Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

DISUSUN OLEH
NAMA: NURUL DIAH ANGGRIANI
NIM: 048STYC18

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG S1

2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhanallahu Wa Ta’ala, Rabb


Penguasa alam, Rabb yang tiada henti-hentinya memberikan kenikmatan dan
karunia kepada semua makhluk-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu
‘alaihi wa sallam, keluarganya, para sahabatnya, serta orang-orang yang
mengikuti risalahnya hingga akhir zaman.
Alhamdulillah dengan izin Allah saya telah menyelesaikan tugas tentang
“Laporan Pendahuluan Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit”. Saya menyadari dalam
masih banyak kekurangan, karena keterbatasan kemampuan maupun pengalamani.
Maka dari itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
memperbaiki kekurangan ataupun kekeliruan yang ada. Harapan saya semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah wawasan
dalam bidang kesehatan.
Saya mohon maaf apabila dalam masih terdapat kesalahan,oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Kami berharap makalah ini bermanfaat bagi kita
semua.

Bima, 15 Juni 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................ii

DAFTAR ISI.................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1

1.1 Latar Belakang………………………………………………….….1

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………….…1

1.3 Tujuan……………………………………………………………...1

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................3

2.1 Pengertian Cairan dan Elektrolit…………………………….……...3

2.2 Fungsi dari Cairan…………………………………………………..3

2.3 Keseimbangan Cairan dan Elektrolit……………………………….3

2.4 Anatomi dan fisiologi sistem perkemihan………………………….3

2.5 Faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan……………………….10

2.6 Kebutuhan Cairan Menurut Usia dan BB………………………….10

2.7 Masalah Keseimbangan Cairan……………………………………11

2.8 Cara Pengeluaran Cairan…………………………………………..12

2.9 Pengaturan Elektrolit……………………………………………....13

2.10 Konsep Asuhan Keperawatan…………….…………………15

BAB III PENUTUP......................................................................................29

3.1 Kesimpulan………………………………………………………….29

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia sebagai organism multiseluler dikelilingi oleh lingkungan luar
(milieu exterior) dan sel-selnya pun hidup dalam milieu interior yang berupa
tubuh dan cairan tubuh lainnya. Cairan dalam tubuh termasuk darah, meliputi
lebih kurang 60% dari total berat badan laki-laki dewasa. Dalam cairan tubuh
terlarut zat-zat makanan dan ion-ion yang diperlukan oleh sel untuk hidup,
berkembang, dan menjalankan tugasnya (Riyadi Sujono & Harmoko, 2012)
Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik sangat dipengaruhi oleh
lingkungan disekitarnya. Semua pengaturan fisiologis untuk mempertahankan
keadaan normal disebut homeostasis. Homeostasis ini bergantung pada
kemampuan tubuh mempertahankan keseimbangan antara substansi-substansi
yang ada di milieu interior (Riyadi Sujono & Harmoko, 2012)

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian cairan dan elektrolit?
2. Apakah fungsi dari cairan?
3. Bagaimana keseimbangan dari cairan?
4. Bagaimana faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan
elektrolit?
5. Bagaimana kebutuhan cairan menurut usia dan berat badan?
6. Bagaimana masalah keseimbangan dari cairan?
7. Bagaimana cara pengeluaran cairan?
8. Bagaimana konsep asuhan keperawatan dari kebutuhan cairan dan
elektrolit?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian cairan dan elektrolit
2 Mengetahui fungsi dari cairan

1
3 Mengetahui keseimbangan dari cairan
4 Mengetahui faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit
5 Mengetahui kebutuhan cairan menurut usia dan berat badan
6 Mengetahui masalah keseimbangan dari cairan
7 Mengetahui cara pengeluaran cairan
8 Mengetahui konsep asuhan keperawatan dari kebutuhan cairan dan
elektrolit

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Cairan dan Elektrolit


Cairan adalah volume air bisa berupa kekurangan atau kelebihan air. Air
tubuh lebih banyak meningkat tonisitus adalah terminologi guna perbandingan
osmolalitas dari salah satu cairan tubuh yang normal. Cairan tubuh terdiri dari
cairan eksternal dan cairan internal. Sedangkan Elektrolit adalah substansi
yang menyebabkan ion kation (+) dan anion (-) (Kozier, 2010).

2.2 Volume dan Distribusi Cairan tubuh


1. Volume cairan tubuh
Total jumlah volume cairan tubuh kira-kira 60% dari berat badan pria dan
50% dari berat badan wanita. Jumlah volume ini tergantung pada
kandungan lemak dan usia. Lemak jaringan sangat sedikit menyimpan
cairan, dimana letak pada wanita lebih banyak dari pria sehingga jumlah
volume cairan wanita lebih rendah dari pria.
2. Distribusi cairan
Cairan tubuh didistribusikan diantara dua kompartemen, yaitu pada
intraseluler dan ekstraseluler. Cairan intraseluler (CIS) kira kira 2/3 atau
40% dari BB, sedangkan cairan ekstraseluler (CES) 20% dari BB, cairan
ini terdiri dari plasma (cairan intravaskular) 5%, cairan interstisial (cairan
disekitar tubuh seperti limfa) 10-15%, dan transeluler (misalnya cairan
serebrospinalis, sinovial, cairan dalam peritoneum, cairan dalam rongga
mata, dan lain-lain) 1-3%.

