Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PSIKOLOGI PESERTA DIDIK

“Konsep Pendidikan Seks Peserta Didik”

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SULTAN ABDURRAHMAN KEPULAUAN RIAU
T.A. 2020 – 2021
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahim

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Ta’ala yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya serta yang telah memberikan kekuatan, ketabahan dan
ilmu yang bermanfaat kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Peserta Didik dengan judul materi
“Konsep Pendidikan Seks Peserta Didik”.

Kami berharap, semoga makalah ini dapat membantu, menambah


pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca dan menjadi sumbangan pemikiran
kepada pembaca.

Demikian makalah ini kami susun, dan kami sadar bahwa makalah ini masih
banyak terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Untuk itu kami
meminta agar sekiranya pembaca dapat memberikan masukan dan sarannya demi
kebaikan kami dalam penulisan makalah kedepannya.

Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat untuk kita semua. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh.

Tanjungpinang, 27 April 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
BAB II PEMBAHASAN 2
A. Pengertian Pendidikan Seks Peserta Didik 2
B. Tujuan Pendidikan Seks Peserta Didik 3
C. Nilai Pendidikan Seks 4
D. Muatan Pendidikan Seks 5
E. Lingkungan Pendidikan Seks 5
F. Metode Pedidikan Seks Peserta Didik 7
BAB III PENUTUP 9
A. Kesimpulan 9
B. Saran 9
DAFTAR PUSTAKA 10

i
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

Seks bagi orang awam masih dianggap sebagai sesuatu yang tabu,
apalagi jika berkaitan dengan para remaja. Seperti yang diketahui bahwa seks
merupakan bagaian integral dalam kehidupan manusia. Tidak hanya
berhubungan dengan reproduksi, seksual juga berkaitan dengan masalah
kebiasaan atau adat istiadat, agama, seni, moral dan hukum.
Maraknya pemberitaan tentang kasus kekerasan seksual dan prilaku seks
yang menyimpang, seperti seks abuse, dan free sex, menjadi ancaman bagi
generasi muda, khususnya anak-anak yang masih kosong dalam
pengetahuannya tentang seks. Berdasarkan data KPAI (Komisi Perlindungan
Anak Indonesia) kasus sexual abuse mengalami peningkatan dalam kurun 5
tahun terakhir. Adanya peningkatan kasus ini harus menjadi perhatian
bersama. Orangtua, sekolah, pemerintah dan semua pihak haruslah menjadi
pelindung anak dari berbagai hal, termasuk perlindungan terhadap
penyimpangan seksual. Seringkali kasus kekerasan seksual dilakukan oleh
orang-orang terdekat anak. Oleh karena itu, sudah sepatutnya anak memiliki
bekal perlindungan diri yang cukup semenjak dini terutama didalam proses
pendidikannya.
Dengan adanya permasalahan tersebut, pemakalah akan membahas
konsep pendidikan seks peserta didik.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat dituliskan rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Apa pengertian dari pendidikan seks peserta didik ?
2. Apa-apa saja tujuan dari pendidikan seks peserta didik ?
3. Bagaimana bentuk nilai pendidikan seks ?
4. Apa saja muatan pendidikan seks ?
5. Bagaimana bentuk dari lingkungan pendidikan seks ?
6. Apa saja metode yang digunakan dalam pendidikan seks peserta didik ?

1
BAB II
PEMBAHASA
N

A. Pengertian Pendidikan Seks Peserta Didik


Pada dasarnya ada dua kata kunci yang harus dipahami terlebih dahulu.
Pertama, kata pendidikan dan kedua kata seks itu sendiri. Pendidikan adalah
sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
orang dalam mendewasakan manusia melalui pendidikan dan pelatihan. Atau
diartikan sebagai suatu proses pemindahan pengetahuan ataupun
pengembangan potensi-potensi yang dimiliki subjek didik untuk mencapai
pengembangan secara optimal serta membudayakan manusia melalui proses
transformasi nilai-nilai utama.1
Ada pula menurut pahlawan Indonesia yaitu Ki Hajar Dewantara yang
mendefinisikan pendidikan sebagai tuntunan dalam hidup tumbuh
kembangnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan itu menuntun segala
kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia
dan anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan
setinggi- tingginya.2
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu proses dalam
pendidikan terhadap anak didik yang berlangsung terus sampai anak didik
mencapai pribadi dewasa susila atau mempunyai karakter. Proses yang
dimaksud ini berlangsung pada jangka waktu tertentu.
Sedangkan kata seks mempunyai dua pengertian. Pertama, berarti jenis
kelamin. Dan yang kedua adalah hal ihwal yang berhubungan dengan alat
kelamin misalnya persetubuhan antara laki-laki dan perempuan.3 Pada
dasarnya fungsi utama seks adalah untuk kelestarian keturunan. Pengertian ini
berlaku bagi semua makhluk, manusia dan binatang pada umumnya. Hanya
saja cara mengekspresikanya yang berbeda. Binatang melakukan aktifitas
seksualnya banyak didorong oleh naluri instingnya, sedangkan manusia

1
Chabib Thoha, Kapita Selakta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hlm.
99
2
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 4
3
Pusat pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai
Pustaka, 1992), hlm.93.

2
digerakan oleh banyak faktor yang sangat kompleks, yaitu aspek kejiwaan,
akal, emosi, keinginan, latarbelakang kehidupan, pendidikan, status sosial dan
lain sebagainya.4 Namun sejatinya, pendidikan seks memiliki arti yang sangat
kompleks yaitu upaya yang diberikan oleh pendidik kepada peserta didik
mengenai pengetahuan biologis, psikologis, dan psikososial sebagai akibat
pertumbuhan dan perkembangan kejiwaan manusia.5
Sehingga dapat disimpulkan pendidikan seks peserta didik adalah usaha
untuk membekali pengetahuan tentang fungsi organ reproduksi dengan
menanamkan moral, etika serta agama agar tidak terjadi penyalahgunaan
organ reproduksi tersebut.
Pendidikan seks ini sebagai komponen pokok dari kehidupan yang
dibutuhkan manusia, karena pada dasarnya mengkaji pendidikan seks berarti
mengkaji kebutuhan hidup.6 Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa
pembahasan pendidikan seks sangatlah luas bukan hanya terkait dimensi
fisik, namun juga psikis dan sosial.

B. Tujuan Pendidikan Seks Peserta Didik


Munculnya hormon seksualitas pada remaja menyebabkan dorongan-
dorongan seksual tertentu. Gejala ini menimbulkan kebingungan, remaja
belum tentu tahu tentang apa yang harus dilakukan dan bagaimana
mengelolanya. Untuk itu perlu informasi yang tepat, perlu bimbingan yang
bijaksana, diperlukan pendidikan seksual sehingga kehidupan remaja bisa
berjalan dengan baik. Matangnya organ reproduksi pada remaja menyebabkan
gairah seksualnya semakin kuat. Ditengah banyaknya media cetak dan
elektronik yang menyampaikan informasi secara bebas, remaja memahami
secara apa adanya pula.
Pendidikan seks merupakan salah satu bentuk pendidikan yang
mempunyai dimensi yang sangat kompleks dan membutuhkan waktu yang

4
Mas’ud Mubin dan A. ma’ruf Asrori, Menyikap Problema Seks Suami Isteri, (Surabaya: Al
Miftah, 1998), hlm. 1
5
Nirna Surtiretna, Bimbingan SeksBbagi Remaja, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2001),
hlm. 2.
6
Moh. Rasyid, Pendidikan Seks, Mengubah Seks Abnormal Menuju Seks yang Lebih
Bermoral,
(Semarang: Rasail, 2013), hlm. 83

3
cukup lama. Hasilnya pun tidak dapat dilihat dengan cepat.7 Berikut adalah
beberapa tujuan pendidikan seks yaitu8 :
1. Memberikan pemahaman dengan benar tentang materi pendidikan seks
diantaranya memahami organ reproduksi, identifikasi dewasa/baligh,
kesehatan seksual, penyimpangan seks, kehamilan, persalinan, nifas,
bersuci dan perkawinan.
2. Menepis pandangan miring khalayak umum tentang pendidikan seks
yang dianggap tabu, tidak islami, seronok, nonetis dan sebagainya.
3. Pemahaman terhadap materi pendidikan sek pada dasarnya memahami
ajaran Islam.
4. Pemberian materi pendidikan seks disesuaikan dengan usia anak yang
dapat menempatkan umpan dan papan.
5. Mampu mengantisipasi dampak buruk akibat penyimpangan seks
6. Menjadi generasi yang sehat.

C. Nilai Pendidikan Seks


Pendidikan seks berkaitan dengan hubungan manusia yang meliputi
dimensi moral. Ini juga tentang wilayah pribadi, kehidupan intim seseorang
yang memberikan kontribusi bagi perkembangan dan daya harmoni atau
pemenuhan kebutuhan. Pelaksanaan pendidikan seks merupakan hal yang
krusial (penting dan mendesak) terutama pada saat ini, mengingat mudahnya
individu mengakses informasi dan sarana-prasarana berkaitan dengan
perilaku seksual.
Nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan seks sangat luas,
didalamnya akan menyangkut moralitas sosial yang menjadi tolok ukur
sebuah kecakapan dalam masyarakat. Terlebih berbagai macam persoalan
penyimpangan seksualitas yang terjadi belakangan ini.
Dalam pandangan Islam, pendidikan seks ini tidak dapat dipisahkan dari
Islam itu sendiri, karena harus sepenuhnya dibangun diatas landasan agama.
Dalam mempelajari pendidikan seks diharapkan dapat membentuk individu

7
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001) hlm. 105
8
Ibid, Moh. Rasyid, Pendidikan Seks, Mengubah Seks Abnormal Menuju Seks yang Lebih
Bermoral, hlm. 84-85

4
peserta didik atau remaja menjadi dewasa dan bertanggung jawab, hal ini
berlaku baik pada wanita maupun laki-laki.9 Tidak hanya bagaimana agar
pendidikan seks itu mampu menjaga manusia dari penyakit dan gangguan
seksual saja, tapi lebih penting dari itu bahwa pendidikan seks dirancang
untuk menjaga moral umat dan membetuk umat yang berakhlak mulia. Selain
nilai yang terkandung dalam Islam, pendidikan seks juga mengandung nilai-
nilai lain, seperti nilai sosial, budaya dan kesehatan.

D. Muatan Pendidikan Seks


Pendidikan seks juga tidak hanya mempersoalkan pada aspek hubungan
badan saja, namun lebih luas dari itu pendidikan sek memuat berbagai macam
aspek yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi secara umum. Pendidikan
seks memiliki muatan yang menjadi topik pembahasan yang jelas. Hal itu
sebagai materi yang menjadi acuan dalam konsep pendidikan seks. Yang
tersaji dalam pendidikan seks ini meliputi organ reproduksi, identifikasi
baligh, kesehatan seksual dalam Islam, haid, penyimpangan (abnormalitas
seks), dampak penyimpangan seksual, kehamilan, persalinan, nifas, bersuci,
yang merangsang, ketimpangan dalam reproduksi, dan pernikahan.
Pendidikan seksual meliputi bidang-bidang sebagai berikut :
1. Biologi dan fisiologi, mengenai fungsi reproduksi.
2. Etik, yang menyangkut kebahagiaan seseorang.
3. Moral, yaitu menjalin relasi dengan orang lain misalnya dengan
parternya atau anak-anaknya.
4. Sosiologi, yaitu mengenai pembentukan keluarga.

