SEXS EDUCATION
Di Susun Oleh
Kelompok
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan makalah matakuliah KEPERAWATAN ANAK
“Sex Education”, dengan tepat pada waktunya. Salawat dan taslim senantiasa tercurah kepada
junjugan kita Nabi besar Muhammad SAW, keluarga, para sahabat dan pengikutnya yang
senantiasa bertasbih sepanjang masa.
Makalah ini berisikan tentang informasi mengenai ilmu keperawatan. Diharapkan Makalah ini
dapat memberikan informasi mengenai perkembangan keperawatan dunia dan Indonesia.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini.
Akhir kata, ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala
usaha kita. Aamiin.
Penulis
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1 Dapat mengetahui definisi seks edukasi
2 Dapat mengetahui Tujuan dari pendidikan seks
3 Dapat mengetahui Pendidikan Seks Berdasarkan Usia
4 Dapat mengetahui Faktor- faktor yang mempengaruhi pola asuh demokratis
dalam memberikan pendidikan
5 Dapat mengetahui Strategi Orangtua dalam Seks Edukasi untuk Anak Usia Dini
6 Dapat mengetahui Peran Orang Tua dalam memberikan seks edukasi untuk
anak
BAB II
PEMBAHASAN
2.4 Faktor- faktor yang mempengaruhi pola asuh demokratis dalam memberikan
pendidikan
Pola asuh demokratis merupakan pola asuh yang paling tepat dalam mendidik
anak karena secara sosial anak akan menjadi lebih mandiri, bertanggung jawab, dan lebih
percaya diri, orang tua yang memberikan pola asuh akan memberikan kepercayaan,
perhatian, serta mendorong anak menjadi lebih baik.
Faktor- faktor yang mempengaruhi pola asuh demokratis dalam memberikan pendidikan
seks untuk anak yaitu:
1 Linkgungan keluarga, pendidikan seks dapat berkembang dengan baik dalam
lingkungan keluarga yang sehta dan wajar, yaitu: masing-maisng anggota keluarga
hidup selaras satu sama lain.
2 Lingkungan masyarakat juga mempengaruhi terhadap pendidikan anak, lingkungan
masyarakat merupakan bentuk lembaga pendidikan selain keluarga dan sekolah
yang akan membentuk kebiasaan, pengetahuan, minat, dan sikap. Kesusilaan
kemasyarakatan atau dalam pergaulan diluar keluarga, anak memperoleh
pendidikan yang berlangsung secara formal baik dari tokoh masyarakat, pemimpin
agama, dan lain sebagainya.
Pola pengasuhan orang tua dalam memberikan pendidikan seks kepada anak di pengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu:
1 Faktor sosial budaya juga berpengaruh terhadap orang tua dalam mengajarkan
pendidikan seks pada anak karena rasa tabu dan malu untuk membicarakan seks
pada anak, juga anak usia dini masih di anggap belum pantas dan terlalu kecil untuk
mengerjakan pendidikan seks.
2 Faktor sosial ekonomi mempengaruhi orang tua dalam mengajarkan pendidikan
seks pada anak, semakin lama orang tua bekerja di luar rumah sehingga
mengerjakan pendidikan seks menjadi kurang optimal karena orang tua sibuk
bekerja.
3 Faktor riwayat pendidikan seks, riwayat pendidikan seks memperngaruhi orang
tua dalam mengajarkan pendidikan seks pada anak usia dini. Kuragnya
pengetahuan yang dimiliki orang tua tentang pendidikan seks, sehingga tidak akan
mengajarkan pendidikan seks pada anak.
2.5 Strategi Orangtua dalam Seks Edukasi untuk Anak Usia Dini
Anak yang dilatih oleh orang tuanya juga akan menerima pengetahuan yang
berulang-ulang secara konsisten dalam lingkungan yang natural atau alamiah. Hal ini
semakin menegaskan bahwa orang tua merupakan orang dewasa peratama yang di jumpai
dan sebagai pendidik utama anak. Namun demikia, beberapa penelitian (Pop &Rusu,
2015) mengindikasikan bahwa orang tua, meskipun secara naluri rela mengambil tugas
dalam mendidik anak mereka, banyak dari orang tua memeperlukan dukungan yang
mencakup dukungan informasi, motivasi, dan strategi yang dapat membantu orang tua
dalam memberikan pendidikan seks pada anak. Oleh karena itu, dibawah ini, terdapat
beberapa pendapat mengenai strategi-strategi yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam
memberikan pendidikan seks pada anak.
Ilmawati (Jatmikowati, Angin dan Erna wati, 2015) menjelaskan pokok-pokok
strategi yang perlu diajarkan orang tua kepada anak yang bersifat praktis, diantaranya:
1. Menanamkan rasa malu pada anak. Rasa malu harus ditanamkan pada anak sejak
dini. Jangan biasakan anak-anak, meskipun mereka masih kecil, dibiarkan untuk
bertelanjang di depan orang lain; misalnya, ketika keluar kamar mandi, berganti
pakaian.
2. Menanamkan jiwa maskulinitas pada anak laki-laki dan jiwa feminitas pada anak
perempuan. Secara fisik maupun psikis, laki-laki dan perempuan mempunyai
perbedaan mendasar. Anak dapat diajar mengenali perbedaan yang ada pada
tubuhnya secara fisik. Dengan demikian anak akan mengetahui indentitas dirinya
dengan tepat.