2.3 Fungsi Cairan


1. Mempertahnkan panas tubuh dan pengaturan temperature tubuh.
2. Transport nutrient ke sel
3. Transport hasil sisa metabolism
4. Transport hormone
5. Pelumas antar organ

3
6. Memperthanakan tekanan hidrostatik dalam system kardiovaskuler
(Tarwoto & Wartonah, 2010).

2.4 Keseimbangan Cairan


Keseimbangan cairan ditentukan oleh intake (masukan cairan) dan output
cairan. Intake cairan berasal dari minuman dan makanan. Kebutuhan cairan
setiap hari antara 1.800 – 2.500 ml/hari. Sekitar 1.200ml berasal dari minuman
dan 1.000 ml dari makanan. Sedangkan pengeluaran cairan melalui ginjal
dalambentuk urine 1.200-1.500 ml/hari, paru-paru 300-500 ml, dan kulit 600-
800 ml (Tarwoto & Wartonah, 2010).

2.5 Anatomi dan Fisiologi Sisfem Perkemihan

Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses


penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan
oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat
yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa
urin (air kemih) (Speakman, 2008).

Susunan sistem perkemihan terdiri dari: dua ginjal (ren) yang


menghasilkan urin, dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika
urinaria (kandung kemih, satu vesika urinaria tempat urin dikumpulkan dan
satu uretra urin dikeluarkan dari vesika urinaria (Panahi, 2010).

4
1. Ginjal (Ren)
Ginjal terletak pada dinding posterior di belakang peritoneum pada kedua sisi
vertebra torakalis ke-12 sampai vertebra lumbalis ke-3. Bentuk ginjal seperti
biji kacang. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri, karena adanya
lobus hepatis dextra yang besar (Panahi, 2010).
Fungsi ginjal
Fungsi ginjal adalah memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-
zattoksis atau racun, mempertahankan suasana keseimbangan cairan,
mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan
mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan
amoniak (Panahi, 2010).
Fascia renalis
Fascia renalis terdiri dari: fascia (fascia renalis), jaringan lemak perirenal, dan
kapsula yang sebenarnya (kapsula fibrosa), meliputi dan melekat dengan erat
pada permukaan luar ginjal (Panahi, 2010).
Stuktur ginjal

5
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa,
terdapat korteks renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, medulla
renalis di bagian dalam yang berwarna cokelat lebih terang dibandingkan
korteks. Bagian medulla berbentuk kerucut yang disebut piramides renalis,
puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil
yang disebut papilla renalis (Panahi, 2010).
Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu
masuknya pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus. Pelvis renalis
berbentuk corong yang menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi
menjadi dua atau tiga calices renalis majores yang masing-masing akan
bercabang menjadi dua atau tiga calices renalis minores. Struktur halus ginjal
terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit fungsional ginjal.
Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron terdiri dari:
glomerulus, tubulus proximal, ansa henle, tubulus distal dan tubulus urinarius
(Panahi, 2010).
Proses pembentukan urin
a. Proses filtrasi, di glomerulus.
Terjadi penyerapan darah yang tersaring adalah bagian cairan darah
kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowmen
yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll,
diteruskan ke tubulus ginjal. Cairan yang disaring disebut filtrat
glomerulus (Rodrigues, 2008).
b. Proses reabsorbsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa,
sodium, klorida fosfat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi
secara pasif (obligator reabsorbsi) di tubulus proximal. Sedangkan pada
tubulus distal terjadi kembali penyerapan sodium dan ion bikarbonat bila
diperlukan tubuh. Penyerapan terjadi secara aktif (reabsorbsi fakultatif)
dan sisanya dialirkan pada papilla renalis (Rodrigues, 2008).
c. Proses sekresi
Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke
papilla renalis selanjutnya diteruskan ke luar (Rodrigues, 2008).

6
Pendarahan
Ginjal mendapatkan darah dari aorta abdominalis yang mempunyai
percabangan arteri renalis, arteri ini berpasangan kiri dan kanan. Arteri renalis
bercabang menjadi arteri interlobularis kemudian menjadi arteri akuarta.
Arteri interlobularis yang berada di tepi ginjal bercabang manjadi arteriole
aferen glomerulus yang masuk ke gromerulus. Kapiler darah yang
meninggalkan gromerulus disebut arteriole eferen gromerulus yang kemudian
menjadi vena renalis masuk ke vena cava inferior (Barry, 2011).
Persarafan ginjal.
Ginjal mendapatkan persarafan dari fleksus renalis (vasomotor). Saraf ini
berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini
berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal (Barry,
2011).
2. Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika
urinaria. Panjangnya ±25-34 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian
terletak pada rongga abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik yang
mendorong urin masuk ke dalam kandung kemih.
Lapisan dinding ureter terdiri dari:
a) Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b) Lapisan tengah lapisan otot polos
c) Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa 9.Vesika urinaria (kandung kemih)
(Barry, 2011).
3. Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk seperti
buah pir (kendi). Letaknya di belakang simfisis pubis di dalam rongga
panggul. Vesika urinaria dapat mengembang dan mengempis seperti balon
karet (Barry, 2011).
4. Uretra
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang
berfungsi menyalurkan air kemih ke luar. Pada laki-laki panjangnya kira-kira
13,7-16,2 cm, terdiri dari:

