Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

SEXS EDUCATION

Di Susun Oleh

Kelompok

1. Masayu Laela Nur Fitria


2. Nurfadilla
3. Selly Krimawati

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan makalah matakuliah KEPERAWATAN ANAK
“Sex Education”, dengan tepat pada waktunya. Salawat dan taslim senantiasa tercurah kepada
junjugan kita Nabi besar Muhammad SAW, keluarga, para sahabat dan pengikutnya yang
senantiasa bertasbih sepanjang masa.

Makalah ini berisikan tentang informasi mengenai ilmu keperawatan. Diharapkan Makalah ini
dapat memberikan informasi mengenai perkembangan keperawatan dunia dan Indonesia.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini.

Akhir kata, ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala
usaha kita. Aamiin.

Mataram,10 Maret 2020

Penulis
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................................

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................
1.3 Tujuan......................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................

2.1 Pengertian Sexs Education......................................................................................


2.2 Tujuan Pendidikan Sexs Education........................................................................
2.3 Pendidikan Seks Berdasarkan Usia.........................................................................
2.4 Faktor- faktor yang mempengaruhi pola asuh demokratis dalam memberikan pendidikan
2.5 Peran Orang Tua terhadap Sexs Education

BAB III PENUTUP.............................................................................................................

3.1 Kesimpulan..............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan seksual pada anak masih dianggap tabu oleh sebagian besar
masyarakat. Mereka beranggapan pendidikan seksual hanya mengajarkan anak tentang
seksualitas tanpa menghindari unsur pendidikan didalamnya. Menurut Skripsiadi (2005)
ada beberapa hal yang menurut masyarakat merasa tabu salah satu diantaranya adalah
faktor budaya yang melarang pembicaraan mengenai seks di depan umum, karena
dianggap sebagai sesuatu yang porno dan sifatnya snagat pribadi sehingga tidak boleh
diungkapkan ke khalayak ramai.
Pendidikan seksual yang tepat akan membatu anak lebih memahami tentang
konsep dirinya sendiri, sehingga anak tersebut akan memahami tentang tubunya sendiri.
Hal ini sangatlah penting untuk menghindari tindakan pelecehan seksual pada anak.
Namun sayangnya, orang tua seakan “malu-malu”dalam memberikan pendidikan seksual
pada anak-anaknya. Meskipun orang tua merasa malu untuk membicarakan masalah
tersebut, tetapi sebenarnya mereka setuju bahwa pendidikan seksual itu dibutuhkan
(Roqib, 2008) .
Menurut Nugraha (2009), di Indonesia sebesar 80% ibu tidak sanggup
memberikan pendidikan seks di rumah alasannya mereka tidak tahu apa yang harus dan
layak disampaikan. Hanya sebesar 25% ibu yang memberikan pendidikan seks dini
dengan dibacakan, melihat gambar-gambar sambil diterangkan dari buku-buku dogeng,
nyanyian anak, dll. Pada umunya orang tua menganggap bahwa pendidikan seks hanya
berisi tentang pemberian informasi alat kelamin dan berbagai macam posisi dalam
berhubungan seksual , dan hal inilah yang sebenarnya dikhawatirkan orang tua.
Kenyataan, pendidikan seks pada anak usia dini menjelaskan tentang organ-organ yang
dimiliki manusia dan apa dan fungsinya (Puspitosari,2013).
1.1 Rumusan Masalah
1 Apa itu Seks edukasi?
2 Apa saja Tujuan dari pendidikan seks?
3 Bagaimana Pendidikan Seks Berdasarkan Usia?
4 Apa saja Faktor- faktor yang mempengaruhi pola asuh demokratis dalam
memberikan pendidikan?
5 Bagaimana Strategi Orangtua dalam Seks Edukasi untuk Anak Usia Dini?
6 Bagaimana Peran Orang Tua dalam memberikan seks edukasi untuk anak?

