Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN KORBAN

PEMERKOSAAN
Dosen pengampu : : Riza Arisanty Latifah, M. Kep., Ners

Disusun Oleh :
Kevin Harja Saputra (200711032)
Aditya (200711046)
Sitti Fatimah Laela Agustine (200711027)

PROGRAM STUDI S1-KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
CIREBON
TAHUN 2022

Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat


serta
Hidayah Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan
sehingga penulis dapat
Menyelesaikan makalah yang berjudul “Makalah Asuhan
Keperawatan Jiwa Pada
Anak Dengan Korban Pemerkosaan”. Shalawat beserta salam
kita sampaikan
Kepada Nabi besar kita, Muhammad SAW yang telah
memberikan pedoman hidup
Yakni Al-Qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat didunia.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Keperawatan
Kesehatan Jiwa II diprogram studi S1 Ilmu Keperawatan.
Selanjutnya penulis
Mengucapkan terima kasih kepada Ibu Riza A Latifah, M.Kep.,
Ners selaku dosen
Pengampu pada mata kuliah Keperawatan Kesehatan JIwa II dan
kepada segenap
Pihak yang telah menyusun makalah ini dengan baik.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan karena
pengalaman yang
Penulis miliki masih kurang.Oleh karena itu,penulis
mengharapkan kepada para
Pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun demi
Kesempurnaan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.LatarBelakang
Pelecehan seksual terhadap anak adalah suatu bentuk
penyiksaan anak Dimana orang dewasa melampiaskan libidonya
pada anak atau dengan kata Lain orang yang sudah dewasa
mendapatkan stimulasi seksual nya pada anak yang berusia
dibawah 18 (delapanbelas)tahun. Bentuk pelecehan seksual anak
termasuk atau menekan(memaksa)seorang anak untuk
melakukan aktivitas seksual,paparan tidak senonoh dari alat
kelamin kepada anak, menampilkan porno grafi pada
anak,kontak seksual yang sebenarnya pada anak,kontak fisik
dengan alat kelamin anak,melihat alat kelamin anak tanpa
kontak fisik serta menggunakan anak untuk memproduksi porno
grafi anak(Roy,2018) anak menjadi kelompok yang sangat
rentan terhadap kekerasan seksual karena anak selalu di
posisikan sebagai sosok lemah atau yang tidak berdaya dan
memiliki ketergantungan yang tinggi dengan orang-orang
dewasa di sekitarnya.Hal inilah yang membuat anak tidak
berdaya saat diancam untuk tidak memberitahukan apa yang
dialaminya.Hampir dari setiap kasus yang diungkap,pelakunya
adalah orang yang dekat korban.Tak sedikit pula pelakunya
adalah orang yang memiliki dominasi atas korban,seperti
orangtua dan guru.Tidak ada satupun karakteristik khusus atau
tipe kepribadian yang dapat di identifikasi dari seorang pelaku
kekerasan seksual terhadap anak. dengan kata lain,siapapun
dapat menjadi pelaku kekerasan seksual terhadap anak atau
pedofilia.Kemampuan pelaku menguasai korban,baik dengan
tipu daya maupun ancaman dan kekerasan,menyebabkan
kejahatan ini sulit di hindari.Dari seluruh kasus kekerasan
seksual pada anak baru terungkap setelah peristiwa itu
terjadi,dan tak sdikit yang berdampak fatal. banyak kasus
tersebut yaitu kekerasan seksual terhadap anak dapat terjadi
dimana saja,bias didalam rumah,bisa diluar rumah,bias
dijalan,biasa disekolah dan biasa di tempat lainnya.Dengan
katalain,kekerasan seksual di zaman sekarang mengintai anak
dimanapun mereka berada.Dari segi umur, kasus pelecehan
seksual atau pemerkosaan memanglah tidak mengenal
berapapun usia korban yang dimana usia mereka masih dibawah
umur,hal ini terungkap dari data yang didapat Tiga tahun
terakhir yang dimana menjadi tahun yang memperhatinkan bagi
dunia anak Indonesia.Pasalnya Komisi perlindungan Anak
Indonesia(KPAI)menemukan ratusan kasus kekerasan seksual
terhadap anak yang diduga dilakukan orang terdekat sebagai
pelaku. komisioner Komisi Perlindungan Anak
Indonesia(KPAI)Jasra Putra mengungkapkan,data menunjukan
bahwa pihaknya menemukan 218 kasus kekerasan seksual anak
pada 2015.Sementara pada 2016,KPAI mencatat terdapat 120
kasus kekerasan seksual terhadap anak-anak.Kemudiandi2017,
tercatat sebanyak 116 kasus.Sementara dari segi umur
pelaku,ditemukan bahwa pelaku mulai dari anak-anak hingga
kakek-kakek.Dalam kasus anak anak dan remaja biasanya
dikarenakan dampak VCD porno dan media internet. Sedangkan
untuk usia pelaku yang sudah dewasa lebih dominasi hubungan
relasi kuasa,misalnya ayah dengan anak,kakek dengan
cucu,tetangga dengan anak disebelah rumahnya,dukun dengan
pasiennya.Selanjutnya,untuk mencegah perluasan masalah ini
maka pelecehan seksual yang
dimaksud dibatasi pada masalah persetubuhan yang terjadi
terhadap anak dibawah umur dan pelakunya adalah orang
dewasa dan kebanyakan adalah orang yang telah dikenal korban.