7
a. Uretra pars prostatikab.
b. Uretra pars membranosac.
c. Uretra pars spongiosa
Uretra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm. sphincter uretra terletak
di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan uretra disini hanya
sebagai saluran ekskresi (Panahi, 2010).
5. Urin
Sifat fisis air kemih, terdiri dari:
a. Jumlah ekskresi dalam 24 jam ±1.500 cc tergantung dari pemasukan
(intake) cairan dan faktor lainnya.
b. Warna bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
c. Warna kuning tergantung dari kepekatan, diet, obat-obatan dan
sebagainya.
d. Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak.
e. Berat jenis 1,015-1,020.
f. Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung daripada diet
(sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein member reaksi asam).
Komposisi air kemih, terdiri dari:
a) Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air.
b) Zat-z at sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea, amoniak
dan kreatinin.
c) Elektrolit natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fosfat dan sulfat.
d) Pigmen (bilirubin dan urobilin).
e) Toksin.
f) Hormon (Velho, 2013).
Mikturisi
Mikturisi ialah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi dengan urin.
Mikturisi melibatkan 2 tahap utama, yaitu:
a. Kandung kemih terisi secara progesif hingga tegangan pada dindingnya
meningkat melampaui nilai ambang batas, keadaan ini akan mencetuskan
tahap ke-2.

8
b. Adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan mengosongkan
kandung kemih. Pusat saraf miksi berada pada otak dan spinal cord(tulang
belakang). Sebagian besar pengosongan diluar kendali tetapi pengontrolan
dapat dipelajari “latih”. Sistem saraf simpatis : impuls menghambat vesika
urinaria dan gerak spinchter interna, sehingga otot detrusor relax dan
spinchter interna konstriksi. Sistem saraf parasimpatis : impuls
menyebabkan otot detrusor berkontriksi, sebaliknya spinchter relaksasi
terjadi mikturisi (Roehrborn, 2009).
Ciri-ciri urin normal.
a. Rata-rata dalam satu hari l-2 liter tapi berbeda-beda sesuai dengan jumlah
cairan yang masuk.
b. Warnanya bening tanpa ada endapan.
c. Baunya tajam.
d. Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6 (Velho,
2013).

9
PATHWAY

10
2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Beberapa faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit,
diantaranya adalah usia, temperatur lingkungan, diet, stres, dan sakit.
1. Usia
Variasi  usia berkaitan dengan luas perkembangan tubuh, metabolism yang
diperlukan dan berat badan.
2. Temperatur Lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat
kehilangan NaCl melalui keringat sebanyak 15-30 g/hari.
3. Diet
Pada saat tubuh kekurangan niutrisi, tubuh akan memecah cadangan
energi, proses ini menimbulkan pergerakan carian dari interstitial ke
intraseluler.
4. Stres
Stres dapat menimbulkan paningkatan metabolisme sel, konsentrasi darah
dan glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan
air. Proses ini dapat meningkatkan produksi ADH dan menurunkan
produksi urine.
5. Sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjaldan jantung,
gangguan hormon akan mengganggu keseimbangan cairan (Tarwoto &
Wartonah, 2010)

2.7 Kebutuhan Cairan Menurut Usia dan Berat Badan


Kebutuhan cairan setiap individu berbeda tergantung dari usia, lemak
dalam tubuh dan jenis kelamin. Cairan sebagai kebutuhan dasar manusia
karena air merupakan zat yang paling besar dalam tubuh (Potter&Perry,
2012).
Kebuturan air berdasarkan umur dan berat badan.

11
KEBUTUHAN AIR
Jumlah air dalam 24 jam Ml/kg berat badan
UMUR
3 hari 250-300 80-100
1 tahun 1150-1300 130-135
2 tahun 1350-1500 115-125
4 tahun 1600-1800 100-110
10 tahun 2000-2500 70-85
14 tahun 2200-2700 50-60
18 tahun 2200-2700 40-50
Dewasa 2400-2600 20-30

Sumber. Behrman,RE,dkk,1996

2.8 Masalah Keseimbangan Cairan


1. Hipovolemik
Adalah kondisi akibat kekurangan volume Cairan Ekstraseluler
(CES), dan dapat terjadi karena kehilangan melalui kulit, ginjal,
gastrointestinal, pendarahan sehingga menimbulkan syok hipovolemik.
Mekanisme kompensasi pada hipovolemik adalah peningkatan rangsangan
saraf simpatis (peningkatan frekuensi jantung, kontraksi jantung, dan
tekanan vaskuler), rassa haus, pelepasan hormone ADH dan adosteron.
Hipovolemik yang berlangsung lama dapat menimbulkan gagal ginjal
akut.
Gejala : pusing, lemah, letih, anoreksia, mual, muntah, rasa haus,
gangguan mental, konstipasi dan oliguri, penurunan tekanan darah, HR
meningkat, suhu meningkat, turgor kulit menurun, lidah kering dan kasar,
mukosa mulut kering. Tanda – tanda penurunan berat badan akut , mata
cekung pengosongan vena jugularis. Pada bayi dan anak – anak adanya
penurunana jumlah air mata (Tarwoto & Wartonah, 2010).
2. Hipervolemia
Adalah penambahan/kelebihan volume cairan CES dapat terjadi
pada saat :