1.2 Tujuan
1 Dapat mengetahui definisi seks edukasi
2 Dapat mengetahui Tujuan dari pendidikan seks
3 Dapat mengetahui Pendidikan Seks Berdasarkan Usia
4 Dapat mengetahui Faktor- faktor yang mempengaruhi pola asuh demokratis
dalam memberikan pendidikan
5 Dapat mengetahui Strategi Orangtua dalam Seks Edukasi untuk Anak Usia Dini
6 Dapat mengetahui Peran Orang Tua dalam memberikan seks edukasi untuk
anak
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Seks edukasi


Pendidikan seks adalah pengajaran, peyadaran, dan pemberi informasi tentang
seksual. Informasi yang diberikan di antaranya tentang fungsi organ reproduksi dengan
menanamkan moral, etika, komimitemen, agama agar tidak terjadi “penyalahgunaan”
organ reproduksi tersebut. Pendidikan seks itu sangat penting diberikan sejak dini.
Pengetahuan tentang seks pada anak-anak dapat mencengah terjadinya penyimpangan
seksual pada anak. Pendidikan seks pada anak juga dapat mencengah agar anak tidak
menjadi korban pelecahan seksual, dengan dibekali pengetahuan tentang seks,mereka
menjadi mengerti perilaku mana yang tergolong pelecehan seksual .Para ahli psikologi
mengajarkan agar anak-anak sejak dini hendaknya mulai dikenalkan dengan pendidikan
seks sesuai dengan tahap perkembangan kedewasaan mereka.
Clara Criswanto mengatakan bahwa, pendidikan seks untuk anak seharusnya
sudah di mulai sejak dini, bahkan mulai usia 0-5 tahun (masa balita). Tepatnya dimulai
saat usia anak 3-4 tahun, karena pada usia ini anak sudah bisa melakukan komunikasi dua
arah dan dapat mengerti mengenai organ tubuh mereka dan dapat pula dilanjutkan
pengenalan organ tubuh internal.Masyarakat beraggapan bahwa pendidikan seks belum
pantas diberikan pada anak kecil. Selama ini, pendidikan seks untuk anak usia dini
dianggap tabu dikalangan masyarakat.
Menurut Safita (2013) pendidikan seks (sex education) adalah suatu pengetahuan
yang diajarkan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan jenis kelamin. Ini
mencakup mulai dari pertumbuhan jenis kelamin (laki-laki atau wanita).bagaimana fungsi
kelamin sebagai alat reproduksi. Bagaimana perkembangan alat kelamin itu pada wanita
dan laki-laki. Tentang menstruasi, mimpi basah dan sebagainya, sampai kepada
timbulnya birahi karena adanya perubahan pada hormone-hormon. Termasuk nantinya
masalah perkawinan, kehamilan dan sebagainya.
1. Pendidikan seks memuat tiga cakupan yaitu:
1) Penerangan atau penerangan (sex information)
2) Pengajaran (instruction)
3) Pendidikan (education in sexualitiy)
2.2 Tujuan pendidikan seks
Pendidikan seks yang diberikan bertujuan agar anak mengetahui mengenai
seksualitas dan anak mampu untuk menolak, menghindar, dan mengadu kepada orang
terdekat jika ada seseorang yang melakukan tindakan kejahatan seksual.
Tujuan pendidikan seks sesuai usia perkembangan pun berbeda-beda:
a. Pada usia balita, tujuannya adalah untuk memeperkenalkan organ seks yang
dimiliki, seperti menjelaskan anggota tubuh lainnya, termasuk menjelaskan fungsi
serta cara melindunginya. Jika tidak dilakukan lebih awal maka ada kemungkinan
anak akan medapatkan banyak masalah seperti memiliki kebiasaan suka memegang
alat kelamin sebelum tidur, suka memegang payudara orang lain atau masalah
lainnya.
b. Usia sekolah mulai 6-10 tahun, bertujuan memahami perbedaan jenis kelamin (laki-
laki dan perempuan), menginformasikan asal-usul manusia, membersihkan alat
genital dengan benar agar terhindar dari kuman dan penyakit.
c. Sedangkan usia menjelang remaja, pendidikan seks bertujuan untuk memberi
penjelasan mengenai perilaku seks yang merugikan (seperti seks bebas),
menanamkan moral dan prinsip “say no”untuk seks pranikah serta membangun
pemerimaan terhadap diri sender. Bahkan pendidikan seks juga penting diberikan
pada anak di usia pranikah untuk pembekalan pada pasangan yang ingin menikah
tentang hubungan seks yang sehat dan tepat.

