Latar Belakang
Banyak orangtua yang memandang pendidikan seks itu sebagai hal yang tabu
untuk diberikan kepada anak-anak, apalagi masih berusia di bawah 5 (lima)
tahun. Orangtua memadang pendidikan seks itu seharusnya diberikan pada saat
anaknya tumbuh remaja. Padahal pendidikan seks itu sangat penting diberikan
sejak dini. Pengetahuan tentang seks pada anak-anak dapat mencegah
terjadinya penyimpangan seksual pada anak, hal ini dikarenakan mereka
diajarkan tentang peran jenis kelamin, bagaimana bersikap sebagai anak lakilaki atau pun perempuan dan bagaimana bergaul dengan lawan jenisnya.
Pendidikan seks pada anak juga dapat mencegah agar anak tidak menjadi
korban pelecehan seksual, dengan dibekali pengetahuan tentang seks, mereka
menjadi mengerti perilaku mana yang tergolong pelecehan seksual.
Selanjutnya, pengetahuan tentang seks juga dapat mencegah anak-anak
mencoba-coba hal-hal yang seharusnya belum boleh mereka lakukan karena
ketidaktauannya. Banyak kasus anak-anak yang menjadi korban pelecehan
seksual yang dilakukan oleh orang dewasa bahkan terkadang kerabat dekatnya
dan orangtua baru menyadari ketika kejadian tersebut sudah berlangsung
berkali-kali, hal itu biasanya dikarenakan ketidaktahuan anak bahwa dia telah
dilecehkan sehingga tidak segera menceritakan hal tersebut pada orangtuanya.
Ada juga anak laki-laki yang bersikap feminism layaknya perempuan, atau
anak-anak laki-laki yang melecehkan anak perempuan tanpa mereka sadari.
Sekali lagi hal ini dikarenakan ketidaktahuan mereka tentang seks itu sendiri.
Pendidikan seks untuk anak usia dini berbeda dengan pendidikan seks untuk
remaja. Pendidikan seks untuk remaja lebih pada seputar gambaran biologi
mengenai seks dan organ reproduksi, masalah hubungan, seksualitas, kesehatan
reproduksi serta penyakit menular seksual, sedangkan pada anak usia dini lebih
pada pengenalan peran jenis kelamin dan pengenalan anatomi tubuh secara
sederhana. Orangtua sebaiknya memberikan penjelasan sesuai dg usianya.
Apabila anak berusia kurang dari 6 tahun, berikan penjelasan dengan bahasa
yang sederhana. Bekali anak dengan pengetahuan seksual yang benar, jangan
biarkan anak melihat ketelanjangan orangtuanya. Jauhkan anak dari kekerasan
pada daerah sensitif di tubuhnya yang kemungkinan nantinya akan
menimbulkan kenikmatan seksual dan yang terakhir, sebaiknya anak-anak
sejak dini perlu diajarkan menghargai tubuhnya sebagai barang berharga
sehingga dapat menjauhkannya dari pelecehan seksual.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat diambil rumusan masalah
sebagai berikut:
Bagaimana pengetahuan orang terhadap pendidikan seks pada anak usia dini?
C.
Tujuan
Diharapkan dengan pengetahuan yang tinggi, orang tua mampu memberikan
pendidikan seks pada anak usia dini.
D.
Manfaat
Mencegah perilaku seksual yang negatif, menyelamatkan anak dari resiko
pelecehan seksual dan mengurangi tingkat penularan HIV AIDS dan penyakit
menular seksual lainnya.
E.
Metode
Studi
Pustaka
Metode yang dipakai adalah metode deskriptif yang mengambarkan cara
bagaimana orang tua memberikan pendidikan seks anak usia dini.
BAB II
TELAAH PUSTAKA
A.
Kaji
an Teoritis
1.
Konsep Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007:139 ), pengetahuan adalah hasil dari tahu
dan hal tersebut terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap
suatu objek. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera
penglihatan, penciaman. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari
mata dan telinga.
Pengetahuan yang tecakup didalam domain kognitif ada enam
tingkatan, Notoatmodjo, (2007 :140 ) yaitu :
a.
Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Kata kerja untuk mengukurnya bahwa orang mengetahui
tentang apa yang dipelajarinya antara lain : menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, mengatakaq dan sebagainya.
b.
Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap suatu objek atau
materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan, contoh : menyimpulkan
dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c.
Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Selain itu
d.
Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis
menggambarkan
dari penggunanan
(membuat
bagan),
membedakan,
memisahkan,
Sintesis (syntesis)
Sintesis
menunjuk
kepada
suatu
kemampuan
meletakkan
atau
Misalnya
dapat
menyusun,
merencanakan,
meringkas,
Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu objek atau materi. Penilaian itu berdasarkan
suatu kriteria yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteriakritetia yang telah ada.
2.
anak). Menurut Thamrin Nasution, orang tua merupakan setiap orang yang
bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau tugas rumah tangga yang dalam
kehidupan sehari-hari disebut sebagai bapak dan ibu.Jika menurut Hurlock,
orang tua merupakan orang dewasa yang membawa anak ke dewasa, terutama
dalam masa perkembangan. Tugas orang tua melengkapi dan mempersiapkan
anak menuju ke kedewasaan dengan memberikan bimbingan dan pengarahan
yang dapat membantu anak dalam menjalani kehidupan. Dalam memberikan
bimbingan dan pengarahan pada anak akan berbeda pada masing-masing orang
tua kerena setiap keluarga memiliki kondisi-kondisi tertentu yang berbeda
corak dan sifatnya antara keluarga yang satu dengan keluarga yang lain.
3.
jenis kelamin. Sedangkan faktor sosial memberikan pengaruh yang besar dalam
mengenali identitas kelamin melalui norma - norma sosial yang berlaku dalam
masyarakat. Faktor kognitif merupakan faktor yang sangat penting, karena
seseorang harus memahami kategori dirinya sendiri sabagai perempuan atau
laki laki.
BAB III
ANALISIS DAN SINTESIS
Salah satu cara memberikan pendidikan seks terhadap anak adalah melalui
obrolan santai sehari-hari di rumah, untuk itu orang tua perlu meluangkan waktu
untuk anak-anak hingga menghasilkan waktu yang berkualitas bagi mereka. Berikut
beberapa saran memulai pendidikan seksual pada anak-anak (hal. 48-52) :
1.
Usia 78 tahun
Jelaskan pada anak sesederhana mungkin dan dengan bahasa yang mudah
dimengerti, bagaimana proses pembuahan di dalam rahim ibu. Jika ada istilah
yang tidak dapat disederhanakan, orang tua harus menyampaikannya melalui
cerita. Intinya adalah memberikan gambaran pada anak bahwa ada perbedaan
antara laki-laki dan perempuan, mampu menghasilkan sesuatu jika kelak
menikah, dan harus tetap pada batas pergaulan mereka.
2.
Usia 9 11 tahun
Sebagian anak mulai mengalami masa puber pada usia ini. Anak semakin kritis
karena sudah mampu mencerna media sekitarnya seperti TV, majalah,surat
kabar, bahkan internet. Orang tua
kasus-kasus kejahatan seksual yang saat ini tengah terjadi tanpa perlu
merasamalu atau sungkan. Adabaiknya juga jelaskan mengenai dampak negatif
narkoba dan juga minuman keras.
Ancaman muncul bukan saja dari lingkungan sekitar tapi juga dari dunia maya, untuk
menyikapi hal ini orang tua disarankan untuk
melakukan beberapa hal seperti :
a.
b.
c.
Bantu anak untuk mengerti informasi apa saja yang tidak boleh dipublikasikan
di internet
d.
e.
f.
Jangan biarkan anak merasa aman dengan data kita yang sudah diunggah
g.
Diskusikan dengan mereka untuk tidak melayani chatting yang mengarah pada
seks
h.
Buat mereka merasa aman dan terbuka saat bercerita tentang teman online-nya
i.
Sebagai cara membentengi anak saat berada jauh diluar pengawasan orang tua, ada
baiknya jika anak diarahkan untuk:
a.
b.
c.
Tidak membukakan pintu bagi orang yang tidak dikenal saat sendirian di
rumah. Anak dibesarkan pada sebuah lingkungan dan anak akan tumbuh
dengan bersosialisasi, untuk itu orang tua juga perlu mengenali siapa
sajakah teman-teman bermain anaknya, mengarahkan anak untuk
berpakaian sopan ketika bermain diluar rumah, dan memberikan
penjelasan tentang hubungan anak lakilaki dan perempuan yang
semestinya pada usia anak tersebut.
3.
b.
Salah asuhan, tidak sedikit orang tua yang mampu memberitahu anaknya
mana yang benar dan mana yang salah (hal. 69-70). Bahkan ada juga
yang beranggapan bahwa segala kenakalan di usia remaja adalah
kewajaran. Anggapan yang demikian menunjukkan perlunya konsultasi/
pendekatan orang tua terhadap anak atau dengan cara mengikuti ceramah
mengenai pola asuh dan mendidik anak yang ideal.
Orang tua dituntut untuk mengenali gejolak remaja dengan mengenali ciri-ciri remaja
melalui
a.
Perkembangan fisik
b.
c.
Penampilan
d.
4.
10
b.
c.
Pembatasan pergaulan
d.
Sebagai pendukung proses pendekatan yang dilakukan, orang tua juga perlu
mengakrabkan diri dengan anak, antara lain dengan menceritakan masa remaja yang
telah dialami, mengajak anak happening bersama, membuka obrolan saat ada
waktu santai. Pendekatan dan pengakraban diri perlu dilakukan dalam menanamkan
pendidikan seks terhadap anak karena pada usia remaja, mereka tidak mudah lagi
menerima nasehat yang diberikan orang tua apalagi khotbah. Praktik memang tidak
semudah teori, namun dengan mengakrabkan diri/melakukan pendekatan berarti telah
membuka jalan untuk saling terbuka dan menghadirkan jalinan komunikasi yang
sehat antar orang tua dengan anak.
11
BAB IV
PENUTUP
SIMPULAN
Dari analisis-sintesis dijabarkan bagaimana pendidikan seks anak usia dini sesuai
umur sehingga isi dari
kepada anak mereka bagaimana cara memberikan pendidikan seks anak usia dini.
REKOMENDASI
Maraknya kasus kekerasan seksual yang terjadi belakangan ini tidak lagi hanya
mengancam para remaja yang rentan terhadap informasi yang salah mengenai seks.
Eksploitasi seks pada anak dibawah umur nyatanya juga sering terjadi oleh orangorang terdekat yang bahkan dilakukan oleh keluarga korban sendiri. Meningkatnya
kasus kekerasan merupakan bukti nyata kurangnya pengetahuan anak mengenai
pendidikan seks yang seharusnya sudah mereka peroleh dari tahun pertama oleh
orang tuanya. Tetapi persepsi masyarakat mengenai pendidikan seks yang masih
menganggap tabu untuk dibicarakan bersama anak menjadi sebab yang harus
dibenahi bersama untuk membekali anak melawan arus globalisasi yang semakin
transparan dalam berbagai hal termasuk seksualitas. Pendidikan seks seharusnya
menjadi bentuk kepedulian orang tua terhadap masa depan anak dalam menjaga apa
yang telah menjadi kehormatannya, terlebih bagi seorang perempuan. Pendidikan
seks menjadi penting mengingat banyaknya kasus-kasus yang terjadi mengenai
tindak kekerasan seksual terhadap anak dan remaja. Tetapi yang terjadi di lapangan
justru orang tua bersikap apatis dan tidak berperan aktif untuk memberikan
pendidikan seks sejak usia dini kepada anaknya. Mereka beranggapan bahwa
pendidikan seks akan diperoleh anak seiring berjalannya usia ketika ia sudah dewasa
nanti. Mereka seolah menyerahkan pendidikan seks kepada pihak sekolah sebagai
sumber ilmu bagi anaknya. Padahal pendidikan seks sendiri belum diterapkan secara
khusus dalam kurikulum sekolah. Kurangnya pengetahuan orang tua terhadap
12
13
Lebih dari 66% lelaki dan 40% wanita dilaporkan ingin mencoba beberapa adegan
seks yang telah ditontonnya. Di antara siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP)
tersebut, 31% lelaki dan 18% wanita mengaku benar-benar melakukan beberapa
adegan dalam film porno itu beberapa hari setelah menontonnya. Senada dengan
penelitian tersebut, berdasarkan hasil survei Komisi Perlindungan Anak Indonesia
(KPAI) mencatat 62,7% remaja Indonesia tidak perawan lagi. Hasil peneitian tahun
2008 tersebut menyebutkan bahwa dari 4.726 responden siswa SMP/SMA di 17 kota
besar
menunjukkan
bahwa
21,2%
mengaku
pernah
melakukan
aborsi.
14
DAFTAR PUSTAKA
15