E. Lingkungan Pendidikan Seks


Pendidikan seks atau pendidikan mengenai kesehatan reproduksi atau
yang lebih trend-nya “sex education” sudah seharusnya diberikan kepada
anak- anak yang sudah beranjak dewasa atau remaja, baik melalui pendidikan
formal maupun informal. Ini penting untuk mencegah penyimpangan seks
dikalangan

9
Nina Surtiretna, Remaja dan Problema Seks, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006) hlm. 5

5
remaja. Pendidikan seks ini bermaksud untuk menerangkan segala hal yang
berhubungan dengan seks dan seksualitas dalam bentuk yang wajar.
Menurut Singgih, D. Gunarsa, penyampaian materi pendidikan seks ini
idealnya diberikan pertama kali oleh orang tuanya sendiri. Sayangnya di
Indonesia tidak semua orang tua mau terbuka terhadap anak di dalam
membicarakan permasalahan seksual, sehingga anak seringkali mencari tau
dengan caranya sendiri yang salah. Maka anak-anak sebagai calon generasi
bangsa sudah sepatutnya mendapat pendidikan seks yang tepat dan jelas.
Ada dua contoh lingkungan dalam kaitanya menerapkan pendidikan seks
tersebut :
1. Pendidikan seks dalam keluarga
Keluarga menjadi sebuah lingkungan yang tepat untuk menanamkan
pengetahuan tentang pendidikan seks. Terlebih pendidikan seks bukanlah
sebagai suatu pendidikan yang harus ada pada lembaga formal. Seks kita
ajarkan secara berkelanjutan, bertahap dan informal kepada anak-anak
kita. Dalam pandangan Islam, pendidikan seks tidak mungkin dipisahkan
dari pendidikan akhlak. Pemisahan etika dari pendidikan seks akan
menjerumuskan anak pada penyelewengan seksual.10
2. Pendidikan seks dalam sekolah
Sekolah merupakan lembaga yang sangat ideal untuk menanamkan
nilai-nilai intelektual dan moral. Sekolah sebagai lembaga pendidikan
formal di atur langsung oleh pemerintah idealnya ikut berperan penuh
dalam memberikan pendidikan seks pada generasi muda. Karena pada
dasarnya pendidikan tidak hanya mempersiapkan pemuda agar mampu
menyesuaikan diri saja, tetapi manusia perlu dikembangkan segi
intelegensinya, kemanusiaan dan tanggung jawab moralnya secara
individual.11

10
Hasan El Qudsy, Ketika Anak Bertanya tentang Seks, (Solo: Tiga Serangkai, 2012), hlm. 18
11
Oemar Hamali, Psikologi Belajar mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2009), hlm.
16

6
F. Metode Pedidikan Seks Peserta Didik
Pendidikan seks yang membutuhkan metode yang tepat dalam
penyampaianya supaya pesan yang disampaikan mampu diterima dengan
baik. Dengan begitu metode pendidikan seks bersifat fleksibel dan sangat
tergantung dengan berbgai faktor yang ada, seperti anak atau peserta didik,
umur dan tempat berlangsungnya pendidikan seks. Dengan begitu dapat
dikatakan “No single method is the best”, tidak ada suatu metode yang
terbaik, yang ada adalah metode yang sesuai, tetapi pemilihan metode yang
sesuai menjadi sebuah keharusan supaya pendidikan seks mampu berjalan
dengan baik.
Metode yang dianggap sesuai dalam membelajarkan pendidikan seks
adalah sebagai berikut :
1. Metode ceramah, ialah metode pendidikan dengan menyampaikan
informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah peserta didik
yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Dalam hal ini biasanya
mengaenai topik (pokok bahasa) tertentu ditempat tertentu dengan lokasi
waktu tertentu. Metode ini dinilai mudah mempersiapkan dan
melaksanakannya serta paling ekonomis untuk menyampaikan informasi.
Berguna juga untuk memperjelas uraian tentang deskripsi perkembangan
seksual remaja, serta sistem reproduksi pada manusia.
2. Metode diskusi, dalah metode pendidikan yang sangat erat hubunganya
dengan memecahkan masalah. Metode ini lazim juga disebut dengan
metode diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama
(socialized recitation).
3. Metode tanya jawab, merupakan metode dimana guru memberi
pertanyaan kepada peserta didik dan peserta didik menjawab, atau
sebaliknya peseta didik bertanya pada guru dan guru menjawabnya.
4. Metode demonstrsi, adalah metode mengajar dengan cara memperagakan
barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik
secara langsung maupun melalui penggunaan media pembelajaran yang
relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.
Penyampaian meteri pendidikan seksual dapat menggunakan alat peraga
berupa torso laki-laki dan perempuan guna menerangkan bagian-bagian
organ
7
reproduksi pada manusia. Cara ini menjadikan pengajaran menjadi lebih
jelas dan kongkrit, membuat peserta didik lebih mudah memahami apa
yang sedang dipelajari, membuat peserta didik terangsang untuk aktif
mengamati, menyesuaikan antara teori dan kenyataan, serta pengajaran
lebih hidup dan lebih menarik.
Yang terpenting seorang guru harus bijak dalam penggunaan metode.
Masing-masing metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Maka dari itu,
guru perlu memilih metode yang tepat sesuai dengan situasi dan kondisi
peserta didik.

