Anda di halaman 1dari 3

D.

Perilaku budaya kesehatan

Adat kebiasaan yang dikembangkan di suatu negara atau daerah, suku atau sekelompok masyarakat
merupakan praktek hidup budaya, Amerika, Australia dan negara lainya termasuk Indonesia merupakan
sebuah negara mempunyai berbagai suku dan daerah dimana tiap suku atau daerah tersebut
mempunyai adat kebiasaan yang berbeda-beda dalam menangani masalah kesehatnya di masyarakat.
Ada perilaku manusia, cara interaksi yang dipengaruhi kesehatan dan penyakit yang terkait dengan
budaya, diantaranya adalah perilaku keluarga dalam menghadapi kematian, menurut Crist (1961) yang
ditulis oleh Koentjaraningrat (1990), dari hasil studi komparatifnya. menyimpulkan bahwa ada perbedaan
sikap manusia dengan berbagai kebudayaan yang berbeda-beda dalam menghadapi maut.

Menurut Bendel (2003) di Indonesia terdapat pruralisme sistem pengobatan di mana berbagai cara
penyembuhan yang berbeda-beda hadir berdampingan termasuk humora/ medicine dan elemen magis.
Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai suku bangsa dimana tiap suku atau kelompok
masyarakat tersebut akan mempunyai norma, perilaku, adat istiadat yang berbeda-beda termasuk dalam
mencari penyembuhan yang terkait dengan perilaku budaya. Menurut Bendel (2003) dalam masyarakat
Indonesia terdapat kepercayaan tradisional pada hal-hal gaib.

Berbagai Suku bangsa tertentu baik di negara barat seperti Amerika atau di Indonesia apabila ada
anggota keluargannya yang sakit mereka mempunyai kebiasaan tertentu dalam menanganinya, banyak
hasil penelitian dalam jurnal menyebutkan bahwa dalam menangani masalah kesehatan pasien selalu
mengkombinasikan unsur budaya, misalnya di Amerika dan di India dalam menyembuhkan kecanduan
alkohol

melibatkan intervensi komunal dan ritual serta pendekatan di komunitas Navajo.


(Prussing,2008; Calabrese,2008). Penelitian Pratiwi dan Arifah (2003) pada suku Jawa
di Sukoharjo mendiskribsikan bahwa pada wanita hamil dilarang kerokan bila masuk
angin karena menurut kepercayaan orang jawa tertentu akan menimbulkan bayi yang
bermuka loreng atau kalau lahir bayinya banyak bintik merahnya, dalam perspektif ilmu
medis bayi yang lahir dengan bintik-bintik merah diantaranya disebabkan karena
infeksi virus. Hal lain yang ditemukan pada masyarakat tersebut adalah, pada ibu
setelah melahirkan dilarang minum yang panas sebam menyebabkan bayi menjadi sariawan.
Berbeda dengan sebagian suku Jawa yang masih beranggapan bahwa penyebab utama sakit
adalah masuk angin sehingga harus diobati dengan cara banyak minum hangat untuk
menyeimbangkan unsur tubuh.

Hasil penelitian Swasono (1998) melaporkan bahwa perilaku ibu pada kehamilan,
persalinan dan nifas berbeda-beda, respon masyarakat yang bersifat budaya terhadap
fenomena kelahiran bayi ditunjukan sejak mulai terbentuknya janin sampai melahirkan.
Respon-respon tersebut mempunyai implikasi yang baik maupun yang buruk terhadap
kesehatan bayi dan ibunya, dengan demikian aspek sosio budaya yang berkaitan dengan
kelahiran bayi sejak dari perkembangan janin dalam kandungan ibu sampai masa nifas
merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam upaya pelayanan kesehatan bagi bayi dan
ibunya. Makanan dalam konteks budayapun berbeda-beda ada budaya tertentu yang menolak
makanan tertentu karena dianggap pantangan. Berdasarkan tradisi Jawa yang harus makan
hati ayam adalah bapak karena bapak sebagai pencari nafkah, pada budaya sunda anak
gadis tidak boleh makan nanas sehingga saat dirawat di rumah sakit penolakan-
penolakan terhadap makanan tersebut akan terjadi. Kebiasaan dan pantangan klien dan
keluarga pada situasi tertentu (kehamilan, kematian, sakit, melahirkan dan
sebagainya) harus dikaji. Penelitian Clark (1970) yang ditulis oleh Foster (1996),
pada kebudayaan di Amerika dimana seseorang menolak mandi selama sakit dan pantangan
makan sayur dan buah setelah melahirkan karena dianggap berbahaya. Sehingga sewaktu
perawat memaksa program terapi keperawatan klien tersebut meminta pulang dengan
segera.