12
a. Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air
b. Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air
c. Kelebihan pemberian cairan
d. Perpindahan CIT ke plasma.
Gejala : sesak nafas, peningkatan dan penurunan tekanan darah, nadi kuat,
asites, edema, adanya ronchi, kulit lembab, distensi vena leher dan irama
gallop
3. Edema
Edema adalah kelebihan cairan dalam interstisial yang terlokalisasi.
Edema terjadi karena hal-hal berikut ini.
a. Meningkatnya tekanan hidrostatik kapier akibat penambahan volume
darah. Tekanan hidrostatik akan menimbulkan pergerakan cairan ke
jaringan sehingga mengakibatkan edema.
b. Peningkatan permeabilitas kapiler seperti pada luka bakar dan infeksi.
Keadaan ini memungkinkan cairan intravascular akan bergerak ke
interstisial.
c. Penurunan tekanan plasma onkotik karna kadar protein plasma rendah
seperti malnutrisi, penyakit ginjal, dan penyakit hati. Seperti yang
pernah diketahui bahwa protein plasma berfungsi menahan cairan atau
volume cairan vascular atau diintrasel, sehingga jika terjadi penurunan
maka cairan banyak keluar vascular atau keluar sel. (Tarwoto &
Wartonah, 2010).
d. Bendungan aliran limfa mengakibatkan aliran terhambat, sehingga
cairan masuk kembali ke kompartemen vascular.
e. Gagal ginjal dimana pembuangan air yang tidak adekuat menimbulkan
penumpukan cairan dan reabsorbsi natrium yang berlebihan sehingga
tertahan pada intestisial.

2.9 Cara Pengeluaran Cairan


Pengeluaran cairan terjadi melalui organ ginjal, kulit, paru-paru, dan
gastrointestinal :
2. Ginjal

13
a. Merupakan pengatur utama keseimbangan cairan yang menerima 170
liter darah untuk disaring setiap hari.
b. Produksi urine untuk semua usia 1 ml/kg/jam
c. Pada orang dewaasa produksi urine sekitar 1,5 liter/hari.
d. Jumlah urine yang dipprosuksi oleh ADH dan Aldosteron.
3. Kulit
a. Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang
menerima rangsang aktivitas kelenjar keringat
b. Rangsangan kelenjar keringat dapat dihasilkan dari aktivitas otot,
temperatur lingkungan yang meningkat dan demam.
c. Disebut Insimsible Water Loss (IWL) sekitar 15 – 20 ml/24 jam.
4. Paru – paru
a. Menghasilkan IWL sekitar 400 ml/hari
b. Meningkatkan cairan yang hilang sebagai respon terhadap perubahan
kecepatan dan kedalaman nafas akibat pergerakan atau demam.
5. Gastrointestinal
a. Dalam kondisi normal cairan yang hilang dari gastrointestinal setiap
hari sekitar 100 – 200 ml.
b. Perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10 – 15 cc/kg BB/24 jam,
dengan kenaikan 10 % dari IWL pada setiap kenaikan suhu 1 O C
(Tarwoto & Wartonah, 2010).

2.10 Pengaturan Elektrolit


Macam-macam elektrolit diantaranya yaitu natrium (sodium), kalium
(potassium), kalsium, magnesium, chlorida, bikarbonat, dan fosfat:
a. Natrium (sodium)
1) Merupakan kation paling banyak yang terdapat pada Cairan Ekstrasel
(CES)
2) Na+ mempengaruhi keseimbangan air, hantaran implus saraf dan
kontraksi otot.
3) Sodium diatur oleh intake  garam aldosteron, dan pengeluaran urine.
Normalnya sekitar 135-148 mEq/lt.

14
b. Kalium (potassium)
1) Merupakan kation utama dalam CIS
Berfungsi sebagai excitability neuromuskuler dan kontraksi otot.
2) Diperlukan untuk pembentukan glikogen, sintesa protein, pengaturan
keseibangan asam basa,  karena ion K+ dapat diubah menjadi ion H+.
Nilai normalnya sekitar 3,5-5,5 mEq/lt.
c. Kalsium
1) Berguna untuk integritas kulit dan struktur sel,  konduksi jantung,
pembekuan darah, serta pembentukan tulang dan gigi.
2) Kalsium dalam cairan ekstrasel diatur oleh kelenjar paratiroid
dan tiroid.
3) Hormon paratiroid mengarbsopsi kalsium melalui
gastrointestinal, sekresi melalui ginjal.
4) Hormon thirocaltitonin menghambat penyerapan Ca+ tulang.
d. Magnesium
Merupakan kation terbanyak kedua pada cairan intrasel. Sangat
penting untuk aktivitas enzim, neurochemia, dan muscular excibility.
Nilai normalnya sekitar 1,5-2,5 mEq/lt.
e. Chlorida
Terdapat pada CES dan CIS,  normalnya sekitar 95-105 mEqlt.
f. Bikarbonat
1) HCO3 adalah buffer kimia utama dalam tubuh dan terdapat pada
cairan CES dan CIS.
2) Bikarbonat diatur oleh ginjal.
g. Fosfat
1) Merupakan anion buffer dalam CIS dan CES
2) Berfungsi untuk meningkatkan kegiatan neuromuskuler, metabolism
karbohidrat, dan pengaturan asam basa.
3) Pengaturan oleh hormone parathyroid (Tarwoto & Wartonah, 2010).