1.2.RumusanMasalah
Dari rumusan masalah diatas memiliki rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa pengertian dari pelecehan seksual pada anak atau
kekerasan seksual
pada anak?
2. Apa penyebab terjadinya pelecehan seksual pada anak atau
kekerasan
seksual pada anak?
3. Apa saja jenis pelecehan atau kekerasan sesksual yang bias
terjadi pada
anak?
4. Bagaimana gambaran pathway terjadinya pelecehan
seksual atau kekerasan
seksual pada anak?
5. Apa saja manifestasi klinis yang dapat muncul pada anak
yang mengalami
pelecehan seksual atau kekerasan seksual?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang yang dapat diberikan
pada anak dengan
pelecehan seksual atau kekerasan seksual?
7. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada anak yang
mengalami
pelecehan seksual atau kekerasan seksual?
8. Bagaimana asuahan keperawatan yang diberikan pada anak
yang
mengalami pelecehan seksual atau kekerasan seksual?
1.3.Tujuan
Dari rumusan masalah diatas memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahu idefinisi dari kekerasan seksual pada anak
2. Untuk mengetahui penyebab kekerasan seksual pada anak
3. Untuk mengetahui klasifikasi atau jenis pelecehan seksual
yang terjadi pada
anak
4. Untuk mengatahui bagaimana gambaran pathway terjadiya
kekerasan
seksual pada anak
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis yang muncul pada anak
yang
mengalami kekerasan seksual
6. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan penunjang yang
bisa diberikan
untuk anak yang mengalami gangguan kekerasan seksual
7. Untuk mengetahu bagaimana konsep asuhan keperawatan
pada anak yang
mengalami kekerasan seksual
9. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan yang
diberikan pada
anak yang mengalami kekerasan seksual
1.3.Tujuan
Dari rumusan masalah diatas memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahu idefinisi dari kekerasan seksual pada anak
2. Untuk mengetahui penyebab kekerasan seksual pada anak
3. Untuk mengetahui klasifikasi atau jenis pelecehan seksual
yang terjadi pada
anak
4. Untuk mengatahui bagaimana gambaran pathway terjadinya
kekerasan
seksual pada anak
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis yang muncul pada anak
yang
mengalami kekerasan seksual
6. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan penunjang yang
bias diberikan
Untuk anak yang mengalami gangguan kekerasan seksual
7. Untuk mengetahu bagaimana konsep asuhan keperawatan
pada anak yang
mengalami kekerasan seksual
8. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan yang
diberikan pada
anak yang mengalami kekersan seksual