Kebiasaan dalam menjelang persalinan pada orang Jawa dianjurkan untuk minum minyak,
pada orang Sunda dan Aceh minum air rendaman rumput fatima Berbeda dengan orang
Batak, pada masyarakat ini sesudah melahirkan orang ibu postpartum badanya
dihangatkan sampai satu minggu, tujuannya adalah sehabis melahirkan orang tidak boleh
terkena dingin agar cepat sembuh.

Perilaku budaya terkait dengan sehat sakit pada masyarakat secara umum masih banyak
dilakukan pada keluarga secara turun temurun, pendapat Boyle dan Andrews (1996)
tentang hal tersebut adalah salah satu ciri esensial budaya akan dipelajari dan
dipindahkan sejak lahir, dalam kelompoknya membagi budaya baik secara sadar atau
tidak dan menjadi perilaku dalam kelompok tersebut yang menjadi identitas budayanya.
Hasil wawancara dengan key person melalui wawancara dan diskusi di 21 desa dapat
disimpulkan bahwa masyarakat Jawa di kabupaten Sukoharjo rata-rata 75 sampai 100%
dari jumlah penduduk di suatu desa melaksanakan pembuangan ari-ari (placenta) dengan
cara penguburan.$edangkan yang melaksanakan pelarungan disungai rata-rata kurang dari
25%. Penduduk yang masih melakukan upacara dalam pembuangan placenta terbanyak adalah
25% sampai 50% dasri jumlah penduduk di suatu desa, menurut Geerttz dalam Chamin,dkk
(2003) upacara merupakan unsur terpenting dari hampir semua ritus dalam sistem religi
orang jawa pada umumnya dan penganut kejawen pada Khususnya. Upacara dilaksanakan
untuk menghormati kakak dan adik bayi yaitu kakang kawah dan ari-ari Hal ini senada
dengan teori Leininger (1984), salah satu faktor yang mempengaruhi keadaan sehat
seseorang adalah adanya rasa kedekatan (kinship). Menurut persepsi keluarga apabila
bayi dekat dengan saudaranya cemas akan berkurang sehingga bayi tidak nangis terus.
Senada dengan definisi sehat menurut Stuart dan Laraia (2001) bahwa kondisi sehat
diantaranya bebas dari kecemasan.

l. Pengertian Kebudayaan dan Peradaban Apakah kebudayaan itu?

Kebudayaan = cultuur (bahasa Belanda) = culture (bahasa Inggris) = tsaqafah (bahasa


Arab), berasal dari perkataan Latin: ”Colem” yang artinya aninya mengolah,
mengexjakan, menyuburkan dan mengcmbangkan, terutama mcngolah tanah atau bertani.
Dari segi artl ini berkembanglah arti culture sebagai “segala daya dan aktivitas
manusia untuk mengolah dan mengubah alam”.

Ditinjau dari sudut bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari bahasa Sansakerta
“buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.

Pendapat lain mengatakan, bahwa kata budaya adalah sebagai suatu perkembangan dari
kata majcmuk budidaya, yang berarti daya dan budi. Karena itu mcreka membedakan
antara budaya dan kebudayaan. Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta. karsa
dan rasa; dan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa tersebut.

Anda mungkin juga menyukai