15
2.11 Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan didefinisikan sebagai pemikiran dasar dari proses
keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data

16
tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah,
kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan
lingkungan (Effendy, 1995)
A. Identitas pasien yang berisikan

Nama Pasien, no. RM (rekam medis), umur, agama, status perkawinan,


pendidikan, alamat, pekerjaan, jenis kelamin, suku, diagnosa medis,
tanggal masuk RS, dan tanggal pengkajian

Identitas Penanggung Jawab

Nama, umur, agama, alamat, pekerjaan, jenis kelamin, dan hubungan


dengan pasien

B. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama: Keluhan yang membuat seseorang datang ke tempat
pelayanan kesehatan untuk mencari pertolongan
2. Riwayat penyakit sekarang: cerita yang kronologis, terinci dan jelas
mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama
sampai pasien datang berobat.
3. Riwayat penyakit dahulu: untuk mengetahui kemungkinan-
kemungkinan adanya hubungan antara penyakit yang pernah diderita
dengan penyakitnya sekarang.
4. Riwayat penyakit keluarga: pada tahap ini yang dikaji adalah keadaan
keluarga sebelumnya sampai sekarang (susanto,2012)

C. Pengkajian pemenuhan kebutuhan dasar manusia menurut


Gordon (11 pola)
Gordon (1982) :

1. Pola Kesehatan
Menggambarkan pola pemahaman klien tentang kesehatan,
kesejahteraan, dan bagaimana kesehatan mereka diatur.
2. Pola metabolik – nutrisi

17
Menggambarkan konsumsi relatif terhadap kebutuhan metabolik dan
suplai gizi : meliputi pola konsumsi makanan dan cairan, keadaan
kulit, rambut, kuku dan membran mukosa, suhu tubuh, tinggi dan berat
badan.
3. Pola eliminasi
Menggambarkan pola fungsi ekskresi (usus besar, kandung kemih, dan
kulit), termasuk pola individu seharihari, perubahan atau gangguan,
dan metode yang digunsksn untuk mengendalikan ekskresi.
4. Pola aktivitas – Olahraga
Menggambarkan pola olahraga, aktivitas, pengisian waktu senggang,
dan rekreasi ; termasuk aktivitas kehidupan sehari-hari, tipe dan
kualitas olahraga, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pola aktivitas
(seperti otot-saraf, respirasi, dan sirkulasi)
5. Pola tidur - istirahat
Menggambarkan pola tidur, istirahat, relaksasi dan setiap bantuan
untuk merubah pola tersebut.
6. Pola persepsi – kognitif
Menggambaekan pola persepsi-sensori dan pola kognitif ; meliputi
keadekuatan bentuk sensori (penglihatan, pendengarsn, perabaan,
pengecapan, dan penghidu), pelaporan mengenai persepsi nyeri, dan
kemampuan fungsi kognitif.
7. Pola persepsi diri-konsep diri
Menggambarkan bagaimana seseorang memandang dirinya sendiri ;
kemampuan mereka, gambaran diri, dan perasaan.
8. Pola Hubungan peran
Menggambarkan pola keterikatan peran dengan hubungan ; meliputi
persepsi terhadap peran utama dan tanggung jawab dalam situasi
kehidupan saat ini.
9. Pola Reproduksi – seksualitas
Menggambarkan kepuasan atau ketidakpuasan dalam seksualitas ;
termasuk status reproduksi wanita, pada anak-anak bagaimana dia
mampu membedakan jenis kelamin dan mengetahui alat kelaminnya.

18
10. Pola koping - toleransi stress
Menggambarkan pola koping umum, dan keefektifan ketrampilan
koping dalam mentoleransi stress.
11. Pola nilai dan keyakinan
Menggambarkan pola nilai, tujuan atau kepercayaan (termasuk
kepercayaan spiritual) yang mengarahkan pilihan dan keputusan gaya
hidup (Patricia, 1996)

Pengkajian Fokus
Riwayat keperawatan
1) Pemasukan dan pengeluaran cairan dan makanan (oral, parenteral)
2) Tanda umum masalah elektrolit
3) Tanda kekurangan dan kelebihan cairan
4) Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan
dan elektrolit
5) Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat mengganggu
minus status cairan
6) Status perkembangan seperti usia atau status sosial
7) Faktor psikologis seperti perilaku emosional yang mengganggu
pengobatan (Wahit&Nurul, 2008)

D. Pengukuran klinik
1) Berat badan
Kehilangan/bertambahnya berat badan menunjukkan adanya
masalah keseimbangan cairan.
a) ± 2% : Ringan
b) ± 5% : Sedang
c) ± 10% : Berat
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang
sama.
2) Keadaan Umum