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi
Kekerasan seksual terhadap anak menurut End Child
Prostitutionin AsiaTourism (ECPAT) Internasional merupakan
hubungan atau interaksi antara Seorang anak dengan seorang
yang lebih tua atau orang dewasa seperti orang asing , saudara
sekandung atau orangtua dimana anak dipergunakan sebagai
Objek pemuas kebutuhan seksual pelaku. Perbuatan ini
dilakukan dengan menggunakan paksaan, ancaman, suap, tipuan
bahkan tekanan. Pelecehan seksual terhadap anak adalah suatu
bentuk penyiksa anak anak dimana orang dewasa melampiaskan
libidonya pada anak atau dengan kata lain orang yang sudah
dewasa mendapatkan stimulasi seksualnya pada anak
yang berusia dibawah 18 (delapanbelas) tahun. Bentuk
pelecehan seksual anak termasuk atau menekan (memaksa)
seorang anak untuk melakukan aktivitas seksual, paparan tidak
senonoh dari alat kelamin kepada anak, menampilkan pornografi
pada anak, kontak seksual yang sebenarnya pada anak, kontak
fisik dengan alat kelamin anak, melihat alat kelamin anak tanpa
kontak fisik serta menggunakan anak untuk memproduksi porno
graf ianak (Roy,2018)

2.2. Etiologi
Melihat dari teori –teori sebab terjadinya kejahatan
menurut kriminologi, maka terjadinya kekerasan seksual
terhadap anak dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang
memengaruhinya demikian kompleks, secara umum dapat
disebutkan bahwa faktor-faktor penyebab terjadinya kejahatan
seksual pada anak dibagi menjadi2 (dua) bagian yaitu:
a. Faktor intern
Faktor intern adalah faktor – faktor yang terdapat dalam
diri individu. Faktor ini khusus dilihat pada diri individu dan
hal-hal yang mempunyai hubungan dengan kejahatan seksual
meliputi:
1. Faktor Kejiwaan.
Kondisi kejiwaan atau keadaan diri yang tidak normal dari
seseorang dapat mendorong seseorang melakukan kejahatan.
Misalnya, nafsu seks yang abnormal dapat menyebabkan pelaku
melakukan pemerkosaan terhadap korban anak-anak dengan
tidak menyadari keadaan diri sendiri. Psikologis (kejiwaan)
seseorang yang pernah menjadi korban pemerkosaan
sebelumnya seperti kasus Emon yang kejiwaannya telah
terganggu sehingga ia kerap melakukan kejahatan seksual pada
anak.
2. Faktor Biologis. Pada realitanya kehidupan manusia
mempunyai berbagai macam kebutuhan yang harus dipenuhi.
Kebutuhan biologi situ terdiri atas tiga jenis, yakni kebutuhan
makanan, kebutuhan seksual dan kebutuhan proteksi. Kebutuhan
akan seksual sama dengan kebutuhan – kebutuhan lain yang
menuntut pemenuhan.
3. Faktor Moral. Moral merupakan faktor penting untuk
menentukan timbulnya kejahatan. Moral sering disebut sebagai
filter terhadap munculnya perilaku yang menyi pang.
Pemerkosaan, disebabkan moral pelakunya yang sangat rendah.
Seperti kasus terbaru yang terjadi di Jakarta Timur yaitu seorang
ayah berinisial YS tega memperkosa anak kandungnya sendiri
sebanyak 35 kali menyetubuhi si anak.
b. Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang berada diluar diri
si pelaku, sebagai berikut:
1. Faktor Sosial Budaya. Meningkatnya kasus – kasus
kejahatan asusila ata perkosaan terkait erat dengan aspek sosial
budaya. Akibat modernisasi berkembanglah budaya yang
semakin terbuka dan pergaulan yang semakin bebas.
2.Faktor Ekonomi. Keadaan ekonomi yang sulit
menyebabkan seseorang memiliki pendidikan yang rendah dan
selanjutnya akan membawa dampak kepada baik atau tidak
baiknya pekerjaan yang diperoleh. Secara umum,seseorang yang
memiliki tingkat pendidikan rendah cenderung mendapatkan
pekerjaan yang tidak layak. Keadaan perekonomian merupakan
faktor yang secara langsung mau pun tidak langsung akan
mempengaruhi pokok-pokok kehidupan masyarakat. Akibatnya
terjadi peningkatan kriminalitas termasuk kasus pemerkosaan

