nyeri,
keluar cairan dari puting, ada perlengketan dan lekukan pada kulit dan terjadinya luka yang tidak
sembuh dalam waktu yang lama, rasa tidak enak dan tegang, retraksi putting, pembengkakan lokal.
(http//www.pikiran-rakyat.com.jam 10.00, Minggu Tanggal 29-8-2005, Harianto, dkk).

Gejala lain yang ditemukan yaitu konsistensi payudara yang keras dan padat, benjolan tersebut berbatas
tegas dengan ukuran kurang dari 5 cm, biasanya dalam stadium ini belum ada penyebaran sel-sel kanker
di luar payudara. (Erik T, 2005, hal : 42)

11. Klasifikasi kanker payudara

1. Tumor primer (T)

1. Tx : Tumor primer tidak dapat ditentukan

2. To : Tidak terbukti adanya tumor primer

3. Tis : Kanker in situ, paget dis pada papila tanpa teraba tumor

4. T1 :Tumor < 2 cm

T1a : Tumor < 0,5 cm

T1b :Tumor 0,5 – 1 cm

T1c :Tumor 1 – 2 cm

5. T2 :Tumor 2 – 5 cm

6. T3 : Tumor diatas 5 cm

7. T4 : Tumor tanpa memandang ukuran, penyebaran langsung ke dinding thorax atau kulit.

T4a : Melekat pada dinding dada

T4b : Edema kulit, ulkus, peau d’orange, satelit

T4c : T4a dan T4b

T4d : Mastitis karsinomatosis

2. Nodus limfe regional (N)


1. Nx : Pembesaran kelenjar regional tidak dapat ditentukan

2. N0 : Tidak teraba kelenjar axila

3. N1 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang tidak melekat.

N2 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang melekat satu sama lain atau melekat pada
jaringan sekitarnya.

N3 : Terdapat kelenjar mamaria interna homolateral

3. Metastas jauh (M)

1. Mx : Metastase jauh tidak dapat ditemukan

2. M0 : Tidak ada metastase jauh

3. M1 : Terdapat metastase jauh, termasuk kelenjar subklavikula

8. Stadium kanker payudara :

1. Stadium I : tumor kurang dari 2 cm, tidak ada limfonodus terkena (LN) atau penyebaran luas.

2. Stadium IIa : tumor kurang dari 5 cm, tanpa keterlibatan LN, tidak ada penyebaran jauh. Tumor
kurang dari 2 cm dengan keterlibatan LN

3. Stadium IIb : tumor kurang dari 5 cm, dengan keterlibatan LN. Tumor lebih besar dari 5 cm tanpa

keterlibatan LN

4. Stadium IIIa : tumor lebih besar dari 5 cm, dengan keterlibatan LN. semua tumor dengan LN

terkena, tidak ada penyebaran jauh

5. Stadium IIIb : semua tumor dengan penyebaran langsung ke dinding dada atau kulit semua tumor
dengan edema pada tangan atau keterlibatan LN supraklavikular.

6. Stadium IV : semua tumor dengan metastasis jauh. (Setio W, 2000, hal : 285)

12. Pemeriksaan diagnostik.

1) Mammagrafi, yaitu pemeriksaan yang dapat melihat struktur internal dari payudara, hal ini
mendeteksi secara dini tumor atau kanker.

2) Ultrasonografi, biasanya digunakan untuk membedakan tumor sulit dengan kista.

3) CT. Scan, dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma payudara pada organ lain
4) Sistologi biopsi aspirasi jarum halus

5) Pemeriksaan hematologi, yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor pada peredaran
darah dengan sendimental dan sentrifugis darah. (Michael D, dkk, 2005, hal : 15-66)

13. Pencegahan

Perlu untuk diketahui, bahwa 9 di antara 10 wanita menemukan adanya benjolan di payudaranya. Untuk
pencegahan awal, dapat dilakukan sendiri. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan sehabis selesai masa
menstruasi. Sebelum menstruasi, payudara agak membengkak

sehingga menyulitkan pemeriksaan.

Cara pemeriksaan adalah sebagai berikut :

1. Berdirilah di depan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan pada payudara. Biasanya kedua
payudara tidak sama, putingnya juga tidak terletak pada ketinggian yang sama Perhatikan apakah
terdapat keriput, lekukan, atau puting susu tertarik ke dalam. Bila terdapat kelainan itu atau keluar
cairan atau darah dari puting susu, segeralah pergi ke dokter.

2. Letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali kedua payudara.

3. Bungkukkan badan hingga payudara tergantung ke bawah, dan periksa lagi.

4. Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di belakang kepala, dan sebuah bantal di bawah
bahu kiri. Rabalah payudara kiri dengan telapak jari-jari kanan. Periksalah apakah ada benjolan pada
payudara. Kemudian periksa juga apakah ada benjolan atau pembengkakan pada ketiak kiri.

5. Periksa dan rabalah puting susu dan sekitarnya. Pada umumnya kelenjar susu bila diraba dengan
telapak jari-jari tangan akan terasa kenyal dan mudah digerakkan. Bila ada tumor, maka akan terasa
keras dan tidak dapat digerakkan (tidak dapat dipindahkan dari tempatnya). Bila terasa ada sebuah
benjolan sebesar 1 cm atau lebih, segeralah pergi ke dokter. Makin dini penanganan, semakin besar
kemungkinan untuk sembuh secara sempurna.

6. Lakukan hal yang sama untuk payudara dan ketiak kanan (www.vision.com jam 10.00, Minggu Tanggal
29-8-2005, sumber : Ramadhan)

11. Penanganan Pembedahan

1. Mastektomi parsial (eksisi tumor lokal dan penyinaran). Mulai dari lumpektomi sampai pengangkatan
segmental (pengangkatan jaringan yang luas dengan kulit yang terkena).
2. Mastektomi total dengan diseksi aksial rendah seluruh payudara, semua kelenjar limfe dilateral
otocpectoralis minor.

3. Mastektomi radikal yang dimodifikasi Seluruh payudara, semua atau sebagian besar jaringan aksial

1) Mastektomi radikal Seluruh payudara, otot pektoralis mayor dan minor dibawahnya : seluruh isi
aksial.

2) Mastektomi radikal yang diperluas sama seperti mastektomi radikal ditambah dengan kelenjar limfe
mamaria interna.

Non pembedahan

1. Penyinaran

Pada payudara dan kelenjar limfe regional yang tidak dapat direseksi pada kanker lanjut; pada
metastase tulang, metastase kelenjar limfe aksila.

2. Kemoterapi Adjuvan sistematik setelah mastektomi; paliatif pada penyakit yang lanjut.

3. Terapi hormon dan endokrin

Kanker yang telah menyebar, memakai estrogen, androgen, antiestrogen, coferektomi adrenalektomi
hipofisektomi. (Smeltzer, dkk, 2002, hal : 1596 - 1600)

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN

Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara, pengumpulan riwayat kesehatan,
pengkajian fisik, pemeriksaan laboratorium dan diagnostik, serta review catatan sebelumnya. Langkah-
langkah pengkajian yang sistemik adalah pengumpulan data, sumber data, klasifikasi data, analisa data
dan diagnosa keperawatan.
Pengumpulan data

Adalah bagian dari pengkajian keperawatan yang merupakan landasan proses keperawatan. Kumpulan
data adalah kumpulan informasi yang bertujuan untuk mengenal masalah klien dalam memberikan
asuhan keperawatan .

Sumber data

Data dapat diperoleh melalui klien sendiri, keluarga, perawat lain dan petugas kesehatan lain baik secara
wawancara maupun observasi.

Data yang disimpulkan meliputi :

Data biografi /biodata

Meliputi identitas klien dan identitas penanggung antara lain : nama, umur, jenis kelamin, agama,

pendidikan, pekerjaan dan alamat.

Riwayat keluhan utama.

Riwayat keluhan utama meliputi : adanya benjolan yang menekan payudara, adanya ulkus, kulit

berwarna merah dan mengeras, bengkak, nyeri.

Riwayat kesehatan masa lalu

Apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya.

Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama .

Pengkajian fisik meliputi :

Keadaan umumØ

Tingkah lakuØ

BB dan TBØ

Pengkajian head to toeØ


Pemeriksaan laboratorium :

Pemeriksaan darah hemoglobin biasanya menurun, leukosit meningkat,Ø trombosit meningkat jika ada
penyebaran ureum dan kreatinin.