2.3 Pendidikan Seks Berdasarkan Usia


1. Umur 3-5 tahun
Pada rentang umur ini, mengajarkan mengenai organ tubuh dan fungsi masing-
masing organ tubuh, jangan ragu juga untuk memperkenalkan alat kelamin si kecil.
Saat yang paling tepat untuk mengajarkannya adalah di saat sedang memandikannya.
Diharapkan untuk hindari penyebutan yang dianggap tidak sopan di masyarakat
untuk menyebut alat kelamin yang dimilikinya. Misalkan seperti vagina atau penis,
jangan diistilahkan dengan kata lain seperti “apem” atau “burung”. Anda tidak perlu
membahas terlalu detail mengenai jenis kelamin anak Anda atau mengajarkannya
dalam kondisi belajar yang serius. Ajarkan juga kepada anak bahwa seluruh
tubuhnya, termasuk alat kelaminnya, adalah milik pribadinya yang harus dijaga baik-
baik. Dengan demikian, anak harus diajarkan untuk tidak menunjukkan kelaminnya
secara sembarangan. Tekankan kepada mereka bahwa mereka memiliki hak dan bisa
saja menolak pelukan atau ciuman dan segala macam bentuk kasih sayang yang
dinyatakan melalui sentuhan fisik. Hal ini menjadi penting, karena disukai atau
tidak, banyak pelaku pelecehan seksual adalah orang-orang yang dekat dengan
kehidupan si anak. Orang tua juga diharapkan untuk tidak memaksa seorang anak
untuk memeluk atau mencium orang lain jika dia tidak menginginkannya agar si
anak bisa belajar untuk menyatakan penolakannya.
2. Umur 6 - 9 tahun
Di rentang umur ini, si kecil diajarkan mengenai apa saja yang harus dilakukan
untuk melindungi dirinya sendiri. Orang tua bisa mengajarkan anak menolak untuk
membuka pakaian bahkan jika ada imbalan sekalipun atau menolak diraba alat
kelaminnya oleh temannya. Selain itu, di rentang umur ini, Anda bisa menggunakan
hewan tertentu yang tumbuh dengan cepat dan terlihat jelas perbedaan jenis
kelaminnya (seperti: anak ayam) di saat bertumbuh dewasa untuk mengajarkan
mengenai perkembangan alat reproduksi. Ajaklah anak anda untuk turut mengamati
perkembangannya. Jika mereka tidak terlalu memperhatikan hingga detail terkecil,
Anda bisa berikan informasi lebih lanjut nanti sembari menekankan bahwa alat
kelamin mereka juga akan berubah seiring mereka bertumbuh dewasa nanti. Orang
tua harus memperhatikan suasana hati anak agar saat menyampaikan materi
seksualitas, si anak tidak merasa terpojokkan, malu, bodoh, ataupun menjadi terlalu
liar dalam menyikapi seks.
3. Umur 9 - 12 tahun
Berikan informasi lebih mendetail apa saja yang akan berubah dari tubuh si anak saat
menjelang masa puber yang cenderung untuk berbeda-beda di setiap individu.
Ajarkan kepada anak bagaimana menyikapi menstruasi ataupun mimpi basah yang
akan mereka alami nanti sebagai bagian normal dari tahap perkembangan individu.
Pada umur 10 tahun, sebelum menjelang masa puber, Anda sudah bisa memulai
topik mengenai kesehatan alat kelamin. Pastikan juga pada anak Anda, jika dia
mengikuti semua peraturan kesehatan ini, maka mereka tak perlu banyak khawatir.
4. Umur 12 - 14 tahun
Dorongan seksual di masa puber memang sangat meningkat, oleh karena itu, orang
tua sebaiknya mengajarkan apa itu sistem reproduksi dan bagaimana caranya
bekerja. Penekanan terhadap perbedaan antara kematangan fisik dan emosional
untuk hubungan seksual juga sangat penting untuk diajarkan. Beritahukan kepada
anak segala macam konsekuensi yang ada dari segi biologis, psikologis, dan sosial
jika mereka melakukan hubungan seksual. Orang tua selain mengajarkan
keterbukaan komunikasi dengan anak terutama dalam membicarakan seksualitas,
juga perlu menambahkan keuntungan menghindari aktivitas seksual terlalu dini
sebelum mencapai masa dewasa. Hindari penggunaan kata-kata yang menghakimi
remaja agar ia tidak merasa ragu, takut, enggan ataupun marah saat membicarakan
pengalaman seksual mereka. Jika orang tua merasa agak berat untuk membicarakan
topiktopik seksual dengan anak, orang tua bisa meminta bantuan psikolog atau
konselor untuk memberikan pendidikan seksual kepada anak dan membantu orang
tua merasa nyaman membicarakan topik ini.
Berikut beberapa sikap yang disarankan dalam berbicara dengan anak tentang seks :
1) Luangkan waktu untuk membuat dialog atau diskusi tentang seks dengan
anak.
2) Sikap terbuka, informatif, dan yakin atau tidak ragu-ragu.
3) Siapkan materi dan penyampaian disesuaikan dengan usia anak.
4) Gunakan media atau alat bantu konkret seperti boneka, gambar, binatang,
untuk memudahkan anak menyerap informasi.
5) Membekali diri dengan wawasan cukup untuk menjawab pertanyaan anak.
6) Menjawab pertanyaan dengan jujur dan dengan bahasa yang lebih halus
7) Dalam memberikan pendidikan seks pada anak sebaiknya anak mengenali
bagian tubuh dirinya sendiri dan jangan pernah mengeksplor tubuh orang lain.
8) Mendiskusikan kepada ahli atau psikolog apabila ada hal-hal yang masih ragu
atau bingung, terutama apabila terjadi hambatan dalam memberikan
informasi.
9) Menyakinkan diri bahwa pendidikan seks pada anak adalah penting dan
bermanfaat.