8
B
A
A. Kesimpulan B

I
I
I

P
E
N
U
T
U
P

Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan menjadi beberapa point


sebagai berikut :
1. Pendidikan adalah suatu proses dalam pendidikan terhadap anak didik
yang berlangsung terus sampai anak didik mencapai pribadi dewasa
susila atau mempunyai karakter. Proses yang dimaksud ini berlangsung
pada jangka waktu tertentu. Sedangkan pendidikan seks peserta didik
adalah usaha untuk membekali pengetahuan tentang fungsi organ
reproduksi dengan menanamkan moral, etika serta agama agar tidak
terjadi penyalahgunaan organ reproduksi tersebut.
2. Tujuan pendidikan seks peserta didik yaitu memberikan pemahaman
dengan benar tentang materi pendidikan seks diantaranya memahami
organ reproduksi, identifikasi dewasa/baligh, kesehatan seksual,
penyimpangan seks, kehamilan, persalinan, nifas, bersuci dan
perkawinan, menepis pandangan miring khalayak umum tentang
pendidikan seks yang dianggap tabu, tidak islami, seronok, nonetis dan
sebagainya.
3. Pendidikan seks memiliki muatan yang menjadi topik pembahasan yang
jelas.

9
4. Ada dua lingkungan yang tepat untuk membeikan pendidika seks pada
peserta didik, yaitu lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah.
5. Metode yang dapat digunakan dalam pendidikan seks peserta didik yaitu
ceramah, diskusi, tanya jawab, dan demonstrasi.

B. Saran
Sebaiknya dari diri peserta didik itu sendiri harus belajar dan patuh akan
agama, carilah teman yang mendukung dalam kegiatan dan aktivitas yang
positif dan agar semua itu menghidarkan diri dari perilaku seks pranikah.
Untuk sekolah seharusnya sering memberikan pendidikan seks salah satunya
bisa dengan penyuluhan kesehatan reproduksi yang bekerja sama antara pihak
sekolah dengan dinas kesehatan setempat.

1
DAFTAR PUSTAKA

Thoha, Chabib. 1996. Kapita Selakta Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar
Hasbullah. 2005. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1992. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka, 1992
Mubin, Mas’ud dan A. Ma’ruf Asrori. 1998. Menyikap Problema Seks Suami
Isteri.
Surabaya: Al Miftah
Surtiretna, Nirna. 2001. Bimbingan SeksBbagi Remaja. Bandung : Remaja Rosda
Karya
Rasyid, Moh. 2013. Pendidikan Seks, Mengubah Seks Abnormal Menuju Seks yang
Lebih Bermoral. Semarang: Rasail
Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati. 2001. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Surtiretna, Nina. 2006. Remaja dan Problema Seks. Bandung: Remaja Rosdakarya
El Qudsy, Hasan. 2012. Ketika Anak Bertanya tentang Seks. Solo: Tiga Serangkai
Hamali, Oemar. 2009. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo

Anda mungkin juga menyukai