Pemeriksaan urine, diperiksa apakah ureum dan kreatinin meningkat.Ø

Tes diagnostik yang biasa dilakukan pada penderita carsinoma mammae adalah sinar X, ultrasonografi,
xerora diagrafi, diaphanografi dan pemeriksaan reseptor hormon. Pengkajian pola kebiasaan hidup
sehari-hari meliputi :

Nutrisi

Kebiasaan makan, frekuensi makan, nafsu makan, makanan pantangan, makanan yang disukai,
banyaknya minum. Dikaji riwayat sebelum dan sesudah masuk RS.

Eliminasi

Kebiasaan BAB / BAK, frekuensi, warna, konsistensi, sebelum dan sesudah masuk RS.

Istirahat dan tidur

Kebiasaan tidur, lamanya tidur dalam sehari sebelum dan sesudah sakit.

Personal hygiene

1. Frekuensi mandi dan menggosok gigi dalam sehari

2. Frekuensi mencuci rambut dalam seminggu

3. Dikaji sebelum dan pada saat di RS

Identifikasi masalah psikologis, sosial dan spritual :

Status psikologisØ

Emosi biasanya cepat tersinggung, marah, cemas, pasien berharap cepat sembuh, merasa asing tinggal
di RS, merasa rendah diri, mekanisme koping yang negatif.
Status socialØ

Merasa terasing dengan akibat klien kurang berinteraksi dengan masyarakat lain.

Kegiatan keagamaanØ

Klien mengatakan kegiatan shalat 5 waktu berkurang.

Klasifikasi Data

Data pengkajian :

Data subyektif

Data yang diperoleh langsung dari klien dan keluarga, mencakup hal-hal sebagai berikut : klien
mengatakan nyeri pada payudara, sesak dan batuk, nafsu makan menurun, kebutuhan sehari-hari
dilayani di tempat tidur, harapan klien cepat sembuh, lemah, riwayat menikah, riwayat keluarga.

Data obyektif

Data yang dilihat langsung atau melalui pengkajian fisik atau penunjang meliputi : asimetris payudara kiri
dan kanan, nyeri tekan pada payudara, hasil pemeriksaan laboratorium dan diagnostik.

Analisa Data

Merupakan proses intelektual yang merupakan kemampuan pengembangan daya pikir yang
berdasarkan ilmiah, pengetahuan yang sama dengan masalah yang didapat pada klien.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor.

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi lengan/bahu.

3. Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh.

4. Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah

5. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.


6. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta pengobatan penyakitnya berhubungan
dengan kurangnya informasi.

7. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake tidak adekuat.

PERENCANAAN

Perencanaan keperawatan adalah pengembangan dari pencatatan perencanaan perawatan untuk


memenuhi kebutuhan klien yang telah diketahui.

Pada perencanaan meliputi tujuan dengan kriteria hasil, intervensi, rasional, implementasi dan evaluasi.

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor

Ditandai dengan :

DS : - Klien mengeluh nyeri pada sekitar payudara sebelah kiri menjalar ke

kanan.

DO : - Klien nampak meringis

- Klien nampak sesak

- Nampak luka di verban pada payudara sebelah kiri

Tujuan : Nyeri teratasi.

Kriteria Hasil :

Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilangØ

Nyeri tekan tidak adaØ

Ekspresi wajah tenangØ

Luka sembuh dengan baikØ

Intervensi :

1) Kaji karakteristik nyeri, skala nyeri, sifat nyeri, lokasi dan penyebaran.
Rasional : Untuk mengetahui sejauhmana perkembangan rasa nyeri yang dirasakan oleh klien sehingga
dapat dijadikan sebagai acuan untuk intervensi selanjutnya.

2) Beri posisi yang menyenangkan.

Rasional : Dapat mempengaruhi kemampuan klien untuk rileks/istirahat secara efektif dan dapat
mengurangi nyeri.

3) Anjurkan teknik relaksasi napas dalam.

Rasional : Relaksasi napas dalam dapat mengurangi rasa nyeri dan memperlancar sirkulasi O2 ke seluruh
jaringan.

4) Ukur tanda-tanda vital

Rasional : Peningkatan tanda-tanda vital dapat menjadi acuan adanya peningkatan nyeri.

5) Penatalaksanaan pemberian analgetik

Rasional : Analgetik dapat memblok rangsangan nyeri sehingga dapat nyeri tidak dipersepsikan.

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi lengan/bahu.