19
Pengukuran tanda vital seperti suhu, tekanan darah, nadi,
pernafasan, dan tingkat kesadaran.
3) Pengukuran pemasukan cairan
a) Cairan oral : NGT dan oral
b) Cairan parenteral termasuk obat-obatan IV
c) Makanan yang cenderung mengandung air
d) Irigasi kateter atau NGT
4) Pengukuran pengeluaran cairan
a) Urine : jenis urine normal rata-rata 1 sampai 2 liter sehari,
tetapi berbeda-beda sesuai jumlah cairan yang dimasukkan.
Banyaknya bertambah pula terlampau banyak protein yang
dimakan, sehingga tersedia cukup cairan yang diperlukan
untuk melarutkan urea. Urin normal berwarna kuning bening
orange pucat tanpa endapan, baunya tajam, reaksinya sedikit
asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6, berat jenisnya
berkisar dari 1.010 sampai 1.025 (Pearce. E. C, 2009)
Pemeriksaan Makroskopis dan Mikroskopis Urin
Untuk mengetahui adanya infeksi saluran kemih, maka
dilakukan pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis urin.
1. Pemeriksaan Makroskopis Urin
Pemeriksaan makroskopis adalah pemeriksaan yang
dilakukan langsung dengan mata tanpa penambahan atau
reagen atau zat kimia tertentu. Pemeriksaan makroskopis
meliputi pemeriksaan volum, warna, kejernihan, bau.
Untuk pemeriksaan derajat keasaman (pH) dan berat jenis
(BJ) dilakukan dengan tes cepat multistick.
a. Volume Urin
Mengukur volume urin bermanfaat untuk ikut
menetukan adanya faal ginjal, kelainan dalam
keseimbangan cairan badan dan berguna untuk
menafsirkan hasil pemeriksaan kuantitatif dan semi
kuantitatif urin. Volume urin dewasa normal daerah

20
tropis dalam 24 jam antara 800-1300 ml, banyak faktor
yang berpengaruh kepada diueresis seperti umur, berat
badan, kelamin, makanan dan minuman, suhu badan,
iklim dan aktifitas seseorang yang bersangkutan.
(Gandasoebrata,2006)
b. Warna Urin
Warna urin yang dikeluarkan tergantung dari
konsentrasi dan sifat bahan yang larut dalam urin.
Warna urin dapat berubah oleh karena obat-obatan,
makanan, serta penyakit yang diderita. Warna urin
normal putih jernih, kuning muda atau kuning. Warna
urin berhubungan dengan derasnya diuresis (banyak
kencing), lebih besar diueresis lebih condong putih
jernih. Warna urin kuning normal disebabkan antara
lain oleh urocrom dan urobilin. Pada keadaan dehidrasi
atau demam, warna urin lebih kuning dan pekat dari
biasa ginjal normal. (Gandasoebrata, 2006)
- Warna kuning coklat (seperti teh) penyebabnya
adalah bilirubin.
- Warna merah coklat penyebabnya hemoglobinuria
dan porpyrin.
- Warna merah dengan kabut coklat penyebabnya
darah dengan pigmen-pigmen darah.
- Warna coklata hitam penyebabnya melanin dan
warna hitam disebabkan oleh pengaruh obat-obatan
(Gandasoebrata, 2006)
c. Kekeruhan
Urin yang baru dikemihkan biasanya jernih.
Kekeruhan yang timbul bila urin didiamkan beberapa
jam disebabkan oleh berkembangnya kuman.
Kekeruhan ringan bisa disebabkan oleh nubecula. Pada
infeksi saluran kemih, urin akan keruh sejak

21
dikemihkan yang disebabkan lender, sel-sel epitel dan
lekosit lama-lama mengendap. (Gandasoebrata, 2006)
d. Bau urin
Biasanya spesifik. Normalnya baunya tidak keras. Bau
khusus pada urin dapat disebabkan oleh makanan
misalnya : jengkol, pete, durian dan yang disebabkan
obat-obatan, misalnya : mentol, terpentin. Pada
karsinoma saluran kemih, urin akan berbau amoniak
karena adanya kuman yang menguraikan ureum dalam
urin.(Gandasoebrata, 2006)
e. Derajat Keasaman Urin (pH)
Derajat keasaman urin harus diukur pada urin baru, pH
urin dewasa normalnya adalah 4,6-7,5 pH urin 24 jam
biasanya asam, hal ini disebabkan karena zat-zat sisa
metabolise badan yang biasanya bersifat asam.
Penelitian pH urin berguna pada gangguan cairan
badan elektrolit serta pada infeksi saluran kemih yang
disebabkan oleh kuman yang menguraikan ureum.
Adanya bakteriurea urin akan bersifat alkalis.
(Gandasoebrata, 2006)
f. Berat Jenis Urin ( BJ Urin)
Berat jenis urin yaitu mengukur jumlah larutan yang
larut dalam urin. Pengukuran BJ ini untuk mengetahui
daya konsentrasi dan data dilusi ginjal. Normal berat
jenis berbanding terbalik dengan jumlah urin. Berat
jenis urine erat hubungannya dengan dieresis makin
tinggi berat jenisnya dan sebaliknya. Normal berat
jenis urin adalah 1003-1030. Tingginya berat jenis urin
memberikan kesan tentang pekatnya urin, jadi bertalian
dengan faal pemekat ginjal. (Gandasoebrata, 2006)
2. Pemeriksaan Mikroskopis Urin