3. Faktor Media Massa. Media massa merupakan sarana


informasi didalam kehidupan seksual. Pemberitaan tentang
kejahatan pemerkosaan yang sering diberitahukan secara terbuka
dan didramatisasi umumnya digambarkan tentang kepuasan
pelaku. Hal seperti ini dapat merangsang para pembaca
khususnya orang yang bermental jahat memperoleh ide untuk
melakukan pemerkosaan Faktor-fakor yang menyebabkan
terjadinya tindakan kekerasan seksual yang dialami oleh subyek
adalah sebagai berikut:
1. Faktor kelalaian orang tua.. Kelalaian orang tua yang
tidak memperhatikan tumbuh kembang dan pergaulan anak yang
membuat subyek menjadi korban kekerasan seksual
2. Faktor rendahnya moralitas dan mentalitas pelaku.
Moralitas dan mentalitas yang tidak dapat bertumbuh dengan
baik, membuat pelaku tidak dapat mengontrol nafsu atau
perilakunya.
3. Faktor ekomoni. Faktor ekonomi membuat pelaku
dengan mudah memuluskan rencananya dengan memberikan
iming iming kepada korban yang menjadi target dari pelaku

2.3. Klasifikasi
Menurut Resna dan Darmawan (dalam Huraerah, 2006),
tindakan kekerasan seksual dapat dibagian atas tiga
kategori ,yaitu:
a. Perkosaan. Pelaku tindak perkosaan biasanya pria.
Perkosaan terjadi pada suatu saat dimana pelaku lebih dulu
mengancam dengan memperlihatkan kekuatannya kepada anak.
Bila perkosaan dilakukan dengan kekerasan pada anak, akan
merupakan suatu resiko terbesar Karena penganiayaan sering
berdampak emosi tidak stabil.
b. Incest, digambarkan sebagai kejadian relasi seksual
diantara individu yang berkaitan darah. Secara lebih luas, yaitu
menerangkan hubungan seksual ayah tiri dengan anak tiri, antar
saudara tiri. Padahal kedua hubungan seksual yang terakhir ini
tidak terjalin pada individu yang berkaitan darah.
Incest merupakan perbuatan terlarang bagi hamper setiap
lingkungan budaya. Incest biasanya terja didalam waktu yang
lama dan sering menyangkut suatu proses terkondisi.
c. Eksploitasi. Eksploitasi seksual meliputi prostitusi dan
pornografi. Sering melibatkan suatu kelompok secara
berpartisipasi, dapat terjadi sebagai sebuah keluarga atau diluar
rumah bersama beberapa orang dewasa dan tidak berhubungan
dengan anak-anak dan merupakan suatu lingkungan
seksual. Pada beberapa kasus meliputi keluarga-keluarga,
seluruh keluarga ayah, ibu dan anak-anak dapat terlibat. Hal ini
merupakan situasi patologidi mana kedua orang tua
seringterlibatk egi tan seksual dengan anak anaknya dan
mempergunak anak-nak sebagai prostitusi atau untuk
pornografi. Eksploitasianak-anak membutuhkan intervenes dan
penangananyang serius. Komisi Pelindungan Anak, Kekerasan
seksual meliputi :mencolek, meraba, menyentuh hingga
melontarkan kata-kata ber orientasi seksual pada anak-anak.
Diperparah dengan tindakan pencabulan, pemerkosaan,
sodomi, dan sejenisnya. (Sinar Harapan, 13 Maret 2004).
Yuwono (2015) menyebutkan bahwa bentuk-bentuk kekerasan
seks, sexual gesture (serangan seksual secara visual termasuk
eksibisionisme, sexual remarx (serangan seksual secara verbal).
Menurut Brison (Kusmiran, 2011) kekerasan seksual dapat
bersifat verbal atau non-verbalyang disertai ancaman atau
intimidasi, penganiayaan. Sampai pada pembunuhan. Menurut
Collier (Kusmiran, 2011) kategori kekerasan seksual meliputi
pelecehan sek ual, ancaman perkosaan, percobaan perkosaan,
perkosaan, perkosaan disertai kekerasan, perkosaan disertai
pembunuhan, dan pemaksaan untuk melacur.
Kekerasan seksual berdasarkan intensitasnya dikategorikan
pada pelecehan seksual dan serangan seksual. Pelecehan seksual
diberibatasan dari ringan sampais dang, seperti siulannakal,
kedipan mata, gurauan atau olok olok yang menjurus pada seks,
memandangi tubuh mulai dari ujung rambut sampai mata kaki,
pernyataan mengenai tubuh atau penampilan fisik, member
isyarat berkonotasi seksual, memperlihatkan gambar-gambar
porno, memperlihatkan organ seks, mencolek, meraba, dan
mencubit. Sedangkan serangan seksual dikategorikansebagai
kekerasan seksual dengan intensitas berat. Serangan seksual
berakhir pada hubungan seksual secara paksa. (Kusmiran,
2011).
Pathway