Ditandai dengan :

DS : Klien mengeluh sakit jika lengan digerakkan.Ø

Klien mengeluh badan terasa lemah.Ø

Klien tidak mau banyak bergerak.Ø

DO : Klien tampak takut bergerak.Ø

Tujuan : Klien dapat beraktivitas

Kriteria Hasil :

Klien dapat beraktivitas sehari – hari.Ø

Peningkatan kekuatan bagi tubuh yang sakit.Ø

Intervensi :

1) Latihan rentang gerak pasif sesegera mungkin.

Rasional : Untuk mencegah kekakuan sendi yang dapat berlanjut pada keterbatasan gerak.
2) Bantu dalam aktivitas perawatan diri sesuai keperluan

Rasional : Menghemat energi pasien dan mencegah kelelahan.

3) Bantu ambulasi dan dorong memperbaiki postur.

Rasional : Untuk menghindari ketidakseimbangan dan keterbatasan dalam gerakan dan postur.

3. Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh.

Ditandai dengan :

DS : Klien mengatakan takut ditolak oleh orang lain.Ø

Ekspresi wajah tampak murung.Ø

Tidak mau melihat tubuhnya.Ø

DO : Klien tampak takut melihat anggota tubuhnya.Ø

Tujuan : Kecemasan dapat berkurang.

Kriteria Hasil :

Klien tampak tenangØ

Mau berpartisipasi dalam program terapiØ

Intervensi :

1) Dorong klien untuk mengekspresikan perasaannya.

Rasional : Proses kehilangan bagian tubuh membutuhkan penerimaan, sehingga pasien dapat membuat
rencana untuk masa depannya.

2) Diskusikan tanda dan gejala depresi.

Rasional : Reaksi umum terhadap tipe prosedur dan kebutuhan dapat dikenali dan diukur.

3) Diskusikan tanda dan gejala depresi

Rasional : Kehilangan payudara dapat menyebabkan perubahan gambaran diri, takut jaringan parut, dan
takut reaksi pasangan terhadap perubahan tubuh.

4) Diskusikan kemungkinan untuk bedah rekonstruksi atau pemakaian prostetik.


Rasional : Rekonstruksi memberikan sedikit penampilan yang lengkap, mendekati normal.

4. Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah

Ditandai dengan :

DS :

Klien mengatakan malu dengan keadaan dirinyaØ

DO :

Klien jarang bicara dengan pasien lainØ

Klien nampak murung.Ø

Tujuan : Klien dapat menerima keadaan dirinya.

Kriteria Hasil :

Klien tidak malu dengan keadaan dirinya.Ø

Klien dapat menerima efek pembedahan.Ø

Intervensi :

1) Diskusikan dengan klien atau orang terdekat respon klien terhadap penyakitnya.

Rasional : membantu dalam memastikan masalah untuk memulai proses pemecahan masalah

2) Tinjau ulang efek pembedahan

Rasional : bimbingan antisipasi dapat membantu pasien memulai proses adaptasi.

3) Berikan dukungan emosi klien.

Rasional : klien bisa menerima keadaan dirinya.

4) Anjurkan keluarga klien untuk selalu mendampingi klien.

Rasional : klien dapat merasa masih ada orang yang memperhatikannya.


5. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.

Ditandai dengan :

DS :

Klien mengeluh nyeri pada daerah sekitar operasi.Ø

DO :

Adanya balutan pada luka operasi.Ø

Terpasang drainaseØ

Warna drainase merah mudaØ

Tujuan : Tidak terjadi infeksi.

Kriteria Hasil :

Tidak ada tanda – tanda infeksi.Ø

Luka dapat sembuh dengan sempurna.Ø

Intervensi :

1) Kaji adanya tanda – tanda infeksi.

Rasional : Untuk mengetahui secara dini

adanya tanda – tanda infeksi sehingga dapat segera diberikan tindakan yang tepat.

2) Lakukan pencucian tangan sebelum dan sesudah prosedur tindakan.

Rasional : Menghindari resiko penyebaran kuman penyebab infeksi.

3) Lakukan prosedur invasif secara aseptik dan antiseptik.

Rasional : Untuk menghindari kontaminasi dengan kuman penyebab infeksi.

4) Penatalaksanaan pemberian antibiotik.

Rasional : Menghambat perkembangan kuman sehingga tidak terjadi proses infeksi.


6. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta pengobatan penyakitnya

berhubungan dengan kurangnya informasi.