2.4 Faktor- faktor yang mempengaruhi pola asuh demokratis dalam memberikan
pendidikan
Pola asuh demokratis merupakan pola asuh yang paling tepat dalam mendidik
anak karena secara sosial anak akan menjadi lebih mandiri, bertanggung jawab, dan lebih
percaya diri, orang tua yang memberikan pola asuh akan memberikan kepercayaan,
perhatian, serta mendorong anak menjadi lebih baik.
Faktor- faktor yang mempengaruhi pola asuh demokratis dalam memberikan pendidikan
seks untuk anak yaitu:
1 Linkgungan keluarga, pendidikan seks dapat berkembang dengan baik dalam
lingkungan keluarga yang sehta dan wajar, yaitu: masing-maisng anggota keluarga
hidup selaras satu sama lain.
2 Lingkungan masyarakat juga mempengaruhi terhadap pendidikan anak, lingkungan
masyarakat merupakan bentuk lembaga pendidikan selain keluarga dan sekolah
yang akan membentuk kebiasaan, pengetahuan, minat, dan sikap. Kesusilaan
kemasyarakatan atau dalam pergaulan diluar keluarga, anak memperoleh
pendidikan yang berlangsung secara formal baik dari tokoh masyarakat, pemimpin
agama, dan lain sebagainya.

Pola pengasuhan orang tua dalam memberikan pendidikan seks kepada anak di pengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu:

1 Faktor sosial budaya juga berpengaruh terhadap orang tua dalam mengajarkan
pendidikan seks pada anak karena rasa tabu dan malu untuk membicarakan seks
pada anak, juga anak usia dini masih di anggap belum pantas dan terlalu kecil untuk
mengerjakan pendidikan seks.
2 Faktor sosial ekonomi mempengaruhi orang tua dalam mengajarkan pendidikan
seks pada anak, semakin lama orang tua bekerja di luar rumah sehingga
mengerjakan pendidikan seks menjadi kurang optimal karena orang tua sibuk
bekerja.
3 Faktor riwayat pendidikan seks, riwayat pendidikan seks memperngaruhi orang
tua dalam mengajarkan pendidikan seks pada anak usia dini. Kuragnya
pengetahuan yang dimiliki orang tua tentang pendidikan seks, sehingga tidak akan
mengajarkan pendidikan seks pada anak.

2.5 Strategi Orangtua dalam Seks Edukasi untuk Anak Usia Dini
Anak yang dilatih oleh orang tuanya juga akan menerima pengetahuan yang
berulang-ulang secara konsisten dalam lingkungan yang natural atau alamiah. Hal ini
semakin menegaskan bahwa orang tua merupakan orang dewasa peratama yang di jumpai
dan sebagai pendidik utama anak. Namun demikia, beberapa penelitian (Pop &Rusu,
2015) mengindikasikan bahwa orang tua, meskipun secara naluri rela mengambil tugas
dalam mendidik anak mereka, banyak dari orang tua memeperlukan dukungan yang
mencakup dukungan informasi, motivasi, dan strategi yang dapat membantu orang tua
dalam memberikan pendidikan seks pada anak. Oleh karena itu, dibawah ini, terdapat
beberapa pendapat mengenai strategi-strategi yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam
memberikan pendidikan seks pada anak.
Ilmawati (Jatmikowati, Angin dan Erna wati, 2015) menjelaskan pokok-pokok
strategi yang perlu diajarkan orang tua kepada anak yang bersifat praktis, diantaranya:
1. Menanamkan rasa malu pada anak. Rasa malu harus ditanamkan pada anak sejak
dini. Jangan biasakan anak-anak, meskipun mereka masih kecil, dibiarkan untuk
bertelanjang di depan orang lain; misalnya, ketika keluar kamar mandi, berganti
pakaian.
2. Menanamkan jiwa maskulinitas pada anak laki-laki dan jiwa feminitas pada anak
perempuan. Secara fisik maupun psikis, laki-laki dan perempuan mempunyai
perbedaan mendasar. Anak dapat diajar mengenali perbedaan yang ada pada
tubuhnya secara fisik. Dengan demikian anak akan mengetahui indentitas dirinya
dengan tepat.
3. Memisahkan tempat tidur anak dari tempat tidur orang dewasa. Masa usia dini
merupakan masa dimana anak-anak mengalami perkemabangan yang pesat. Anak
mulai melakukan eksplorasi ke dunia luar. Anak tidak hanya berpikir tentang
dirinya, tetapi juga mengenai sesuatu yang ada di luar dirinya. Pemisahan tempat
tidur merupakan upaya untuk menanamkan kesadaran pada anak tentang eksistensi
dirinya. Jika pemisahan tempat tidur tersebut terjadi antara dirinya dan orang tuanya,
setidaknya anak telah dilatih untuk berani mandiri.
4. Mengenalkan waktu berkunjung. Anak tidak boleh diperbolehkan untuk memasuki
kamar (ruangan) orang dewasa pada waktu tertentu (misalnya pada malam hari)
kecuali meminta izin terlebih dahulu kepda pemilik kamar.
5. Mendorong anak agar menjaga kebersihan tubuhnya. Mengajari anak untuk menjaga
kebersihan alat kelamin selain agar bersih sekaligus juga mengajari anak tentang
najis. Anak juga harus lebih dibiasakan untuk buang air pada tempatnya (toilet
traning). Segera setelah anak siap, pada usia 3-6 tahun orang tua mulai melatih
anaknya tentang toilet training. Toilet training sebaiknya diajarkan ketika anak sudah
dapat mengungkapkan dan memahami apa yang sedang diperintahkan kepada
dirinya, sehingga tidak menimbulkan ketegangan dan kecemasan pada anak.
2.6 Peran Orang Tua
1. Peran orangtua terkait modeling dalam memberikan pendidikan seks sejak dini pada
anak usia 5-6 tahun sudah banyak dilakukan oleh orangtua seperti memberikan
contoh tata cara berpakaian dan menggunakan kamar mandi yang benar, menyiram
kloset setelah menggunakannya, menyampaikan contoh tata cara untuk merawat
tubuh, menjelaskan contoh membersihkan alat kelamin atau area genital, dan
menerangkan contoh cara berhias sesuai dengan jenis kelamin anak.
2. Peran orangtua terkait mentoring dalam memberikan pendidikan seks sejak dini pada
anak usia 5-6 tahun sudah terlaksana dengan baik seperti orangtua mengawasi
kelayakan tontonan di televisi atau youtube yang dilihat oleh anak, melarang atau
menegur anak ketika anak buang air kecil di halaman, memantau anak ketika bermain
dengan lawan jenisnya, mengajarkan anak tidak melepas baju di depam lawan
jenisnya, menyediakan kamar mandi dan kamar tertutup, serta menyediakan pakaian
sesuai jenis kelamin anak.
3. Peran orangtua terkait organizing dalam memberikan pendidikan seks sejak dini pada
anak usia 5-6 thn sudah dilakukan oleh orangtua, namun masih banyak orangtua yang
belum melakukannya yaitu mengatur waktu buang air kecil sebelum tidur, melarang
anak untuk tidak memperbolehkan orang lain menyentuh bagian vital tubuh anak,
menerapkan aturan untuk selalu buang air kecil di kloset, dan menanamkan tentang
orangtua yang dapat tidur dengan anak harus sesuai jenis kelamin anak.
4. Peran orangtua terkait teaching dalam memberikan pendidikan seks sejak dini pada
anak usia 5-6 tahun sudah banyak dilakukan oleh orangtua seperti orangtua
menunjukan bagian yang boleh di sentuh atau tidak boleh disentuh, menyampaikan
mengenai gambar symbol kamar mandi, mengenalkan mengenai kehamilan
mneggunakan bahasa yang sederhana sesuai tahap perkembangan anak,
menyampaikan nama dan fungsi organ tubuh, membimbing anak menghargai orang
lain yang memiliki jenis kelamin berbeda.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pendidikan seks adalah mengajari anak, mengarahkannya dan menyatakan secara
terus terang kepadanya tentang hal-hal yang berkaitan dengan seks serta yang
berhubungan dengan tabiat dan pernikahan, bukan berarti pendidikan seks mendukung
anak untuk melakukan hubungan seksual, tapi menjelaskan fungsi alami seks sebagai
bagian diri mereka serta konsekuensinya jika disalahgunakan.
Kurangnya pembekalan tentang seks dan apabila tidak dimulai sejak dini maka
akan lebih membahayakan ketika anak beranjak remaja, maka orangtua merupakan actor
utama dalam hal pendidikan anak, karena orangtua lah yang paling tepat untuk
memberikan pendidikan seks pada usia dini. Orang tua tidak perlu ragu lagi akan
pentingnya pendidikan seks sejak dini. Hilangkan rasa canggung yang ada dan mulailah
membangun kepekaan akan kebutuhan pendidikan seks pada anak.
Daftar Pustaka

Aprilia, A. (2015). Perilaku Ibu Dalam Memberikan Pendidikan Seks Usia Dini Pada Anak Prasekolah
(Studi Deskiprif Eksploratif di TK IT Bina Insani Kota Semarang). Jurnal Kesehatan Masyarakat,
619-628.

Moh Akbar P.Djufri, J. P. (2019). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Pemberian Pendidikan Seks
Pada Anak di Kelas 6 dan 6 SD Infers Boyong Pante. e-jurnal Keperawatan, 1-8.

Ratnasari, R. F. (2016). Pentingnya Pendidikan Seks Untuk Anak Usia Dini. Jurnal 'Tabawi Khatulistiwa',
55-59.

Anda mungkin juga menyukai