2.5. Manifestasi Klinis


Ciri-Ciri anak yang mengalami kekerasan seksual
menurut Z astrow (dalam Huraerah, 2006), yaitu:
a. Tanda-tanda perilaku
1. Perubahan-perubahan mendadak pada perilaku dari
bahagia kedepresi
atau permusuhan,dari bersahabat keisolasi atau dari
komunikatif kepenuh rahasia.
2. Perilaku ekstrim
Perilaku lebih agresif atau lebih pasif dari teman
sebayanya atau dari Perilaku individu sebelumnya,
menjadi sensitive dan gampang marah.
3. Gangguan Tidur
Takut pergi ketempat tidur, sulit tidur atau terjaga dalam
waktu yang lama, takut tidur sendiri, mimpi buruk.
4. Perilaku regresif
Kembali pada perilaku awal perkembangan anak tersebut,
seperti mengompol, mengisap jempol.
5. Perilaku anti-sosial atau nakal
Bermain-main api, mengganggu anak lain atau binatang
Tindakan tindakan merusak
6. Perilaku menghindar
Takut akan atau menghindar dari orang tertentu (orangtua,
kakak, tetangga, saudara lain, pengasuh, lari dari rumah,
nakal , membolos sekolah.
7. Perilaku seksual yang tidak pantas
Masturbasi berlebihan, berbahasa atau bertingkah porno
melebihi usianya, perilaku seduktif terhadap anak yang
lebih muda, menggambar porno.
8. Penyalahgunaan NAPZA
Alkohol atau obat terlarang khususnya pada anak remaja.

9. Bentuk perlakuan salah terhadap diri sendiri


(selfabuse)
Merusak diri sendiri, gangguan makan, berpartisipasi
pada Kegiatan kegiatan beresikotinggi, percobaan atau
melakukan bunuh diri
b. Tanda-tanda Kognisi
Tidak dapat berkonsentrasi: sering melamun dan
berkhayal, focus perhatian singkat/terpecah. Minat
sekolah memudar: menurunnya perhatian pada tugas
sekolah di banding sebelumnya. Respons atau reaksi
berlebihan: khususnya terhadap gerakan tiba–tiba dan
orang lain dalam jarak dekat.
C .Tanda-tanda Sosial–emosional
1. Rendahnya kepercayaan diri: perasaan tidak berharga
2. Menarik Diri: mengisolasi dari teman, lari kedalam
khayalan atau ke bentuk-bentuk lain yang tidak
berhubungan.
3. Depresi tanpa penyebab jelas: Perasaan tanpa harapan
dan Ketidak berdayaan, pikiran dan pernyataan-
pernyataan ingin bunuh diri.
4. Ketakutan berlebihan: Kecemasan, hilang, kepercayaan
terhadap orang lain.
5. Keterbatasan Perasaan: Tidak dapat mencintai, tidak
riang seperti Sebelumnya atau sebagaimana dialami
teman dekatnya.
d. Tanda-tanda Fisik
1. Perasaan sakit yang tidak jelas: mengeluh sakit kepala,
sakit perut, tenggorokan tanpa penyebab
jelas,menurunnnya berat badan secara draktis,tidak ada
kenaikan berat badan secara memadai,muntah muntah.
2. Luka-lukapada alatkelamin atau mengidap penyakit
kelamin: Pada vagina, penis atau anus yang ditandai
dengan pendarahan, lecet, nyeri atau gatal-gatal diseputar
alat kelamin (menderita penyakit seksual) dan kekerasan
seksual pada korban juga akan mengakibatkan kehamilan.
Tanda dan gejala menurut Janne Wess, 2008 yaitu:
a. Balita
1. Tanda-tanda fisik, antara lain memar pada alat kelamin
atau mulut, iritasi kencing, penyakit kelamin, dan sakit
kerongkongan tanpa penyebab jelas bias merupakan
indikasi seksoral.
2.Tanda perilaku emosional dan sosial, antara lain sangat
takut Kepada siapa saja atau pada tempat tertentu atau
orang tertentu,
Perubahan kelakuan yang tiba-tiba, gangguan tidur (susah
tidur,
Mimpi buruk, dan ngompol), menarik diri atau depresi,
serta
Perkembangan terhambat.
c. Anak usia pra sekolah
Gejalanya sama ditambah tanda-tanda berikut:
1. Tanda fisik: antara lain perilaku regresif, seperti
mengisap jempol, hiperaktif, keluhan somatik seperti
sakit kepala yang terus menerus, sakit perut,
sembelit.
2. Tanda pada perilaku emosional dan sosial: kelakuan
yang tiba tiba berubah, anak mengeluh sakit karena
perlakuan seksual.
3. Tanda pada perilaku seksual: masturbasi berlebihan,
mencium secara seksual, mendesakkan tubuh,
melakukan aktivitas seksual terang-terangan pada
saudara atau teman sebaya, tahu banyak tentang
aktivitas seksual, dan rasa ingin tahu berlebihan
tentang masalah seksual.
d. Anak usia sekolah
Memperlihatkan tanda-tanda diatas serta perubahan
kemampuan belajar, seperti susah konsentrasi, nilai turun,
telat atau bolos, hubungan dengan teman terganggu,
tidakpercaya kepada orang dewasa, depresi, menarik diri,
sedih, lesu, gangguan tidur, mimpi buruk, tak suka
disentuh, serta menghindari hal-hal sekitar buka pakaian.
e. Remaja
Tandanya sama dengan diatas dan kelakuan yang merusak
diri sendiri, pikiran bunuh diri, gangguan makan,
melarikan diri, berbagai kenakalan remaja, penggunaan
obatterlarang atau alkohol, kehamilan dini, melacur, seks
diluar nikah, atau kelakuan seksual lain yang tak biasa.
Sedangkan menurut Town send (1998) simtomatologi dari
penganiayaan atau kekerasan seksual pada anak (sexual
abuse) antaralain:
1. Infeksi saluran kemih yang sering
2. Kesulitan atau nyeri saat berjalan atau duduk
3. Kemerahan atau gatal pada daerah genital, menggaruk
daerah tersebut secara sering atau gelisah saat duduk
4. Sering muntah
5. Perilaku menggairahkan, dorongan masturbasi, bermain
seks dewasa sebelum waktunya
6. Ansietas berlebihan dan tidak percaya kepada orang
lain
7. Penganiyaan seksual pada anak yang lain