Ditandai dengan :

DS : Klien sering menanyakan tentang penyakitnya.

DO : Ekspresi wajah murung/bingung.

Tujuan : Klien mengerti tentang penyakitnya.

Kriteria Hasil :

Klien tidak menanyakan tentang penyakitnya.Ø

Klien dapat memahami tentang proses penyakitnya dan pengobatannya.Ø

Intervensi :

1) Jelaskan tentang proses penyakit, prosedur pembedahan dan harapan yang akan datang.

Rasional : Memberikan pengetahuan dasar, dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan
informasi, dan dapat berpartisipasi dalam program terapi.

2) Diskusikan perlunya keseimbangan kesehatan, nutrisi, makanan dan pemasukan cairan yang adekuat.

Rasional : Memberikan nutrisi yang optimal dan mempertahankan volume sirkulasi untuk mengingatkan
regenerasi jaringan atau proses penyembuhan.

3) Anjurkan untuk banyak beristirahat dan membatasi aktifitas yang berat.

Rasional : Mencegah membatasi kelelahan, meningkatkan penyembuhan, dan meningkatkan perasaan


sehat.

4) Anjurkan untuk pijatan lembut pada insisi/luka yang sembuh dengan minyak.

Rasional : Merangsang sirkulasi, meningkatkan elastisitas kulit, dan menurunkan ketidaknyamanan


sehubungan dengan rasa pantom payudara.

5) Dorong pemeriksaan diri sendiri secara teratur pada payudara yang masih ada. Anjurkan untuk
Mammografi.
Rasional : Mengidentifikasi perubahan jaringan payudara yang mengindikasikan terjadinya / berulangnya
tumor baru.

7. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak adekuat

Ditandai dengan :

DS :

Klien mengeluh nafsu makan menurunØ

Klien mengeluh lemah.Ø

DO :

Setengah porsi makan tidak dihabiskanØ

Klien nampak lemah.Ø

Nampak terpasang cairan infus 32 tetes/menit.Ø

Hb 10,7 gr %.Ø

Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria Hasil :

Nafsu makan meningkatØ

Klien tidak lemahØ

Hb normal (12 – 14 gr/dl)Ø

Intervensi :

1) Kaji pola makan klien

Rasional : Untuk mengetahui kebutuhan nutrisi klien dan merupakan asupan dalam tindakan
selanjutnya.

2) Anjurkan klien untuk makan dalam porsi kecil tapi sering


Rasional : dapat mengurangi rasa kebosanan dan memenuhi kebutuhan nutrisi sedikit demi sedikit.

3) Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan mulut dan gigi.

Rasional : agar menambah nafsu makan pada waktu makan.

4) Anjurkan untuk banyak makan sayuran yang berwarna hijau.

Rasional : sayuran yang berwarna hijau banyak mengandung zat besi penambah tenaga.

5) Libatkan keluarga dalam pemenuhan nutrisi klien


Rasional : partisipasi keluarga dpat meningkatkan asupan nutrisi untuk kebutuhan energi.

Implementasi

Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana keperawatan
dilaksanakan :

melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk
melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan klien. Agar
implementasi perencanaan dapat tepat waktu dan efektif terhadap biaya, pertama-tama harus
mengidentifikasi prioritas perawatan klien, kemudian bila perawatan telah dilaksanakan, memantau dan
mencatat respons pasien terhadap setiap intervensi dan mengkomunikasikan informasi ini kepada
penyedia perawatan kesehatan lainnya. Kemudian, dengan menggunakan data, dapat mengevaluasi dan
merevisi rencana perawatan dalam tahap proses keperawatan berikutnya

Evaluasi

Tahapan evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang diinginkan dan respons
pasien terhadap dan keefektifan intervensi keperawatan kemudian mengganti rencana perawatan jika
diperlukan.

Tahap akhir dari proses keperawatan perawat mengevaluasi kemampuan pasien ke arah pencapaian
hasil.

Daftar Pustaka

Doenges M., (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta

Dixon M., dkk, (2005), Kelainan Payudara, Cetakan I, Dian Rakyat, Jakarta.

Mansjoer, dkk, (2000), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jakarta

Sjamsuhidajat R., (1997), Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC, Jakarta

Tapan, (2005), Kanker, Anti Oksidan dan Terapi Komplementer, Elex Media Komputindo, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai