Disusun Oleh :
KELOMPOK 7
1. M. Romy Pardiansah
2. Nisya Rofikoh TJ
3. Nurul Diah Anggriani
4. Sucita Efendi
5. Yulia Pasha Tirani
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Dalam menyelesaikan makalah ini kami dibantu oleh berbagai pihak. Oleh karena itu,
kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah, serta semua pihak yang
dengan caranya masing-masing telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Sebagai makhluk yang lemah kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai
pihak kami terima dengan lapang dada.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama
dalam meningkatkan kualitas pendidikan kita.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah……..................................................................................1
1.2 Tujuan............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................2
2.1 SOP Transfusi Darah.....................................................................................5
2.2 SOP Pencegahan Infeksi Lingkungan BBL...................................................5
2.3 SOP Phototherapy..........................................................................................7
2.4 SOP Exchange Transfusion...........................................................................9
2.5 SOP Pemberian Obat Pada Anak...................................................................9
BAB III PENUTUP............................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
b. Pada setiap tahap tersebut, catat informasi berikut pada kardeks bayi :
1) Keadaan umum
2) Suhu tubuh
3) Frekuensi jantung
4) Frekuensi pernapasan
5) Keseimbangan cairan (yaitu asupan, cairan melalui oral IV dan pengeluaran
urine)
c. Selain itu, catat:
1) Waktu transfuse dimulai dan selesai
2) Volume dan golongan semua darah yang ditransfusikan
3) Setiap efek merugikan
4. Mentransfusi Darah
Jangan membiarkan unit darah tergantung selama lebih dari empat jam
10. Gunakan alat infus untuk mengendalikan kecepatan transfudi, jika tersedia
11. Pastikan bahwa darah mengalir dengan kecepatan yang benar
12. Setelahh transfuse selesai, kaji ulang bayi. Jika dibutuhkan transfuse lain,
transfusikan darah dengan kecepatan dan volume yang sama
a. Absorpsi
Secara umum, kecepatanan absorbsi obat ke dalam sirkulasi sistematik
tergantung pada cara pemberian dan sifat fisikokimiawi obat,seperti misalnya
berat molekul dan sifat lipofilik obat. Sifat fisikokimiawi obat terutama
menentukan kecepatan dan luasnya transfer molekul obat melalui membran. Hal
ini berlaku pada semua golongan usia.
Umumnya absorpsi oral pada bayi dan anak tidak jauh berbeda dengan
dewasa. Hal-hal berikut perlu dipertimbangkan sehubungan dengan absorpsi obat
pada anak, yaitu :
1) Beberapa saat setelah lahir akan terjadi perubahan-perubahan biokimiawi dan
fisiologis pada traktus gastrointensital. Pada 24 jam pertama kelahiran/
kehidupan, terjadi peningkatan keasaman lambung secara menyolok.oleh
sebab itu obat-obat yang terutama dirusak oleh asam lambung (pH
rendah)sejauh mungkin di hindari.
2) Pengosongan lambung pada hari I dan II kehidupan relatif lambat (6-8 jam),
keadaan ini berlangsung selama kurang lenih 6 bulan untuk akhirnya
mencapai nilai normal seperti pada dewasa. Pada tahap ini obat yang absorpsi
utamanya yang di lambung akandi absorpsi secara lengkap dan sempurna,
sebaliknya untuk obat-obat yang diabsorpsi di intestimun efeknya menjadi
sangat lambat/ tertunda
3) Absorpsi obat setelah pemberian injeksi IM atau subkutan tergantung pada
kecepatan aliran darah ke otot atau area subkutan tempat injeksi. Keadaan
fisiologis yang bisa menurunkan aliran darah antara lain syok kardiovasskuler,
vasokontriksioleh karena pemberian obat simpatotimetik, dan kegagalan
jantung. absorpsi obat yang diberikan perkutan meningkat pada neonatus, bayi
dan anak, terutama jika terdapat ekskoriasi kulit atau luka bakar. Dengan
meningkatnya absorpsi ini kadar obat dalam darah akanmeningkat pula secara
menyolok, ynag kadang mencapai dosis toksik obat. Keadaan ini sering di
jumpai pada penggunaan kortikosteroid secara berlebihan, asam borat (yang
menimbulkan efek samping diare,, muntah,kejang hingga kematian) serta
aminoglikosida/ polimiksin spray pada luka bakar yang dapat menyebabkan
tuli.
4) Pada keadaan tertentu dimana injeksi diperlukan sementara oleh malnutrisi
anak menjadi sangat kurus dan volume otot menjadi kecil,pemberian injeksi
harus sangat hati-hati. Pada keadaan ini absorbsi obat menjadi sangat tidak
teratur dan sulit di duga oleh karena obat mungkin masih tetap berada di
ototdan di absorbsi secara lambat. Pada keadaan ini otot berlaku sebagai
reservoir..tetapi bila perfusi tiba-tiba mambaik,, maka jumlah obat yang
masuk sirkulasimeningkat secara mendadak dan menyebabkan tingginya
konsentrasi obat dalam darah yang mencapai kadar toksik.obat-obat yang
perlu di waspadai penggunaannya antara lain: glikosida jantung,
aminoglikosida dan anti kejang.
5) Gerakan peristaltik usus bayi baru lahir relatif belum teratur, tetapi umumnya
lambat. Sehingga jumlah obat-obat yang diabsorpsi di intestimun tenue sulit
diperkirakan. Jika peristaltik lemah maka jumlah obat yang diabsorpsi
menjadi lebih besar. Yang ini memberi konsekuensiberupa efek toksik obat.
Sebaliknya jika terjadi peningkatan peristaltik, misalnya pada diare, absorbsi
obat cendrung menurun oleh karena lama kontak obat pada tempat-tempat
yang mempunyai permukaan absorbsi luas menjadi sangat singkat.
b. Distribusi
Proses distribusi obat dalam tubuh sangat dipengaruhi oleh massa
jaringan, kandungan lemak, aliran darah, permeabilitas membran dan ikatan
protein. Obat didistribusikan secara berbeda berdasar sifat-sifat
fisikokimiawinya.perbedaan ini dapat ditunjukkan oleh obat-obat yang
mempunyai sifat lipofilikkecil, misalnya sulfonamida, dimana volume
distribusinya meningkat sampai 2 kali pada neonatus.
1) Barier darah otak pada bayi baru lahir relatif lebih permeabel. Hal ini
memungkinkan beberapa obat melintasi aliran darah otak secara mudah.
Keadaan ini menguntungkan, misalnya pada pengobatan meningitis dengan
antibiotika
2) Ikatan protein plasma obat sangat kecil pada bayi (neonatus) dan baru
mencapai normal pada umur 1 tahun. Hal ini oleh karena rendahnya
konsentrasi albumin dalam plasma dan rendahnya kapasitas albumin untuk
mengikat molekul obat. Keadaan ini menjadi penting pada bayi malnutrisi dan
hipoalbuminemia.
3) Interaksi antara obat dengan bilirubin pada ikatannya dengan protein plasma
sangat penting diperhatikan. Bilirubin bebas dapat menembus barier darah
otak pada neonatus dan dapat menyebabkan kem-ikterus. Obat-obat
sultonamida, novobiosin, diazoksida dan analog vitamin K dapat menggeser
bilirubin dari ikatannya pada albumin plasma. Bila mekanisme konjugasi
hepatal belum sempurna, bilirubin bebas dalam darah akan meningkat dan
dapat menyebabkan kem-ikterus.
c. Metabolisme
Hepar merupakan organ terpenting untuk metabolisme obat. Perbandingan
relatif volume hepar terhadap berat badan menurun dengan bertambahnya umur.
Dengan perbandingan relatif ini, volume hepar pada bayi baru lahir ini kurang
lebih 2x dibandingkan anak usia 10 tahun. Itulah sebabnya, mejelaskan mengapa
kecepatan metabolisme obat paling besar pada masa bayi hingga awal masa
kanak-kanak, dan kemudian menurun mulai anak sampai dewasa.
d. Ekskresi
Pada neonatus, kecepatan filtrasi glomeruler dan fungsi tubulus masih
imatur. Diperlukan waktu sekitar 6 bulan untuk mencapai nilai normal.
Umumnya GFR pada anak adalah sekitar 30-40% dewasa. Oleh karena itu,pada
anak obat dan metabolit aktif yang dieksresi lewat urin cendrung terakumulasi.
Sebagai keonsekuensinya, obat-obat yang diekskresi dengan filtrasi glomerulus,
seperti misalnya digoksin dan gentamisin, dan obat-obat yang sangat terpengaruh
sekresi tubuler, misalnya pensilin, paling lambat diekskresi pada bayi baru lahir.
Dengan demikian, seiring dengan bertambahnya usia, diperlukan evaluasi ulang
terhadap dosis yang digunakan.
1. Pengertian
Pemberian obat oral adalah memberikan obat yang dimasukkan melalui mulut.
2. Tujuan Pemberian:
b. Proses reabsorbsi lebih lambat sehingga bila timbul efek samping dari obat
tersebut dapat segera diatasi
3. Tahap Persiapan
a. Persiapan Pasien
b. Persiapan Lingkungan
c. Persiapan Alat
7) Sedotan
8) Sendok
9) Pipet
4. Tahap Pelaksanaan
a. Pengetahuan
2) Menjelaskan jenis dan bentuk obat yang dapat diberikan melalui mulut
serta waktu pemberianny
b. Sikap
1) Teliti
2) Disiplin
3) Motivasi
4) Kerja sama
5) Tanggung jawab
6) Komunikasi
7) Kejujuran
8) Penampilan Fisik
5. Prosedur kerja
b. Kaji kemampuan klien untuk dapat minum obat per oral (menelan, mual,
muntah, adanya program tahan makan atau minum, akan dilakukan
pengisapan lambung dll)
c. Periksa kembali perintah pengobatan (nama klien, nama dan dosis obat,
waktu dan cara pemberian) periksa tanggal kedaluarsa obat, bila ada
kerugian pada perintah pengobatan laporkan pada perawat/bidan yang
berwenang atau dokter yang meminta
d. Ambil obat sesuai yang diperlukan (baca perintah pengobatan dan ambil
obat yang diperlukan)
e. Siapkan obat-obatan yang akan diberikan. Siapkan jumlah obat yang sesuai
dengan dosis yang diperlukan tanpa mengkontaminasi obat (gunakan tehnik
aseptik untuk menjaga kebersihan obat).
4) Menjelaskan mengenai tujuan dan daya kerja obat dengan bahasa yang
mudah dimengerti oleh klien.
5) Atur pada posisi duduk, jika tidak memungkinkan berikan posisi lateral.
Posisi ini membantu mempermudah untuk menelan dan mencegah
aspirasi.
6) Beri klien air yang cukup untuk menelan obat, bila sulit menelan anjurkan
klien meletakkan obat di lidah bagian belakang, kemudian anjurkan
minum. Posisi ini membantu untuk menelan dan mencegah aspirasi.
7) Catat obat yang telah diberikan meliputi nama dan dosis obat, setiap
keluhan, dan tanda tangan pelaksana. Jika obat tidak dapat masuk atau
dimuntahkan, catat secara jelas alasannya.
8) Kembalikan peralatan yang dipakai dengan tepat dan benar, buang alat-
alat disposibel kemudian cuci tangan.
Ayu dkk. 2016. Efektivitas fototerapi terhadap penurunan kadar bilirubin total pada
hiperbilirubinemia neonatal di rsup sangkah. Vol.18. Ilmu kesehatan anak,
fakultas kedokteran universitas udayana.