22
Pada pemeriksaan ini menggunakan urin yang baru
dikemihkan untuk menghindari perubahan morfologi
unsur sedimen.
Syarat-syarat pemeriksaan sedimen adalah :
- Sebaiknya dipakai urin baru, bila tidak bisa maka
sebaiknya disimpan dalam kulkas maksimal 1 jam
disimpan dengan diberi pengawet.
- Sebaiknya digunakan urin pagi karena urin pagi lebih
kental dan bahan-bahan yang terbentuk belum rusak
atau lisis. Botol penampung harus bersih dan dihindari
dari kontaminasi. (Gandasoebrata, 2006)
Yang dapat ditemukan pada pemeriksaan mikroskopis
adalah dari unsur-unsur organik sediment urin tersebut
antara lain :
a. Sel darah putih/leikosit.
Normal jumlah lekosit adalah 4-5/LPB. Lekosit dapat
berasal dseluruh saluran urogenialis. Lekosit dalam
urin umumnya berupa segmen, dalam urin asam
lekosit atau pis biasanya mengerut, pada urin lindi
lekosit akan mengembang dan cenderung
mengelompok. Lekosit umumnya lebih besar dari
eritrosit dan lebih kecil dari sel epitel.
(Gandasoebrata, 2006)
b. Sel darah merah/erirosit.
Normal jumlah eritrosit adalah 0-1/LPB. Pada
keadaan normal eritrosit bisa berasal dari seluruh
saluran urogenitalis. Kadang-kadang perdarahan
saluran kemih bagian bawah menimbulkan bekuan
darah dalam urin. Bentuk eritrosit normal adalah
cakram bikonkaf, diameter ± 7μ, warna hijau pucat
dan jernih. (Gandasoebrata, 2006)
c. Silinder.

23
Terbentuk didalam tubulus ginjal, mempunyai matrix
berupa glikoprotein dan kadang-kadang
dipermukaannya terdapat lekosit, eritrosit, dan epitel.
Pembentukan silinder dipengaruhi oleh berbagai
factor antara lain osmositas, volume, Ph, adanya
glikoprotein yang disekresi oleh tubuli ginjal.
Bermacam-macam bentuk silinder yang berhubungan
dengan berat ringannya penyakit ginjal. (Syaifuddin,
2002)
d. Epitel.
Merupakan unsur sedimen organik yang dalam
keadaan normal didapatkan dalam sedimen urin.
Keadaan patologik jumlah epitel dapat meningkat,
seperti pada peradangan, dan infeksi dalam saluran
kemih. ( Gandasoebrata, 2007)
e. Bakteri.
Bakteri yang dapat disamping kelainan sediment lain,
khusu bersama dengan banyak lekosit menunjukkan
kepada sesuatu infeksi dan dapat diperiksa lebih lanjut
dengan memulas sel gram atau dengan biakan urine
untuk identifikasi. ( Gandasoebrata, 2007)

b) Feses
Konsistensi: Normal: Lunak (tidak keras/lembek),
Abnormal: Keras, lembek, dan encer (Setya 2013)
Warna: Normal: Kuning Kecoklatan, Abnormal: Hitam,
merah, hijau, dan sebagainya (Setya 2013)
c) Muntah
d) Tube drainase
e) IWL
5) Ukur keseimbangan cairan dengan akurat : normalnya sekitar ±
200cc.

24
E. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada kebutuhan cairan dan elektrolit difokuskan
pada:
1) Integumen : keadaan turgor kulit buruk, edema, kelelahan,
kelemahan otot, tetani, dan sensasi rasa.
2) Kardiovaskuler : Pada saat pemberian cairan, jika cairan yang
diberikan dapat di serap dengan efektif maka akan menurunkan
kepadatan volume darah.(Williams, 2007)
3) Mata : cekung, air mata kering
4) Neurologi : Hidrosefalus merupakan penyakit akibat gangguan
aliran cairan dlam otak disekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf
(Darto Suharso, 2009).
Berikut ini merupakan metode penilaian GCS (Bhaskar, 2017)
 Check: Memeriksa faktor-faktor yang mungkin dapat
mengganggu penilaian, misalnya sedasi, relaksan otot,
gangguan metabolik, demam, gangguan hemodinamik,
pembengkakan mata, cedera jalan napas, cedera anggota
badan dan minuman keras.
 Observe: Melihat gerakan spontan pasien, misalnya
membuka mata dan menggerakan anggota badan.
 Stimulate: Jika telah dipastikan tidak ada respon spontan
maka lakukanlah stimulasi dan lihat respon pasien.
 Rate: Setelah stimulasi berbagai parameter. Skor dicatat dan
ditotalkan sesuai klasifikasi skor GCS.
Berikut ini table penilaian tingkat kesadaran dengan GCS atau
Glaslow Coma Scale

Aspek yang dinilai Nilai


Buka mata (E) Spontan 4
Dengan perintah 3

25
Dengan nyeri 2
Tidak buka mata 1
Respon verbal Orientasi baik 5
(V) Bicara kacau 4
Kata-kata yang tidak sesuai 3
Suara yang tidak jelas 2
Tidak ada 1
Respon motorik Mengikuti perintah 6
terbaik (M) Melokasikan nyeri 5
Fleksi untuk menghindari nyeri 4
Fleksi abnormal (dekortikasi) 3
Ekstensi (deserebrasi) 2
Tidak ada 1
Sumber: (American College of Surgeons, 2012)
5) Gastrointestinal : keadaan mukosa mulut keing, mulut terasa
kering, muntah-muntah, dan bising usus.

F. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap : pemeriksaan ini meliputi jumlah sel
darah, hemoglobin (Hb), dan hematokrit (Ht).
a) Ht naik : adanya dehidrasi berat dan gejala syok
b) Ht turun : adanya pendarahan akut, masif, dan reaksi
hemolitik
c) Hb naik : adanya hemokonsentrasi
d) Hb turun : adanya pendarahan hebat, reaksi hemolitik
2) Pemeriksaan elektrolit serum : pemeriksaan ini dilakukan untuk
mengetahui kadar natrium, kalium, klorida, ion bikarbonat.
3) pH dan berat jenis urin : berat jenis menunjukkan kemampuan
ginjal untuk mengatur konsentrasi urine, normalnya pH urine
adalah 4,5-8 dan berat jenisnya 1,003-1,030.
4) Analisa gas darah : biasanya yang biasa diperiksa adalah pH, PO,
HCO, PCO, dan saturasi O2.
a) PCO2 normal : 35-40 mmHg

26
b) PO2 normal : 80-100 Hg
c) HCO3 normal : 25-29 mEq/l
d) Saturasi O2 adalah perbandingan oksigen dalam darah dengan
jumlah oksigen yang dapat dibawa oleh darah, normalnya di
arteri (95%-98%) dan vena (60%-85%).
G. Analisa data
Data Etiologi Masalah Keperawatan
Berisikan data yang Penyebab Masalah yang timbul
didapat dari hasil
pengkajian.
Ds: Berisikan keluhan
pasien tentang apa
yang sedang ia
rasakan

Do: Berisikan hasil


dari observasi perawat

2. Diagnosa Keperawatan
Suatu diagnosis keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon
manusia terhadap gamgguan kesehatan atau proses kehidupan atau
kerentanan terhadap respon tersebut dari seorang individu, keluarga,
kelompok atau komunitas (NANDA-I 2013).

3. Rencana Keperawatan
Perencanaan adalah fase proses keperawatan yang penuh pertimbangan
dan sistematis dan mencakup pembuatan keputusan dan penyelesaian
masalah (Kozier dkk, 2010).

Hari/tanggal DX Tujuan dan Intervensi rasional


/jam kriteria hasil

27
(NOC)

Tanggal berisi Menggambarka Pastikan Alasan logis


penulisan diagnosa n tujuan dan bahwa dalam
rencana yang akan kriteria yang rencana rencana
penting untuk diidentifik akan dicapai. keperawata keperawatan
evaluasi, asi n
tinjauan dan menggabun
rencana yang gkan aspek
akandatang. pencegahan
dan
pemelihara
an
kesehatan
serta aspek
pemulihan

4. Implementasi
Implementasi adalah pelaksaan dari rencana intervensi untuk mencapai
tujuan yang spesifik ( lyer et al., 1996). Tahap implementasi dimulai
setelah rencana intervensi disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu,
rencana intervensi yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-
faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien. ( Nursalam, 2011).

No Hari/Tanggal DX.KEP IMPLEMENTASI RESPON TTD


HASIL

Waktu Berisi Tindakan Respon Tanda


Pelaksanaan diagnose yang akan pasien tangan

28
tindakan keperawatan dilakukan setelah dari
keperawatan sesuai waktu tindakan perawat
dan diagnosa dilakukan

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses akhir untuk membandingkan
keberhasilan dari proses keperawatan yang telah perawat lakukan.
Evaluasi juga diperlukan pada tahap intervensi untuk menentukan apakah
tujuan intervensi tersebut dapat dicapai secara efektif (Nursalam, 2011)
Tgl NO. DX Evaluasi TTD

Waktu berisi urutan S: Berisi data subjektif Tanda


pelaksanaan diagnosa yang (keluhan pasien) tangan
tindakan akan O: Berisi data objektif perawat
keperawaan diidentifikasi A: Assesment (masalah
teratasi atau tidak)
P: Planning (intervensi
dilanjutkan atau tidak)
I: Implementasi
E: Evaluasi
R: Reasismen (Komponen
evaluasi yang menjadi
petunjuk perlunya
perbaikan dari perubahan
intervensi dan
tindakan/menunjukan
perubahan dari rencana
awal/perlu /kolaborasi
baru/rujukan)

29
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Jadi untuk mempertahankan kesehatan dan kehidupan, manusia
membutuhkan cairan dan elektrolit dalam jumlah dan proporsi yang tepat di
berbagai jaringan tubuh. Hal itu dapat dicapai dengan serangkaian manuver
fisika-kimia yang kompleks. Air menempati proporsi yang besar dalam
tubuh. Seseorang dengan berat badan 70 kg bisa memiliki sekitar 50 liter air
dalam tubuhnya.air menyusun 75% berat badan bayi, 70% berat badan pria
dewasa, dan 55% tubuh pria lanjut usia. Karena wanita mempunyai simpanan

30
lemak relatif lebih banyak (relatif bebas-air), kandungan air dalam tubuh
wanita lebih sedikit dibandingkan pria.

DAFTAR PUSTAKA

Kozier, dkk. 2010. Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan
praktik Volume 2, Edisi 7. Jakarta : EGC.
Mubarak Wahit, Nurul.2008.Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori &
Aplikasi dalam praktik. Jakarta: EGC
Riyadi Sujono, Harmoko.2012. Standar Operating Prosedure dalam Praktik
Klinik Keperawatan Dasar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Susanto, T.2012.Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC

31
Tarwoto & Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses
Keperawatan Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika

32

Anda mungkin juga menyukai