2. 6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksasan Fisik
Saat melakukan pemeriksaan fisik, gunakan prinsip
“headtotoe”. Artinya, pemeriksaan fisik harus dilakukan
secara sistematis dari ujung kepala sampai ke ujung kaki.
Pelaksanaan pemeriksaan fisik juga harus memperhatikan
keadaan umum korban. Apabila korban tidak sadar atau
keadaan umum nya memburuk, maka pemeriksaan untuk
pembuatan visum dapat ditunda dan dokter focus untuk
”lifesaving” terlebih dahulu. Selain itu, dalam melakukan
pemeriksaan fisik, perhatikan kesesuaian dengan
keterangan korban yang didapat saat anamnesis.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan dapat dibagi menjadi
pemeriksaan umum dan khusus.
Pemeriksaan fisik umum mencakup:
1. Tingkat kesadaran,
2. Keadaanumum,
3. Tandavital,
4. Penampilan (rapih atau tidak, dandan, dan lain-lain),
5. Afek (keadaan emosi, apakah tampak sedih, takut, dans
ebagainya),
6. Pakaian (apakah ada kotoran, robekan, atau kancing
yang terlepas),
7. Status generalis,
8. Tinggi badan dan berat badan,
9. Rambut (tercabut/rontok)
10. Gigi dan mulut (terutama pertumbuhan gigi molar
kedua dan ketiga),
11. Kuku ( apakah ada kotoran atau darah dibawahnya,
apakah ada kuku yang tercabut atau patah),
12. Tanda-tanda perkembangan seksual sekunder,
13. Tanda-tanda intoksikasi NAPZA, serta
14. Status lokalis dari luka-luka yang terdapat pada
bagian tubuh selain daerah kemaluan.

Tujuan kasus
A. Identitas Klien
Nama: An.B
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 7 tahun
Agama. : Islam
Status : Lajang
Tanggal MRS. : 22 Desember 2022
Tanggal pengkajian : 24 Desember 2022
B. Identitas Penanggung jawab
Nama. : Ny.A
Umur. : 30 tahun
Jenis Kelamin. : Perempuan
Pekerjaan. : Wirausaha
Huhungan Dengan Klien : Ibu kandung

3.1 Keluhan utama


3.2 Riwayat
3.3 Faktor predisposisi
3.4 Fisik
3.5 Genogram
3.6 Analisa Data
3.7 Diagnosa Keperawatan
Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan luka
akibat trauma fisik
ditandai dengan robekan pada bibir dan bekas trauma
pada kepala.
Hasil yang diharapkan :
- Melaporkan nyeri hilang / terkontrol.
- Menunjukkan sikap rileks dan dapat tidur / istirahat
dengan tepat.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka akibat
trauma fisik ditandai
dengan luka terbuka / robekan pada bibir.
Hasil yang diharapkan :
- Suhu normal dan bebas tanda-tanda infeksi.
- Mencapai penyembuhan luka tepat waktu
.3.8 intervensi
Intervensi Rasional

Kaji tingkat nyeri yang dirasakan Untuk mengetahui tingkat nyeri yang
oleh anak. dirasakan anak

Observasi tanda-tanda vital. Mengetahui perkembangan keadaanumum


anak, sehingga dapatmenentukan tindakan
selanjutnya.

Ciptakan suasana tenang, dan Suasana yang aman dan nyaman anak

lakukan pendekatan secara lemah mendukung psikis anak sehingga

lembut ketika memberikan mempercepat penyembuhan.

perawatan pada anak.

Berikan perawatan aseptik dan Cara pertama untuk menghindari

antiseptik, pertahankan teknik cuci terjadinya infeksi nosokomial.

tangan yang baik.

Observasi daerah kulit yang Deteksi dini perkembangan infeksi

mengalami kerusakan, catat memungkinkan untuk melakukan

karakteristik dari drainase dan tindakan dengan segera dan

inflamasi yang ada. pencegahan terhadap komplikasi.

Pantau suhu tubuh secara teratur, Dapat mengindikasikan perkembangan

catat adanya demam, mengiggil, sepsis yang selanjutnya memerlukan

diaforesis, dan perubahan fungsi evaluasi atau tindakan segera.

metnal (penurunan kesadaran)

Batasi pengunjung yang dapat Menurunkan pemajanan terhadap

menularkan infeksi., ‘pembawa kuman penyebab infeksi


1.9 Implementasi

1.10 Evaluasi
1. Mekanisme koping keluarga menjadi efektif
2. Perkembangan kognitif anak, psikomotor dan
psikososial dapatdisesuaikan dengan tingkatan
umurnya
3. Perilaku kekerasan pada keluarga dapat berkurang .
4. Perilaku orang tua yang kasar dapat menjadi lebih
efektif

Kesimpulan
Pelecehan seksual memiliki berbagai bentuk. Pelecehan
seksual dapat berbentuk kekerasan fisik dan bentuk lain
yang lebih halus seperti pemaksaan - memaksa seseorang
untuk melakukan sesuatu yang tidak diinginkan. Dapat
juga berbentuk lisan seperti "lelucon" bernada seksual
(yang tidak diinginkan), ajakan kencan yang terus
menerus (meskipun sudah ditolak), atau rayuan bersifat
seksual yang tidak diinginkan
Perkembangan media era global saat ini membawa
pengaruh besar terhadap perkembangan anak-anak.
Globalisasi saat ini yang ditandai dengan perkembangan
media terutama media sosial. Bahaya pornografi pada
anak adalah karena konten ini menghancurkan dirinya.
Anak-anak yang terpapar pornografi akan mengakibatkan
kerusakan otak sehingga anak berpotensi mengalami
gangguan secara psikis dan emosional terutama disaat
anak beranjak dewasa dan kondisi ini menjadi pemicu
munculnya kekerasan seksual akhir-akhir in
Saran
Dalam penulisan makalah ini kami menyadari bahwa
penulisan masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
kami akan lebih berhati-hati dalam menjelaskan tentang
makalah dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan
dapat lebih dipertanggung jawabkan.
Daftar Pustaka
Wageindicator, 2021, Apa yang dimaksud pelecehan
seksual,
https://gajimu.com/pekerjaan-yanglayak/perlakuan-adil-
saat-bekerja/pelecehan-seksual/informasi-mengenai-
pelecehan-seksual-indonesia, 12.48 Wib.

Tetti.S , 2022, Intervensi Bagi Orang Tua dalam


Mencegah Kekerasan Seksual Anak di Indonesia: Scoping
Review, Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia
Dini, (6/3), 2201-2214

Risa sandra ritong, munisa, 2022, pemahaman pendidikan


seks usia dini, jurnal universitas dharmangsa, (16/3), 603-
612

Alucyana, Raihana, Dianputri utami, 2020, urgensi


pendidikan seks pada anak usia dini, jurnal pendidikan
anak, (6/1), 71
Kayus Kayowuan Lewoleba, Muhammad Helmi Fahrozi,
2020, STUDI FAKTOR-FAKTOR TERJADINYA
TINDAK KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK-
ANAK, Jurnal Esensi Hukum, (2/1), 27-48

Anda mungkin juga menyukai