3. Memisahkan tempat tidur anak dari tempat tidur orang dewasa. Masa usia dini
merupakan masa dimana anak-anak mengalami perkemabangan yang pesat. Anak
mulai melakukan eksplorasi ke dunia luar. Anak tidak hanya berpikir tentang
dirinya, tetapi juga mengenai sesuatu yang ada di luar dirinya. Pemisahan tempat
tidur merupakan upaya untuk menanamkan kesadaran pada anak tentang eksistensi
dirinya. Jika pemisahan tempat tidur tersebut terjadi antara dirinya dan orang tuanya,
setidaknya anak telah dilatih untuk berani mandiri.
4. Mengenalkan waktu berkunjung. Anak tidak boleh diperbolehkan untuk memasuki
kamar (ruangan) orang dewasa pada waktu tertentu (misalnya pada malam hari)
kecuali meminta izin terlebih dahulu kepda pemilik kamar.
5. Mendorong anak agar menjaga kebersihan tubuhnya. Mengajari anak untuk menjaga
kebersihan alat kelamin selain agar bersih sekaligus juga mengajari anak tentang
najis. Anak juga harus lebih dibiasakan untuk buang air pada tempatnya (toilet
traning). Segera setelah anak siap, pada usia 3-6 tahun orang tua mulai melatih
anaknya tentang toilet training. Toilet training sebaiknya diajarkan ketika anak sudah
dapat mengungkapkan dan memahami apa yang sedang diperintahkan kepada
dirinya, sehingga tidak menimbulkan ketegangan dan kecemasan pada anak.
2.6 Peran Orang Tua
1. Peran orangtua terkait modeling dalam memberikan pendidikan seks sejak dini pada
anak usia 5-6 tahun sudah banyak dilakukan oleh orangtua seperti memberikan
contoh tata cara berpakaian dan menggunakan kamar mandi yang benar, menyiram
kloset setelah menggunakannya, menyampaikan contoh tata cara untuk merawat
tubuh, menjelaskan contoh membersihkan alat kelamin atau area genital, dan
menerangkan contoh cara berhias sesuai dengan jenis kelamin anak.
2. Peran orangtua terkait mentoring dalam memberikan pendidikan seks sejak dini pada
anak usia 5-6 tahun sudah terlaksana dengan baik seperti orangtua mengawasi
kelayakan tontonan di televisi atau youtube yang dilihat oleh anak, melarang atau
menegur anak ketika anak buang air kecil di halaman, memantau anak ketika bermain
dengan lawan jenisnya, mengajarkan anak tidak melepas baju di depam lawan
jenisnya, menyediakan kamar mandi dan kamar tertutup, serta menyediakan pakaian
sesuai jenis kelamin anak.
3. Peran orangtua terkait organizing dalam memberikan pendidikan seks sejak dini pada
anak usia 5-6 thn sudah dilakukan oleh orangtua, namun masih banyak orangtua yang
belum melakukannya yaitu mengatur waktu buang air kecil sebelum tidur, melarang
anak untuk tidak memperbolehkan orang lain menyentuh bagian vital tubuh anak,
menerapkan aturan untuk selalu buang air kecil di kloset, dan menanamkan tentang
orangtua yang dapat tidur dengan anak harus sesuai jenis kelamin anak.
4. Peran orangtua terkait teaching dalam memberikan pendidikan seks sejak dini pada
anak usia 5-6 tahun sudah banyak dilakukan oleh orangtua seperti orangtua
menunjukan bagian yang boleh di sentuh atau tidak boleh disentuh, menyampaikan
mengenai gambar symbol kamar mandi, mengenalkan mengenai kehamilan
mneggunakan bahasa yang sederhana sesuai tahap perkembangan anak,
menyampaikan nama dan fungsi organ tubuh, membimbing anak menghargai orang
lain yang memiliki jenis kelamin berbeda.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendidikan seks adalah mengajari anak, mengarahkannya dan menyatakan secara
terus terang kepadanya tentang hal-hal yang berkaitan dengan seks serta yang
berhubungan dengan tabiat dan pernikahan, bukan berarti pendidikan seks mendukung
anak untuk melakukan hubungan seksual, tapi menjelaskan fungsi alami seks sebagai
bagian diri mereka serta konsekuensinya jika disalahgunakan.
Kurangnya pembekalan tentang seks dan apabila tidak dimulai sejak dini maka
akan lebih membahayakan ketika anak beranjak remaja, maka orangtua merupakan actor
utama dalam hal pendidikan anak, karena orangtua lah yang paling tepat untuk
memberikan pendidikan seks pada usia dini. Orang tua tidak perlu ragu lagi akan
pentingnya pendidikan seks sejak dini. Hilangkan rasa canggung yang ada dan mulailah
membangun kepekaan akan kebutuhan pendidikan seks pada anak.
Daftar Pustaka
Aprilia, A. (2015). Perilaku Ibu Dalam Memberikan Pendidikan Seks Usia Dini Pada Anak Prasekolah
(Studi Deskiprif Eksploratif di TK IT Bina Insani Kota Semarang). Jurnal Kesehatan Masyarakat,
619-628.
Moh Akbar P.Djufri, J. P. (2019). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Pemberian Pendidikan Seks
Pada Anak di Kelas 6 dan 6 SD Infers Boyong Pante. e-jurnal Keperawatan, 1-8.
Ratnasari, R. F. (2016). Pentingnya Pendidikan Seks Untuk Anak Usia Dini. Jurnal 'Tabawi Khatulistiwa',
55-59.